Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB I

(1)

1

1.1 Latar Belakang

Program akselerasi merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan. Program kelas akselerasi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas sumberdaya manusia dengan cara memberikan wadah kepada peserta didik yang berbakat dan cerdas istimewa agar dapat mempercepat pendidikan mereka, baik pada jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), ataupun Sekolah Menengah Atas (SMA). Dasar pemikiran diselenggarakan dan dikembangkan terus upaya pendidikan bagi anak berbakat adalah untuk memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan potensi anak berbakat berarti ikut menyiapkan tenaga yang potensial yang akan dapat membantu memecahkan permasalahan-permasalahan bangsa (Arini, 2008).

Anak yang mempunyai bakat dan potensi unggul membutuhkan bantuan dalam memaksimalkan potensi kecerdasannya melalui pelayanan pendidikan khusus. Hal ini secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 4 yang menyatakan bahwa warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus, sesuai dengan kebutuhan dan keunggulannya. Sebagai tindak lanjut dalam pemberian perlakuan khusus bagi


(2)

anak berbakat, maka program akselerasi sangat esensial dalam menyediakan kesempatan pendidikan yang tepat bagi siswa yang cerdas. Melalui program akselerasi ini diharapkan siswa yang akan memasuki dunia profesional pada usia yang lebih muda dan memperoleh kesempatan-kesempatan untuk bekerja produktif (Sarwono, 2013).

Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Feldhusen (2005) menunjukkan bahwa layanan pendidikan yang berfokus pada bakat khusus mereka mungkin lebih efektif daripada program pengayaan umum. Idealnya, pembelajaran dan program pendidikan harus dirancang untuk membantu kaum muda yang dewasa sebelum waktunya, mencapai tingkat kreativitas yang sangat tinggi atau untuk mencapai tingkat tinggi dan keahlian kreatif.

Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Depdiknas (2009), yang menyatakan bahwa:

Program kelas akselerasi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas sumberdaya manusia dengan cara memberikan wadah kepada peserta didik yang berbakat dan cerdas istimewa yang diidentifikasi oleh tenaga profesional dan mempunyai pencapaian kinerja tinggi. Kinerja tinggi ditunjukan dengan pencapaian dan mempunyai kemampuan dalam salah satu area atau kombinasi beberapa area bidang studi. Adapun area kemampuan yang ditunjukan oleh siswa cerdas istimewa adalah kemampuan kecerdasan umum, bakat akademik khusus, berfikir kreatif dan produktif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan psikomotorik, dan seni peran dan visual .


(3)

Sedangkan U.S Office Of Education, sebagaimana dikutip oleh Munandar (2008) mendefinisikan bahwa siswa istimewa dan berbakat adalah:

Anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul, anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri. Kemampuan-kemampuan tersebut baik secara potensial maupun yang telah nyata, meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berfikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan kemampuan psikomotor (seperti olahraga) .

Program akselerasi sebagai bentuk pendidikan khusus bagi siswa cerdas istimewa/bakat istimewa tersebut dilaksanakan dalam bentuk curriculum compacting, sehingga kurikulum pendidikan di tingkat SMP yang pada kelas reguler ditempuh selama tiga tahun, pada siswa kelas akselerasi ditempuh selama dua tahun. Kebijakan ini merupakan upaya untuk memenuhi hak siswa cerdas istimewa/bakat istimewa agar potensinya dapat teraktualisasi secara optimal dan pada akhirnya dapat memberikan kontribusi baik bagi dirinya sendiri maupun bangsa dan negara (Yuni, 2013).

Program akselerasi di Indonesia telah dilaksanakan mulai tahun 2002 di beberapa sekolah. Namun, dalam implementasinya, menurut Dwi Astutik (2012) program akselerasi yang selama ini berjalan hanyalah sebuah praktek komodifikasi dalam dunia pendidikan. Praktek komodifikasi yang selama ini


(4)

selalu dianggap wajar sebagai uang sumbangan suka rela kepada sekolah cenderung mendorong masyarakat untuk melakukan persaingan secara terbuka untuk memasukkan anak dalam kelas akselerasi. Keadaan demikian mendorong akselerasi dalam implementasinya tidak berjalan sesuai dengan tujuan dan sasaran. Selain itu berdasarkan berita yang termuat dalam Kompas.com tanggal 29 Januari 2009, dari penelitian yang dilakukan, Amril Muhammad mengatakan bahwa terdapat sekitar 2,2 persen anak usia sekolah yang memiliki kualifikasi cerdas istimewa. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, ada 52,9 juta anak usia sekolah. Artinya, terdapat sekitar 1,05 juta anak cerdas/berbakat istimewa di Indonesia. Akan tetapi, jumlah siswa cerdas/berbakat istimewa yang sudah terlayani di sekolah akselerasi masih sangat kecil, yaitu 4.510 orang. Ini menunjukkan, baru sekitar 0,43 persen siswa cerdas/berbakat istimewa yang terlayani. Namun, layanan pendidikan yang didapatkan anak-anak cerdas istimewa ini belum mampu memunculkan keunggulan mereka. Dengan demikian, untuk memunculkan kompetensi anak-anak tersebut agar tidak sekedar mengembangkan kepintaran saja, maka harus ada perbaikan dalam layanan pendidikan pada anak-anak tersebut.

Menindaklanjuti permasalahan di atas, pengembangan potensi anak yang berbakat masih memerlukan strategi yang sistematis dan terarah. Tanpa layanan yang sistematis terhadap anak-anak yang memiliki potensi/bakat istimewa, bangsa Indonesia akan kehilangan sumber daya manusia


(5)

terbaik. Menurut Amril Muhammad (2011), sebenarnya aturan yang terkait dengan layanan program percepatan belajar (akselerasi) bagi anak tersebut sudah memadai, baik dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah dan juga peraturan menteri. Masalahnya terkadang birokrat pendidikan ditingkat pusat dan daerah kurang membaca aturan yang ada sehingga mereka salah paham tentang layanan akselerasi dan tidak jarang di antara mereka mendorong supaya layanan akselerasi ditutup dengan berbagai alasan.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 4 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara tegas menyatakan bahwa warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Perhatian khusus yang dimaksud bukan untuk melakukan diskriminasi, akan tetapi semata-mata guna memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa. Depdiknas (2007) menyatakan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa diberikan perhatian khusus sesuai fungsi utama pendidikan yaitu mengembangkan potensi siswa secara utuh dan optimal.

Sekolah sebagai lembaga penyelenggara program tersebut, perlu memperhatikan kualitas dari lulusan yang dihasilkan dari penyelenggaraan program tersebut. Upaya untuk tetap meningkatkan dan menjaga kualitas dari lulusan, serta meningkatkan pelayanan dari penyelenggaraan program tersebut


(6)

salah satunya dapat dilakukan dengan evaluasi terhadap program tersebut. Evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan (Cronbach, 1963; Stufflebeam, 1971 dalam Arikunto dan Safruddin, 2014).

Tindakan evaluasi yang dilakukan terhadap suatu program, akan dapat membantu mengukur tujuan program tersebut. Menurut Widoyoko (2013), evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan informasi tentang sesuatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya. Untuk mengetahui seberapa jauh dan bagian mana dari tujuan yang sudah dicapai, dan bagian mana yang belum tercapai serta apa penyebabnya, perlu adanya evaluasi program (Arikunto dan Safruddin, 2014). Tanpa evaluasi, keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat diketahui. Apabila jika dikaitan dengan penyelenggaraan program akselerasi, maka evaluasi itu sendiri bertujuan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian program akselerasi dari tujuan yang telah dirancang.

Penelitian yang berkaitan dengan evaluasi terhadap penyelenggaraan program akselerasi telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Astutik (2013) dengan judul Evaluasi Program Akselerasi di SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014, menggunakan model evaluasi CIPP


(7)

menemukan bahwa penyelenggaraan program akselerasi di sekolah tersebut kurang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah direncanakan. Selain itu, penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Ira Mendasari (2013) dengan judul Efektivitas Program Akselerasi (Studi Evaluatif di SMP Negeri 1 Argamakmur) menunjukkan bahwa program akselerasi di sekolah tersebut berada pada posisi efektif karena program akselerasi ini sudah sesuai dengan kriteria yang terdapat dalam pedoman penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa dari Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2009.

Hasil kajian penelitian diatas memberikan gambaran bahwa pencapaian tujuan dalam penyelenggaraan program akselerasi di sekolah-sekolah penyelenggara program tersebut menunjukkan hasil yang berbeda. Namun demikian, kegiatan evaluasi sangat penting dilaksanakan dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas layanan penyelenggaraan program akselerasi.

Upaya pemerintah dalam memberikan layanan pendidikan berupa program percepatan belajar (akselerasi) telah diselenggarakan pada beberapa sekolah di beberapa provinsi di Indonesia. Program akselerasi di Kota Ambon sudah dilaksanakan sejak tahun 2007, dan tidak semua sekolah mampu menyelenggarakannya. Salah satu Sekolah Menengah Pertama di Provinsi Maluku, khususnya Kota Ambon yang menyelenggarakan program tersebut adalah SMP


(8)

Negeri 6 Ambon. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang memiliki prestasi dalam bidang akademik serta tergolong sekolah unggulan di kota Ambon yang telah melaksanakan program akselerasi pada Tahun Ajaran 2007/2008, walaupun bukan merupakan sekolahpiloting.

Program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon telah berjalan selama tujuh tahun, sehingga apabila dilihat dari segi produk program ini telah menghasilkan lulusan. Dalam pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon masih mengalami beberapa permasalahan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Koordinator Program Akselerasi pada bulan November 2014, permasalahan tersebut yaitu penyelenggaraan program akselerasi di sekolah yang bersangkutan untuk dua tahun angkatan belakangan ini tidak efisien dan efektif. Kondisi tersebut dapat dilihat dari adanya jumlah peserta didik program akselerasi untuk Tahun Ajaran 2013/2014 sebanyak 52 orang, dan pada Tahun Ajaran 2014/2015 sebanyak 50 orang yang telah lulus seleksi dan dinyatakan diterima pada program akselerasi.

Selanjutnya, permasalahan terkait dengan fasilitas program akselerasi, seperti kurangnya prasarana belajar yaitu laboratorium bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan pula analisis kebutuhan terhadap penyelenggaraan program akselerasi terkait dengan manajemen sarana dan prasarana sekolah. Kurikulum yang dirancang belum memenuhi kebutuhan pendidikan anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Dalam hal ini kurikulum diferensiasi sebagai komponen yang sangat


(9)

penting yang dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan program belajar mengajar masih belum optimal.

Permasalahan tersebut diatas diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hawadi dkk (1998 dalam Haryanto dan Pujaningsih, 2008) pada 20 SMA unggulan di 16 provinsi, menyimpulkan bahwa:

Dalam implementasi pelayanan pendidikan khusus bagi anak berbakat intelektual di sekolah mengalami beberapa hambatan, antara lain: Pertama, program akselerasi yang merupakan salah satu cara pelayanan anak berbakat intelektual ternyata tidak tepat sasaran. Program percepatan belajar (akselerasi) tidak cukup memberikan dampak positif pada siswa berbakat untuk mengembangkan potensi intelektualnya yang tinggi karena jumlah siswa yang tergolong memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa hanya 9,7%. Dari temuan tersebut berarti sebagian besar siswa (92,3%) yang mengikuti program akselerasi bukan merupakan anak berbakat intelektual tinggi. Kedua, tidak semua sekolah disiapkan untuk melayani anak berbakat intelektual. guru yang mengajar pada program akselerasi saja tidak disiapkan untuk mengajar siswa berbakat intelektual. Ketiga, tidak semua sekolah memahami prosedur identifikasi anak berbakat intelektual.

Menurut Sri Utari (2014), hasil survey yang dilakukan pada tahun 2010 terhadap sekolah unggulan di Kota Yogyakarta menunjukkan tidak semua siswa di kelas Cerdas Istimewa (CI) adalah siswa CI (berdasarkan tes psikologi), tidak ada seleksi khusus guru CI, dan diferensiasi kurikulum masih sebatas diferensiasi waktu. Keadaan tersebut cukup memberikan gambaran bahwa siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa memerlukan perhatian yang serius.


(10)

Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas layanan kepada peserta didik cerdas istimewa sebagai salah satu rencana untuk mencapai tujuan dari penyelenggaraan program tersebut. Oleh karena itu, untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, maka dilakukan penelitian dengan judul Evaluasi Program Akselerasi (Studi Evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon) .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dituliskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Context (konteks) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon?

2. Bagaimana Input (masukan) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon?

3. Bagaimana Process (proses) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon?

4. Bagaimana Product (hasil) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon?


(11)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah:

1. Mengevaluasi Context (konteks) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon.

2. Mengevaluasi Input (masukan) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon.

3. Mengevaluasi Process (proses) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon.

4. Mengevaluasi Product (hasil) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon.

Hasil evaluasi selanjutnya akan dijadikan dasar pemberian rekomendasi kebijakan atas program yang bersangkutan, yaitu apakah program dilanjutkan seperti adanya atau program dilanjutkan dengan perbaikan-perbaikan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah referensi pengetahuan dalam bidang manajemen pendidikan, khususnya mengenai evaluasi program akselerasi. Disamping itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan bahan untuk penelitian selanjutnya.


(12)

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang bisa diperoleh melalui hasil penelitian ini:

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data ilmiah dalam membuat keputusan untuk perbaikan program di masa datang.

2. Bagi Dinas Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai saran untuk perbaikan penyusunan pedoman dalam penyelenggaraan program kelas akselerasi, serta perbaikan implementasi kebijakan pendidikan.


(1)

menemukan bahwa penyelenggaraan program akselerasi di sekolah tersebut kurang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah direncanakan. Selain itu, penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Ira Mendasari (2013) dengan judul Efektivitas Program Akselerasi (Studi Evaluatif di SMP Negeri 1 Argamakmur) menunjukkan bahwa program akselerasi di sekolah tersebut berada pada posisi efektif karena program akselerasi ini sudah sesuai dengan kriteria yang terdapat dalam pedoman penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa dari Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2009.

Hasil kajian penelitian diatas memberikan gambaran bahwa pencapaian tujuan dalam penyelenggaraan program akselerasi di sekolah-sekolah penyelenggara program tersebut menunjukkan hasil yang berbeda. Namun demikian, kegiatan evaluasi sangat penting dilaksanakan dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas layanan penyelenggaraan program akselerasi.

Upaya pemerintah dalam memberikan layanan pendidikan berupa program percepatan belajar (akselerasi) telah diselenggarakan pada beberapa sekolah di beberapa provinsi di Indonesia. Program akselerasi di Kota Ambon sudah dilaksanakan sejak tahun 2007, dan tidak semua sekolah mampu menyelenggarakannya. Salah satu Sekolah Menengah Pertama di Provinsi Maluku, khususnya Kota Ambon yang menyelenggarakan program tersebut adalah SMP


(2)

Negeri 6 Ambon. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang memiliki prestasi dalam bidang akademik serta tergolong sekolah unggulan di kota Ambon yang telah melaksanakan program akselerasi pada Tahun Ajaran 2007/2008, walaupun bukan merupakan sekolahpiloting.

Program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon telah berjalan selama tujuh tahun, sehingga apabila dilihat dari segi produk program ini telah menghasilkan lulusan. Dalam pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon masih mengalami beberapa permasalahan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Koordinator Program Akselerasi pada bulan November 2014, permasalahan tersebut yaitu penyelenggaraan program akselerasi di sekolah yang bersangkutan untuk dua tahun angkatan belakangan ini tidak efisien dan efektif. Kondisi tersebut dapat dilihat dari adanya jumlah peserta didik program akselerasi untuk Tahun Ajaran 2013/2014 sebanyak 52 orang, dan pada Tahun Ajaran 2014/2015 sebanyak 50 orang yang telah lulus seleksi dan dinyatakan diterima pada program akselerasi.

Selanjutnya, permasalahan terkait dengan fasilitas program akselerasi, seperti kurangnya prasarana belajar yaitu laboratorium bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan pula analisis kebutuhan terhadap penyelenggaraan program akselerasi terkait dengan manajemen sarana dan prasarana sekolah. Kurikulum yang dirancang belum memenuhi kebutuhan pendidikan anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Dalam hal ini kurikulum diferensiasi sebagai komponen yang sangat


(3)

penting yang dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan program belajar mengajar masih belum optimal.

Permasalahan tersebut diatas diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hawadi dkk (1998 dalam Haryanto dan Pujaningsih, 2008) pada 20 SMA unggulan di 16 provinsi, menyimpulkan bahwa:

Dalam implementasi pelayanan pendidikan khusus bagi anak berbakat intelektual di sekolah mengalami beberapa hambatan, antara lain: Pertama, program akselerasi yang merupakan salah satu cara pelayanan anak berbakat intelektual ternyata tidak tepat sasaran. Program percepatan belajar (akselerasi) tidak cukup memberikan dampak positif pada siswa berbakat untuk mengembangkan potensi intelektualnya yang tinggi karena jumlah siswa yang tergolong memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa hanya 9,7%. Dari temuan tersebut berarti sebagian besar siswa (92,3%) yang mengikuti program akselerasi bukan merupakan anak berbakat intelektual tinggi. Kedua, tidak semua sekolah disiapkan untuk melayani anak berbakat intelektual. guru yang mengajar pada program akselerasi saja tidak disiapkan untuk mengajar siswa berbakat intelektual. Ketiga, tidak semua sekolah memahami prosedur identifikasi anak berbakat intelektual.

Menurut Sri Utari (2014), hasil survey yang dilakukan pada tahun 2010 terhadap sekolah unggulan di Kota Yogyakarta menunjukkan tidak semua siswa di kelas Cerdas Istimewa (CI) adalah siswa CI (berdasarkan tes psikologi), tidak ada seleksi khusus guru CI, dan diferensiasi kurikulum masih sebatas diferensiasi waktu. Keadaan tersebut cukup memberikan gambaran bahwa siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa memerlukan perhatian yang serius.


(4)

Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas layanan kepada peserta didik cerdas istimewa sebagai salah satu rencana untuk mencapai tujuan dari penyelenggaraan program tersebut. Oleh karena itu, untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, maka dilakukan penelitian dengan judul Evaluasi Program Akselerasi (Studi Evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon) .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dituliskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Context (konteks) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon?

2. Bagaimana Input (masukan) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon?

3. Bagaimana Process (proses) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon?

4. Bagaimana Product (hasil) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon?


(5)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah:

1. Mengevaluasi Context (konteks) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon.

2. Mengevaluasi Input (masukan) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon.

3. Mengevaluasi Process (proses) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon.

4. Mengevaluasi Product (hasil) program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon.

Hasil evaluasi selanjutnya akan dijadikan dasar pemberian rekomendasi kebijakan atas program yang bersangkutan, yaitu apakah program dilanjutkan seperti adanya atau program dilanjutkan dengan perbaikan-perbaikan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah referensi pengetahuan dalam bidang manajemen pendidikan, khususnya mengenai evaluasi program akselerasi. Disamping itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan bahan untuk penelitian selanjutnya.


(6)

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang bisa diperoleh melalui hasil penelitian ini:

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data ilmiah dalam membuat keputusan untuk perbaikan program di masa datang.

2. Bagi Dinas Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai saran untuk perbaikan penyusunan pedoman dalam penyelenggaraan program kelas akselerasi, serta perbaikan implementasi kebijakan pendidikan.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB II

0 1 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon

1 1 44

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB IV

0 1 120

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Pengembangan Diri di SMP Negeri I Kebumen T2 942011003 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Pengembangan Diri di SMP Negeri I Kebumen T2 942011003 BAB II

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Pengembangan Diri di SMP Negeri I Kebumen T2 942011003 BAB IV

0 0 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Pengembangan Diri di SMP Negeri I Kebumen T2 942011003 BAB V

0 0 3

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Guru SMP Negeri 9 Ambon T2 BAB I

0 0 9