PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENGEMBANGKAN BAHAN AJAR MATERI PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG.

(1)

PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) DALAM MENGEMBANGKAN BAHAN AJAR

MATERI PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

Nyimas Inda Kusumawati1, Rusdy A. Siroj2, Suci Apriyanti Lestari3

1,2Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah,

Palembang

3Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas

Muhammadiyah, Palembang Email: nyimas.inda@gmail.com

Abstrak

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pendekatan pembelajaran yang mengedepankan pembelajaran berdasarkan konteks nyata dalam kehidupan sehari-hari, melibatkan kerjasama antar siswa (kelompok) dan interaksi aktif antara guru dan siswa. Pendekatan CTL mempermudah siswa mempelajari materi sesuai dengan daya pikirnya. Pemilihan konteks yang tepat pada bahasan yang dituju sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan ini. Menerapkan pendekatan CTL pada suatu bahan ajar menjadi sangat penting, mengingat bahan ajar akan sangat membantu dalam mengarahkan pendekatan CTL secara terstruktur, jelas dan terarah sehingga mudah untuk dipahami. Dalam hal ini peneliti akan mengembangkan suatu bahan ajar LKS dengan pendekatan CTL pada materi persegi dan persegi panjang di kelas VII. Masalah dalam penelitian ini: Bagaimana mengembangkan bahan ajar lembar kegiatan siswa (LKS) berbasis pendekatan CTL pada materi persegi dan persegi panjang di SMP kelas VII yang valid dan praktis? (2) Bagaimana efek potensial dari penggunaan Lembar Kegiatan Siswa dengan pendekatan CTL materi persegi dan persegi panjang terhadap hasil belajar siswa SMP kelas VII? Proses pengembangan LKS ini melalui dua tahap penelitian pengembangan development research yaitu tahap preliminary dan tahap formative evalution. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penggunaan pendekatan pembelajaran CTL dalam mengembangkan LKS materi persegi dan persegi panjang dikatakan valid dan praktis berdasarkan hasil uji ahli serta dikategorikan memiliki efek potensial dari hasil uji lapangan.

Kata Kunci: bahan ajar, Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), pengembangan

1. Pendahuluan

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pendekatan pembelajaran yang mengedepankan pembelajaran berdasarkan konteks nyata dalam kehidupan sehari-hari, melibatkan kerjasama antar siswa (kelompok) dan interaksi aktif antara guru dan siswa. Pendekatan CTL mempermudah siswa mempelajari materi sesuai dengan daya pikirnya. Pemilihan konteks yang tepat pada bahasan yang dituju sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan ini.

Menurut Wina Sanjaya (2006:255) Contextual Teaching and Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa


(2)

secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Penerapan materi yang mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari siswa akan merasa pentingnya belajar dan materi tersebut akan selalu diingat.

Menerapkan pendekatan CTL pada suatu bahan ajar menjadi sangat penting, mengingat bahan ajar akan sangat membantu dalam mengarahkan pendekatan CTL secara terstruktur, jelas dan terarah sehingga mudah untuk dipahami. Dalam hal ini peneliti akan mengembangkan suatu bahan ajar LKS dengan pendekatan CTL pada materi persegi dan persegi panjang di kelas VII.

Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran adalah lembar kegiatan siswa (LKS). Lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk-petunjuk atau langkah-langkah untuk meyelesaikan suatu tugas ( Prastowo , 2012: 203-204).

Kelebihan lain dari lembar kegiatan siswa adalah materi yang disampaikan ringkas dan jelas, dilengkapi dengan soal soal yang beragam dan dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Dalam hal ini siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Sehingga siswa lebih memahami konsep dengan baik.

Banyak materi matematika yang cocok menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning diantaranya materi persegi dan persegi panjang. Persegi dan persegi panjang adalah bagian dari bangun datar segi empat yang dipelajari di SMP kelas VII pada semester 2.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam mengembangkan bahan ajar LKS materi persegi dan persegi panjang di SMP kelas VII.

2. Metodologi

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian poengembangan (development research). Penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian Pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan lembar kegiatan siswa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning materi persegi dan persegi panjang untuk sekolah menengah pertama kelas VII.

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.


(3)

Pengembangan materi persegi dan persegi panjang ini dilakukan dua tahap utama development research yaitu tahap preliminary study (tahap persiapan, tahap pengembangan (desain) model) dan tahap formatif study (tahap evaluasi dan tahap revisi).berikut ini langkah-langkah materi yang disajikan dalam bentuk diagram alur berikut:

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian Pengembangan (Zulkardi, 2002)

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, walkthrough, dan tes hasil belajar.

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Data dokumentasi ini berupa foto dalam proses pembelajaran dari Expert review, one to one dan small group.

2. Walkthrough (coretan)

Rancangan bahan ajar yang telah dibuat, diberikan kepada para ahli kemudian ahli memberi komentar mengenai isi, kontruks, dan bahasa dari bahan ajar yang telah dibuat. Komentar tersebut dijasikan panduan dalam revisi lembar kegiatan siswa selanjutnya.

3. Tes Hasil belajar

Tes digunakan untuk memperoleh efek potensial dari lembar kegiatan siswa yang dibuat, dan mengukur tingkat pemahaman matenatika siswa setelah mendapatkan pembelajaran menggunakan lembar kegiatan siswa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning. Tes ini diberikan dalam bentuk soal esay atau uraian yang mengacu pada indicator pada bahan ajar yang terdapat dalam lembar kegiatan siswa.

Teknik analisis data berupa analisis dokumentasi, hasil walkthrough dan hasil test.


(4)

Analisis hasil dokumentasi pada tahap one-to-one dan small group digunakan untuk menganalisis kepraktisan lembar kegiatan siswa tersebut.peneliti melakukan analisis pada setiap pertemuan dengan cara melihat jawaban-jawaban siswa dari soal-soal yang diberikan, setiap jawaban dikoreksi dan dilihat dimana letak kesulitan siswa. Analisis dokumen ini digunakan untuk merevisi bahan ajar lembar kegiatan siswa dan melihat letak kesulitan siswa dalam menjawab soal-soal yang terdapat pada bahan ajar lembar kegiatan siswa.

2. Analisis Hasil Walkthrough

Berdasarkan hasil walktrough yang dilakukan pada tahap Expert review oleh pakar untuk memberikan masukan terhadap lembar kegiatan siswa yang digunakan, maka peneliti melakukan analisis berdasarkan catatan dan saran dari pakar secara deskriptif. Hal ini akan menjadi dasar untuk memvalidasi produk yang dibuat.

3. Analisis Hasil Test

Analisis hasil tes pada tahap field test digunakan untuk melihat efek potensial dari Lembar kegiatan siswa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning Lembar Kegiatan Siswa.

3. Hasil

Bahan ajar yang dikembangkan berupa Lembar Kegiatan Siswa dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning Materi Persegi dan Persegi Panjang untuk Sekolah Menengah Pertama kelas VII. Dimana pada proses pengembangan peneliti melalui dua tahapan yaitu tahap preliminary dan tahap self evalution.

1. Preliminary: a. Analisis

Pada langkah analisis ini yang dilakukan peneliti adalah analisis terhadap siswa, kurikulum, buku-buku paket dan LKS yang digunakan. Materi luas persegi dan persegi panjang diberikan pada jenjang SMP di kelas VII mengacu pada kurikulum KTSP yang digunakan oleh SMP Negeri 41 Palembang sebagai subjek Penelitian dengan standar kompetensi menemukan luas bangun persegi dan persegi panjang. Dari hasil analisis diperoleh juga bahwa SMP negeri 41 Palembang belum pernah menggunakan LKS dalam proses pembelajaran matematika.

b. Pendesainan

Pada langkah awal, peneliti menyusun lembar kegiatan siswa sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang ada pada kurikulum KTSP. Materi yang dibahas pada lembar kegiatan siswa yaitu luas persegi dan persegi panjang kemudian lembar


(5)

kegiatan siswa disusun berdasarkan karakteristik dari pendekatan contextual teaching and learning.

2. Formative Evaluation

Tahap Formative Evaluation meliputi : a. Self Evaluation

Pada tahap ini desain lembar kegiatan siswa yang telah dibuat dinilai oleh peneliti sendiri. Penilaian dilakukan untuk melihat apakah lembar kegiatan siswa sudah sesuai berdasarkan konten (isi materi sesuai kompetensi dasar dan indikator), konstruk (sesuai dengan karakteristik pendekatan contextual teaching and learning), dan bahasa (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku dan EYD). Dari penilaian peneliti desain lembar kegiatan siswa yang dikembangkan sudah baik. Hasilnya disebut Prototype 1.

b. Expert Review

Pada tahap ini kevalidan prototype 1 divalidasi oleh pakar dengan tujuan untuk mendapatkan desain produk yang valid. Validasi merupakan proses penilaian kesesuaian lembar kegiatan siswa terhadap kompetensi dasar dan indikator, kesesuaian terhadap karakteristik pendekatan Contextual Teaching and Learning, dan kesesuaian bahasa yang digunakan dengan EYD. Validasi terhadap prototype 1 dikonsultasikan kepada tiga orang validator yaitu Reino Septa Nery. S. Pd., M. Pd, Amrina Rizta, S. Si., M. Pd dan Supriantini. S. Pd., M. Pd. Hasil Saran-saran yang diberikan para validator antara lain: memperbaiki ukuran gambar, memperjelas perintah soal, memperbaiki soal dan memperbaiki kalimat disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta membuat kalimat efektif.

c. One to one

Pada tahap ini prototype 1 diujicobakan terhadap satu orang siswa yang bukan merupakan subjek penelitian. Ujicoba ini dilakukan untuk melihat kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi selama proses pembelajaran sehingga lembar kegiatan siswa tersebut perlu direvisi atau tidak.

Pada saat pembelajaran peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa : Siswa mampu mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalam lembar kegiatan siswa, mampu menyimpulkan dan mampu menyelesaikan soal latihan.

a) Revisi

Bedasarkan saran-saran pada tahap expert review dan hasil ujicoba pada tahap one-to-one, kemudian lembar kegiatan siswa dikonsultasikan lagi kepada validator untuk dikoreksi dengan tujuan menghasilkan lembar kegiatan siswa yang valid.


(6)

Prototype 1 direvisi guna memperoleh lembar kegiatan siswa yang lebih baik lagi. Hasil dari revisi ini disebut sebagai prototype 2. Prototype 2 diujicobakan pada small group. b) Small Group

Pada tahap ini dilakukan dengan maksud untuk melihat kepraktisan lembar kegiatan siswa yang diujicobakan dan melihat kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada saat pembelajaran menggunakan lembar kegiatan siswa yang dikembangkan. Pada tahap ini diujicobakan kepada 5 orang siswa yang bukan merupakan subjek penelitian. Kelima siswa diminta untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan lembar kegiatan siswa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning materi persegi dan persegi panjang. Pada pelaksanaannya peneliti berperan sebagai pembimbing pada saat siswa mengalami kesulitan dan siswa diminta untuk bertanya kepada peneliti apabila kurang memahami lembar kegiatan siswa.

Dari pengamatan yang dilakukan terlihat siswa mampu mengikuti langkah-langkah yang ada, selain itu ada siswa yang mengalami kesulitan saat mengerjakan soal latihan halaman 12 nomor 4 dikarenakan siswa kurang memahami maksud soal yang ada.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan hasil komentar dari small group bahwa lembar kegiatan siswa dengan pendekatan contextual teaching and learning materi persegi dan persegi panjang dikategorikan praktis. Hasil komentar dan saran siswa kemudian dijadikan bahan merevisi lembar kegiatan siswa untuk mendapatkan prototype 3 dan selanjutnya dapat diujikan ke subjek penelitian untuk melihat efek potensial dari lembar kegiatan siswa yang dikembangkan.

c) Field Test

Setelah diperoleh prototype 3 yang valid dan praktis, maka dilakukan ujicoba (field test) pada subjek penelitian yaitu siswa kelas VII.5 SMP Negeri 41 palembang yang berjumlah 35 orang siswa. Uji coba dilakukan untuk melihat efek potensial dari lembar kegiatan siswa yang dikembangkan. Pada pertemuan pertama siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa materi persegi dan persegi panjang. Sebelum melakukan pembelajaran peneliti menjelaskan terlebih dahulu tujuan pembelajaran yang akan dicapai, cara menggunakan lembar kegiatan siswa sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

Pada akhir pembelajaran menggunakan lembar kegiatan siswa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dilakukan tes akhir untuk melihat efek potensial lembar kegiatan siswa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning


(7)

terhadap hasil belajar siswa. Data yang diperolah kemudian di analisis untuk melihat persentase hasil belajar siswa. Siswa dinyatakan lulus apabila nilai akhirnya mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 75. Berikut hasil perhitungan terhadap hasil belajar.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir

Nilai siswa Frekuensi Kategori

86 – 100 75 – 85 56 – 74 40 – 55 0 – 39

12 12 4 5 2

Sangat Baik Baik

Cukup Kurang

Sangat Kurang

Jumlah 35

Nilai rata-rata

75,65 Baik

4. Pembahasan

Berdasarkan tabel hasil belajar siswa diperoleh rata-rata nilai akhir siswa yaitu 75,65 yang berarti hasil belajar siswa tergolong kategori baik dimana pada tabel distribusi frekuensi hasil tes akhir terdapat 12 siswa (34,3%) kategori sangat baik, 12 siswa (34,3%) kategori baik, 4 siswa (11,4%) kategori cukup, 5 siswa (14,3%) kategori kurang, 2 siswa (5,7%) kategori sangat kurang. Berdasarkan analisis terhadap hasil belajar siswa dapat disimpulkan bahwa LKS yang telah dikembangkan memiliki efek potensial.

Adapun 7 komponen CTL yang telah dikembangkan pada LKS akan dijelaskan sebagai berikut :

a) Kontruktivisme.

Kontruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.


(8)

Dalam hal ini, siswa dikenalkan dengan bangun persegi dan persegi panjang melalui hal-hal yang ada di sekitar sisiwa dengan memberikan permasalahan untuk membangun pengetahuan siswa.

b) Inkuiri.

Secara umum langkah-langkah inkuiri sebagai berikut: a) Merumuskan masalah

b) Mengamati dan melakukan observasi

c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya.

d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audienns lainnya.

Dalam hal ini, siswa diminta untuk melakukan observasi dan analisis dalam menemukan sendiri rumus luas persegi dengan bantuan potongan-potongan persegi satuan yang ditempel pada LKS.

c) Bertanya.

Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam belajar dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Di dalam LKS siswa diarahkan untuk memiliki pengetahuan tentang luas persegi dan persegi panjang dengan diajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorongnya untuk berpikir dan menjawab.

d) Masyarakat belajar.

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar yang diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Learning community tidak terbatas hanya dalam satu ruang/kelas tetapi juga dengan orang-orang di luar kelas (masyarakat).

LKS yang dikembangkan mengharuskan siswa untuk bekerjasa dalam kelompoknya, terdapat perintah diskusi dalam menyelesaikan masalah sehingga tercipta masyarakat belajar.

e) Pemodelan.

Dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswanya. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa.


(9)

Didalam LKS diberikan suatu permodelan terhadap bentuk-bentuk persegi dan persegi panjang sehingga mudah dicari luasnya.

f) Refleksi.

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Dengan begitu, siswa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Bagian terakhir dari CTL adalah siswa diminta untuk menjelaskan kembali apa yang sudah ia pahami mengenai luas persegi dan persegi panjang dengan bahasanya sendiri.

g) Penilaian autentik.

Penilaian autentik adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian autentik dilakukan pada bagian akhir proses pembelajaran yaitu dengan memberikan soal-soal evaluasi yang terdapat pada LKS.

5. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam mengembangkan LKS materi persegi dan persegi panjang dikatakan valid dan praktis berdasarkan hasil uji ahli, uji one-to-one dan small group

2. Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dikategorikan memiliki efek potensial dari hasil uji lapangan (field test).

Daftar Rujukan

Aqib, Zainal. (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara Akker, Van den, jet. All. (2013). Education Design Research. Netherlands: Enschede


(10)

Diana, Merry. (2015). Pengembangan Lembar Kegiatan Siawa (LKS) Materi Segi Empat Berbasis Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Sekolah Menengah Pertama Kelas VII. FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang.

Hakim, M. Ayub. (2014). Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Materi Pokok Himpunan Untuk Siswa Kelas VII SMP/Mts (http://digilib.uin-suka.ac.id/14431/) , diakses 25 Desember 2015.

Ibnu, Trianto. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontektual. Jakarta: Kencana.

Johnson, Elaine B. (2011). CTL Contextual Teaching and Learning Menjadikan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.

Majid, Abdul. (2011). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Matutina, Jemmi Andrian. (2014). Pengembangan Lembar Kerja Siswa Mata Pelajaran Matematika Materi Bentuk Aljabar Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Siswa SMP Kelas VII (www. eprints.uny.ac.id/13206/1/) , diakses 4 januari 2016

Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jakarta: PT. Diva Pers.

Puspita, Lania. (2015). Pengembangan Bahan ajar Lembar Kegiatan Siswa ( LKS) berbasis pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Materi Kubus Siswa Kelas VII SMP Negeri 35 Palembang. FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang.

Sanjaya, Wina. (2013) . Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana.

Setyosari, Punjabi. (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana.

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta .

Sunarto, 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tessmer, Martin. 1993. Planning and Conducting Formative Evaluations. London: British Library.

Zulkardi. (2002). Developing a Learning Environment on Realistic Mathematics Education for Indonesia Students Teachers. Doktoral Dissertation. Enschede: University of Twente.


(11)

(1)

Prototype 1 direvisi guna memperoleh lembar kegiatan siswa yang lebih baik lagi. Hasil dari revisi ini disebut sebagai prototype 2. Prototype 2 diujicobakan pada small group.

b) Small Group

Pada tahap ini dilakukan dengan maksud untuk melihat kepraktisan lembar kegiatan siswa yang diujicobakan dan melihat kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada saat pembelajaran menggunakan lembar kegiatan siswa yang dikembangkan. Pada tahap ini diujicobakan kepada 5 orang siswa yang bukan merupakan subjek penelitian. Kelima siswa diminta untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan lembar kegiatan siswa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning materi persegi dan persegi panjang. Pada pelaksanaannya peneliti berperan sebagai pembimbing pada saat siswa mengalami kesulitan dan siswa diminta untuk bertanya kepada peneliti apabila kurang memahami lembar kegiatan siswa.

Dari pengamatan yang dilakukan terlihat siswa mampu mengikuti langkah-langkah yang ada, selain itu ada siswa yang mengalami kesulitan saat mengerjakan soal latihan halaman 12 nomor 4 dikarenakan siswa kurang memahami maksud soal yang ada.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan hasil komentar dari small group

bahwa lembar kegiatan siswa dengan pendekatan contextual teaching and learning

materi persegi dan persegi panjang dikategorikan praktis. Hasil komentar dan saran siswa kemudian dijadikan bahan merevisi lembar kegiatan siswa untuk mendapatkan

prototype 3 dan selanjutnya dapat diujikan ke subjek penelitian untuk melihat efek potensial dari lembar kegiatan siswa yang dikembangkan.

c) Field Test

Setelah diperoleh prototype 3 yang valid dan praktis, maka dilakukan ujicoba (field test) pada subjek penelitian yaitu siswa kelas VII.5 SMP Negeri 41 palembang yang berjumlah 35 orang siswa. Uji coba dilakukan untuk melihat efek potensial dari lembar kegiatan siswa yang dikembangkan. Pada pertemuan pertama siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa materi persegi dan persegi panjang. Sebelum melakukan pembelajaran peneliti menjelaskan terlebih dahulu tujuan pembelajaran yang akan dicapai, cara menggunakan lembar kegiatan siswa sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

Pada akhir pembelajaran menggunakan lembar kegiatan siswa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dilakukan tes akhir untuk melihat efek potensial lembar kegiatan siswa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning


(2)

terhadap hasil belajar siswa. Data yang diperolah kemudian di analisis untuk melihat persentase hasil belajar siswa. Siswa dinyatakan lulus apabila nilai akhirnya mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 75. Berikut hasil perhitungan terhadap hasil belajar.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir

Nilai siswa Frekuensi Kategori

86 – 100 75 – 85 56 – 74 40 – 55 0 – 39

12 12 4 5 2

Sangat Baik Baik

Cukup Kurang

Sangat Kurang

Jumlah 35

Nilai rata-rata

75,65 Baik

4. Pembahasan

Berdasarkan tabel hasil belajar siswa diperoleh rata-rata nilai akhir siswa yaitu 75,65 yang berarti hasil belajar siswa tergolong kategori baik dimana pada tabel distribusi frekuensi hasil tes akhir terdapat 12 siswa (34,3%) kategori sangat baik, 12 siswa (34,3%) kategori baik, 4 siswa (11,4%) kategori cukup, 5 siswa (14,3%) kategori kurang, 2 siswa (5,7%) kategori sangat kurang. Berdasarkan analisis terhadap hasil belajar siswa dapat disimpulkan bahwa LKS yang telah dikembangkan memiliki efek potensial.

Adapun 7 komponen CTL yang telah dikembangkan pada LKS akan dijelaskan sebagai berikut :

a) Kontruktivisme.

Kontruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.


(3)

Dalam hal ini, siswa dikenalkan dengan bangun persegi dan persegi panjang melalui hal-hal yang ada di sekitar sisiwa dengan memberikan permasalahan untuk membangun pengetahuan siswa.

b) Inkuiri.

Secara umum langkah-langkah inkuiri sebagai berikut: a) Merumuskan masalah

b) Mengamati dan melakukan observasi

c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya.

d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audienns lainnya.

Dalam hal ini, siswa diminta untuk melakukan observasi dan analisis dalam menemukan sendiri rumus luas persegi dengan bantuan potongan-potongan persegi satuan yang ditempel pada LKS.

c) Bertanya.

Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam belajar dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Di dalam LKS siswa diarahkan untuk memiliki pengetahuan tentang luas persegi dan persegi panjang dengan diajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorongnya untuk berpikir dan menjawab.

d) Masyarakat belajar.

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar yang diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Learning community tidak terbatas hanya dalam satu ruang/kelas tetapi juga dengan orang-orang di luar kelas (masyarakat).

LKS yang dikembangkan mengharuskan siswa untuk bekerjasa dalam kelompoknya, terdapat perintah diskusi dalam menyelesaikan masalah sehingga tercipta masyarakat belajar.

e) Pemodelan.

Dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswanya. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa.


(4)

Didalam LKS diberikan suatu permodelan terhadap bentuk-bentuk persegi dan persegi panjang sehingga mudah dicari luasnya.

f) Refleksi.

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Dengan begitu, siswa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Bagian terakhir dari CTL adalah siswa diminta untuk menjelaskan kembali apa yang sudah ia pahami mengenai luas persegi dan persegi panjang dengan bahasanya sendiri.

g) Penilaian autentik.

Penilaian autentik adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian autentik dilakukan pada bagian akhir proses pembelajaran yaitu dengan memberikan soal-soal evaluasi yang terdapat pada LKS.

5. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

dalam mengembangkan LKS materi persegi dan persegi panjang dikatakan valid dan praktis berdasarkan hasil uji ahli, uji one-to-one dan small group

2. Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dikategorikan memiliki efek potensial dari hasil uji lapangan (field test).

Daftar Rujukan

Aqib, Zainal. (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara Akker, Van den, jet. All. (2013). Education Design Research. Netherlands: Enschede


(5)

Diana, Merry. (2015). Pengembangan Lembar Kegiatan Siawa (LKS) Materi Segi Empat Berbasis Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Sekolah Menengah Pertama Kelas VII. FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang.

Hakim, M. Ayub. (2014). Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Materi Pokok Himpunan Untuk Siswa Kelas VII SMP/Mts (http://digilib.uin-suka.ac.id/14431/) , diakses 25 Desember 2015.

Ibnu, Trianto. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontektual. Jakarta: Kencana.

Johnson, Elaine B. (2011). CTL Contextual Teaching and Learning Menjadikan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.

Majid, Abdul. (2011). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Matutina, Jemmi Andrian. (2014). Pengembangan Lembar Kerja Siswa Mata Pelajaran Matematika Materi Bentuk Aljabar Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Siswa SMP Kelas VII (www. eprints.uny.ac.id/13206/1/) , diakses 4 januari 2016

Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jakarta: PT. Diva Pers.

Puspita, Lania. (2015). Pengembangan Bahan ajar Lembar Kegiatan Siswa ( LKS) berbasis pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Materi Kubus Siswa Kelas VII SMP Negeri 35 Palembang. FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang.

Sanjaya, Wina. (2013) . Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana.

Setyosari, Punjabi. (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana.

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta .

Sunarto, 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tessmer, Martin. 1993. Planning and Conducting Formative Evaluations. London: British Library.

Zulkardi. (2002). Developing a Learning Environment on Realistic Mathematics Education for Indonesia Students Teachers. Doktoral Dissertation. Enschede: University of Twente.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ZAT DAN WUJUDNYA TERINTEGRASI NILAI KEAGAMAAN (Eksperimen di MTs Al-Khairiyah,Citeureup-Bogor)

1 33 61

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 4 180

Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Energi dan Usaha

0 5 223

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141

PENINGKATAN KEAKTIFAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG MELALUI Peningkatan Keaktifan Dalam Pembelajaran Matematika Materi Keliling Persegi Dan Persegi Panjang Melalui Metode Problem Based Learning (PBL) Pada Sisw

0 2 15

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning pada Pokok Bahasan Persegi dan Persegi Panjang (PTK Pada Siswa

0 1 18

PENINGKATAN AKTIVITAS BEAJAR MATEMATIKA MELALUIPENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning pada Pokok Bahasan Persegi dan Persegi Panjang (PTK Pada Siswa Kelas VI

0 0 13