KIPRAH AMIR SYARIFFUDIN DALAM POLITIK DAN PEMERINTAHAN SAMPAI TAHUN 1948.

(1)

i SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk

Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

oleh :

SINUNG RAHAYU 10406244031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014


(2)

ii

Negeri 2 Wates” yang disusun oleh Sinung Rahayu, NIM 10406244031 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 28 Maret 2014 dan dinyatakan LULUS.


(3)

iii

Negeri 2 Wates” yang di susun oleh Sinung Rahayu, NIM 10406244031 telah di setujui oleh pembimbing untuk di ujikan.


(4)

iv

Nama : Sinung Rahayu

NIM : 10406244031

Program Studi : Pendidikan Sejarah Fakultas : Ilmu Sosial

Judul : Pembelajaran Sejarah Dengan Moving Class di SMA Negeri 2 Wates

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah benar-benar hasil pekerjaan saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang di publikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah di gunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di Perguruan Tinggi lain, kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan. Apabila ternyata pernyataan ini terbukti tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 10 April 2014 Yang menyatakan

Sinung Rahayu NIM. 10406244031


(5)

v

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain, dan hanya kepada Tuhanmulah kemudahan kamu berharap (Q.S Al Insyirah : 6-8)

Enjoy the little things in life, for one day you’ll look back and realize they were the big things


(6)

vi

Mengucapkan segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang selalu membimbing jalan kepada hamba-Nya, saya persembahkan skripsi ini kepada

ayahku Puji Sihkamto dan Ibuku Sri Nuraeni yang telah memberi do’a dan kasih

sayangnya kepada saya selama ini, semoga Allah SWT membalas keikhlasan dari usaha mereka dengan surga, Amin,

Kubingkiskan skripsi ini kepada adikku Gilang Ardi Massaid dan keluarga besarku yang telah memberikan dorongan semangat, motivasi, dan canda tawa.

Untuk ALMAMATERKU Pendidikan Sejarah UNY 2010 terima kasih untuk pengalaman dan kenangan selama menjalani masa studi bersama dalam suka dan duka.


(7)

vii

Penyayang. Atas berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya, maka skripsi ini dapat saya selesaikan dengan baik. Tugas akhir disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. selaku rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. selaku Dekan FIS UNY yang telah memberikan izin penelitian.

3. Bapak M. Nur Rokhman, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi. 4. Bapak Zulkarnain, M.Pd. selaku Penasehat Akademik dan Dosen

Pembimbing Skripsi yang senantian memberikan masukan, kritik dan saran serta pengarahan selama penyusunan skripsi.

5. Segenap dosen dan staf pengajar di Jurusan Pendidikan Sejarah.

6. Bapak Wisnu selaku admin jurusan yang telah melancarkan pembuatan surat-surat izin penelitian skripsi.


(8)

viii

8. Bapak Bambang Sumitro selaku guru sejarah SMA N 2 Wates yang telah membantu dan memberikan masukan selama proses pengambilan data dalam penelitian.

9. Siswa- siswi SMA N 2 Wates atas kerja sama dan bantuan selama proses pengambilan data berlangsung.

10. Ayah, Ibu, Adik dan saudara-saudara atas do’a dan dukungannya selama

penyusunan proposal hingga ujian skripsi.

11. Khusna, Mela, Nisa, Rina, Mb Kiki, Novia, teman-teman pendidikan sejarah NR 2010 dan KKN PPL 2013 SMA N 2 Wates atas bantuan dan motivasi selama penyusunan skripsi.

12. Semua pihak yang telah membantu keberhasilan dalam penyusunan skripsi.

Semoga bantuan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat. Amin

Yogyakarta, Maret 2014 Penulis


(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN MOTTO ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN ... ABSTRAK ... BAB I. PENDAHULUAN... A. Latar Belakang ... B. Identifikasi Masalah... C. Batasan Masalah ... D. Rumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... BAB II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR ...

A. Kajian Teori ... 1. Pengertian Sejarah...

2. Pembelajaran Sejarah... i ii iii iv v vi vii ix xii xiii 1 1 5 6 6 7 7 9 9 9 12


(10)

x

B. Penelitian yang Relevan...

C. Kerangka Berfikir ... BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... A. Lokasi Penelitian... B. Waktu Penelitian... C. Bentuk Penelitian ... D. Sumber Data ... E. Teknik Pengumpulan Data... F. Teknik Cuplikan ... G. Validitas Data ... H. Teknik Analisis ... BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

A. Deskripsi Data Penelitian... 1. Sejarah SMA N 2 Wates ... 2. Letak Geografis SMA N 2 Wates ...

a. Letak Geografis ... b. Kondisi Lingkungan Sekolah ... c. Kondisi Fisik SMA N 2 Wates... d. Kondisi Non Fisik SMA N 2 Wates ... B. Hasil Penelitian ...

1. Pembelajaran Sejarah dengan Moving Class di SMA N 2 20 25 28 28 28 28 29 30 35 37 38 41 41 41 46 46 46 46 54 56


(11)

xi

SMA N 2 Wates ... 3. Cara Mengatasi kekurangan dan kendala di SMA N 2 Wates

C. Pembahasan/Analisis ... 1. Penerapan Pembelajaran Sejarah Model Moving Class di

SMA N 2 Wates ... 2. Kelebihan, Kekurangan dan Kendala yang di Hadapi

dalam Pembelajaran Sejarah dengan Model Moving Class

di SMA N 2 Wates ... 3. Cara Mengatasi kekurangan dan kendala dalam

Pembelajaran Sejarah dengan Model Moving Class di

SMA N 2 Wates ... D. Pokok-pokok Temuan Penelitian... BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...

A. Kesimpulan ... B. Keterbatasan... C. Saran...

DAFTAR PUSTAKA... 62 67 68

68

76

86 90 92 92 93 94 95


(12)

xii

Lampiran Halaman

G. Profil Sekolah... 97

H. Instrumen Wawancara Kepala Sekolah ... 99

I. Instrumen Wawancara Siswa ...101

J. Daftar Narasumber ...102

K. Hasil Wawancara ...103

L. Hasil Observasi ...132

M. Silabus ...135

N. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...148

O. Data Guru dan Karyawan...159

P. Data Jumlah Siswa ...162

Q. Dokumentasi Wawancara...163

R. Kegiatan Belajar Siswa ...166


(13)

xiii Oleh: Sinung Rahayu

10406244031 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran yang berlangsung di SMA N 2 Wates dengan model moving class. Mengetahui kelebihan, kekurangan serta kendala yang terjadi dalam pembelajaran sejarah model moving class serta cara mengatasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sejarah model moving class.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum, Guru Sejarah dan beberapa siswa. Teknik cuplikan yang digunakan adalah purposive sampling, validitas data menggunakan triangulasi sumber dan metode serta teknik analisis menggunakan analisis interaktif.

Berdasarkan data yang diperoleh, pembelajaran model moving class di terapkan di SMA N 2 Wates sejak tahun 2004. Pembelajaran dengan model moving class yang sudah berjalan sekitar 10 tahun sudah berjalan cukup baik di SMA N 2 Wates. Semangat belajar sejarah siswa juga meningkat karena pembelajaran model moving class memberi kesan yang berbeda. Aktivitas pembelajaran model moving class terdapat beberapa kelebihan, kekurangan serta kendala yang dapat di temukan. Kelebihan model moving class yaitu 1)Tersedianya ruang khusus setiap mata pelajaran; 2)Media sudah tersedia di dalam kelas; 3)Pandangan siswa berganti-ganti karena setiap pelajaran berpindah ruangan; 4)Guru dapat tepat waktu berada di dalam kelas. Kekurangan serta kendalanya 1)Ketika siswa lelah berpindah kelas semangat siswa menurun; 2)Waktu perpindahan kurang bisa dimanfaatkan dengan baik oleh siswa; 3)Jumlah ruangan belum ideal; 4)Rasa tanggung jawab siswa terhadap kelas kurang. Beberapa cara untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran model moving class dengan 1)Guru lebih memotivasi siswa dalam belajar; 2)Pengawasan terhadap siswa ketika waktu perpindahan kelas; 3)Penataan ulang ruangan kelas setelah ujian; 4)Penambahan jumlah ruangan kelas; 5)Guru ikut bekerja sama terhadap tanggung jawab kelas.


(14)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu komponen yang paling utama dalam kehidupan. Tanpa adanya pendidikan maka seseorang akan sulit untuk menghadapi dunia yang semakin maju ini. Pendidikan secara populer disamakan dengan persekolahan (schooling) yang lazim dikenal dengan pendidikan formal yang bergerak dari tingkat pertama Sekolah Dasar hingga mencapai tingkat terakhir dan perguruan tinggi (Dwi Siswoyo, 2008:16). Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak sebagai bekal hidupnya di masa depan. Tanpa pendidikan anak sulit untuk berkembang dan hidup bermasyarakat. Pentingnya pendidikan tidak dapat di ukur dengan apapun. Anak wajib memperoleh pendidikan dasar mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Melalui pendidikan seseorang akan mendapatkan banyak hal


(15)

merupakan harta yang sangat berharga bagi setiap orang.

Saat ini pendidikan di Indonesia mengalami beberapa perubahan dari sistem pembelajarannya. Tujuan dari perubahan untuk menghadapi globalisasi terutama dalam bidang pendidikan agar Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara maju. Menurut Anita Lie (2010:11) peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dipegang erat oleh sekolah-sekolah. Guru memberikan seluruh materi dengan ceramah untuk siswa dalam pembelajaran di sekolah yang sering kali di terapkan adalah suatu contoh yang tidak tepat untuk di terapkan. Saat ini siswa harus lebih kreatif untuk mencari informasi melalui buku-buku atau media lainnya sedangkan guru bertugas sebagai fasilitator.

Menurut W. Gulo (2008:viii) mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan subjek didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal. Lingkungan belajar yang di gunakan siswa untuk menerima pelajaran memang sangat berpengaruh terhadap semangat belajar siswa. Penyebab kurang berhasilnya model pembelajaran dengan kelas permanen, adalah faktor kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran (Cahyo Budi Winoto 2007: 6). Kejenuhan


(16)

pembelajaran yang di terapkan untuk mengatasi kejenuhan siswa belajar yaitu dengan di ubahnya pembelajaran dengan moving class.

Pembelajaran model moving class merupakan suatu pembaruan model pembelajaran agar tercipta suasana belajar yang berbeda di sekolah. Dalam Sekolah Kategori Mandiri (SKM), ada beberapa alasan mengapa penerapan moving class harus diterapkan, yaitu (1) mendekatkan siswa dengan kelas mata diklat atau mata pelajaran; (2) karakteristik mata pelajaran yang berbeda-beda; (3) keleluasaan desain kelas, mengurangi kejenuhan; (4) hubungan yang lebih harmonis antara guru dengan siswa; (5) kemajuan belajar siswa lebih mudah terpantau; dan (6) mengurangi konflik antarsiswa (Suparji 2012: 218). Penerapan pembelajaran moving class bagi mata pelajaran sejarah dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan semangat siswa dalam belajar sejarah.

Model pembelajaran moving class sering disebut juga dengan

moving student” ataupun “running class” yang berarti sebuah model

pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek bukan sebagai objek, yaitu siswa dalam proses pelajaran menempati ruangan-ruangan yang telah ditetapkan untuk setiap mata pelajaran (Ahmad Sumindar 2012:18). Moving class menuntut siswa untuk mendatangi guru di setiap ruangan kelas. Penerapan moving class menuntut siswa untuk bergerak aktif dalam kegiatan pembelajaran.


(17)

mendapatkan kemudahan dalam proses belajar mengajar, interaksi guru dengan siswa lebih baik, perangkat media mudah didapat, siswa tidak bosan, siswa lebih termotivasi untuk belajar lebih giat, waktu pembelajaran dapat dioptimalkan, kedisiplinan dapat lebih baik, dan kemandirian siswa lebih meningkat (Suparji 2012: 218). Moving class memberikan banyak kelebihan jika penerapannya dapat berlangsung dengan baik. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan mudah, perangkat dan media pembelajaran sudah tersedia. Tetapi belum semua sekolah yang menerapkan moving class dapat secara langsung memiliki sarana dan prasarana yang lengkap.

Penerapan pembelajaran moving class di sekolah membutuhkan berbagai persiapan. Guru memiliki waktu yang lebih banyak untuk mendesain, menata dan melengkapi semua sarana dan prasarana pembelajaran di kelasnya (Ahmad Sumindar 2012:18). Berbagai sarana dan prasarana pembelajaran harus bisa di siapkan oleh sekolah atau guru secara maksimal dalam moving class. Salah satunya adalah mempersiapkan ruang kelas, laboratorium, perpustakaan dan keperluan lainnya dilengkapi dengan perlengkapannya (http://www.slideshare.net/ selvyimelia/ model-pembelajaran-moving-class-di-sekolah diakses tanggal 03 April 2014). Persiapan sarana dan prasarana moving class tentunya membutuhkan proses waktu yang cukup lama sehingga penerapan moving class sering terhambat.


(18)

semua sarana dan prasarana yang telah di sediakan sekolah untuk proses pembelajaran. Pembelajaran sejarah yang umumnya pada sekolah-sekolah menggunakan ceramah dengan moving class guru harus bisa memanfaatkan perlengkapan untuk mengubah sistem belajar siswa. Pemanfaatan seluruh sarana dan prasarana yang ada akan dapat menciptakan pembelajaran sejarah yang lebih bagus dalam penerapan moving class.

Penelitian ini mengambil tema mengenai pembelajaran moving class yang di terapkan di SMA Negeri 2 Wates. Alasan dari peneliti mengambil tema tersebut karena belum semua sekolahan yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya menerapkan pembelajaran moving class. Pembelajaran model ini juga merupakan cara pembelajaran yang masih di anggap baru. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini tentunya masih ada beberapa permasalahan yang muncul tetapi juga banyak kelebihan yang dapat di peroleh. Penelitian tentang pembelajaran sejarah dengan model moving class di SMA Negeri 2 Wates dilakukan untuk mengetahui penerapan pembelajaran sejarah dengan menggunakan model moving class.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasikan masalah yang ditemukan di SMA Negeri 2 Wates sebagai berikut.


(19)

class di sekolah.

3. Pembelajaran sejarah pada umumnya di sekolah-sekolah menggunakan metode ceramah.

4. Pembelajaran sejarah yang kurang menarik bagi siswa.

5. Permasalahan penerapan pembelajaran model moving class yang di terapkan di sekolah.

6. Cara yang dilakukan sekolah untuk mengatasi permasalahan pembelajaran model moving class di sekolah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah banyak permasalahan yang ditemukan di lapangan. Agar penelitian lebih terfokus dan terarah, serta adanya keterbatasan kemampuan, waktu, dan biaya maka penelitian di batasi pada pembelajaran sejarah dengan moving class di SMA Negeri 2 Wates.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana penerapan pembelajaran model moving class di SMA Negeri 2 Wates ?

2. Apa kelebihan, kekurangan dan kendala yang di hadapi dalam pembelajaran sejarah dengan model moving class di SMA Negeri 2 Wates ?


(20)

pembelajaran sejarah dengan model moving class di SMA Negeri 2 Wates ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui penerapan pembelajaran model moving class di SMA Negeri 2 Wates.

2. Mengetahui kelebihan, kekurangan dan kendala yang di hadapi dalam pembelajaran sejarah dengan model moving class di SMA Negeri 2 Wates.

3. Mengetahui cara mengatasi kekurangan dan kendala dalam pembelajaran sejarah dengan model moving class di SMA Negeri 2 Wates.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain. 1. Manfaat bagi pembaca

Setelah membaca penelitian ini, diharapkan pembaca mendapat tambahan pengetahuan dan deskripsi mengenai pembelajaran sejarah dengan model pembelajaran moving class khususnya di SMA Negeri 2 Wates.


(21)

a. Hasil penelitian ini diharapkan bagi sekolah-sekolah lain yang belum menerapkan model pembelajaran moving class dapat dijadikan gambaran untuk menerapkan pembelajaran dengan model yang sama.

b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menambah koleksi tulisan-tulisan di SMA Negeri 2 Wates khususnya.

3. Manfaat bagi peneliti

a. Peneliti mendapatkan pengetahuan tentang model pembelajaran moving class.

b. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti sebagai calon pendidik agar dapat terbiasa dengan moving class dalam pembelajaran sejarah.

c. Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di masa yang akan datang melalui model pembelajaran sejarah dengan moving class.


(22)

9 A. Kajian Teori

1. Pengertian Sejarah

Menurut Helius Sjamsudin (2007:1), dalam bahasa Inggris sejarah

disebut “history”, secara etimologis kata ini berasal dari bahasa Yunani historia yang berarti: inkuri (inquiry), wawancara (interview), interogasi dari seorang saksi mata, dan juga laporan mengenai hasil-hasil tindakan-tindakan itu; seorang saksi (witness), seorang hakim (Judges), seorang yang tahu. Sejarah itu dapat di temukan melalui seluruh bukti peristiwa zaman dahulu yang saat ini di temukan melalui saksi mata atau laporan mengenai hasil-hasil tindakan yang telah terjadi.

Sejarah itu juga sebagai cabang ilmu yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses perubahan dan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang terjadi di masa lampau (Kuntowidjoyo, 1995: 18). Setiap waktu pasti terjadi perubahan dalam kehidupan melalui sejarah kita dapat menceritakan peristiwa-peristiwa secara kronologis. Sejarah bukan saja suatu cerita tapi sejarah menjadi salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk kehidupan ke depannya.

Menurut William H. Frederick dan Soeri Soeroto (1982:1) ternyata


(23)

atau “keturunan” atau “asal usul” yang kemudian berkembang sebagai kata dalam bahasa Melayu “syajarah yang akhirnya menjadi kata “sejarah

dalam bahasa Indonesia. Pengertian sejarah yang di ambil dari kata pohon maksudnya bahwa peristiwa sejarah itu memiliki keterkaitan antara suatu peristiwa dengan peristiwa yang lain. Jadi sejarah itu bentuknya bisa dikatakan seperti pohon yang berawal dari akar menjadi batang dan bercabang hingga menjadi daun-daun.

Sejarah sebagai gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang di alami oleh manusia, di susun secara ilmiyah, meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan analisa kritis, sehingga mudah di mengerti dan di pahami (Hugiono dan P.K. Poerwantana 1992:9). Sejarah dapat dijadikan sebagai sebuah dongeng atau cerita yang menceritakan tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lalu.

Menurut Juraid Abdul Latief (2006:5) sejarah adalah segala sesuatu yang telah dipikirkan orang, di ucapkan, dan diperbuat orang yang telah mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dalam dimensi waktu. Kejadian yang terjadi di masa lampau merupakan suatu peristiwa sejarah, namun dalam kejadian tersebut sifatnya umum bukan khusus. Dalam kejadian tersebut akan menimbulkan berbagai perubahan kepada banyak orang.

Sidi Gazalba (1981:13) mengemukakan bahwa sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk


(24)

sosial yang di susun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tasiran dan penjelasan, yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sejarah merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai peristiwa masa lalu yang pernah terjadi. Sejarah bukan saja sekedar pengetahuan, tetapi juga menyangkut kesadaran kolektif dan mendalam terhadap kausalitas, nilai sumber, proses menjadikan data menjadi fakta historis, proses berinterpretasi berdasarkan rangkaian fakta yang ada menjadi satu pemahaman yang komprehensif, sehingga kemudian menjadi tulisan yang sangat bernilai di kemudian hari (Juraid Abdul Latief, 2006:7). Sejarah adalah ilmu yang mempelajari kehidupan manusia dan kejadian-kejadian atau peristiwa pada masa lalu serta merekonstruksi apa yang terjadi pada masa lalu. Sejarah juga dipelajari oleh siswa sehingga dapat membantu siswa dalam memahami perilaku manusia pada masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.

Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu, rekonstruksi dalam sejarah tersebut adalah apa saja yang sudah di pikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh orang. Sejarah itu juga merupakan suatu ilmu yang mempelajari peristiwa dalam kehidupan manusia pada masa lampau. Sejarah banyak memaparkan fakta, urutan waktu dan tempat kejadian suatu peristiwa. Sejarah itu dalam wujudnya memberikan pengertian


(25)

tentang masa lampau. Sejarah bukan sekedar melahirkan cerita dari suatu kejadian masa lampau tetapi pemahaman masa lampau yang di dalamnya mengandung berbagai dinamika, mungkin berisi problematika pelajaran bagi manusia berikutnya.

2. Pembelajaran Sejarah

Menurut Sugiharto dkk (2007:74) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam pembelajaran, guru adalah seseorang yang memiliki peran paling besar. Guru menjadi objek pembelajaran walaupun dalam era modern ini guru lebih di fokuskan untuk menjadi fasilitator siswa. Saat ini guru bukan menjadi sumber informasi utama bagi pembelajaran. Peran guru hanya untuk pendamping siswa dan membenarkan pembelajaran yang kurang tepat. Tuntutan menjadi guru dalam pembelajaran saat ini sangat tinggi.

Seorang guru harus dapat menguasai seluruh media atau teknologi modern agar mendapatkan informasi terbaru. Sementara itu, guru karena tidak rajin membaca surat kabar, tidak berlangganan surat kabar, dan/atau karena di sekolah tidak ada surat kabar, jarang mendengarkan radio atau memperhatikan berita di televisi dan melulu mempelajari sejarah melalui buku yang di baca ketika mereka belajar dahulu, telah ketinggalan jauh dari pengetahuan siswanya (Radno Harsanto, 2007:80). Sebagai seorang guru dalam proses pembelajaran memang sangat membutuhkan media


(26)

masa untuk mendukung proses pembelajaran. Apabila guru tidak mengikuti perkembangan zaman maka siswa akan merasa bosan bila di ajarkan materi dengan cara klasik.

Mata pelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : a) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan; b) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan; c) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; d) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang; e) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional (Sapriya 2009: 209-210).

Terdapat beberapa manfaat belajar sejarah menurut Kuntowijoyo (1999:19) dalam bukunya pengantar ilmu sejarah, bahwa manfaat belajar sejarah itu ada dua yaitu secara intrinsik dan ekstrinsik. Manfaat belajar sejarah secara intrinsik antara lain : 1) Sejarah sebagai ilmu; 2) Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau; 3) Sejarah sebagai pernyataan


(27)

pendapat; 4) Sejarah sebagai potensi. Sedangkan manfaat belajar sejarah secara ekstrinsik antara lain :1) Moral; 2) Penalaran; 3) Politik; 4) Kebijakan; 5) Perubahan; 60 Masa Depan; 7) Kesadaran; 8) Ilmu Bantu; 9) Latar Belakang; 10) Rujukan; 11) Bukti. Manfaat belajar sejarah yang di kemukakan oleh Kuntowijoyo terdiri dari dua unsur yaitu intrinsik dan ekstrinsik yang keduanya terdiri dari beberapa poin.

3. Model Pembelajaran

Dalam arti sempit pembelajaran itu merupakan suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Kata pembelajaran itu sendiri lebih menekankan pada kegiatan belajar siswa dengan sungguh-sungguh yang melibatkan aspek intelektual, emosional dan sosial. Dalam arti luas pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistematik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik dengan siswa di kelas maupun di luar kelas, di hadiri secara fisik oleh guru atau tidak untuk menguasai kompetensi yang telah di tentukan (Zaenal Arifin, 2009:10).

Menurut Sugihartono, dkk (2007: 80) pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses pembelajaran. Tidak hanya lingkungan ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.


(28)

mengarahkan aktivitas siswa ke arah aktivitas belajar. Dalam pembelajaran itu terdapat interaksi antara guru dengan siswanya. Pembelajaran juga diartikan sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. (Oemar Hamalik, 2001:57).

Dari berbagai macam pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran itu adalah proses dan upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik atau guru kepada siswa untuk memberikan pengetahuan dan melibatkan siswa dalam aktivitas pembelajaran untuk menciptakan sistem lingkungan dengan macam-macam model pembelajaran sehingga siswa dapat belajar dengan efektif dan efisien.

Menurut Kardi dan Nur (2000), istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran dapat mencakup beberapa aspek dalam pembelajaran. Model pembelajaran memiliki beberapa ciri yang berbeda dengan strategi atau metode. Ciri-ciri tersebut ialah (1) rasional teoristis logis yang di susun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan di capai); (3) tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di laksanakan dengan berhasil; (4) lingkungan belajar


(29)

yang di perlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Trianti, 2010:55)).

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar - mengajar (Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000:10).

Model pembelajaran kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010:53).

4. Pembelajaran moving class

Moving class merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan suatu ciri khas kelas yang berkarakter sesuai dengan mata pelajaran. Setiap siswa harus dapat belajar secara aktif dalam pembelajaran moving class karena sistem kelas yang berpindah-pindah ketika pergantian jam pelajaran.

Penerapan moving class dilaksanakan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sekolah kategori mandiri harus memenuhi standar nasional pendidikan dengan penerapan


(30)

sistem satuan kredit semester dan moving class (Peraturan Mentri Pendidikan Nasional 2006: 24). Sehingga untuk sekolah yang sudah dalam kategori mandiri penerapan moving class seharusnya sudah mulai di terapkan agar dapat sesuai dengan peraturan pemerintah.

Strategi pembelajaran dengan sistem moving class merupakan salah satu syarat pelaksanaan sekolah kategori mandiri dengan pendekatan kelas mata pelajaran, pendekatan ini mensyaratkan agar sekolah menyediakan kelas-kelas untuk kegiatan pembelajaran mata pelajaran tertentu atau untuk rumpun tertentu (http://www.slideshare.net/ selvyimelia/ model-pembelajaran-moving-class-di-sekolah diakses tanggal 03 April 2014). Sekolah harus menyediakan ruangan kelas untuk masing-masing mata pelajaran dalam penerapan moving class.

Sebuah ruangan tersendiri memungkinkan untuk bisa merefleksikan karakter dan menyediakan apa-apa yang di perlukan murid (Michael Marland 1990:41). Seorang guru mata pelajaran tentunya akan merasa nyaman dalam melakukan pembelajaran untuk siswanya apabila dia memiliki suatu ruangan khusus untuk pelajarannya. Ruangan khusus masing-masing mata pelajaran biasa terdapat pada sekolahan yang menerapkan model pembelajaran moving class.

Menurut Mary Underwood (2000: 56) jika mengajar di sebuah ruangan yang banyak digunakan oleh guru dari bidang studi lain, maka harus berhati-hati untuk tidak meninggalkan meja kursi dalam susunan


(31)

yang tidak mereka sukai. Penerapan moving class di sekolah yang menyiapkan ruangan untuk setiap mata pelajaran akan mempermudah guru dalam mengatur kelas seperti meja kursi atau tata letak ruang kelas.

Pelaksanaan pembelajaran dengan sistem moving class tentunya membutuhkan dukungan sarana dan prasarana yang lebih dibandingkan dengan pembelajaran yang konvensional baik kebutuhan ruangan maupun peralatan pembelajaran yang bercirikan mata pelajaran (diakses dari wiyarsih.staff.ugm.ac.id/wp/?p=9, tanggal 03 April 2014). Ruangan dalam moving class jumlahnya lebih banyak karena setiap mata pelajaran harus memiliki ruangan-ruangan tersendiri. Peralatan lain yang bercirikan mata pelajaran juga merupakan salah satu sarana yang harus terpenuhi dalam penerapan moving class. Peralatan tersebut bisa berupa alat peraga atau media-media pendukung pelajaran.

Di sekolah dan kolese yang mempunyai ruang khusus untuk bahasa inggris, para guru mempunyai kesempatan untuk menciptakan suasana yang sesuai (dengan poster, gambar dinding, dan sejenisnya) sehingga setiap orang yang memasuki ruangan tersebut akan segera tahu bahwa di ruangan itu yang menjadi fokus adalah bahasa Inggris (Mary Underwood 2000:53). Sehingga ruangan kelas pada sekolah yang menerapkan model moving class memiliki ciri tersendiri yang sesuai dengan karakter mata pelajaran masing-masing. Kelas model moving class terdapat beberapa


(32)

perlengkapan pendukung mata pelajarannya sehingga akan mempermudah guru dalam proses pembelajaran.

Tujuan penerapan moving class antara lain yaitu a). Memfasilitasi siswa yang memiliki beraneka macam gaya belajar baik visual, auditor dan khususnya kinestik untuk mengembangkan dirinya; b) Menyediakan sumber belajar, alat peraga dan sarana belajar yang sesuai dengan karakter mata pelajaran; c). Melatih kemandirian, kerja sama dan kepedulian sosial siswa; d). Merangsang seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan siswa (multiple intelegent); e). Meningkatkan kualitas proses pembelajaran; f). Meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu pembelajaran; g). Meningkatkan disiplin siswa dan guru; h). Meningkatkan keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran i). Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa; j). Memungkinkan guru untuk mengoptimalkan sumber-sumber belajar dan media pembelajaran; k). Pembelajaran dengan team teaching mudah dilakukan; l). Penilaian hasil pembelajaran siswa lebih objektif dan optimal (diakses dari http://gelzdtroopz.blogspot.com/p/moving-class.html, tanggal 03 April 2014).

Kelebihan moving class yaitu a). Guru memiliki ruang mengajar yang memungkinkan untuk melakukan penataan sesuai karakteristik mata pelajaran; b). Guru memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber belajar dan media pembelajaran yang dimiliki karena penggunaannya tidak


(33)

terkait oleh keterbatasan sirkulasi dan troubeling; c). Guru berperan secara aktif dalam mengontrol perilaku peserta didik dalam belajar; d). Pembelajaran dengan Team Teaching mudah dilakukan karena guru-guru dalam mata pelajaran yang sama terkumpul dalam satu tempat sehingga memudahkan koordinasi; e). Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik lebih obyektif dan optimal karena penilaiannya secara TIM sehingga dapat mengurangi inkonsistensi penilaian terhadap mata pelajaran tertentu (http://www.slideshare.net/ selvyimelia/ model-pembelajaran-moving-class-di-sekolah diakses tanggal 03 April 2014).

Kelemahan penerapan moving class secara umum yaitu a). Perpindahan dari satu kelas ke kelas lain mengurangi waktu belajar; b). Perubahan jadwal mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pembelajaran; c). Ketidakhadiran guru menyebabkan kesulitan penanganan kelas; d). Siswa yang tingkat kompetensinya rendah akan semakin di jauhi oleh temannya; e). Moving class menjadikan biaya pembelajaran semakin tinggi (diakses dari http://purwanto65.wordpress.com/2008/07/21/moving-class/ , tanggal 03 Maret 2014).

B. Penelitian yang Relevan

Model pembelajaran moving class merupakan salah satu model pembelajaran yang jarang diterapkan. Tidak semua sekolah dari tingkat sekolah dasar hingga atas menggunakan model ini. Rata-rata sekolah yang


(34)

menggunakan moving class adalah sekolahan yang dahulunya bertaraf internasional atau mandiri. Peneliti mencoba mengaitkan atas dasar penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian terdahulu diharapkan dapat memberikan hasil yang berbeda dengan penelitian yang dikaji dengan penelitian sebelumnya. Penelitian yang relevan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Amalia Hidayah, dengan judul Pengaruh penerapan pembelajaran sistem moving class terhadap motivasi belajar siswa kelas X. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Amalia Hidayah ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar motivasi belajar siswa kelas X terhadap pelajaran ekonomi dengan penerapan sistem moving class di sekolah. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah dan guru ekonomi kelas X SMA Santu Petrus. Hasil dari wawancara menjelaskan bahwa SMA Santu Petrus dalam menjalankan pembelajaran moving class menerapkan beberapa petugas pelaksanaan sistem moving class. Petugas pelaksanaan sistem moving class yang diterapkan antara lain: a) Penanggung jawab Akademik yaitu wali kelas; b) Tim Pengembang TIK yaitu staf tata usaha; c) Tim Pengelola moving class yaitu wakil kepala sekolah bagian kurikulum. Selain wawancara peneliti juga menyebarkan angket kepada siswa yang terpilih menjadi sampel. Penyebaran data angket menggunakan skala likret yang diisi oleh


(35)

76 siswa, angket yang disebarkan berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan indikator-indikator yang terdapat pada variabel X dan variabel Y. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini terdapat pengaruh yang sedang antara pembelajaran moving class terhadap motivasi belajar siswa kelas X pada mata pelajaran ekonomi di SMA Santu Petrus. Perbedaan penelitian yang di lakukan oleh Siti Amalia Hidayah yaitu tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh moving class terhadap motivasi belajar sedangkan penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui penerapan moving class dalam pembelajaran sejarah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Asriyadin, dengan judul Efektifitas moving class dalam peningkatan motivasi dan prestasi belajar fisika SMA Piri 1 Yogyakarta. Penelitian ini mengkaji tentang peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran moving class yang dilakukan di SMA Piri 1 Yogyakarta. Peneliti akan mengetahui seberapa besar efektivitas pembelajaran yang dilakukan di SMA Piri 1 Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket motivasi belajar siswa. Hasil dari penelitian, penerapan moving class dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Angket motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya sistem moving class menunjukkan angka 68,48% dan


(36)

84,09%. Kenaikan rata-rata motivasi belajar siswa sebelum dengan sesudah diterapkannya sistem moving class sebesar 15,61%. Penerapan moving class pada siswa kelas X SMA Piri 1 Yogyakarta memberikan perbedaan yang sangat besar terhadap prestasi belajar siswa. Perbedaan penelitian dengan penelitian yang dilakukan oleh Asriyadin yaitu metode pengumpulan data dan jenis penelitiannya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nailul Ifadhoh, dengan judul Pengaruh pelaksanaan moving class terhadap peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Islam Hidayatullah Semarang tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini meneliti seberapa besar pengaruh moving class terhadap peningkatan prestasi belajar siswa kelas VII di SMP Islam Hidayatullah Semarang tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan angket. Data penelitian di peroleh dari angket yang telah di sebarkan kepada responden yang diambil dari siswa kelas VII di SMP Islam Hidayatullah sebanyak 90 siswa.

Angket yang merupakan instrumen penelitian sebelum di sebarkan kepada responden terlebih dahulu dilakukan uji coba. Tujuan dari uji coba instrumen yaitu untuk mengetahui apakah butir soal pada angket sudah memenuhi kualitas instrumen yang baik atau belum. Alat penguji yang digunakan dalam pengujian analisis uji coba instrumen yaitu uji validitas dan uji reabilitas. Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu


(37)

melalui pelaksanaan moving class yang baik akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain peningkatan prestasi belajar moving class juga dapat menjadikan siswa lebih aktif dan kritis, suasana kelas lebih menyenangkan, siswa memahami pelajaran tidak hanya teori saja tetapi juga dengan praktek. moving class yang di terpakan di SMP Islam Hidayatullah Semarang cukup baik yang di analisis melalui nilai mean pada variabel yaitu 45,5 dari interval 40–49. Prestasi belajar siswa yang baik dapat diketahui dari nilai ujian tengah semester siswa. Perbedaan dari penelitian yang di lakukan oleh Naifatul Ifadhoh yaitu metode yang di gunakan dalam penelitian.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Nanang Prabawa dengan judul Pembelajaran sejarah dengan model moving class di SMA Negeri 1 Bantul tahun 2009/2010, membahas mengenai pembelajaran sejarah yang dilakukan di SMA Negeri 1 Bantul dengan penggunaan moving class. Selain itu dalam penelitian ini juga membahas mengenai kendala serta keunggulan dan kelemahan dari moving class yang diterapkan di SMA Negeri 1 Bantul.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran sejarah model moving class sudah berjalan selama 2 tahun. Kelebihan dari penerapan pembelajaran yaitu siswa tidak bosan berada di kelas, guru lebih mudaah dalam mengajar di kelas, guru tidak perlu pindah-pindah tempat, siswa lebih termotivasi dalam belajar. Kendala dalam


(38)

penerapan moving class berasal dari siswa, guru dan sekolah, antara lain kurangnya kelas yang tersedia, kelas menjadi kotor, banyak barang siswa yang hilang ketika tertinggal di kelas, media pembelajaran yang berada di kelas masih kurang lengkap, banyak membutuhkan dana karena pada saat ulangan akhir perlengkapan yang ada di kelas yang dapat membantu siswa dalam mengerjakan soal harus dibersihkan dari kelas. Cara yang dilakukan dalam menghadapi kendala yang ada adalah dengan menambah kelas yang ada, memfokuskan guru melalui program peningkatan kompetensi dan intelegensi serta studi banding ke sekolah yang lebih maju dan modern, memberi pengertian kepada siswa untuk tertib dan taat pada peraturan yang ada. Peredaan penelitian yang dilakukan oleh Nanang Prabawa yaitu lokasi dan tahun dilaksanakannya penelitian pembelajaran moving class.

C. Kerangka Pikir

Pendidikan saat ini memiliki berbagai macam variasi model dalam sistem pembelajarannya. Berbagai strategi di rancang oleh sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Perubahan-perubahan sering dilakukan untuk menyempurnakan pembelajaran yang sebelumnya sudah berjalan. Penerapan moving class dalam sekolah merupakan salah satu perubahan yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan prestasi siswa. Moving class di terapkan berdasarkan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003


(39)

dan PP Nomor 19 Tahun 2005 yang mengharuskan sekolah kategori mandiri memenuhi standar nasional pendidikan dengan penerapan sistem satuan kredit semester dan moving clas. Peraturan menteri pendidikan nasional yang telah di putuskan kemudian di terapkan oleh setiap sekolah yang sudah memenuhi standar sekolah kategori mandiri dengan menerapkan sistem pembelajaran moving class. Sekolah dalam menerapkan moving class harus bisa mempersiapkan semua perlengkapan yang dibutuhkan dalam pembelajaran moving class. Perlengkapan dan persiapan yang di butuhkan dalam pembelajaran moving class antara lain kesiapan sarana dan prasarana, kesiapan guru dalam mengajar kemudian kesiapan siswa serta seluruh warga sekolah.


(40)

Bagan Kerangka Pikir

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Sekolah

Penerapan Pembelajaran Moving

class

Sarana dan Prasarana, Guru, Karyawan dan Siswa


(41)

28 A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Wates yang berlokasi di Desa Bendungan, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo. SMA Negeri 2 Wates di pilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan waktu dan biaya. Selain itu karena lokasi merupakan salah satu sekolah unggulan di Kabupaten Kulon Progo yang menerapkan pembelajaran moving class dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai masalah yang sama.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Desember 2013 - Februari 2014. Adapun rincian rencana kegiatan adalah sebagai berikut:

Proposal : November 2013

Perijinan : Januari 2014

Pengumpulan data : Februari 2014 Analisis data : Maret 2014 C. Bentuk Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang di ambil dalam penelitian ini metode yang cocok dan relevan untuk digunakan yaitu penelitian kualitatif. Maksudnya dengan penelitian kualitatif, penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai


(42)

memperoleh hasil informasi kualitatif dengan deskripsi analisis yang teliti. Menurut W. Gulo (2000:19) tipe penelitian ini didasarkan pada pertanyaan dasar yang kedua, yaitu bagaimana. Untuk mengetahui suatu permasalahan

pasti kita akan menanyakan “apa”, pertanyaan itu hanya sebatas mengetahui inti permasalahan saja tanpa mengetahui bagaimana rincian permasalahannya. Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa masalahnya secara eksploratif, tetapi ingin mengetahui juga bagaimana peristiwa tersebut terjadi (W. Gulo 2000:19).

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian kualitatif terdiri dari dua macam yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Menurut Jane Stokes (2006:30) sumber primer adalah bahan yang menyusun objek analisis; sumber ini terdiri dari apa yang sesungguhnya akan dipelajari. Sumber primer merupakan sumber yang dapat terlihat secara langsung di lapangan tanpa ada penafsiran tambahan dari orang lain. Sumber tersebut murni mengenai permasalahan yang terjadi. Berbeda dengan sumber sekunder, sumber ini merupakan sumber penunjang untuk memperkuat analisis mengenai permasalahan yang terjadi. Sumber sekunder bisa diambil dari bacaan-bacaan, majalah, koran, buku ataupun peraturan undang -undang.


(43)

kebenaran yang di harapkan, adapun sumber data primer yang di gunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Informasi dari narasumber yang terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum, Guru Mata Pelajaran, Karyawan dan Siswa SMA Negeri 2 Wates.

2. Tempat dan aktivitas dilakukannya kegiatan pembelajaran moving class SMA Negeri 2 Wates.

Sumber sekunder yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Data guru, karyawan dan siswa SMA N 2 Wates. 2. Profil Sekolah dan sejarah SMA N 2 Wates. 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Silabus.

4. Buku-buku yang terkait dengan pembelajaran moving class. E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan awal yang dilakukan peneliti di lapangan. Peneliti mulai melakukan penelitian dengan observasi ataupun wawancara. Burhan Bungin (ed) (2001:77), menjelaskan persoalan penting dalam pengumpulan data yang harus diperhatikan adalah “bagaimana dapat dipastikan atau diyakini bahwa sampel yang di tetapkan adalah representatif”.

Dalam pengumpulan data peneliti harus bisa yakin bahwa data yang di peroleh itu dapat menguatkan hasil penelitian. Pengumpulan data dapat


(44)

dokumen.

1. Wawancara

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (interviewee) (Heru Trianto dan Burhan Bungin 2001: 155). Melalui wawancara peneliti akan memperoleh informasi yang berkaitan dengan kegiatan yang berlangsung di lapangan. Peneliti akan mendapatkan penafsiran yang berbeda dari orang yang diwawancarainya. Teknik wawancara yang dilakukan dalam penelitian kualitatif ini sifatnya terbuka.

Wawancara terbuka dilakukan dengan subjek menyadari dan tahu tujuan dari wawancara (Heru Trianto dan Burhan Bungin 2001: 155). Sebelum wawancara di mulai peneliti terlebih dahulu memberi tahu narasumber mengenai tujuan kedatangannya untuk memperoleh informasi dari narasumber. Dalam penelitian terbuka akan menciptakan suasana yang santai tapi resmi sehingga antara pewawancara dan narasumber akan merasa nyaman.

Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa narasumber yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pembelajaran moving class di SMA Negeri 2 Wates. Ada beberapa kelebihan dapat


(45)

diperoleh secara mendalam, yang di interview bisa mengungkapkan isi hatinya secara lebih luas, pertanyaan yang tidak jelas bisa diulang dan diarahkan yang lebih bermakna (Anas Sudijono 1996: 82). Wawancara akan dilakukan oleh Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum, Guru Mata Pelajaran Sejarah, dan perwakilan dari siswa setiap angkatan.

Kisi-kisi pedoman wawancara untuk Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum dan Guru Mata Pelajaran Sejarah

No Indikator

1 Pemahaman tentang pembelajaran moving class

2 Penerapan pembelajaran moving class di SMA Negeri 2 Wates

3 Manajemen sekolah dalam penerapan moving class 4 Kendala yang di hadapi dalam pembelajaran moving

class di SMA Negeri 2 Wates

5 Kesiapan sekolah dalam menerapkan pembelajaran moving class

6 Kesiapan guru dalam pembelajaran moving class

7 Kesiapan sarana dan prasarana dalam pembelajaran moving class


(46)

10 Peranan setiap warga sekolah dalam pembelajaran moving class

11 Kelebihan dan kekurangan sistem pembelajaran moving class

12 Hasil pembelajaran di SMA Negeri 2 Wates dengan model pembelajaran moving class

Kisi-kisi pedoman wawancara untuk Siswa

No Indikator

1 Pemahaman siswa tentang pembelajaran moving class 2 Tanggapan siswa mengenai pembelajaran moving class 3 Kendala siswa dalam pembelajaran moving class

4 Keuntungan dan kelemahan siswa dalam pembelajaran moving class

2. Observasi langsung

Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung. Dari hasil observasi peneliti akan memperoleh informasi tambahan menurut kacamata peneliti. Pertimbangan digunakannya teknik ini adalah bahwa apa yang dikatakan orang sering kali berbeda dengan apa yang orang itu lakukan (Tadjoer Ridjal 2001: 138). Sehingga dengan observasi peneliti dapat menyimpulkan sendiri


(47)

observasi mulai mengajak peneliti untuk berpikir kritis mengenai apa yang terlihat di lapangan. Peneliti harus dapat menganalisis secara jernih tanpa mendapat atau bergantung pada pendapat orang lain.

Melalui observasi itulah dikenali berbagai rupa kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang mempola dari hari ke hari di tengah masyarakat (Burhan Bungin 2003: 65). Melalui observasi peneliti akan dapat melihat secara jelas bagaimana kenyataan yang ada di lapangan. Observasi secara langsung juga akan memberikan informasi tambahan tentang hal-hal yang mungkin tidak disadari oleh orang-orang di sekitar yang terlibat dalam permasalahan tersebut.

Kisi-kisi panduan Observasi

No Indikator

1 Kondisi fisik sekolah

2 Manajemen kurikulum sekolah 3 Sarana dan prasarana sekolah

4 Kesiapan guru sejarah dalam pembelajaran moving class 5 Kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri 2 Wates 6 Kelebihan pembelajaran sejarah dengan moving class

7 Kekurangan dan kendala pembelajaran sejarah dengan moving class


(48)

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, lengger, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Pencatatan dokumentasi dilakukan untuk menganalisis isi dari fakta yang tersirat atau tersurat. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Lexy J. Moleong, 2006: 217). Teknik mencatat dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang di peroleh dari dokumen teks lain yang terkait dengan pembelajaran moving class di SMA Negeri 2 Wates. Adanya dokumentasi akan memperkuat analisis peneliti mengenai permasalahan yang diteliti.

F. Teknik Cuplikan (Sampling)

Peneliti cenderung menggunakan Teknik Cuplikan (Sampling) karena di anggap lebih akurat dan praktis. Teknik cuplikan digunakan dalam penelitian kualitatif agar peneliti dapat dengan mudah memperoleh data yang sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Sampling bertujuan (purposive sampling), yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Suharsimi Arikunto 2009: 97).


(49)

dengan cepat di temukan oleh peneliti dengan penggunaan teknik cuplikan ini. Dalam purposeful sampling, peneliti memilih subjek penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk mempelajari atau memahami permasalahan pokok yang akan diteliti (Haris Herdiansyah 2010: 106). Subjek penelitian yang dipilih memiliki kesamaan dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan sampling yang bersifat homogen karena subjek dan lokasi mengarah pada permasalahan yang terjadi. Sampling yang bersifat homogen adalah strategi dalam teknik purposeful sampling yang peneliti memilih subjek penelitian atau lokasi penelitian atas dasar adanya kesamaan sifat atau karakteristik dari kelompok atau populasinya (Haris Herdiansyah 2010: 109).

Sehingga untuk informan yang di pilih peneliti untuk mencari informasi adalah orang-orang yang terlibat langsung di dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Menurut Burhan Bungin (2003: 53) terdapat tiga tahap pemilihan sampel data penelitian kualitatif, yakni: a) pemilihan sampel awal, apakah itu informan (untuk diwawancarai) atau suatu situasi sosial (untuk diobservasi) yang terkait dengan fokus penelitian, b) pemilihan sampel lanjutan guna memperluas deskripsi informasi dan melacak variasi informasi yang mungkin ada, dan c) menghentikan pemilihan sampel lanjutan bilamana dianggap sudah tidak ditemukan lagi variasi informasi (sudah terjadi replikasi Perolehan informasi).


(50)

Validitas data merupakan suatu tahap yang dilakukan dalam penelitian agar data-data yang di peroleh itu benar-benar pasti. Menurut J.R. Raco (2009:134) ada beberapa teknik yang digunakan oleh metode kualitatif untuk menjamin akurasi dan kredibilitas hasil penelitian yaitu: tiangulasi, member checks dan auditing. Ketiga teknik ini memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Tujuan dilakukannya validitas data pada penelitian agar tidak terjadi perbedaan antara hasil yang di tuliskan oleh peneliti dengan apa yang ada di lapangan.

Triangulasi merupakan penggunaan berbagai teknik pengumpulan data (wawancara mendalam tak berstruktur, pengamatan, dan dokumentasi) dari berbagai sumber (orang, waktu, dan tempat) (Tadjoer Ridjal 2001: 141). Teknik ini merupakan kegiatan pengecekan ulang data yang telah di peroleh di lapangan. Pada teknik triangulasi peneliti membandingkan hasil penelitian melalui observasi dengan wawancara atau dokumen. Selain itu peneliti juga harus membandingkan penafsiran dirinya sendiri dengan orang lain. Membandingkan perkataan orang lain saat dilakukannya wawancara atau observasi dengan kenyataan sehari-hari yang ada. Kegiatan pembandingan hasil perolehan data dilakukan hingga peneliti benar-benar merasa yakin bahwa sumber yang diperolehnya tidak terdapat perbedaan.

Member checks merupakan cek interpretasi data dengan subjek penelitian dan informan dari mana data itu diperoleh (Tadjoer Ridjal 2001: 141). Cek ulang hasil temuan oleh peneliti dengan partisipannya yang


(51)

pertanyaan kepada minimal satu partisipan untuk bisa mengetahui apakah data yang diperoleh sudah lengkap dan layak untuk di tuliskan dalam laporan penelitian. Melalui member cheking peneliti akan dapat mengetahui bahwa data yang diperoleh bersifat representatif atau tidak.

Auditing atau Audit trail adalah upaya mengenal situasi lokasi penelitian (Tadjoer Ridjal 2001: 142). Peneliti mencoba kembali untuk memahami mengenai kondisi lokasi penelitian. Ketika peneliti mendapat gambaran yang sama seperti pandangan awalnya peneliti memulai untuk mengevaluasi apakah data yang di perolehnya sama dengan kenyataan atau tidak.

Tiangulasi, member checks dan auditing dapat di ambil salah satu saja untuk melakukan validitas data. Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 2 Wates ini peneliti cenderung memilih teknik Triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono 2014:125). Dalam penelitian digunakan triangulasi sumber dan metode atau teknik, hasil data yang telah di peroleh di lapangan melalui wawancara, observasi dan dokumen agar penelitian tentang pembelajaran moving class di SMA Negeri 2 Wates mendapatkan hasil yang akurat.

H. Teknik Analisis

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan


(52)

(Lexy J. Moleong 2006: 280).

Inti dari analisis data, baik dalam penelitian kualitatif maupun kuantitatif adalah mengurai dan mengolah data mentah menjadi data yang dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih spesifik dan diakui dalam suatu perspektif ilmiah yang sama, sehingga hasil dari analisis data yang baik adalah data olah yang tepat dan dimaknai sama atau relatif sama dan tidak biasa atau menimbulkan prespektif yang berbeda-beda (Haris Herdiansyah 2010: 158).

Dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, Creswell (1994) berpendapat bahwa beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis data kualitatif, antara lain: 1) Analisis data kualitatif dapat dilakukan secara stimulan dengan proses pengumpulan data, interpretasi data, dan penulisannya naratif; 2) Pastikan bahwa analisis data kualitatif yang telah dilakukan berdasarkan pada proses reduksi data (data reduction) dan interpretasi (interpretation); 3) Ubah data hasil reduksi dalam bentuk matrik; 4) Identifikasi prosedur pengodean (coding) digunakan dalam reduksi informasi dalam tema-tema atau kategori-kategori yang ada; 5) Hasil analisis data yang telah melewati prosedur reduksi yang telah diubah menjadi bentuk matriks yang telah diberi kode (coding), selanjutnya disesuaikan dengan model kualitatif yang dipilih (Haris Herdiansyah 2010: 161-163).


(53)

terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan. 1. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya, proses pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep atau draft. Pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses pengumpulan data dapat dilakukan.

2. Reduksi Data

Proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan di analisis.

3. Display Data

Mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang disebut subtema yang diakhiri dengan pemberian kode (coding) dari subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang sebelumnya telah dilakukan.

4. Kesimpulan/Verifikasi

Merupakan tahap terakhir dalam rangkaian analisis data kualitatif. Berisi uraian dari seluruh subkategori tema yang tercantum pada tabel


(54)

verbatim wawancara. Kesimpulan menjurus pada jawaban dari pertanyaan

penelitian yang diajukan dan mengungkap “what” dan “how” dari temuan penelitian.

Komponen-komponen Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman

(Sumber: Haris Herdiansyah 2010:164) Pengumpulan

Data

Kesimpulan/ Verifikasi


(55)

41 A. Deskripsi Data Penelitian

1. Sejarah SMA N 2 Wates

SMA N 2 Wates merupakan salah satu sekolah negeri yang ada di Kabupaten Kulon Progo Provinsi DIY. Sekolah yang sudah berdiri sejak tahun 1981 mendapatkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 0298/0/1982 pada tanggal 9 Oktober 1982 yang isinya menerangkan bahwa SMA N 2 Wates Resmi didirikan sejak 1 Juli 1982. Tahun pelajaran 1981/1982 SMA di Wates Kulon Progo tidak dapat menerima seluruh calon peserta didik karena keterbatasan daya tampung sekolah. Kondisi seperti ini menyebabkan masyarakat sulit untuk memperoleh pendidikan.

Permasalahan mengenai kurangnya daya tampung kemudian di sampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu GPH Poeger. Keputusan yang di tetapkan oleh GPH Poeger adalah SMA N Wates harus membuka penerimaan peserta didik dengan jumlah 5 kelas di SMA N 1 Wates dan 3 kelas di SMA N 2 Wates. Pelaksana tugas dari Kepala Departemen pendidikan kebudayaan ini dilakukan oleh bapak Drs. Budihardjo selaku kepala SMA N 1 Wates. Sekitar 5 bulan kegiatan belajar mengajar SMA N 2 Wates dilaksanakan di SMA N 1 Wates. Pembelajaran di laksanakan pada waktu sore hari. Tenaga pengajar SMA 2 Wates terdiri


(56)

kali berjumlah 132 siswa. SMA N 2 Wates memiliki gedung sekolah sendiri di Bendungan, Wates, Kulon Progo pada semester kedua. Kepala sekolah pertama bapak Drs. Prasetyo penyerahan sekolah ini diberikan oleh bapak Drs. Budihardjo pada tanggal 6 Maret 1984. Tahun pelajaran 1984/1985 sekolah pertama kali menyelenggarakan EBTA/EBTANAS dengan kelulusan 100% dan siswa yang berhasil masuk PTN sejumlah 59 siswa dari 127 siswa.

Tahun 1985 SMA N 2 Wates menambah jumlah siswa, ruang belajar dan tenaga pengajar. Beberapa pembangunan telah di mulai seperti pembangunan lapangan olahraga yang berhasil diselesaikan pada tahun ajaran 1986/1987. Setelah itu sekolah mengadakan pembangunan joglo yang mulai di rencanakan pada tahun 1987 dan selesai di bangun pada tahun 1990. Tahun 1990 hingga 1991 sekolah mengadakan pemasangan pagar sekolah dan telepon sekolah. SMA N 2 Wates pada tahun 1991 sudah menjadi sekolah yang begitu maju jika di lihat dari perkembangan infrastrukturnya. Kemudian di tahun ajaran 1992/1993 sekolah menambah jumlah kelas menjadi 12 kelas dengan jumlah siswa 268, guru tetap jumlahnya 42 dengan 1 guru tidak tetap dan memiliki 15 orang karyawan.

Pada tahun berikutnya sekolah mengalami peningkatan pendaftaran yang begitu pesat, pendaftar di tahun ajaran 1993/1994 sejumlah 323 pendaftar sedangkan daya tampung sekolah 144 siswa karena hanya membuka 4 kelas saja. Perancangan dan pembangunan masjid SMA N 2


(57)

resmikan pada tahun ajaran 1996/1997 oleh Kakanwil Depdikbud DIY

Bapak Drs. H Rusli Rahman dengan nama Masjid “Da’imatul Jannah”. Dalam koperasi sekolah tahun 1997/1998 mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga di tahun tersebut koperasi sekolah berhasil membeli mesin fotocopy. Selain itu pada tahun yang sama sekolah juga berhasil menyelesaikan pembangunan ruang ganti pakaian putra putri dan ruang peralatan olah raga.

Memasuki awal tahun 2000 prestasi non akademik siswa sudah berhasil di raih mulai tahun 1999, SMA N 2 Wates berhasil memperoleh juara 1 lomba basket tingkat Kabupaten Kulon Progo. Keberhasilan tersebut juga di tunjukkan dengan berhasilnya penyempurnaan lapangan basket dan futsal tahun 2000/2001 dan di ikuti dengan tersedianya ruang agama kristen dan katolik. Prestasi yang membanggakan dari guru juga berhasil di raih tahun 2001/2002 dengan di raihnya penghargaan guru berprestasi tingkat nasional oleh ibu Vipti Retna Nugraheni, M.Ed yang kemudian di beri kesempatan untuk berwisata ke Jepang. Siswa SMA N 2 Wates juga berhasil meraih juara 1 pawai putra putri tingkat Kabupaten Kulon Progo dalam memperingati hari kemerdekaan republik Indonesia tahun 2002. Tahun berikutnya sekolah mengadakan pembangunan ruang komputer untuk guru oleh Komite SMA N 2 Wates dan berhasil meraih juara 1 lagi bagi peleton putri dalam pawai peringatan hari kemerdekaan republik Indonesia tahun 2003.


(58)

itu sekolah juga sudah memiliki akses internet sendiri. Penetapan pembelajaran moving class semakin di perbaiki dengan di lengkapinya TV dan VCD pada setiap ruangan kelas tahun 2005. Selain itu sekolah juga mengadakan perbaikan pagar sekolah sepanjang 100 meter akibat gempa bumi DIY 26 Mei 2006. Setelah penetapan pembelajaran model moving class prestasi siswa semakin meningkat dengan berhasil diperolehnya berbagai kejuaraan.

Tahun pelajaran 2005/2006 sekolah berhasil menjuarai lomba lukis sehingga menjadi juara 1 lomba poster tingkat provinsi DIY. Selanjutnya tahun pelajaran 2006/2007 berhasil meraih juara 1 lomba lari 200 meter dan 400 meter tingkat provinsi. Prestasi yang begitu membanggakan karena tahun 2007 SMA N 2 Wates berhasil di tetapkan sebagai Rintisan Sekolah Kategori Mandiri serta memperoleh berbagai kejuaraan yaitu juara 1 tingkat provinsi dalam lomba cerpen bahasa jawa, english competition dan tenis meja.

Sekolah juga berhasil mengirimkan salah satu siswanya yaitu Aziz Prabowo dalam Paskibraka di tingkat nasional tahun 2008. Pada tahun ajaran ini terdapat berbagai kejuaraan yang di raih siswa yaitu juara 1 tingkat provinsi senam lantai putra putri dan juara 2 bintang radio RRI Yogyakarta. SMA N 2 Wates di tetapkan sebagai Sekolah berstandar RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) tahun 2009/2010 dan


(59)

Progo saat itu.

Selama berdirinya SMA N 2 Wates, sekolah terjadi beberapa perkembangan yang cukup baik di antaranya: a) tahun 1982 hingga 2007 sebagai sekolah Tipe B dengan 12 Rombongan belajar; b) Tahun 2007 hingga 2009 sebagai Rintisan Sekolah Kategori Mandiri; c) Tahun 2009 hingga 2012 sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional; d) 2013 hingga sekarang sebagai eks Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. SMA N 2 Wates saat ini menjadi sekolah biasa karena kebijakan dari pemerintah pusat yaitu di hapusnya sekolah SBI dan RSBI sehingga semua sekolah statusnya menjadi sama.

Mulai dari tahun 1982 hingga sekarang telah terjadi beberapa kali pergantian kepala sekolah di SMA N 2 Wates: a) Masa Tugas tahun 1982 hingga 1984 Bapak Drs. Budihardjo; b) Masa Tugas tahun 1984 hingga 1991 Bapak Drs. Prasetyo; c) Masa Tugas 1991 hingga 1994 Ibu Sri Hartini, S.Pd.; d) Masa Tugas 1994 hingga 1999 Bapak Drs. S. J. Subakir; e) Masa Tugas 1999 hingga 2005 Bapak Tugiran, S.Pd.; f) Masa Tugas 2005 hingga sekarang Bapak Drs. H. Mudjiono, MM. (di akses dari blog OSIS SMA N 2 Wates, http://osis-smadawates.blogspot.com/2012/07/sejarah-singkat-sman-2-wates_3747.html, 02 Maret 2014)


(60)

a. Letak Geografis

SMA Negeri 2 Wates terletak di Jl. Kyai Wahid Hasyim, Bendungan, Wates Kabupaten Kulon Progo. Sekolah terletak di wilayah yang sangat strategis, lokasinya berada di pusat Kecamatan Wates. Tepat di depan sekolah terdapat kantor Polisi Sektor Wates dan SMP N 2 Wates, sedang di sebelah timur terdapat kantor Koramil Wates dan barat terdapat lapangan yang begitu luas. Bagian utara SMA N 2 Wates berbatasan dengan sawah yang luas.

b. Kondisi Lingkungan Sekolah

Sekolahan yang berada di pusat pemerintahan Kecamatan Wates ini merupakan salah satu sekolah favorit di Kabupaten Kulon Progo. Lokasi sekolah tepatnya berada di Jl. Kyai Wahid Hasyim, Bendungan Wates, Kulon Progo. Sekolah berada persis di pinggir jalan raya sehingga untuk akses menuju ke sekolah tidak terlalu sulit. Meskipun kondisi sekolah berada di pinggir jalan tidak mengganggu kegiatan belajar siswa karena suara bising kendaraan karena letak ruangan belajar siswa berada jauh dari keramaian jalan raya.

c. Kondisi Fisik SMA N 2 Wates

SMA N 2 Wates merupakan sekolahan yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan SDM (Sumber Daya Manusia). Sekolah yang terletak di Jl. Kyai Wahid Hasyim, Bendungan Wates ini merupakan salah satu sekolah favorit di


(61)

class. SMA N 2 Wates mempunyai berbagai fasilitas dan sarana penunjang pendidikan yang meliputi ruang kelas, ruang praktek dan ruang pendukung lain. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA N 2 Wates dapat di deskripsikan sebagai berikut:

1) Ruang kelas

Ruang kelas di SMA N 2 Wates terdiri dari beberapa ruang mata pelajaran yaitu Ruang Kelas Agama Islam, Ruang Kelas Bahasa Indonesia, Ruang Kelas Bahasa Inggris, Ruang Kelas Pendidikan Kewarganegaraan, Ruang Kelas Ekonomi, Ruang Kelas Bahasa Jerman, Ruang Kelas Sosiologi, Ruang Kelas Sejarah, Ruang Kelas Geografi, Ruang Kelas Agama Kristen, Ruang Kelas Agama Katolik, Ruang Kelas Matematika 1, Ruang Kelas Matematika 2, Ruang Kelas Seni. Kondisi ruangan kelas sangat baik setiap kelas sudah terpasang LCD dan proyektor, kemudian komputer di setiap kelas juga sudah ada walaupun jarang di gunakan karena kebanyakan guru sudah membawa laptop sendiri serta beberapa kelas juga terdapat TV. Selain perlengkapan tersebut pada setiap kelas juga sudah tersedia berbagai perangkat atau media yang sesuai dengan mata pelajarannya masing-masing.


(62)

Terdapat 5 laboratorium di SMA N 2 Wates, di antaranya: Laboratorium Bahasa, Laboratorium Fisika, Laboratorium Biologi, Laboratorium Kimia dan Laboratorium Komputer

a) Laboratorium Bahasa

Laboratorium bahasa terletak di sebelah utara masjid SMA N 2 Wates. Ruangan laboratorium bahasa cukup luas, ruangan ini terdapat sekitar 40 tempat duduk untuk siswa. Penataan ruangan sudah ideal dan nyaman untuk tempat belajar. Perangkat pembelajaran saat ini yang tersedia di laboratorium saat ini hanya dua buah komputer dan speaker active. Untuk perangkat pendukung bahasa seperti headphone dan lainnya sudah tidak ada karena perjanjian kontrak sekolah dengan lembaga habis sehingga semua perlengkapan di ambil kembali.

b) Laboratorium Fisika

Letak laboratorium fisika berjajar dengan laboratorium bahasa hanya saja terselingi oleh ruang kelas agama kristen. Laboratorium terdiri dari dua ruangan yaitu ruang kelas atau ruang praktek dan ruangan laboran. Ruangan yang cukup luas ini bisa untuk menyimpan berbagai perangkat pembelajaran. Laboratorium sementara hingga saat ini masih di gunakan sebagai ruang kelas dan praktek karena terbatasnya ruangan di sekolah.


(63)

Terletak tepat di sebelah timur laboratorium fisika. Bentuk ruangan laboratorium biologi sama dengan laboratorium fisika. Berbagai perlengkapan pembelajaran untuk mendukung pelajaran biologi sudah tersedia di ruang laboratorium tersebut. Laboratorium sementara hingga saat ini masih di gunakan sebagai ruang kelas dan praktek karena terbatasnya ruangan di sekolah. Kondisi laboratorium begitu nyaman sebagai tempat KBM berlangsung.

d) Laboratorium Kimia

Laboratorium yang terletak di sebelah timur laboratorium biologi adalah laboratorium kimia. Ruangan laboratorium kimia juga tidak jauh berbeda dengan laboratorium fisika biologi. Dalam ruangan laboratorium kimia juga sudah tersedia semua perlengkapan praktek. Semua perlengkapan praktek yang ada di bawah pengawasan laboran kimia karena beberapa perlengkapan kimia di anggap berbahaya sehingga tidak bisa siswa dengan bebas menggunakan. Ruangan laboratorium ini juga masih di gunakan sebagai ruangan kelas dan praktek siswa bahkan sering di gunakan untuk rapat atau pertemuan karena lokasinya yang strategis berada di tengah-tengah sekolah. e) Laboratorium Komputer

Laboratorium yang terletak di bagian belakang dari sekolah ini memiliki luas yang hampir sama dengan laboratorium lain hanya saja penataan ruangannya berbeda. Dalam laboratorium terdapat 32


(64)

laboratorium ini juga masih di gunakan sebagai ruangan praktek dan ruangan kelas. Fasilitas bagi teknologi informatika yang di berikan sekolah cukup baik. Sekolah memberikan fasilitas jaringan internet portabel atau wifi bagi seluruh warga sekolah secara gratis.

3) Ruang Kepala Sekolah

Ruangan kepala sekolah terletak di bagian depan tepatnya di sebelah barat lobby. Terdapat dua bagian ruang yaitu ruang kerja kepala sekolah dan ruang tamu. Ruang kerja sering kali di gunakan kepala sekolah untuk menyelesaikan pekerjaan dan tugas-tugas kepala sekolah serta untuk diskusi kecil dengan guru atau karyawan sekolah. Ruang tamu di manfaatkan untuk menerima tamu dari luar yang ingin bertemu dengan kepala sekolah. Ruangan di desain secara nyaman dan sederhana.

4) Ruang Tata Usaha (TU)

Ruangan TU berada di sebelah barat ruang kepala sekolah. Semua berkas dan urusan administrasi siswa, guru serta karyawan terdapat di ruangan tata usaha. Fasilitas yang ada di ruang tata usaha saat ini sudah baik dan memenuhi standar tata usaha. Semua berkas yang tersimpan di ruang tata usaha juga sudah tertata rapi.

5) Perpustakaan

Perpustakaan merupakan tempat penyimpanan dan perawatan buku-buku di sekolah. Ruang perpustakaan SMA N 2 Wates berada di


(65)

gunakan siswa untuk belajar serta 5 buah unit komputer untuk mengakses e-book yang sudah di sediakan oleh sekolahan. Penataan buku di perpustakaan sudah rapi dan sesuai dengan mata pelajaran serta jenjang kelas.

6) Ruang PSB (Pusat Siswa Belajar)

Saat ini ruangan PSB sering di gunakan oleh guru-guru mata pelajaran sebagai tempat istirahat atau bisa dikatakan sebagai pengganti ruang guru sementara. Ruangan PSB terletak di sebelah barat perpustakaan. Dalam ruangan PSB terdapat beberapa unit komputer yang biasanya di manfaatkan oleh guru untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Selain itu PSBB merupakan sebagai pusat pengaturan jaringan akses internet di seluruh SMA N 2 Wates.

7) Ruang BK

Ruangan BK di SMA N 2 Wates terletak di sebelah selatan laboratorium Biologi. Penataan ruangan cukup nyaman, sementara ini ruangan BK bergabung dengan ruang ISO karena terbatasnya jumlah ruangan di sekolah. Ruangan BK di manfaatkan sebagai ruang pembinaan atau ruang untuk PIKR (Pusat Informasi Konseling dan Reproduksi).

8) Koperasi Siswa (Kopsis)

Koperasi siswa hampir sama seperti kantin sekolah. Hanya saja di koperasi siswa di sediakan peralatan sekolah. Koperasi sekolah di


(66)

karena sudah memiliki usaha foto copy. 9) Joglo/Aula

Joglo/aula adalah suatu tempat yang sering di gunakan untuk pertemuan atau pentas seni siswa. Tempat ini merupakan suatu ruangan terbuka tanpa dinding. Joglo berada di sebelah utara lapangan upacara SMA N 2 Wates.

10) Gudang

Gudang di SMA N 2 Wates cukup luas sehingga sebagian tempat di gunakan sebagai tempat menyimpan peralatan karawitan. Sebenarnya gudang menggabung dengan panggung joglo yang di tutup dengan pintu besar. Panggung yang jarang di gunakan tersebut sering di manfaatkan sebagai tempat penyimpan alat karawitan dan sekaligus sebagai tempat latihan karawitan siswa-siswa.

11) Ruang OSIS

Ruang OSIS SMA N 2 Wates berada di sebelah timur joglo. Ruangan dengan luas kira-kira 4 meter sering di gunakan pengurus OSIS untuk rapat atau menyelesaikan tugas-tugas OSIS. Ruangan ini cukup tertata rapi walaupun di dalam ruangan terdapat banyak sekali barang-barang. 12) Ruang Pramuka

Sebelah timur OSIS merupakan ruang pramuka. Luas ruangan hampir sama dengan ruang OSIS. Ruangan ini di manfaatkan untuk pertemuan para dewan ambalan SMA N 2 Wates.


(67)

Mushola SMA N 2 Wates berada di ujung barat bagian depan sekolah. Sebagian kegiatan keagamaan islam sering dilakukan di mushola. Sebagian besar perlengkapan praktek sudah tersedia di mushola bagian timur seperti perlengkapan pakaian ikhrom dan perlengkapan jenazah. Mushola sekolah memiliki cukup besar dan bersih.

14) Tempat Parkir

Tempat parkir terdiri dari dua bagian yaitu tempat parkir guru dan karyawan di bagian barat atau sebelah selatan mushola. Sedangkan tempat parkir siswa berada di sebelah timur bagian depan sekolah. Tempat parkir bagi guru karyawan cukup luas namun bagi siswa kurang begitu luas karena terlalu banyak siswa yang menggunakan kendaraan bermotor.

15) Lapangan Upacara dan Olah Raga

Lapangan Upacara SMA N 2 Wates berada di tengah-tengah sekolah. Lapangan ini selain di gunakan sebagai tempat upacara juga di gunakan sebagai lapangan olah raga terutama basket dan futsal. Kondisi lapangan saat ini sudah baik karena sering di perbaiki atau di cat ulang.

16) Kantin sekolah

Terdapat 4 kantin di SMA N 2 Wates, 2 kantin di sebelah barat dan 2 kantin di sebelah timur. Penataan kantin cukup nyaman dan bersih sehingga untuk jaminan kebersihan makanan ada. Harga-harga


(68)

Adanya 4 kantin di dalam lokasi sekolah siswa dapat dengan mudah membeli makanan tanpa harus keluar dari lokasi sekolah.

17) Toilet

Jumlah toilet yang ada di SMA N 2 Wates 14 toilet. Toilet berada di beberapa tempat yaitu 4 toilet di tempat wudlu masjid, 4 toilet di dekat lapangan, 2 toilet di dekat ruang agama dan 4 toilet di dekat ruang sosiologi. Kondisi toilet bagus dan bersih sehingga nyaman untuk di tempati seluruh warga sekolah.

d. Kondisi Non Fisik SMA N 2 Wates

Kondisi non fisik yang terdapat di SMA N 2 Wates meliputi kurikulum sekolah, guru dan karyawan dan peserta didik.

1) Kurikulum Sekolah

SMA Negeri 2 Wates saat ini menerapkan dua Kurikulum yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk siswa kelas XI dan XII serta Kurikulum 2013 bagi siswa kelas X. Alasan SMA 2 Wates menerapkan dua kurikulum karena tahun 2013 SMA 2 Wates di percaya sebagai salah satu sekolah percobaan Kurikulum 2013 untuk wilayah Kabupaten Kulon Progo. Kurikulum 2013 yang di terapkan di SMA 2 Wates tidak di terapkan pada semua mata pelajaran, saat ini pelajaran yang mengikuti kurikulum 2013 secara utuh hanya sejarah, bahasa Indonesia dan matematika. Buku teks yang sudah di berikan oleh pemerintah memang baru untuk tiga mata pelajaran itu. Tetapi


(69)

walaupun buku mata pelajaran untuk mata pelajaran lain belum ada. Implementasi KTSP dan Kurikulum 2013 saat ini sudah mulai berjalan dengan baik.

2) Guru

Dalam kegiatan belajar mengajar tentunya peranan guru tidak bisa lepas dalam setiap harinya. Semua guru di SMA N 2 Wates memiliki peranan masing-masing yang sangat penting. Selain tugas untuk mengajar guru juga memiliki beberapa tugas untuk memanajemen sekolah agar dapat berjalan dengan baik. SMA N 2 Wates memiliki struktur organisasi guru untuk bisa bekerja sama dalam mengembangkan sekolah agar dapat semakin maju.

Selain guru juga terdapat beberapa karyawan tata usaha yang selalu mengatur segala administrasi dan keperluan sekolah. Karyawan tata usaha SMA N 2 Wates rata-rata lulusan sarjana dan SMA. Sedangkan untuk tenaga pengajar atau guru sebagian besar lulusan sarjana serta magister. Guru yang bertugas mengajar di SMA N 2 Wates saat ini secara keseluruhan sudah mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Status guru di SMA N 2 Wates belum semua PNS karena masih ada beberapa guru yang belum menjadi guru tetap sekolah. Jumlah guru yang saat ini mengajar di SMA N 2 Wates ada 39 guru terdiri dari guru tetap dan guru tidak tetap. Sedangkan untuk


(1)

C. Amir Syariffudin pada masa setelah menjabat Perdana Menteri ... 76

1. Amir Syariffudin dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) ... 76

2. Amir Syariffudin dalam Peristiwa Madiun sampai Akhir Hayatnya... 81

BAB V KESIMPULAN ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(2)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Susunan Kabinet Amir Syariffudin... 92

Lampiran 2. Foto Amir Syariffudin... 93

Lampiran 3. Foto Kabinet Amir Syariffudin bersama Presiden Soekarno... 94

Lampiran 4. Foto Amir Syariffudin sedang meninjau pabrik senjata... 95

Lampiran 5. Foto Amir Syariffudin memberikan sambutan... 96

Lampiran 6. Foto Amir Syariffudin bersama Istri dan anak-anaknya... 97

Lampiran 7. Foto Amir Syariffudin dalam peringatan Hari Buruh... 98

Lampiran 8. Foto Amir Syariffudin bersama Wakil Presiden Moh. Hatta, Penasehat Presiden Sutan Sjahrir, dan Menteri Luar Negeri H. Agus Salim... 99


(3)

DAFTAR SINGKATAN BTI : Barisan Tani Indonesia

ELS : Europeesche Lagere School

FDR : Front Demokrasi rakyat GAPI : Gabungan Politik Indonesia GERINDO : Gerakan Rakyat Indonesia GRR : Gerakan Rakyat Revolusi HKBP : Huria Kristen Batak Protestan HTS : Hogere Theologische School

IS : Indonesische Studieclub Gebouw

KNIL : Koninklijk Nederlands Indische Leger KNIP : Komite Nasional Indonesia Pusat KTN : Komisi Tiga Negara

NICA : Netherlands Indies Civil Administration PARAS : Partai Rakyat Sosialis

PARKINDO : Partai Kristen Indonesia PARSI : Partai Sosialis Indonesia PARTINDO : Partai Indonesia

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa PBI : Partai Buruh Indonesia PEPOLIT : Pendidikan Politik Tentara


(4)

PESINDO : Pemuda Sosialis Indonesia PESINDO : Pemuda Sosialis Indonesia PETA : Pembela Tanah Air

PKI : Partai Komunis Indonesia PNI : Partai Nasional Indonesia

PPPI : Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia PRRI : Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia PSI : Partai Sosialis Indonesia

PSII : Partai Syarikat Islam Indonesia

RHS : Rechtshoogeschool

RI : Republik Indonesia

RIS : Republik Indonesia Serikat

SOBSI : Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia TKR : Tentara Keamanan Rakyat

TLRI : Tentara Laut Republik Indonesia TNI : Tentara Nasional Indonesia TRI : Tentara Republik Indonesia


(5)

DAFTAR ISTILAH

Commies : Kepala tata usaha pada kantor Asisten Residen

Silindung.

De facto : Menyangkut aspek Kenyataan.

De jure : Berdasarkan Hukum atau keputusan pemerintah.

Demokrasi : Suatu bentuk pemerintahan politik yang

kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan).

Europeesche Lagere School : Merupakan suatu sekolah dasar Belanda yang

hanya diperuntukkan bagi anak-anak Belanda dan warga negara Belanda serta anak bangsawan dan kaya.

Gunseikan : Kepala Pemerintahan Militer.

Gymnasium : Sekolah Setingkat SMA.

Hogere Theologische School : Sekolah teologi yang ada di Belanda.

Hoofddjaksa : Kepala jaksa.

Indonesische Studieclub Gebouw : Suatu kelompok diskusi yang berada di sebuah

rumah jalan Kramat Raya 106. Banyak mahasiswa yang tinggal disini nantinya menjadi tokoh perjuangan Indonesia.


(6)

Kenpeitai : Satuan Polisi Militer Jepang yang ditempatkan di seluruh wilayah Jepang termasuk daerah jajahan Jepang.

Meester in derechten : Gelar sarjana Hukum di Sekolah Hukum Belanda

Netherlands Indies Civil Administration

: Pemerintah Sipil Hindia Belanda. NICA adalah tentara sekutu yang bertugas mengontrol daerah Hindia Belanda setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada perang dunia II pada pertengahan 14 Agustus 1945. NICA semula didirikan dan berpusat di Australia.

Sendenbu dan Hosokyuku : Kantor Propaganda di Jepang.

Wilde Scholen Ordonantie : Ordorasi Sekolah Liar, dengan adanya ordorasi

ini maka pemerintah dapat mengenakan larangan mengajar kepada seorang guru yang dicurigai menanamkan semangat anti penjajahan.