Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rasionalisasi Penggunaan Generic Term sebagai Merek T1 312012061 BAB I

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah

Definisi merek menurut Undang-Undang No 15 tahun 2001 Pasal 1 ayat (1)
adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa1. Merek merupakan
definisi hukum yang memberikan perlindungan dan upaya pemulihan jika suatu
tanda perdagangan digunakan oleh pihak yang tidak memiliki kewenangan untuk
itu. Jadi Merek bisa lebih luas atau lebih sempit daripada nilai suatu cap. Merek
sebagai HKI pada dasarnya adalah tanda untuk mengidentifikasikan dan
membedakan produk dari satu perusahaan dengan perusahaan lain. Melalui
Merek, pengusaha dapat menjaga dan memberikan jaminan akan kualitas (a
guarantee of quality) barang dan/atau jasa yang dihasilkan dan mencegah
tindakan persaingan (konkurensi) yang tidak jujur dari pengusaha lain yang
beritikad buruk yang bermaksud membonceng reputasinya.2 Untuk mendapatkan
hak eksklusif yang diberikan Negara atas merek tersebut, merek harus terdaftar


1

Endang Purwaningsih, Hak kekayaan Intelektual dan Linsensi, Mandar Maju, Bandung 2012, hal.
49.
2
Rahmi jened, implikasi persetujuan TRIPs Bagi Perlindungan Merek di Indonesia, Yuridika,
Surabaya, 2000, hlm. 1-14.

2

terlebih dahulu dalam daftar umum merek dan merek akan berlaku dalam jangka
waktu tertentu.
Akan tetapi untuk mendapatkan hak eksklusif dan sahnya merek tersebut
sering

kali

terjadi

tumpang


tindih

(overlapping)

antara

tanda

yang bersifat descriptive yang dapat didaftar sebagai merek dan tanda yang
bersifat generic yang tidak dapat didaftar sebagai Merek. Pada umumnya
produsen menggunakan kata umum yang bersifat deskriptive untuk menjelaskan
produknya. Merek menurut kata generic artinya sudah tidak ada istilah lain untuk
menggambarkan produk tersebut. Misalnya KOPI untuk produk kopi, adalah
contoh kata generic. Sehingga apabila tidak ada lagi daya pembeda dari merek
tersebut, perlindungan Hukum dari merek tersebut akan hapus. Sebaliknya,
berbeda halnya dengan kata yang bersifat descriptive atau tanda yang berasal dari
kata yang sekedar bersifat menggambarkan produk. karena hal tersebut masih
memiliki daya pembeda. Dalam hal ini yang merupakan alasan absolut
didaftarkannya merek adalah daya pembeda sehingga apabila merek tersebut

merupakan makna generic dan membangun daya pembeda seharusnya merek
tersebut dapat didaftarkan. Sehingga ketentuan Pasal 5 Huruf (d) UUNo.15 tahun
2001 sebaiknya diberi judul merek yang tidak dapat diterima pendaftarannya
adalah merek yang termasuk dalam alasan absolut. Dalam konteks demikian

3

maka tulisan ini akan memberikan argumentasi mengenai kemungkinan
penggunaan Generic Term sebagai Merek.
Merek generic atau merek yang merupakan istilah umum, merupakan merek
yang sah untuk didaftarkan sebagai merek, selagi merek tersebut masih dapat
membangun secondary meaning yang dapat memberikan daya pembeda terhadap
merek tersebut. Suatu contoh pemilik warung kopi yang memberikan merek untuk
warung kopinya yaitu “Kopi Tiam” bila diartikan, kopi tiam merupakan kata yang
berarti warung kopi, dalam bahasa mandarin. Mengingat kembali arti kata generic
ialah istilah umum yang bila dijabarkan adalah merek yang menggambarkan
genus dari produknya. Dalam hal ini merek kopi tiam bila diartikan kedalam
bahasa indonesia adalah, kedai kopi merupakan genus dari species product seperti
Excellso, Star Buck, J.co. dll. Akan tetapi warung kopi dengan merek Kopi Tiam
tetap dapat menajdi merek yang sah terdaftar karena penyebutannyayang unik dan

konsumen seperti di indonesia memaknai merek menjadi kata yang unik dan baru
terdengar.
Maka dari itu makna kata generic yang berarti istilah umum, sah untuk untuk
didaftarkan sebagai merek selagi masih membangun secondary meaning. Selain
itu Undang-undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek tidak mengatur mengenai
istilah umum, melainkan tanda yang sudah menjadi milik umum seperti dalam

4

Pasal 5 huruf (c). Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis berpendapat bahwa
generic term bukanlah alasan absolut tidak dapat didaftarkannya merek.
B. Rumusan Masalah
Isu sentral dalam penelitian ini adalah apakah pembatasan

penggunaan

generic term sebagai merek merupakan alasan absolut tidak dapat didaftarkannya
merek meskipun memiliki daya pembeda. Isu sentral tersebut kemudian dijabarkan
menjadi pertanyaan penelitian lebih rinci sebagai berikut:
1. Apakah makna konsepgeneric term dalam hukum merek di Indonesia?

2. Apakah penggunaanGeneric Term sebagai merek merupakan alasan realtif
pendaftaran merek?
Rumusan pertanyaan pertama akan dibahas dalam Bab II, dan berikutnya
rumusan pertanyaan kedua akan dijawab dalam Bab III.
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui makna konsepgeneric term dalam hukum merek di Indonesia
2. Mengetahui penggunaanGeneric Term sebagai merek merupakan alasan
relatif pendaftaran merek.
D. Metode Penelitian
Untuk menjawab/memecahkan isu hukum penelitianm penulis melakukan
penelitian hukum (legal reserch) dalam rangka menemukan prinsip-prinsip dan
norma-norma yang relevan dengan isu hukum penelitian. .3 yang bersifat juridis
3

Peter mahmud marzuki, Penelitian Hukum, kencana prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hal.
96.

5


normatif mengingat pembahsan didasarkan pada perundang-undangan dan prinsip
hukum yang berlaku. Dalam tulisan ini penulis menelaah :
Undang-undang Merek
-

UU Nomot 19 Tahun 1992 Tentang Merek (lembaran Negara RI Tahun 1992
Nomor 81).

-

UU Nomor 14 Tahun 1997 Tentang Perubahan UU Nomor 19 Tahun 1992
Tentang Merek (Lemabran Negara RI Tahun 1997 Nomor 31).

-

UU Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Lembaran Negara RI Tahun 2001
Nomor 110).
Peraturan Pemerintah

-


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1995 Tangga 29
Agustus 1995 Tentang Komisi Banding Merek.

-

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1993 Tanggal 31
Maret 1993 Tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran Merek.

-

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1993 Tanggal 31
Maret 1993 Tentang Kelas Barang atau Jasa Bagi Pendaftaran Merek.

E. Unit amatan dan Analisis
Unit Amatan
Undang-undang merek:
-

UU Nomot 19 Tahun 1992 Tentang Merek (lembaran Negara RI Tahun 1992

Nomor 81).

-

UU Nomor 14 Tahun 1997 Tentang Perubahan UU Nomor 19 Tahun 1992
Tentang Merek (Lemabran Negara RI Tahun 1997 Nomor 31).

-

UU Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Lembaran Negara RI Tahun 2001
Nomor 110).

6

Peraturan Pemerintah:
-

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1995 Tangga 29
Agustus 1995 Tentang Komisi Banding Merek.


-

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1993 Tanggal 31
Maret 1993 Tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran Merek.

-

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1993 Tanggal 31
Maret 1993 Tentang Kelas Barang atau Jasa Bagi Pendaftaran Merek.

Unit Analisis:
-

Putusan Nomor: 179 PK/PDT.SUS/2012 (Tentang Kopi Tiam)