Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB IV

(1)

50

4.1 Deskripsi Umum SMP Negeri 6 Ambon

4.1.1 Profil Sekolah

SMP Negeri 6 Ambon merupakan salah satu lembaga pendidikan di Kota Ambon yang terletak di Jln. Kakialy Tanah Tinggi Ambon, yang secara geografis terletak di kelurahan Rijali, kecamatan Sirimau dan terletak 500 m dari pusat Kota Ambon Ibu Kota Provinsi Maluku, memiliki potensi sumberdaya peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, dukungan sarana dan prasarana, serta partisipasi masyarakat yang baik. SMP Negeri 6 Ambon memiliki luas lahan 63 x 62,10 m2 dengan luas tanah terbangun 56,20 x 52,70 m2.

SMP Negeri 6 Ambon sebagai salah satu sekolah negeri dengan model Sekolah Standar Nasional (SSN) telah memperoleh akreditasi dengan nilai A dan merupakan sekolah SNN terbaik di Provinsi Maluku. Selain itu juga, sekolah tersebut merupakan sekolah model berwawasan lingkungan dan sekolah yang melaksanakan program inklusi bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus (Sumber: Profil SMP Negeri 6 Ambon).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang dikembangkan sesuai dengan kekhasan, potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik,


(2)

oleh sebab itu kurikulum disusun melibatkan semua warga sekolah dan stakeholder dengan menggunakan pendekatan dan analisis SWOT. Dalam artian kemampuan atau kompetensi peserta didik yang berbeda, mengharuskan sekolah untuk mengembangkan potensi sekolah lewat kelas khusus yaitu kelas akselerasi, untuk menjawab tantangan pendidikan.

Program akselerasi adalah program yang dirancang secara khusus untuk memberikan layanan pendidikan kepada peserta didik yang benar-benar memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Program akselerasi di Kota Ambon sudah dilaksanakan sejak tahun 2007, dan tidak semua sekolah mampu menyelenggarakannya. SMP Negeri 6 Ambon merupakan salah satu sekolah unggulan di Kota Ambon yang telah melaksanakan program akselerasi pada tahun ajaran 2007/2008, walaupun sekolah tersebut bukan merupakan sekolah piloting.

SMP Negeri 6 Ambon dalam program pendidikannya menyelenggarakan dua program pendidikan, yaitu: program reguler dan program akselerasi, dengan tetap mengedepankan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik. Keunggulan lokal diimplementasikan dengan kurikulum sekolah berupa muatan lokal (Mulok) yang merupakan kegiatan kurikuler untuk


(3)

mengembangkan kompetensi yang dapat disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah termasuk keunggulan daerah. Sedangkan untuk menjawab kebutuhan di era perkembangan teknologi yang begitu pesat dengan berdaya saing global SMP Negeri 6 Ambon memberikan fasilitas berupa laboratorium yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dalam pembelajaran materi teknologi informasi dan komunikasi sekaligus sebagai sarana pengembangan diri peserta didik.

Kegiatan pengembangan diri dan kreativitas siswa di SMP Negeri 6 Ambon dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler, yang mencakup kegiatan keagamaan (Rohani Islam dan Rohani Kristen), keolahragaan (Bola Basket, Bola Voli, Karate, Sepak Bola), kepemimpinan (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa atau LDKS, Palang Merah Remaja, Pramuka), seni (Teater, Paduan Suara, Tarian Daerah, dan Musik), Pecinta Alam dan Kelompok Ilmiah Remaja.

Kegiatan ekstrakurikuler sendiri berfungsi untuk mengembangkan potensi, bakat dan minat peserta didik, mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik, mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan peserta didik yang menunjuang proses pengembangan, dan mengembangkan kesiapan karier peserta didik. Di SMP Negeri 6 Ambon setiap siswa diberikan kesempatan dan hak yang sama untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Segala aktifitas peserta didik yang berkenaan dengan kegiatan ekstrakurikuler berada di bawah pimpinan dan pengawasan guru pembina yang telah diberikan tugas oleh kepala sekolah.


(4)

4.1.2 Visi dan Misi SMP Negeri 6 Ambon 1. Visi

Berbudaya mutu, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur berdasarkan imtaq.

Indikator:

a. Terwujudnya peningkatan prestasi akademik dan non akademik.

b. Terwujudnya peningkatan kualitas dan kapasitas yang handal.

c. Teroptimalnya sarana pendukung belajar, menambah serapan pengetahuan yang luas.

d. Terciptanya perilaku dalam bertutur dan bertindak e. Terciptanya lingkungan bersih dan kondusif dalam

menunjang pengembangan pola hidup sehat.

f. Terimplementasinya konsep MBS secara transparan, akuntabel, dan patisipatif.

g. Terwujudnya peran serta dan daya dukung masyarakat.

h. Terwujudnya iman dan taqwa melalui KBM maupun kegiatan keagamaan.

i. Terwujudnya pengembangan diri yang berciri budaya lokal.

2. Misi

a. Mengembangkan proses belajar mengajar secara baik.

b. Mengembangkan bakat minat peserta didik melalui kegiatan akademik dan non akademik.

c. Mengembangkan kompetensi secara kontinu.

d. Menumbuhkan sikap inovatif dikalangan warga sekolah.


(5)

e. Menumbuhkan semangat keunggulan dikalangan guru dan peserta didik.

f. Membentuk kepribadian peserta didik melalui kegiatan imtaq dan budi pekerti.

g. Mengembangkan wiyata mandala sekolah melalui 7K. h. Mengembangkan pendidikan life skill melalui mata

pelajaran tertentu.

i. Mengembangkan bahasa Inggris sebagai bahan ajar sekolah dan diluar sekolah.

j. Mengembangkan ICT dalam proses belajar mengajar. k. Mengembangkan POB.

l. Menanamkan rasa kepercayaan di masyarakat. 3. Tujuan Sekolah

a. Peserta didik dapat mencapai nilai UN 75.

b. Peserta didik dapat memiliki prestasi di bidang akademik maupun non akademik.

c. Tenaga pendidik memiliki kualifikasi S1.

d. Tenaga pendidik dan kependidikan memiliki kompetensi yang handal.

e. Warga sekolah menikmati sarana dan prasarana yang memadai.

f. Sekolah mampu menerapkan konsep MBS

g. Warga sekolah dapat mewujudkan budaya sehat dan bersih.


(6)

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan, maka untuk langkah selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap data tersebut guna menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan tentang bagaimana context, input, process, dan product penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon. Deskripsi dan analisis penelitian dimaksudkan untuk menyajikan hasil pengumpulan data yang diperoleh, sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dikaji berdasarkan komponen evaluasi yang digunakan, yakni: context,input, process, dan product.

4.2.1 Evaluasi Context Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon

1. Latar Belakang Penyelenggaraan Program Akselerasi Program akselerasi adalah program yang dipersiapkan bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa untuk menyelesaikan program pendidikan SMP lebih cepat, yakni dua tahun. Latar belakang program akselerasi adalah pemikiran bahwa peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa (IQ 

130) pada dasarnya dapat menguasai pelajaran lebih cepat dari teman sebayanya. Agar keistimewaan tersebut dapat terakomodasi dengan baik, sekolah perlu memberikan layanan pendidikan yaitu program akselerasi sebagai salah satu solusi untuk menjawab


(7)

kebutuhan peserta didik cerdas istimewa tersebut dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Terkait dengan hal tersebut, maka sekolah melakukan identifikasi terhadap peserta didik yang memiliki IQ 130. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Koordinator Program Akselerasi bahwa,

Program akselerasi memiliki tujuan untuk melayani peserta didik yang kami sebut sebagai peserta didik cerdas istimewa. Karena itu, memang yang pertama dilakukan adalah mengidentifikasi peserta didik tersebut. Hasilnya, kami menemukan bahwa memang terdapat peserta didik yang memiliki IQ 130 (Sumber: wawancara dengan Koordinator Program Akselerasi, 30 Maret 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat dengan data mengenai peserta didik yang memiliki IQ 130 selama tujuh tahun terakhir sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Peserta Didik SMP Negeri 6 Ambon yang memiliki IQ130 Tujuh Tahun Terakhir

Tahun Ajaran

Jumlah Peserta Didik

Baru

Jumlah Peserta Didik yang

Memiliki IQ130

Persentase

2007/2008 386 23 5,96% 2008/2009 408 26 6,37% 2009/2010 448 28 6,25% 2010/2011 328 30 9,15% 2011/2012 383 50 13,05% 2012/2013 392 35 8,93% 2013/2014 386 53 13,73 2014/2015 335 55 16,42% (Sumber: Dokumen Sekolah, data diolah)


(8)

Berdasarkan hasil wawancara dan data dokumentasi di atas, dapat disimpulkan bahwa di SMP Negeri 6 Ambon terdapat peserta didik yang memiliki IQ 130 dan sangat disayangkan apabila mereka digabung dengan peserta didik lain yang memiliki kemampuan IQ < 130 dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu juga, terdapat permasalahan yang dialami oleh peserta didik dengan karakter keunggulan oleh karena intelektualnya, motivasinya maupun minatnya, di kelas selalu menunjukkan kemampuan penyerapan materi pelajaran lebih cepat dibandingkan dengan peserta didik sebayanya. Kondisi peserta didik yang demikian apabila tidak diberikan layanan pembelajaran yang sesuai akan terjadi peserta didik menjadi bosan, kurang ada minat belajar yang kemudian menyebabkan peserta didik berprestasi di bawah kinerjanya. Sehingga untuk mengatasi kondisi yang ada serta menjawab kebutuhan peserta didik berkarakter keunggulan tersebut, maka pihak sekolah menyelenggarakan program akselerasi.

Dengan misi meningkatkan kualitas mutu lulusan dan meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan, maka pada Tahun Ajaran 2007/2008 SMP Negeri 6 Ambon mulai menyelenggarakan program akselerasi. Pada saat itu sekolah dipimpin oleh Drs. J. Tengkery, M.Pd dan terus berjalan hingga saat ini di bawah kepemimpinan Drs. Jantje S. R. Mahulette, M.MPd dan telah memiliki alumni sebanyak tujuh angkatan.


(9)

Pada tahun ajaran 2007/2008, SMP Negeri 6 Ambon menyelenggarakan program akselerasi untuk angkatan pertama. Penyelenggaraan kelas akselerasi ini merupakan upaya untuk memberi layanan optimal kepada peserta didik yang memiliki IQ 130. Hal ini sesuai dengan salah satu indikator Visi SMP Negeri 6 Ambon Terwujudnya peningkatan prestasi akademik dan non akademik dan telah membawa SMP Negeri 6 Ambon menjadi sekolah unggulan di Kota Ambon (Sumber: Profil SMP Negeri 6 Ambon, Tahun 2014).

Penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon diperkuat dengan adanya landasan yuridis tentang penyelenggaraan program akselerasi pendidikan di Indonesia. Latar belakang pendukung tersebut merupakan pendorong utama munculnya gagasan untuk menyelenggarakan program akselerasi di sekolah tersebut. Berkaitan dengan hal ini, kepala sekolah mengungkapkan bahwa:

Yang melatarbelakangi penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon yaitu: adanya potensi yang dimiliki sekolah, dalam hal ini adanya peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi dari teman seusianya, dikaitkan dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa warga masyarakat atau peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa, perlu dilayani, sehingga sekolah mengembangkan kelas akselerasi. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)

Hal senada disampaikan oleh koordinator program akselerasi bahwa:

Latar belakang implementasi program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon adalah peserta didik banyak yang cerdas, banyak guru yang berkualitas, serta sarana-prasarana dan media pembelajaran yang


(10)

memadai, dan juga untuk menghindari kejenuhan dari anak tersebut terkait dengan proses belajar mengajar serta memberikan kebebasan pada anak tersebut. Kepala sekolah melihat potensi tersebut, kemudian mengajukan permohonan ke dinas, setelah mendapat izin kami tinggal melaksanakan program tersebut sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan oleh kepala sekolah. (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh wakil kepala sekolah bahwa:

Ada beberapa alasan yang menjadi latar belakang SMP Negeri 6 Ambon menyelenggarakan program akselerasi, diantaranya melihat potensi peserta didik yang menonjol dalam pembelajaran. Sering kali peserta didik tersebut dihadapkan dengan kenyataan bahwa mereka harus menunggu untuk masuk ke materi baru, atau melewati materi yang telah mereka pahami, dikarenakan teman sekelas yang lain belum paham mengenai materi yang di sampaikan. Dari keadaan inilah sekolah mulai berpikir untuk memberikan wadah guna memberikan pelayanan khusus pada anak didik yang memiliki kecerdasaan istimewa tersebut. Selain itu pihak sekolah juga merasa sudah mampu untuk menjalankan program kelas akselerasi dengan melihat potensi yang dimiliki oleh sekolah, antara lain: sarana-prasarana pendukung, media pembelajaran yang memadai dan didukung oleh guru yang memenuhi kualifikasi akademik yang baik, serta profesional dalam bidang yang diampu. (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015)

Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon merupakan inisiatif sekolah. Latar belakang dilaksanakannya program ini adalah pemahaman bahwa siswa yang memiliki bakat akademik luar biasa pada dasarnya dapat menguasai pelajaran lebih cepat daripada siswa pada umumnya.


(11)

Agar bakat, keinginan, dan keistimewaan siswa tersebut dapat terakomodasi dengan baik perlu adanya layanan dalam bentuk program khusus yaitu program akselerasi atau program percepatan belajar.

2. Tujuan Penyelenggaraan Program Akselerasi

Penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon bertujuan untuk menjawab kebutuhan dan memberikan pelayanan kepada peserta didik cerdas istimewa (IQ  130). Tujuan program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon mengacu pada salah satu tujuan sekolah tersebut, yaitu: peserta didik dapat memiliki prestasi di bidang akademik maupun non akademik. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 24 Maret 2015 bahwa tujuannya yang jelas kita memberikan wadah kepada anak-anak yang berpotensi untuk menyelesaikan studinya dua tahun dengan hasil yang memuaskan dan diterima di sekolah favorit atau yang diinginkan. Itu sasaran dan targetnya .

Hal senada juga diungkap oleh koordinator program akselerasi saat di wawancara pada tanggal 30 Maret 2015 bahwa, sasaran dari program akselerasi, peserta didik diharapkan lulus dan diterima di semua SMA terutama SMA favorit .

Dari pernyataan kedua narasumber di atas dapat diketahui bahwa program akselerasi bertujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa agar mereka lulus dengan hasil yang


(12)

memuaskan dan diterima di SMA favorit dimana hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan SMP Negeri 6 Ambon yaitu peserta didik dapat mencapai nilai UN 75 dan memiliki prestasi di bidang akademik maupun non akademik. (Sumber: Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon).

Selain itu, penyelenggaraan program akselerasi juga untuk mengefektifkan penggunaan sarana dan prasarana yang telah ada karena sebelum menyelenggarakan program akselerasi, SMP Negeri 6 Ambon juga sudah menyelenggarakan program Moving Class, yang kemudian program tersebut ditutup pada tahun 2011. Hal tersebut diungkapkan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

Penyelenggaraan program akselerasi merupakan upaya sekolah untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki sekolah, baik sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana yang telah ada dalam penyelenggaraan program Moving Class. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon selain bertujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan terhadap peserta didik cerdas istimewa, juga merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam mengefektifkan pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah ada sebelumnya dalam penyelenggaraan programMoving Class.


(13)

Disamping itu, peluang dan prospek penyelenggaraan program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon sangat terbuka. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah bahwa:

Di Kota Ambon, sekolah kami bukan merupakan sekolah pilotingtetapi diberi kepercayaan oleh dinas pendidikan untuk menyelenggarakan program akselerasi. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa potensi yang dimiliki SMP Negeri 6 Ambon, berupa kesiapan sarana dan prasarana pendukung, peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa (IQ 130), dan didukung oleh guru yang memenuhi kualifikasi akademik yang baik, serta profesional dalam bidang yang diampu, merupakan unsur pendukung yang melatarbelakangi munculnya gagasan penyelenggaraan program akselerasi di sekolah tersebut.

3. Dukungan Masyarakat

Selain potensi dan aset yang dimiliki sekolah, juga adanya dukungan yang sangat baik dari masyarakat terhadap penyelenggaraan program akselerasi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh koordinator program akselerasi sebagai berikut:

Dibukanya program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon adalah merupakan hasil kesepakatan musyawarah guru di sekolah, dan juga hasil keputusan dari komite sekolah dengan pihak sekolah. (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)


(14)

Pernyataan diatas didukung pula oleh pernyataan dari ketua komite, menyatakan bahwa:

Respon kami selaku pengurus komite atas diselenggarakannya program akselerasi ini sangat positif dan alasan apapun sarana yang dibutuhkan sepanjang komite masih bisa memenuhinya akan tetap memberikan bantuan. Kami selaku pengurus komite sangat setuju dengan adanya program akselerasi tersebut. (Sumber: Wawancara dengan ketua komite, 10 April 2015).

Hal tersebut juga secara implisit disampaikan oleh orang tua peserta didik yang menyatakan bahwa:

Kami akan memberikan fasilitas yang lebih baik di sekolah maupun di rumah untuk mendukung program akselerasi tersebut dan itu sudah menjadi konsekuensi kami sebagai orang tua yang ingin anaknya lebih maju. (Sumber: Wawancara orang tua peserta didik, 10 April 2015).

Dukungan orang tua tersebut dikuatkan dengan surat pernyataan kesanggupan orang tua dari peserta didik yang mengikuti program akselerasi (Terlampir).

Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa dukungan orang tua dan masyarakat/komite, merupakan unsur pendukung penyelenggaraan program akselerasi. Dimana, program tersebut juga merupakan upaya sekolah untuk menjawab kebutuhan masyarakat dalam hal pemberian pelayanan pendidikan kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.


(15)

4.2.2 Evaluasi Input Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon

1. Kebijakan Penyelenggaraan Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon memiliki kapasitas dan status selaku Sekolah Standar Nasional terbaik di Provinsi Maluku, menyelenggarakan program kelas akselerasi sebagai implementasi kebijakan program pendidikan perihal pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi peserta didik cerdas istimewa. Program akselerasi tersebut sudah berjalan sejak Tahun Ajaran 2007/2008 sampai sekarang.

Pada awal diselenggarakannya program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, pihak sekolah telah mengajukan permohonan izin penyelenggaraan kepada Dinas Pendidikan Kota Ambon dan sekolah telah memperoleh surat izin penyelenggaraan. Namun, pihak sekolah tidak bisa menunjukkan SK tersebut karena sekolah tidak memilikinya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah bahwa,

Surat izin penyelenggaraan program akselerasi tersebut tidak kami miliki karena pada saat serah-terima jabatan, dokumen-dokumen yang terkait dengan program akselerasi tidak diberikan oleh kepala sekolah sebelumnya (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).

Meskipun demikian, dalam penyelenggaraannya sekolah berpedoman pada Surat Keputusan Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


(16)

Nomor: 1033/C4/KU/2014 tentang pemberian bantuan sosial operasional PK LK, inklusi, CI BI, Braille, dan UKS/ruang terapi pendidikan dasar tahun 2014 (Sumber: Dokumen SMP Negeri 6 Ambon, SK Terlampir).

Berdasarkan landasan yuridis tersebut di atas, maka sekolah tetap menyelenggarakan program akselerasi yang memang sudah seharusnya program tersebut diberikan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa (IQ130). Dalam penyelenggaraan program akselerasi, SMP Negeri 6 Ambon memiliki pedoman yaitu: DOKUMEN-1 PROGRAM AKSELERASI (Sumber: Dokumen sekolah, 2013). Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah:

Untuk panduan kami menggunakan pedoman dari pusat (Depdiknas), dikolaborasikan dengan hasil

searching di internet, kemudian sekolah mengadaptasi dan mengembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan sekolah. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh wakil kepala sekolah bahwa:

Penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon berpedoman pada Dokumen-1 Program Akselerasi yang diadaptasi dari pedoman penyelenggaraan program akselerasi yang dari pusat (Depiknas). (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015)

Hal yang sama disampaikan oleh koordinator program akselerasi bahwa:

Kami menggunakan pedoman dari pusat yang kemudian di adaptasi dan dikembangkan sendiri oleh sekolah, serta dibuat dalam satu dokumen yang diberi nama: Dokumen-1 Program Akselerasi.


(17)

(Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)

Dengan demikian, SMP Negeri 6 Ambon mempunyai pedoman penyelenggaraan program akselerasi yang dikembangkan oleh sekolah sesuai dengan panduan dari Depdiknas, sehingga dalam penyelenggaraannya sekolah berpedoman sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

2. Perencanaan Program Akselerasi

Perencanaan program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon dilakukan terhadap komponen-komponen program akselerasi yang saling berhubungan dalam menunjang kelancaran penyelenggaraannya, yaitu:

a. Rekrutmen Peserta didik

Salah satu komponen input (masukan) dalam pelaksanaan program akselerasi adalah peserta didik. Proses rekrutmen peserta didik program akselerasi dimulai pada saat penerimaan peserta didik baru (PPDB). Peserta didik SMP Negeri 6 Ambon yang akan masuk di program akselerasi harus mengikuti serangkaian tes yaitu: tes psikologis, tes akademis, dan tes kesehatan. Tes IQ  125; tes akademis dengan nilai sekurang-kurangnya 8,0. Rapor, nilai rata-rata seluruh mata pelajaran tidak kurang dari 8,0 dan dinyatakan sehat oleh dokter. Orang tua siswa harus menandatangani surat kesepakatan dengan pihak sekolah.


(18)

Mengenai perekrutan siswa seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah sebagai berikut,

Terkait dengan perekrutan siswa, pihak penyelenggaraan melakukan tes terhadap peserta didik baru di SMP Negeri 6 Ambon yakni tes psikotes, tes akademis, dan tes kesehatan. Selain itu, orang tua juga harus menandatangani surat kesepakatan. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, tanggal 24 Maret 2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh wakil kepala sekolah,

Dalam merekrut siswa, pertimbangannya pada hasil tes psikologis dan matrikulasi. Pelaksanaan tes psikologis, untuk melihat tingkat IQ. Kemudian siswa mengikuti matrikulasi selama 3 bulan. Nah, hasil tes psikologis dan matrikulasi ini sebagai pertimbangan kami apakah siswa diterima di kelas program akselerasi atau tidak. (Sumber: Wawancara dengan wakil kelapa sekolah, tanggal 25 Maret 2015)

Penjelasan yang sama berdasarkan analisis dokumen bahwa rekrutmen peserta didik program akselerasi dilaksanakan setelah calon peserta didik dinyatakan diterima sebagai peserta didik baru di SMP Negeri 6 Ambon. Terkait dengan hal tersebut, sekolah memiliki SOP yang jelas untuk rekrutmen calon siswa program akselerasi, yaitu:

1) Input siswa

Peserta didik tamatan SD/MI atau yang sederajat dari colon penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2) Sistem Assesment

a) Penjaringan

Peserta didik yang akan masuk kelas akselrasi diterima berdasarkan seleksi dalam Penerimaan peserta didik baru (PPDB).


(19)

b) Penyaringan (1) Akademis

Tertinggi dari sejumlah siswa yang diterima pada Penerimaan Siswa Baru atau yang bernilai sama.

(2) Psikologis

Pelaksanaan Psikotest bekerjasama dengan Yayasan Dynda Pratama atau Universitas Pattimura dengan kriteria sebagai berikut: - Test Intelegensi Umum dengan skala

Weshler IQ 125

- Test kreativitas dengan skala Kreativitas Firural CQ  125

- Inventori keterikatan terhadap tugas skala Rendi TC125

- EQ dengan kategori baik, penyesuaian diri baik, rasa ingin tahu baik, daya tahan terhadap stress baik dan daya juang kategori baik.

(3) Informasi Data Subjektif

Nominasi yang diperoleh dari diri sendiri, teman sebaya, orang tua, dan guru SD-nya. (4) Wawancara

Kesanggupan siswa, orang tua/wali dalam mendukung program akselerasi.

(5) Kesehatan fisik dengan keterangan dokter Kesediaan peserta didik dan persetujuan orang tua dengan mengisi surat perjanjian. (Sumber: Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon)


(20)

Berdasarkan hasil wawancara dan data dokumen di atas menunjukkan bahwa proses rekrutmen peserta didik program akselerasi dimulai pada saat penerimaan peserta didik baru. Selanjutnya, melakukan seleksi administrasi, tes akademis, dan tes psikologis. Tampak bahwa persyaratan seleksi mengacu pada kriteria yang terdapat dalam Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon, yakni: informasi tentang data objektif yang meliputi bidang akademis dan bidang psikologis; informasi data subyektif yang meliputi minat, kesiapan mental, kesanggupan pembiayaan; dan informasi data pendukung yang meliputi kesehatan fisik dan komitmen sebagai peserta didik program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon.

b. Kurikulum Program Akselerasi

Kurikulum program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon dikembangkan secara diferensiasi oleh sekolah dengan berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum program akselerasi pada dasarnya sama dengan kurikulum kelas reguler, yaitu: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan muatan lokal. Dalam hal ini tidak menyimpang dari kurikulum nasional, substansi kurikulum tetap sama, namun aspek konten materi, dengan irama yang lebih dipercepat sesuai dengan kemampuan potensi peserta didik. Perbedaannya adalah penyusunan struktur program pengajaran dengan alokasi waktu yang lebih singkat yaitu dari tiga (3) tahun menjadi dua (2) tahun dari peserta didik reguler.


(21)

Hal ini sesuai dengan penuturan dari Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian bahwa:

Kurikulumnya yang digunakan adalah KTSP sama dengan kurikulum program reguler hanya saja untuk program akselerasi jam belajarnya dipadatkan karena kelulusannya dipercepat. Kalau reguler itu satu semester enam bulan, maka untuk program akselerasi ini satu semester empat bulan, sehingga waktu pelaksanaan antara reguler dan akselerasi ada sedikit perbedaan, kecuali akhir tahun sama. (Sumber: Wawancara dengan Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian, 30 Maret 2015)

Untuk pelaksanaannya dilakukan pemadatan waktu dari tiga tahun pada kelas reguler, menjadi dua tahun pada program akselerasi. Masa pendidikan pada program reguler menggunakan istilah semester, sedangkan pada program akselerasi menggunakan istilah studi. Adapun perbandingan masa pendidikan antara peserta didik program akselerasi dengan reguler dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Perbedaan Pelaksanaan Program Reguler dan Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon

Program Reguler Waktu Program Akselerasi

Kelas VII Reguler Kelas VII Semester I Juli 2012 Kelas VII Semester I (Studi 1)

Tahun ke 1 (Akselerasi I) Agustus September Oktober November Kelas VII Semester II (Studi 2) Desember Kelas VII Semester II Januari 2013 Februari Maret Kelas VIII Semester I (Studi 3) April Mei Juni


(22)

Reguler Semester I Agustus Semester II (Studi 1)

(Akselerasi II) September

Oktober November

Kelas IX Semester I

(Studi 2) Desember

Kelas VIII Semester II

Januari 2014 Februari

Maret

Kelas IX Semester II

(Studi 3) April

Mei Juni

(Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015; Kalender Pendidikan SMP Negeri 6 Ambon, data diolah)

Melalui data di atas dapat dijelaskan bahwa program akselerasi memiliki masa pendidikan dua tahun, yaitu akselerasi I untuk tahun pertama dan akselerasi II untuk tahun ke dua, yang masing-masing kelas akselerasi tersebut ditempuh dalam tiga masa studi. Sedangkan, kelas reguler menyelesaikan pendidikan selama tiga tahun, yaitu kelas VII, VIII, dan IX, dimana masing-masing kelas ditempuh dalam dua semester.

Program akselerasi ini menjadikan kurikulum standar yang biasanya ditempuh siswa SMP dalam waktu tiga tahun menjadi dua tahun. Jika dalam kelas reguler materi setiap semester ditempuh selama enam bulan, maka dalam kelas akselerasi hanya diselesaikan dalam waktu sekitar empat bulan. Pada tahun pertama siswa kelas akselerasi akan mempelajari materi kelas satu ditambah setengah materi kelas dua dan di tahun kedua siswa akan mempelajari materi kelas dua yang tersisa ditambah dengan seluruh materi kelas tiga.


(23)

Struktur kurikulum program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama dua tahun mulai kelas VII sampai dengan kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Kompetensi mata pelajaran. Untuk lebih jelasnya tentang struktur kurikulum program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Struktur Kurikulum Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu

VII VIII IX

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2. Pendidikan

Kewarganegaraan

2 2 2

3. Bahasa Indonesia 6 6 6 4. Bahasa Inggris 6 6 6

5. Matematika 5 5 5

6. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 6 6 6

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

2 2 2

10. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2 2

B. Muatan Lokal

1. Kuliner Daerah 3 3 3 2. Kurikulum Plus

- Kesehatan

- Sains

3 3

3 3

3 3

Jumlah 47 47 47

(Sumber: Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon)

Berdasarkan tabel di atas, kurikulum program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon terdiri dari 10 mata pelajaran, satu muatan lokal, dan satu kurikulum plus.


(24)

Menurut kepala sekolah saat diwawancara menyatakan bahwa:

Kurikulum yang diterapkan di kelas akselerasi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP). Kurikulum ini sama dengan yang diterapkan di kelas reguler. Perbedaannya, kurikulum ini dalam pengembangannya harus didiferensiasikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dengan cara memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam arti kedalaman, keluasan, percepatan, maupun dalam jenisnya. Dan juga, waktu penyelesaian kurikulum tersebut dipercepat daripada program reguler, yang ditempuh selama 2 tahun. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)

Pendapat yang sama disampaikan oleh wakil kepala sekolah bahwa:

Kurikulum yang diterapkan di kelas akselerasi sama dengan kurikulum di kelas reguler, yaitu: kurikulum KTSP. Perbedaan dengan kelas reguler adalah kelas akselerasi waktunya lebih lama jam belajarnya per hari bila dibandingkan dengan kelas reguler, kemudian 1 semester untuk kelas akselerasi sama dengan 4 bulan sedangkan 1 semester untuk kelas reguler sama dengan 6 bulan. Lama waktu belajar di SMP untuk kelas akselerasi selama 2 tahun sedangkan bagi kelas reguler adalah 3 tahun. (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015)

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa Kurikulum program akselerasi pada dasarnya sama dengan kurikulum kelas reguler, yaitu: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan muatan lokal. Perbedaanya, kurikulum ini dalam pengembangannya harus didiferensiasikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik cerdas istimewa dengan cara memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam


(25)

arti kedalaman, keluasan, percepatan, maupun dalam jenisnya. Sehingga lama waktu belajar di SMP yang seharusnya untuk kelas regular diselesaikan dalam waktu tiga tahun tetapi untuk kelas akselerasi hanya diselesaikan dalam waktu dua tahun. Dengan demikian, peserta didik program akselerasi lulus bersamaan dengan kelas reguler yang sudah masuk satu tahun sebelumnya.

Perencanaan kurikulum yang dilakukan pada program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon berdasarkan hasil temuan penelitian sudah memenuhi ketentuan yang ada. Kurikulum yang digunakan oleh program akselerasi merupakan pemadatan dari kurikulum kelas regular, yang seharusnya kurikulum kelas regular diselesaikan dalam waktu tiga tahun untuk kelas akselerasi hanya diselesaikan dalam waktu dua tahun.

c. Tenaga Pendidik (Guru)

Kualifikasi tenaga pendidik merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan keberhasilan proses pelaksanaan program akselerasi. Idealnya, guru yang mengajar pada program akselerasi juga memiliki potensi dan kecerdasan istimewa karena peserta didiknya memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Namun, untuk mencapai kondisi ideal tersebut nampaknya sulit tercapai. Berkenan dengan hal tersebut, guru yang dipilih hendaknya guru yang memiliki kemampuan, sikap, dan keterampilan terbaik di antara guru yang ada.


(26)

Guru-guru tersebut dipilih berdasarkan pengalaman dan kemampuan mengajar, serta memiliki kualifikasi sesuai dengan bidangnya. Selain itu, hal yang penting juga adalah memiliki dedikasi tinggi serta memiliki emosional yang stabil sehingga mampu menjalin ikatan emosional dengan peserta didik guna memahami karakteristik peserta didik itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

Guru-guru yang mengajar di program akselerasi merupakan guru-guru yang dipilih berdasarkan kualitas, tanggung jawab, dan pendidikan guru tersebut. Saya dibantu oleh kaur bidang standar isi dan proses pembelajaran memilih langsung guru-guru yang dianggap kompeten dan sudah senior untuk mengajar di program akselerasi. Latar belakang pendidikan guru-guru tersebut juga menjadi pertimbangan kami. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)

Berdasarkan penjelasan kepala sekolah di atas ditegaskan bahwa, untuk tenaga pendidik (guru) program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon dipilih berdasarkan pengalaman dan kemampuan mereka mengajar, penguasaan materi dan emosional, pengetahuan kebutuhan/kondisi peserta didik, dan tidak semua guru dapat mengajar di kelas akselerasi. Hal ini juga senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh wakil kepala sekolah bahwa:

Guru yang mengajar di kelas akselerasi adalah guru-guru yang dianggap berpengalaman dan senior. Pemilihan guru pengajar program akselerasi sepenuhnya ditentukan oleh kepala sekolah dengan tetap mengacu pada pedoman dan standar yang sudah ditentukan. (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015)


(27)

Mengenai perekrutan tenaga pendidik juga disampaikan oleh koordinator program akselerasi bahwa:

Dari sekian banyak guru yang ada, diambil 24 orang untuk mengajar di program akselerasi. Kriterianya sesuai dengan buku pedoman penyelenggaraan program akselerasi. Selebihnya, pemilihan guru program akselerasi sepenuhnya ditentukan oleh kepala sekolah. (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)

Jumlah guru di SMP Negeri 6 Ambon yang mengajar pada kelas akselerasi sebanyak 24 orang, terdiri dari: lima (5) laki-laki dan 19 perempuan, dan merupakan guru mata pelajaran dengan rata-rata kualifikasi pendidikan S1 (Sumber: Profil SMP Negeri 6 Ambon, 2014).

Dari hasil wawancara dan data profil guru menunjukkan bahwa dalam memilih guru yang mengajar di program akselerasi ditentukan oleh kepala sekolah dengan berpedoman pada kriteria yang ada pada Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon. Guru yang mengajar pada program akselerasi harus memenuhi kualifikasi sebagaimana yang dipersyaratkan, serta memiliki motivasi yang kuat untuk mengembangkan potensi siswa secara maksimal.

Perencanaan seleksi guru program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon berdasarkan hasil temuan penelitian adalah sudah sesuai dengan ketentuan yang ada pada pedoman penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik cerdas istimewa. Guru yang mengajar di kelas akselerasi merupakan guru-guru pilihan yang


(28)

dipilih oleh Kepala Sekolah dengan dibantu Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian.

d. Sarana dan Prasarana

Komponen input selanjutnya adalah sarana dan prasarana. Sekolah penyelenggara program akselerasi diharapkan mampu memenuhi sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa. Dengan adanya sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan peserta didik, diasumsikan proses pelaksanaan program akselerasi akan dapat berjalan dengan lancar, dan tujuan program dapat tercapai dengan baik pula.

Sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan program akselerasi yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar program akselerasi pada umumnya sama dengan program kelas regular, seperti: laboratorium IPA, perpustakaan, dan laboratorium komputer. Tetapi ada sarana prasarana khusus yang diberikan pada program akselerasi seperti: ruangan kelas bersih, nyaman, dan dilengkapi dengan AC, pembelajaran berbasis Information and Communication Technology (ICT), VCD, TV, infocus, komputer, jaringan internet (WiFi), modul, buku, dan lain sebagainya.

Sarana dan prasarana yang tersedia untuk program akselerasi cukup memadai seperti yang dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

Sarana dan prasarana yang tersedia untuk program akselerasi cukup memadai, kami punya laboratorium IPA, laboratorium komputer, perpustakaan, dan ruang multimedia, dan setiap


(29)

kelas tersedia LCD, Komputer, dan TV. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)

Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh kaur bidang standar sarpras dan pembiayaan bahwa:

Untuk sarana dan prasarana cukup baik, setiap kelas di program akselerasi tersedia TV, komputer, LCD, serta fasilitas penunjang lainnya seperti: laboratorium dan ruang multimedia (Sumber: Wawancara dengan Kaur Bidang Standar Sarpras dan Pembiayaan, 1 April 2015)

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan salah seorang peserta didik program akselerasi bahwa:

Sarana dan prasarana di kelas akselerasi lebih lengkap daripada di program reguler, di tiap-tiap kelas ada komputer, TV, dan LCD, kalau di kelas reguler tidak ada. Kami diwajibkan memiliki laptop. (Sumber: Wawancara dengan peserta didik program akselerasi, 6 April 2015)

Pernyataan-pernyataan diatas diperkuat dengan studi dokumen dan observasi yang dilakukan pada tanggal 1 April 2015, ditemukan data dokumen sarana dan prasarana sekolah sebagai berikut: ruang kelas dengan luas rata-rata 63 m2 yang dilengkapi fasilitas antara lain LCD, TV, 1 unit komputer, dan AC. Fasilitas penunjang lainnya terdiri dari 2 ruang Lab. IPA, 1 ruang Lab. Komputer, 1 ruang multimedia, ruang kesenian, perpustakaan, serta ruang serba guna (Sumber: Data Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 6 Ambon, data diolah)

Dari hasil wawancara dan data sarpras diatas menunjukan bahwa fasilitas yang disediakan pihak sekolah sudah cukup memadai dan memenuhi ketentuan yang ada untuk penyelenggaraan program


(30)

akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon. Sarana dan prasarana yang digunakan pada program akselerasi harus lengkap untuk menunjang proses belajar mengajar dan pengembangan bakatnya.

e. Pembiayaan

Penyelenggaraan program akselerasi tidak lepas dari masalah biaya. Biaya tersebut digunakan untuk membiayai segala macam kegiatan dalam program tersebut. Selama ini, dana untuk program akselerasi bersumber dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan iuran dari orang tua peserta didik, sedangkan dana dari pemerintah masih sangat terbatas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bahwa:

Biaya dari pemerintah untuk program akselerasi sangat sedikit. Dan selama ini dana yang digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan di program akselerasi sebagian besar adalah dari orang tua peserta didik/komite sekolah dan dana BOS. (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015)

Pernyataan tersebut diperkuat dengan data tentang sumber pembiayaan penyelenggaraan program akselerasi setiap tahunnya seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Sumber Dana Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Tahun Ajaran 2013/2014

No Sumber Dana Total Biaya

1. BOS Rp. 790.230.000,-2. Direktorat PLB (Pendidikan

Luar Biasa)

-3. Komite Sekolah/orang tua siswa (jumlah keseluruhan iuran bulanan dan

Rp. 210.000,- x 52 x 12 = Rp.


(31)

131.040.000,-sumbangan pendidikan bagi siswa baru)

4. Lain-lain

-Jumlah Rp. 921.270.000

(Sumber: Studi Dokumentasi RKAS Tahun 2013/2014 dan wawancara dengan Bendahara SMP Negeri 6 Ambon, tanggal 1 April 2015)

Hasil wawancara dan studi dokumentasi di atas menunjukkan bahwa pembiayaan untuk penyelenggaraan program akselerasi bersumber dari pemerintah (dana BOS) dan pihak sekolah mengambil kebijakan dengan menarik sumbangan berupa iuran tetap dari orang tua peserta didik setiap bulan.

Perencanaan pembiayaan program akselerasi yang dilakukan oleh SMP Negeri 6 Ambon berdasarkan hasil temuan penelitian adalah dilakukannya musyawarah antara pihak sekolah dan orang tua peserta didik sekaligus untuk penentuan apa saja yang dibutuhkan oleh peserta didik cerdas istimewa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Semua kegiatan yang dilakukan dalam program akselerasi ini dibantu oleh orang tua peserta didik, karena program akselerasi ini masih merupakan program mandiri tanpa adanya bantuan dari pemerintah. Para orang tua peserta didik tidak merasa keberatan untuk membantu pembiayaan, demi kelancaran program tersebut.


(32)

4.2.3 Evaluasi Process Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon

1. Persiapan Penyelenggaraan Program Akselerasi Penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon diawali dengan persiapan penyelenggaraan program. Pihak sekolah menyiapkan berbagai sumber daya program yang mendukung terselenggaranya program akselerasi, meliputi: kesiapan guru yang memenuhi syarat rata-rata pendidikannya lulusan S1, sarana dan prasarana belajar yang memadai, dan lain sebagainya. Langkah selanjutnya sekolah membuat rencana program akselerasi disusun dengan baik dalam bentuk proposal yang memuat profil sekolah dan diajukan kepada dinas pendidikan kota, provinsi, dan pemerintah pusat dengan tujuan mendapatkan izin penyelenggaraan program akselerasi.

Persiapan-persiapan yang dilakukan adalah mengikuti sosialisasi program akselerasi dari Dirjen PLB Jakarta di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku, mengikuti pendidikan dan latihan guru mata pelajaran tingkat SMP untuk penyelenggaraan program akselerasi di Jakarta, melakukan rapat koordinasi dengan guru-guru calon pengampu mata pelajaran pada program akselerasi, dan komite sekolah, sosialisasi program akselerasi kepada orang tua peserta didik, penyusunan kalender pendidikan, analisis materi pelajaran, program tahunan, program caturwulan,


(33)

satuan pelajaran, dan perangkat pembelajaran (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).

Keputusan untuk menyelenggarakan program akselerasi telah melalui serangkaian proses perencanaan dengan menggunakan analisis SWOT terhadap kelayakan SMP Negeri 6 Ambon dalam menyelenggarakan program akselerasi. Hasil analisis SWOT tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Matrik Hasil Analisis SWOT Kelayakan SMP Negeri 6 Ambon

FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL

Strength (S) 3,55 Opportunities (O) 3,50 Weaknesses (W) 2,60 Treaths (T) 2,30

Selisih 0,95 Selisih 1,20

(Sumber: Dokumen Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa strategi pengembangan SMP Negeri 6 Ambon dalam persiapan penyelenggaraan program akselerasi perlu memanfaatkan strategi S-O yaitu mendukung strategi agresif, yang memungkinkan sekolah tersebut untuk membuka program akselerasi.

Selanjutnya, kepala sekolah melakukan sosialisasi konsep akselerasi pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa kepada seluruh dewan guru. Tampak bahwa tujuan untuk mengadakan sosialisasi kepada seluruh unsur tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah tersebut adalah untuk memperoleh pemahaman tentang perlunya program akselerasi sebagai wadah bagi


(34)

peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa di SMP Negeri 6 Ambon.

Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara peneliti dengan koordinator program akselerasi sebagai berikut:

Kami melaksanakan sosialisasi konsep akselerasi pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Sosialisasi tersebut dengan melibatkan stakeholders yang meliputi; warga sekolah yang terdiri dari guru dan pegawai, komite sekolah yang dapat memfasilitasi sarana dan prasana pelaksanaan program akselerasi, dan orangtua peserta didik sebagai penyumbang dana pelaksanaan program, serta Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku selaku pemangku kebijakan yang memberikan izin terhadap rencana pelaksanaan program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon ini (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015).

Kegiatan selanjutnya setelah sosialisasi adalah melakukan studi banding ke beberapa sekolah di Jakarta yang sudah menyelenggarakan program akselerasi. Tujuannya, dengan melakukan studi banding maka hal-hal yang masih baru dan belum dipahami dengan benar akan menjadi lebih jelas.

Kegiatan seleksi tenaga pendidik dan pemenuhan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program akselerasi merupakan proses pemanfaatan sumberdaya sekolah secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Muara dari semua kegiatan persiapan penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon adalah tersusunnya proposal permohonan


(35)

penyelenggaraan. Kelengkapan dan keakuratan isi proposal permohonan itu mengindikasikan seberapa jauh pemahaman dan kesiapan sekolah tersebut untuk dapat ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara program akselerasi.

2. Mekanisme Penyelenggaraan Program Akselerasi Permohonan izin penyelenggaraan program akselerasi dilaksanakan atas ide dari pihak sekolah yang bersangkutan yang dikenal dengan istilah school based management, manajemen berbasis sekolah. Pada prinsipnya, dengan menggunakan manajemen berbasis sekolah ini sekolah lebih mandiri dan mampu menentukan arah pengembangan sesuai dengan tuntutan lingkungan masyarakatnya akan kualitas layanan pendidikan di sekolah.

Berkaitan dengan hal di atas, kepala sekolah menceritakan proses perizinan penyelenggaraan program akselerasi sebagai berikut:

Untuk pengajuan izin kami membuat permohonan yang dilengkapi dengan profil sekolah. Profil sekolah memuat data-data fisik sekolah, seperti luas tanah dan bangunan, jumlah ruang kelas dan sarana di ruang kelas itu, fasilitas lain seperti lab IPA, lab komputer, perpustakaan, terus keadaan guru-gurunya dengan kualifikasi dan masa mengajarnya. Proposal ini kami buat rangkap tiga. Masing-masing kami kirim ke Dinas Kota, Dinas Provinsi, dan Direktorat PSLB di Jakarta (Sumber: wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).

Lebih lanjut, koordinator program akselerasi juga menyatakan:

Seingat saya, tidak lama setelah kami kirimkan proposal itu, ada pengawas sekolah dari Dinas yang


(36)

datang untuk klarifikasi. Mereka datang untuk mencocokkan data yang kami tuliskan di profil sekolah dengan keadaan yang sebenarnya ada di sekolah. Mereka melihat langsung kondisi kelas. Karena kami memang memenuhi kriteria yang dibuat dalam Pedoman maka oleh Dinas Pendidikan Kota kami direkomendasikan ke Dinas Provinsi (Sumber: wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015).

Menyambung pernyataan yang disampaikan oleh kedua informan di atas, kaur bidang standar sarpras dan pembiayaan mengungkapkan bahwa:

Sama seperti tim dari Dinas Pendidikan Kota, tim dari Dinas Provinsi juga datang untuk mencocokkan data yang kami tulis di profil sekolah dengan kenyataan di lapangan. Mereka minta data-data prestasi anak-anak dan juga melihat semua fasilitas sekolah (Sumber: wawancara dengan Kaur Bidang Standar Sarpras dan Pembiayaan, 1 April 2015).

Simpulan dari pernyataan-pernyataan di atas, mekanisme penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon mengikuti alur sebagai berikut: (1) sekolah menyusun proposal permohonan penyelenggaraan kepada Dinas Pendidikan Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Direktorat PLB yang dilengkapi dengan profil sekolah, (2) Dinas Pendidikan Kota melakukan observasi dan supervisi ke sekolah, (3) hasil observasi dan supervisi itu menjadi dasar rekomendasi ke Dinas Provinsi, (4) Dinas Provinsi melakukan observasi dan supervisi ke sekolah, dan (5) Dinas Provinsi menerbitkan SK Penetapan sebagai sekolah penyelenggara program akselerasi.


(37)

3. Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi

Ditinjau dari bentuk penyelenggaraannya, program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon menggunakan model Kelas Khusus , yaitu: peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus. Dalam artian bahwa ruang belajar untuk kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon disendirikan. Setiap tahunnya sekolah membentuk satu atau dua kelas akselerasi, tergantung jumlah peserta didik yang di rekrut.

Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah bahwa:

Sekolah menggunakan model kelas khusus. Sekolah mengembangkan kelas CI, BI olahraga, dan BI Seni. Kelas BI Seni ini tidak ada di sekolah lain, hanya di SMP Negeri 6 Ambon. Alasan dibukanya kelas BI Seni karena beberapa tahun terakhir SMP Negeri 6 Ambon mempunyai prestasi di tingkat internasional di bidang vocal group, serta peserta didik mempunyai talenta menyanyi dan bermain musik. Filosofisnya, karena orang Ambon itu identik dengan menyanyi dan musik. Kelas BI Seni merupakan bagian dari BI, walaupun pola seperti ini tidak/belum ada di tingkat nasional, tetapi sekolah membuatnya supaya menjadi model. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)

Pendapat yang sama disampaikan oleh wakil kepala sekolah bahwa:

Sekolah mengembangkan 3 kelas akselerasi, yaitu: kelas Cerdas Istimewa (CI), Bakat Istimewa Olahraga, (BI Olahraga), dan Bakat Istimewa Seni (BI Seni). Pemilihan bentuk model kelas khusus didasarkan pada kebutuhan belajar dari peserta didik tersebut, mereka memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa sehingga mereka harus mendapat pelayanan khusus dalam memenuhi kebutuhan belajarnya. Apabila mereka tidak


(38)

diberikan layanan khusus misalnya dicampur dengan peserta didik kelas reguler, maka cenderung akan underachiever yaitu berprestasi jauh dibawah kemampuan aslinya. (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh koordinator program akselerasi bahwa:

Program akselerasi di sekolah kami terdiri dari: kelas Cerdas Istimewa (CI), Bakat Istimewa (BI), dan Bakat Istimewa Seni (BI Seni). Kelas BI Seni baru dibuka tahun ini. Dalam pelaksanaannya menggunakan model kelas khusus. (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)

Pernyataan diatas juga diperkuat dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa masing-masing program tersebut mempunyai ruang kelas sendiri. (Sumber: Hasil Observasi, 1 April 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan memperlihatkan bahwa pihak sekolah dalam menyelenggarakan program akselerasi menggunakan model kelas khusus, dan program yang dikembangkan terdiri dari: kelas Cerdas Istimewa (CI), Bakat Istimewa Olahraga (BI Olahraga), dan Bakat Istimewa Seni (BI Seni).

Selanjutnya, dalam penelitian ini difokuskan pada penyelenggaraan program akselerasi bagi peserta didik cerdas istimewa (CI) karena dari ketiga program yang dikembangkan oleh sekolah, hanya kelas CI saja yang menggunakan model layanan percepatan belajar, yaitu memadatkan masa belajar dari tiga tahun menjadi dua tahun. Sedangkan untuk kelas BI, baik BI Olahraga maupun BI Seni tetap menyelesaikan pendidikan dalam waktu tiga tahun sama seperti kelas reguler.


(39)

Program akselerasi merupakan program yang independen, maka manajemennya terpisah dengan program reguler. Hal ini bertujuan untuk memperlancar proses belajar mengajar dalam rangka menghasilkan kualitas lulusan yang lebih baik, efektif, dan efisien. Berikut time schedule kelas akselerasi,

Tabel 4.6Time ScheduleProgram Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Tahun Ajaran 2014/2015

NO WAKTU KEGIATAN

1. 15 -17 Juli 2014 MOS 2. 18 - 20 Juli 2014 Workshop

3. 21 July 2014 KBM pertama Semester I 4. 13 - 17 Oktober 2014 Mid Semester

5. 2 - 10 Desember 2014 Pelaksanaan Ujian Akhir Semester I

6. 11 - 20 Desember 2014 Kegiatan Sekolah 7. 21 Desember 2014 Pembagian Raport

8. 22 - 31 Desember 2014 Libur Akhir Semester Ganjil 9. 1 - 5 Januari 2015 Libur Semester

10. 6 Januari 2015 Hari Pertama Semester II 11. 24 - 29 Maret 2015 Mid Semester

12. 21 - 23 April 2015 Ujian Nasional

13. 24 - 30 April 2015 Ujian Praktek

14. 2 - 7 Juni 2015 Ujian Semester II

15. 9 - 20 Juni 2015 Kegiatan Sekolah

16. 21 Juni 2015 Pembagian Raport 17. 23 - 30 Juni 2015 Libur Semester II

(Sumber: Studi Dokumentasi Kalender Pendidikan SMP Negeri 6 Ambon Tahun Ajaran 2014/2015)

4. Pengelolaan Program Akselerasi

Dalam penyelenggaraan program akselerasi, pihak sekolah membentuk tim penyelenggara yang diberi kewenangan khusus untuk mengelola program tersebut, melalui Surat Keputusan Kepala Sekolah No. 422/14/SMP 6/2014 tentang penetapan koordinator


(40)

kelas khusus. Melalui SK kepala sekolah tersebut, maka jelas bahwa program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon memiliki kepengurusan yang resmi (SK Terlampir).

Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala sekolah yang menyatakan bahwa:

Dalam mempersiapkan implementasi program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, kami perlu melakukan persiapan yaitu membentuk tim penyelenggara program akselerasi di sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru-guru senior yang memiliki kepedulian dan perhatian untuk memberikan layanan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)

Hasil wawancara tersebut di dukung pula oleh pernyataan dari koordinator program akselerasi bahwa:

Pembentukan tim ini adalah dengan tujuan untuk mengelola penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon. Hal ini dilakukan melalui rapat dewan guru setelah melakukan sosialisasi program akselerasi kepada semua dewan guru yang ada di SMP Negeri 6 Ambon. (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)


(41)

Adapun susunan tim penyelenggara program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sebagai berikut:

Gambar 4.1 Struktur Pengurus Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon (Sumber: Dokumen-1 Program Akselerasi, data diolah)

Dari data dokumen struktur pengurus program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon menunjukan bahwa pengorganisasian dan pembagian tugas sesuai dengan bidang masing-masing, sehingga penyelenggaraannya dapat berjalan dengan baik.

Pengorganisasian tugas pada program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon dilakukan dengan struktur organisasi yang sangat sederhana dengan alasan efisiensi. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah yang menjelaskan bahwa:

Didalam struktur pengorganisasian, kepala sekolah bertindak sebagai penanggungjawab program. Pada struktur ini tidak terdapat bendahara yang mengatur keuangan dari program akselerasi, karena sistem keuangan program akselerasi dijadikan satu dengan pembiayaan sekolah. Jadi, dengan jumlah

Penanggungjawab Program Akselerasi

(Kepala Sekolah)

Koodinator Program Akselerasi (Kaur Bidang Standar Isi dan

Proses Penilaian)

Wali Kelas Program Akselerasi

Guru Mata Pelajaran

Peserta didik Program Akselerasi


(42)

yang relatif sedikit tidak dibuatkan struktur organisasi yang besar. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)

Hal tersebut didukung juga oleh pernyataan dari wakil kepala sekolah bahwa:

Sistem pengorganisasinya sebagai berikut: kepala sekolah sebagai penanggung jawab, koordinator program akselerasi dirangkap sekaligus oleh Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian. Masing-masing kelas akselerasi didampingi oleh dua wali kelas. Tidak terdapat bendahara program akselerasi karena pembiayaan program akselerasi disatukan dengan pembiayaan sekolah. (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah tanggal 25 Maret 2015)

Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh koordinator program akselerasi bahwa:

Penanggungjawab program akselerasi adalah kepala sekolah, kemudian koordinator program dijabat oleh Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian. Tidak ada bendahara khusus untuk program akselerasi. (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa untuk mengoptimalkan penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, maka kepala sekolah telah membentuk tim penyelenggara program akselerasi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan program akselerasi tidak dirangkap oleh kepala sekolah. Artinya, kepala sekolah berdasarkan mekanisme yang ada, telah menetapkan ketua koordinator program akselerasi tersendiri, dengan tugas utama mengelola program akselerasi.


(43)

5. Pelaksanaan Program Akselerasi

Pelaksanaan merupakan bentuk konkrit dari apa yang telah direncanakan sebelumnya, rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan rambu-rambu yang telah dibuat. Dalam hal ini, rambu-rambu yang dimaksud adalah yang terdapat dalam buku pedoman pendidikan bagi peserta didik cerdas istimewa.

Pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon meliputi:

a. Rekrutmen Peserta didik

Pelaksanaan program akselerasi diawali dengan proses rekrutmen peserta didik yang dimulai pada saat seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) setiap tahun ajaran baru, yang dimulai pada bulan Juni. Berdasarkan perencanaan, tiap kelas ditempati oleh 20 orang peserta didik (Sumber: Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon).

Namun, dalam pelaksanaannya, jumlah peserta didik yang mengikuti program akselerasi setiap tahun rata-rata berjumlah 25 orang peserta didik yang di seleksi dari peserta didik baru, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Keadaan Peserta Didik Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Delapan Tahun Terakhir

No. Tahun Ajaran

Jumlah Peserta Didik CI

yang memiliki

IQ130

Jumlah Peserta Didik CI

Hasil Rekrutmen

Jumlah Rombel CI

1. 2007/2008 23 20 1

2. 2008/2009 26 20 1


(44)

4. 2010/2011 30 25 1

5. 2011/2012 50 48 2

6. 2012/2013 35 25 1

7. 2013/2014 53 52 2

8. 2014/2015 55 50 2

(Sumber: Dokumen SMP Negeri 6 Ambon, data diolah)

Terjadinya fluktuasi jumlah peserta didik yang mengikuti program akselerasi mengacu pada hasil tes sesuai persyaratan masuk program tersebut. Hal ini juga didukung hasil wawancara dengan kepala sekolah yang menyatakan bahwa:

Setiap tahunnya kami membentuk kelas akselerasi, dimana jumlah kelas dan peserta didiknya tergantung dari hasil seleksi. Misalnya, jika dari hasil seleksi diperoleh 25 orang, maka dibentuk satu kelas, dan apabila diperoleh 50 orang maka dibentuk dua kelas. Apabila jumlah peserta didik jumlah siswa yang masuk program akselerasi kurang dari 20 peserta didik, maka akan dipertimbangkan lebih lanjut. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)

Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya, pihak sekolah masih memberikan toleransi jumlah peserta didik program akselerasi untuk setiap kelasnya, dari yang seharusnya 20 orang tiap kelasnya. Artinya, sekolah tidak perlu memisahkan kelebihan peserta didik ini ke dalam kelas tersendiri.

Pelaksanaan seleksi peserta didik sudah dilakukan sesuai dengan yang direncanakan, yaitu dengan melakukan tiga tahapan, tes potensial akademik, psikotes, dan kesehatan. Proses rekrutmen dan seleksi siswa baru SMP Negeri 6 Ambon berlangsung dengan terbuka tanpa adanya rayonisasi dengan memfokuskan pada proses pelaksanaan seleksi


(45)

yang objektif, terbuka, dan dapat dipertanggung jawabkan. Pelaksanaan tes seleksi peserta didik program akselerasi bekerjasama dengan Yayasan Dynda Pratama (Pusat Penyelenggaraan Pelatihan dan Test Psikologi) Yogyakarta.

Hasil tes psikotes dari psikolog direkomendasikan kepada pihak sekolah yang isinya siswa disarankan, dipertimbangkan, atau tidak disarankan untuk masuk ke program akselerasi. Jumlah maksimal siswa yang diterima di program akselerasi tidak boleh melebihi 25 siswa apabila jumlah yang disarankan melebihi quota maka hasil akademik sebagai penentuannya, namun juga memperhatikan persetujuan orang tua. Walaupun siswa masuk dalam kategori disarankan, dan hasil tes akademiknya bagus, apabila orang tua tidak sepakat pihak penyelenggara tidak bisa memaksa siswa tersebut masuk ke program akselerasi.

Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah, beliau menyatakan bahwa,

Rekrutmen dan seleksi siswa yang masuk ke kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon dilakukan dengan memperhatikan nilai NUN SD, rapor SD kelas 4, 5, dan 6, tes akademis, tes psikologis dengan tes IQ, minat, dan persetujuan orang tua (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).

Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa proses rekrutmen siswa kelas akselerasi dimulai pada saat test masuk (PPDB). Selanjutnya melakukan seleksi administrasi, tes akademik dan tes psikologi. Kemudian merengking nilai siswa mulai dari yang tertinggi sampai terendah. Siswa akan mengikuti matrikulasi selama tiga bulan. Peserta


(46)

yang dinyatakan lulus dalam proses rekrutmen dan seleksi adalah mereka yang memiliki potensi kecerdasan, kreativitas, yang tinggi dan keterikatan pada tugas (task commitment) yang mengacu pada indikator ketangguhan, kemandirian, bertanggung jawab, beretos kerja, realistis, suka belajar, dan dapat berkonsentrasi dengan baik. Proses seleksi untuk menjadi peserta didik kelas akselerasi dilakukan secara objektif, akuntabel (dapat dipercaya), dan transparan.

b. Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum program akselerasi berdasarkan temuan penelitian sudah sesuai dengan apa yang direncanakan. Kurikulum program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon dikembangkan secara diferensiasi oleh sekolah. Oleh karena itu, Kaur Bidang Standar Isi, Proses, dan Penilaian dalam menyusun draf kurikulum program kelas akselerasi dibantu oleh beberapa orang guru senior. Kurikulum kelas akselerasi pada dasarnya sama dengan kurikulum kelas reguler, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan muatan lokal, perbedaannya untuk kelas akselerasi lebih dipadatkan waktunya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian bahwa,

Kurikulum yang diterapkan di kelas akselerasi sama dengan kurikulum di kelas reguler, yaitu kurikulum KTSP. Perbedaan dengan kelas reguler adalah kelas akselerasi waktunya lebih lama jam belajarnya per hari bila dibandingkan dengan kelas reguler. Kemudian, satu semester untuk kelas akselerasi sama dengan 4 bulan sedangkan satu semester untuk kelas reguler sama dengan 6 bulan. Lama waktu belajar di SMP untuk kelas akselerasi selama


(47)

2 tahun sedangkan bagi kelas reguler adalah 3 tahun (Sumber: wawancara dengan Kaur Bidang Standar Isi, Proses, dan Penilaian, 30 Maret 2015).

Begitu juga hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah, beliau menjelaskan bahwa,

Kurikulum kelas akselerasi itu sama dengan kurikulum kelas reguler, yakni menggunakan kurikulum KTSP. Perbedaannya, kurikulum ini dalam pengembangannya harus dideferensiasikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dengan cara memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam arti kedalaman, keluasan, percepatan, maupun dalam jenisnya (Sumber: wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015).

Berdasarkan data dokumen yang dipedomani dari kurikulum akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon dan jadwal pelajaran di kelas akselerasi menunjukan bahwa kurikulum program akselerasi di sekolah tersebut menggunakan kurikulum KTSP dan Kurikulum Muatan Lokal dengan dimodifikasi materi/isi, alokasi waktu, modifikasi proses belajar mengajar, sarana pendukung dan media yang dipergunakan (Sumber: Hasil Studi Dokumen Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon).

Hasil wawancara dan studi dokumentasi di atas menunjukkan bahwa kurikulum kelas akselerasi pada dasarnya sama dengan kurikulum kelas reguler, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan muatan lokal. Perbedaannya, kurikulum tersebut dalam pengembangannya harus dideferensiasikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dengan cara memberikan pengalaman belajar yang


(48)

berbeda dalam arti kedalaman, keluasan, percepatan, maupun dalam jenisnya. Sehingga, lama waktu belajar di SMP untuk kelas akselerasi selama dua (2) tahun sedangkan bagi kelas reguler adalah tiga (3) tahun.

c. Rekrutmen dan Pembinaan Tenaga Pendidik

(Guru)

Jumlah guru SMP Negeri 6 Ambon yang mengajar pada program akselerasi ada 24 orang, terdiri dari: lima (5) laki-laki dan 19 perempuan, dan merupakan guru mata pelajaran dengan kualifikasi pendidikan S1 berjumlah 19 guru, S2 sebanyak tiga (3) orang guru, dan dua (2) orang guru lulusan DIII (Sumber: Profil Guru SMP Negeri 6 Ambon).

Pelaksanaan seleksi tenaga pendidik berdasarkan temuan penelitian belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Hal ini disebabkan karena masih terdapat dua orang guru lulusan DIII, yaitu guru mata pelajaran prakarya (TIK) dan penjaskesrek. Namun demikian, kedua orang guru tersebut sementara menempuh studi lanjut S1. Khusus untuk mata pelajaran penjaskesrek, hal ini bukan berarti di sekolah tersebut tidak ada guru penjaskesrek dengan kualifikasi S1, tetapi guru yang bersangkutan sudah mengajar di kelas bakat istimewa olahraga (Sumber: Wawawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015).

Tidak dijumpai adanya penerapan seleksi secara khusus yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam memilih guru yang mengajar pada kelas akselerasi. Pemilihan guru program akselerasi sepenuhnya


(49)

ditentukan oleh kepala sekolah dengan pertimbangan, antara lain: guru yang sudah senior dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Guru-guru tersebut sudah memenuhi standar kompetensi dan mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 2 April 2015 ditemukan bahwa guru yang mengajar di kelas akselerasi sudah mampu menyesuaikan dengan kondisi siswa dan berpenampilan sopan. Hal ini merupakan bentuk pelayanan pendidikan dalam program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon yaitu dengan menyediakan guru terbaik dan yang memiliki prasyarat kriteria guru program akselerasi, sehingga mampu menyesuaikan dan mengimbangi kemampuan belajar peserta didik yang berkebutuhan khusus (dalam arti lebih ) dengan kemampuan mengajarnya yang nantinya dapat memberikan hasil yang memuaskan.

Guru program akselerasi memiliki tugas dan tanggung jawab yang sedikit berbeda dengan guru program regular. Oleh karena itu guru akselerasi dianggap perlu dibekali dengan pengetahuan tentang siswa berbakat intelektual beserta kebutuhan akan pendidikannya. Dan pihak SMP Negeri 6 Ambon berusaha untuk mengikutsertakan guru-guru program akselerasi di berbagai pelatihan, workshop, ataupun seminar yang berkaitan dengan pendidikan peserta didik program akselerasi.


(50)

Sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala sekolah bahwa pembekalan guru-guru akselerasi dilakukan baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar. (Sumber: wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015). Sementara itu, koordinator program akselerasi mengatakan bahwa:

SMP Negeri 6 Ambon bekerjasama dengan dinas pendidikan dan perguruan tinggi di Ambon dalam rangka pengembangan program akselerasi. Kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan atau workshop

untuk guru akselerasi. (Sumber: wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015).

Kegiatan yang dilakukan SMP Negeri 6 Ambon dalam rangka pengembangan guru akselerasi di antaranya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Rencana Kegiatan Pembinaan Guru Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Selama Satu (1) Tahun

No Kegiatan Waktu

Pelaksanaan Penanggung Jawab Kegiatan Nara Sumber Sumber Dana dan Biaya yang dianggarkan 1. Workshop tentang pembuatan bahan ajar untuk program akselerasi Juli

(minggu ke 1)

Kaur Bidang Standar Isi, Proses, dan Penilaian - Dinas Pendidik an Kota Ambon - Dosen Unpatti BOS (10 juta) Komite Sekolah (10 juta) 2. Workshop pembelajaran CTL Juli

(minggu ke 4)

Kaur Bidang Standar Isi, Proses, dan Penilaian Tim Dosen FKIP Unpatti BOS (5 juta) Komite Sekolah (15 juta)


(51)

3. Workshop Pengembang-an/Penyusuna n Kurikulum 2013 (Program Akselerasi)

Februari Kepala Sekolah

Dinas Pendidik-an Kota

BOS

(10 juta)

Komite Sekolah (10 juta)

(Sumber: Studi Dokumentasi RKAS dan wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)

Untuk mempersiapkan guru-guru yang kompeten pada program kelas akselerasi pihak sekolah menyelenggarakan workshop minimal satu kali dalam setahun dengan menggunakan dana BOS. Hal ini sebagai mana yang diungkapkan oleh kepala sekolah yang menyatakan bahwa,

Setelah perekrutan guru kelas akselerasi, kemudian pihak sekolah menyelenggarakan workshop atau diklat selama 2-3 hari, seperti diklat pengembangan media dan sumber pembelajaran, workshop penggunaan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini dilakukan secara rutin dalam setiap tahun dalam rangka untuk mempersiapkan kompetensi dan kemampuan guru-guru yang akan mengajar di kelas akselerasi. Karena guru harus menghadapi siswa-siswa yang memiliki kecerdasan istimewa yang mempunyai pola perkembangan yang berbeda dari siswa-siswa dengan intelegensi normal lainnya (Sumber: wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).

Workshop ini diselenggarakan di SMP Negeri 6 Ambon sendiri dengan mendatangkan narasumber dari luar sekolah yang kompeten. Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan tersebut antara lain: waktu kegiatan terlalu singkat (hanya dilaksanakan 2-3 hari), serta informasi yang mendadak dari dinas pendidikan terkait waktu pelaksana kegiatan (Sumber:


(52)

wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015).

Berdasarkan data hasil wawancara dan studi dokumentasi di atas, menunjukkan bahwa guru-guru yang di rekrut untuk program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon diharuskan untuk mengikuti diklat dan workshop. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas mengajar guru sehingga mampu memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa.

d. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana untuk siswa akselerasi seharusnya disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang memiliki kemampuan dan tingkat kecerdasan tinggi. Namun, di SMP Negeri 6 Ambon sarana dan prasarana yang disediakan untuk siswa akselerasi tidak berbeda jauh dengan siswa reguler. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Kaur Bidang Standar Sarpras dan Pembiayan yang menyatakan bahwa:

Pada dasarnya siswa akselerasi itu mempunyai hak yang sama dengan siswa reguler, sarana dan prasarana yang disediakan sekolah juga sama, perbedaannya hanya terletak pada ruang kelasnya dimana ruang kelas akselerasi dilengkapi dengan AC, LCD, komputer, dan televisi. Sedangkan, untuk sarana dan prasarana lain misal laboratorium serta perpustakaan, sama. (Sumber: wawancara dengan kaur bidang standar sarpras dan pembiayaan, 1 April 2015).


(53)

Sementara itu, menurut Koordinator Program Akselerasi bahwa,

Fasilitas yang disediakan bagi peserta didik program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sama dengan peserta didik reguler agar tidak terjadi kesenjangan, yang membedakan hanya ruang kelas siswa akselerasi dilengkapi dengan AC, LCD, satu unit komputer untuk setiap kelas, serta televisi karena disesuaikan dengan kebutuhan siswa akselerasi (Sumber: wawancara dengan Koordinator Program Akselerasi, 30 Maret 2015).

Dari beberapa pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana di SMP Negeri 6 Ambon yang disediakan untuk peserta didik akselerasi pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan peserta didik reguler. Hal tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan kesenjangan sosial antara peserta didik akselerasi dengan reguler.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 1 April 2015 ditemukan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 6 Ambon sudah cukup lengkap dan memadai, hanya saja jumlah ruangannya terbatas, misalnya laboratorium. Saat ini kondisi sarana dan prasarana dalam kondisi baik. Ruang kelas akselerasi juga sudah cukup nyaman karena sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang tidak dimiliki oleh kelas reguler. Namun, pihak sekolah masih perlu menambah jumlah laboratorium agar siswa akselerasi dapat menggunakan dengan leluasa.

Berdasarkan hasil studi dokumentasi data sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMP negeri 6 Ambon, sekolah tersebut belum memiliki laboratorium bahasa (data Terlampir). Dengan hanya mengandalkan


(54)

sumber pembiayaan yang ada, pihak sekolah mengalami kesulitan dalam upaya pengadaan laboratorium tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut pihak sekolah bekerjasama dengan perguruan tinggi (Universitas Pattimura) dalam hal penggunaan laboratorium bahasa yang dimiliki oleh perguruan tinggi tersebut.

e. Pembiayaan Program

Pembiayaan untuk program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sampai saat ini masih menjadi permasalahan karena subsidi dari pemerintah masih belum mencukupi. Sumber dana untuk program akselerasi berasal dari Pemerintah Pusat yaitu berupa dana BOS dan orang tua peserta didik.

Perihal pembiayaan program akselerasi seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah bahwa:

Pembiayaan penyelenggaraan program akselerasi bersumber dari dana BOS dan subsidi (iuran) orang tua. Tapi kita pernah mendapatkan, hanya khusus untuk sekolah penyelenggara. Memang dari program kementerian ada khusus untuk yang akselerasi. Tetapi itu tidak setiap tahun kita dapat, hanya sekolah-sekolah penyelenggara akselerasi tertentu yang mendapatkan, tidak semua sekolah akselerasi dapat. Pada tahun anggaran 2014/2015 dana yang diperoleh sebesar Rp. 30 juta. Dana tersebut digunakan dalam proses penerimaan peserta didik baru dan operasional sekolah. Sedangkan, iuran dari orang tua peserta didik sebesar Rp. 210.000,-/bulan. Biaya tersebut digunakan untuk mendukung operasional sekolah, seperti: honor/insentif guru, penelitian, mulok komputer kreatif, dan kelebihan jam mengajar. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)


(55)

Biaya SPP yang dibayarkan oleh peserta didik program akselerasi yaitu sebesar Rp. 210.000/siswa, sedangkan untuk program reguler sebesar Rp. 150.000/siswa. Seperti pernyataan dari Bendahara sekolah yang mengatakan bahwa,

Kalau untuk program akselerasi sumber dananya dari dana BOS dan partisipasi orang tua peserta didik berupa iuran tetap tiap bulan sebesar Rp. 210.000,- (Sumber: Wawancara dengan bendahara sekolah, 1 April 2015)

Hasil wawancara di atas diperkuat dengan data tentang sumber-sumber pembiayaan penyelenggaraan program akselerasi Tahun Ajaran 2014/2015 seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Sumber Dana Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Tahun Ajaran 2014/2015

No Sumber Dana Total Biaya

1. BOS Rp. 748.340.000,-2. Direktorat PLB (Pendidikan

Luar Biasa)

Rp.

30.000.000,-3. Komite Sekolah/orang tua siswa (jumlah keseluruhan iuran bulanan dan

sumbangan pendidikan bagi siswa baru)

Rp. 210.000,- x 50 x 12 = Rp.

126.000.000,-4. Lain-lain

-Jumlah Rp. 904.340.000

(Sumber: Studi Dokumentasi RKAS dan wawancara dengan Bendahara SMP Negeri 6 Ambon, 1 April 2015)

Dari hasil wawancara dan studi dokumentasi diatas menunjukkan bahwa pembiayaan untuk penyelenggaraan program akselerasi bersumber dari pemerintah (dana BOS) dan pihak sekolah mengambil


(1)

materi yang biasanya disampaikan dalam empat kali tatap muka dipercepat menjadi dua kali tatap muka. Dengan metode percepatan belajar ini, seorang siswa diharapkan dapat menemukan cara belajar yang baru dan sesuai dengan karakternya. Oleh karena itu menurut Meier (2000) menyatakan guru yang mengajar di kelas akselerasi idealnya adalah guru yang memiliki kemampuan untuk mendesain sistem pembelajaran akselerasi.

Agus Marsidi (2007) mengatakan bahwa setiap guru dituntut memiliki kemampuan mengembangkan dan melaksanakan kurikulum sesuai dengan tingkat kemampuan dan karakteristik individu siswa, sehingga mampu berperan aktif dalam tugas tersebut di sekolah. Di sisi lain, sekolah mempunyai tugas dan wewenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kondisi, kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat. Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program pengajaran, maka kepala sekolah sebagai pengelola program pengajaran bersama dengan guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional ke dalam program tahunan, semesteran dan bulanan.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa kegiatan pembelajaran kelas program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sudah dilaksanakan dengan baik. Meskipun ada beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan yaitu metode pembelajaran lebih diarahkan dan disesuaikan dengan karakteristik dan pengembangan kreativitas anak berbakat.


(2)

7. Monitoring dan Supervisi Penyelenggaraan Program Akselerasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada monitoring dan supervisi secara khusus yang dilakukan oleh Dinas terkait terhadap penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon. Meskipun demikian, sebagai bentuk pertanggungjawaban, pihak sekolah menyusun dan mengirim laporan penyelenggaraan program tersebut kepada Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah cq. Direktorat Pendidikan Luar Biasa di Jakarta.

Khususnya mengenai pendidikan anak-anak berbakat, monitoring dan supervisi sistematis secara tradisional terhadap program memang sangat minim (Davis & Rimm, 1985). Salah satu alasannya adalah ukuran berhasil dalam mengukur anak-anak berbakat akademik lebih sulit dilakukan bila dibandingkan dengan memonitor program remedial atau program keterampilan dasar. Pada kedua program ini, data dari pengukuran hasil belajar memberikan ukuran langsung dan valid mengenai perubahan tingkah laku (Hawadi, 2004). Namun demikian, upaya untuk melakukan monitoring dalam pelaksanaannya terhadap program pendidikan anak berbakat sangat penting, apabila kalau programnya sudah jelas, yaitu akselerasi.

Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jovita Dwi Satyarini (2010) yang menunjukkan bahwa mekanisme pembinaan meliputi pembina pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Monitoring dilakukan secara berjenjang, dilaksanakan


(3)

oleh Ditjen Dikdasmen cq. Dit PLB, Dinas Pendidikan Provinsi (Subdin PLB), dan Dinas Pendidikan Kabupaten; dan melakukan evaluasi program setiap tahun.

8. Hambatan Dalam Penyelenggaraan Program Akselerasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMP Negeri 6 Ambon sebagai sekolah penyelenggara program akselerasi, memiliki tantangan dalam menyelenggarakan program akselerasi kedepan, karena adanya kebijakan pemerintah tentang penutupan program akselerasi, yaitu dengan dikeluarkannya Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 6398/D/KP/2014 tentang pelaksanaan kelas khusus program akselerasi jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Pemerintah dalam hal ini melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang mempersiapkan petunjuk untuk program cerdas istimewa dengan sistem SKS, sesuai pada point yang ke 5 dalam surat edaran sebagai berikut:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang mempersiapkan petunjuk teknis tentang penyelenggaraan program cerdas istimewa dengan SKS yang akan dijadikan panduan pelaksanaan program cerdas istimewa.

Namun, hal ini tidak sesuai dengan kehadiran layanan cerdas istimewa yang secara khusus memang dirancang untuk siswa dengan keunikan tersendiri karena keunggulan kemampuannya, keunggulan CI


(4)

maupun kecepatan belajar sehingga walaupun hadir misalnya sistem SKS tidaklah tergoyahkan karena layanan CI digunakan untuk layanan khusus. Sistem SKS hanya merupakan sistem sajian kurikulum yang juga ditawarkan dalam layanan CI yang dinamakan dengan grade skipping maupun credit examination. Jauh sebelum sistem SKS muncul pada sekolah telah ada sistem semacam SKS yang dipergunakan dalam layanan CI dan tidak menghilangkan layanan CI itu sendiri. Hakikat grade skipping adalah membolehkan siswa di bawahnya mengikuti kelas di atasnya untuk mata pelajaran tertentu (Van Tassel Baska, 2005 dalam Supriyanto, 2012). Dengan demikian, kehadiran sistem SKS tidak ada pengaruhnya terhadap keberadaan layanan CI.

4.3.4 Evaluasi Product Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pencapaian program akselerasi yang telah berjalan di SMP Negeri 6 Ambon sudah cukup memuaskan. Program akselerasi telah meluluskan peserta didiknya 100%, berprestasi dalam berbagai kegiatan lomba, dan alumni program akselerasi diterima di SMA favorit, baik negeri maupun swasta.

Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Citra Ceria (2011) yang menyimpulkan bahwa prestasi akademik peserta didik program akselerasi menunjukkan hasil yang sangat baik karena setiap tahunnya selalu menghasilkan 100% kelulusan dengan nilai rata-rata di atas standar.


(5)

Namun, hal ini bertolak belakang dengan pendapat dari Supriyanto (2012) bahwa pencapaian nilai dalam ujian nasional yang tinggi bagi siswa cerdas istimewa sebenarnya akan tercapai dengan sendirinya, sebab siswa cerdas istimewa yang memiliki IQ tinggi akan terlalu mudah mengerjakan soal ujian yang sejatinya merupakan materi ujian yang bobot dan tingkat kesulitannya jauh di bawah kemampuannya, sebab materi ujian nasional merupakan materi untuk anak normal yang IQ nya sekitar 100. Jadi dilihat dari sisi ini, maka tercapainya nilai ujian nasional tinggi pada siswa cerdas istimewa sebenarnya bukan prestasi, tetapi pencapaian hasil belajar biasa saja.

Seharusnya dengan adanya intelegensi luar biasa ini anak dapat menunjukkan prestasi luar biasa (sebagai produk intelegensi luar biasanya), namun kita sering mendapatkan peserta didik tidak dapat memperlihatkan prestasi luar biasanya. Anak-anak ini mengalami pencapaian prestasi yang rendah, yang disebut sebagai gifted underachiever (Baum, 2004 dalam Van Tiel & Widyorini, 2014). Sekalipun demikian, anak yang mempunyai potensi intelegensi tinggi ini namun tidak menunjukkan prestasi luar biasanya tetap disebut sebagai anak cerdas istimewa atau gifted children. Ia sebenarnya bukan saja mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan pendidikan cerdas istimewa berdasarkan potensi yang dimilikinya, namun ia juga mempunyai hak sebagai anak yang membutuhkan perhatian khusus karena berbagai kesulitannya yang menyebabkan potensi intelegensi


(6)

istimewanya itu tidak dapat diwujudkan (Montgomery, 2009 dalam Van Tiel & Widyorini, 2014).

Terhadap peserta didik cerdas istimewa yang tidak berprestasi ini bukan berarti kemudian makna potensi luar biasanya dikesampingkan, potensi kecerdasannya diragukan, dan dikembalikan kedalam kelompok anak-anak berkecerdasan normal sebagaimana yang sering terjadi dalam program-program layanan anak cerdas istimewa beberapa waktu lalu. Kita tentunya mengharapkan bahwa anak-anak cerdas istimewa yang belum menunjukkan prestasi istimewanya itu juga diperhitungkan sebagai anak cerdas istimewa dan layak mendapatkan layanan khusus (Montgomery, 2009 dalam Van Tiel & Widyorini, 2014).


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB II

0 1 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon

1 1 44

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Pengembangan Diri di SMP Negeri I Kebumen T2 942011003 BAB IV

0 0 50

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Guru SMP Negeri 9 Ambon T2 BAB IV

0 1 40

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Tiga Kepala SMP Negeri Salatiga Tahun 2014 T2 BAB IV

0 0 25

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Dana Alokasi Khusus (DAK) Di SMP Negeri 2 Dempet T2 BAB IV

0 1 61

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Di SMP Negeri 2 Dempet Tahun 2014 T2 BAB IV

0 2 37