TRADISI MANAKIBAN DI DESA SUCI KECAMATAN MANYAR KABUPATEN GRESIK (STUDI FENOMENA RITUAL KEAGAMAAN).
TRADISI MANAKIBAN DI DESA SUCI KECAMATAN MANYAR
KABUPATEN GRESIK (STUDI FENOMENA RITUAL
KEAGAMAAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)
pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh:
A. Zuhdi Muhdlor
NIM: A0.22.12.023
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016
i
ii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
iii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
iv
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian etnografi tentang fenomena
keagamaan masyarakat Desa Suci Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.
Dengan judul “Tradisi Manakiban di Desa Suci Kecamatan Manyar
Kabupaten Gresik (Studi Fenomena Ritual Keagamaan)”. Skripsi UIN Sunan
Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2016. Adapun pokok permasalahan atau inti
tulisan ini menjawab dua permasalahan berikut: (1) Bagaimana Konteks
Sosial Budaya Tempat dilakukannya Wolulasan dan Selikuran? (2)
Bagaimana munculnya tradisi wolulasan dan selikuran di Desa Suci
Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik? (3) Bagaimana prosesi tradisi
wolulasan dan selikuran di Desa Suci Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik?
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, penelitian menggunakan metode
etnografi dengan pengumpulan data, observasi dan interview. Pendekatan
antropologi digunakan untuk memaparkan situasi dan kondisi masyarakat
meliputi kondisi sosial dan keagamaan. Teori yang digunakan adalah
fenomenologi untuk memahami fenomena yang terjadi dalam arti empiris dari
struktur umum fenomena yang mendasari setiap fakta religius.
Dari hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) Konteks sosial budaya
masyarakat Suci cenderung islami, hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan
keagamaan yang terdapat di Desa tersebut seperti: tahlilan, istigasah,
selamatan, mauludan, isra mikraj, tingkeban akikah dan rebo wekasan. (2)
Tradisi ini dimulai oleh H. Mahfud atas amalan yang diberikan Kiai Kholil
untuk bersedekah dan berkembang menjadi tradisi manakib bulanan setelah
berdirinya Pondok Pesantren Daruttaqwa. (3) Menurut ungkapan dari H.
Khulud prosesi tradisi sewelasan dan slikuran ini dimulai membaca istigasah
kemudian membaca Yasin, membaca manakib dan terakhir tahlilan.
ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ABSTRACT
A. Zuhdi Muhdlor: “tradition manakiban in Suci village manyar
districts Gresik (Study the Phenomenon Ritual Religious)” (Skripsi Faculty of
Adab UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016). This skripsi is the result of an
ethnographic study of religious phenomena in Suci village Manyar districts
Gresik. As for the subject matter or the core of this paper answers two
following issues: (1) How context Socio-cultural place Wolulasan and
Selikuran? (2) How emergence tradition wolulasan and selikuran in Suci
Village Manyar District Gresik? (2) How procession tradition wolulasan and
selikuran in Suci Village Manyar Districts Gresik?
In answering these questions, research using ethnographic methods to
data collection, observation and interview. Anthropological approach used to
describe the circumstances of society includes social conditions and of
religious. Phenomenological theory is used to understand the phenomena
occurring in the empirical sense of the general structure of the underlying
phenomena every religious fact.
From the results of this study concluded: (1) Social and cultural context
tends Islamic meaningful, it can be seen from religious activities contained in
the village such as: tahlilan, istigasah, selamatan, mauludan, isra mikraj,
tingkeban akikah and rebo wekasan. (2) This tradition was started by H.
Mahfud practice which are given KH. khalil and develop into a tradition of
monthly manaqib after the establishment of the boarding school Daruttaqwa
led KH. Munawar. (3) According to the expression of H. Khulud procession
tradition sewelasan and slikuran started reading istighosah then reads Yasin,
read manakib and last tahlilan.
x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
TABEL TRANSLITRASI ........................................................................ v
MOTO ....................................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................ ix
ABSTRACT ............................................................................................... x
DAFTAR ISI............................................................................................. xi
BAB I
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 7
D. Kegunaan Penelitian ......................................................... 7
E. Pendekatan dan Kerangka Teori ....................................... 8
F. Penelitian Terdahulu ....................................................... 11
G. Metode Penelitian ........................................................... 12
H. Sistematika bahasan ........................................................ 15
xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Desa ...................................................... 16
B. Perekonomian.................................................................. 20
C. Pendidikan ....................................................................... 21
D. Keagamaan ...................................................................... 22
E. Kebudayaan ..................................................................... 24
BAB III : MUNCULNYA TRADISI WOLULASAN DAN SELIKURAN
A. Pondok Pesantren Daruttaqwa ........................................ 30
B. Munculnya Tradisi Wolulasan dan Selikuran ................. 38
C. Dasar dan Tujuan Tradisi Wolulasan dan Selikuran ....... 45
BAB IV : PROSESI TRADISI WOLULASAN DAN SELIKURAN
A. Prosesi Tradisi Wolulasan dan Selikuran........................ 46
B. Makna Yang Terdapat Dalam Tradisi Wolulasan dan
Selikuran ......................................................................... 49
BAB V
: PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 61
B. Saran................................................................................ 62
xii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang tasawuf, tidak bisa terlepas dari para sufi (sebagai
bentuk pelaku tasawuf). Definisi tasawuf dirumuskan oleh para ulama dengan
sangat bervariasi. Banyaknya definisi itu tidak menyebabkan adanya kontradiksi
antar ragam definisi. Pada inti tasawuf adalah ajaran untuk mengenal dan
mendekatkan diri kepada Allah.1
Dalam ilmu tasawuf sering kali dikenal istilah tarekat, tarekat secara
harfiah berarti jalan yang mengacu pada sistem latihan meditasi maupun amalanamalan (zikir, wirid dan lain-lain) yang dihubungkan dengan sederet guru sufi.2
Tarekat merupakan jalan menuju kebenaran, cara atau aturan hidup (dalam
keagamaan atau dalam ilmu kebatinan) dan sebagai persekutuan para penuntut
ilmu tasawuf.3
Tarekat adalah jalan yang harus ditempuh para sufi dan digambarkan
sebagai jalan yang berpangkal pada syariat, menurut anggapan para sufi,
1
Muhamad Manan, Akhlak Tasawuf (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2012), 221.
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia (Jakarta: Kencana,
2004), 8.
3
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), 1020.
2
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri atas hukum
Ilahi, tempat berpijak bagi setiap Muslim.4
Tarekat juga berarti organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang
khas, setiap guru sufi dikelilingi oleh murid mereka dan kelak beberapa dari
murid akan menjadi guru juga. Boleh dikatakan tarekat itu menyistematiskan
ajaran dan metode-metode tasawuf. Seorang pengikut tarekat akan memperoleh
kemajuan melalui sederet amalan-amalan berdasarkan tingkatan yang dilalui oleh
semua pengikut tarekat. Dari pengikut biasa menjadi murid selanjutnya
membantu syekh dan akhirnya ia menjadi guru yang mandiri.5
Sebuah tarekat biasanya terdiri dari syekh tarekat, pembantu syekh dan
pengikut tarekat. Upacara keagamaan berupa baiat, ijazah, amalan-amalan tarekat
dan wasiat yang diberikan oleh syekh tarekat kepada murid-murid atau pengikut
tarekatnya.6
Sebagaimana
telah
diketahui
bahwa
tasawuf
itu
adalah
usaha
mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian
rohani dan memperbanyak ibadah. Usaha mendekatkan diri ini biasanya
dilakukan di bawah bimbingan seorang guru atau syekh. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah,
sedangkan tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya
4
Dadang Rahmad, Tarekat Dalam Islam Spiritualitas Masyarakat Modern (Bandung: Pustaka Setia,
2002), 100.
5
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia (Bandung: Mizan, 1996), 15.
6
Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat, 9.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa tarekat adalah
tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuai dengan
spesifikasi yang diberikan seorang guru kepada muridnya.
Dari tarekat yang ada terdapat tarekat yang bernama Qadiriyah wa
Naqsabandiyah. Istilah Qadiriyah wa Naqsabandiyah mengacu pada sebuah nama
tarekat yang merupakan hasil rumusan atau formulasi dari dua sistem tarekat yang
berbeda (Qadiriyah dan Naqsabandiyah) menjadi suatu metode tersendiri yang
praktis untuk menempuh jalan spiritual.7
Tarekat Qadiriyah dibangun oleh Syekh Muhyiddin Abi Muhammad
Abdul Qadir al-Jilani (1077-1166 M) yang mengacu pada mazhab Iraqi yang
dikembangkan oleh al-Junaid al-Baghdadi (wafat 910 M), sedangkan tarekat
Naqsabandiyah dibangun oleh Syekh Muhammad bin Muhammad Bahaudin alUwaisi al-Bukhari al-Naqsabandi (1318-1389 M) yang didasarkan atas tradisi
penduduk yang dipelopori oleh al-Bisthami (wafat 874 M).8
Tarekat gabungan ini didirikan
oleh Syekh Ahmad Khatib Ibn Abd.
Ghaffar al-Sambasi al-Jawi (1820-1872 M). Ia dilahirkan di Kalimantan Barat
(Borneo). Setelah menyelesaikan pendidikan agama tingkat dasar di kota asalnya,
Ahmad Khatib Sambas kemudian dikirim oleh orang tuanya untuk meneruskan
pendidikannya ke Mekah dan menetap di sana.9
7
Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), 50.
Ibid., 50.
9
Sri Mulyati, Peran Edukasi Tarekat Qadiriah wa Naqabandiyah (Jakarta: Kencana Pranada Media
Grup, 2010), 36.
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Bila dilihat dari perkembangannya Tarekat ini bisa juga disebut “Tarekat
Sambasiyah” Tetapi Syekh al-Khatib tidak menamakan tarekatnya dengan
namanya sendiri,10 Ia tidak mengajarkan tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah
secara terpisah, tetapi dalam satu kesatuan yang harus diamalkan secara utuh.
Sehingga bentuk tarekat ini adalah tarekat baru yang memiliki perbedaan dengan
kedua tarekat dasarnya.11
Pada umumnya masyarakat awam memahami bahwa Tarekat Qadiriyah
wa Naqsabandiyah merupakan perpaduan dari dua tarekat besar yaitu tarekat
Qadiriyah
dan
tarekat
Naqsabandiyah.
Padahal
Tarekat
Qadiriyah
wa
Naqsabandiyah yang terdapat di Indonesia bukanlah perpaduan dari dua tarekat
besar saja. Sebenarnya tarekat ini adalah penggabungan
Qadiriyah,
Naqsabandiyah,
Anfasiyah,
Junaydiyah,
ajaran lima tarekat:
dan
al-Muwafaqad.12
Mungkin karena pengamalan zikir yang lebih ditekankan adalah zikir jahar
(keras) dan zikir khafi (diam), serta penonjolan dalam tawasul dan silsilah yang
berasal dari tarekat Qadiriyah, serta dalam segi ajarannya dominan dari
Naqsabandiyah,
maka
tarekat
ini
dinamakan
Tarekat
Qadiriah
wa
Naqsabandiyah.13
Di Jawa Timur, pusat penyebaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
yang sangat besar adalah Pondok Pesantren Rejoso Jombang pada masa
10
Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, 49.
Ibid., 49.
12
Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsabandiyah (Jakarta: Al Husna Zikra, 1996), 53.
13
Sri Mulyati, Peran Edukasi Tarekat Qadiriah wa Naqsabandiyah (Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup, 2010), 36.
11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
kepemimpinan KH. Romli Tamim. Tarekat ini berkembang melalui Syekh
Ahmad Hasbu yang menjadi salah satu khalifah Syekh Ahmad Khatib yang
berasal dari Madura. Tarekat ini kemudian dibawa ke Jombang oleh KH. Khalil
(1820-1925 M). Ia adalah menantu KH. Tamim, pendiri Pondok Pesantren Darul
Ulum Jombang. Selanjutnya KH. Khalil menyerahkan kepemimpinan ini kepada
iparnya, yaitu KH. Romli Tamim. Di antara Khalifah KH. Romli Tamim yang
paling utama adalah KH. Muhammad Usman Al-Ishaqi. Ia tinggal di Surabaya
dan mendirikan Pondok Pesantren Darul Ubudiyah Jatipurwo di Sawahpulo
Surabaya.14 Setelah KH. Usman wafat diteruskan oleh putranya KH. Muhammad
Asrori bin Usman, kemudian mendirikan Pondok Pesantren al-Fithroh di
Kedinding Surabaya.15 Kemudian KH. Asrori bin Usman membaiat K.H.
Munawwar Adnan Kholil yang waktu itu masih menjadi santri di Pondok
Pesantren Darul Ubudiyah Jatipurwo Sawahpulo Surabaya. Untuk meneruskan
perjuangan K.H. Usman dan KH. Asrori. Kemudian KH. Munawar Adnan Kholil
mendirikan Pondok Pesantren Daruttaqwa di Suci Manyar Gresik.
Dalam Pondok Pesantren ini sistem pengajaran, amalan-amalan dan
kegiatan keagamaan tidak jauh berbeda dengan Pondok Pesantren Darul
Ubudiyah dan Pondok Pesantren al-Fithroh yang berpaham tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah salah satu dari amalan tarekat ini adalah manakib atau biasa
disebut manakiban.
14
Kharisudin Aqib, Al-Hikam Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah (Surabaya:
Dunia Ilmu, 2000), 59.
15
Mulyati, mengenal dan memahami, 262.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Manakiban dalam tradisi Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah,
dilaksanakan secara terpisah. Manakiban biasanya diadakan rutin setiap satu
Minggu sekali, satu bulan sekali atau satu tahun sekali. Seperti manakiban di
Pondok Pesantren Daruttaqwa yang dilakukan setiap bulan pada tanggal 15, 18
dan 21 sesuai perputaran bulan Qamariyah tahun Hijriah.
Keberadaan tradisi ini memberikan kontribusi dalam kehidupan antara
masyarakat dan para santri Pondok Pesantren Daruttaqwa Karena adanya
hubungan sosial yang terjadi dalam tradisi tersebut. Secara tidak langsung juga
terdapat nilai silaturahmi dan sedekah. Dalam konteks inilah, proses tradisi
keagamaan yang dimulai oleh K.H. Munawwar Adnan Kholil pada tahun 1987.16
memunculkan nilai
yang diyakini
akan
membawa
berkah
bagi
yang
melaksanakannya.
Dari latar belakang inilah penulis mencoba meneliti lebih jauh tentang
tradisi Manakiban yang telah menjadi bagian dari kehidupan dan tradisi
masyarakat Suci terutama bagi santri Pondok Pesantren Daruttaqwa.
B. Rumusan Masalah
Skripsi berjudul “Tradisi Manakiban di Desa Suci Kecamatan Manyar
Kabupaten Gresik (Studi Fenomena Ritual Keagamaan)” mengkaji persoalan
yang berkaitan dengan prosesi tradisi Manakiban yang dilakukan oleh warga dan
santri Pondok Pesantren Daruttaqwa di Desa tersebut. Agar penulisan skripsi ini
terarah penulis membatasi pembahasan, agar lebih terfokus dalam penulisan
16
Hasbi Mubbarok, Wawancara, Gersik, 9 Maret 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
skripsi ini penulis hanya membahas tradisi manakib wolulasan dan Selikuran
yang diadakan oleh H. Mahfud dan H. Khulud (H. Mahfud adalah warga asli
Suci. Sedangkan H. Khulud adalah anak dari H. Mahfud) yang melibatkan warga
Suci dan juga para santri Pondok Pesantren Daruttaqwa. Agar mendapat
gambaran yang lebih jelas dari identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Konteks Sosial Budaya Tempat dilakukannya Wolulasan dan
Selikuran?
2. Bagaimana Munculnya Tradisi Wolulasan dan Selikuran di Desa Suci Manyar
Gresik?
3. Bagaimana Prosesi Tradisi Wolulasan dan Selikuran di Desa Suci Manyar
Gresik?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan yang ingin penulis
sampaikan, antara lain:
1. Untuk Mengetahui Konteks Sosial Budaya Tempat Dilakukannya Wolulasan
dan Selikuran.
2. Untuk Mengetahui Munculnya Tradisi Wolulasan dan Selikuran di Desa Suci
Manyar Gresik?
3. Menjelaskan Prosesi Tradisi Wolulasan dan Selikuran di Desa Suci Manyar
Gresik?
D. Kegunaan Penelitian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
Adapun manfaat penelitian ini antara lain:
1. Secara Akademik (Praktis)
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi
penelitian dalam bidang kesejarahan.
b. Memberikan sumbangan wacana bagi perkembangan perbendaharaan ilmu
pengetahuan, terutama dalam bidang sejarah.
2. Secara ilmiah (Teoritis)
a. Untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar S-1 pada Jurusan Sejarah dan
Kebudayaan Islam Fakultas Adab Dan Humaniora di Universitas Islam
Negeri Surabaya.
b. Untuk memperkaya kajian kebudayaan yang ada di Jawa khususnya di
Jawa Timur.
E. Pendekatan dan Kerangka Teori
1. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi, yaitu suatu sudut
pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi
perhatian terkait bentuk fisik dan kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa
dan rasa manusia. Dengan pendekatan ini penulis mencoba memaparkan
situasi dan kondisi masyarakat, meliputi kondisi sosial budaya dan
keagamaannya. Melalui proses pengumpulan data, mencatat bahan-bahan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
guna mengetahui keadaan masyarakat yang bersangkutan dalam keadaan
sekarang tanpa melupakan masa lampau.17
Antropologi memberikan bahan prehistoris sebagai pangkal bagi
setiap penulis sejarah. konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat
dikembangkan oleh antropologi, akan memberi pengertian untuk mengisi dari
peristiwa sejarah yang menjadi pokok penelitian.18 Pendekatan antropologi
dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami
agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat.19
2. Kerangka Teori
Fenomenologi berasal dari dua kata yakni; phenomenon yang berarti
realitas yang tampak, dan logos yang berarti ilmu. Maka fenomenologi dapat
diartikan sebagai ilmu yang berorientasi untuk mendapatkan penjelasan dari
realitas yang tampak.20
Fenomenologi berusaha mencari pemahaman
bagaimana manusia mengonstruksi makna dan konsep penting dalam
kerangka intersubjektivitas (pemahaman kita mengenai dunia dibentuk oleh
hubungan kita dengan orang lain).
Fenomenologi adalah hakikat dari fenomena yang dimengerti dalam
arti empiris dari struktur umum satu fenomena yang mendasari setiap fakta.
17
T.O Ihromi, Pokok-Pokok Antropologi Budaya (Jakarta: Gramedia, 1990), 19.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT. Rienka Cipta, 1990), 36.
19
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 35.
20
Laras Lestari, “Teori Fenomenologi”, dalam
http://laraslestari24.blogspot.com/2015/10/fenomenogis.html (15 Juli 2016).
18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Dalam mempelajari fenomena agama bidang studinya meliputi fakta yang
bersifat subjektif seperti pikiran, perasaan dan maksud-maksud seseorang,
yang diungkapkan dengan tindakan-tindakan.21
Fenomenologi agama yaitu suatu cara memahami agama yang ada
dengan sikap apresiatif tanpa semangat penaklukan atau pengafiran. Metode
ini menghindari sikap eksternal, menganggap agama orang lain pasti salah dan
hanya agamanyalah yang benar, tetapi melalui pendekatan untuk menjadi
pemerhati dan pendengar sehingga dapat memahami dan menghargai
keberagaman orang lain tanpa meninggalkan keimanannya sendiri.22 Dengan
kata lain, untuk memperkuat keyakinan terhadap kebenaran agamanya, tidak
dengan cara mencari kesalahan agama lain, tetapi memahami pemahaman
orang lain justru untuk memperkuat keyakinan agama sendiri.
Pemahaman suatu fenomena religius meliputi empati terhadap
pengalaman, pemikiran, emosi, ide-ide dari orang lain dan lain-lain.
Pemahaman-pemahaman yang bersifat subjektif inilah yang membuat fakta
menjadi tindakan kebaktian, bukan sekedar gerakan-gerakan. Keadaan ini kita
anggap subjektif, dalam arti semua ini terjadi dalam subjek manusia.23
Fenomenologi mengacu pada analisis kehidupan sehari-hari dari sudut
pandang orang yang terlibat di dalamnya, dan menekankan pada peresepsi dan
21
Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, diterjemahkan oleh Kelompok Studi Driyarkara
(Yogyakarta: Kanisius, 1995), 3.
22
Ibid., 8.
23
Ibid., 12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
interpretasi orang mengenai pengalaman mereka sendiri. fenomenologi
melihat komunikasi sebagai sebuah proses membagi pengalaman personal
melalui dialog atau percakapan.
Jadi fenomenologi mengacu pada sebuah fenomena yang terjadi sesuai
dengan pengalaman yang dialami secara langsung. Seperti fenomena yang
terjadi di Suci, dalam tradisi wolulasan dan selikuran yang pernah dialami
langsung oleh penulis.
Dengan teori tersebut diharapkan dapat mempermudah dalam
mengerjakan penulisan Skripsi yang berjudul “Tradsi Manakiban di Desa
Suci Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik (Studi Fenomena Ritual
Keagamaan)”.
F. Penelitian Terdahulu
Kajian tentang manakib sudah pernah ditulis oleh beberapa
mahasiswa. Adapun beberapa Penelitian terdahulu tentang manakib antara lain:
1. Skripsi: Tradisi Sewelasan di Pondok Pesantren Shibghotallah Dusun
Bahudan Desa Wuluh Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang, Oleh: Ari
Ardianti, Fakultas Adab UIN Sunan Ampel Surabaya tahun, 2014. Skripsi ini
menjelaskan tradisi sewelasan itu hampir sama dengan haul dan dilaksanakan
setahun sekali.
2. Skripsi: Spiritualitas Pemuda Urban (Peran Manakib Syekh Abdul Qadir alJilani di Pondok Pesantren Aitam Nurul Karomah terhadap Pembentukan
Spiritualitas Pemuda Kendangsari Surabaya), Oleh: Agung Dwi Aprilyanto,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya tahun, 2015.
Skripsi ini menjelaskan makna spiritual yang terkandung dalam manakib
Syekh Abdul Qadir al-Jilani.
3. Insan Kamil Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Oleh: Joko Fatchul Mubin,
Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya. Skripsi ini
menjelaskan insan kamil menurut pandangan Syekh Abdul Qadir al-Jilani.
4. Manakib Syekh Abdul Qadir al-Jilani Dalam Perspektif Alquran, Oleh: M.
Ainur Rokhim, Fakultas Usuluddin dan filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.
Skripsi ini memahami manakib Syekh Abdul Qadir al-Jilani dengan perspektif
Alquran.
Pada penulisan skripsi ini akan lebih ditekankan pada alasan
diadakannya tradisi manakib wolulasan dan selikuran oleh H. Mahfud dan H.
Khulud setiap bulan. Di mana dalam tradisi tersebut melibatkan warga Suci dan
para santri Pondok Pesantren Daruttaqwa.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena bentuk
penelitian ini lebih menekankan pada proses dan makna, karena makna mengenai
sesuatu sangat ditentukan oleh proses bagaimana ketentuan itu terjadi.24 Pada
24
H.B Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif (Surakarta: UNS, 1996), 54.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
pendekatan ini, peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial,
hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti.25
Penelitian lapangan (fiel research) digunakan untuk mengamati kehidupan
sosial masyarakat secara langsung di lapangan. Dengan tujuan dapat menemukan
dan memahami fenomena yang terjadi.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan harapan, maka
penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Metode Pengumpulan Data
Metode adalah sebuah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu
yang memiliki langkah-langkah secara sistematis.26 Tahapan-tahapan dalam
penelitian ini ditempuh dengan menggunakan metode sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan indra,
tentang fenomena-fenomena yang terjadi. Observasi berperan pasif baik yang
dilakukan secara formal maupun informal untuk mengamati berbagai aktivitas
dan dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan kebutuhan.27 Pengamatan
yang dimaksud pada artefak dan kelakuan
b. Wawancara
25
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012), 34.
26
Arif Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Surabaya: Usaha Nasional, 1996), 21.
27
Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, 137.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai,
tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada
kesempatan lain.28 Teknik ini digunakan untuk mengetahui tradisi (Tata
kelakuan = ide = tradisi) yaitu syafaat dan berkah.
c. Dokumentasi
Dokumentasi
yang
dimaksud
adalah
Pengumpulan,
pemilihan,
pengolahan dan penyimpanan informasi. Untuk dijadikan sebagai bukti
keterangan (seperti foto pelaksanaan tradisi, rekaman wawancara dan lainlain)
2. Teknik Penulisan Data
a. Deskriptif
Untuk menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan teknik
deskriptif yaitu dengan cara menguraikan data yang didapat atau
menerjemahkan sehingga menjadi jelas dan konkret. dari teknik ini penulis
memberikan gambaran mengenai data yang didapat dari tradisi Manakiban di
Suci Manyar Gresik.
b. Interpretasi
pemberian kesan, pendapat atau pandangan teoritis dalam sebuah
penafsiran dengan cara mencari keterkaitan data kemudian diambil suatu
kesimpulan guna mendapatkan fakta.
28
Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Thesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, 138.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
3. Penulisan Laporan
Langkah terakhir dalam proses penelitian adalah pemaparan hasil
penelitian yang telah dilakukan, mencakup penyusunan dan penulisan hasil
penelitian berdasarkan data yang diperoleh untuk menggambarkan secara
keseluruhan aspek unsur Islam dan budaya lokal dalam tradisi manakib, yang
meliputi pengamatan dan penyusunan subyek itu sendiri.
H. Sistematika Bahasan
Untuk mempermudah pemahaman dalam menyajikan pokok permasalahan
yang dibahas dalam skripsi ini, maka perlu adanya langkah-langkah yang
sistematis, jika dijabarkan terdapat lima bab sebagi berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi tentang garis-garis besar
penelitian skripsi. Bab ini merupakan gambaran umum tentang seluruh rangkaian
penulisan skripsi sebagai dasar pijakan bagi pembahasan di bab-bab berikutnya.
Bab kedua akan dijelaskan deskripsi lokasi yang akan dijadikan tempat
penelitian.
Bab ketiga akan dijelaskan sejarah munculnya tradisi wolulasan dan
selikuran yang ada di Suci.
Bab keempat akan dijelaskan prosesi tradisi wolulasan dan selikuran serta
menjelaskan makna-makna yang terdapat dalam tradisi manakib wolulasan dan
selikuran. Makna yang akan ditulis merupakan persepsi dari peneliti setelah
melakukan wawancara kepada narasumber.
Bab kelima merupakan bab Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Desa Suci
Kabupaten Gresik terletak di sebelah Barat Laut dari Ibukota Propinsi
Jawa Timur (Surabaya) dengan luas 1.191,25 kilometer persegi dengan panjang
Pantai ± 140 kilometer persegi. Secara geografis, wilayah Kabupaten Gresik
terletak antara 112o – 113o Bujur Timur dan 7o – 8o Lintang Selatan. Wilayahnya
merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2 – 12 meter di atas permukaan air
laut kecuali Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter di atas
permukaan air laut.
Gresik memiliki luas 1.191,25 km². Kabupaten Gresik terbagi dalam 18
Kecamatan dan terdiri dari 330 desa dan 26 kelurahan. Salah satu dari beberapa
desa tersebut adalah Desa Suci. dengan batasan wilayah sebagai berikut:
1.
Sebelah Utara: Desa Pongangan dan Sukomulyo Kecamatan Manyar.
2.
Sebelah Selatan: Desa Dahan Rejo dan Desa Kembangan Kecamatan
Kebomas.
3.
Sebelah Barat: Desa Tebalo dan Desa Banjarsari Kecamatan Manyar.
4.
Sebelah Timur: Desa Yosowilangun Kecamatan Manyar.
Desa Suci adalah salah satu dari lima desa di Kecamatan Manyar yang
masuk dalam rencana pembangunan Kota Gresik, yang terhampar dan dihiasi
persawahan dan perbukitan kapur. Terbentang jalan tol Surabaya Manyar,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
dilintasi
jalan
Kabupaten,
disambungkan
dengan
jalan
beraspal
yang
menghubungkan dengan desa lain. Desa Suci terbagi satu dusun yaitu Dusun
Pedukuan dengan 25 Rukun Warga (RW) dan 136 Rukun Tetangga (RW).1
Kehidupan masyarakat Suci merupakan kehidupan masyarakat yang
agami, interaksi sosial masyarakatnya sangat harmonis dan rukun, satu sama lain
saling menghargai dan menghormati sehingga terciptalah lingkungan yang
kondusif, aman, tenteram dengan menjunjung tinggi nilai-nilai gotong-royong
dalam membangun.
Jumlah penduduknya pada bulan Januari tahun 2016 mencapai 21.680
jiwa dengan luas wilayah 389.522 Ha dan rata-rata kepadatan penduduknya
mencapai 3.650 jiwa dengan rincian ke pendudukan sebagai berikut:
Jumlah Kepala Keluarga2:
1
2
No
Keterangan
KTP Suci
Domisili
Jumlah
1
Laki-laki
4350
530
4880
2
Perempuan
4150
460
4610
3
Jumlah total
9490
Data File Desa Suci Gresik.
Ibid., File Suci Gresik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Jumlah Penduduk Menurut Jenis kelamin:3
No
Umur
Laki-Laki
Perempuan
Total
1
0 – 4 Tahun
356
350
706
2
5 – 9 Tahun
723
767
1490
3
10 –14 Tahun
680
652
1332
4
15 – 19 Tahun
765
756
1521
5
20 – 24 Tahun
745
784
1529
6
25 – 29 Tahun
735
760
1495
7
30 – 34 Tahun
610
775
1385
8
35 – 39 Tahun
610
775
1385
9
40 – 44 Tahun
660
668
1328
10
45 – 49 Tahun
720
756
1476
11
50 – 54 Tahun
657
768
1425
12
60 – 64 Tahun
557
557
1114
13
65 – 69 Tahun
668
697
1365
14
70 – 74 Tahun
490
589
1079
Dilihat dari topografi dan kontur tanah Desa Suci secara umum berupa
persawahan dan perbukitan yang berada pada ketinggian antara 640 s/d 700 m di
atas permukaan laut. Dengan suhu rata-rata 22 s/d 28o celsius.
3
Ibid., File Suci Gresik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Pemerintahan Desa Suci dipimpin oleh Kepala Desa dan dibantu sembilan
orang Perangkat Desa, sedangkan BPD Suci terdiri dari sebelas orang anggota.
Struktur organisasi pemerintahan Desa Suci Kecamatan Manyar
Kabupaten Gresik:4
1.
Kepala Desa
: Khoirul Dholam
2.
Plt. Sekretaris Desa
: Muhammad Miftach
3.
Kepala Urusan Umum
: Anang Fathur Rozi
4.
Kepala Urusan Keuangan
: Reea Ainul Hayati
5.
Kepala Seksi Trantib
: Suhariyanto
6.
Kepala Seksi Ekbang
: Khourua Sobri
7.
Kepala Seksi Pemerintahan : Mohammad Abduh
8.
Kepala Seksi Kerja
9.
Kepala Dusun
10. Kepala Dusun
: Mutaabit
: Nurul Azhar
: Niafatul Mufidah
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Suci:
4
1.
Ketua
: Hasan Basri
2.
Wakil Ketua
: H. Abdul Halim
3.
Sekretaris
: Khoirul Huda
4.
Anggota
: Abdul Jalal
5.
Anggota
: M. Rofii
6.
Anggota
: M. Muhsin Ishaq
Ibid., File Suci Gresik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
7.
Anggota
:Agung Heri Purwanto
8.
Anggota
: Supriyanto
9.
Anggota
: Mulyono
10. Anggota
: Pramito
11. Anggota
: Sugiyanto
B. Perekonomian
Berdasarkan data dari kantor Desa Suci, tidak terlalu mencantumkan
ekonomi warganya, karena Desa Suci merupakan kategori desa swasembada
(usaha mencukupi kebutuhan sendiri). Perekonomian Desa Suci umumnya
merupakan masyarakat yang bertumpu pada pertanian, perkebunan. Selain dari
hasil pertanian dan perkebunan, perekonomian warga Suci bertumpu pada banyak
galian, baik untuk bahan baku pembuatan pupuk, bahan bangunan, maupun untuk
bahan baku kapur gamping, selain itu juga ada yang bekerja di industri,
wiraswasta dan juga pegawai negeri sipil.
C. Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu aspek yang penting, yang dapat menunjang
kehidupan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Karena menurut pola pikir
masyarakat sekarang, semakin tinggi tingkatan pendidikan, maka derajat sosial
lingkungan masyarakat pun terangkat, karena ini pendidikan menjadi satu faktor
penting yang aktual sepanjang zaman5
5
Zakiyah Dradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: Ruhama, 1995), 11.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
Pendidikan sangatlah dibutuhkan di era reformasi ini. Tanpa adanya
pendidikan, seseorang tidak akan bisa maju dan mengembangkan pengetahuan
serta pengalaman yang ada. Sebagai generasi penerus bangsa, kita dituntut untuk
dapat mengembangkan pendidikan berdasarkan wawasan kita. Pendidikan
merupakan salah satu aspek penting untuk meningkatkan kesejahteraan.
Jumlah lembaga pendidikan formal di Desa Suci:6
No
Tingkatan Pendidikan
Jumlah Lembaga
1
PAUD
Delapan Lembaga
2
TK
Tuju Lembaga
3
SD/MI
Lima Lembaga
4
SMP/MTS
Dua Lembaga
5
SMK/MA
Empat Lembaga
6
PERGURUAN TINGGI
Dua Lembaga
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting untuk meningkatkan
tingkat kesejahteraan dan perekonomian bagi masyarakat. Dari sarana pendidikan
yang ada di Desa Suci ini diharapkan dapat meningkatkan aspek pendidikan
sehingga
mendorong
timbulnya
keterampilan
dan
wirausaha
sehingga
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
6
Ibid., File Suci Gresik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
Di Desa Suci selain terdapat pendidikan formal juga terdapat pendidikan
nonformal. adapun pendidikan nonformal yang dimaksud adalah pendidikan
keagamaan. Pendidikan itu meliputi: TPQ, Madrasah Diniyah tingkat MI,
Madrasah Diniyah tingkat Tsanawiyah, Madrasah Diniyah tingkat
Aliyah.
Adapun tempat pelaksanaan pendidikan nonformal di laksanakan di PondokPondok yang terdapat di Desa Suci antara lain: Pondok Pesantren Mambaus
Sholihin, Pondok Pesantren Daruttaqwa dan Pondok Pesantren Roudlotul
Mutaallimin.
D. Keagamaan
Kondisi keagamaan di Desa Suci terbilang sangat bagus hal ini dapat
dilihat dari banyaknya masjid dan langgar yang ada di desa tersebut. Bahkan
terdapat tiga Pondok Pesantren yang berdiri di desa tersebut. Jadi tidak diragukan
lagi Desa Suci pasti sangat mencerminkan sebagai desa yang agami dan islami.
Warga Desa Suci mayoritas beragama islam dan menganut paham
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai pedoman mereka dalam beribadah. Dalam
kegiatan keagamaan, masyarakat Suci cenderung mewarnai kehidupan sehari-hari
dengan agama, baik itu fisik maupun mental budaya. Semua itu dapat dilihat dari
aktivitas-aktivitas islami yang berkembang sebagai berikut:
1.
Tahlilan
Tahlil yaitu suatu aktivitas yang dilakukan baik sendiri atau secara
bersama-sama dengan membaca kalimat laila haillallah beserta serangkaian
bacaan dan doa lainnya. Acara tahlilan ini dilakukan untuk mengirimkan doa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
kepada keluarga yang telah meninggal dunia. Kegiatan tahlilan ini dilakukan
satu Minggu sekali. Biasanya dilakukan rutin setiap hari Kamis setela salat
magrib. selain tahlilan yang dilakukan rutin setiap satu Minggu sekali,
tahlilan juga dilakukan ketika ada warga yang meninggal dunia, yaitu selama
tuju hari pasca meninggal dunia.
2.
Istigasah
Istigasah berarti meminta pertolongan kegiatan ini dilakukan di setiap
masjid atau langgar baik di kampung atau di pesantren, yaitu tepatnya selesai
salat magrib. Istigasah adalah kegiatan pembacaan kalimat tayibah dan zikir
kepada allah secara bersama-sama yang dipimpin imam salat magrib hingga
selesai.
Pada bulan Ramadan kegiatan istigasah ini di hentikan dan setelah
Ramadan selesai kegiatan kembali seperti semula. Karena setiap bulan Ramadan
seluruh kegiatan diganti dengan membaca Alquran dan mengaji kitab kuning
setelah salat tarawih.
E. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia di dunia.7 Hasil dan
penciptaan manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat antara
keseluruhan pengetahuan manusia dan makhluk yang digunakan untuk
7
Endang Saifudin Anshari, Agama dan Kebudayaan (Surabaya: Bima Ilmu, 1979), 72.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
memahami lingkungan serta pengalamannya yang kemudian menjadi pedoman
tingkah lakunya.
Pada dasarnya masyarakat pulau Jawa sangat kental dengan masalah
tradisi dan budaya. bahkan tidak jarang tradisi dan kebudayaan tersebut dapat
bertahan sampai saat ini.
Bagi orang Jawa, hidup ini penuh dengan upacara, dalam hal ini corak dan
kebudayaan yang ada di Desa Suci Manyar Gresik cenderung pada tradisi dan
kebudayaan islam yang sangat kental keberadaannya dalam lingkungan
masyarakat.
Kenyataan itu terlihat dari adanya berbagai kebudayaan yang
bersifat keagamaan, sifat keagamaan tersebut merupakan suatu gerak budaya
yang diwujudkan dalam kehidupan masyarakat yang ada dan mempunyai unsur
keagamaan.8 Seperti kebudayaan islam yang ada di Desa Suci Manyar Gresik
berikut ini:
1.
Selamatan
Acara selamatan merupakan upacara yang dilakukan untuk mendoakan
orang yang telah meninggal dunia. Selamatan ini dilakukan mulai dari hari
pertama meninggal dunia sampai hari ketujuh. Setelah itu dilanjutkan pada
hari ke 40 kemudian ke 100 dan hari ke 1000.
Selamatan dilakukan dengan membaca Yasin dan tahlil yang
dikhususkan kepada orang yang meninggal. Dalam acara selamatan ini
8
Moh. Qutub, Islam di Tengah Pertarungan Tradisi (Bandung: Mizan, 1986) 17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
keluarga yang ditinggalkan menyiapkan nasi yang dihidangkan kepada warga
yang mengikuti acara tersebut.
2.
Mauludan
Setiap memasuki tanggal 12 Rabiul Awal, terdapat kegiatan yang
dilakukan di Desa Suci maupun di Pondok Pesantren Daruttaqwa. Mauludan
yaitu acara yang dilakukan untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad.
Kegiatan mauludan ini tidak jauh berbeda dengan daerah lain yang
memperingati mauludan dengan membaca Diba’ (Diba’an). Tempat
pelaksanaannya dilakukan di langgar-langgar dan masjid.
3.
Isra Mikraj
Peringatan isra mikraj Nabi Muhammad. Tradisi ini dilakukan dengan
tujuan untuk memperingati perjalanan Nabi Muhammad yang mendapatkan
perintah untuk menunaikan Salat lima waktu. Cara pelaksanaannya sama
dengan mauludan. Bedanya dalam peringatan Isra Mikraj ini juga disertai
dengan pengajian atau ceramah agama yang diberikan oleh tokoh agama
setempat kepada masyarakat Desa Suci.
4.
Tingkeban atau mitoni
Tingkeban dilakukan ketika usia kehamilan mencapai tujuh bulan.
Adapun tujuan dari tradisi ini agar bayi yang akan dilahirkan diberi
keselamatan dan keberkahan oleh Allah sampai nanti dilahirkan ke dunia.
Untuk calon ibu diharapkan diberikan kesehatan agar nanti pada saat
melahirkan diberikan kemudahan serta kelancaran oleh Allah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
5.
Akikah
Akikah dilakukan pada masa anak diberi nama dan diadakan
pemotongan (pencukuran) rambut. Akikah dilakukan pada saat bayi berusia
tujuh hari. Dalam akikah ini juga disertai penyembelihan ternak. Semisal
anak yang akan di akikahi laki-laki maka penyembelihan dua kambing dan
kalau perempuan satu kambing.
6.
Rebo Wekasan
Dari budaya-budaya yang disebutkan sebelumnya, budaya rebo
wekasan adalah budaya yang berhubungan dengan nama Desa Suci.
Mengenai asal-usul nama ini berawal dari perintah Sunan Giri yang
memerintahkan kerabatnya (menurut ulama ahli sejarah yang dimaksud
kerabat sunan giri ini adalah Syekh Jamaludin Malik) untuk menyebarkan
islam ke sebelah barat Kota Gresik, semula kerabat tersebut tiba di selatan
Desa Suci. Kemudian didirikanlah Masjid yang berfungsi sebagai tempat
untuk menuntut ilmu keagamaan. Setelah itu untuk kebutuhan air dibuat
sumur yang dapat digunakan untuk sesuci. Selain digunakan sesuci sumur
ini bermanfaat bagi masyarakat sekitar, karena besarnya manfaat air sumur
itu kemudian dikenal
dengan nama sumur gede yang dalam bahasa
Indonesia berarti sumur besar, memang kalau kita melihat sumur itu sekarang
akan terlihat biasa-biasa saja ukurannya pun biasa akan tetapi manfaat sumur
pada masa itu sangatlah besar sehingga masyarakat menyebutnya sumur
gede. Di sebelah sumur tersebut tumbuh sebatang pohon asem yang rasa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
buahnya manis sehingga Kampung tersebut dinamakan kampung Asemanis
sampai sekarang.
Selanjutnya kebutuhan air lama-lama tidak mencukupi, maka atas
petunjuk Kanjeng Sunan Giri diperintahkannya kerabat tadi untuk
menelusuri lereng bukit di sebelah utara kampung Asemanis kemudian
kerabat tadi melihat kerimbunan pohon-pohon besar di tempat itu , ada
pohon Randu, pohon Beringin, pohon Abar, Pohon Kayu tangan, dan Pohon
kesono yang sangat rimbun, lalu kerabat tersebut mendekat dan melihat-lihat
di bawah kerimbunan pohon-pohon tadi terdapat sumber air yang sangat
jernih dan besar sampai airnya meluap ke permukaan tanah sehingga kalau
untuk kebutuhan sesuci sangat baik dan memenuhi syarat menurut Agama.
Dari cerita tersebut kemudian kampung itu dinamakan Kampung Suci/Desa
Suci.
Karena telah ditemukannya sumber air yang sangat besar itu kemudian
Masjid yang ada di Kampung Asemmanis dipindahkan ke dekat sumber air
suci yang sekarang menjadi Sebuah tempat pemandian yang disebut sendang
sono, sedangkan Masjid tersebut diberi nama Masjid Mambaut Thoat.
Dengan ditemukannya sumber air itu pada Bulan Shafar tepatnya hari
Rabu yang terakhir. Akhirnya tiap tahun diadakan riadah dan syukuran,
mandi malam kemudian dilanjutkan salat malam, sujud syukur sebagai
ucapan terima kasih kepada Allah dan memohon agar diberikan keselamatan
dan dijauhkan dari segala penyakit.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
Kemudian setelah bertahun-tahun berjalan, dalam acara rebo wekasan
diadakan hiburan yang berbeda-beda dari tahun ke tahun seperti: wayang
kulit, panggung sandiwara islami, layar tancap. Karena diadakannya hiburanhiburan ini menjadikan rebo wekasan setiap tahunnya bertambah ramai
sehingga banyak orang yang berjualan. Awalnya penjual hanya sebatas
makanan dan minuman yang sederhana antara lain kacang rebus, serabi,
ketupat keteg dan dawet dan cao plek. Namun semakin berkembangnya
zaman makanan tersebut sulit dicari, sekarang para penjual banyak yang
berjualan barang-barang modern seperti baju kosmetik aksesori dan lain-lain.
Dalam acara rebo wekasan diantaranya kirab tumpeng raksasa,
tumpeng tersebut dikirab diiringi dengan hadrah dan bacaan selawat Nabi
Muhammad. Kirab ini dimulai dari kampung Asemanis menuju Masjid
Mambaut Thoat. Selain itu dalam tradisi ini juga dilakukan pembacaan
Alquran mulai hari senin pagi sampai selasa sore. Kemudian pada hari selasa
malam Rabu diadakan hadrah dan salat malam.9
9
Ibid., File, Suci Gresik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III
MUNCULNYA TRADISI WOLULASAN DAN SELIKURAN
A. Pondok Pesantren Daruttaqwa
Sebelum membahas tradisi wolulasan dan slikuran terlebih dahulu akan
dijelaskan Pondok Pesantren Daruttaqwa karena dalam tradisi wolulasan dan
selikuran ini melibatkan KH. Munawar Adnan Kholil selaku pendiri Pondok
Pesantren Daruttaqwa.
Adapun pendirian Pondok Pesantren Daruttaqwa ini berawal dari
kedatangan seorang muslim yang saleh ke Desa Suci manyar Gresik (1875 M)
untuk melaksanakan dakwah Islami, beliau bernama Mbah Brojo yang bersal dari
Soca Bangkalan Madura.
Di Desa Suci Manyar Gresik, Mbah Brojo membangun langgar yang
dikenal dengan sebutan langgar Mbah Brojo, di langgar ini Mbah Brojo
membimbing masyarakat Desa Suci untuk melaksanakan ajaran Agama Islam.
Dengan kesabaran dan ketekunan Mbah Brojo dalam membimbing masyarakat
desa Suci akhirnya mereka menjadi masyarakat yang taat dalam menjalankan
ajaran Agama Islam.1
Setelah kurang lebih 10 tahun Mbah Brojo dengan tekun mengajarkan dan
membimbing masyarakat Desa Suci, kemudian ia menikah dengan Nyai Sihhah.
Muhammad Kiswono, “Biografi KH. Munawar Adnan Khalil” , dalam
https://plus.google.com/+MuhammadKiswono/posts/ (23 Mei 2016).
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
Dari pernikahan ini beliau dikaruniai 2 anak yaitu: Mbah K.Sholeh (menantu Kiai
Abdul Jabbar) Dukun Sidayu, saudara tua KH. Fakih Maskumambang. Nyai
Maryam, menikah dengan Mbah Ismail.
Pernikahan Nyai Maryam dengan Mbah Ismail kemudian dikaruniai dua
anak, yakni Nyai Mas’amah dan Nyai Dewi Muslihah. Nyai Mas’Amah menikah
dengan Kiai Kholil dari Manyar. Kiai Kholil adalah santri Kiai Khozin Pondok
Pesantren Langitan Widang Tuban Lamongan dan juga pernah menjadi santri
Kiai Kholil Bangkalan.
Pada tahun 1932 M Kiai Kholil (Suci) ingin meneruskan perjuangan Mbah
Bojo dengan mendirikan langgar yang dikenal dengan sebuatan “Langgar Kiai
Kholil”. Di langgar ini Kiai Kholil meneruskan perjuangan mbah Brojo dalam
membimbing masyarakat Suci untuk melaksanakan ajaran islam.2
Setelah Kiai Kholil wafat (1961 M) dilakukan Pembangunan Pondok
Pesantren di sekitar langgar tersebut oleh cucu Kiai Kholil yang bernama KH.
Munawar Adnan Kholil yang telah selesai belajar di Pondok Pesantren Jati Purwo
Sawah Pulo Surabaya. Pendirian pondok ini atas perintah dari gurunya KH.
Usman al-Ishaqi dan putranya KH. Ahmad Asrori untuk melanjutkan perjuangan
Kiai Kholil dengan Mendirikan Pondok Pesantren, Hal ini dimaksudkan untuk
menyelamatkan peninggalan Kiai Kholil. Namun Menurut cerita Hasbi Mubarok
sewaktu mendapat perintah tersebut KH. Munawar Adna Kholil masih kerasan
Nabila Firdaus, “Biografi KH. Munawar Adnan Kholil dan pola pembelajaran keterampilan para
santri di Pondok Pesantren Daruttaqwa Suci Manyar Gresik (1987-2000)” (Skripsi UIN Sunan Ampel
Fakultas Adab, Surabaya, 2013), 45.
2
digilib.uinsby.ac.id digilib.u
KABUPATEN GRESIK (STUDI FENOMENA RITUAL
KEAGAMAAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)
pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh:
A. Zuhdi Muhdlor
NIM: A0.22.12.023
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016
i
ii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
iii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
iv
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian etnografi tentang fenomena
keagamaan masyarakat Desa Suci Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.
Dengan judul “Tradisi Manakiban di Desa Suci Kecamatan Manyar
Kabupaten Gresik (Studi Fenomena Ritual Keagamaan)”. Skripsi UIN Sunan
Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2016. Adapun pokok permasalahan atau inti
tulisan ini menjawab dua permasalahan berikut: (1) Bagaimana Konteks
Sosial Budaya Tempat dilakukannya Wolulasan dan Selikuran? (2)
Bagaimana munculnya tradisi wolulasan dan selikuran di Desa Suci
Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik? (3) Bagaimana prosesi tradisi
wolulasan dan selikuran di Desa Suci Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik?
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, penelitian menggunakan metode
etnografi dengan pengumpulan data, observasi dan interview. Pendekatan
antropologi digunakan untuk memaparkan situasi dan kondisi masyarakat
meliputi kondisi sosial dan keagamaan. Teori yang digunakan adalah
fenomenologi untuk memahami fenomena yang terjadi dalam arti empiris dari
struktur umum fenomena yang mendasari setiap fakta religius.
Dari hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) Konteks sosial budaya
masyarakat Suci cenderung islami, hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan
keagamaan yang terdapat di Desa tersebut seperti: tahlilan, istigasah,
selamatan, mauludan, isra mikraj, tingkeban akikah dan rebo wekasan. (2)
Tradisi ini dimulai oleh H. Mahfud atas amalan yang diberikan Kiai Kholil
untuk bersedekah dan berkembang menjadi tradisi manakib bulanan setelah
berdirinya Pondok Pesantren Daruttaqwa. (3) Menurut ungkapan dari H.
Khulud prosesi tradisi sewelasan dan slikuran ini dimulai membaca istigasah
kemudian membaca Yasin, membaca manakib dan terakhir tahlilan.
ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ABSTRACT
A. Zuhdi Muhdlor: “tradition manakiban in Suci village manyar
districts Gresik (Study the Phenomenon Ritual Religious)” (Skripsi Faculty of
Adab UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016). This skripsi is the result of an
ethnographic study of religious phenomena in Suci village Manyar districts
Gresik. As for the subject matter or the core of this paper answers two
following issues: (1) How context Socio-cultural place Wolulasan and
Selikuran? (2) How emergence tradition wolulasan and selikuran in Suci
Village Manyar District Gresik? (2) How procession tradition wolulasan and
selikuran in Suci Village Manyar Districts Gresik?
In answering these questions, research using ethnographic methods to
data collection, observation and interview. Anthropological approach used to
describe the circumstances of society includes social conditions and of
religious. Phenomenological theory is used to understand the phenomena
occurring in the empirical sense of the general structure of the underlying
phenomena every religious fact.
From the results of this study concluded: (1) Social and cultural context
tends Islamic meaningful, it can be seen from religious activities contained in
the village such as: tahlilan, istigasah, selamatan, mauludan, isra mikraj,
tingkeban akikah and rebo wekasan. (2) This tradition was started by H.
Mahfud practice which are given KH. khalil and develop into a tradition of
monthly manaqib after the establishment of the boarding school Daruttaqwa
led KH. Munawar. (3) According to the expression of H. Khulud procession
tradition sewelasan and slikuran started reading istighosah then reads Yasin,
read manakib and last tahlilan.
x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
TABEL TRANSLITRASI ........................................................................ v
MOTO ....................................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................ ix
ABSTRACT ............................................................................................... x
DAFTAR ISI............................................................................................. xi
BAB I
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 7
D. Kegunaan Penelitian ......................................................... 7
E. Pendekatan dan Kerangka Teori ....................................... 8
F. Penelitian Terdahulu ....................................................... 11
G. Metode Penelitian ........................................................... 12
H. Sistematika bahasan ........................................................ 15
xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Desa ...................................................... 16
B. Perekonomian.................................................................. 20
C. Pendidikan ....................................................................... 21
D. Keagamaan ...................................................................... 22
E. Kebudayaan ..................................................................... 24
BAB III : MUNCULNYA TRADISI WOLULASAN DAN SELIKURAN
A. Pondok Pesantren Daruttaqwa ........................................ 30
B. Munculnya Tradisi Wolulasan dan Selikuran ................. 38
C. Dasar dan Tujuan Tradisi Wolulasan dan Selikuran ....... 45
BAB IV : PROSESI TRADISI WOLULASAN DAN SELIKURAN
A. Prosesi Tradisi Wolulasan dan Selikuran........................ 46
B. Makna Yang Terdapat Dalam Tradisi Wolulasan dan
Selikuran ......................................................................... 49
BAB V
: PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 61
B. Saran................................................................................ 62
xii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang tasawuf, tidak bisa terlepas dari para sufi (sebagai
bentuk pelaku tasawuf). Definisi tasawuf dirumuskan oleh para ulama dengan
sangat bervariasi. Banyaknya definisi itu tidak menyebabkan adanya kontradiksi
antar ragam definisi. Pada inti tasawuf adalah ajaran untuk mengenal dan
mendekatkan diri kepada Allah.1
Dalam ilmu tasawuf sering kali dikenal istilah tarekat, tarekat secara
harfiah berarti jalan yang mengacu pada sistem latihan meditasi maupun amalanamalan (zikir, wirid dan lain-lain) yang dihubungkan dengan sederet guru sufi.2
Tarekat merupakan jalan menuju kebenaran, cara atau aturan hidup (dalam
keagamaan atau dalam ilmu kebatinan) dan sebagai persekutuan para penuntut
ilmu tasawuf.3
Tarekat adalah jalan yang harus ditempuh para sufi dan digambarkan
sebagai jalan yang berpangkal pada syariat, menurut anggapan para sufi,
1
Muhamad Manan, Akhlak Tasawuf (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2012), 221.
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia (Jakarta: Kencana,
2004), 8.
3
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), 1020.
2
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri atas hukum
Ilahi, tempat berpijak bagi setiap Muslim.4
Tarekat juga berarti organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang
khas, setiap guru sufi dikelilingi oleh murid mereka dan kelak beberapa dari
murid akan menjadi guru juga. Boleh dikatakan tarekat itu menyistematiskan
ajaran dan metode-metode tasawuf. Seorang pengikut tarekat akan memperoleh
kemajuan melalui sederet amalan-amalan berdasarkan tingkatan yang dilalui oleh
semua pengikut tarekat. Dari pengikut biasa menjadi murid selanjutnya
membantu syekh dan akhirnya ia menjadi guru yang mandiri.5
Sebuah tarekat biasanya terdiri dari syekh tarekat, pembantu syekh dan
pengikut tarekat. Upacara keagamaan berupa baiat, ijazah, amalan-amalan tarekat
dan wasiat yang diberikan oleh syekh tarekat kepada murid-murid atau pengikut
tarekatnya.6
Sebagaimana
telah
diketahui
bahwa
tasawuf
itu
adalah
usaha
mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian
rohani dan memperbanyak ibadah. Usaha mendekatkan diri ini biasanya
dilakukan di bawah bimbingan seorang guru atau syekh. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah,
sedangkan tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya
4
Dadang Rahmad, Tarekat Dalam Islam Spiritualitas Masyarakat Modern (Bandung: Pustaka Setia,
2002), 100.
5
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia (Bandung: Mizan, 1996), 15.
6
Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat, 9.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa tarekat adalah
tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuai dengan
spesifikasi yang diberikan seorang guru kepada muridnya.
Dari tarekat yang ada terdapat tarekat yang bernama Qadiriyah wa
Naqsabandiyah. Istilah Qadiriyah wa Naqsabandiyah mengacu pada sebuah nama
tarekat yang merupakan hasil rumusan atau formulasi dari dua sistem tarekat yang
berbeda (Qadiriyah dan Naqsabandiyah) menjadi suatu metode tersendiri yang
praktis untuk menempuh jalan spiritual.7
Tarekat Qadiriyah dibangun oleh Syekh Muhyiddin Abi Muhammad
Abdul Qadir al-Jilani (1077-1166 M) yang mengacu pada mazhab Iraqi yang
dikembangkan oleh al-Junaid al-Baghdadi (wafat 910 M), sedangkan tarekat
Naqsabandiyah dibangun oleh Syekh Muhammad bin Muhammad Bahaudin alUwaisi al-Bukhari al-Naqsabandi (1318-1389 M) yang didasarkan atas tradisi
penduduk yang dipelopori oleh al-Bisthami (wafat 874 M).8
Tarekat gabungan ini didirikan
oleh Syekh Ahmad Khatib Ibn Abd.
Ghaffar al-Sambasi al-Jawi (1820-1872 M). Ia dilahirkan di Kalimantan Barat
(Borneo). Setelah menyelesaikan pendidikan agama tingkat dasar di kota asalnya,
Ahmad Khatib Sambas kemudian dikirim oleh orang tuanya untuk meneruskan
pendidikannya ke Mekah dan menetap di sana.9
7
Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), 50.
Ibid., 50.
9
Sri Mulyati, Peran Edukasi Tarekat Qadiriah wa Naqabandiyah (Jakarta: Kencana Pranada Media
Grup, 2010), 36.
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Bila dilihat dari perkembangannya Tarekat ini bisa juga disebut “Tarekat
Sambasiyah” Tetapi Syekh al-Khatib tidak menamakan tarekatnya dengan
namanya sendiri,10 Ia tidak mengajarkan tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah
secara terpisah, tetapi dalam satu kesatuan yang harus diamalkan secara utuh.
Sehingga bentuk tarekat ini adalah tarekat baru yang memiliki perbedaan dengan
kedua tarekat dasarnya.11
Pada umumnya masyarakat awam memahami bahwa Tarekat Qadiriyah
wa Naqsabandiyah merupakan perpaduan dari dua tarekat besar yaitu tarekat
Qadiriyah
dan
tarekat
Naqsabandiyah.
Padahal
Tarekat
Qadiriyah
wa
Naqsabandiyah yang terdapat di Indonesia bukanlah perpaduan dari dua tarekat
besar saja. Sebenarnya tarekat ini adalah penggabungan
Qadiriyah,
Naqsabandiyah,
Anfasiyah,
Junaydiyah,
ajaran lima tarekat:
dan
al-Muwafaqad.12
Mungkin karena pengamalan zikir yang lebih ditekankan adalah zikir jahar
(keras) dan zikir khafi (diam), serta penonjolan dalam tawasul dan silsilah yang
berasal dari tarekat Qadiriyah, serta dalam segi ajarannya dominan dari
Naqsabandiyah,
maka
tarekat
ini
dinamakan
Tarekat
Qadiriah
wa
Naqsabandiyah.13
Di Jawa Timur, pusat penyebaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
yang sangat besar adalah Pondok Pesantren Rejoso Jombang pada masa
10
Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, 49.
Ibid., 49.
12
Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsabandiyah (Jakarta: Al Husna Zikra, 1996), 53.
13
Sri Mulyati, Peran Edukasi Tarekat Qadiriah wa Naqsabandiyah (Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup, 2010), 36.
11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
kepemimpinan KH. Romli Tamim. Tarekat ini berkembang melalui Syekh
Ahmad Hasbu yang menjadi salah satu khalifah Syekh Ahmad Khatib yang
berasal dari Madura. Tarekat ini kemudian dibawa ke Jombang oleh KH. Khalil
(1820-1925 M). Ia adalah menantu KH. Tamim, pendiri Pondok Pesantren Darul
Ulum Jombang. Selanjutnya KH. Khalil menyerahkan kepemimpinan ini kepada
iparnya, yaitu KH. Romli Tamim. Di antara Khalifah KH. Romli Tamim yang
paling utama adalah KH. Muhammad Usman Al-Ishaqi. Ia tinggal di Surabaya
dan mendirikan Pondok Pesantren Darul Ubudiyah Jatipurwo di Sawahpulo
Surabaya.14 Setelah KH. Usman wafat diteruskan oleh putranya KH. Muhammad
Asrori bin Usman, kemudian mendirikan Pondok Pesantren al-Fithroh di
Kedinding Surabaya.15 Kemudian KH. Asrori bin Usman membaiat K.H.
Munawwar Adnan Kholil yang waktu itu masih menjadi santri di Pondok
Pesantren Darul Ubudiyah Jatipurwo Sawahpulo Surabaya. Untuk meneruskan
perjuangan K.H. Usman dan KH. Asrori. Kemudian KH. Munawar Adnan Kholil
mendirikan Pondok Pesantren Daruttaqwa di Suci Manyar Gresik.
Dalam Pondok Pesantren ini sistem pengajaran, amalan-amalan dan
kegiatan keagamaan tidak jauh berbeda dengan Pondok Pesantren Darul
Ubudiyah dan Pondok Pesantren al-Fithroh yang berpaham tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah salah satu dari amalan tarekat ini adalah manakib atau biasa
disebut manakiban.
14
Kharisudin Aqib, Al-Hikam Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah (Surabaya:
Dunia Ilmu, 2000), 59.
15
Mulyati, mengenal dan memahami, 262.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Manakiban dalam tradisi Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah,
dilaksanakan secara terpisah. Manakiban biasanya diadakan rutin setiap satu
Minggu sekali, satu bulan sekali atau satu tahun sekali. Seperti manakiban di
Pondok Pesantren Daruttaqwa yang dilakukan setiap bulan pada tanggal 15, 18
dan 21 sesuai perputaran bulan Qamariyah tahun Hijriah.
Keberadaan tradisi ini memberikan kontribusi dalam kehidupan antara
masyarakat dan para santri Pondok Pesantren Daruttaqwa Karena adanya
hubungan sosial yang terjadi dalam tradisi tersebut. Secara tidak langsung juga
terdapat nilai silaturahmi dan sedekah. Dalam konteks inilah, proses tradisi
keagamaan yang dimulai oleh K.H. Munawwar Adnan Kholil pada tahun 1987.16
memunculkan nilai
yang diyakini
akan
membawa
berkah
bagi
yang
melaksanakannya.
Dari latar belakang inilah penulis mencoba meneliti lebih jauh tentang
tradisi Manakiban yang telah menjadi bagian dari kehidupan dan tradisi
masyarakat Suci terutama bagi santri Pondok Pesantren Daruttaqwa.
B. Rumusan Masalah
Skripsi berjudul “Tradisi Manakiban di Desa Suci Kecamatan Manyar
Kabupaten Gresik (Studi Fenomena Ritual Keagamaan)” mengkaji persoalan
yang berkaitan dengan prosesi tradisi Manakiban yang dilakukan oleh warga dan
santri Pondok Pesantren Daruttaqwa di Desa tersebut. Agar penulisan skripsi ini
terarah penulis membatasi pembahasan, agar lebih terfokus dalam penulisan
16
Hasbi Mubbarok, Wawancara, Gersik, 9 Maret 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
skripsi ini penulis hanya membahas tradisi manakib wolulasan dan Selikuran
yang diadakan oleh H. Mahfud dan H. Khulud (H. Mahfud adalah warga asli
Suci. Sedangkan H. Khulud adalah anak dari H. Mahfud) yang melibatkan warga
Suci dan juga para santri Pondok Pesantren Daruttaqwa. Agar mendapat
gambaran yang lebih jelas dari identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Konteks Sosial Budaya Tempat dilakukannya Wolulasan dan
Selikuran?
2. Bagaimana Munculnya Tradisi Wolulasan dan Selikuran di Desa Suci Manyar
Gresik?
3. Bagaimana Prosesi Tradisi Wolulasan dan Selikuran di Desa Suci Manyar
Gresik?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan yang ingin penulis
sampaikan, antara lain:
1. Untuk Mengetahui Konteks Sosial Budaya Tempat Dilakukannya Wolulasan
dan Selikuran.
2. Untuk Mengetahui Munculnya Tradisi Wolulasan dan Selikuran di Desa Suci
Manyar Gresik?
3. Menjelaskan Prosesi Tradisi Wolulasan dan Selikuran di Desa Suci Manyar
Gresik?
D. Kegunaan Penelitian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
Adapun manfaat penelitian ini antara lain:
1. Secara Akademik (Praktis)
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi
penelitian dalam bidang kesejarahan.
b. Memberikan sumbangan wacana bagi perkembangan perbendaharaan ilmu
pengetahuan, terutama dalam bidang sejarah.
2. Secara ilmiah (Teoritis)
a. Untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar S-1 pada Jurusan Sejarah dan
Kebudayaan Islam Fakultas Adab Dan Humaniora di Universitas Islam
Negeri Surabaya.
b. Untuk memperkaya kajian kebudayaan yang ada di Jawa khususnya di
Jawa Timur.
E. Pendekatan dan Kerangka Teori
1. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi, yaitu suatu sudut
pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi
perhatian terkait bentuk fisik dan kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa
dan rasa manusia. Dengan pendekatan ini penulis mencoba memaparkan
situasi dan kondisi masyarakat, meliputi kondisi sosial budaya dan
keagamaannya. Melalui proses pengumpulan data, mencatat bahan-bahan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
guna mengetahui keadaan masyarakat yang bersangkutan dalam keadaan
sekarang tanpa melupakan masa lampau.17
Antropologi memberikan bahan prehistoris sebagai pangkal bagi
setiap penulis sejarah. konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat
dikembangkan oleh antropologi, akan memberi pengertian untuk mengisi dari
peristiwa sejarah yang menjadi pokok penelitian.18 Pendekatan antropologi
dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami
agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat.19
2. Kerangka Teori
Fenomenologi berasal dari dua kata yakni; phenomenon yang berarti
realitas yang tampak, dan logos yang berarti ilmu. Maka fenomenologi dapat
diartikan sebagai ilmu yang berorientasi untuk mendapatkan penjelasan dari
realitas yang tampak.20
Fenomenologi berusaha mencari pemahaman
bagaimana manusia mengonstruksi makna dan konsep penting dalam
kerangka intersubjektivitas (pemahaman kita mengenai dunia dibentuk oleh
hubungan kita dengan orang lain).
Fenomenologi adalah hakikat dari fenomena yang dimengerti dalam
arti empiris dari struktur umum satu fenomena yang mendasari setiap fakta.
17
T.O Ihromi, Pokok-Pokok Antropologi Budaya (Jakarta: Gramedia, 1990), 19.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT. Rienka Cipta, 1990), 36.
19
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 35.
20
Laras Lestari, “Teori Fenomenologi”, dalam
http://laraslestari24.blogspot.com/2015/10/fenomenogis.html (15 Juli 2016).
18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Dalam mempelajari fenomena agama bidang studinya meliputi fakta yang
bersifat subjektif seperti pikiran, perasaan dan maksud-maksud seseorang,
yang diungkapkan dengan tindakan-tindakan.21
Fenomenologi agama yaitu suatu cara memahami agama yang ada
dengan sikap apresiatif tanpa semangat penaklukan atau pengafiran. Metode
ini menghindari sikap eksternal, menganggap agama orang lain pasti salah dan
hanya agamanyalah yang benar, tetapi melalui pendekatan untuk menjadi
pemerhati dan pendengar sehingga dapat memahami dan menghargai
keberagaman orang lain tanpa meninggalkan keimanannya sendiri.22 Dengan
kata lain, untuk memperkuat keyakinan terhadap kebenaran agamanya, tidak
dengan cara mencari kesalahan agama lain, tetapi memahami pemahaman
orang lain justru untuk memperkuat keyakinan agama sendiri.
Pemahaman suatu fenomena religius meliputi empati terhadap
pengalaman, pemikiran, emosi, ide-ide dari orang lain dan lain-lain.
Pemahaman-pemahaman yang bersifat subjektif inilah yang membuat fakta
menjadi tindakan kebaktian, bukan sekedar gerakan-gerakan. Keadaan ini kita
anggap subjektif, dalam arti semua ini terjadi dalam subjek manusia.23
Fenomenologi mengacu pada analisis kehidupan sehari-hari dari sudut
pandang orang yang terlibat di dalamnya, dan menekankan pada peresepsi dan
21
Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, diterjemahkan oleh Kelompok Studi Driyarkara
(Yogyakarta: Kanisius, 1995), 3.
22
Ibid., 8.
23
Ibid., 12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
interpretasi orang mengenai pengalaman mereka sendiri. fenomenologi
melihat komunikasi sebagai sebuah proses membagi pengalaman personal
melalui dialog atau percakapan.
Jadi fenomenologi mengacu pada sebuah fenomena yang terjadi sesuai
dengan pengalaman yang dialami secara langsung. Seperti fenomena yang
terjadi di Suci, dalam tradisi wolulasan dan selikuran yang pernah dialami
langsung oleh penulis.
Dengan teori tersebut diharapkan dapat mempermudah dalam
mengerjakan penulisan Skripsi yang berjudul “Tradsi Manakiban di Desa
Suci Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik (Studi Fenomena Ritual
Keagamaan)”.
F. Penelitian Terdahulu
Kajian tentang manakib sudah pernah ditulis oleh beberapa
mahasiswa. Adapun beberapa Penelitian terdahulu tentang manakib antara lain:
1. Skripsi: Tradisi Sewelasan di Pondok Pesantren Shibghotallah Dusun
Bahudan Desa Wuluh Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang, Oleh: Ari
Ardianti, Fakultas Adab UIN Sunan Ampel Surabaya tahun, 2014. Skripsi ini
menjelaskan tradisi sewelasan itu hampir sama dengan haul dan dilaksanakan
setahun sekali.
2. Skripsi: Spiritualitas Pemuda Urban (Peran Manakib Syekh Abdul Qadir alJilani di Pondok Pesantren Aitam Nurul Karomah terhadap Pembentukan
Spiritualitas Pemuda Kendangsari Surabaya), Oleh: Agung Dwi Aprilyanto,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya tahun, 2015.
Skripsi ini menjelaskan makna spiritual yang terkandung dalam manakib
Syekh Abdul Qadir al-Jilani.
3. Insan Kamil Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Oleh: Joko Fatchul Mubin,
Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya. Skripsi ini
menjelaskan insan kamil menurut pandangan Syekh Abdul Qadir al-Jilani.
4. Manakib Syekh Abdul Qadir al-Jilani Dalam Perspektif Alquran, Oleh: M.
Ainur Rokhim, Fakultas Usuluddin dan filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.
Skripsi ini memahami manakib Syekh Abdul Qadir al-Jilani dengan perspektif
Alquran.
Pada penulisan skripsi ini akan lebih ditekankan pada alasan
diadakannya tradisi manakib wolulasan dan selikuran oleh H. Mahfud dan H.
Khulud setiap bulan. Di mana dalam tradisi tersebut melibatkan warga Suci dan
para santri Pondok Pesantren Daruttaqwa.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena bentuk
penelitian ini lebih menekankan pada proses dan makna, karena makna mengenai
sesuatu sangat ditentukan oleh proses bagaimana ketentuan itu terjadi.24 Pada
24
H.B Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif (Surakarta: UNS, 1996), 54.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
pendekatan ini, peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial,
hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti.25
Penelitian lapangan (fiel research) digunakan untuk mengamati kehidupan
sosial masyarakat secara langsung di lapangan. Dengan tujuan dapat menemukan
dan memahami fenomena yang terjadi.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan harapan, maka
penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Metode Pengumpulan Data
Metode adalah sebuah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu
yang memiliki langkah-langkah secara sistematis.26 Tahapan-tahapan dalam
penelitian ini ditempuh dengan menggunakan metode sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan indra,
tentang fenomena-fenomena yang terjadi. Observasi berperan pasif baik yang
dilakukan secara formal maupun informal untuk mengamati berbagai aktivitas
dan dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan kebutuhan.27 Pengamatan
yang dimaksud pada artefak dan kelakuan
b. Wawancara
25
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012), 34.
26
Arif Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Surabaya: Usaha Nasional, 1996), 21.
27
Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, 137.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai,
tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada
kesempatan lain.28 Teknik ini digunakan untuk mengetahui tradisi (Tata
kelakuan = ide = tradisi) yaitu syafaat dan berkah.
c. Dokumentasi
Dokumentasi
yang
dimaksud
adalah
Pengumpulan,
pemilihan,
pengolahan dan penyimpanan informasi. Untuk dijadikan sebagai bukti
keterangan (seperti foto pelaksanaan tradisi, rekaman wawancara dan lainlain)
2. Teknik Penulisan Data
a. Deskriptif
Untuk menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan teknik
deskriptif yaitu dengan cara menguraikan data yang didapat atau
menerjemahkan sehingga menjadi jelas dan konkret. dari teknik ini penulis
memberikan gambaran mengenai data yang didapat dari tradisi Manakiban di
Suci Manyar Gresik.
b. Interpretasi
pemberian kesan, pendapat atau pandangan teoritis dalam sebuah
penafsiran dengan cara mencari keterkaitan data kemudian diambil suatu
kesimpulan guna mendapatkan fakta.
28
Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Thesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, 138.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
3. Penulisan Laporan
Langkah terakhir dalam proses penelitian adalah pemaparan hasil
penelitian yang telah dilakukan, mencakup penyusunan dan penulisan hasil
penelitian berdasarkan data yang diperoleh untuk menggambarkan secara
keseluruhan aspek unsur Islam dan budaya lokal dalam tradisi manakib, yang
meliputi pengamatan dan penyusunan subyek itu sendiri.
H. Sistematika Bahasan
Untuk mempermudah pemahaman dalam menyajikan pokok permasalahan
yang dibahas dalam skripsi ini, maka perlu adanya langkah-langkah yang
sistematis, jika dijabarkan terdapat lima bab sebagi berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi tentang garis-garis besar
penelitian skripsi. Bab ini merupakan gambaran umum tentang seluruh rangkaian
penulisan skripsi sebagai dasar pijakan bagi pembahasan di bab-bab berikutnya.
Bab kedua akan dijelaskan deskripsi lokasi yang akan dijadikan tempat
penelitian.
Bab ketiga akan dijelaskan sejarah munculnya tradisi wolulasan dan
selikuran yang ada di Suci.
Bab keempat akan dijelaskan prosesi tradisi wolulasan dan selikuran serta
menjelaskan makna-makna yang terdapat dalam tradisi manakib wolulasan dan
selikuran. Makna yang akan ditulis merupakan persepsi dari peneliti setelah
melakukan wawancara kepada narasumber.
Bab kelima merupakan bab Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Desa Suci
Kabupaten Gresik terletak di sebelah Barat Laut dari Ibukota Propinsi
Jawa Timur (Surabaya) dengan luas 1.191,25 kilometer persegi dengan panjang
Pantai ± 140 kilometer persegi. Secara geografis, wilayah Kabupaten Gresik
terletak antara 112o – 113o Bujur Timur dan 7o – 8o Lintang Selatan. Wilayahnya
merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2 – 12 meter di atas permukaan air
laut kecuali Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter di atas
permukaan air laut.
Gresik memiliki luas 1.191,25 km². Kabupaten Gresik terbagi dalam 18
Kecamatan dan terdiri dari 330 desa dan 26 kelurahan. Salah satu dari beberapa
desa tersebut adalah Desa Suci. dengan batasan wilayah sebagai berikut:
1.
Sebelah Utara: Desa Pongangan dan Sukomulyo Kecamatan Manyar.
2.
Sebelah Selatan: Desa Dahan Rejo dan Desa Kembangan Kecamatan
Kebomas.
3.
Sebelah Barat: Desa Tebalo dan Desa Banjarsari Kecamatan Manyar.
4.
Sebelah Timur: Desa Yosowilangun Kecamatan Manyar.
Desa Suci adalah salah satu dari lima desa di Kecamatan Manyar yang
masuk dalam rencana pembangunan Kota Gresik, yang terhampar dan dihiasi
persawahan dan perbukitan kapur. Terbentang jalan tol Surabaya Manyar,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
dilintasi
jalan
Kabupaten,
disambungkan
dengan
jalan
beraspal
yang
menghubungkan dengan desa lain. Desa Suci terbagi satu dusun yaitu Dusun
Pedukuan dengan 25 Rukun Warga (RW) dan 136 Rukun Tetangga (RW).1
Kehidupan masyarakat Suci merupakan kehidupan masyarakat yang
agami, interaksi sosial masyarakatnya sangat harmonis dan rukun, satu sama lain
saling menghargai dan menghormati sehingga terciptalah lingkungan yang
kondusif, aman, tenteram dengan menjunjung tinggi nilai-nilai gotong-royong
dalam membangun.
Jumlah penduduknya pada bulan Januari tahun 2016 mencapai 21.680
jiwa dengan luas wilayah 389.522 Ha dan rata-rata kepadatan penduduknya
mencapai 3.650 jiwa dengan rincian ke pendudukan sebagai berikut:
Jumlah Kepala Keluarga2:
1
2
No
Keterangan
KTP Suci
Domisili
Jumlah
1
Laki-laki
4350
530
4880
2
Perempuan
4150
460
4610
3
Jumlah total
9490
Data File Desa Suci Gresik.
Ibid., File Suci Gresik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Jumlah Penduduk Menurut Jenis kelamin:3
No
Umur
Laki-Laki
Perempuan
Total
1
0 – 4 Tahun
356
350
706
2
5 – 9 Tahun
723
767
1490
3
10 –14 Tahun
680
652
1332
4
15 – 19 Tahun
765
756
1521
5
20 – 24 Tahun
745
784
1529
6
25 – 29 Tahun
735
760
1495
7
30 – 34 Tahun
610
775
1385
8
35 – 39 Tahun
610
775
1385
9
40 – 44 Tahun
660
668
1328
10
45 – 49 Tahun
720
756
1476
11
50 – 54 Tahun
657
768
1425
12
60 – 64 Tahun
557
557
1114
13
65 – 69 Tahun
668
697
1365
14
70 – 74 Tahun
490
589
1079
Dilihat dari topografi dan kontur tanah Desa Suci secara umum berupa
persawahan dan perbukitan yang berada pada ketinggian antara 640 s/d 700 m di
atas permukaan laut. Dengan suhu rata-rata 22 s/d 28o celsius.
3
Ibid., File Suci Gresik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Pemerintahan Desa Suci dipimpin oleh Kepala Desa dan dibantu sembilan
orang Perangkat Desa, sedangkan BPD Suci terdiri dari sebelas orang anggota.
Struktur organisasi pemerintahan Desa Suci Kecamatan Manyar
Kabupaten Gresik:4
1.
Kepala Desa
: Khoirul Dholam
2.
Plt. Sekretaris Desa
: Muhammad Miftach
3.
Kepala Urusan Umum
: Anang Fathur Rozi
4.
Kepala Urusan Keuangan
: Reea Ainul Hayati
5.
Kepala Seksi Trantib
: Suhariyanto
6.
Kepala Seksi Ekbang
: Khourua Sobri
7.
Kepala Seksi Pemerintahan : Mohammad Abduh
8.
Kepala Seksi Kerja
9.
Kepala Dusun
10. Kepala Dusun
: Mutaabit
: Nurul Azhar
: Niafatul Mufidah
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Suci:
4
1.
Ketua
: Hasan Basri
2.
Wakil Ketua
: H. Abdul Halim
3.
Sekretaris
: Khoirul Huda
4.
Anggota
: Abdul Jalal
5.
Anggota
: M. Rofii
6.
Anggota
: M. Muhsin Ishaq
Ibid., File Suci Gresik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
7.
Anggota
:Agung Heri Purwanto
8.
Anggota
: Supriyanto
9.
Anggota
: Mulyono
10. Anggota
: Pramito
11. Anggota
: Sugiyanto
B. Perekonomian
Berdasarkan data dari kantor Desa Suci, tidak terlalu mencantumkan
ekonomi warganya, karena Desa Suci merupakan kategori desa swasembada
(usaha mencukupi kebutuhan sendiri). Perekonomian Desa Suci umumnya
merupakan masyarakat yang bertumpu pada pertanian, perkebunan. Selain dari
hasil pertanian dan perkebunan, perekonomian warga Suci bertumpu pada banyak
galian, baik untuk bahan baku pembuatan pupuk, bahan bangunan, maupun untuk
bahan baku kapur gamping, selain itu juga ada yang bekerja di industri,
wiraswasta dan juga pegawai negeri sipil.
C. Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu aspek yang penting, yang dapat menunjang
kehidupan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Karena menurut pola pikir
masyarakat sekarang, semakin tinggi tingkatan pendidikan, maka derajat sosial
lingkungan masyarakat pun terangkat, karena ini pendidikan menjadi satu faktor
penting yang aktual sepanjang zaman5
5
Zakiyah Dradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: Ruhama, 1995), 11.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
Pendidikan sangatlah dibutuhkan di era reformasi ini. Tanpa adanya
pendidikan, seseorang tidak akan bisa maju dan mengembangkan pengetahuan
serta pengalaman yang ada. Sebagai generasi penerus bangsa, kita dituntut untuk
dapat mengembangkan pendidikan berdasarkan wawasan kita. Pendidikan
merupakan salah satu aspek penting untuk meningkatkan kesejahteraan.
Jumlah lembaga pendidikan formal di Desa Suci:6
No
Tingkatan Pendidikan
Jumlah Lembaga
1
PAUD
Delapan Lembaga
2
TK
Tuju Lembaga
3
SD/MI
Lima Lembaga
4
SMP/MTS
Dua Lembaga
5
SMK/MA
Empat Lembaga
6
PERGURUAN TINGGI
Dua Lembaga
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting untuk meningkatkan
tingkat kesejahteraan dan perekonomian bagi masyarakat. Dari sarana pendidikan
yang ada di Desa Suci ini diharapkan dapat meningkatkan aspek pendidikan
sehingga
mendorong
timbulnya
keterampilan
dan
wirausaha
sehingga
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
6
Ibid., File Suci Gresik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
Di Desa Suci selain terdapat pendidikan formal juga terdapat pendidikan
nonformal. adapun pendidikan nonformal yang dimaksud adalah pendidikan
keagamaan. Pendidikan itu meliputi: TPQ, Madrasah Diniyah tingkat MI,
Madrasah Diniyah tingkat Tsanawiyah, Madrasah Diniyah tingkat
Aliyah.
Adapun tempat pelaksanaan pendidikan nonformal di laksanakan di PondokPondok yang terdapat di Desa Suci antara lain: Pondok Pesantren Mambaus
Sholihin, Pondok Pesantren Daruttaqwa dan Pondok Pesantren Roudlotul
Mutaallimin.
D. Keagamaan
Kondisi keagamaan di Desa Suci terbilang sangat bagus hal ini dapat
dilihat dari banyaknya masjid dan langgar yang ada di desa tersebut. Bahkan
terdapat tiga Pondok Pesantren yang berdiri di desa tersebut. Jadi tidak diragukan
lagi Desa Suci pasti sangat mencerminkan sebagai desa yang agami dan islami.
Warga Desa Suci mayoritas beragama islam dan menganut paham
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai pedoman mereka dalam beribadah. Dalam
kegiatan keagamaan, masyarakat Suci cenderung mewarnai kehidupan sehari-hari
dengan agama, baik itu fisik maupun mental budaya. Semua itu dapat dilihat dari
aktivitas-aktivitas islami yang berkembang sebagai berikut:
1.
Tahlilan
Tahlil yaitu suatu aktivitas yang dilakukan baik sendiri atau secara
bersama-sama dengan membaca kalimat laila haillallah beserta serangkaian
bacaan dan doa lainnya. Acara tahlilan ini dilakukan untuk mengirimkan doa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
kepada keluarga yang telah meninggal dunia. Kegiatan tahlilan ini dilakukan
satu Minggu sekali. Biasanya dilakukan rutin setiap hari Kamis setela salat
magrib. selain tahlilan yang dilakukan rutin setiap satu Minggu sekali,
tahlilan juga dilakukan ketika ada warga yang meninggal dunia, yaitu selama
tuju hari pasca meninggal dunia.
2.
Istigasah
Istigasah berarti meminta pertolongan kegiatan ini dilakukan di setiap
masjid atau langgar baik di kampung atau di pesantren, yaitu tepatnya selesai
salat magrib. Istigasah adalah kegiatan pembacaan kalimat tayibah dan zikir
kepada allah secara bersama-sama yang dipimpin imam salat magrib hingga
selesai.
Pada bulan Ramadan kegiatan istigasah ini di hentikan dan setelah
Ramadan selesai kegiatan kembali seperti semula. Karena setiap bulan Ramadan
seluruh kegiatan diganti dengan membaca Alquran dan mengaji kitab kuning
setelah salat tarawih.
E. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia di dunia.7 Hasil dan
penciptaan manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat antara
keseluruhan pengetahuan manusia dan makhluk yang digunakan untuk
7
Endang Saifudin Anshari, Agama dan Kebudayaan (Surabaya: Bima Ilmu, 1979), 72.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
memahami lingkungan serta pengalamannya yang kemudian menjadi pedoman
tingkah lakunya.
Pada dasarnya masyarakat pulau Jawa sangat kental dengan masalah
tradisi dan budaya. bahkan tidak jarang tradisi dan kebudayaan tersebut dapat
bertahan sampai saat ini.
Bagi orang Jawa, hidup ini penuh dengan upacara, dalam hal ini corak dan
kebudayaan yang ada di Desa Suci Manyar Gresik cenderung pada tradisi dan
kebudayaan islam yang sangat kental keberadaannya dalam lingkungan
masyarakat.
Kenyataan itu terlihat dari adanya berbagai kebudayaan yang
bersifat keagamaan, sifat keagamaan tersebut merupakan suatu gerak budaya
yang diwujudkan dalam kehidupan masyarakat yang ada dan mempunyai unsur
keagamaan.8 Seperti kebudayaan islam yang ada di Desa Suci Manyar Gresik
berikut ini:
1.
Selamatan
Acara selamatan merupakan upacara yang dilakukan untuk mendoakan
orang yang telah meninggal dunia. Selamatan ini dilakukan mulai dari hari
pertama meninggal dunia sampai hari ketujuh. Setelah itu dilanjutkan pada
hari ke 40 kemudian ke 100 dan hari ke 1000.
Selamatan dilakukan dengan membaca Yasin dan tahlil yang
dikhususkan kepada orang yang meninggal. Dalam acara selamatan ini
8
Moh. Qutub, Islam di Tengah Pertarungan Tradisi (Bandung: Mizan, 1986) 17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
keluarga yang ditinggalkan menyiapkan nasi yang dihidangkan kepada warga
yang mengikuti acara tersebut.
2.
Mauludan
Setiap memasuki tanggal 12 Rabiul Awal, terdapat kegiatan yang
dilakukan di Desa Suci maupun di Pondok Pesantren Daruttaqwa. Mauludan
yaitu acara yang dilakukan untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad.
Kegiatan mauludan ini tidak jauh berbeda dengan daerah lain yang
memperingati mauludan dengan membaca Diba’ (Diba’an). Tempat
pelaksanaannya dilakukan di langgar-langgar dan masjid.
3.
Isra Mikraj
Peringatan isra mikraj Nabi Muhammad. Tradisi ini dilakukan dengan
tujuan untuk memperingati perjalanan Nabi Muhammad yang mendapatkan
perintah untuk menunaikan Salat lima waktu. Cara pelaksanaannya sama
dengan mauludan. Bedanya dalam peringatan Isra Mikraj ini juga disertai
dengan pengajian atau ceramah agama yang diberikan oleh tokoh agama
setempat kepada masyarakat Desa Suci.
4.
Tingkeban atau mitoni
Tingkeban dilakukan ketika usia kehamilan mencapai tujuh bulan.
Adapun tujuan dari tradisi ini agar bayi yang akan dilahirkan diberi
keselamatan dan keberkahan oleh Allah sampai nanti dilahirkan ke dunia.
Untuk calon ibu diharapkan diberikan kesehatan agar nanti pada saat
melahirkan diberikan kemudahan serta kelancaran oleh Allah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
5.
Akikah
Akikah dilakukan pada masa anak diberi nama dan diadakan
pemotongan (pencukuran) rambut. Akikah dilakukan pada saat bayi berusia
tujuh hari. Dalam akikah ini juga disertai penyembelihan ternak. Semisal
anak yang akan di akikahi laki-laki maka penyembelihan dua kambing dan
kalau perempuan satu kambing.
6.
Rebo Wekasan
Dari budaya-budaya yang disebutkan sebelumnya, budaya rebo
wekasan adalah budaya yang berhubungan dengan nama Desa Suci.
Mengenai asal-usul nama ini berawal dari perintah Sunan Giri yang
memerintahkan kerabatnya (menurut ulama ahli sejarah yang dimaksud
kerabat sunan giri ini adalah Syekh Jamaludin Malik) untuk menyebarkan
islam ke sebelah barat Kota Gresik, semula kerabat tersebut tiba di selatan
Desa Suci. Kemudian didirikanlah Masjid yang berfungsi sebagai tempat
untuk menuntut ilmu keagamaan. Setelah itu untuk kebutuhan air dibuat
sumur yang dapat digunakan untuk sesuci. Selain digunakan sesuci sumur
ini bermanfaat bagi masyarakat sekitar, karena besarnya manfaat air sumur
itu kemudian dikenal
dengan nama sumur gede yang dalam bahasa
Indonesia berarti sumur besar, memang kalau kita melihat sumur itu sekarang
akan terlihat biasa-biasa saja ukurannya pun biasa akan tetapi manfaat sumur
pada masa itu sangatlah besar sehingga masyarakat menyebutnya sumur
gede. Di sebelah sumur tersebut tumbuh sebatang pohon asem yang rasa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
buahnya manis sehingga Kampung tersebut dinamakan kampung Asemanis
sampai sekarang.
Selanjutnya kebutuhan air lama-lama tidak mencukupi, maka atas
petunjuk Kanjeng Sunan Giri diperintahkannya kerabat tadi untuk
menelusuri lereng bukit di sebelah utara kampung Asemanis kemudian
kerabat tadi melihat kerimbunan pohon-pohon besar di tempat itu , ada
pohon Randu, pohon Beringin, pohon Abar, Pohon Kayu tangan, dan Pohon
kesono yang sangat rimbun, lalu kerabat tersebut mendekat dan melihat-lihat
di bawah kerimbunan pohon-pohon tadi terdapat sumber air yang sangat
jernih dan besar sampai airnya meluap ke permukaan tanah sehingga kalau
untuk kebutuhan sesuci sangat baik dan memenuhi syarat menurut Agama.
Dari cerita tersebut kemudian kampung itu dinamakan Kampung Suci/Desa
Suci.
Karena telah ditemukannya sumber air yang sangat besar itu kemudian
Masjid yang ada di Kampung Asemmanis dipindahkan ke dekat sumber air
suci yang sekarang menjadi Sebuah tempat pemandian yang disebut sendang
sono, sedangkan Masjid tersebut diberi nama Masjid Mambaut Thoat.
Dengan ditemukannya sumber air itu pada Bulan Shafar tepatnya hari
Rabu yang terakhir. Akhirnya tiap tahun diadakan riadah dan syukuran,
mandi malam kemudian dilanjutkan salat malam, sujud syukur sebagai
ucapan terima kasih kepada Allah dan memohon agar diberikan keselamatan
dan dijauhkan dari segala penyakit.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
Kemudian setelah bertahun-tahun berjalan, dalam acara rebo wekasan
diadakan hiburan yang berbeda-beda dari tahun ke tahun seperti: wayang
kulit, panggung sandiwara islami, layar tancap. Karena diadakannya hiburanhiburan ini menjadikan rebo wekasan setiap tahunnya bertambah ramai
sehingga banyak orang yang berjualan. Awalnya penjual hanya sebatas
makanan dan minuman yang sederhana antara lain kacang rebus, serabi,
ketupat keteg dan dawet dan cao plek. Namun semakin berkembangnya
zaman makanan tersebut sulit dicari, sekarang para penjual banyak yang
berjualan barang-barang modern seperti baju kosmetik aksesori dan lain-lain.
Dalam acara rebo wekasan diantaranya kirab tumpeng raksasa,
tumpeng tersebut dikirab diiringi dengan hadrah dan bacaan selawat Nabi
Muhammad. Kirab ini dimulai dari kampung Asemanis menuju Masjid
Mambaut Thoat. Selain itu dalam tradisi ini juga dilakukan pembacaan
Alquran mulai hari senin pagi sampai selasa sore. Kemudian pada hari selasa
malam Rabu diadakan hadrah dan salat malam.9
9
Ibid., File, Suci Gresik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III
MUNCULNYA TRADISI WOLULASAN DAN SELIKURAN
A. Pondok Pesantren Daruttaqwa
Sebelum membahas tradisi wolulasan dan slikuran terlebih dahulu akan
dijelaskan Pondok Pesantren Daruttaqwa karena dalam tradisi wolulasan dan
selikuran ini melibatkan KH. Munawar Adnan Kholil selaku pendiri Pondok
Pesantren Daruttaqwa.
Adapun pendirian Pondok Pesantren Daruttaqwa ini berawal dari
kedatangan seorang muslim yang saleh ke Desa Suci manyar Gresik (1875 M)
untuk melaksanakan dakwah Islami, beliau bernama Mbah Brojo yang bersal dari
Soca Bangkalan Madura.
Di Desa Suci Manyar Gresik, Mbah Brojo membangun langgar yang
dikenal dengan sebutan langgar Mbah Brojo, di langgar ini Mbah Brojo
membimbing masyarakat Desa Suci untuk melaksanakan ajaran Agama Islam.
Dengan kesabaran dan ketekunan Mbah Brojo dalam membimbing masyarakat
desa Suci akhirnya mereka menjadi masyarakat yang taat dalam menjalankan
ajaran Agama Islam.1
Setelah kurang lebih 10 tahun Mbah Brojo dengan tekun mengajarkan dan
membimbing masyarakat Desa Suci, kemudian ia menikah dengan Nyai Sihhah.
Muhammad Kiswono, “Biografi KH. Munawar Adnan Khalil” , dalam
https://plus.google.com/+MuhammadKiswono/posts/ (23 Mei 2016).
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
Dari pernikahan ini beliau dikaruniai 2 anak yaitu: Mbah K.Sholeh (menantu Kiai
Abdul Jabbar) Dukun Sidayu, saudara tua KH. Fakih Maskumambang. Nyai
Maryam, menikah dengan Mbah Ismail.
Pernikahan Nyai Maryam dengan Mbah Ismail kemudian dikaruniai dua
anak, yakni Nyai Mas’amah dan Nyai Dewi Muslihah. Nyai Mas’Amah menikah
dengan Kiai Kholil dari Manyar. Kiai Kholil adalah santri Kiai Khozin Pondok
Pesantren Langitan Widang Tuban Lamongan dan juga pernah menjadi santri
Kiai Kholil Bangkalan.
Pada tahun 1932 M Kiai Kholil (Suci) ingin meneruskan perjuangan Mbah
Bojo dengan mendirikan langgar yang dikenal dengan sebuatan “Langgar Kiai
Kholil”. Di langgar ini Kiai Kholil meneruskan perjuangan mbah Brojo dalam
membimbing masyarakat Suci untuk melaksanakan ajaran islam.2
Setelah Kiai Kholil wafat (1961 M) dilakukan Pembangunan Pondok
Pesantren di sekitar langgar tersebut oleh cucu Kiai Kholil yang bernama KH.
Munawar Adnan Kholil yang telah selesai belajar di Pondok Pesantren Jati Purwo
Sawah Pulo Surabaya. Pendirian pondok ini atas perintah dari gurunya KH.
Usman al-Ishaqi dan putranya KH. Ahmad Asrori untuk melanjutkan perjuangan
Kiai Kholil dengan Mendirikan Pondok Pesantren, Hal ini dimaksudkan untuk
menyelamatkan peninggalan Kiai Kholil. Namun Menurut cerita Hasbi Mubarok
sewaktu mendapat perintah tersebut KH. Munawar Adna Kholil masih kerasan
Nabila Firdaus, “Biografi KH. Munawar Adnan Kholil dan pola pembelajaran keterampilan para
santri di Pondok Pesantren Daruttaqwa Suci Manyar Gresik (1987-2000)” (Skripsi UIN Sunan Ampel
Fakultas Adab, Surabaya, 2013), 45.
2
digilib.uinsby.ac.id digilib.u