SNFP UM 2016 RUDY KUSTIJONO

(1)

Pengaruh

Soft Skills

Terhadap

Hard Skills

dalam Praktikum Fisika

Dasar dengan Model

PEER

di Prodi Fisika Unesa

RUDY KUSTIJONO

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya. Jl. Ketintang Surabaya E-mail: rudyunesa@gmail.com

Tel: +628121729727; Fax: +6231-8296427

ABSTRAK: Telah dilakukan penelitian pengaruh soft skills terhadap hard skills dalam praktikum fisika dasar dengan model PEER di prodi fisika Unesa. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh soft skills terhadap hard skills dalam praktikum fisika dasar dengan modelPEER. Praktikum modelPEERadalah model praktikum yang mengintegrasikan hard skills dan soft skills dalam kegiatan praktikum. Sintaks dari praktikum model PEER meliputi:Planning (perencanaan), Experiment(percobaan).Evaluate (penilaian), danReporting (pelaporan). Soft skills yang ditetapkan dalam praktikum: curiosity, persistence, honesty, carefully, collaboration, dicipline, decision making, responsibilit, comunication, open-mindedness. Hard skills yang ditetapkan dalam praktikum: retrieving, classifying, making question, identifying and controling variables, making hypotheses, meausuring, inferring, analyzing, synthesizing, expressing ideas. Jenis penelitian adalah eksperimen dengan the factorial design yang dimodifikasi dari the one-goup pretest posttest design. Perlakuan menggunakan praktikum model PEER dibandingkan dengan praktikum konvensional dengan memperhatikan soft skills dan hard skills yang dikembangkan. Subjek penelitian adalah mahasiswa prodi fisika unesa tahun 2014 berjumlah 44 orang. Penerapan praktikum model PEERdilaksanakan untuk lima topik (Tetapan Pegas, Massa Jenis Zat Cair, Hukum Ohm, Azas Lentz, dan Hukum Snellius,). Tes kinerja mahasiswa diperoleh dari observasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar penilaian kinerja mahasiswa, Nilai kinerja mahasiswa yang terdiri dari nilai soft skillsdanhard skills ketika praktikum model PEER dibandingkan dengan nilai kinerja mahasiswa ketika praktikum konvensional menggunakan analisis grafik. Pengaruh soft skillsterhadaphard skills dalam praktikum diperoleh dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi linier. Hasil penelitian menyimpulkan: 1) Hubungan antarasoft skillsdenganhard skillsuntuk semua topik praktikum menggunakan modelPEERberkolerasi sedang (R2= 0,495) lebih baik dari praktikum

konvensional yang berkolerasi kurang (R2 = 0,117), 2) Ditinjau dari persamaan regresi linier

yang diperoleh soft skillspada praktikum modelPEERberpengaruh positif terhadaphard skills (y = 1.090x - 8.909) yang lebih baik dari praktikum konvensional (y = -0.412x + 46.84), 3) Praktikum model PEER memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan praktikum konvensional baik ditinjau darisoft skillsmaupunhard skills.

Kata Kunci: ModelPEER, hard skills, soft skills. PENDAHULUAN

Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan tiga aspek kehidupan, yakni, pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup. Dengan mendasarkan pada konsep pendidikan tersebut di atas, sesungguhnya pendidikan merupakan pembudayaan atau "enculturation", yaitu suatu proses untuk mentasbihkan seseorang mampu hidup dalam suatu budaya tertentu. Konsekuensi dari pemyataan ini, praktik pendidikan harus sesuai dengan budaya masyarakat. Jika praktik pendidikan menyimpang dari budaya yang ada di masyarakat, maka akan menimbulkan goncangan-goncangan kehidupan individu dan masyarakat.

Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari sifat fenomena benda-benda di alam. Fisika dapat memberikan pelajaran yang baik kepada manusia agar hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pembelajaran fisika seharusnya dapat digunakan sebagai wahana menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran fisika idealnya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja


(2)

dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi. Dalam kaitannya dengan bidang sains (termasuk fisika), seorang ilmuwan tidak terlepas dari keterampilan ilmiah (scientific skills), yaitu kemampuan yang berhubungan dengan produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Istilah keterampilan ilmiah digunakan untuk menyatakan prosedur, proses, dan metode paling penting yang digunakan para ilmuwan ketika mereka mengkonstruksi sains dan ketika menye-lesaikan persoalan-persoalan eksperimental (Etkina, 2006).

Praktikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang diperoleh dalam teori (kamus besar. com). Kegiatan praktikum mempunyai tiga fungsi yaitu latihan, umpan balik, dan memperbaiki motivasi. Dalam praktikum fisika dasar mahasiswa memerlukan keterampilan mengolah ingformasi dan keterampilan psikomotorik (hard skills) yang memadai dan dilakukan melalui proses yang menuntut sikap ilmiah seperti jujur, bekerja sama, dan terbuka. Sikap ilmiah yang dikembangkan tersebut adalah atribut-atribut dari keterampilan lunak (soft skills) sehingga penerapannya dapat diperluas lebih umum. Dalam praktikum fisika dasar, mahasiswa dilatih agar mampu melakukan prosedur ilmiah (menganalisis problema, mengumpulkan informasi, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, menarik kesimpulan, dan mempresentasikan hasil eksperimen) dan dilatih pula untuk bersikap ilmiah (jujur, bekerja sama, dan terbuka).

Penelitian terhadap potensi kecerdasan yang dimiliki mahasiswa dalam praktikum fisika dasar di FMIPA Unesa menunjukkan bahwa terdapat indikator perilaku kurang dari mahasiswa (Kustijono, 2011). Di samping itu, keterampilan proses sains (dasar dan terpadu) mahasiswa menunjukkan kategori kurang pada semua keterampilan (dasar dan terpadu) khususnya pada keterampilan dalam merumuskan hipotesis dan menafsirkan data (Kustijono, 2012). Persepsi mahasiswa dan guru terhadap keterampilan ilmiah di SMA juga menunjukkan bahwa pengembangan keterampilan ilmiah siswa dalam pembelajaran fisika di SMA selama ini secara umum masih belum maksimal (Kustijono, 2013).

Hard skills menggambarkan perilaku dan keterampilan yang dapat dilihat mata (eksplisit). Hard skills adalah kemampuan yang dapat menghasilkan sesuatu yang sifatnya visible dan immediate. Hard skills adalah semua hal yang berhubungan dengan pengayaan teori yang menjadi dasar pijakan analisis atau sebuah keputusan (Fachrunnisa, 2006). Elemen-elemen (atribut-atribut) hard skills dapat terlihat dari

intelligence quotient (IQ) yang mempunyai indicator kemampuan menghitung, menganalisa, mendesain, wawasan dan pengetahuan yang luas, membuat model, dll (Santoso dkk, 2005).

Soft skillsmenurut Berthal: Personal and interpersonal behaviors that develop and maximize human performance (e.g. coaching, team building, decision making, initiative). Soft skills do not include technical skills, such as financial, computer or assembly skills

(dikutip Tirta dan Sailah, 2009). Soft Skills didefinisikan sebagai perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan keterampilan humanis. Atribut-atribut soft skills sangat banyak ragamnya. Patrick S. O'Brien dalam bukunya

Making College Count, soft skill dapat dikategorikan ke dalam 7 area yang disebut

Winning Characteristics. yaitu, communication skills, organizational skills, leadership, logic, effort, group skills, dan ethics. Kemampuan non teknis yang tidak terlihat wujudnya (intangible) namun sangat diperlukan itu, disebut soft skills(Irma, 2009).

Kegiatan praktikum dalam mata kuliah fisika dasar pada dasarnya mempunyai prosedur dan persyaratan yang sama dengan penyelidikan eksperimen. Suatu penyelidikan eksperimen setidaknya menuntut mahasiswa mampu merencanakan penyelidikan, mampu melaksanakan eksperimen, mampu mengevaluasi dengan berpikir kritis dan bernalar ilmiah, dan mampu melaporkan kegiatan penyelidikan secara tertulis dan lisan. Perencanaan (planing) diperlukan agar mahasiswa tidak melakukan coba dan salah (trial and error). Dalam merencanakan suatu penyelidikan


(3)

mahasiswa memerlukan informasi awal untuk mendukung penyelidikan yang akan dilakukan. Eksperimen (eksperiment) diperlukan untuk melatih mahasiswa melaksanakan eksperimen sesuai yang direncanakan, sistematis, dan mengembangkan keterampilan proses sains. Evaluasi (evaluate) diperlukan untuk melatih mahasiswa agar dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan bernalar ilmiah ketika mentransfer hasil dari eksperimen untuk situasi yang baru. Pelaporan (reporting) diperlukan untuk melatih mahasiswa agar dapat melaporkan kegiatan penyelidikan yang dilakukan selama praktikum secara tertulis dan lisan yang terpadu dengan baik, ilmiah, dan bertanggung jawab. Praktikum yang mengandung unsur-unsur tersebut dinamakan dengan praktikum model PEER yaitu akronim dari Planing, Experimen, Evaluate, dan Reporting. Praktikum model PEER tersebut adalah seperti gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1.Praktikum Model PEER

Praktikum model PEER didasarkan pada beberapa pemikiran. Dasar pemikiran pertama adalah bahwa praktikum merupakan kegiatan penyelidikan. Abd-El-Khalick dkk (2004) menemukan bahwa di banyak negara guru sains mengembangkan pengajaran dengan metode ilmiah, berpikir kritis, sikap ilmiah, pendekatan pemecahan masalah, metode penemuan (discovery), dan metode penyelidikan (inquri). Menurut Bell (2008), kegiatan hands-on dan latihan di laboratorium benar-benar penting agar siswa dapat melakukan penyelidikan seperti para ilmuwan melakukannya. Alberta Learning (2004) menemukan bahwa pembelajaran berbasis inquiri dapat meningkatkan prestasi siswa. Brickman dkk (2009) menemukan bahwa ada peningkatan yang lebih besar pada pemahaman sains dan keterampilan penyelidikan siswa ketika menggunakan panduan laboratorium berbasis inquiri. Mereka juga menemukan bahwa siswa-siswa yang terlibat dalam pembelajaran berbasis inquiri memperoleh kepercayaan diri ketika mengembangkan kemampuan ilmiah. Hasil Penelitian Akinoglu (2008) tentang penilaian proses penerapan tugas berbasis inquri dalam pendidikan sains menunjukkan bahwa metode yang paling banyak digunakan dalam sains dan teknologi adalah eksperimen. Lane (2007) menyatakan bahwa guru tidak boleh melebih-lebihkan pengalaman siswa.

Dasar pemikiran ke dua adalah bahwa praktikum fisika dasar merupakan kegiatan yang melatihkan keterampilan proses sains. Menurut De Vito (1989) model pembelajaran yang diperlukan untuk mengantisipasi abad 21 adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir ilmiah, terkembangkannya sense of inqury dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Joice & Weil (1996) menekankan bahwa model pembelajaran yang diperlukan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperoleh sejumlah penge-tahuan, keterampilan, dan sikap saja, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh siswa. Beyer (1991) menawarkan model pembelajaran yang


(4)

mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu. Carin dan Sund (1989) menekankan perlunya model pembelajaran yang dapat membantu siswa belajar untuk belajar ( learn to learn ), membantu siswa memperoleh pengetahuan dengan cara menemukannya sendiri. Houston (1988) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan siswa dalam menemukan sendiri ( discover ) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Valentino (2000) menjelaskan bahwa pengalaman ilmiah yang perlu diberikan dan dikembangkan kepada siswa adalah keterampilan proses sains, keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan penalaran ilmiah.

Dasar pemikiran ke tiga adalah praktikum merupakan kegiatan penyelidikan yang dapat mengembangkan keterampilan ilmiah (scientific skills) secara maksimal. Pembelajaran fisika seharusnya dapat digunakan sebagai wahana menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran fisika idealnya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi. Dalam kaitannya dengan bidang sains (termasuk fisika), keterampilan ilmiah menjadi sesuatu yang mutlak harus dimiliki oleh seorang ilmuwan (scientist). Keterampilan ilmiah adalah kemampuan yang berhubungan dengan produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah, yang terbingkai oleh hakikat sains. Collette dan Chiappetta (1994) menyatakan bahwa sains pada hakikat-nya merupakan sebuah kumpulan pengetahuan ( a body of knowledge ), cara atau jalan berpikir ( a way of thinking ), dan cara untuk penyelidikan ( a way of investigating )".

Dasar pemikiran ke empat adalah bahwa praktikum merupakan kegiatan penyelidikan yang bertujuan dan ditetapkan terutama berdasarkan fungsinya yaitu latihan, umpan balik, dan memperbaiki motivasi mahasiswa. Utomo dan Rujkes (1991) menjelaskan bahwa praktikum dapat dimanfaatkan untuk melatihkan tiga ranah kemampuan (kognitif, afektif, dan psikomotor) secara serentak. Keterampilan ilmiah dalam praktikum fisika dasar adalah kemampuan melakukan prosedur ilmiah dan kepemilikan sikap ilmiah dalam praktikum fisika dasar memerlukan keterampilan pengetahuan dan keterampilan psikomotorik (hard skills) yang memadai dan dilakukan melalui proses yang menuntut sikap ilmiah dari mahasiswa seperti jujur, bekerja sama, dan terbuka. Atribut-atribut yang dikembangkan dalam sikap ilmiah tersebut sama dengan atribut-atribut dari keterampilan lunak (soft skills) sehingga penerapannya dapat diperluas lebih umum. Dalam praktikum fisika dasar, seharusnya mahasiswa dilatih agar mampu melakukan prosedur ilmiah (menganalisis problema, mengumpulkan informasi, menyusun hipotesis, merencanakan percobaan, menarik kesim-pulan, dan mempresentasikan hasil perco-baan) dan dilatih pula untuk bersikap ilmiah (jujur, bekerja sama, dan terbuka). Peneliti berpandangan bahwa keterampilan ilmiah (scientific skills) dapat diperoleh maksimal jika hard skills dan soft skills dalam praktikum fisika dasar dapat dilatihkan secara terpadu. Hard skills dan soft skills

dalam praktikum sebenarnya juga saling berkait. Satu contoh, seorang mahasiswa yang sedang melakukan percobaan listrik dapat merangkai alat-alat percobaan dengan benar (hard skills) jika mahasiswa tersebut melakukannya secara cermat dan teliti (soft skills). Contoh lain, data percobaan yang dituliskan mahasiswa dengan jujur (soft skills) sekalipun hasil tersebut tidak sesuai dengan teori akan mendorong mahasiswa mengembangkan kemampuan menganalisis hasil yang diperolehnya tersebut mengarah pada pemecahan masalah (hard skills).

Dasar pemikiran ke lima adalah bahwa model-model pembelajaran sains (khususnya fisika) kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan soft skills. Tirta (2009) menjelaskan bahwa saat ini pendidik hanya mengurusi aspek hard skills, masalah afektif (soft skills) terabaikan, dan pendekatan pembelajaran jarang mendorong tumbuhnya soft skills. Model pembelajaran yang ada


(5)

misalnya inquiry (Alberta Learning, 2004; Brickman, 2009; Donham, 2001; Akinoglu, 2008; dll), keterampilan proses (Bell,2008; Beyer, 1991; Carin & Sund, 1989; Valentino, 2000; dll) belum melibatkan secara khusus aspek sikap sebagai sasaran pembelajaran. Beberapa Sainstist telah ada yang berusaha mengamati dampak pembelajaran terhadap aspek sikap misalnya Chain & Evan (1990) yang mengamati aspek pengembangan diri siswa, namun itu dilakukan sebagai dampak samping saja dari kegiatan pembelajaran dan bukan bagian yang integral dari pembelajaran.

IstilahPEER adalah akronim dariPlanning,Experiment,Evaluate, danReporting, yang bermakna sejawat, karena pada model praktikum tersebut memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk saling berbagi memberikan apresiasi, saran, dan masukan tentang hasil praktikum yang telah dilakukannya. Di samping itu juga menggambarkan urutan fase dalam menerapkan praktikum model tersebut. Kemampuan-kemampuan yang dilatihkan dalam praktikum model PEER dapat disajikan seperti Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1.Kemampuan Dalam Praktikum ModelPEER

Fase Atribut

Planing H Retrieving, classifying, making question identifying andcontroling variables, and making hypotheses S Curiosity and persistence

Experiment H Meausuring and inferingS Honesty,carefully, collaboration, and dicipline Evaluate H Analyzing and synthesizingS Decision making and responsibility

Reporting H Expressing IdeasS Comunication and open-mindedness

Dalam buku yang berjudul UNESCO Handbook for Science Teachers dijelaskan bahwa Science is what scientists do , maksudnya, pertama adalah mengumpulkan pengetahuan ilmiah sehingga menjadi body of scientific knowledge dan yang kedua adalah suatu proses untuk mendapatkan scientific knowledge itu. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak terlepas dengan pengembangan sikap yang merupakan keterampilan lunak (soft skills) karena dalam pembelajaran IPA termasuk fisika tidak terlepas dari rasa ingin tahu (curiosity), objektivitas (objectivity), ketelitian (accuracy), ketepatan (precisiĆ³n), tekun/gigih (persistence), cermat (carefully), kerjasama (collaboration), mencari kebenaran (pursuit of truth), dsb. Di sisi lain pembelajaran IPA termasuk fisika juga tidak akan terlepas dari keterampilan proses sains yang merupakan keterampilan keras (soft skills).

Berdasarkan karakteristik dari praktikum model PEERdan penjelasan-penjelasan terkait dengan hard skills dan soft skills dalam kegiatan praktikum fisika dasar tersebut di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimana hubungan antara soft skills dengan hard skills untuk semua topik praktikum model PEERdan model konvensional?

2) Bagimana pengaruh soft skills terhadap hard skills ditinjau dari persamaan regresi linier yang diperoleh ?

3) Bagimana perbandingan praktikum model PEER dengan praktikum konvensional baik ditinjau darisoft skillsmaupunhard skills.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain the one-goup pretest posttest. Sebelum diberikan perlakuan menggunakan praktikum PEER-Model, kelompok diberi praktikum konvensional dan nilai kinerja (soft skills dan hard skills) mahasiswa digunakan sebagai nilai pretes. Selanjutnya, kelompok tersebut diberi perlakuan menggunakan praktikum model PEER dengan topik yang sama dan nilai kinerja mahasiswa digunakan sebagai nilai postes. Rancangan penelitian seperti Tabel 1 sebagai berikut (Fraenkel, 2003):


(6)

Tabel 1.The one-group pretest-posttest design Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

Subyek penelitian adalah dosen pembimbing praktikum fisika dasar berjumlah 5 orang dan mahasiswa prodi fisika unesa tahun 2014 berjumlah 44 orang. Penerapan praktikum PEER-Model dilaksanakan untuk lima topik (Hukum Ohm, Azas Lentz, Hukum Snellius, Tetapan Pegas, dan Massa Jenis Zat Cair).

Teknik pengambilan data menggunakan angket, wawancara, dan observasi. Instrumen yang digunakan adalah angket dosen, angket mahasiswa, dan lembar penilaian kinerja mahasiswa,

Data angket dosen dan angket mahasiswa diolah dengan menghitung persentase tiap butir pertanyaan yang diajukan, sedangkan nilai kinerja mahasiswa ketika praktikum PEER-Model dibandingkan dengan nilai kinerja mahasiswa ketika praktikum konvensional menggunakan uji-t. Untuk mengetahui pengaruh Model PEER

terhadap soft skills dan hard skills dianalisis menggunakan uji faktorial dengan faktor tunggal. Perlakuan praktikum model PEER pada kelas eksperimen dan praktikum model yang biasa digunakan pada kelas kontrol. Rancangan penelitian seperti Tabel 2 sebagai berikut (Fraenkel, 2003):

Tabel 2.The faktorial design Konvensional Model PEER Soft Skills

Hard Skills HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengaruh Soft Skill Terhadap Hard Skills

Nilai total rerata soft skills dan hard skills untuk 5 topik praktikum model PEER adalah

seperti Tabel 3, sedangkan nilai total rerata soft skills dan hard skills untuk 5 topik praktikum model yang biasa digunakan (konvensional) seperti Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 3.Nilai Total rerataSoft SkillsdanHard SkillsModelPEER

Topik Nilai Total

Soft Skills Hard Skills

1 45.5 43.5

2 45.8 39.1

3 45.9 40.8

4 47.1 41.4

5 49.5 45.7

Tabel 4.Nilai Total rerataSoft SkillsdanHard SkillsModel Konvensional

Topik Nilai Total

Soft Skills Hard Skills

1 33.6 30

2 36.4 34.9

3 36.5 34.4

4 39.1 30.3

5 39.7 28.2

Telah diketahui bahwa antara hard skills dan soft skills dalam praktikum model

PEER terdapat hubungan yang positif antara keduanya. Selanjutnya perlu ditinjau bagaimana pengaruh soft skills terhadap hard skills tersebut dan perbandingan pengaruh tersebut antara praktikum model PEER dengan praktikum konvensional. Pengaruh soft skils terhadap hard skills dapat dilihat dari grafik hubungan soft skills

dengan hard skills menggunakan regresi linier berdasarkan data Tabel 3 dan Tabel 4. Grafik hubungan soft skills terhadap hard skills untuk praktikum model PEER adalah seperti Gambar 2, sedangkan untuk praktikum konvensional seperti Gambar 3 sebagai berikut:


(7)

Gambar 2.Grafik hubungansoft skillsdenganhard skillsmodelPEER

Gambar 3.Grafik hubungansoft skillsdengan hardskillsmodel konvensional

Berdasarkan grafik yang diperoleh (gambar 1 dan gambar 2) dapat diketahui bahwa pengaruh soft skills terhadaphard skills dari praktikum modelPEERlebih kuat dari praktikum konvensional. Hal tersebut terlihat dari koefisien korelasi pada praktikum model PEER adalah 0,5 yang berarti berkategori sedang, jauh lebih baik dibandingkan praktikum konvensional yang koefisien korelasinya adalah 0,1 yang berarti berketegori kurang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengaruh soft skills

terhadap hard skills dari praktikum model PEER lebih baik dibandingkan praktikum konvensional.

B. Pengaruh Model TerhadapSoft SkillsdanHard Skills

Pengaruh model terhadap soft skills dan hard skills dapat diketahui dengan mengolah data nilai total rerata soft skills dan hard skills baik yang diperoleh dari praktikum model PEER (Tabel 3) maupun dari praktikum konvensional (Tabel 4) menggunakan desain faktorial. Pengaruh model terhadap soft skills dan hard skills

untuk tiap-tiap topik praktikum adalah sebagai berikut: Hukum Ohm (Gambar 4a), Azas Lentz (Gambar 4b), Hukum Snellius (Gambar 4c), Tetapan Pegas (Gambar 4d), dan Massa Jenis Zat Cair (Gambar 4e).


(8)

Gambar 4b.Azas Lentz

Gambar 4c.Hukum Snellius

Gambar 4d.Tetapan Pegas

Gambar 4e.Massa Jenis Zaf Cair

Berdasarkan Gambar 4a, Gambar 4b, gambar 4c, Gambar 4d, dan Gambar 4e terlihat bahwa untuk semua topik praktikum tidak terdapat grafik yang berpotongan. Di samping itu pada praktikum modelPEER, nilai total reratasoft skillsdanhard skills

untuk semua topik praktikum menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan nilai total rerata soft skills dan hard skills dari praktikum konvensional. Hal tersebut menunjukkan bahwa ditinjau dari nilai total rerata soft skills dan hard skills, praktikum model PEERlebih baik dibandingkan praktikum konvensional.

KESIMPULAN

Berkaitan dengan perbandingan kegiatan praktikum model PEER dan praktikum konvensional, dan bagaimana hubungan antara soft skills dengan hard skills, serta bagaimana pengaruh antara keduanya, hasil penelitian menyimpulkan bahwa:

1) Hubungan antara soft skills dengan hard skills untuk semua topik praktikum menggunakan model PEER berkolerasi sedang (R2 = 0,495) lebih baik dari


(9)

2) Ditinjau dari persamaan regresi linier yang diperoleh soft skills pada praktikum modelPEER berpengaruh positif terhadaphard skills (y = 1.090x - 8.909) yang lebih baik dari praktikum konvensional (y = -0.412x + 46.84),

3) Praktikum modelPEERmemberikan hasil yang lebih baik dibandingkan praktikum konvensional baik ditinjau darisoft skillsmaupunhard skills.

DAFTAR RUJUKAN

Abd-El-Khalick F., Boujaoude S., Duschi R., Lederman N.G., Hofstein A., Mamlok-Naama R., Niaz M., Treagust D., Tuan H., 2004, Inquiry in Science Education: International Perspectives. Wiley Periodicals, Inc.

Akinoglu O., 2008, Assessment of The Inquiry-Based Project Implementation Processs in Science Education Upon Student s Point of Views. International Journal of Instruction. January 2008 Vol.1, No.1. ISSN: 1694-609X.

Alberta Learning, 2004. Learning and Teaching Resources Branch. Focus on inquiry: a tea-cher s guide to implementing inquiry-based learning. Alberta, Canada

Bell R.L., 2008, Teaching the nature of Science through Process Skills-Activities for Grades 3-8, Boston: Pearson, Education, Inc.

Beyer, Barry K. 1991. Teaching Thinking Skill: A Handbook for Elementary School Teachers. New York, USA: Allyn & Bacon

Brickman P., Gormally C., Armstrong N., Hallar B., 2009, Effects of Inquiry-based Learning on Students Science Literacy Skills and Confidence. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning Vol. 3, No. 2 (July 2009) ISSN 1931-4744 @ Georgia Southern University

Carin, Arthur A and Robert B. Sund, 1989. Teaching Science Through Discovery. Columbus, Ohio: Merril Publishing Company

Chain, Sandra E and Jack M. Evan. 1990. Sciencing: An Involvement Approach to Elementary Science Methods. Columbus, Ohio: Merril Publishing Company.

Collete, Chiappetta, 1994, Science Instruction in The Middle and Secondery Scholls, New York: Macmillan Publishing Co.

De Vito, Alfred. 1989. Creative Wellsprings for Science Teaching. West Lafayette, Indiana: Creative Venture.

Donham, J. (2001). The importance of a model. In J. Donham, K. Bishop, C. C. Kuhlthau, & D. Oberg (Eds.), Inquiry-based learning: Lessons from Library Power. Worthington, OH: Linworth.

Etkina, E., Heuvelen, A. V., White-Brahmia, S., Brookes, D. T., Gentile, M., Murthy, S., Rosengrant, D., and Warren, A., 2006, Scientific abilities and their assessment, Fhysical Review Special Topics-Physics Education Research 2, 020103 (2006)

Fachrunnisa, Olivia. 2006. Pendidikan Berbasis Soft Skill Pada Perguruan Tinggi Manajemen Unyuk Meningkatkan Kualitas Profesional Manajemen. Prosiding Konferensi Merefleksi Domain Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis. FE-UKSW: Salatiga.

Feynman R., 2010, Basic Physics, The Feynman Lectures on Physics Volume 1 Chapter 02.

Fraenkel J.R., Wallen N.E., 2003, How to Desaign And Evaluate Research in Education. Fith Edition, McGraw-Hill Higher Education: New York.

Houston, W. Robert., et all. 1988. Touch the Future Teach. St. Paul, MN: West Publishing Company


(10)

Kustijono R., 2011, Potensi Kecerdasan Komprehensif Mahasiswa Pendidikan Fisika Dan Pendidikan Sains Unesa Dalam Praktikum Fisika Dasar, Prosiding Seminar Nasional FMIPA Unesa 2011, ISBN: 978-979-028-480-7.

Kustijono R., 2012, Keterampilan Proses Sains dalam Praktikum Fisika Dasar di Jurusan Fisika FMIPA Unesa, Prosiding Seminar Nasional Sains Program Pascasarjana Unesa 2012, ISBN: 978-979-028-534-7.

Kustijono R., 2013, Keterampilan Ilmiah Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Di SMA, Prosiding Seminar Nasional Fisika 2013, ISBN: 978-979-028-528-6.

Lane, Jill L., 2007, Inquiry Based Learning. Schreyer Institute for Teaching Excellence. Penn State University Park;

Lickona, Thomas, (991), Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility, New York: Bantam Books.

Santoso, Bedjo dan Fachrunnisa, 2005, Model Penerapan Soft Skill Di Perguruan Tinggi.

Tirta, Made, 2009, Pembelajaran Terintegrasi. Tersedia pada http://www. Muhlis.file. wordpres.com. Diakses pada tanggal 14 Desember 2012.

Utomo, Rujkes, 1991, Peningkatan dan pengembangan Pendidikan, Jakarta: Gramedia.


(1)

misalnya inquiry (Alberta Learning, 2004; Brickman, 2009; Donham, 2001; Akinoglu, 2008; dll), keterampilan proses (Bell,2008; Beyer, 1991; Carin & Sund, 1989; Valentino, 2000; dll) belum melibatkan secara khusus aspek sikap sebagai sasaran pembelajaran. Beberapa Sainstist telah ada yang berusaha mengamati dampak pembelajaran terhadap aspek sikap misalnya Chain & Evan (1990) yang mengamati aspek pengembangan diri siswa, namun itu dilakukan sebagai dampak samping saja dari kegiatan pembelajaran dan bukan bagian yang integral dari pembelajaran.

IstilahPEER adalah akronim dariPlanning,Experiment,Evaluate, danReporting, yang bermakna sejawat, karena pada model praktikum tersebut memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk saling berbagi memberikan apresiasi, saran, dan masukan tentang hasil praktikum yang telah dilakukannya. Di samping itu juga menggambarkan urutan fase dalam menerapkan praktikum model tersebut. Kemampuan-kemampuan yang dilatihkan dalam praktikum model PEER dapat disajikan seperti Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1.Kemampuan Dalam Praktikum ModelPEER

Fase Atribut

Planing H Retrieving, classifying, making question identifying andcontroling variables, and making hypotheses S Curiosity and persistence

Experiment H Meausuring and inferingS Honesty,carefully, collaboration, and dicipline Evaluate H Analyzing and synthesizingS Decision making and responsibility

Reporting H Expressing IdeasS Comunication and open-mindedness

Dalam buku yang berjudul UNESCO Handbook for Science Teachers dijelaskan bahwa Science is what scientists do , maksudnya, pertama adalah mengumpulkan pengetahuan ilmiah sehingga menjadi body of scientific knowledge dan yang kedua adalah suatu proses untuk mendapatkan scientific knowledge itu. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak terlepas dengan pengembangan sikap yang merupakan keterampilan lunak (soft skills) karena dalam pembelajaran IPA termasuk fisika tidak terlepas dari rasa ingin tahu (curiosity), objektivitas (objectivity), ketelitian (accuracy), ketepatan (precisiĆ³n), tekun/gigih (persistence), cermat (carefully), kerjasama (collaboration), mencari kebenaran (pursuit of truth), dsb. Di sisi lain pembelajaran IPA termasuk fisika juga tidak akan terlepas dari keterampilan proses sains yang merupakan keterampilan keras (soft skills).

Berdasarkan karakteristik dari praktikum model PEERdan penjelasan-penjelasan terkait dengan hard skills dan soft skills dalam kegiatan praktikum fisika dasar tersebut di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimana hubungan antara soft skills dengan hard skills untuk semua topik praktikum model PEERdan model konvensional?

2) Bagimana pengaruh soft skills terhadap hard skills ditinjau dari persamaan regresi linier yang diperoleh ?

3) Bagimana perbandingan praktikum model PEER dengan praktikum konvensional baik ditinjau darisoft skillsmaupunhard skills.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain the one-goup pretest posttest. Sebelum diberikan perlakuan menggunakan praktikum PEER-Model, kelompok diberi praktikum konvensional dan nilai kinerja (soft skills dan hard skills) mahasiswa digunakan sebagai nilai pretes. Selanjutnya, kelompok tersebut diberi perlakuan menggunakan praktikum model PEER dengan topik yang sama dan nilai kinerja mahasiswa digunakan sebagai nilai postes. Rancangan penelitian seperti Tabel 1


(2)

Tabel 1.The one-group pretest-posttest design

Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

Subyek penelitian adalah dosen pembimbing praktikum fisika dasar berjumlah 5 orang dan mahasiswa prodi fisika unesa tahun 2014 berjumlah 44 orang. Penerapan praktikum PEER-Model dilaksanakan untuk lima topik (Hukum Ohm, Azas Lentz, Hukum Snellius, Tetapan Pegas, dan Massa Jenis Zat Cair).

Teknik pengambilan data menggunakan angket, wawancara, dan observasi. Instrumen yang digunakan adalah angket dosen, angket mahasiswa, dan lembar penilaian kinerja mahasiswa,

Data angket dosen dan angket mahasiswa diolah dengan menghitung persentase tiap butir pertanyaan yang diajukan, sedangkan nilai kinerja mahasiswa ketika praktikum PEER-Model dibandingkan dengan nilai kinerja mahasiswa ketika praktikum konvensional menggunakan uji-t. Untuk mengetahui pengaruh Model PEER terhadap soft skills dan hard skills dianalisis menggunakan uji faktorial dengan faktor tunggal. Perlakuan praktikum model PEER pada kelas eksperimen dan praktikum model yang biasa digunakan pada kelas kontrol. Rancangan penelitian seperti Tabel 2 sebagai berikut (Fraenkel, 2003):

Tabel 2.The faktorial design Konvensional Model PEER

Soft Skills Hard Skills HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengaruh Soft Skill Terhadap Hard Skills

Nilai total rerata soft skills dan hard skills untuk 5 topik praktikum model PEER adalah

seperti Tabel 3, sedangkan nilai total rerata soft skills dan hard skills untuk 5 topik praktikum model yang biasa digunakan (konvensional) seperti Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 3.Nilai Total rerataSoft SkillsdanHard SkillsModelPEER

Topik Nilai Total

Soft Skills Hard Skills

1 45.5 43.5

2 45.8 39.1

3 45.9 40.8

4 47.1 41.4

5 49.5 45.7

Tabel 4.Nilai Total rerataSoft SkillsdanHard SkillsModel Konvensional

Topik Nilai Total

Soft Skills Hard Skills

1 33.6 30

2 36.4 34.9

3 36.5 34.4

4 39.1 30.3

5 39.7 28.2

Telah diketahui bahwa antara hard skills dan soft skills dalam praktikum model PEER terdapat hubungan yang positif antara keduanya. Selanjutnya perlu ditinjau bagaimana pengaruh soft skills terhadap hard skills tersebut dan perbandingan pengaruh tersebut antara praktikum model PEER dengan praktikum konvensional. Pengaruh soft skils terhadap hard skills dapat dilihat dari grafik hubungan soft skills dengan hard skills menggunakan regresi linier berdasarkan data Tabel 3 dan Tabel 4. Grafik hubungan soft skills terhadap hard skills untuk praktikum model PEER adalah seperti Gambar 2, sedangkan untuk praktikum konvensional seperti Gambar 3 sebagai berikut:


(3)

Gambar 2.Grafik hubungansoft skillsdenganhard skillsmodelPEER

Gambar 3.Grafik hubungansoft skillsdengan hardskillsmodel konvensional

Berdasarkan grafik yang diperoleh (gambar 1 dan gambar 2) dapat diketahui bahwa pengaruh soft skills terhadaphard skills dari praktikum modelPEERlebih kuat dari praktikum konvensional. Hal tersebut terlihat dari koefisien korelasi pada praktikum model PEER adalah 0,5 yang berarti berkategori sedang, jauh lebih baik dibandingkan praktikum konvensional yang koefisien korelasinya adalah 0,1 yang berarti berketegori kurang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengaruh soft skills terhadap hard skills dari praktikum model PEER lebih baik dibandingkan praktikum konvensional.

B. Pengaruh Model TerhadapSoft SkillsdanHard Skills

Pengaruh model terhadap soft skills dan hard skills dapat diketahui dengan mengolah data nilai total rerata soft skills dan hard skills baik yang diperoleh dari praktikum model PEER (Tabel 3) maupun dari praktikum konvensional (Tabel 4) menggunakan desain faktorial. Pengaruh model terhadap soft skills dan hard skills untuk tiap-tiap topik praktikum adalah sebagai berikut: Hukum Ohm (Gambar 4a), Azas Lentz (Gambar 4b), Hukum Snellius (Gambar 4c), Tetapan Pegas (Gambar 4d), dan Massa Jenis Zat Cair (Gambar 4e).


(4)

Gambar 4b.Azas Lentz

Gambar 4c.Hukum Snellius

Gambar 4d.Tetapan Pegas

Gambar 4e.Massa Jenis Zaf Cair

Berdasarkan Gambar 4a, Gambar 4b, gambar 4c, Gambar 4d, dan Gambar 4e terlihat bahwa untuk semua topik praktikum tidak terdapat grafik yang berpotongan. Di samping itu pada praktikum modelPEER, nilai total reratasoft skillsdanhard skills untuk semua topik praktikum menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan nilai total rerata soft skills dan hard skills dari praktikum konvensional. Hal tersebut menunjukkan bahwa ditinjau dari nilai total rerata soft skills dan hard skills, praktikum model PEERlebih baik dibandingkan praktikum konvensional.

KESIMPULAN

Berkaitan dengan perbandingan kegiatan praktikum model PEER dan praktikum konvensional, dan bagaimana hubungan antara soft skills dengan hard skills, serta bagaimana pengaruh antara keduanya, hasil penelitian menyimpulkan bahwa:

1) Hubungan antara soft skills dengan hard skills untuk semua topik praktikum menggunakan model PEER berkolerasi sedang (R2 = 0,495) lebih baik dari praktikum konvensional yang berkolerasi kurang (R2= 0,117),


(5)

2) Ditinjau dari persamaan regresi linier yang diperoleh soft skills pada praktikum modelPEER berpengaruh positif terhadaphard skills (y = 1.090x - 8.909) yang lebih baik dari praktikum konvensional (y = -0.412x + 46.84),

3) Praktikum modelPEERmemberikan hasil yang lebih baik dibandingkan praktikum konvensional baik ditinjau darisoft skillsmaupunhard skills.

DAFTAR RUJUKAN

Abd-El-Khalick F., Boujaoude S., Duschi R., Lederman N.G., Hofstein A., Mamlok-Naama R., Niaz M., Treagust D., Tuan H., 2004, Inquiry in Science Education: International Perspectives. Wiley Periodicals, Inc.

Akinoglu O., 2008, Assessment of The Inquiry-Based Project Implementation Processs in Science Education Upon Student s Point of Views. International Journal of Instruction. January 2008 Vol.1, No.1. ISSN: 1694-609X.

Alberta Learning, 2004. Learning and Teaching Resources Branch. Focus on inquiry: a tea-cher s guide to implementing inquiry-based learning. Alberta, Canada

Bell R.L., 2008, Teaching the nature of Science through Process Skills-Activities for Grades 3-8, Boston: Pearson, Education, Inc.

Beyer, Barry K. 1991. Teaching Thinking Skill: A Handbook for Elementary School Teachers. New York, USA: Allyn & Bacon

Brickman P., Gormally C., Armstrong N., Hallar B., 2009, Effects of Inquiry-based Learning on Students Science Literacy Skills and Confidence. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning Vol. 3, No. 2 (July 2009) ISSN 1931-4744 @ Georgia Southern University

Carin, Arthur A and Robert B. Sund, 1989. Teaching Science Through Discovery. Columbus, Ohio: Merril Publishing Company

Chain, Sandra E and Jack M. Evan. 1990. Sciencing: An Involvement Approach to Elementary Science Methods. Columbus, Ohio: Merril Publishing Company.

Collete, Chiappetta, 1994, Science Instruction in The Middle and Secondery Scholls, New York: Macmillan Publishing Co.

De Vito, Alfred. 1989. Creative Wellsprings for Science Teaching. West Lafayette, Indiana: Creative Venture.

Donham, J. (2001). The importance of a model. In J. Donham, K. Bishop, C. C. Kuhlthau, & D. Oberg (Eds.), Inquiry-based learning: Lessons from Library Power. Worthington, OH: Linworth.

Etkina, E., Heuvelen, A. V., White-Brahmia, S., Brookes, D. T., Gentile, M., Murthy, S., Rosengrant, D., and Warren, A., 2006, Scientific abilities and their assessment, Fhysical Review Special Topics-Physics Education Research 2, 020103 (2006)

Fachrunnisa, Olivia. 2006. Pendidikan Berbasis Soft Skill Pada Perguruan Tinggi Manajemen Unyuk Meningkatkan Kualitas Profesional Manajemen. Prosiding Konferensi Merefleksi Domain Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis. FE-UKSW: Salatiga.

Feynman R., 2010, Basic Physics, The Feynman Lectures on Physics Volume 1 Chapter 02.

Fraenkel J.R., Wallen N.E., 2003, How to Desaign And Evaluate Research in Education. Fith Edition, McGraw-Hill Higher Education: New York.

Houston, W. Robert., et all. 1988. Touch the Future Teach. St. Paul, MN: West Publishing Company


(6)

Kustijono R., 2011, Potensi Kecerdasan Komprehensif Mahasiswa Pendidikan Fisika Dan Pendidikan Sains Unesa Dalam Praktikum Fisika Dasar, Prosiding Seminar Nasional FMIPA Unesa 2011, ISBN: 978-979-028-480-7.

Kustijono R., 2012, Keterampilan Proses Sains dalam Praktikum Fisika Dasar di Jurusan Fisika FMIPA Unesa, Prosiding Seminar Nasional Sains Program Pascasarjana Unesa 2012, ISBN: 978-979-028-534-7.

Kustijono R., 2013, Keterampilan Ilmiah Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Di SMA, Prosiding Seminar Nasional Fisika 2013, ISBN: 978-979-028-528-6.

Lane, Jill L., 2007, Inquiry Based Learning. Schreyer Institute for Teaching Excellence. Penn State University Park;

Lickona, Thomas, (991), Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility, New York: Bantam Books.

Santoso, Bedjo dan Fachrunnisa, 2005, Model Penerapan Soft Skill Di Perguruan Tinggi.

Tirta, Made, 2009, Pembelajaran Terintegrasi. Tersedia pada http://www. Muhlis.file. wordpres.com. Diakses pada tanggal 14 Desember 2012.

Utomo, Rujkes, 1991, Peningkatan dan pengembangan Pendidikan, Jakarta: Gramedia.