PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA :Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo.

(1)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK

No Skripsi 4198/UN.40.2.5.2/PL

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE

TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA

BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA

(

Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Ujian Sidang Sarjana Pariwisata pada Program Studi Manajemen Pemasaran Pariwisata

Oleh

SHINTA ABADI PERTIWI

0704489

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN PEMASARAN PARIWISATA

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

2014

PENGARUH

STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE

TERHADAP

BRAND

IMAGE

PADA DAYA TARIK WISATA

BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA

(

Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo)

Oleh

Shinta Abadi Pertiwi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial

©Shinta Abadi Pertiwi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND

IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA BUKIT ALAM HEJO

MAJALENGKA

(

Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo)

Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing 1 Pembimbiing 2

HP. Diyah Setiyorini, MM Yeni Yuniawati, S.Pd, MM

NIP. 19761031 200812 2 001 NIP. 19810608 200604 2 001 Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen Pemasaran Pariwisata FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia

HP. Diyah Setiyorini, MM NIP. 19761031 200812 2 001

Tanggung Jawab Yuridis Ada Pada Penulis,


(4)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

SHINTA ABADI PERTIWI NIM. 0704489


(5)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK

ABSTRAK

Shinta Abadi Pertiwi, 0704489, PENGARUH STRATEGY POINTS OF

DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK

WISATA BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA (Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo) di bawah bimbingan HP. Diyah Setiyorini, MM dan Yeni Yuniawati S.Pd,MM.

Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Pariwisata sudah bukan ha1 yang baru bahkan orang melakukan perjalanan merupakan kebutuhan hidup setiap manusia. Tingginya tingkat keinginan dan kebutuhan seseorang untuk berekreasi telah menyebabkan perkembangan dan persaingan di industri pariwisata semakin pesat. Perkembangan pariwisata Jawa Barat tidak terlepas dari berbagai destinasi yang menarik karena destinasi merupakan elemen penting dalam kepariwisataan. Salah satu destinasi pariwisata di Jawa Barat yang memiliki potensi serta daya tarik wisata tersendiri yaitu Majalengka. Majalengka memiliki tiga potensi yang bisa dikembangkan antara lain, pertambangan, pertanian, dan pariwisata. Saat ini daya tarik wisata yang banyak dikunjungi wisatawan adalah wisata buatan manusia, salah satunya adalah wisata tirta, waterboom, salah satu Waterboom yang sedang berkembang di Majalengka adalah Bukit Alam Hejo. Masyarakat mengenal Bukit Alam Hejo itu sebagai bumi perkemahan bukan sebagai daya tarik wisata air. Bukit Alam Hejo berusaha membentuk Image dibenak wisatawan dengan memberikan produk-produk wisata yang berbeda dengan daya tarik wisata sejenis yang ada di Majalengka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran points of difference, gambaran brand image dan pengaruh points of difference terhadap brand image. Sesuai dengan premis yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller (2012:302) bahwa point of difference adalah atribut-atribut atau benefit-benefit di mana konsumen secara kuat mengasosiasikan atau mengaitkan dengan sebuah merek. Merek yang kuat mungkin memiliki beberapa point of difference. Objek dalam penelitian ini adalah wisatawan lokal yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo. Variabel bebas (X) adalah points of difference sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah brand image (Y). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif dengan metode explanatory survey dan pendekatan cross sectional. Ukuran sampel sejumlah 100 wisatawan lokal yang mengunjungi Bukit Alam Hejo. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa points of difference memiliki pengaruh terhadap brand image. Adapun saran untuk perusahaan adalah meningkatkan pelayanan kualitas produk yang inovatif sehingga dapat membentuk image yang kuat dibenak konsumen.


(6)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

ABSTRACT

The development of tourism has undergone a variety of changes in both the change pattern, shape and nature of the activity, the encouragement of people to travel, ways of thinking, and the nature of the development itself. Tourism is not a new ha1 even people travel is a necessity of every human life. The high level of desire and need someone to recreation has led to the development and competition in the rapidly growing tourism industry. West Java tourism development can not be separated from the various destinations of interest as an important element in the destination tourism. One tourism destination in West Java which has the potential as well as a tourist attraction of its own, namely Majalengka. Majalengka has three potential that could be developed, among others, mining, agriculture, and tourism. Currently tourist attraction visited by many tourists are man-made tour, one of which is water tourism, boom, one of the emerging Waterboom Majalengka is Hill Nature Hejo. Society Hill Nature Hejo recognize it as a campground not as a tourist attraction water. Natural hill trying to form Image minds Hejo tourists by providing tourist products with different kind of tourist attraction in Majalengka. This study aims to reveal the points of difference, picture brand image and influence points of difference to the brand image. In accordance with the premise proposed by Kotler and Keller (2012: 302) that the points of difference are the attributes or benefits-benefits where consumers strongly associate or associate with a brand. Strong brands may have some points of difference. The object of this research is local tourists who visit the Hill Nature Hejo. The independent variable (X) are points of difference while the dependent variable in this study is the brand image (Y). The method used in this research is descriptive and verification with explanatory survey method and cross sectional approach. The sample size of 100 local tourists who visit the Hill Nature Hejo. Data analysis technique used is multiple regression. The results showed that the points of difference has an influence on brand image. As for advice for companies is to improve the service quality innovative products so as to form a strong image in the minds of consumers.


(7)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 14

1.3Tujuan Penelitian ... 15

1.4Kegunaan Penelitian... 15

1.4.1 Kegunaan teoritis ... 15

1.4.2 Kegunaan praktis ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 16

2.1 Kajian Pustaka ... 16

2.1.1 Konsep Pemasaran Pariwisata ... 16

2.1.2 Konsep Pemasaran Destinasi ... 19

2.1.2.1 Jenis-jenis Wisata ... 22

2.1.3 Konsep Positioning ... 25

2.1.3.1 Pengertian Points of Difference ... 26

2.1.3.2 Tahap-tahap membangun Points of Difference ... 29

2.1.3.3 Dimensi Points of Difference...31

2.1.4 Merek ... 32


(8)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

2.1.4.2 Brand Image ... 34

2.1.4.3 Manfaat Brand Image ... 36

2.1.5 Pengaruh Points of Difference terhadap Brand Image ... 37

2.1.6 Resume Hasil Penelitian dan Orisinalitas Penelitian ... 39

2.2 Kerangka Pemikiran ... 40

2.3 Hipotesis Penelitian ... 45

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Objek Penelitian...47

3.2 Metode Penelitian ... 48

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan... 48

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 49

3.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 54

3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 55

3.2.4.1 Populasi ... 55

3.2.4.2 Sampel ... 56

3.2.4.3 Teknik Sampling ... 57

3.2.5 Teknik Pengumpulan data ... 58

3.2.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 59

3.2.6.1 Pengujian Validitas ... 59

3.2.6.2 Pengujian Reliabilitas ... 62

3.2.7 Rancangan Analisis Data ... 63

3.2.8 Pengujian Hipotesis ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...70

4.1 Profil Perusahaan dan Wisatawan Bukit Alam Hejo...70


(9)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA

4.1.1.1 Identitas Perusahaan...70

4.1.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan...71

4.1.1.3 Produk dan Jasa yang Ditawarkan...72

4.1.2 Profil Wisatawan Individu Bukit Alam Hejo...74

4.1.2.1 Jenis Wisatawan Individu Bukit Alam Hejo Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia...74

4.1.2.2 Jenis Wisatawan individu Bukit Alam Hejo Berdasarkan Pekerjaan dan Penghasilan per Bulan...75

4.1.2.3 Jenis Wisatawan Individu Bukit Alam Hejo Berdasarkan Frekuensi Berkunjung Dan Rata-Rata Lama Berkunjung...76

4.1.2.4 Jenis Wisatawan Individu Bukit Alam Hejo Berdasarkan Alasan Berkunjung dan Dari Mana Informasi yang Didapat Mengenai Bukit Alam Hejo...77

4.1.2.5 Jenis Wisatawan Individu Bukit Alam Hejo dilihat Berdasarkan Daya Tari Wisata Waterboom lain yang Sering Dikunjungi Selain Bukit Alam Hejo dan Perbedaan Fasilitas yang Ditawarkan...78

4.1.2.6 Jenis Wisatawan Individu berdasarkan Jenis Transportasi yang Digunakan Saat Berkunjung ke Bukit Alam Hejo dan Berapa Orang yang Pergi dengan Mereka Saat Mengunjungi Bukit Alam Hejo...79

4.2 Tanggapan Wisatawan Individu terhadap Point of Difference di Bukit Alam Hejo...80

4.2.1 Tanggapan Wisatawan Individu Terhadap Desirable to Consumer di Bukit Alam Hejo...81

4.2.2 Tanggapan Wisatawan Individu Terhadap Deliverable by the Company di Bukit Alam Hejo...82

4.2.3 Tanggapan Wisatawan Individu Terhadap Differentiating from Competitors di Bukit Alam Hejo...83

4.2.4 Tanggapan Wisatawan Individu Terhadap Brand Image Bukit Alam Hejo...84

4.2.5 Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan Individu Terhadap Point of Difference di Bukit Alam Hejo...85

4.2.6 Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan Terhadap Brand Image di Bukit Alam Hejo...87

4.3 Pengaruh Point of Difference Terhadap Brand Image di Bukit Alam Hejo Majalengka...89


(10)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

4.3.1 Hasil Uji Asumsi Regresi...89

4.3.1.1 Hasil Uji Asumsi Normalitas...89

4.3.1.2 Hasil Uji Asumsi Heteroskedastisitas...91

4.3.1.3 Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas...92

4.3.1.4 Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi...93

4.3.1.5 Pengujian Uji Hipotesis Secara Simultan...94

4.3.1.6 Pengujian Hipotesis Secara Parsial...94

4.3.1.7 Model Persamaan Regresi Berganda Pengaruh Point of Difference Terhadap Brand Image di Bukit Alam Hejo...95

4.4 Implikasi Hasil Temuan Penelitian...96

4.4.1 Implikasi Temuan Bersifat Teoritik...96

4.4.2 Implikasi Temuan Bersifat Empirik...97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...99

5.1 Kesimpulan...99

5.2 Saran...100

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(11)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA DAFTAR TABEL

No. Nama Tabel Halaman

Tabel

1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia

Tahun 2008-2012 ... 2

1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Indonesia Tahun 2007-2012 ... 3

1.3 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Majalengka Tahun 2008-2012 ... 7

1.4 Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara pada Daya Tarik Wisata Majalengka Tahun 2010-2012...7

1.5 Kegiatan wisata Pendidikan di Bukit Alam Hejo...12

1.6 Program Points of Difference Bukit Alam Hejo...14

2.1 Definisi Brand Image...35

2.2 Resume Hasil Penelitian Terdahulu...39

3.1 Operasionalisasi Variabel...50


(12)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

DAFTAR GAMBAR

No. Nama Gambar Halaman

Gambar

1.1 Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat melalui Pintu Masuk Bandara Husein Sastranegara dan Pelabuhan Muarajati Tahun 2008-2012 ... 4 2.1 Kerangka Pemikiran Pembentukan Brand Image melalui Points

of Difference ... 44 2.2 Paradigma Penelitian ... 45 3.1 Regresi Berganda ... 65


(13)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Pariwisata sudah bukan ha1 yang baru bahkan orang melakukan perjalanan merupakan kebutuhan hidup setiap manusia. Tingginya tingkat keinginan dan kebutuhan seseorang untuk berekreasi telah menyebabkan perkembangan dan persaingan di industri pariwisata semakin pesat. Sebagai batasan terhadap pengertian pariwisata itu sendiri maka dikutip definisi pariwisata sesuai dengan Undang – undang Kepariwisataan No.10 tahun 2009 yaitu :

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar di sebuah negara.

Kegiatan pariwisata yang berkelanjutan dapat meningkatkan perbaikan

ekonomi suatu negara karena dapat mempengaruhi sektor-sektor ekonomi lainnya,

seperti industri destinasi, hotel, souvenir, transportasi sehingga taraf hidup

masyarakat semakin tinggi dan memacu pertumbuhan perekonomian nasio

Indonesia yang memiliki keragaman sumber daya alam yang berpotensi untuk dijadikan sebagai atraksi wisata juga berusaha untuk mengembangkan sektor pariwisatanya. Bahkan beberapa negara menempatkan pariwisata Indonesia sebagai sektor industri andalan yang berperan sebagai penghasil devisa utama


(14)

bagi masyarakatnya. Pendapatan negara (devisa) dari sektor pariwisata tercermin dari jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia, berikut ini dapat dilihat pertumbuhan wisatawan yang berwisata ke Indonesia.

TABEL 1.1

JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA

TAHUN 2008 – 2013

Tahun Jumlah Wisman

2008 6.234.497

2009 6.323.730

2010 7.002.944

2011 7.649.731

2012 7.988.574

Sumber : Badan Pusat Statisik 2012

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah wisman yang datang ke Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2010 berjumlah 7.002.944 wisman mengalami peningkatan 67,92%. Pariwisata Indonesia mengalami peningkatan jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia dapat ditunjukkan oleh data Departemen Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2008 dan tidak adanya pengaruh dari krisis ekonomi global.

Secara kumulatif, selama Januari-Desember 2013, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 8,80 juta kunjungan yang berarti meningkat 9,42% dibandingkan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2012.

Indonesia memiliki beberapa provinsi yang kaya akan potensi wisata.

Salah satunya yaitu Jawa Barat. Jawa barat memiliki potensi wisata berupa


(15)

merupakan ciri khas kepariwisataan di Jawa Barat. Selain itu juga Jawa Barat merupakan daerah tujuan wisata di Indonesia yang menjadi prioritas untuk dikembangkan setelah Bali dan DKI Jakarta. Hal ini berdasarkan pada pertimbangan posisi strategis Jawa Barat dengan aksesibilitas yang mudah, memiliki keanekaragaman objek, daya tarik wisata, maupun fasilitas penunjangnya yang didukung dengan jaringan transportasi dan infrastruktur yang terus berkembang sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam berwisata.

Daya tarik wisata Jawa Barat terdiri dari daya tarik yang bersifat tangible (berwujud), seperti daya tarik wisata pantai, museum, maupun intangible (tidak berwujud), seperti sejarah, budaya masyarakat tradisional, maupun events (peristiwa pariwisata). Potensi pasar wisatawan Jawa Barat juga tidak kalah besarnya. Kedekatan Jawa Barat dengan wilayah yang berpenduduk banyak dan sudah berkembang menjadikan Jawa Barat kaya akan sumber pasar wisatawan, serta pengembangan pariwisata Jawa Barat yang didukung oleh keanekaragaman budaya dan pesona alam yang memikat dari tiap kota dan kabupatennya.

Potensi pariwisata ini harus terus dikembangkan agar menarik wisatawan untuk berkunjung. Berikut ini gambar yang menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Jawa Barat dilihat dari pintu masuk Bandara Husein Sastranegara dan Pelabuhan Muarajati Tahun 2008-2012.


(16)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2012

GAMBAR 1.1

PERKEMBANGAN WISATAWAN MANCANEGARA

YANG BERKUNJUNG KE JAWA BARAT MELALUI PINTU MASUK BANDARA HUSEN SASTRANEGARA DAN PELABUHAN MUARAJATI,

TAHUN 2008-2012

Berdasarkan data pada Gambar 1.1 menunjukan bahwa jumlah wisman yang berkunjung ke Jawa Barat melalui Bandara Husen Sastranegara dan Pelabuhan Muarajati pada Tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 25,07% dibandingkan dengan Tahun 2012 sebesar 10,82%. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan meningkatnya jumlah wisman dan wisnus yang berkunjung ke Jawa Barat, maka semakin dibutuhkannya fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan di dalamnya.

Perkembangan pariwisata Jawa Barat tidak terlepas dari berbagai destinasi yang menarik karena destinasi merupakan elemen penting dalam kepariwisataan. Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa destinasi pariwisata merupakan kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas

Bandara Husen Sastranegar a dan Pelabuhan Muarajati… Bandara Husen Sastranegar a dan Pelabuhan Muarajati… Bandara Husen Sastranegar a dan Pelabuhan Muarajati… 117.550 Bandara Husen Sastranegar a dan Pelabuhan Muarajati…


(17)

pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Salah satu destinasi pariwisata di Jawa Barat yang memiliki potensi serta daya tarik wisata tersendiri yaitu Majalengka. Majalengka memiliki tiga potensi yang bisa dikembangkan antara lain, pertambangan, pertanian, dan pariwisata. Majalengka juga dikenal sebagai kota angin. Majalengka merupakan bagian dari salah satu kawasan andalan di wilayah timur yang saat ini menjadi pusat perhatian Provinsi Jawa Barat, yang dalam kebijakan pembangunannya diarahkan sebagai sentra bisnis dengan basis utama agribisnis, pariwisata, industri jasa dan sumber manusia.

Potensi daya tarik wisata yang ada di kawasan Majalengka berupa alam dan budaya yang cukup prospektif dan potensial bagi pengembangan pariwisata sebagai penggerak perekonomian masyarakat, namun secara keseluruhan belum dilakukan secara optimal, artinya masih perlu adanya pembenahan serta pengelolaan yang lebih baik. Beberapa potensi dan produk unggulan yang dimiliki oleh kota ini diantaranya Panorama Sindangwangi, Batu Alam, Batik, Kerajinan Batu Ukir, Perkebunan Durian, Kerajinan Batu Andesit, Kerajinan Batu Gipsum, Kerajinan Bola Sepak, Kerajinan Anyaman Bambu, Kerajinan Genteng, Perkebunan Teh, Kecap, Industri Pakaian Jeans, Perkebunan Mangga Gedong Gincu. Sedangkan daya tarik wisata yang dimiliki oleh kota Majalengka adalah Bukit Alam Hejo, Prabu Siliwangi, Situ Talaga Herang, Waterboom Tirta Indah,


(18)

Curug Muara Jaya, Situ Sangiang, Curug Tonjong, Taman Buana Marga dan Buna Puri, Museum Talaga Manggung.

Produk dan potensi wisata yang ada merupakan peluang besar bagi kota ini untuk menarik wisatawan lebih banyak lagi. Namun, nampaknya peluang ini tidak begitu dimanfaatkan oleh pemerintah setempat terlihat dari kurangnya fasilitas infrastruktur pendukung seperti akses transportasi menuju lokasi wisata yang masih kurang layak. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan ke Majalengka yang dicatat oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Majalengka yang tersaji dalam Tabel 1.3 :

TABEL 1.3

JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA MAJALENGKA TAHUN 2008-2013

TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 2013

JUMLAH WISATAWAN

17.561 15.530 16.530 17.635 16.254 15.890

Sumber : Dinas Pemuda Olahraga kebudayaan dan Pariwisata Majalengka

Berdasarkan uraian tabel 1.3 diatas, terlihat bahwa terjadi fluktuasi jumlah wisatawan yang datang ke Majalengka. Selama periode 2008 – 2011 jumlah wisatawan yang datang cenderung mengalami penurunan. Tahun 2010-2011 jumlah wisatawan yang datang sempat mengalami kenaikan sebesar 48,3%. Sedangkan pada tahun 2012-2013 mengalami penurunan 50,5%.


(19)

Penurunan jumlah wisatawan ini tentunya harus diantisipasi oleh pemerintah setempat. Maka dari itu pemerintah lebih meningkatkan kegiatan promosi guna menarik minat wisatawan untuk mengunjungi daya tarik wisata yang ada di Majalengka. Tabel 1.4 berikut akan menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan ke beberapa daya tarik wisata yang terkenal yang ada di Majalengka.

TABEL 1.4

JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN NUSANTARA PADA DAYA TARIK WISATA MAJALENGKA TAHUN 2010-2012

JENIS DAYA

TARIK WISATA TAHUN

JENIS DAYA TARIK

WISATA TAHUN

WISATA ALAM 2010 2011 2012 BUATAN MANUSIA 2010 2011 2012

Situ Sangiang 756 841 789 Bukit Alam Hejo 264 381 543

Curug Muara Jaya 845 957 890 Waterboom Tirta Indah 980 1025 1321 Situ Talaga Herang 876 985 900 Waterboom Tirta Bima 870 924 980

Prabu Siliwangi 580 634 835 Waterboom Rajawali 900 954 997

Berdasarkan tabel 1.4 diatas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan pada daya tarik wisata yang ada di Majalengka masih belum stabil. Maka perlu adanya upaya pengembangan dan pengelolaan kawasan pariwisata di Majalengka seperti pembangunan dan pengembangan infrastruktur serta fasilitas wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisata.

Saat ini daya tarik wisata yang banyak dikunjungi wisatawan adalah wisata buatan manusia, salah satunya adalah wisata tirta, waterboom. Definisi Wisata Tirta menurut Undang – Undang Kepariwisataan No.10 Tahun 2009 adalah sarana dan pelayanan untuk melakukan berbagai kegiatan olahraga air dan wisata tontonan seperti tabung selam, fin, papan selancar dan glass boat. Salah


(20)

satu daya tarik wisata tirta yang ada di Majalengka yang sedang berkembang adalah Bukit Alam Hejo.

Sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1.4. bahwa jumlah kunjungan wisatawan yang paling rendah adalah terdapat pada daya tarik wisata Bukit Alam Hejo. Meskipun jumlah kunjungannya meningkat tiap tahun, namun target kunjungannya belum mencapai target sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pihak pengelola. Pihak pengelola menginginkan target kunjungan wisatawan di tahun 2012 adalah sebanyak 1500 orang.

Angka tersebut diambil oleh pengelola karena mereka ingin memperoleh jumlah kunjungan wisatawan melebihi dari daya atarik wisata yang sejenis. Salah satu, penyebab dari tidak tercapainya target kunjungan wisatawan adalah karena citra dari Bukit Alam Hejo yang belum kuat tertanam dalam benak wisatawan. Sebagian pengunjung belum menyadari bahwa nama Bukit Alam Hejo adalah sebuah tempat wisata.

Hal ini diperkuat oleh hasil pra penelitian yang dilakukan terhadap 50 wisatawan pada periode 20 Januari 2014 yang menunjukkan bahwa 74% menganggap bahwa Bukit Alam Hejo adalah sebagai bumi perkemahan bukan sebagai daya tarik wisata tirta. Bahkan hanya 16% yang mengenal Bukit Alam Hejo sebagai daya tarik wisata, dan sisanya (10%) mengatakan bahwa Bukit Alam Hejo adalah nama komplek perumahan.

Wisatawan yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo pun 80% merupakan wisatawan yang berasal dari Majalengka atau wisatawan lokal dan sisanya 20%


(21)

adalah wisatawan yang berasal dari luar kota seperti Cirebon,Kuningan, dan Sumedang. Wisatawan pun menilai bahwa Bukit Alam Hejo belum bisa dikategorikan sebagai suatu daya tarik wisata yang baik karena hampir 50% wisatawan menilai daya tarik wisata ini kurang baik karena menurut mereka masih banyak lahan kosong yang tidak terpakai.

Tingginya tingkat persaingan di dunia pariwisata khususnya daerah Majalengka, menuntut pihak pengelola untuk menciptakan suatu hal yang berbeda dan unik yang menjadi ciri khas dari Bukit Alam Hejo dengan tujuan untuk lebih memperkuat citra (Brand image) dari Bukit Alam Hejo sebagai daya tarik wisata tirta.

Brand image merupakan aset bagi suatu daya tarik wisata, karena

didalamnya mengandung janji, kepercayaan wisatawan terhadap suatu brand.

Brand image yang positif dapat membangun kredibilitas wisatawan terhadap

merek, selain itu juga dapat mempengaruhi keputusan berkunjung. Oleh karena itu, daya tarik wisata harus berusaha menciptakan brand image yang baik dimata pengunjung karena merek sangat berguna untuk memudahkan pengunjungnya dalam mengambil keputusan untuk berwisata pada suatu daya tarik wisata.

Merek atau image yang terkenal tersebut juga menjadi salah satu alasan atau motivasi wisatawan untuk berkunjung. Citra yang baik dari suatu objek wisata dapat mendorong proses kunjungan wisatawan terhadap produknya. Walaupun keputusan berkunjung dapat dipengaruhi bermacam-macam dorongan


(22)

namun produsen dapat memperbesar kecenderungan tersebut dengan berbagai cara, salah satunya dengan citra merek yang baik.

Pendekatan ini dinilai sangat efektif karena sejalan dengan perkembangan jaman dan teknologi, selain itu untuk menciptakan suatu kepuasan serta untuk meningkatkan brand image, para pemasar lebih menekankan diferensiasi produk untuk membedakan produknya dengan produk pesaingnya.

Adapun pengertian citra (image) dalam konteks pemasaran adalah “set of benefit, ideas, and impressions that a person holds regarding an object. People

attitude and actions towards an object are highly conditioned by the object image” (Kotler, 2008:607). Menurut Kotler, citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek, sikap dan perilaku individu terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh citranya.

Citra bisa dibangun dengan berbagai cara baik dari segi kualitas produk yang dihasilkan perusahaan maupun lainnya. Untuk mengetahui kesan yang baik dari konsumennya maka perusahaan perlu mengetahui citra konsumennya selama ini, sehingga pengambil keputusan dari perusahaan bisa mengambil langkah – langkah strategis guna menguasai segala kendala yang dihadapi perusahaan terutama yang berkaitan dengan citra konsumennya. Perusahaan harus dapat membuat langkah – langkah strategis untuk dapat terus bersaing dengan kompetitor. Oleh karena itu Bukit Alam Hejo terus mengupayakan agar citra mereka lebih dikenal oleh wisatawan lokal melalui strategi yang mereka miliki


(23)

yaitu dengan berusaha memberikan fasilitas yang berbeda dan lebih lengkap dibandingkan dengan daya tarik wisata sejenis yang ada di Majalengka.

Adapun program yang berbeda yang ditawarkan oleh Bukit Alam Hejo adalah adanya wisata pendidikan. Wisata pendidikan yang ada bisa dinikmati oleh seluruh kalangan, namun tetap didalamnya terdapat beberapa perbedaan sasaran. Untuk kelompok TK, SD, SMP lebih diarahkan untuk belajar IPA dan agrobisnis terapan. Untuk SMA, Peruguruan Tinggi dan tamu umum lebih diarahkan untuk melatih jiwa mandiri, melatih kreativitas dengan hasil akhir yang diharapkan minimal bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Program ini lebih menekankan pada merubah paradigma ataupun pola pikir menjadi lebih mandiri untuk mempersiapkan kehidupan dimasa depan yang lebih baik melalui program wisata pendidikan seperti mengadakan seminar dan training. Kegiatan yang dilakukan dalam wisata pendidikan dapat dilihat pada tabel 1.6 berikut ini :

TABEL 1.5

KEGIATAN WISATA PENDIDIKAN DI BUKIT ALAM HEJO

No Program Kegiatan yang dilakukan

1. Wisata Alam Plus Sebuah program wisata alam yang dikombinasikan dengan pembelajaran IPA ataupun agrobisnis. Peserta akan dikenalkan dengan beberapa jenis pohon yang ada dikomplek wisata tersebut dimana pohon-pohon sudah dilengkapi dengan nama pohon (bahasa Indonesia, dan bahasa latin), peserta juga akan diperkenalkan dengan miniatur agrobisnis terapan (tumpangsari, pemanfaatan lahan tidur, optimalisasi sumber daya alam, pemahaman antara kekayaan dan aset, pemberian nilai tambah terhadap barang maupun jasa). Sasaran peserta


(24)

adalah anak PG/TK, SD, SMP dan SMA.

2. Studypreneur Sebuah program dimana peserta akan diberikan wawasan bagaimana merubah produk maupun jasa dengan diberi nilai tambah yang akan menghasilkan nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi. Peserta diajak meninjau langsung ke beberapa tempat produksi yang merubah atau memberikan nilai tambah pada suatu produk atau jasa. Sasaran peserta adalah anak SMP dan SMA.

Banyak faktor yang harus diperhatikan oleh pihak pengelola Bukit Alam Hejo. Salah satu diantaranya adalah meningkatkan keunikan produk dan jasa yang ditawarkan sebagai ciri khas yang membedakan dari daya tarik wisata lain yang sejenis, atau disebut dengan istilah Points Of Difference atau POD’s. Makna dari POD adalah “ are attributes or benefits that consumers strongly associate with a

brand, positively evaluate, and believe they could not find to the same extent with

a competitive brand. Associations that make up points of difference may be based

on virtually any type of attribute or benefit. Strong brands may have multiple

points of difference. Creating strong, favorable, and unique associations is a real challenge, but an essential one for competitive brand positioning” (Kotler Keller, 2012: 265). Atribut-atribut atau benefit-benefit di mana konsumen secara kuat mengasosiasikan atau mengaitkan dengan sebuah merek, mengevaluasi secara positif dan mempercayai bahwa mereka tidak dapat menemukan pada tingkat yang sama dengan sebuah merek lain yang kompetitif.

Comment [v2]: Sepertinya yang rutin dilakukan adalah studypre eur da wisata ala plus…. Jadi, u tuk POD, o a a il kedua kegiata i i….


(25)

Berdasarkan kondisi persaingan pariwisata di Majalengka yang memiliki banyak daya tarik wisata sejenis terutama daya tarik wisata tirta, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh Bukit Alam Hejo untuk meningkatan citranya di benak wisatawan yaitu dengan Bukit Alam Hejo Points Of Difference. Points Of

Difference ini bertujuan menempatkan citra Bukit Alam Hejo dalam benak

wisatawan untuk memaksimalkan manfaat potensial perusahaan. Seorang wisatawan akan lebih mengingat citra suatu perusahaan jika perusahaan tersebut memiliki hal unik yang berbeda dari perusahaan lain. Dengan demikian, POD’s merupakan unsur yang penting dalam pemasaran dan dalam meningkatkan suatu citra atau image.

Adapun Program POD dari Bukit alam Hejo dapat dilihat pada tabel 1.6 di bawah :

TABEL 1.6

PROGRAM POINT OF DIFFERENCE BUKIT ALAM HEJO Atribut Produk

dalam POD Bukit Alam Hijau Tirta Indah Tirta Bima Rajawali

Atraksi Utama Wisata Tirta dan Aktivitas outbound

Wisata Tirta Wisata Tirta Wisata Tirta

Atraksi Pendukung

Venue utk

seminar/kegiatan2 lain

Tidak ada Tidak ada Tidak Ada

Studypreneur, wisata alam plus

Tidak ada Tidak ada Tidak Ada

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diadakannya suatu penelitian untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh points of difference terhadap citra merek pada daya tarik wisata Bukit Alam Hejo yang terdapat di Majalengka. Untuk itu peneliti mengambil judul “ PENGARUH POINTS OF


(26)

DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK

WISATA BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti, sebagai berikut :

1. Bagaimana points of difference yang dilakukan oleh daya tarik wisata Bukit Alam Hejo.

2. Bagaimana brand image daya tarik wisata Bukit Alam Hejo.

3. Seberapa besar pengaruh points of difference terhadap brand image pada daya tarik wisata Bukit Alam Hejo.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil temuan :

1. Gambaran mengenai points of difference yang dilakukan daya tarik wisata Bukit Alam Hejo.

2. Gambaran mengenai brand image pada daya tarik wisata Bukit Alam Hejo. 3. Gambaran mengenai pengaruh points of difference terhadap brand image

daya tarik wisata Bukit Alam Hejo. 1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu manajemen pemasaran, khususnya mengenai points of difference yang dilakukan untuk


(27)

meningkatkan brand image. Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk mengembangkan ilmu manajemen pemasaran pariwisata khususnya dalam bidang manajemen pemasaran destinasi.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi bagi pihak manajemen Bukit Alan Hejo sehingga dapat menjadikan bahan masukan dalam upaya meningkatkan kinerja dalam meningkatkan citra merek agar tetap dapat bertahan di dalam usaha industri pariwisata.


(28)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

BAB III

OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisa point of difference Bukit Alam Hejo sebagai daya tarik wisata tirta sebagai upaya untuk menciptakan brand image Bukit Alam Hejo tersebut. bagian dari pemasaran jasa. Point of difference yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penciptaan titik-titik pembeda yang membedakan daya tarik wisata Bukit Alam Hejo sebagai salah satu wisata tirta.

Point of Difference dalam penelitian ini adalah variabel independent yang terdiri dari dimensi desirable to consumer, deliverable by the company, dan differentiating from competitors. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Brand Image. Brand Image yang diteliti berdasarkan pada pengunjung yang datang pada daya tarik wisata Bukit Alam Hejo.

Adapun yang menjadi responden pada penelitian ini adalah wisatawan nusantara yang berkunjung pada daya tarik wisata Bukit Alam Hejo. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama kurun waktu kurang dari satu tahun, maka metode yang digunakan cross sectional method. Cross sectional method adalah metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam satu kurun waktu tertentu atau tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang (Husein Umar 2010:131). Penelitian ini difokuskan pada penelitian tentang pengaruh program point of difference terhadap brand image daya tarik wisata Bukit Alam Hejo sebagai wisata tirta.


(29)

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan

Berdasarkan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini,maka jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2010:35) menjelaskan, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan dan atau mencari hubungan variabel satu sama lain. Jenis penelitian ini, digunakan dengan maksud untuk memuat gambaran secara terstruktur mengenai fakta-fakta yang akan diteliti mengenai program point of difference yang dilakukan oleh daya tarik wisata Bukit Alam Hejo dan brand image wisatawan Bukit Alam Hejo.

Penelitian verifikatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono 2010:36). Berdasarkan jenis penelitian di atas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey. Metode explanatory survey menurut Sugiyono (2010:75) adalah metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.


(30)

. Informasi dari sebagian populasi (sample responden) dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang diteliti.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Ulber Silalahi (2009:201) operasionalisasi variabel merupakan kegiatan mengurai variabel menjadi sejumlah variabel operasional atau variabel empiris (indikator, item) yang menunjuk langsung pada hal-hal yang dapat diamati atau diukur. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel tidak bebas. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain, sedangkan variabel tidak bebas adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah point of difference dan brand image. Adapun sebagai variabel X adalah point of difference yang memiliki dimensi diantaranya desirable to consumer, deliverable by the company, differentiating from competitors. Sedangkan brand image sebagai variabel Y. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel operasionalisasi variabel dibawah ini :


(31)

TABEL 3.1

OPERASIONALISASI VARIABEL Variabel/

Sub Variabel

Konsep Variabel Indikator Ukuran

indikator

Skala No

Item

Point Of Difference

(X)

Point of difference adalah atribut-atribut atau benefit-benefit di mana konsumen secara kuat mengasosiasikan atau mengaitkan dengan sebuah merek, mengevaluasi secara positif dan mempercayai bahwa mereka tidak dapat menemukan pada tingkat yang sama dengan sebuah merek lain yang kompetitif. Asosiasi yang membentuk titik perbedaan mungkin didasarkan pada hampir semua jenis atribut atau manfaat. Merek yang kuat mungkin memiliki beberapa titik perbedaan. Membentuk merek yang kuat, menguntungkan, dan asosiasi yang unik adalah tantangan nyata, dan penting untuk memposisikan merek yang kompetitif. (Kotler dan Keller 2012:302).

Desirable to Consumer

(X1)

Konsumen harus melihat asosiasi merek secara relevan terhadap pribadi mereka. Konsumen harus juga diberikan alasan kuat untuk percaya dan alasan yang dapat dimengerti mengapa merek dapat memberikan manfaat yang diinginkan.

(Kotler Keller 2012:302)

1.Relevansi merek Bukit Alam Hejo terhadap produk yang ditawarkan Tingkat relevansi merek Bukit Alam Hejo dengan produk wisata pendidikan yang ditawarkan Tingkat relevansi merek Bukit Alam Hejo terhadap wisata alam plus yang disediakan Tingkat relevansi merek Bukit Alam Hejo terhadap waterboom yang terdapat di Majalengka Tingkat relevansi merek Bukit Alam Hejo terhadap Ordinaly Ordinaly Ordinaly Ordinaly A.1.1 A.1.2 A.1.3 A.1.4


(32)

pemandangan yang ada 2. Keinginan Tingkat

keinginan untuk berkunjung ke Bukit Alam Hejo Tingkat

keinginan untuk berenang di Bukit Alam Hejo Tingkat

keinginan untuk studypreneur di Bukit Alam Hejo Tingkat

keinginan untuk mengikuti wisata alam plus di Bukit Alam Hejo

Ordinaly Ordinaly Ordinaly Ordinaly A.2.5 A.2.6 A.2.7 A.2.8 Deliverable by the Company

(X2)

Perusahaan harus memiliki komitmen untuk mengolah sumber daya internal yang menghasilkan keuntungan sehingga asosiasi merek dapat

terbentuk dibenak konsumen.

1. Kualitas pelayanan perusahaan Tingkat kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan terhadap pengunjung dalam menyediakan informasi mengenai wisata pendidikan yang ditawarkan Tingkat kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan terhadap pengunjung dalam menyediakan informasi mengenai wisata alam plus yang

Ordinaly

Ordinaly

B.1.1


(33)

ditawarkan Tingkat kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan terhadap pengunjung dalam menyediakan fasilitas waterboom yang ditawarkan

Ordinaly B.1.3

2. Kehandalan petugas Tingkat kehandalan petugas pada masing-masing produk wisata yang ditawarkan Tingkat keramahan pelayanan yang ada pada Bukit Alam Hejo Ordinaly Ordinaly B.2.1 B.2.2 3. Kebersihan fasilitas umum pada masing-masing produk wisata Tingkat kebersihan fasilitas umum Tingkat kenyamanan yang ada di Bukit Alam Hejo

Ordinaly

Ordinaly

B.3.3


(34)

Differentiatin g from Competitors

(X3)

Konsumen harus melihat asosiasi merek sebagai sesuatu yang khusus dan unggul dari pesaing yang relevan. Ketika telah banyak merek yang beredar dengan beragam differensiasi, keharusan sebuah merek pendatang untuk tampil lain daripada yang lain. Bila tidak merek akan dipandang serupa, tidak jelas dan akhirnya tidak menarik perhatian konsumen. Konsumen sasaran harus menemukan bahwa titik perbedaan itu memang lain daripada yang lain dan unggul.

1. Kekhasan pengelola atau karyawan yang melayani pengunjung Tingkat kekhasan pengelola Bukit Alam Hejo dalam memberikan pelayanan wisata alam plus

Tingkat kekhasan pengelola Bukit Alam Hejo dalam memberikan pelayanan Wisata pendidikan Tingkat kekhasan pengelola Bukit Alam Hejo dalam menyediakan wahana waterpark Ordinaly Ordinaly Ordinaly C.1.1 C.1.2 C.1.3 2. Inovasi produk wisata yang ditawarkan Tingkat keinovatifan produk wisata alam plus yang ditawarkan Tingkat keinovatifan produk wisata pendidikan yang ditawarkan Tingkat keinovatifan wahana waterpark yang ditawarkan Ordinaly Ordinaly Ordinaly C.2.4 C.2.5 C.2.6 Brand Image (Y)

Citra merek merupakan seperangkat keyakinan mengenai merek tertentu. Citra yang positif dapat dibentuk oleh kekuatan hubungan (strength), manfaat (favorability ) dan keunikan (uniqueness). (Keller 2007:56-58)

Strength (Y1)

Fungsi dari jumlah atau kualitas dari pengolahan informasi seperti halnya dalam menerima kealamian mutu.

1. Kekuatan variasi produk yang ditawarkan

Tingkat kekuatan variasi produk wisata alam plus yang ditawarkan Tingkat kekuatan Ordinaly Ordinaly D.1.1 D.1.2


(35)

variasi produk wisata pendidikan yang ditawarkan Tingkat kekuatan variasi produk pada waterpark Bukit Alam Hejo

Ordinaly D.1.3

Favorability (Y2)

Merek yang baik diciptakan dengan meyakinkan konsumen bahwa merek memiliki

kesesuaian atribut dan cukup meyakinkan bermanfaat. 1. Kesesuaian merek dengan manfaat yang didapat Tingkat kesesuaian Bukit Alam Hejo sebagai tempat wisata alam plus Tingkat kesesuaian Bukit Alam Hejo sebagai tempat wisata pendidikan Tingkat kesesuaian Bukit Alam Hejo sebagai tempat relaksasi Ordinaly Ordinaly Ordinaly D.2.1 D.2.2 D.2.3 Uniqueness (Y3)

Merek mempunyai suatu keuntungan yang kompetitif atau rancangan penjualan yang unik dan itu memberikan konsumen suatu alasan mengapa mereka perlu membeli merek.

1. Keunikan produk wisata yang ditawarkan

Tingkat keunikan wisata alam plus yang ditawarkan Tingkat keunikan wisata pendidikan yang ditawarkan Tingkat keunikan wahana waterpark yang ditawarkan Ordinaly Ordinaly Ordinaly D.3.1 D.3.2 D.3.3

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data merupakan informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan variabel yang diteliti. Oleh karena itu harus diproses terlebih dahulu untuk memperoleh informasi yang diperlukan bagi suatu penelitian. Jenis data menurut cara memperolehnya dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.


(36)

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari objek yang diteliti. Menurut Sugiyono (2008:193) data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah seluruh data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah responden yang sesuai dengan target sasaran dan dianggap mewakili seluruh populasi data penelitian, yaitu pengunjung Bukit Alam Hejo.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, dimana subjeknya tidak berhubungan langsung dengan objek penelitian tetapi membantu dan dapat memberikan informasi untuk bahan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah artikel, literature, dan situs internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 3.2.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2011:119) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang


(37)

lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo. Populasi yang digunakan adalah populasi jumlah kunjungan wisatawan nusantara pada tahun 2012 yang berjumlah 543.

3.2.4.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2011:120) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif atau mewakili.

Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian wisatawan nusantara yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebesar 100 sampel. Ukuran sampel tersebut diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2006:141) yaitu sebagai berikut :

2

1

Ne

N

n

Dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi


(38)

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat ditolelir

Berdasarkan rumus Slovin, maka dapat dihitung jumlah populasi (N) adalah sebagai berikut :

100 81 , 99 ) 1 , 0 ( 543 1

543 2 n

Berdasarkan rumus Slovin, maka ukuran sampel pada penelitian ini adalah 100 orang sebagai responden.

3.2.4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling menurut Sugiyono (2011:301) adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Ada dua macam teknik sampling yaitu probability sampling dan non probability sampling.

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2011: 300,301)

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling insidental karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data.


(39)

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data mengacu pada cara yang diinginkan peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan, sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini didapat dengan menggunakan :

1. Interview (wawancara), Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data secara langsung dengan pihak perusahaan, dalam hal ini pegawai atau manajemen Bukit Alam Hejo mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

2. Studi literatur yaitu usaha untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan teori-teori dan ada kaitannya dengan masalah dan variable-variabel yang diteliti, yaitu denga cara mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur dan buku-buku, dan dokumentasi-dokumentasi yang berhubungan dengan obyek yang diteliti yaitu point of difference dan brand image.

3. Kuesioner (angket), Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis mengenai brand image dan faktor pembeda daya tarik wisata Bukit Alam Hejo dimata pengunjung sebagai responden dari penelitian.

4. Riset lapangan, Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian untuk mengetahui point of difference dengan brand image di Bukit Alam Hejo Majalengka.


(40)

3.2.6 Pengujian Validitas dan Reabilitas 3.2.6.1 Pengujian Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2009:145) yang dimaksud dengan validitas

adalah ”Suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen”. Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang berarti memiliki validitas yang rendah.

Menurut Sugiyono (2011:363) menyatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Apabila peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka item-item yang tersusun pada kuesioner tersebut harus dapat digunakan sebagai alat ukur dalam pengujian sehingga dapat sesuai dengan tujuan awal dari penelitian tersebut.

Rumus yang digunakan untuk menguji validitas menggunakan nilai korelasi antara data pada masing-masing pernyataan skor total memakai teknik korelasi product moment, dikarenakan skala yang digunakan ordinal dan terdapat prasyarat pengolahan data yang menggunakan teknik korelasi product moment sekurang-kurangnya merupakan data interval. Maka data dalam penelitian ini perlu untuk ditransformasi menjadi skala interval dengan menggunakan Method of Succesive Interval (MSI).


(41)

rxy =

X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item Y = Skor total

∑X = Jumlah skor dalam distribusi X

∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑X2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

∑Y2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y = Jumlah sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2012:148), keputusan pengujian validitas, item pertanyaan yang diteliti dikatakan valid jika rhitung > rtabel dan item pertanyaan yang diteliti dikatakan tidak valid jika rhitung < rtabel.

Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah validitas dari variabel Point of Difference yang terdiri dari Desirable to Consumer, Deliverable by the Company, dan Differentiating from Competitor sebagai instrumen variabel X dan Brand Image sebagai Variabel Y. Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi menurut Arikunto (2012: 245) adalah sebagai berikut :

TABEL3.2

INTERPRETASI BESARNYA KOEFISIEN KORELASI

Besarnya Nilai Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah

Sumber : Suharsimi Arikunto (2012:245)

Keputusan pengujian validitas item instrumen, menggunakan taraf signifikansi adalah sebagai berikut :


(42)

1. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan valid, jika rhitung > rtabel 2. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan tidak valid, jika rhitung < rtabel.

Pengujian validitas item instrument dilakukan dengan bantuan SPSS 20 for windows. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 20 for windows diperoleh hasil pengujian dari item pertanyaan yang diajukan peneliti sebagai berikut:

TABEL 3.3

Variabel (X) Point of Differences dan Variabel (Y) Brand Image

Desirable to Consumer (X1)

No Pertanyaan rhitung rtabel Kesimpulan

1 Relevansi merek Bukit Alam Hejo terhadap produk ditawarkan

0.851 0.361 Valid

2 Keinginan wisatawan untuk berkunjung ke Bukit Alam Hejo

0.767 0.361 Valid

Deliverable by the Company (X2)

No Pertanyaan rhitung rtabel Kesimpulan

1 Kualitas pelayanan perusahaan

0.751 0.361 Valid

2 Kehandalan petugas 0.689 0.361 Valid

3 Kebersihan fasilitas umum pada masing-masing produk wisata

0.547 0.361 Valid

Differentiating from Competitors (X3)

No Pertanyaan rhitung rtabel Kesimpulan

1 Kekhasan pengelola atau karyawan yang melayani wisatawan

0.842 0.361 Valid

2 Inovasi produk wisata yang ditawarkan

0.619 0.361 Valid

Brand Image (Y)

No Pertanyaan rhitung rtabel Kesimpulan

1 Kekuatan variasi produk yang ditawarkan

0.877 0.361 Valid

2 Kesesuaian merek dengan manfaat yang didapat

0.669 0.361 Valid


(43)

yang ditawarkan

Sumber : Hasil pengolahan data 2014

Tabel 3.3 dengan hasil pengujian validitas di atas menunjukkan bahwa keseluruhan item pertanyaan yang berjumlah 10 pertanyaan dapat dikatakan valid karena nilai rhitung lebih besar dibandingkan dengan rtabel yaitu sebesar 0,361 pada derajat kebebasan (df = n-2) dengan responden sebanyak 30 responden.

3.2.6.2 Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas adalah menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut adalah baik. Reliabilitas menunjukkan keterandalan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2006: 178).

Keterangan :

2

b = Harga varian tiap butir pertanyaan

2

x

= Jumlah kuadrat skor total

2

x

= Kuadrat seluruh skor responden di setiap butir pertanyaan

N = Jumlah responden

Menghitung varian total

2

t

Keterangan :

2

t = Harga varian total

2

y

= Jumlah kuadrat total

2

y = Jumlah kuadrat dari jumlah N = Jumlah responden

N N x x b 2 2 2 N N y y t 2 2 2


(44)

Keputusan pengujian reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Jika koefisien internal seluruh item (ri) ≥ rtabel dengan tingkat signifikansi 5% maka item pertanyaan dikatakan reliabel.

2. Jika koefisien internal seluruh item (rt) ≤ rtabel dengan tingkat signifikasi 5% maka item pertanyaan dikatakan reliabel.

Keputusan pengujian reliabilitas item instrumen, adalah sebagai berikut : 1. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan reliabel apabila jika dihitung,

rhitung > rtabel.

2. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan tidak reliabel apabila jika dihitung, rhitung < rtabel.

Perhitungan uji reliabilitas dilakukan menggunakan program SPSS Statistics 20. Berdasarkan hasil dengan menggunakan SPSS Statistics 20, diperoleh hasil pengujian reliabilitas yang ditunjukkan pada Tabel 3.4 berikut.

TABEL 3.4

HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS POINT OF

DIFFERENCES DAN BRAND IMAGE

No. Variabel Cαhitung Cαminimal Kesimpulan

1 Point of Differences 0.721 0.700 Reliabel

2 Brand Image 0.815 0.700 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014.

Jika koefisien internal seluruh item r hitung ≥ r tabel dengan tingkat signifikansi 10% , maka keseluruhan item pertanyaan dapat dikatakan reliabel


(45)

bahwa nilai Cα hitung untuk variabel point of differences dan brand image lebih

besar dibandingkan nilai Cα minimal. 3.2.7 Rancangan Analisis Data

Pada penelitian ini digunakan dua jenis analisis yaitu analisis deskriptif khususnya bagi variabel yang bersifat kualitatif dan analisis verifikatif berupa pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik, analisis deskriptif digunakan untuk melihat faktor penyebab sedangkan analisis kuantitatif menitik beratkan dalam pengungkapan perilaku variabel penelitian. Dengan menggunakan kombinasi metode analisis tersebut dapat diperoleh generalisasi yang bersifat komprehensif. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat faktor penyebab. Seperti pada daya tarik wisata Bukit Alam Hejo, Brand Image pada Bukit Alam Hejo yang besar itu di sebabkan oleh adanya suatu metode atau strategi yang di kembangkan oleh pihak pengelola itu sendiri. Tujuan analisis deskriptif yaitu menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul yang berasal dari jawaban responden Brand Image di Bukit Alam Hejo atas item-item dalam kuisioner.

3.2.8 Pengujian Hipotesis

Sebagai langkah terakhir dari analisis data adalah pengujian hipotesis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis verifikatif, maka dilakukan analisis regresi berganda (multiple). Dalam hal ini, analisis regresi brganda digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh variabel


(46)

independen (X) terhadap variabel dependen (Y) baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Analisis regresi berganda digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh variabel independen (X) yaitu Point Of Difference yang terdiri dari Desirable to Consumer (X1.1), Deliverable by the Company (X1.2) dan Differentiating from

Competitors (X1.3) terhadap variabel dependen (Y) yaitu Brand Image

1. Method of Successive Interval (MSI)

Penelitian ini menggunakan data ordinal seperti dijelaskan dalam operasional variabel sebelumnya, oleh karena itu semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu ditransformasi menjadi skala interval menjadi Method of Successive Interval (Harun Al Rasyid, 1994:131). Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data tersebut sebagai berikut :

1. Menghitung frekuensi (f) pada setiap pilihan jawaban, berdasarkan hasil jawaban responden pada setiap pertanyaan.

2. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pertanyaan, dilakukan perhitungan proporsi (p) setiap pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi dengan jumlah responden.

3. Berdasarkan proporsi tersebut, selanjutnya dilakukan perhitungan proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.


(47)

4. Menentukan nilai batas Z untuk setiap pertanyaan dan setiap pilihan jawaban.

5. Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan sebagai berikut :

Data penelitian yang telah berskala interval selanjutnya akan ditentukan pasangan data variabel independen dengan variabel dependen serta akan ditentukan persamaan yang berlaku untuk pasangan-pasangan tersebut.

2. Teknik Analisis Linier Regresi Berganda

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linier berganda (multiple linier regression). Analisis regresi linier berganda adalah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua atau lebih variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan kasual antara dua variabel bebas atau lebih.

Dampak dari penggunaan analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan turunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui menaikan dan menurunkan keadaan variabel independen atau untuk meningkatkan keadaan variabel dependen dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel independen dan sebaliknya (Sugiyono, 2009:270).

)

(

)

(

)

(

)

(

owerLimit

AreaBelowL

pperLimit

AreaBelowU

UpperLimit

at

Dencitu

owerLimit

DencituatL

ScaleValue


(48)

Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka variabel yang dianalisis adalah variabel independen yaitu Point Of Difference (X) yang terdiri dari Desirable to Consumer, Deliverable by the Company, dan Differentiating from Competitors. Sedangkan variabel dependen adalah Brand Image (Y). Untuk bisa membuat ramalan melalui regresi, maka data setiap variabel harus tersedia.

Persamaan regresi berganda lima variabel bebas dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan:

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan (brand image) a = konstanta

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. X1, X2, X3 = variabel penyebab (X1 = Desirable to Consumer), (X2 = Deliverable by the Company), (X3 = Differentiating from Competitors).

1. Uji Asumsi Regresi a. Uji asumsi normalitas

Syarat pertama untuk melakukan analisis regresi adalah normalitas.

Menurut Husein Umar (2008:77) “Uji normalitas berguna untuk mengetahui

apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal,

mendekati normal atau tidak”. Pada penelitian ini, untuk mendeteksi apakah data


(49)

yang digunakan berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengukuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi uji normalitas.

b. Uji asumsi heteroskedastisitas

Menurut Husein Umar (2008:82), “Uji heteroskedastisitas dilakukan

untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain”. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homoskedastisitas, sedangkan untuk varians yang berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah heteroskedastisitas.

c. Multikolinieritas

Menurut Husein Umar (2008:80), “Uji multikolinieritas berguna untuk

mengetahui apakah pada model regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi

kuat antarvariabel independen”. Untuk mengetahui terjadinya multikolinieritas

dalam penelitian digunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor) menurut Husein Umar dilakukan sebagai berikut :

a. Masukan data yang akan diuji multikolinieritas di data view, sedangkan di variabel view beri nama data tersebut. Kemudian klik analyze,lalu pilih regression kemudian klik linier. Masukkan variabel Y pada kotak dependent, dan Variabel X pada kotak independent. Setelah itu klik tombol statistics dan nonaktifkan pilihan estimatec dan model fit.


(50)

c. Klik continue kemudian klik OK.

Untuk mengukur multikolinieritas dapat diketahui dari besaran VIF. Rumus untuk menghitung VIF untuk koefisien dari variabel independen menggunakan rumus :

d. Analisis korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mencari hubungan antara kedua variabel yang diteliti. Antara korelasi dan regresi keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Korelasi yang tidak dilanjutkan dengan regresi adalah korelasi antara dua variabel yang tidak mempunyai hubungan kausal / sebab akibat, atau hubunga fungsional. Analisis regresi dilakukan bila hubungan dua variabel berupa hubungan kausal atau fungsional (Sugiono, 2010:269).

e. Uji koefisien determinasi

Koefisien determinasi menyatakan besar kecilnya nilai variabel X terhadap Y. Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (r2). Rumus koefisien determinasi sebagai berikut :

Sumber : Buchari Alma (2007:81) Keterangan :

KP = Nilai koefisien determinasi r = Nilai koefisien korelasi

VIF = 1/(1-R2)


(51)

Langkah terakhir dari analisis data yaitu menguji hipotesis dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang cukup jelas dan dapat dipercaya antara variabel independen dengan variabel dependen yang pada akhirnya akan diambil suatu kesimpulan H0 ditolak atau H1 diterima dari hipotesis yang telah dirumuskan. Rancangan hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ho : ρ = 0, tidak terdapat pengaruh dari Point Of Difference (desirable to consumer, deliverable by the company, dan differentiating from competitors) di Bukit Alam Hejo terhadap Brand Image.

2. Ha : ρ ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan dari Point Of Difference (desirable to consumer, deliverable by the company, dan differentiating from competitors) di Bukit Alam Hejo terhadap Brand Image.


(52)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Setelah penelitian ini dilakukan, maka penulis dapat memberikan kesimpulan diantaranya :

1. Gambaran Point of Difference yang dilakukan oleh Bukit Alam Hejo Majalengka mendapat respon yang baik dari wisatawan sebagai responden. Point of Difference terdiri dari Desirable to Consumer, Deliverable by the Company, dan Dfferentiating from Competitors , salah satunya mempunyai perolehan tertinggi yang terdapat pada Differentiating from Competitors yang disebabkan karena Bukit Alam Hejo memiliki beberapa fasilitas dan produk wisata yang berbeda dengan daya tarik wisata lainnya yang sejenis. Sedangkan perolehan niai terendah dari Point of Difference terdapat pada Desirable to Consumer, hal ini disebabkan karena Bukit Alam Hejo dinilai belum bisa memberikan manfaat yang diinginkan oleh wiatawan.

2. Gambaran Brand Image yang dilakukan oleh Bukit Alam Hejo Majalengka mendapat tanggapan yang baik dari wisatawan sebagai responden. Brand Image terdiri dari Strength, Favorability, dan Uniqueness. Strength mendapat perolehan nilai tertinggi, hal ini dikarenakan Bukit Alam Hejo memiliki kekuatan dalam inovasi produk.


(53)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Point of Difference berpengaruh signifikan terhadap Brand Image. Dari ketiga sub variabel yang terdiri dari Desirable to Consumer, Deliverable by the Company, dan Dfferentiating from Competitors terdapat dua sub variabel yang berpengaruh signifikan yaitu Desirable to Consumer dan Dfferentiating from Competitors. Dalam hal ini dari keseleruhan program Point of Difference di Bukit Alam Hejo sudah mempunyai nilai baik dan persepsi yang positif dari wisatawan.

5.2 Saran

Setelah penelitian ini dilakukan, maka penulis memberikan saran atau rekomendasi bagi Bukit Alam Hejo diantaranya

1. Sebaiknya, lahan-lahan yang masih kosong segera diisi dengan menambah fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan wisata, lebih meningkatkan kebersihan yang menjadi salah satu faktor kenyamanan wisatawan saat berkunjung. Menyediakan jasa transportasi untuk mengelilingi Bukit Alam Hejo, memperbaiki akses jalan menuju ke Bukit Alam Hejo. Menambah jenis-jenis hewan dan tumbuhan langka agar menambah wawasan wisatawan yang berkunjung.

3. Penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, salah satunya yaitu pada teori-teori pendukung pada sub variabel Point of Differnce dalam mempengaruhi Brand Image masih kurang lengkap. Diharapkan pada


(54)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

penelitian selanjutnya lebih dikembangkan teori-teori pendukung, sebagai bahan rekomendasi untuk peneliti selanjutnya di Bukit Alam Hejo Majalengka.


(55)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Setelah penelitian ini dilakukan, maka penulis dapat memberikan kesimpulan diantaranya :

1. Gambaran Point of Difference yang dilakukan oleh Bukit Alam Hejo Majalengka mendapat respon yang baik dari wisatawan sebagai responden. Point of Difference terdiri dari Desirable to Consumer, Deliverable by the Company, dan Dfferentiating from Competitors , salah satunya mempunyai perolehan tertinggi yang terdapat pada Differentiating from Competitors yang disebabkan karena Bukit Alam Hejo memiliki beberapa fasilitas dan produk wisata yang berbeda dengan daya tarik wisata lainnya yang sejenis. Sedangkan perolehan niai terendah dari Point of Difference terdapat pada Desirable to Consumer, hal ini disebabkan karena Bukit Alam Hejo dinilai belum bisa memberikan manfaat yang diinginkan oleh wiatawan.

2. Gambaran Brand Image yang dilakukan oleh Bukit Alam Hejo Majalengka mendapat tanggapan yang baik dari wisatawan sebagai responden. Brand Image terdiri dari Strength, Favorability, dan Uniqueness. Strength mendapat perolehan nilai tertinggi, hal ini dikarenakan Bukit Alam Hejo memiliki kekuatan dalam inovasi produk.


(56)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Point of Difference berpengaruh signifikan terhadap Brand Image. Dari ketiga sub variabel yang terdiri dari Desirable to Consumer, Deliverable by the Company, dan Dfferentiating from Competitors terdapat dua sub variabel yang berpengaruh signifikan yaitu Desirable to Consumer dan Dfferentiating from Competitors. Dalam hal ini dari keseleruhan program Point of Difference di Bukit Alam Hejo sudah mempunyai nilai baik dan persepsi yang positif dari wisatawan.

5.2 Saran

Setelah penelitian ini dilakukan, maka penulis memberikan saran atau rekomendasi bagi Bukit Alam Hejo diantaranya

1. Sebaiknya, lahan-lahan yang masih kosong segera diisi dengan menambah fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan wisata, lebih meningkatkan kebersihan yang menjadi salah satu faktor kenyamanan wisatawan saat berkunjung. Menyediakan jasa transportasi untuk mengelilingi Bukit Alam Hejo, memperbaiki akses jalan menuju ke Bukit Alam Hejo. Menambah jenis-jenis hewan dan tumbuhan langka agar menambah wawasan wisatawan yang berkunjung.

3. Penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, salah satunya yaitu pada teori-teori pendukung pada sub variabel Point of Differnce dalam mempengaruhi Brand Image masih kurang lengkap. Diharapkan pada


(57)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK

penelitian selanjutnya lebih dikembangkan teori-teori pendukung, sebagai bahan rekomendasi untuk peneliti selanjutnya di Bukit Alam Hejo Majalengka.


(58)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA : Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke

DAFTAR PUSTAKA

Kotler Phillip, Kevin Lance Keller. 2012. Marketing Management 14th edition. Jakarta:PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Ali Hasan. 2008. Marketing. Jakarta: PT. Buku Kita.

Kotler Phillip. 2008. Marketing Management. Pearson Education Inc.

Kotler Philip, Armstrong. 2010. Marketing Mnagement. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia

Mullins, Walker, Boyd. 2008. Marketing. Jakarta. Kasali Rhenald. 2007. Marketing. Jakarta.

Kartajaya Hermawan. 2005. Marketing. Jakarta.

Pitana, I Ketut Surya Dinata. 2011. Pemasaran Destinasi. Jakarta

Ricardson, Fluker. 2011. Pemasaran Destinasi. Jakarta. PT. Indeks Kelompok Gramedia

Buhalis. 2010. Tourist Destination Management. Jakarta.

Kotler Phillip, Kevin Lance Keller. 2006. Marketing Management. Jakarta:PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Kotler Phillip, Kevin Lance Keller. 2007. American Marketing Association. Kotler Phillip. 2007. Brand Image. Jakarta. PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Kotler, Philip., Bowen, John T., and Makens, James C. 2010. Marketing for hospitality and tourism. Pearson Education Inc.

Kotler, philip dan kevin keller, 2012. Marketing management. Fourteenth edition, new jersey : prentice hall.

Uma sekaran, 2011. Metode Penelitian untuk bisnis. Edisi 14. Jakarta:Selemba empat.


(59)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA : Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke

Bukit Alam Hejo

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Silalahi Ulber. 2009. Metode Penelitian.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Husein Umar. 2006. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Persada

Arikunto Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto Suharsimi. 2012. Manajemen Penelitian. Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia.2009. Undang-Undang No 10 tentang Kepariwisataan. Bandung : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat.

Suliyanto, S., & Si, M. (2006). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

JURNAL

Richard Gee, 2010. Marketing Your Point of Difference.

Marrs Megan K, Gajos Rachel, Pinar Musa, 2011. Utilizing Brand Audit to Develop University Brand.


(1)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA : Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke

Bukit Alam Hejo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian selanjutnya lebih dikembangkan teori-teori pendukung, sebagai bahan rekomendasi untuk peneliti selanjutnya di Bukit Alam Hejo Majalengka.


(2)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA : Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke

Bukit Alam Hejo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Setelah penelitian ini dilakukan, maka penulis dapat memberikan kesimpulan diantaranya :

1. Gambaran Point of Difference yang dilakukan oleh Bukit Alam Hejo Majalengka mendapat respon yang baik dari wisatawan sebagai responden. Point

of Difference terdiri dari Desirable to Consumer, Deliverable by the Company,

dan Dfferentiating from Competitors , salah satunya mempunyai perolehan tertinggi yang terdapat pada Differentiating from Competitors yang disebabkan karena Bukit Alam Hejo memiliki beberapa fasilitas dan produk wisata yang berbeda dengan daya tarik wisata lainnya yang sejenis. Sedangkan perolehan niai terendah dari Point of Difference terdapat pada Desirable to Consumer, hal ini disebabkan karena Bukit Alam Hejo dinilai belum bisa memberikan manfaat yang diinginkan oleh wiatawan.

2. Gambaran Brand Image yang dilakukan oleh Bukit Alam Hejo Majalengka mendapat tanggapan yang baik dari wisatawan sebagai responden.

Brand Image terdiri dari Strength, Favorability, dan Uniqueness. Strength

mendapat perolehan nilai tertinggi, hal ini dikarenakan Bukit Alam Hejo memiliki kekuatan dalam inovasi produk.


(3)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA : Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke

Bukit Alam Hejo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Point of Difference berpengaruh signifikan terhadap Brand Image. Dari ketiga sub variabel yang terdiri dari

Desirable to Consumer, Deliverable by the Company, dan Dfferentiating from Competitors terdapat dua sub variabel yang berpengaruh signifikan yaitu Desirable to Consumer dan Dfferentiating from Competitors. Dalam hal ini dari

keseleruhan program Point of Difference di Bukit Alam Hejo sudah mempunyai nilai baik dan persepsi yang positif dari wisatawan.

5.2 Saran

Setelah penelitian ini dilakukan, maka penulis memberikan saran atau rekomendasi bagi Bukit Alam Hejo diantaranya

1. Sebaiknya, lahan-lahan yang masih kosong segera diisi dengan menambah fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan wisata, lebih meningkatkan kebersihan yang menjadi salah satu faktor kenyamanan wisatawan saat berkunjung. Menyediakan jasa transportasi untuk mengelilingi Bukit Alam Hejo, memperbaiki akses jalan menuju ke Bukit Alam Hejo. Menambah jenis-jenis hewan dan tumbuhan langka agar menambah wawasan wisatawan yang berkunjung.

3. Penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, salah satunya yaitu pada teori-teori pendukung pada sub variabel Point of Differnce dalam mempengaruhi Brand Image masih kurang lengkap. Diharapkan pada


(4)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA : Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke

Bukit Alam Hejo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian selanjutnya lebih dikembangkan teori-teori pendukung, sebagai bahan rekomendasi untuk peneliti selanjutnya di Bukit Alam Hejo Majalengka.


(5)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA : Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke

Bukit Alam Hejo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Kotler Phillip, Kevin Lance Keller. 2012. Marketing Management 14th edition.

Jakarta:PT. Indeks Kelompok Gramedia. Ali Hasan. 2008. Marketing. Jakarta: PT. Buku Kita.

Kotler Phillip. 2008. Marketing Management. Pearson Education Inc.

Kotler Philip, Armstrong. 2010. Marketing Mnagement. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia

Mullins, Walker, Boyd. 2008. Marketing. Jakarta. Kasali Rhenald. 2007. Marketing. Jakarta.

Kartajaya Hermawan. 2005. Marketing. Jakarta.

Pitana, I Ketut Surya Dinata. 2011. Pemasaran Destinasi. Jakarta

Ricardson, Fluker. 2011. Pemasaran Destinasi. Jakarta. PT. Indeks Kelompok Gramedia

Buhalis. 2010. Tourist Destination Management. Jakarta.

Kotler Phillip, Kevin Lance Keller. 2006. Marketing Management. Jakarta:PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Kotler Phillip, Kevin Lance Keller. 2007. American Marketing Association. Kotler Phillip. 2007. Brand Image. Jakarta. PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Kotler, Philip., Bowen, John T., and Makens, James C. 2010. Marketing for

hospitality and tourism. Pearson Education Inc.

Kotler, philip dan kevin keller, 2012. Marketing management. Fourteenth edition, new jersey : prentice hall.

Uma sekaran, 2011. Metode Penelitian untuk bisnis. Edisi 14. Jakarta:Selemba empat.


(6)

Shinta Abadi Pertiwi, 2014

PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA : Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke

Bukit Alam Hejo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Silalahi Ulber. 2009. Metode Penelitian.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Husein Umar. 2006. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Persada

Arikunto Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto Suharsimi. 2012. Manajemen Penelitian. Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia.2009. Undang-Undang No 10 tentang Kepariwisataan. Bandung : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat.

Suliyanto, S., & Si, M. (2006). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

JURNAL

Richard Gee, 2010. Marketing Your Point of Difference.

Marrs Megan K, Gajos Rachel, Pinar Musa, 2011. Utilizing Brand Audit to


Dokumen yang terkait

Potensi Rumah Adat Tradisional Karo Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Dokan Kabupaten Karo

12 76 64

Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi

0 13 10

ANALISIS MOTIVASI WISATAWAN DALAM MENINGKATKAN KEPUTUSAN BERKUNJUNG DI DAYA TARIK WISATA PUNCAK DARAJAT: Survei dilakukan terhadap wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata Puncak Darajat.

1 2 51

PENGARUH PERSONAL SELLING TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE JENDELA ALAM : Survei pada wisatawan yang berkunjung ke Jendela Alam.

1 13 59

PENGARUH FASILITAS WISATA DAN CITRA TAMAN WISATA ALAM CIMANGGU SEBAGAI WISATA ALAM TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN.

3 9 31

PENGARUH KUALITAS PRODUK TERHADAP KAPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN WISATA ALAM KAWAH PAPANDAYAN :Survei Pada Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Taman Wisata Alam Kawah Papandayan Kabupaten Garut.

1 5 66

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI WISATAWAN DALAM MEMPENGARUHI KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE DAYA TARIK WISATA ALAM CIBULAN KUNINGAN : Survei Pada Kunjungan Wisatawan Nusantara di Daya Tarik Wisata Alam Cibulan.

5 27 70

PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG DI WISATA PAKUHAJI : survey pada wisatawan yang berkunjung ke Pakuhaji.

7 40 66

PENGARUH PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN PADA DAYA TARIK WISATA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN : Survey kepada Wisatawan Skala Lokal Daya Tarik Wisata Waduk Darma Kabupaten Kuningan 2013.

6 21 72

PENGARUH DAYA TARIK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI WISATA ALAM CURUG CIPEUTEUY KABUPATEN MAJALENGKA - repository UPI S MRL 1205307 Title

0 4 3