Tinjauan hukum Islam terhadap implementasi akad mudarabah pada franchise sistem Syariah : studi kasus kantor cabang Kebab Turki Baba Rafi di Surabaya.

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Implementasi Akad Mud{ar< abah Pada Franchise Sistem
Syariah (Studi Kasus Kantor Cabang Kebab Turki Baba Rafi di Surabaya)”.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab Bagaimana Implementasi akad
mud{ar> abah pada franchise sistem syariah di Kantor Cabang Kebab Turki Baba
Rafi Surabaya dan Bagaimana Tinjauan hukum islam terhadap implementasi
akad mud{ar> abah pada franchise sistem syariah di Kantor Cabang Kebab Turki
Baba Rafi Surabaya.
Metode penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Data
yang sudah dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisis dengan pola pikir
deduktif, yang diawali dengan mengemukakan pengertian, teori-teori atau faktafakta yang bersifat umum, yaitu mengenai mud{ar> abah dalam hukum islam,
kemudian dipergunakan untuk meninjau implementasi akad mud{a>rabah pada
franchise sistem syariah.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa implementasi franchise sistem syariah
menggunakan akad mud{a>rabah dimana investor sebagai pemodal dan Kebab
Turki Baba Rafi sebagai pengelola outlet. Pengembalian modal yang diterapkan
Kebab Turki Baba Rafi menggunakan sistem payback period yaitu menghitung
berapa jangka waktu kembalinya investasi melalui bagi hasil bagian investor.
Implementasi franchise sistem syariah apabila ditinjau dari segi hukum islam
adalah batal, karena tidak sesuai dengan persyaratan mengenai keuntungan

secara syariah. Adanya payback period tersebut tidak memenuhi syarat
mud{ar> abah mengenai keuntungan, maka akad mud{a>rabah yang dilakukan Kebab
Turki Baba Rafi dengan investor adalah batal. Selain itu jika pelaksanaan
perperjanjian franchise sistem syariah dalam kurun waktu 2.3 tahun diawal
perjanjian sudah balik modal investor, maka harusnya perjanjian tersebut sudah
berakhir. Karena kontribusi berbentuk investasi milik investor sudah
dikembalikan, dan hubungan dalam perjanjian mud{ar> abah antara investor dengan
Kebab Turki Baba Rafi sudah selesai. Realisasi perjanjian franchise sistem
syariah sebenarnya bukan perjanjian mud{ar> abah, karena tidak ada imbal balik
untuk investor. Seharusnya kesepakatan nisbah 50 : 50 adalah murni bagi hasil,
tetapi dalam prakteknya bagi hasil hanya untuk Kebab Turki Baba Rafi.
Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka penulis dapat memberikan saran
kepada Kebab Turki Baba Rafi sebaiknya ada kejelasan terhadap pengembalian
investasi diawal perjanjian, yaitu dengan mengembalikkan modal kepada
investor secara diangsur atau pada saat jatuh tempo perjanjian mud{ar> abah.
Apabila pengelolaan franchise sistem syariah menggunakan akad mud{ar> abah,
maka investasinya harus dibedakan antara modal dengan royalty fee. Tujuannya
untuk memperjelas dalam pengembalian modal milik investor. Kemudian dalam
melakukan bisnis franchise sistem syariah, hendaknya pengaplikasian franchise
sistem syariah lebih disesuaikan dengan akad mud{a>rabah secara syariah yang

berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM

i

PERNYATAAN KEASLIAN

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

iii


PENGESAHAN

iv

ABSTRAK

v

KATA PENGANTAR

vi

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR TABEL

x


DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR TRANSLITERASI

xii

BAB I

PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah


8

C. Rumusan Masalah

9

D. Kajian Pustaka

9

E. Tujuan Penelitian

11

F. Kegunaan Hasil Penelitian

12

G. Definisi Operasional


13

H. Metode Penelitian

14

I. Sistematika Pembahasan

20

AKAD MUD{A abah

22

B. Dasar Hukum Mud{ar> abah

25

C. Rukun dan SyaratMud{ar> abah


28

D. Nisbah

32

E. Macam-macam Mud{a>rabah

34

F. Hukum Mud{ar> abah

35

G. Berakhirnya Mud{ar> abah

42

BAB II


i

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III IMPLEMENTASI AKAD MUD{AR
> ABAH PADA FRANCHISE
SISTEM SYARIAH

44

A. Sejarah Berdiriya Kebab Turki Baba Rafi

44

B. Visi dan Misi Kebab Turki Baba Rafi

46

C. Struktur Organisasi dan Deskribsi Tugas


46

D. Sistem Waralaba Kebab Turki Baba Rafi

56

E. Syarat-Syarat Calon Franchisee

57

F. Pandangan Investor Mengenai Perjanjian Franchise Sistem Syariah
58

BAB IV

G. Aplikasi Akad Franchise Sistem Syariah

59

H. Realisasi Akad Franchise Sistem Syariah


62

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI
AKAD MUD{A>RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH
PADA KANTOR CABANG KEBAB TURKI BABA RAFI

BAB V

SURABAYA

71

A. Aplikasi Akad Franchise Sistem Syariah

71

B. Realisasi Akad Franchise Sistem Syariah

74


PENUTUP

83

A. Kesimpulan

83

B. Saran

84

DAFTAR PUSTAKA

86

LAMPIRAN

90

ii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

3.1 Laporan laba rugi

67

iii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

2.1 Skema Mud{ar> abah

24

3.1 Struktur Organisasi Kebab Turki Baba Rafi

47

iv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi membawa dampak yang sangat besar di semua bidang
tidak terkecuali di bidang ekonomi. Perkembangan sangat pesat terjadi dalam
bidang perdagangan dan jasa, yang salah satunya adalah bisnis franchise atau
biasa disebut waralaba. Bentuk kerjasama bisnis ini tumbuh subur di
Indonesia baik asing maupun lokal. Cepatnya perkembangan dan suksesnya
bisnis franchise ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang paling
mendasar adalah bahwa franchise merupakan kombinasi dari pengetahuan dan
kekuatan satu usaha bisnis yang sudah ada atau mapan.1
Pengembangan usaha melalui franchise ini dalam lima tahun terakhir
mulai diterapkan oleh perusahaan-perusahaan indonesia. Di Indonesia sampai
dengan bulan maret tahun 1996 diperkirakan telah beroperasi 119 franchise
asing, sedangkan franchise lokal diperkirakan sekitar 32 perusahaan. Yang
dimaksud dengan franchise internasional adalah franchise yang berasal dari
luar indonesia dan beroperasi di indonesia, sedangkan franchise lokal
merupakan konsep franchise yang lahir di indonesia baik yang beroperasi di
indonesia maupun di manca negara.2

Franchise sendiri adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang
perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha
1

Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual (Bandung: Nuansa Aulia,
2010), 52.
2
Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia Modern
(Bandung: Refika Aditama), 124.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil
dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan
perjanjian waralaba.3 Franchise pada dasarnya adalah sebuah perjanjian
mengenai metode pendistribusian barang dan jasa kepada konsumen.

Franchisor (pemberi waralaba) dalam jangka waktu tertentu memberikan
lisensi kepada franchisee (penerima waralaba) untuk melakukan usaha
pendistribusian barang dan jasa di bawah nama dan identitas franchisor dalam
wilayah tertentu. Usaha tersebut harus dijalankan sesuai dengan prosedur dan
cara yang ditetapkan franchisor. Franchisor memberikan bantuan (assistance)
terhadap franchisee.4
Sebagaimana dalam kontrak lisensi, pada kontrak franchise,
pemegang franchise wajib membayar sejumlah royalti untuk penggunaan
merek dagang dan proses pembuatan produk yang besarnya ditetapkan
berdasarkan perjanjian. Disamping harus membayar royalti, pihak pemegang

franchise juga wajib membayar fee tersendiri untuk asistensi tersebut. Tidak
jarang franchisor dalam keperluan pembuatan produknya mewajibkan
pemegang franchise untuk membeli bahan-bahan dari pemasok yang ditunjuk

franchisor.5
Pemberian hak waralaba dituangkan dalam bentuk perjanjian waralaba
(franchise agreement). Perjanjian waralaba tersebut merupakan salah satu

3

Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha: Teori dan Praktiknya di Indonesia (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), 252.
4
Suharnoko, Hukum Perjanjian: Teori Dan Analisa Kasus (Jakarta: Kencana, 2004), 83.
5
Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2005),
166.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

aspek perlindungan hukum kepada para pihak dari perbuatan merugikan pihak
yang lain. Hal ini dikarenakan perjanjian dapat menjadi dasar hukum yang
kuat untuk menegakkan perlindungan hukum bagi para pihak. Jika salah satu
pihak melanggar isi perjanjian, maka pihak yang lain dapat menuntut pihak
yang melanggar tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku.6
Waralaba makanan yang berkembang di Indonesia saat ini tidak hanya
didominasi oleh merk import seperti KFC, Mc Donald, Pizza Hut, Burger
King, dan beberapa merk besar. Kini perkembangan waralaba lokal sudah
menjamur kehadirannya. Waralaba lokal tidak hanya di dalam negeri, tetapi
ada yang sampai ke manca negara, seperti Kebab Turki Baba Rafi.
Kini Kebab Turki Baba Rafi memiliki lebih dari 1200 outlet yang
tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Selain di Indonesia, Kebab Turki Baba
Rafi telah mengembangkan usaha bisnisnya ke negara Malaysia, Filipina,
China, Srilanka, Brunei Darussalam, Singapura dan Belanda. Sistem waralaba
yang digunakan Kebab Turki Baba Rafi yaitu sistem reguler, dimana

franchisee sendiri yang mengelola outlet Kebab Turki Baba Rafi.
Selain sistem franchise reguler yang ditawarkan kepada calon

francheseenya, Kebab Turki Baba Rafi juga menawarkan program franchise
sistem syariah. Franchise sistem syariah ini menggunakan akad mud{a>rabah,
dimana investor memberikan modal kepada franchisor dan franchisorlah yang
menjalankan bisnis tersebut. Mud{a>rabah sendiri adalah kontrak (perjanjian)
antara pemilik modal (sa>hib al-ma>l) dan pengguna dana (mud{a>rib) digunakan
6

Adil Samadani, Dasar-Dasar Hukum Bisnis (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), 102.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

untuk aktivitas yang produktif dimana keuntungan dibagi dua antara pemodal
dan pengelola.7

Mud{a>rabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat Muslim sejak
zaman nabi, bahkan telah dipraktekkan oleh bangsa arab sebelum turunnya
islam. Ketika Nabi Muhammad SAW berprofesi sebagai pedagang, ia
melakukan akad mud{a>rabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau dari
segi hukum islam, maka praktek mud{a>rabah ini dibolehkan, baik menurut
alqur’an, Sunnah, maupun Ijma’.8
Secara keseluruhan landasan syariah mud{a>rabah lebih mencerminkan
anjuran untuk melakukan suatu usaha. Sebagaimana frman Allah di dalam
Q.S al-Muzzammil ayat 20 :

ِ ‫ض ِربُو َن فِي ْاْ َْر‬
...‫ض ِل اللَ ِه‬
ْ َ‫آخ ُرو َن ي‬
ْ َ‫ض يَ ْبتَ غُو َن ِم ْن ف‬
َ ‫ َو‬...

…Dan orang-orang yang lain berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah…9
Dasar perjanjian mud{a>rabah adalah kepercayaan murni, sehingga
dalam kerangka pengelolaan dana oleh mud{a>rib, sa>hib al-ma>l (penyedia
modal) tidak diperkenankan melakukan intervensi dalam bentuk apapun
selain hak melakukan pengawasan untuk menghindari pemanfaatan dana di
luar rencana yang telah disepakati, serta sebagai antisipasi terjadinya

kecerobohan atau kecurangan yang dapat dilakukan oleh mud{a>rib. Hal ini
tersirat dalam Q.S. al-Baqarah/2 ayat 283, Allah berfirman:

7

Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana, 2013), 195.
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2014), 206.
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 1 (Jakarta: Widya Cayaha, 2011), 49
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

ِ ‫ َولْيَت‬,ُ‫ض ُك ْم بَ ْعضاً فَ لْيُ َؤ ِد الَ ِذي ْاؤتُ ِم َن أَمانَتَه‬
...,ُ‫َق اللَهَ َربَه‬
ُ ‫فَِإ ْن أ َِم َن بَ ْع‬...

…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya, dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya…10

Dalam pelaksanaan praktek mud{a>rabah, pemilik modal menyerahkan
modalnya sebagai objek mud{a>rabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan
kerjanya sebagai objek mud{a>rabah. Modal harus berupa uang, seperti dinar,
dirham, atau sejenisnya, yakni segala sesuatu yang memungkinkan dalam
pengkongsian. Modal juga harus disetor, bukan berupa utang. Tanpa adanya
setoran modal, berarti pemilik modal tidak memberikan kontribusi apapun,
padahal pengelola modal sudah bekerja.11
Apabila usaha tersebut mendapatkan keuntungan, maka keuntungan
tersebut dibagi dua. Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk
prosentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal
tertentu. Nisbah keuntungan ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima
oleh kedua belah pihak yang bermud{a>rabah. Pengelola modal mendapatkan
imbalan atas kerjanya, sedangkan pemilik modal mendapatkan imbalan atas
penyertaan modalnya.
Jangka waktu pembiayaan atas dasar akad mud{a>rabah, pengembalian
dana, dan pembagian hasil usaha ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua
belah pihak. Untuk pengembalian modal mud{a>rabah dilakukan dalam dua

10

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 405
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2014), 206.

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

cara, yaitu secara angsuran ataupun sekaligus pada periode akhir, sesuai
dengan jangka waktu pembiayaan atas dasar akad mud{a>rabah.12
Dalam franchise sistem syariah yang diterapkan Kebab Turki Baba
Rafi, franchisor berkontribusi dengan pengalaman, brand, dan sistem
bisnisnya. Sedangkan investor / franchisee (sa>hib al-ma>l) berkontribusi
dengan modal.

Dengan konsep ini,

pihak

franchisor tetap dapat

mengembangkan usahanya dengan modal pihak lain. Jadi dalam franchise
sistem syariah, investor tidak perlu ikut menjalankan usaha dari franchisor.
Nilai investasi tipe gerobak seharga Rp 75.000.000,-13. Untuk jangka waktu
perjanjiannya selama selama 5 tahun.
Setelah bisnis dijalankan oleh Kebab Turki Baba Rafi apabila
penjualan mendapatkan keuntungan, investor akan mendapatkan bagi hasil
sebesar 50%. Keuntungan tersebut diberikan setiap bulan oleh pihak baba rafi
kepada investornya. Selain penyerahan keuntungan tersebut, pihak baba rafi
juga memberikan laporan laba rugi kepada investornya.
Kebab Turki Baba Rafi menggunakan sistem payback period dalam
pengembalian modal investor. Payback period untuk setiap outletnya
berbeda-beda, seperti outlet tipe gerobak, payback periodnya 2.3 tahun
diawal perjanjian. Payback period sendiri adalah jangka waktu kembalinya
investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari
suatu proyek yang telah direncanakan. Namun dalam sistem payback period
tidak ada kejelasan mengenai keuntungan dan pengembalian modal, karena
12
13

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2014), 82.
Imam Kurniawan, Wawancara, Surabaya, 7 Maret 2017.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

setiap bulannya adalah bagi hasil. Ketika dalam kurun waktu untuk tipe
gerobak selama 2.3 tahun awal perjanjian sudah mencapai modal awal sebesar
Rp 75.000.000,-, maka pihak Kebab Turki Baba Rafi menganggap bahwa
modal investor sudah kembali. Padahal dalam perjanjian franchise sistem
syariah dibahas mengenai setiap bulannya akan dilakukan bagi hasil sesuai
dengan nisbah yang telah disepakati. Sama halnya 2.3 tahun awal didalam
perjanjian tersebut bukan pengembalian modal, melainkan bagi hasil setiap
bulannya.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk
mengangkat permasalahan tersebut dan menuangkannya dalam penulisan
skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Akad

Mud{arabah pada franchise sistem syariah
7) Tinjauan hukum islam terhadap implementasi akad mud{a>rabah pada

franchise sistem syariah
2. Batasan masalah
Batasan masalah diperlukan agar fokus pada permasalahan
tertentu. Batasan masalah dalam penelitian ini sebagaimana berikut:
1) Implementasi akad mud{a>rabah pada franchise sistem syariah
2) Tinjauan hukum islam terhadap implementasi akad mud{a>rabah pada

franchise sistem syariah

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, dapat diambil
suatu rumusan masalah mengenai permasalahan yang ingin penulis teliti,
yaitu :
1. Bagaimana Implementasi akad mud{a>rabah pada franchise sistem syariah
di Kantor Cabang Kebab Turki Baba Rafi Surabaya ?
2. Bagaimana

Tinjauan hukum

islam

terhadap

implementasi

akad

mud{a>rabah pada franchise sistem syariah di Kantor Cabang Kebab Turki
Baba Rafi Surabaya ?

D. Kajian Pustaka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.14 Dari
referensi yang penulis telusuri sebenarnya sudah pernah peneliti yang menulis
tentang franchise, diantaranya:
Skripsi yang ditulis oleh Kurnia Hertawati, pada tahun 2015 berjudul;
“Keadilan Bisnis Waralaba di Tengah Masyarakat Pedagang Kelontong

Kecamatan Pesantren Kota Kediri : Studi Kasus Indomaret dan Alfamart ”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi keadilan bisnis waralaba
Indomaret dan Alfamart terhadap pedagang kelontong di Kecamatan
Pesantren Kota Kediri dalam kenyataannya belum mampu diterapkan
dikarenakan belum ada sanksi tegas dari pemerintah bagi para pelaku yang
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan.15
Skripsi yang ditulis oleh Evy Dita pada tahun 2013 yang berjudul

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perlindungan Hak Franchisor dalam
Perjanjian Franchise di Tela Tela Fried Cassava Yogyakarta”. Setelah
dilakukan penelitian, perlindungan hak franchisor yang berkenaan dengan hak
kekayaan intelektual atas rahasia dagang (know how) adalah sah, karena

14

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi (Surabaya,
2016), 8.
15
Kurnia Hertawati, “Keadilan Bisnis Waralaba di Tengah Masyarakat Pedagang Kelontong
Kecamatan Pesantren Kota Kediri : Studi Kasus Indomaret dan Alfamart” (Skripsi—Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2015).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

perlindungan hak franchisor tersebut sudah diatur dalam perjanjian
franchise.16
Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Susi Nurbayani pada tahun 2012
yang berjudul “Kajian Yuridis Terhadap Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan

Usaha Waralaba Menurut Undang-Undang No. 42 Tahun 2007 Tentang
Waralaba (Studi Kasus Pada Usaha Waralaba PT Indomaret”. Hasil
penelitian menunjukkan apabila terjadi keterlambatan dalam membayar
royalti, maka pihak PT Indomaret dapat menuntut si penerima waralaba
karena wanprestasi. PT Indomaret (franchisor) harus melakukan seleksi ketat
terhadap franchisee untuk menghindari masalah perjanjian waralaba.17
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena titik
tekan penelitian ini adalah bagaimana mud{a>rabah diterapkan dalam
perjanjian franchise sistem syariah, dan apakah sudah sesuai dengan akad

mud{a>rabah di dalam perjanjian franchise sistem syariah. Dalam skripsi ini
analisanya menggunakan hukum islam, dan dengan melihat implementasi
akad mud{a>rabah pada perjanjian franchise sistem syariah di Kantor Cabang
Kebab Turki Baba Rafi Surabaya. Jadi pembahasan antara peneliti
sebelumnya dengan penulis jelas berbeda.

E. Tujuan Penelitian
16

Evy Dita, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perlindungan Hak Franchisor dalam Perjanjian
Franchise di Tela Tela Fried Cassava Yogyakarta” (Skripsi—Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 2013).
17
Susi Nurbayani, “Kajian Yuridis Terhadap Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Usaha Waralaba
Menurut Undang-Undang No. 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba (Studi Kasus Pada Usaha
Waralaba PT Indomaret” (Skripsi—Universitas Sumatra Utara, 2012).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai
oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui implementasi akad mud{a>rabah pada franchise sistem
syariah di Kantor Cabang Kebab Turki Baba Rafi Surabaya.
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum islam terhadap implementasi akad

mud{a>rabah pada franchise sistem syariah di Kantor Cabang Kebab Turki
Baba Rafi Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Melalui hasil penelitian ini, peneliti berharap semoga penelitian ini
dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis,
sebagai berikut:
1. Teoritis
Peneliti berharap dengan adanya penulisan karya ilmiah ini, dapat
memberikan manfaat secara teoritis khususnya bagi penulis dan bagi para
pembaca secara umum. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
kontribusi informasi dan khazanah keilmuan tentang implementasi akad

mud{a>rabah pada franchise sistem syariah, dan berguna sebagai salah satu
media penyerapan informasi yang bermanfaat untuk penyeimbangan
kurikulum dengan perkembangan kebutuhan di lapangan. serta dapat
dijadikan sebagai pedoman dan bahan pertimbangan untuk penelitianpenelitian selanjutnya.
2. Praktis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Secara praktis, peneliti berharap agar hasil penulisan karya ilmiah
ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan dijadikan pijakan bagi
Kebab Turki Baba Rafi sebagai media sosialisasi kepada masyarakat
karena mengingat perguruan tinggi adalah sektor informan yang memadai
untuk menyebarluaskan informasi kepada publik serta diharapkan menjadi
sarana mendapatkan sumber daya insani yang berkualitas.

G. Definisi Operasional
Untuk memperjelas kemana arah pembahasan yang diangkat, maka
penulis perlu memberikan definisi dari judul penelitian tersebut, yaitu
dengan menguraikan sebagai berikut:

Franchise

adalah sistem kerja sama dimana pihak
pertama yang disebut pemberi waralaba
(franchisor) memberikan hak kepada pihak
kedua

yang

(franchisee)

disebut
untuk

penerima
menyalurkan

waralaba
produk

berupa kebab turki baba rafi.18 Pemberian hak
dituangkan dalam bentuk perjanjian waralaba
(franchisee agreement).

Mud{a>rabah

adalah kerja sama antara pemilik dana (sa>hib

al-ma>l) dengan pengelola modal (muda>rib)
untuk melakukan usaha kebab turki baba rafi
18

Imam Kurniawan, Wawancara, Surabaya, 7 Maret 2017.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

dengan pembagian keuntungan berdasarkan
nisbah.

Franchise sistem syariah

adalah sistem kerjasama dengan kedua belah
pihak dimana pihak baba rafi berkontribusi
dengan pengalaman, brand, dan sistem bisnis
kebab turki baba rafi, sedangkan investor /

franchisee (sa>hib al-ma>l) berkontribusi dengan
modal, berupa minimal Rp 75.000.000,- atau
Rp 200.000.000,-.19
Tinjauan hukum islam

adalah ditinjau dari hukum islam tentang akad

mud{a>rabah. Hukum islam yang dimaksud
adalah fiqh muamalah
Kebab Turki Baba Rafi

adalah salah satu anak dari perusahaan Baba
Rafi Indonesia, dan perusahaan ini merupakan
sebuah jaringan waralaba kebab terbesar di
dunia. Perusahaan ini didirikan pada tahun
2003.

H. Metode Penelitian
Penelitian ini, merupakan penelitian lapangan dengan mencari data
langsung ke lapangan kemudian dilanjutkan penelitian kajian pustaka
(literatur dengan mengkomparasikan antara praktek dilapangan dengan

19

Didik, Wawancara, Surabaya (19 Maret 2017)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

aturan yang terdapat dalam kajian pustaka) untuk menemukan jawaban dari
pokok permasalahan skripsi ini, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian dan alasan penelitian
Lokasi penelitian berada di kantor cabang Kebab Turki Baba Rafi,
yang terletak di Jalan Nginden Semolo No. 109 Surabaya.
Alasan penulis melakukan penelitian franchise sistem syariah
karena franchise sistem syariah ini merupakan sistem baru yang
diterapkan oleh Kebab Turki Baba Rafi. Selain itu penulis juga tertarik
membahas franchise sistem syariah karena dalam perjanjian franchise
sistem syariah, pengembalian modal hanya berdasarkan payback period.
Dan penelitian ini belum ada yang membahas dalam penelitian
sebelumnya.
2. Subjek penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah kebab turki baba rafi, dimana
penelitian ini mengenai implementasi akad mud{a>rabah pada franchise
sistem syariah.
3. Data yang dikumpulkan
a. Data mengenai sejarah Kebab Turki Baba Rafi, visi dan misi Kebab
Turki Baba Rafi, struktur organisasi dan sistem waralaba yang
diterapkan Kebab Turki Baba Rafi
b. Data seputar akad mud{a>rabah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

c. Data seputar franchise sistem syariah antara Kebab Turki Baba Rafi
dengan bapak Abdul Rachman yang diterapkan dalam Kebab Turki
Baba Rafi.
4. Sumber data
Data penelitian ini dapat diperoleh dari beberapa sumber data
sebagaimana berikut:
a. Sumber primer, yaitu merupakan sumber data yang diperoleh atau
dikumpulkan

langsung

di

lapangan20,

Meliputi

pengamatan

langsung dan dapat berupa opini subjek secara individual atau
kelompok. Bentuknya berupa; surat tanda bukti, benda, kondisi,
situasi dan proses yang menjadi objek penelitian. Selain itu, sumber
data primer bisa diambil dari wawancara, meliputi:
1. Human Resource and Development Kebab Turki Baba Rafi
2. Marketing Kebab Turki Baba Rafi.
3. Karyawan Kebab Turki Baba Rafi.
4. Bapak Abdul Rachman selaku investor Kebab Turki Baba Rafi.
b. Sumber sekunder, adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara.21 Fungsi dari data sekunder ini
digunakan untuk menunjang data primer, seperti data yang
diperoleh studi putaka, buku-buku, majalah, serta dokumen yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Adapun

20

Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 93.
Nor Indrianto, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen (Yogyakarta:
BPFE, 1999), 147.

21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

sumber data sekunder yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini,
adalah sebagai berikut:
1. Perjanjian franchise sistem syariah
2. Brosur franchise sistem syariah
3. Struktur organisasi Kebab Turki Baba Rafi
4. Laporan laba rugi franchise sistem syariah
5. Teknik pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan berbagai data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi
Observasi adalah

usaha

mengumpulkan data

dengan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomenafenomena yang diselidiki. 22 Peneliti menerapkan metode observasi
dengan cara mengamati terhadap obyek study yaitu Kebab Turki
Baba Rafi untuk mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan.
b. Wawancara
Wawancara

merupakan

proses

berkomunikasi

secara

langsung pada pihak yang bersangkutan dengan mengajukan
pertanyaan. Teknik ini berguna untuk memperoleh informasi
tentang hal-hal yang tidak dapat diperoleh melalui pengamatan.23
Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

22
23

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfa Beta, 2015), 145.
Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum..., 235.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

penerapan akad mud{a>rabah pada franchise sistem syariah di Kebab
Turki Baba Rafi.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data
berupa sumber data-data tertulis yang mengandung keterangan dan
penjelasan pemikiran serta tentang fenomena yang masih aktual dan
sesuai masalah penelitian.24 Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang.25
Dalam

penelitian

ini,

penulis

menerapkan

teknik

dokumentasi dengan cara mengumpulkan, menyalin, melihat, serta
mengevaluasi laporan serta dokumen-dokumen yang terkait dengan
obyek penelitian. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh
data secara jelas dan konkret tentang implementasi akad mud{a>rabah
pada franchise sistem syariah di Kantor Cabang Kebab Turki Baba
Rafi Surabaya.
6. Teknik pengolahan data
Data-data yang diperoleh dari hasil penggalian terhadap sumbersumber data akan diolah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Pengeditan, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh
dengan memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang

24

Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),
103.
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D..., 240.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

meliputi kesesuaian keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian,
kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan.
b. Pemberian kode, yaitu memberikan kode terhadap data yang
diperoleh dan sudah diedit, kemudian dikumpulkan sesuai dengan
relevansi masing-masing data tersebut.
c. Pengorganisasian, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat
dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis. 26 Penulis
melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis
dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan
penulis dalam menganalisa data.
7. Teknik analisis data
Setelah semua data terkumpul, maka penulis akan melakukan
analisis. Untuk mempermudah analisis penelitian ini maka penulis
menggunakan metode deskriptif analisis yaitu memaparkan serta
menjelaskan secara mendalam dan menganalisa terhadap semua aspek
yang berkaitan dengan penerapan akad mud{a>rabah pada franchise sistem
syariah di Kebab Turki Baba Rafi, yang kemudian dianalis menggunakan
hukum islam sehingga diperoleh jawaban yang benar menurut hukum
islam terhadap implementasi akad mud{a>rabah pada franchise sistem
syariah.

26

Ibid., 245.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Pola pikir yang digunakan adalah deduktif, yang diawali dengan
mengemukakan pengertian, teori-teori atau fakta-fakta yang bersifat
umum, yaitu mengenai mud{a>rabah dalam hukum islam, kemudian
dipergunakan untuk meninjau praktek dan implementasi akad mud{a>rabah
pada franchise sistem syariah.

I. Sistematika Pembahasan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi lima bab yang
sistematis. Bab-bab ini merupakan bagian dari penjelasan dari penelitian
sebagaimana yang diuraikan dalam rangkaian sebagai berikut:
BAB I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II merupakan landasan teori tentang akad mud{a>rabah dalam
hukum islam. Bab ini membahas mengenai pengertian mud{a>rabah, dasar
hukum mud{a>rabah, rukun dan syarat mud{a>rabah, macam-macam mud{a>rabah,
hukum mud{a>rabah dan berakhirnya mud{a>rabah.
BAB III merupakan Implementasi Akad Mud{a>rabah pada Franchise
Sistem Syariah. Pada bab ini memuat tentang sejarah berdiriya Kebab Turki
Baba Rafi, visi dan misi Kebab Turki Baba Rafi, struktur organisasi dan
deskribsi tugas, sistem waralaba Kebab Turki Baba Rafi, syarat-syarat calon

franchisee, pandangan investor tentang perjanjian franchise sistem syariah ,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

aplikasi akad franchise sistem syariah, dan realisasi akad franchise sistem
syariah.
BAB IV merupakan Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi
Akad Mud{a>rabah dalam Franchise Sistem Syariah Pada Kantor Cabang
Kebab Turki Baba Rafi Surabaya, yang meliputi aplikasi akad franchise
sistem syariah dan realisasi akad franchise sistem syariah.
BAB V merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
AKAD MUD{Arabah

Mud{a>rabah adalah istilah Irak yang berasal dari kata arab da>rb. Da>rb
berarti berjalan atau bepergian diatas bumi. Disebut demikian, karena
dijaman pertengahan muda>rib harus bepergian ke tempat-tempat yang jauh
bagi bisnisnya untuk mendapatkan laba.1 Ulama hijaz menamakan

mud{a>rabah sebagai qira>d{. Menurut bahasa, qiradh diambil dari kata al qardu
yang berarti potongan, sebab pemilik memberikan potongan dari hartanya
untuk diberikan kepada pengusaha agar mengusahakan harta tersebut, dan
pengusaha akan memberikan potongan dari laba yang diperoleh2.
Dalam merumuskan pengertian mud{a>rabah, Wahbah Az-Zuhaily
mengemukakan mud{a>rabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (sa>hib al-ma>l) yang
menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain sebagai pengelola usaha
(muda>rib). Keuntungan yang didapatkan dari akad mud{a>rabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak dan biasanya dalam
bentuk prosentase (nisbah)3.

1

Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar, (Suherman Rosyidi)
(Jakarta: Kencana, 2014), 210.
2
Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 223.
3
Ismail Nawawi Uha, Fiqh Mu’amalah: Hukum Ekonomi, Bisnis, dan Sosial (Jakarta: Dwiputra
Pustaka Jaya, 2010), 260.

22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Secara terminologis mud{a>rabah adalah kontrak (perjanjian) antara
pemilik modal (sa>hib al-ma>l) dan pengguna dana (muda>rib) digunakan untuk
aktifitas yang produktif dimana keuntungan dibagi dua antara pemodal dan
pengelola modal4.
Secara teknis, mud{a>rabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (sa>hib al-ma>l) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.5
Menurut pasal 20 ayat (4) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah,

mud{a>rabah adalah kerja sama antara pemilik dana dengan pengelola modal
untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan
nisbah.

Muda>rib

adalah

enterpreneur,

yang

melakukan

usaha

untuk

mendapatkan keuntungan atas hasil usaha yang dilakukan. Sa>hib al-ma>l
sebagai pemilik modal atau investor perlu mendapatkan imbalan atas dana
yang diinvestasikan6. Sebaliknya bila usaha yang dilaksanakan oleh muda>rib
menderita kerugian, maka kerugian itu ditanggung oleh sa>hib al-ma>l, selama
kerugiannya bukan karena penyimpangan atau kesalahan yang dilakukan

muda>rib. Sedangkan muda>rib menanggung kerugian atas upaya jerih payah
dan juga waktu yang telah dilakukan untuk menjalankan usaha.

4

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah…, 195.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001),
95.
6
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011), 84.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Skema mud{a>rabah7
Perjanjian
Bagi Hasil

Muda>rib

Keahlian
Ketrampilan

Sa>hib al-ma>l
Modal
100%

Proyek/Usaha

Nisbah X%

Pembagian
Keuntungan

Nisbah Y%

Ketentuan skema:
1. Sistem mud{a>rabah mempertemukan antara yang memiliki modal dengan
yang ahli berusaha
2. Setelah negosiasi dan kesepakatan, kedua belah pihak melakukan
perjanjian pembiayaan dengan prinsip mud{a>rabah.
3. Sa>hib al-ma>l menyediakan 100% modal usaha
4. Muda>rib sebagai pengelola modal
5. Distribusi keuntungan dapat dilakukan secara angsuran atau tempo
6. Distribusi tingkat keuntungan untuk sa>hib al-ma>l sebesar nisbah yang
telah ditentukan pada akad.
7. Distribusi tingkat keuntungan untuk muda>rib sebesar nisbah yang telah

7

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 61.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

ditentukan pada akad
8. Pengembalian modal sa>hib al-ma>l dapat dibayar secara angsuran atau
jatuh tempo

B. Dasar Hukum Mud{a>rabah
Kerjasama dalam permodalan (mud{a>rabah) disyariatkan dengan firman
Allah, hadits, ijma’ dan qiyas. Mud{a>rabah diberlakukan pada zaman
Rasulullah SAW dan beliau menyetujuinya.
1. Firman Allah dalam Al-Qur’an
Ayat yang berkenaan dengan mud{a>rabah antara lain didalam firma
Allah Surat al-Muzammil ayat 20:

َ ‫م ف ل‬
...ّ

‫يب غ‬

ْ‫ف ا‬

‫ي رب‬

‫… آخر‬

Artinya “...Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah...” (QS al-Muzammil [73] : 20)8
Yang menjadi wajhud dilalah atau argumen dari Q.S alMuzammil: 20 adalah adanya kata yaḍribun yang sama dengan akar
kata mud{a>rabah, yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha.9
Al-Qur’an Surat al-Jumu’ah ayat 10

َ ‫اب غ ا م ف ل‬
…ّ

ْ‫ف ا ق يت ال َ ا فا شر ا ف ا‬

Artinya “Apabila telah ditunaikan sholat, bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah…” (QS al-Jumu’ah [62] : 10)10

8

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya…, 49.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktek…, 95.
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya…, 933.

9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 198

…‫ب م‬

‫ليس علي م ج اح أ تب غ ا ف ا م‬

Artinya “Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari
karunia Tuhanmu…” (QS al-Baqarah [2] : 198)11

Surat al-Jumu’ah ayat 10 dan al-Baqarah ayat 198 sama sama
mendorong kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha.12
Al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 283

َ ‫لي َق‬
… َ‫ّ ب‬

‫أما‬

‫اؤت‬

َ‫ال‬

‫م بع ً ا فلي‬

‫أم بع‬

‫ف‬

Artinya “…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang
lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya, dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…” (QS al-Baqarah [2] :
283)13

2. Hadits

‫ ا َ عث ا ب عفَا اع ا‬: ‫ ع ابي ع جد‬, ‫بدالرح‬
َ ‫ع العاء ب ع‬
. ‫ما اًقرا ًايع ل في على ا َ الربح بي ه ا‬
Artinya “Dari Al Ala’ bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari kakenya:
Sesungguhnya Utsman bin Affan pernah memberinya harta qiradh yang
dikelolanya dengan syarat keuntungan dibagi antara keduanya”.14

‫ ا ر اب القا‬. ‫ ا بشرب ثابت الب َزا‬. َ‫ًرث ا الحس ب على ال ا‬
‫ ع‬،‫ ع صالح ب صهيب‬، ‫بدالرحيم( ب ا‬
َ ‫الرح )ع‬
َ ‫ ع عبد‬،‫سم‬
َ
َ ‫ّ صلَى‬
‫ البيع لى‬. ‫ ثا فيه َ البرك‬،‫ّ علي سلَم‬
‫أبي ؛ قا س‬
َ ‫ أخا البر بال‬، ‫ ال قا ض‬،‫أجل‬
( ‫ ا للبيع ) ا اب ماج‬،‫ للبيت‬،‫شعير‬

Artinya “Mewartakan kepada kami Al-Hasan bin ‘Alliy AlKhalal, mewartakan kepada kami Bisry bin Tsabit al-Bazzar,
mewartakan kepada kami Nashr bin Al-Qasim, dari ‘Abdurrahman
(‘Abdurrahim) bin Daud, dari Shalih bin Shuhaib, dari ayahnya, dia

11

Ibid., 48.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktek…, 96.
13
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya…, 405.
14
Adib Bisri Musthofa, Muwaththa’ Al Imam Malik r.a. (Semarang: CV Asy Syifa’, 1992), 296.
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

berkata: Rasulullah SAW bersabda; “Tiga perkara yang ada barakah di
dalamnya; jual beli yang temponya tertentu; memberikan modal
seseorang untuk berdagang; dan mencapurkan antara burr dengan
syar’ir untuk rumah tangga, bukan untuk jual-beli. (HR Ibnu Majah
dari Shuhaib).15
3. Ijma’
Adapun dalil ijma adalah para sahabat banyak yang melakukan
akad mud{a>rabah dengan cara memberikan harta anak yatim sebagai
modal kepada pihak lain, seperti Umar, ‘Utsman, Ali, Abdullah bin
Mas’ud, Abdullah bin Amr, Abdullah bin Umar, dan Siti ‘Aisyah, dan
tidak ada riwayat bahwa para sabahat mengingkarinya.16
4. Qiyas
Terkait qiyas (analogi), beberapa ulama telah membuat suatu
analogi atas kesahihan al-musaqah. Al-musaqah adalah kemitraan
pertanian, dimana pemilik kebun buah-buahan mengalihkan pohonpohon buah dalam jumlah tertentu kepada pemilik lain yang akan
merawatnya didalam pertukaran, untuk mendapat suatu porsi tertentu
dari total panenan pohon-pohon tersebut (bukan panenan pohon-pohon
tertentu).17
Dalam mud{a>rabah pemilik dana dianalogikan dengan pemilik
kebun, sedangkan yang memelihara kebun dianalogikan dengan

15

Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Al Ustadz H. Abdullah
Shoenhaji, juz 2 (Semarang: Asy Syifa’, 1993), 121.
16
Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam (Fiqh Muamalah) (Surabaya: UIN Sunan Ampel
Pers, 2014), 157.
17
Yulizar Djamaluddin Sanrego, et.al, International Shari’ah Research Academy for Islamic
Finance (ISRA), Ellys T. (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 299.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

pengusaha. Mengingat dasar Al-Musaqah itu valid dan tegas diambil
dari sunnah Rasulullah SAW, maka metodologi qiyas dapat juga
dipakai untuk menjadi dasar diperbolehkan mud{a>rabah.18

C.

Rukun dan SyaratMud{a>rabah
Rukum dari akad mud{a>rabah yang harus dipenuhi dalam perjanjian yaitu:19
1. Pelaku akad
Dalam akad mud{a>rabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak
pertama bertindak sebagai pemilik modal (sa>hib al-ma>l), sedangkan
pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (muda>rib). Tanpa dua
pelaku ini maka akad mud{a>rabah tidak ada.20
2. Objek mud{a>rabah
Faktor kedua (objek mud{a>rabah) merupakan konsekuensi logis
dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal
menyerahkan modalnya sebagai objek mud{a>rabah, sedangkan pelaksana
usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mud{ar> abah. Modal yang
diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai
uangnya. Sedangkan kerja yang diserahkan dapat berbentuk keahlian,
ketrampilan, selling skill, manajement skill, dan lain-lain. Tanpa dua
objek ini, akad mud{a>rabah pun tidak akan ada.

18

Ismail Nawawi Uha, Fiqh Mu’amalah: Hukum Ekonomi, Bisnis, dan Sosial..., 262.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah..., 62.
20
Syarif Hidayatullah, Qawa’id Fiqhiyyah dan Penerapannya dalam Transaksi Keuangan Syari’ah
Kontemporer (Mu’amalat, Maliyyah, Mu’ashirah) (Jakarta: Gramata Publishing, 2012), 109.

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

3. Shigat
Yaitu ijab dan qabul dengan ucapan apa saja yang membawa
makna mud{a>rabah atau bagi hasil karena yang menjadi maksud adalah
makna sehingga boleh dengan ucapan apa saja yang menunjukkan
tentang mud{a>rabah.21
4. Nisbah keuntungan
Keuntungan mud{a>rabah adalah jumlah yang didapat sebagai
kelebihan modal22. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak
diterima oleh kedua belah pihak yang bermud{a>rabah. Muda>rib
mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan sa>hib al-ma>l mendapat
imbalan atas penyertaan modalnya.
Sedangkan syarat yang harus dipenuhi dalam rukun mud{a>rabah yaitu:23
1. Pelaku akad
Yaitu pemilik modal dan pekerja, keduanya harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
a.

Pemilik modal dan pengelola harus mampu melakukan transaksi dan
sah secara hukum

b.

Keduanya harus mampu bertindak sebagai wakil dan kafil dari
masing-masing pihak

21

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat: Sistem Transaksi Dalam Islam (Jakarta:
Amzah, 2010), 248.
22
Wirdyaningsih, et al, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), 125.
23
Gemala Dewi, et al., Hukum Perikatan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), 133

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

2. Shigat
Persetujuan merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin

minkum (sama-sama rela). Kedua belah pihak harus secara rela
bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mud{a>rabah.24
a.

Shigat dianggap tidak sah jika salah satu pihak menolak syaratsyarat yang diajukan dalam penawaran

b.

Kontrak boleh dilakukan secara lisan maupun tertulis

3. Modal
a.

Harus diketahui jumlah dan jenisnya (yaitu mata uang)

b.

Harus tunai, Tidak boleh adanya modal mud{a>rabah yang belum
disetor. Para fuqoha telah sepakat tidak bolehnya mud{a>rabah dengan
hutang. Tanpa adanya setoran modal, berarti sa>hib al-ma>l tidak
memberikan kontribusi apapun padahal muda>rib telah bekerja.25

c.

Harus diserahkan kepada muda>rib untuk memungkinkan melakukan
usaha

4. Nisbah Keuntungan
Syarat dalam nisbah keuntungan adalah sebagai berikut :26
a.

Harus dibagi untuk kedua pihak. Salah satu pihak tidak
diperkenankan mengambil seluruh keuntungan tanpa membagi pada
pihak lain.

b.

Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam presentase dari

24

Binti Nur Asiyah, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: Kalimedia, 2015), 188.
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan…,206.
26
Fatmah, Kontrak Bisnis Syariah (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 165.

25

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

keuntungan yang mungkin dihasilkan nantinya.
c.

Rasio presentase (nisbah) harus dicapai melalui negosiasi dan
dituangkan dalam kontrak.

d.

Waktu

pembagian

keuntungan

dilakukan

setelah

muda>rib

mengembalikan seluruh (atau sebagian) modal kepada sa>hib al-ma>l.
e.

Jika jangka waktu akad mud{a>rabah relatif lama, nisbah keuntungan
dapat disepakati untuk ditinjau dari wakltu ke waktu.

f.

Jika penentuan keuntungan dihitung berdasarkan keuntungan kotor
(gross profit), biaya-biaya yang timbul disepakati oleh kedua belah
pihak, karena dapat memperngaruhi nilai keuntungan.

5. Kegiatan usaha oleh pengelola, sebagai perimbangan modal yang
disediakan oleh penyedia dana, harus memerhatikan hal-hal berikut:27
a.

Kegiatan usaha adalah hak eksklusif muda>rib, tanpa campur tangan
penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan
pengawasan.

b.

Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola
sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan

mud{a>rabah, yaitu keuntungan
c.

Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syari’ah islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan mud{a>rabah.

27

Djoko Muljono, Buku Pintar Akuntansi Perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah
(Yogyakarta: Andi, 2015), 80.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

D.

Nisbah
Bagi keabs