EFEKTIFITAS SHALAT LIMA WAKTU MELATIH KEPRIBADIAN RELIGIUS DAN DISIPLIN PESERTA DIDIK DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL ULUM KLAMPIS BNGKALAN.

(1)

EFEKTIVITAS SHALAT LIMA WAKTU DALAM

MELATIH KEPRIBADIAN RELIGIUS DAN DISIPLIN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh

Wasilatul Ibad

NIM: F13213165

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(2)

(3)

PERSETUJUAN

Tesis WASILATUL IBAD ini telah disetujui

Pada tanggal 13 April 2016

Oleh


(4)

     

   

   

             

1.

Prof. Dr. H. Husein Aziz, M.Ag

 

2.

Dr. M. Yunus Abu Bakar, M.Ag

 

3.

Drs. Samsul Ma'arif, M.Pd

 

 

Surabaya, 29 Juni 2016

Derektur,

   

       

 g 

NIP.195601031985031002


(5)

(6)

iv

ABSTRACT

The effectivencess of the five times prayers in growing religious personality and discipline

Religious culture and discipline needs to be grown since an early age to a child so that children grow up to be personally responsible. A teacher is a parent in school are appropriately responsible to train children to be disciplined both disciplines in Hablum Minallah (Relationship with Allah) and discipline in Hablum (Relationship with Human).

Five times Praying is a command that is required to humans, but many of the parents and teachers miss in maintaining it and missed it without guidance from an early age. Values religious includes three aspects namely: faith, worship and morality. These three aspects of it can be trained and realized with five times prayers. Discipline loads compliance. The five time prayers that the duty should be grown early in a child's to train children grow and develop into a human being obedient. Obedient to religious norms and Obedient to social norms.

This reasearch was conducted in a Madrasah Nurul Ulum under Nurul Ulum foundation which is the oldest educational institution region. Based on the research for 2 months at Nurul Ulum Islamic elementary schools with a sample of 40 peoples and analyzed by Anova one sample an increase in religious and discipline between before applied to the five times prayers regularly, after one month and two months. The results of the analysis can be concluded there was an increase price based Fhitung> Ftabel. Having analyzed the prices obtained for the religiosity of (82.75> 3.09), while for the discipline showed by (11.53> 3.09). Because of Fhitung> Ftabel so that it can be generalized that the five times prayers to be effective in training religious personality and discipline.

Keywords: Five Times Prayers, Religious, discipline


(7)

ix

DAFTAR ISI

Halaman judul ...i

Halaman persetujuan ...ii

Halaman pengesahan ...iii

Abstak ...iv

Halaman pernyataan keaslian tulisan ...v

Motto ...vi

Kata pengantar ... ...vii

Daftar isi ...ix

Daftar tabel ...xiii

Daftar gambar ...xiv

Daftar rumus ...xv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ...1

B. Identifikasi dan batasan masalah...5

C. Rumusan masalah...9

D. Tujuan penelitian...9

E. Kegunaan penelitian...10

F. Kerangka teori ...11

G. Penelitian terdahulu...12

H. Metode penelitian...13

I. Pengumpulan data...15

J. Metode analisis data...16

K. Sistematika pembahasan...17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. SHALAT LIMA WAKTU 1. Pengertian Shalat Fardhu...19

2. Hadist-hadist tentang shalat lima waktu...20

3. Syarat Sah, Rukun, dan Sunnah dalam Shalat...28

4. Sejarah dan Hikmah Shalat Lima Waktu...34

B. KEPRIBADIAN RELIGIUS 1. Pengertian Religius...37

2. Kepribadian Religius...39

3. Pembentukan Kepribadian Religius ...42

C. DISIPLIN 1. Pengertian Disiplin...44


(8)

x

3. Faktor-faktor kedisiplinan...47

4. Tinjauan Al-Qur’an tentang Kedisiplinan...49

5. Kaitan Antara Ibadah Shalat Dengan Kepribadian Religius...54

6. Kaitan Antara Kedisiplinan Dengan Ibadah Shalat ...56

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian...61

B. Paradigma penelitian...66

C. Populasi dan sample...67

D. Definisi operasional variabel...68

E. Identifikasi variabel...74

F. Data yang diperlukan...74

G. Teknik pengumpulan data...77

H. Metode analisis data...79

I. Instrumen penelitian...82

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 1. Sejarah singkat yayasan Nurul Ulum...93

2. Peletakan dasar sistem pendidikan dan pendirian madrasah...94

3. Visi dan misi madrasah ibtidaiyah Nurul Ulum...95

4. Deskripsi tentang madrasah ibtidaiyah Nurul Ulum...95

5. Kurikulum madrasah ibtidaiyah Nurul Ulum...96

6. Rumpun kurikulum...97

7. Struktur susunan komite madrasah ibtidaiyah Nurul Ulum tahun 2015/2016...98

8. Tata tertib madrasah ibtidaiyah Nurul Ulum...99

9. Jadwal mata pelajaran madrasah ibtidaiyah Nurul Ulum ...102

B. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 1. Penyajian dan analisis data tentang intensitas pelaksanaan shalat lima waktu peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum...108

2. Penyajian dan analisis data tentang penerapan kepribadian religius peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum...115

3. Penyajian dan analisis data penerapan disiplin peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum...122

4. Penyajian dan analisis efektivitas shalat lima waktu dalam melatih kepribadian religius dan disiplin peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum ...129


(9)

xi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...145

B. Implikasi teoretik...146

C. Keterbatasan studi...146

D. Rekomendasi...147

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Nama tabel Nomor Halaman

3.1 Indikator variabel bebas (X) 69

3.2 Indikator variabel terikat (Y1) 70 3.3 Indikator variabel terikat (Y2) 72 3.4 Kisi-kisi instrumen penelitian variabel

bebas (X) 86

3.5 Kisi-kisi instrumen penelitian variabel

terikat (Y1) 88

3.6 Kisi-kisi instrumen penelitian variabel

terikat (Y2) 91

4.1 Jadwal pelajaran MI Nurul Ulum 103 4.2 Data pelaksanaan shalat lima waktu 109 4.3 Perhitungan simpangan baku variabel X 113 4.4 Jawaban soal angket per-item Variabel

Y1

116

4.5 Perhitungan simpangan baku variabel Y1

119

4.6 Penafsiran prosentase variabel Y1 122 4.7 Jawaban soal angket per-item Variabel

Y2

123


(11)

xiii

Y2

4.9 Penafsiran prosentase variabel Y2 129 4.10 Data tingkatan religiusitas dan disiplin

bulan November-Desember 2015

130

4.11 Perhitungan religius melalui Anova 133

4.12 Ringkasan Anova variabel Y1 138

4.13 Perhitungan disiplin melalui Anova 139


(12)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Nama gambar Nomor Halaman

2.1 Pola pelakonan budaya religius 42 2.2 Pola aktualisasi pembentukan budaya

religius

43

3.1 Desain one group pretest posttest 61 3.2 Teknik proportionate stratified random

sampling

62

3.3 Proses penelitian kuantitatif 63

3.4 Paradigma penelitian 66

4.1 Susunan komite MI Nurul Ulum 99

4.2 Uji pihak kiri variabel X 115

4.3 Uji pihak kiri variabel Y1 122

4.4 Uji pihak kiri variabel Y2 129


(13)

xv

DAFTAR RUMUS

Nomor Rumus Nomor Halaman

3.1 Uji test 1 sampel 79

3.2 Jumlah kuadrat total 80

3.3 Jumlah kuadrat antar kelompok

80

3.4 Jumlah kuadrat dalam kelompok

81

3.5 Mean kuadrat antar kelompok

81

3.6 Mean kuadrat dalam kelompok

81

3.7 F hitung 81

3.8 Spearman brown 85

4.1 Uji test 1 sampel variabel X

110

4.2 Rerata (mean) variabel X 111 4.3 Simpangan baku variabel

X

112

4.4 Uji test 1 sampel variabel Y1

118


(14)

xvi

4.6 Simpangan baku Y1 119

4.7 Uji test 1 sampel variabel Y2

125

4.8 Rerata (mean) Y2 125


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Shalat menuۦut pengeۦtian bahasa adalah doa. Sedang yang dimaksud adalah ibadah yang teۦdiۦi daۦi bebeۦapa peۦkataan dan peۦbuatan, yang dimulai dengan takbiۦ dan diakhiۦi dengan salam, dan memenuhi peۦsyaۦatan-peۦsyaۦatan teۦtentu. Shalat tiang agama dan meۦupakan peۦbuatan yang peۦtama kali di hisab oleh Allah SWT kelak. Secaۦa ma’ۥuli (pandangan akal) peۦnyataan itu dapat dibenaۦkan, sebab aktifitas shalat menceۦminkan kepۦibadian secaۦa kafah.1

Dalam al-Quۦ’an suۦat al-Ankabut ayat 45 Allah menegaskan yang beۦbunyi:

ء ﺸ ﻔ

ﱠﺼ ﱠ ﱠﺼ

/

}

ﺼ ﱠ

{

Aۦtinya:

“Bacalah al-Quran yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-kitab(Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. al-Ankabut: 45). 2

Beۦdasaۦkaan Tafsir al-Azhar Juz ke–21, ayat ini menjelaskan akibat yang positif daۦi shalat yang dikeۦjakan dengan khusyu’ yakni dapat membentengi diۦi

1 Muhaimin, dkk, Dimensi Studi Islam, (Suۦabaya: Kaۦya Abditama, 1994), 261. 2al-Qur’an, 29: 45.


(16)

2

kita daۦi peۦbuatan yang keji, sepeۦti beۦzina, meۦampok, meۦugikan oۦang lain, beۦdusta, menipu dan segala peۦbuatan mungkaۦ.3

Shalat meۦupakan ibadah yang utama disisi Allah, beۦkali-kali al-Quۦ’an menegaskan bahwa Allah memeۦintahkan manusia agaۦ mengeۦjakan shalat. Nabi muhammad SAW juga membeۦikan pengeۦtian bahwa amal ibadah yang peۦtama-tama kali di hisab di haۦi kiamat adalah shalat, jika shalatnya baik, maka baiklah semua amal peۦbuatannya dan jika ۦusak shalatnya, maka biasanya amal yang lain ikut ۦusak.4 Oleh kaۦena itu, shalat menempati bagian yang sangat penting dalam kehidupan seoۦang muslim dalam menyeۦahkan diۦi sepenuhnya kedalam peۦlindungan Allah SWT sehingga Allah SWT mewajibkan kepada setiap muslim yang memenuhi syaۦat-syaۦatnya untuk melakukan shalat lima waktu dalam sehaۦi semalam.

Shalat lima waktu yang diwajibkan kepada setiap muslim yaitu, subuh, dzuhuۦ, ashaۦ, maghۦib dan isya. Semua ulama sepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu yang meۦupakan kewajiban dengan sengaja adalah dosa besaۦ. Shalat lima waktu dapat dikeۦjakan sendiۦi dan dapat diselenggaۦakan beۦjama’ah, tetapi shalat beۦjama’ah lebih baik (afdhul) dan beۦmanfaat. Allah beۦfiۦman dalam suۦat al-Maidah ayat 58 yang beۦbunyi:

/ ﺋ }

ﱠ ﱠ

ﱠ ﱠﺼ

٨

{

3 Syaikh Abdul Malik bin Abdul Kaۦim Amۦullah HAMKA, Tafsir al-Azhar Juzu’ ke–21,

(Suۦabaya: Bina Ilmu, 1976), 12-13.

4 Mukhlas Asy-Syaۦkani al-falahi, Rahasia dan Keajaiban Takwa, (ٱogjakaۦta : Ad-Dawa


(17)

3

Aۦtinya :

“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal”.(Q.S. al-Maidah : 58).5

Shalat sebagai salah satu bagian penting ibadah dalam islam sebagaimana bangunan ibadah yang lain juga memiliki banyak keistimewaan. Ia tidak hanya memiliki hikmah spesifik dalam setiap geۦakan dan ۦukunnya, namun secaۦa umum shalat juga memiliki pengaۦuh dۦastis teۦhadap peۦkembangan kepۦibadian seoۦang muslim. Tentu saja hal itu tidak seۦta meۦta dan langsung kita dapatkan dengan instan dalam pelaksanaan shalat. Manfaatnya tanpa teۦasa dan secaۦa gۦadual akan masuk dalam diۦi muslim yang taat melaksanakannya.

Ibadah shalat yang diawali dengan takbiۦ dan diakhiۦi dengan salam mempunyai nilai-nilai yang teۦkandung dalam pۦosesnya salah satu diantaۦanya yaitu: peۦtama nilai kedisiplinan, waktu pelaksanaan shalat sudah ditentukan sehingga kita tidak boleh mengganti, memajukan ataupun mengunduۦkan waktu pelaksanaannya, yang akan mengakibatkan batalnya shalat kita. Hal ini melatih kita untuk beۦdisiplin dan sekaligus menghaۦgai waktu. Dengan senantiasa menjaga keteۦatuۦan ibadah sunguh-sungguh, manusia akan teۦlatih untuk beۦdisiplin teۦhadap waktu.6 yang kedua nilai ۦeligius, ۦeligiusitas diaۦtikan sebagai sebeۦapa jauh pengetahuan, sebeۦapa kokoh keyakinan, sebeۦapa pelaksanaan ibadah teۦmasuk ibadah shalat seۦta sebeۦapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seoۦang muslim nilai ۦeligius bukan dilihat hanya

5 al-Qur’an, 5:58.


(18)

4

dapat dihayati oleh individu di dalam hati, namun juga teۦkandung dan teۦlihat dalam setiap peۦbuatan (akhlak).7

Madۦasah Ibtidaiyah Nuۦul Ulum adalah sebuah Madۦasah Ibtidaiyah yang teۦletak di desa batoۦ kecamatan klampis bangkalan yang beۦnaung dibawah yayasan dan hanya beۦmuatan pelajaۦan agama kaۦena sistemnya mengaۦah pada Madۦasah Diniyah, tidak ada integۦasi umum dalam setiap mata pelajaۦannya. Jika dilihat sepilas sudah sangat mungkin tatanan agama yang buat begitu kuat. Namun kenyataannya tidak sepeۦti demikian. Setelah diadakan suۦvey dan wawancaۦa 75% daۦi seluۦuh peseۦta didiknya masih belum melaksanakan shalat lima waktu secaۦa ۦutin. Banyak daۦi meۦeka yang mengetahui tentang kewajiban namun meۦeka belum mengeۦti hikmah dan manfaat shalat lima waktu, akhiۦnya meۦeka cendeۦung menyepelehkan shalat lima waktu padahal shalat selain mempunyai hikmah batin juga akan mempengaۦuhi nilai tata tingkah laku seseoۦang kaۦena sesungguhnya banyak pelajaۦan yang bisa meۦeka dapatkan dalam ibadah shalat.

Salah satu kaۦakteۦ anak yang ada pada tatanan sekolah dasaۦ yaitu meۦeka senang meۦasakan atau melakukan/mempeۦagakan sesuatu secaۦa langsung kaۦena ditinjau daۦi teoۦi peۦkembangan kognitif, anak tahap sekolah dasaۦ meۦeka memasuki tahap opeۦasional konkۦet.8 Jadi pada tahap sekolah dasaۦ seoۦang anak akan mengalami pۦoses pembentukan peۦilaku melalui pembiasaan dalam pengembangan dan latihan. Oleh kaۦena itu suatu latihan sangat essensial di

7 Fuat Nashoۦi Nashoۦi, dkk, Mengembangkan kreativitas dalam perspektif psikologi Islam,

(ٱogjakaۦta: Menaۦa kudus,2002), 81.

8 Penjelasan guۦu tentang sesuatu akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiۦi,

sama halnya dengan membeۦi contoh bagi oۦang dewasa. Dengan demikian guۦu hendaknya meۦancang pembelajaۦan yang memungkinkan anak teۦlibat langsung dalam pۦoses pembelajaۦan. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang shalat jika langsung dengan pۦakteknya.


(19)

5

lakukan untuk mempeۦoleh suatu kebiasaan. Latihan yang dimaksud diantaۦanya yaitu latihan menjalankan shalat lima waktu secaۦa ۦutin kepada peseۦta didik. Dengan menciptakan budaya shalat lima waktu yang ۦutin dan teۦlatih maka dihaۦapkan dapat melatih diۦi seseoۦang akan pentingnya waktu dan selalu beۦsikap sesuai dengan tuntunan agama.

Dalam pemapaۦan, maka akan dilakukan penelitian tentang efektivitas shalat lima waktu dalam melatih kepۦibadian ۦeligius dan disiplin peseۦta didik di Madۦasah Ibtidaiyah Nuۦul Ulum desa Batoۦ kecamatan Klampis Bangkalan. B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Masalah dapat diaۦtikan sebagai penyimpangan antaۦa yang sehaۦusnya dengan apa yang benaۦ-benaۦ teۦjadi, antaۦa teoۦi dengan pۦaktek, antaۦa ۦencana dengan pelaksanaan.9 Sumbeۦ masalah yang dapat di identifikasikan dalam kasus ini yaitu teۦdapat penyimpangan antaۦa apa yang telah diۦencanakan dengan kenyataan. Sikap disiplin yang menjadi peۦatuۦan di sekolah masih peۦlu dibina sehingga menimbulkan masalah-masalah yang meۦembet pada aktivitas belajaۦ. Juga pembinaan keagamaan Madۦasah Ibtidaiyah Nuۦul Ulum cendeۦung hanya mengandalkan teoۦi dengan sangat minimnya pۦaktek dalam kehidupan sehaۦi-haۦi sehingga hal ini sangat beۦpengaۦuh pada pola aۥidah, ibadah dan akhlak tidak beۦjalan seimbang. Hal ini beۦdampak pada ۦeligiusitas yang masih peۦlu ditingkatkan pembinaannya. minimnya aplikasi sikap disiplin dan ۦeligiusitas disebabkan oleh bebeۦapa faktoۦ diantaۦanya:


(20)

6

1. Diۦi-sendiۦi

Manusia memiliki sifat–sifat mendasaۦ sepeۦti cendeۦung beۦmalas-malasan, ingin hidup mengikuti keinginan hatinya dan keinginan untuk melanggaۦ peۦatuۦan–peۦatuۦan yang ada. Baik itu atuۦan yang sudah teۦpokok dalam agama ataupun atuۦan yang dibuat manusia. Dalam islam beۦmalas-malasan adalah kaۦakteۦ oۦang munafiۥ. Allah Azza wa Jalla beۦfiۦman dalam Qs. An-Nisa’ ayat 142:

ﱠ ﺇ

ﱠﻨ ء ﺮ ﻰ ﺴﻛ

ﺓ ﱠﺼ ﻰ ﺇ

ﺇ ْ ﻋ ﱠ ﻋ ﻓ ﻨ ْ

ﺇ ﱠ ﺮﻛْ

Aۦtinya:

Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah10, dan Allah akan membalas tipuan mereka11. Apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka

10 Dengan menampakkan di luaۦ sesuatu yang beۦbeda dengan keadaan di dalam diۦinya,

oleh kaۦenanya dibeۦlakukan kepada meۦeka hukum-hukum dunia beۦdasaۦkan zhahiۦnya. Meۦeka mengiۦa bahwa hal itu tidak diketahui Allah dan tidak ditampakkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, padahal Allah menipu meۦeka, bahkan sikap meۦeka ini saja sebenaۦnya sudah menipu diۦi meۦeka sendiۦi, dan tipuan apa yang lebih besaۦ daۦipada oۦang yang mengusahakan sesuatu yang meۦugikan diۦinya. Hal itu juga menunjukkan kuۦangnya akal pemiliknya, di mana ia menggabung maksiat dan memandangnya baik. Teۦmasuk tipuan-Nya kepada meۦeka (kaum munafik) adalah sepeۦti yang disebutkan dalam suۦat Al Hadid ayat 13, "Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu". Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)". lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.”

11 Maksudnya Alah membiaۦkan meۦeka dalam pengakuan beۦiman, sebab itu meۦeka

dilayani sepeۦti halnya oۦang-oۦang mukmin dilayani. Namun demikian, Allah telah menyediakan bagi meۦeka neۦaka sebagai pembalasan teۦhadap tipuan meۦeka itu.


(21)

7

lakukan dengan malas12. Mereka bermaksud riya13 (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit14.

Daۦi penjelasan fiۦman Allah teۦsebut dinyatakan bahwa oۦang-oۦang munafiۥ, jika meۦeka bangun untuk shalat, maka bangunnya malas-malasan. Inilah yang teۦjadi. Beۦikan aku waktu 10 menit lagi, 10 menit lagi, 10 menit lagi, 10 menit,“. Sifat ini bukan hanya teۦjadi pada shalat kebiasaan hal ini akan meۦembet pada hal-hal yang teۦjadi dalam kehidupan.

2. Pendidikan di ۦumah

Pendidikan di dalam ۦumah mempunyai peۦanan yang sangat besaۦ dalam membentuk kepۦibadian seseoۦang. Anak yang kuۦang disiplin, bisa jadi kaۦena kebiasaan di ۦumahnya demikian. Inilah pentingnya menanamkan pendidikan yang benaۦ sejak di dalam ۦumah dimulai daۦi mengajaۦkan meۦeka shalat dan menjadi teladan bagi meۦeka didalam melaksanakan shalat lima waktu. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah beۦkata, “Betapa banyak oۦang yang membinasakan anaknya, kelezatan hatinya hanya untuk dunia, sedang diۦinya lalai daۦi kampung akhiۦat. Aۦtinya yaitu banyak oۦang tua yang tidak mendidik anaknya, tapi membantu anak untuk memuaskan nafsunya. Paۦa oۦang tua menyangka dengan demikian telah beۦbuat baik dan memuliakan anaknya, bahkan yang benaۦ dia telah menghinakan, dia menyangka menyayangi padahal hakikatnya

12 Padahal shalat meۦupakan amal ibadah yang paling utama. Rasa malas dan bosan

tidaklah muncul kecuali kaۦena hilangnya ۦasa cinta kepadanya di hati meۦeka. Jika sekiۦanya hati meۦeka ۦindu kepada Allah dan beۦhaۦap teۦhadap apa yang ada di sisi-Nya, tentu tidak muncul sikap malas.

13 Riya adalah melakukan suatu amal tidak untuk mencaۦi keۦidhaan Allah tetapi untuk

mencaۦi pujian atau populaۦitas di masyaۦakat. Oۦang munafik melakukan shalat dengan maksud dipuji manusia, dihoۦmati dan dimuliakan dan tidak melakukannya dengan ikhlas kaۦena Allah

Subhaanahu wa Ta'aala.

14 Maksudnya meۦeka shalat hanya sesekali saja, yaitu apabila meۦeka beۦada di hadapan

oۦang lain. Memang demikian, kaۦena mengingat Allah tidaklah muncul kecuali daۦi oۦang mukmin yang hatinya dipenuhi ۦasa cinta kepada Allah dan mengagungkan-Nya.


(22)

8

mendzaliminya. Maka hilanglah kesempatan untuk mengambil manfaat daۦi anaknya, dan hilanglah daۦinya bagiannya di dunia dan akhiۦat.15

3. Lingkungan sekolah dan Masyaۦakat

Dua peۦkaۦa ini punya pengaۦuh besaۦ dalam peۦubahan diۦi seseoۦang. Seoۦang yang tumbuh dalam lingkungan yang baik akan melatih jiwa menjadi semangat. Hal ini bagaikan sebuah tanaman yang tumbuh di tanah yang baik. Allah beۦfiۦman dalam Al-Quۦ’an suۦat Al-A’ۦâf ayat 58 yang beۦbunyi:

ۡ

ۡ ﱠﻄ

ۡ

۬ ﱠ ﺝ

ۡ ﺚ ﱠ

ۖ◌

ـ

ۡﻷ

ﻑ ﺼ

ٲ

ۚ◌

ۡ ۬

ۡﺸ

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran Kami bagi orang-orang yang bersyukur”.16

Oۦang yang tidak punya teladan dan pendidik yang baik, maka dia akan tumbuh menjadi jiwa yang beۦkembang sesuai keinginannya. Tumbuh hidup sesuai dengan keinginannya sendiۦi, tanpa aۦah dan bimbingan. Ini peۦlunya mencaۦi teman yang baik atau seoۦang yang bisa menjadi panutan.

Daۦi identifikasi masalah yang teۦpapaۦ di atas dipeۦoleh gambaۦan dimensi peۦmasalahan yang begitu luas. Namun menyadaۦi adanya keteۦbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang peۦlu membeۦi batasan masalah secaۦa jelas dan teۦfokus. masalah yang menjadi obyek penelitian dibatasi hanya kedisiplinan dan ۦeligiusitas yang teۦceۦmin di lingkungan sekolah.

15Nadhۦatun Na’îm , “Majalah AL FURQON “no. 120,(edisi 6 TKe-11, Muhaۦۦam 1433

H), 52-56.


(23)

9

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana intensitas shalat lima waktu peseۦta didik di Madۦasah Ibtidaiyah Nuۦul Ulum desa Batoۦ kecamatan Klampis Bangkalan?

2. Bagaimana peneۦapan ۦeligiusitas peseۦta didik di Madۦasah Ibtidaiyah Nuۦul Ulum desa Batoۦ kecamatan Klampis Bangkalan ?

3. Bagaimana peneۦapan disiplin peseۦta didik di Madۦasah Ibtidaiyah Nuۦul Ulum desa Batoۦ kecamatan Klampis Bangkalan?

4. Bagaimana efektivitas shalat lima waktu dalam melatih kepۦibadian ۦeligius dan disiplin peseۦta didik di Madۦasah Ibtidaiyah Nuۦul Ulum desa Batoۦ kecamatan Klampis Bangkalan?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui intensitas shalat lima waktu peseۦta didik di Madۦasah Ibtidaiyah Nuۦul Ulum desa Batoۦ kecamatan Klampis Bangkalan.

2. Untuk mengetahui kepۦibadian ۦeligius peseۦta didik di Madۦasah Ibtidaiyah Nuۦul Ulum desa Batoۦ kecamatan Klampis Bangkalan.

3. Untuk mengetahui disiplin peseۦta didik di Madۦasah Ibtidaiyah Nuۦul Ulum desa Batoۦ kecamatan Klampis Bangkalan.

4. Untuk mengetahui efektivitas shalat lima waktu dalam melatih kepۦibadian ۦeligius dan disiplin peseۦta didik di Madۦasah Ibtidaiyah Nuۦul Ulum desa Batoۦ kecamatan Klampis Bangkalan.


(24)

10

E. Kegunaan Penelitian 1. Secaۦa teoۦitis

Hasil penelitian secaۦa teoۦitis dihaۦapkan dapat membeۦikan hikmah dan kesadaۦan diۦi mengenai pentingnya shalat lima waktu yang menjadi kewajiban setiap muslim, hikmah yang teۦkandung bukan hanya beۦsifat spiۦitual namun juga beۦdampak pada intelektual dan daya emosional apabila shalat lima waktu teۦsebut benaۦ-banaۦ dijalankan sesuai dengan tuntunan agama.

2. Secaۦa pۦaktis

a. Bagi masyaۦakat dihaۦapkan menjadikan pembelajaۦan bagi diۦinya putۦa putۦinya dan masyaۦakat luas tentang pentingnya shalat lima waktu kaۦena sebagai mana pesan nabi bahwa shalat itu dapat mencegah peۦbuatan yang tidak baik.

b. Bagi peneliti dapat membeۦi pengetahuan dan penyadaۦan teۦhadap diۦi sendiۦi, membeۦikan infoۦmasi secaۦa faktual melalui pۦoses meneliti bahwa shalat dapat meۦubah seseoۦang menjadi insan yang lebih baik.

c. Bagi peseۦta didik dihaۦapkan dapat mengambil hikmah sebagai wujud daۦi aplikasi mempۦaktekkan shalat secaۦa benaۦ agaۦ dapat melatih dan membentengi diۦi daۦi peۦbuatan yang teۦcela.


(25)

11

F. Kerangka Teoritik 1. Shalat Lima waktu

Shalat lima waktu hukumnya fardhu ain17apabila di keۦjakan mendapatkan pahala, jika ditinggalkan mendapatkan dosa. Shalat ini di laksanakan sehaۦi semalam dalam lima waktu (isya’, subuh, dhuhuۦ, asaۦ, magۦib). Shalat lima waktu tidak boleh dilaksanakan di sembaۦang waktu. Allah SWT dan ۦasulullah SAW telah menentukan waktu-waktu pelaksanaan shalat yang benaۦ menuۦut syaۦiat islam. Menuۦut Hasan Langgulung bahwa shalat faۦdhu lima waktu dalam waktu-waktu yang telah ditentukan dapat membentuk disiplin yang kuat pada seseoۦang.18 Hal ini hampiۦ sama dengan yang diungkapkan oleh Zakiah Daۦadjat bahwa shalat lima waktu meۦupakan latihan pembinaan disiplin pۦibadi.19 Kaۦena ketaatan melaksanakan shalat tepat pada waktunya, sesuai dengan syaۦat danۦukunnya akan menumbuhkan kebiasaan untuk secaۦa teۦatuۦ dan teۦus meneۦus melaksanakannya pada waktu yang ditentukan dan sesuai dengan ۦukunnya, sehingga akan teۦbentuk kedisiplinan pada diۦi individu teۦsebut.

2. Religiusitas

Kebeۦagamaan (religiusitas) adalah sikap kebaktian kepada tuhan yang bukan hanya diekspۦesikan dengan melakukan ibadah dalam aspek yang ۦesmi, yuۦidis, peۦatuۦan-peۦatuۦan dan hukum-hukumnya namun keseluۦuhan tingkah

17 kewajiban yang haۦus dilakukan /dikeۦjakan sendiۦi, bagi oۦang yang telah mukalaf/akil

balig. Kalau dikeۦjakan untuk oۦang lain tidak guguۦ, kewajibannya salah satunya shalat 5 waktu.

18Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat

danPendidikan, (Jakaۦta: pustaka al-Husna, 1986), 401.


(26)

12

laku manusia yang teۦpuji, yang dilakukan demi mempeۦoleh ۦidha atau peۦkenan Allah. Sehingga oۦang yang ۦeligiusitasnya tinggi adalah oۦang yang kehidupan nya menceۦminkan tumbuh kembangnya kehidupan beۦagama yang teۦdiۦi daۦi tiga unsuۦ pokok yaitu aqidah, ibadah dan akhlak. Sama sepeۦti halnya shalat. Shalat meۦupakan ibadah sebagai wujud kebaktian kepada tuhan setelah aۥidah. dampak positif daۦi shalat yang dikeۦjakan dengan khusyu’ yakni dapat membentengi diۦi kita daۦi peۦbuatan yang keji, sepeۦti beۦzina, meۦampok, meۦugikan oۦang lain, beۦdusta, menipu dan segala peۦbuatan mungkaۦ yang teۦbingkai dalam komponen tingkah laku (akhlak) dalam kehidupan sehaۦi-haۦi. 3. Disiplin

Disiplin adalah suatu kondisi yang teۦcipta dan teۦbentuk melalui pۦoses daۦi seۦangkaian peۦilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteۦatuۦan dan keteۦtiban. Disiplin akan membuat seseoۦang tahu dan dapat membedakan hal-hal apa yang sehaۦusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan kaۦena meۦupakan hal-hal yang dilaۦang.

G. Penelitian Terdahulu

Beۦikut ini adalah isi secaۦa gaۦis besaۦ daۦi hasil penelitian dan kajian ilmiah teۦdahulu yang memiliki peۦsamaan tema atau kata kunci. Namun titik tekan yang dimiliki sangat beۦbeda dengan penelitian yang sekaۦang ini. Lebih Konkۦitnya diuۦaikan sebagai beۦikut:


(27)

13

1. Hanafi Muslim, mahasiswa Univeۦsitas Islam Negeۦi Sunan Ampel Suۦabaya dengan judul tesis “Peningkatan Kedisiplinan Peserta didik Dalam Pelaksanaan Ibadah Shalat Duha dan Dzuhur Melalui Fingerprint di SMK Negeri 1 Surabaya” tahun pelajaۦan 2014. Penelitiannya lebih teۦfokus pada pemanfaatkan fingerprint sebagai alat pۦesensi peseۦta didik dalam pelaksanaan ibadah shalat duha dan dzuhuۦ.

2. Muhammad Husnuۦ Rofiۥ, mahasiswa Univeۦsitas Islam Negeۦi Sunan Ampel Suۦabaya dengan judul tesis “Pendidikan Kedisiplinan Peserta didik Melalui Hukuman: Studi Tentang Pandangan Stakeholder di SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik” tahun pelajaۦan 2013. Penelitiannya lebih teۦfokus pada tiga peۦmasalahan Pertama, hukuman menuۦut peۦspektif Islam. Kedua, peneۦapan pendidikan kedisiplinan peseۦta didik melalui hukuman. Ketiga, pandangan stakeholdeۦ tentang pendidikan kedisiplinan peseۦta didik melalui hukuman.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini meۦupakan penelitian Pre-Exsperimental Designs20 dengan ۦancangan one group pretest-postest design. Paۦadigma desaign ini teۦdapat sampel dibeۦikan pۦetest sebelum dibeۦikan treatmen/peۦlakuan kemudian membandingkan hasil keadaan sebelum dan sesudah dibeۦi dibeۦikan

20 Dikatakan pre-experimental design kaۦena desain ini belum meۦupakan ekspeۦimen

sungguh-sungguh kaۦena masih teۦdapat vaۦiabel luaۦ yang ikut beۦpengaۦuh teۦhadap teۦbentuknya vaۦiabel dependen. Jadi hasil ekspeۦimen yang meۦupakan vaۦiabel dependen itu bukan semata-mata dipengaۦuhi oleh vaۦiabel independen. Hal ini dapat teۦjadi kaۦena tidak ada vaۦiabel kontۦol dan sampel tidak dipilih secaۦa ۦandom.


(28)

14

treatmen/peۦlakuan. Vaۦiabel Independen dalam penelitian ini adalah shalat lima waktu sedangkan sikap ۦeligiusitas dan disiplin sebagai vaۦiabel dependen. Teknik sampel yang digunakan yaitu proportionate stratified random sampling.

Populasi adalah wilayah geneۦalisasi yang teۦdiۦi daۦi obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan kaۦakteۦistik teۦtentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajaۦi dan kemudian ditaۦik kesimpulannya.21 Jadi populasi bukan hanya oۦang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam lainnya.

Sampel adalah bagian daۦi jumlah dan khaۦakteۦistik yang dimiliki oleh populasi teۦsebut. Bila populasi besaۦ, dan peneliti tidak mungkin mempelajaۦi semua yang ada pada populasi, misalnya kaۦena keteۦbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil daۦi populasi teۦsebut. Apa yang dipelajaۦi daۦi sampel itu, kesimpulannya akan dapat dibeۦlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil daۦi populasi haۦus betul-betul representatif (mewakili).22

Populasi pada penelitian ini adalah seluۦuh peseۦta didik di Madۦasah Ibtidaiyah Nuۦul Ulum batoۦ klampis bangkalan sebanyak 108 peseۦta didik. Jumlah sampel sebanyak 40 oۦang peseۦta didik dipilih secaۦa ۦandom namun secaۦa pۦopoۦsional.

2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madۦasah Ibtidaiyah Nuۦul Ulum yang beۦalamat di desa batoۦ, kecamatan klampis bangkalan tahun pelajaۦan 2015/2016. Penelitian ini membutuhkan waktu selama 2 bulan.

21 Sugiono, Metode penelitian pendidikan, (Bandung:ALFABETA, 2013), 117. 22 Ibid., 118.


(29)

15

I. Pengumpulan data

Untuk mendapatkan data yang valid, dipeۦlukan suatu metode atau alat pengumpulan data yang tepat. Pengumpulan data adalah pۦoseduۦ yang sistematis dan standaۦ untuk mempeۦoleh data yang dipeۦlukan ketepatan penggunaan. Pengumpulan data sangat ditentukan oleh jenis data pada penelitian yang akan dikumpulkan. Dalam penelitian ini dilakukan bebeۦapa macam teknik pengumpulan data:

1. Inteۦview (wawancaۦa)

Wawancaۦa digunakan sebagai teknik pengumpulan data, kaۦena peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dan jumlah ۦesponden sedikit/kecil. Wawancaۦa yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancaۦa teۦstۦuktuۦ. Oleh kaۦena itu dalam melakukan wawancaۦa, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian beۦupa peۦtanyaan-peۦtanyaan teۦtulis yang alteۦnatif jawabannya pun telah disiapkan. Dalam melakukan wawancaۦa, selain haۦus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancaۦa, maka peneliti juga dapat menggunakan alat bantu sepeۦti tape ۦecoۦdeۦ, foto dan mateۦial lain yang membantu pelaksanaan wawancaۦa menjadi lancaۦ.

2. Kuesioneۦ (angket)

Kuesioneۦ meۦupakan teknik pengumpilan data yang dilakukan dengan caۦa membeۦi sepeۦangkat peۦtanyaan atau peۦnyataan teۦtulis kepada ۦesponden untuk dijawabnya. Kuesioneۦ dilakukan dengan adanya kontak langsung antaۦa peneliti dengan ۦesponden sehingga dihaۦapkan ۦesponden dengan sukaۦela akan


(30)

16

membeۦikan data obyektif. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket teۦtutup.

3. Fingerprint

Alat teknologi yang membantu untuk mengukuۦ kedisiplinan peseۦta didik dengan menggunakan sidik jaۦi. Fingerprint digunakan untuk mengumpulkan data yang akuۦat dalam mengukuۦ kedisiplinan peseۦta didik. Dengan teknologi Fingerprint peneliti dapat mengetahui dan mengukuۦ apakah peseۦta didik sudah melaksanakan atuۦan tata teۦtib atau kegiatan yang sudah dipۦogۦam oleh sekolah.

4. Obseۦvasi

Obseۦvasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciۦi yang lebih spesifik bila dibandingkan dengan wawancaۦa dan kuesioneۦ. Kalau wawancaۦa dan kuesioneۦ selalu beۦkomunikasi dengan oۦang lain, maka obseۦvasi tidak teۦbatas pada oۦang, tetapi objek-objek alam yang lain. Daۦi segi pۦoses pelaksanaan pengumpulan data maka obseۦvasi penelitian ini menggunakan participant observation. Selanjutnya daۦi segi instۦumenasi yang digunakan maka obseۦvasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah obseۦvasi teۦstۦuktuۦ.

J. Metode analisis data

Dalam ۦangka menguji hipotesis dan mempeۦoleh konklusi dipeۦlukan teknik analisis data sebagai beۦikut23:

1. Untuk menjawab ۦumusan masalah peۦtama, kedua dan ketiga digunakan analisis deskۦiptif satu sampel yang datanya dipeۦoleh daۦi kuesioneۦ yang


(31)

17

disebaۦkan kepada peseۦta didik. Penulis menggunakan ۦumus One Sample T Test / Uji t satu sampel.24

2. Untuk menjawab ۦumusan masalah keempat, digunakan analisis statistik paۦametۦis yaitu analisis vaۦian klasifikasi tunggal (One Way Classification). Teknik ini digunakan untuk menguji hipotesis kompaۦatif ۦata-ۦata k sampel secaۦa seۦempak. Oleh kaۦena itu, dalam penelitian akan teۦdapat bebeۦapa kelompok sampel yang selanjutnya digunakan sebagai dasaۦ peۦhitungan untuk pengujian hipotesis. Setiap sampel akan mempunyai mean (ۦata-ۦata) dan varian (simpangan baku kuadۦat).

K. Sistematika Pembahasan

Secaۦa gaۦis besaۦ tesis teۦdiۦi daۦi 5 (Lima) bab dengan bebeۦapa sub bab. Agaۦ mendapat aۦah dan gambaۦan yang jelas mengenai hal yang teۦtulis, beۦikut ini sistematika penulisannya secaۦa lengkap:

Pada bab I meۦupakan bab pendahuluan yang teۦdiۦi daۦi lataۦ belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, ۦumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, keۦangka teoۦitik, penelitian teۦdahulu.

Pada bab II meۦupakan bab kajian pustaka yang teۦdiۦi daۦi Pengeۦtian Shalat Faۦdhu, Hadist-hadist tentang shalat faۦdhu, Syaۦat Sah, Rukun, dan Sunnah dalam Shalat, Sejaۦah dan Hikmah Shalat Lima Waktu, Pengeۦtian Religius, Pola Pembentukan Budaya Religius, Pengeۦtian Disiplin, Tujuan

24 One sample t test meۦupakan teknik analisis untuk membandingkan satu vaۦiabel bebas.

Teknik ini digunakan untuk menguji apakah nilai teۦtentu beۦbeda secaۦa signifikan atau tidak dengan ۦata-ۦata sebuah sampel. Uji t sebagai teknik pengujian hipotesis deskۦiptif memiliki tiga kۦiteۦia yaitu uji pihak kanan, kiri dan dua pihak.


(32)

18

Kedisiplinan, Faktoۦ-faktoۦ kedisiplinan, Tinjauan Al-Quۦ’an tentang Kedisiplinan, Kaitan Antaۦa Ibadah Shalat Dengan Kepۦibadian Religius, Kaitan Antaۦa Kedisiplinan Dengan Ibadah Shalat.

Pada bab III metode penelitian beۦisi tentang jenis dan ۦancangan penelitian, paۦadigma penelitian, populasi dan sample, definisi opeۦasional vaۦiabel, identifikasi vaۦiabel, data yang dipeۦlukan, teknik pengumpulan data, metode analisis data dan instۦumen penelitian.

Pada bab IV lapoۦan hasil penelitian beۦisi sejaۦah singkat yayasan Nuۦul Ulum, Peletakan dasaۦ sistem pendidikan dan pendiۦian madۦasah, visi dan misi madۦasah ibtidaiyah Nuۦul Ulum, deskۦipsi tentang madۦasah ibtidaiyah Nuۦul Ulum, kuۦikulum madۦasah ibtidaiyah Nuۦul Ulum, ۦumpun kuۦikulum, stۦuktuۦ susunan komite madۦasah ibtidaiyah Nuۦul Ulum tahun 2015/2016, tata teۦtib madۦasah ibtidaiyah Nuۦul Ulum, jadwal mata pelajaۦan madۦasah ibtidaiyah Nuۦul Ulum, penyajian dan analisis data tentang intensitas pelaksanaan shalat lima waktu peseۦta didik di madۦasah ibtidaiyah Nuۦul Ulum, penyajian dan analisis data tentang kepۦibadian ۦeligius peseۦta didik di madۦasah ibtidaiyah Nuۦul Ulum, penyajian dan analisis data tentang peneۦapan disiplin peseۦta didik di madۦasah ibtidaiyah Nuۦul Ulum, penyajian dan analisis data tentang efektivitas shalat lima waktu dalam melatih kepۦibadian ۦeligius dan disiplin peseۦta didik di madۦasah ibtidaiyah Nuۦul Ulum.

Pada bab V penutup beۦisi kesimpulan, implikasi teoۦitik, keteۦbatasan studi dan ۦekomendasi.


(33)

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. SHALAT

1. Penﱡertian Shalat

Menurut bahasa shalat adalah do'a.1 Kata ﺳshalatﺴ pada dasarnya berakar dari kata ﻼ yanﱡ berasal dari kata . Kata ﻼ menurut penﱡertian bahasa menﱡandunﱡ dua penﱡertian, yaitu berdoa dan bersalawat.2 Al-Qur’an menyebutkan shalat pada banyak ayat, tidak kuranﱡ dari 90 ayat, kata ﻼ

mempunyai macam-macam arti : doa, rahmat dan istiﱡhﱠar (minta ampun).3 Menurut Sayyid Sabiq, shalat ialah ibadah yanﱡ terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yanﱡ dimulai denﱡan takbir baﱡi Allah Ta’ala dan diakhiri

denﱡan memberi salam.4 Dalam istilah ilmu ﱠiqih, shalat adalah salah satu macam atau bentuk ibadah yanﱡ di wujudkan denﱡan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu disertai denﱡan ucapan-ucapan tertentu dan syarat-syarat tertentu pula.5

Shalat terbaﱡi menjadi dua macam yaitu shalat ﱠardu dan shalat sunnah. Shalat ﱠardu merupakan shalat yanﱡ diwajibkan oleh kepada seoranﱡ muslim dalam sehari semalam sedanﱡkan shalat sunnah yaitu shalat yanﱡ disunnahkan kepada seoranﱡ

1 M. Ali Hasan, Hikmah Shalat dan Tuntunannya, (Jakarta: PT. Raja Graﱠindo Persada,

2000), 19.

2 Ahmad Tholib Raya dan Siti Musdah, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam,

(Jakarta: Kencana, 2003, Cet I),174.

3 Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah Dalam Islam, (Jakarta: Perpustakaan Pusat

Universitas Islam Indonesia, 1988, Cet III),29.

4 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 1,Terjemahan Mahyudin Syaﱠ, (Bandunﱡ: Al Ma’ariﱠ,

1973),205.

5 Proyek Pembinaan Perﱡuruan Tinﱡﱡi Aﱡama/ IAIN di Pusat, Ilmu Fiqih Jilid I,


(34)

20

muslim dalam melenﱡkapi shalat ﱠardu. Kajian pada pembahasan ini yaitu shalat ﱠardu yanﱡ mana shalat ini menempati rukun islam yanﱡ ke dua setelah syahadat. Shalat ﱠardu yanﱡ diwajibkan dalam sehari semalam yaitu, Subuh, Dzuhur, Ashar, Maﱡhrib dan Isya’.

2. Shalat Fardhu

Shalat ﱠardu adalah shalat yanﱡ wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yanﱡ telah menﱡinjak usia dewasa (pubertas), kecuali berhalanﱡan karena sebab tertentu. Salah satunya yaitu shalat lima waktu.

Shalat lima waktu hukumnya fardhu ain6apabila di kerjakan mendapatkan

pahala, jika ditinﱡﱡalkan mendapatkan dosa. Shalat ini di laksanakan sehari semalam dalam lima waktu (isya’, subuh, dhuhur, asar, maﱡrib). Shalat lima waktu tidak boleh dilaksanakan di sembaranﱡ waktu. Allah SWT dan rasulullah SAW telah menentukan waktu-waktu pelaksanaan shalat yanﱡ benar menurut syariat islam.

Allah SWT berﱠirman dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat 103 sebaﱡai berikut:

6 kewajiban yanﱡ harus dilakukan/ dikerjakan sendiri, baﱡi oranﱡ yanﱡ telah mukalaﱠ/akil


(35)

21

Artinya:

Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring7. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa)8 Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya9 atas orang-orang yang beriman.10

Dibawah ini beberapa hadist yanﱡ berkenaan denﱡan pelaksanaan shalat lima waktu:

لﻮ ﺜ

ﺬ ﺒ

:

ةوﺮ

ة ﺒ

ﺰﺰ ﺒ

ﺮﺷﺧﺒ

:

لﺎ

ىﺮ ﺰ ﺒ

نﺎ

ﺎ ﺪ

و

ﻰﺷ

ﺷﰒ

ﺷﺎ

لﺷﺰ

:

لﺎ

ﺷﺎ

لﺷﺰ

ﺷﰒ

ﺷﺎ

لﺷﺰ

ﺷﺎ

لﺷﺰ

ﺷﰒ

ﺒو

ةوﺮ

ﺷﺒ

:

ﺰﺰ ﺒ

لﺎ

تﺒﻮ ﺒ

ﺷﺪ

ﺷﱴ

لﺎ

؟

لﻮ

ﺒﺛﺎ

ل

.

و

ﻰﺷ

ﺚﻮ

أ

ﱪﺧﺒ

:

ةوﺮ

:

ﺰ ﺒ

ل

تﺒﻮ ﺒ

ل

ةو

ﺚﻮ

ﱪﺧﺒ

:

ةو

ل

؟لﻮ

ﺒﺛﺎ

ﺮ ﺒو

و

Artinya:“Telah mengabarkan kepada kami Sofyan dari Zuhri, dia telah

berkata: Umar bin Abdul Aziz mengakhirkan shalat, kemudian Urwah berkata kepadanya: sesungguhnya rasulullah Saw. Bersabda:”malaikat jibril telah turun, lalu dia mengimami aku shalat. kemudian aku pun melaksanakan shalat bersamanya. Malaikat jibril turun lagi, kemudian mengimami aku shalat. Malaikat jibril turun lagi, kemudian mengimami aku shalat, dan aku pun melaksanakan shalat bersamanya. Malaikat jibril kemudian turun lagi, lalu mengimami aku shalat, dan aku pun melaksanakan shalat bersamanya. Malaikat

7 Yakni dalam setiap keadaan. Hal itu, karena baiknya hati, beruntunﱡ dan bahaﱡianya

terletak pada kembalinya mereka kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, mencintaiNya dan

memenuhi hati denﱡan menﱡinﱡat dan memuji-Nya. Yanﱡ demikian dapat dilakukan, salah satunya bahkan yanﱡ palinﱡ besarnya adalah denﱡan shalat secara sempurna, di mana shalat itu pada hakikatnya merupakan penﱡhubunﱡ antara seoranﱡ hamba denﱡan Tuhannya.

8 Yakni secara sempurna, baik zahir maupun batin, terpenuhi syarat, rukun, khusyu' dan

seﱡala yanﱡ menyempurnakannya.

9 Oleh karena itu tidak boleh dilewatkan waktunya. 10 al-Qur’an, 4: 103.


(36)

22

jibril kemudian turun lagi, lalu mengimami aku shalat, dan aku pun melaksanakan shalat bersamanya. Hingga bilangan shalat yang dilakukan adalah lima kali.” Umar bin Abdul Aziz berkata:” bertakwalah kepada Allah wahai Urwah, dan perhatikanlah apa yang engkau katakan itu.” Jawab Urwah:”Hal ini telah diriwayatkan kepadaku oleh Basyir bin Abi Mas’ud dari ayahnya dari nabi Muhammad Saw.11

ﻰ وﺰ ﺒ

ﺖﺜﺎ ﺒ

نﺎﲪﺮ ﺒ

ﺪﺷﳏ

ﺰﺰ ﺒ

أ

ﱪﺧﺒ

ﺷنأ

ﺎ ﻬ

سﺎﺷ

و

ﻰﺷ

لﻮ

ﺷﺒ

:

لﺎ

ﺮ أ

بﺮ ﺒ

ﻰﺷ

و

ﺜﺪ

ءﻰ ﺒ

نﺎ

ﺮﻬ ﺒ

ﺷﺮ

ب

ءﺎ ﺒ

ﻰﺷ

ﺷﰒ

ﺋﺎ

ﺷﺮ ﺒ

ﻰﺷ

ﺷﰒ

ﺋﺎ ﺒ

بﺒﺮ ﺒ

و

مﺎ ﺒ

مﺮ

ىﺬ

ﺷﰒ

بﺎ

نﺎ

ىﺮﺧ ﺒ

ة

ء

ﺷﰒ

,

ء

نﺎ

ﺮ ﺒ

ﻰﺷ

ﺬﲦ

ﺮ ﺒ

ﺜﺪ

بﺮ ﺒ

ﻰﺷ

ﻰﺷ

ﺷﰒ

ةﺮﺧ ﺒ

ءﺎ ﺒ

ﻰﺷ

ﺷﰒ

ﺎ ﺮﺷﺧ

لﺷو ﺒ

ﻮ ﺒ

ﺜﺪ

ﺮ ﺒ

.

ﻮ ﺒ

ﺛﺎ

ﻮ ﺒ

و

ءﺎ ﻷﺒ

و

ﺒﺛﺎ

ﺪﺷﳏ

لﺎ

ﺷ ﺎ ﺒ

لﺎ

ﺮ ﺒ

ﺒﻮ ﺒ

ﺛﺎ

و

ﺒﺛﺎ

و

:

.

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami Amrin bin Abi Salamah dari

Abdul Aziz bin Muhammad dari abdirrahman bin Haris Al-Makhzumi dari Hakim bin Hakim dari Nafi’ bin jubair dari Ibnu Abbas radiyallahu anhuma, bahwa rasulullah Saw. Bersabda:”Jibril mengimami aku dipintu baitullah ini dua kali, kemudian dia melaksanakan shalat dzuhur ketika bayang–bayang suatu benda setinggi sandal (matahari sudah agak condong ke barat). Dia melaksanakan shalat asyar ketika bayang-bayang suatu benda sama panjang dengan benda aslinya. Dia melaksanakan shalat maghrib ketika orang yang sedang berpuasa berbuka. Dia melaksanakan shalat isya’ ketika mega merah telah sirna. Dan dia melaksanakan shalat subuh ketika sahur. Kemudian pada hari yang lain malaikat

11 Malaikat jibril telah turun manﱡajarkan shalat lima waktu kepada Rasulullah, yanﱡ

kemudian shalat lima waktu itu diwajibkan kepada seluruh kaum muslimin. Perlu diketahui, pelaksanaan shalat pada awal waktu adalah sanﱡat dianjurkan dan sanﱡat besar pahalanya. Namun bukan berarti membatasi. Kita tidak boleh menﱡakhirkan shalat. Sebab shalat yanﱡ dilakukan diakhir waktu tetap sah. Hanya saja pahalanya relatiﱠ kecil. Laﱠal ammani bermakna shalat

bersamaku sebﱡai imam. Makna lahiriah hadist ini menunjukkan bahwa ketika khaliﱠah Umar bin Abdul Aziz menﱡakhirkan shalat dan tidak melakukan pada awal waktu, maka hal itu tersebut membuat Urwah merasa sanﱡat heran. Kemudian Urwah menﱡemukakan hadist ini, sambil menﱡisyaratkan bahwa malaikat jibril menﱡimami shalat Rasulullah dalam shalat lima waktu pada awal waktu masinﱡ-masinﱡ. Khaliﱠah Umar bin Abdul Aziz kemudian menyanﱡﱡah, seraya menﱡatakan kepada Urwah:ﺴBertakwalah kepada Allah, wahai Urwah! Artinya, Umar bin Abdul Aziz menﱡatakan, bahwa hukum yanﱡ dimaksud bukan seperti itu. Sebab shalat lima waktu itu dapat dilakukan diawal waktu sebaﱡaimana halnya dapat dilakukan di akhir waktu. Pemahaman khaliﱠah Umar bin Andul Azizi ini diperkuat oleh beberapa hadist nabi lainnya.


(37)

23

jibril melaksanakan shalat dzuhur ketika bayang-bayang suatu benda hampir sama panjangnya hampir sama panjangnya dengan benda aslinya (mendekati pelaksanaan shalat asyar). Dia melaksanakan shalat asyar ketika panjang bayang-bayang suatu benda dua kali lipat dengan aslinya. Dia melaksanakan shalat maghrib kurang lebih seperti pada waktu hari pertama, tidak mengakhirkannya. Dia melaksanakan shalat isya’ pada sepertiga malam yang terakhir. Kemudian dia melaksanakan shalat subuh ketika langit telah menguning. Lalu malaikat jibril berpaling (untuk menghadap rasulullah), seraya berkata:”Ya Muhammad, inilah waktu-waktu shalat bagi para nabi sebelumnya. Dan waktu shalat itu antara waktu yang awal dan waktu yang akhir.” 12

ﻰﺷ

ﺷ ﺒ

ﺷنأ

ﺷ ﲝﺎ ﺒ

ﺜﺎ

ءﺎ

ﺪز

ﱪﺧﺒ

:

لﺎ

و

ﺎﻬ

و

ﺷﺒ

ﺒز

ﺒﺛﺈ

ﺎ ﺜﺎ

تﻮ ﺒ

ﺒﺛﺈ

ﺎﻬ ﺜﺎ

ﺒﺛﺈ

نﺎ ﺒ

نﺮ

ﺛآ

ﺒﺛﺈ

ﺎﻬ ﺜﺎ

ة ﺒ

و

ﻰﺷ

لﻮ ﺜ

و

ﺎﻬ ﺜﺎ

ﺒﺛﺈ

ﺎ ﺜﺎ

بوﺮ

تﺎ ﺎ ﺒ

.

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami malik dari zaid bin aslam dari atha’ bin yasar dari abdullah Ash-sanabahi, bahwa rasulullah Saw. telah bersabda:”Sesungguhnya matahari terbit bersamaan dengan tanduk setan. Apabila meninggi, berarti telah meninggalkan tanduk setan itu. Tetapi bila matahari masih rendah, berarti sejajar dengan tanduk setan. Bila matahari tepat berada di tengah, maka sejajar dengan tanduk setan. Dan bila matahari telah tergelincir kebarat, berarti telah meninggalkan tanduk setan. Apabila tiba waktu terbenam, berarti matahari itu kembali sejajar dengan tanduk setan. Dan bila telah terbenam dengan sempurna, berarti matahari itu telah meninggalkan tanduk setan.”Karena itu, Rasulullah Saw.melarang melakukan shalat pada saat-saat matahri sedang sejajar dengan tanduk setan.13

12 Imam Asy-Syaﱠi’i berkata: Hadist ini kami jadikan peﱡanﱡan , dan waktu-waktu shalat

tersebut adalah berlaku baﱡi seluruh oranﱡ beriman. Melaksanakan shalat di akhir waktu menjadi kebiasaan para nabi sebelum rasullullah. Yanﱡ demikian adalah sunnah. Sepanjanﱡ dapat memelihara waktu tersebut denﱡan baik. Artinya, tidak sampai lewat batas waktu yanﱡ telah ditentukan. Tetapi baﱡi yanﱡ tidak yakin dapat memelihara waktu denﱡan baik, maka lebih ditekankan aﱡar melaksanakan shalat diawal waktu. yanﱡ demikian sunnah muakkad. Sedanﱡ melaksanakan shalat pada pertenﱡahan waktu (tidak diawal dan tidak di akhir waktu), adalah sanﱡat utama. Jadi, pada hakikatnya kapan saja shalat dilaksanakan, tetap ada nilai tambahnya. Asalkan janﱡan sampai lewat batas waktu shalat yanﱡ telah ditentukan.

13 Ketika matahari telah terbit, ketika matahri tepat berada ditenﱡah-tenﱡah, dan ketika

matahari hampir tebenam, dilaranﱡ menﱡerjakan shalat. Hendaklah menunﱡﱡu sampai matahari telah meninﱡﱡi, condonﱡ sedikit kebarat, atau terbenam denﱡan sempurna. Laranﱡan disini adalah laranﱡan haram. Artinya pada waktu yanﱡ disebutkan itu diharamkan untuk melakukan shalat.


(38)

24

ﻰﺷ

ﺪ ﺒ

ﺷﺮ

:

لﺎ

و

ﻰﺷ

لﻮ ﺜ

ﺷنأ

ﱪﺧﺒ

ﺎ وﺮ

و

ﺤﻮ

Artinya: “ Telah mengabarkan kepada malik dari nafi’ dari Ibnu Umar,

bahwa rasulullah Saw. telah bersabda:”Janganlah salah seorang diantara kamu memilih waktu untuk melakukan shalat ketika matahari sedang terbit, dan ketika matahari sedang terbenam.”

Dalam al-Qur’an surat Hud ayat 114 meneﱡaskan sebaﱡai berikut:

Artinya: Dan dirikanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan

petang)14 dan pada bagian permulaan malam.15Perbuatan-perbuatan baik itu16 menghapus kesalahan-kesalahan.17 Itu18 peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).19

3. Hadist-hadist tentanﱡ shalat Lima waktu

Aﱡar lebih terperinci, berikut dijelaskan menﱡenai waktu-waktu shalat tersebut20:

a. Zuhur

Shalat zuhur waktunya mulai matahari condonﱡ ke arah barat dan berakhir sampai bayanﱡ-bayanﱡ suatu benda sama panjanﱡ atau lebih sedikit dari benda

14 Yakni shalat Subuh, Zhuhur dan ‘Ashar.

15 Yaitu Maﱡhrib dan Isya. Termasuk ke dalamnya shalat malam, karena ia dapat

mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala berdasarkan laﱠaz ﺳwa zulafam minal lail.ﺴ

16 Seperti shalat yanﱡ lima waktu dan shalat-shalat sunah. 17 Yakni dosa-dosa kecil.

18 Kata ﺳituﺴ di sini bisa tertuju kepada perintah-perintah sebelumnya, yaitu tetap istiqmah

di atas jalan yanﱡ lurus, tidak melampaui batas, tidak cenderunﱡ kepada oranﱡ-oranﱡ zalim, mendirikan shalat dan penjelasan bahwa kebaikan-kebaikan dapat menﱡhapuskan kesalahan-kesalahan.

19 Denﱡannya mereka dapat memahami perintah dan laranﱡan Allah, dan mereka bisa

menﱡerjakan perbuatan-perbuatan baik yanﱡ membuahkan kebaikan dan menﱡhindarkan keburukan. Akan tetapi, perbuatan tersebut butuh usaha keras dari dalam diri manusia dan kesabaran, oleh karenanya pada ayat selanjutnya Allah memerintahkan bersabar.

20 Muﱡhniyah, Muhammad Jawad, Fikih Lima Mazhab, (Jakarta:Lentera,


(39)

25

tersebut. Hal ini dapat dilihat kepada seseoranﱡ atau sebuah tianﱡ yanﱡ berdiri, bilamana bayanﱡ-bayanﱡnya masih persis di tenﱡah atau belum sampai, menandakan waktu zuhur belum masuk.

Adapun hadist tentanﱡ shalat dzuhur diantaranya sebaﱡai berikut:

ﺷنأ

ةﺮﺮ

ﺷ ﺒ

ﺷيﺮ ﺰ ﺒ

نﺎ

ﱪﺧﺒ

لﻮ ﺜ

و

ﻰﺷ

:

لﺎ

و

ﺷﻬ

ﺷﺮ ﺒ

ةﺷﺪ

ﺷنﺈ

ة

ﺒوﺚﺮ ﺄ

ﺷﺮ ﺒ

ﺷﺬ ﺒ

ﺒﺛﺐ

:

لﺎ

ﺷﺜ

ﺜﺎ

و

ءﺎ ﺒ

نﺚﺎ

ﺷبﺜ

:

ﺷﺮ ﺒ

نوﺪﲡ

ﺷﺪ

ﺚﱪ ﺒ

نوﺪﲡ

ﺷﺪ أ

و

ﺎ ﺷﺮ

ﺎ ﺮﺮ ز

.

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami sofyan dari Zuhri dari Sa’id bin Musayab dari Abi Hurairah radiyallahu anhu. Bahwa rasulullah Saw. telah bersabda:”Apabila udara sangat panas, maka tunggulah hingga agak dingin, baru kemudian melaksanakan shalat dzuhur. Sebab udara yang sangat panas merupakan semburan dari neraka jahannan.” Rasulullah kemudian bersabda:”Neraka jahannan mengadu kepada tuhannya:”Ya Rabbi, sebagian dari diriku telah memakan sebagian dari yang lain.”lalu Allah mengizinkan kepada neraka jahannam untuk berhembus dengan dua kali hembusan. Yakni hembusan dimusim panas, dan hembusan dimusim dingin. Karena itu, betapa panasnya sengatan terik matahari yang kamu rasakan pada saat musim panas, dan betapa dinginnya udara yang kamu rasakan pada saat musim dingin. Semua itu adalah termasuk semburan (hembusan) neraka jahannam.”

b. Ashar

Shalat asar waktunya mulai dari bayanﱡ-bayanﱡ suatu benda lebih panjanﱡ dari bendanya hinﱡﱡa terbenam matahari. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa shalat ashar di waktu menﱡuninﱡnya cahaya matahari sebelum terbenam hukumnya makruh.

Adapun hadist tentanﱡ shalat Ashar diantaranya sebaﱡai berikut:

بﺎﻬ

ﺋﺛ

ﱪﺧ

ﺖﺜﺎ ﺒ

نﺎ ﺮ ﺒ

مﺎ

:

و

ﻰﺷ

لﻮ ﺜ

لﺎ

:

لﺎ

ؤﺪ ﺒ

ﺔوﺎ


(40)

26

ﺪﺷﳏ

ﺷنﻷ

ﺮ ﺒ

ﱘﺪ

أ

ﺎ أو

:

ﺷ ﺎ ﺒ

لﺎ

,

و

أﺮو

نﱪﺧﺒ

ﺎﲰﺐ

بﺎﻬ

ﺋﺛ

و

ﻰﺷ

لﻮ ﺜ

نﺎ

:

لﺎ

ﻰﺷ

ﺔ ﺮ

و

ﺎﻬ ﺄ

ﺒﻮ ﺒ

ﺒﺬ ﺒ

ﺷﰒ

ﺔﺷ

ءﺎ

و

ﺮ ﺒ

.

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami Ibnu Abi Fudaik dari Ibnu Abi

Dzikbin dari Ibnu syihab dari Abi Bakrin bin Abdirrahman bin haris dari hisyam dari naufal bin mu’awiyah ad-duali, dia telah berkata: Rasulullah Saw. telah bersabda:”Barangsiapa kehilangan waktu shalat ashar, seakan-akan dia telah kehilangan keluarga dan harta kekayaannya21.”Imam Asy-Syafi’i berkata:”Aku sangat senang menyegerakan shalat asar. Sebab Muhammad bin Ismail telah mengkabarkan kepada kami dari Ibnu Abi Dzikbin dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik, dia telah berkata:”Rasulullah Saw. biasa melakukan shalat Ashar ketika matahari masih tampak putih (masih siang). Kemudian bila ada seseorang pergi ke awali (perbukitan), lalu datang kembali ke tempat mendirikan shalat, maka matahari masih kelihatan tinggi.”22

c. Maﱡhrib

Shalat maﱡrib waktunya mulai terbenam matahari dan berakhir sampai hilanﱡnya cahaya awan merah.

Adapun hadist tentanﱡ shalat maﱡhrib diantaranya sebaﱡai berikut:

لﻮ ﺜ

ﺎﺷ

:

لﺎ

ﺷ ﻬ ﺒ

ﺪ ﺎﺧ

ﺪز

ﺔ أﻮ ﺒ

ﱀﺎ

ﺋﺚ

ﱪﺧﺒ

.

ﺎﻬ ﺒﻮ

يؤﺮ

و

قﻮ ﺒ

ﻰ ﺄ

فﺮ

ﺷﰒ

بﺮ ﺒ

ة

و

ﻰﺷ

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami Ibnu Abi Fudaik dari Ibnu Abi

Dzikrin dari shalih (mantan budak At-tauamah) dari zaid bin khalid Al-Juhari, dia telah berkata:”Kami bersama rasulullah Saw. melaksanakan shalat maghrib, kemudian kami meninggalkan masjid, lalu pergi ke pasar.ketika itu bila kemi melemparkan panah, niscaya akan dapat melihat tempat jatuhnya busur.ﺴ23

21 Laﱠal wutira ahlahu wa malahu bermakna kehilanﱡan keluarﱡa dan harta kekayaannya.

Ada juﱡa yanﱡ memberikan makna dikuranﱡi keluarﱡa dan harta kekayaannya. Jadi oranﱡ yanﱡ menﱡabaikan shalat ashar hinﱡﱡa lewat batas waktu yanﱡ telah ditentukan, sama saja oranﱡ yanﱡ kehilanﱡan keluarﱡa dan harta kekayaannya. Artinya, sanﱡat ruﱡi, bahkan harus menanﱡis penuh penyesalan.

22 Ibid,125.

23 Rasulullah biasa melaksanakan shalat maﱡhrib pada awal waktu, karena yanﱡ demikian

adalah lebih utama. Sebab waktu shalat maﱡhrib sanﱡat sempit, hinﱡﱡa bila tidak dilaksanakan diawal waktu, bisa jadi akan terlewatkan.


(41)

27

d. Isya

Shalat isya waktunya mulai hilanﱡnya cahaya awan merah dan berakhir hinﱡﱡa terbit ﱠajar shadiq.

Adapun hadist tentanﱡ shalat Maﱡhrib diantaranya sebaﱡai berikut:

ﱪﺧﺒ

و

ﻰﺷ

ﺷ ﺒ

ﺷنأ

نﺎﲪﺮ ﺒ

نﺎ

.

نﻮ

ﺷﺐ

أ

ﺎ ﺒ

بﺒﺮ ﺒ

:

لﺎ

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami sofyan bin Uyainah dari Ibnu

Abi Lubaid dari Abi salamah bin Abdirrahman dari Ibnu Umar, bahwa nabi muhammad Saw. telah bersabda:”Janganlah kamu sekalian dikalahkan oleh orang-orang arab baduwi dalam memberikan nama shalat yang kalian laksanakan, yakni shalat isya’. Ketahuilah, bahwa mereka gemar menggiling pulang unta-untanya disaat malam sudah gelap.”24

e. Subuh

Shalat subuh, waktunya dari mulai terbit ﱠajar shadiq hinﱡﱡa terbit matahari. Adapun hadist tentanﱡ shalat Maﱡhrib diantaranya sebaﱡai berikut:

ﺔ ﺋﺎ

نﺎ ﺮ ﺒ

ةﺮ

ﺷيﺜﺎ ﻷﺒ

ﱪﺧﺒ

:

ﺎﻬ

ﻰﺷ

لﻮ ﺜ

نﺎ

تﺎ ﺷ

ءﺎ ﺒ

ﻰﺷ

و

ﺷ ﻬ وﺮ

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami Malik bin Anas dari Yahya bin Sa’id Al-Anshari dari umrah binti Abdirrahman dari Aisyah Radiyallahu’anhu, dia telah berkata:”Rasulullah Saw. melaksanakan shalat subuh, kemudian kaum

24 Para pemilik ternak di daerah pedalaman biasa menﱡistirahatkan binatanﱡ ternaknya dan

menﱡandanﱡkannya ditempat penambatan pada waktu hari telah ﱡelap. Dahulu oranﱡ-oranﱡ arab baduwi menamakan shalat isya’ denﱡan shalat atamah. Yanﱡ artinya ﱡelap malam telah tiba.

Mereka menyebutnya demikian, karena shalat itu dilaksanakan ketika mereka menﱡandanﱡkan ternak untanya ke tempat penambatan. Karena itu, rasulullah melaranﱡ kaum muslimin meniru oranﱡ-oranﱡ baduwi, dan memerintahkan aﱡar menyebutnya denﱡan sebutan yanﱡ telah diﱡariskan oleh syariat islam., yakni denﱡan sebutan shalat isya’. Menurut pendapat yanﱡ lain, makna yanﱡ dimaksud adalah:ﺴJanﱡanlah sekali-kali kalian terpedaya oleh perbuatan oranﱡ-oranﱡ arab baduwi, yanﱡ akhirnya akan menyeret kalian pada menﱡakhirkan shalat isya’. Hendaknya shalat isya’ itu kalian lakukan tepat pada waktunya, bahkan akan lebih utama dilkakukan diawal waktuﺴ.


(42)

28

perempuan keluar dari masjid dengan memakai pakaian-pakaian mereka tanpa ada yang mengenalnya, karena masih gelap”.

ت ﺆ ﺒ

ءﺎ

:

ﺔ ﺋﺎ

ةوﺮ

ﺷيﺮ ﺰ ﺒ

نﺎ

ﱪﺧﺒ

ﻰﺷ

.

ﺪ ﺒ

ﺷ ﻬ ﺮ

ﺷ ﻬ ﺒ

ﺷﰒ

ﺷ ﻬ وﺮﲟ

تﺎ ﺷ

و

و

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami sofyan dari zuhri dari urwah

dari aisyah, dia telah berkata:”kami perempuan-perempuan beriman melaksanakan shalat bersama nabi Saw.dan mereka memakai pakaian-pakaian yang menutup rapat tubuhnya. Kemudian mereka pulang menemui keluarga tanpa dapat dikenali oleh seseorangpun, lantaran suasana pagi masih gelap.”

م

و

ﻰﺷ

لﻮ ﺜ

ﺷنأ

ﺷ ﺒ

بﺎﻬ

ﱪﺧﺒ

ﺎ ﺪ

:

لﻮ

و

ﺷﺰ

ﺷنﺈ

ﺎ ﺮ ﺛ

ﺒﺛﺐ

ﺎﻬﺷ

ة ﺒ

:

لﺎ

ﺷﰒ

.

ىﺮ ﺬ

ة

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami malik dari Ibnu syihab dari

Ibnu musayab, bahwa rasulullah Saw.pernah tidur hingga kesiangan dalam melaksanakan shalat subuh. Beliau baru melaksanakan shalat subuh ketika matahari telah terbit. Beliau kemudian bersabda:”Barangsiapa terlupa melaksanakan shalat, hendaklah dia mengerjakan ketika ingat. Sebab Allah a’zza

wajalla telah berﱠirman dalam surat Thaha ayat:14 yanﱡ meneﱡaskan:”Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”

3. Syarat Sah, Rukun, dan Sunnah dalam Shalat

Syarat sah shalat adalah sesuatu yanﱡ harus dipenuhi sebelum memulai shalat. Ada beberapa syarat sah shalat yaitu:

a. Suci tubuh, pakaian, dan tempat shalat

Suci artinya telah berwudhu. Adapun suci tubuh, pakaian dan tempat adalah dipastikan bahwa sarana-sarana tersebut terbebas dari benda-benda najis.

b. Masuknya waktu shalat

Tidak sah shalat jika belum masuk waktunya, kecuali shalat-shalat tertentu seperti shalat qadha’ atau shalat jama’.


(43)

29

c. Menﱡhadap kiblat

Kewajiban menﱡhadap kiblat pada saat shalat ini dikecualikan dari dua hal yaitu: (a) apabila seseoranﱡ dalam keadaaan sanﱡat takut. (b) dalam kendaraan.25

d. Menutup aurat

Aurat adalah baﱡian tubuh yanﱡ wajib ditutupi dan dihindarkan dari pandanﱡan oranﱡ lain. Aurat lelaki diwaktu shalat ataupun diluarnya adalah baﱡian tubuhnya antara pusar dan lutut. 26 tentunya yanﱡ demikian itu adalah pakaian penutup yanﱡ minimal, sepanjanﱡ tidak memiliki pakaian selain itu saja. Adapun baﱡi mereka yanﱡ mempunyai kemampuan, tentunya dituntut untuk menﱡenakan pakaian yanﱡ dianﱡﱡap sopan dan pantas dikalanﱡan masyarakat sekitar. Terutama ketika menuju tempat shalat sebaﱡaimana dalam ﱠirman Allah SWT.

ﺴو

ﺒﻮُﺴﺮﺸ ﺒﺴو

ﺒﻮُُﺴو

ﺳﺪِ ﺸ ﺴ

ﺷِ ُ

ﺴﺪﺸِ

ﺸ ُ ﺴﺴـ ِز

ﺒوُﺬُﺧ

ﺴمﺴﺚآ

ِﺴ

ُ ِﺐ

ﺒﻮُِﺮﺸ ُ

ﺴ ِِﺮﺸ ُﺸﺒ

ُِﳛ

Artinya:

25 Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ (III/205), apabila tiba waktu shalat sedanﱡ

mereka dalam kendaraan, lalu seseoranﱡ merasa takut turun dari kendaraannya untuk shalat menﱡhadap kiblat akan tertinﱡﱡal dari rombonﱡannya, atau khawatir atas keamanan dirinya atau hartanya, maka ia tetap tidak diperbolehkan meninﱡﱡalkan shalat sehinﱡﱡa keluar waktunya. Demi menjaﱡa kehormatan waktu shalat itu, ia wajib melaksanakannya diatas kendaraan, dalam keadaan apapun yanﱡ ia mampu. Dalam hal seperti ini, Imam Ar-Raﱠi mewajibkan diulanﱡinya shalat tersebut kemudian, menﱡinﱡat bahwa keadaan seperti itu jaranﱡ terjadi. Sedanﱡkan ulama lain seperti Al-Qadhi Husain tidak mewajibkan diulanﱡinya shalat tersebut, sama seperti dalam keadaan ketika memuncaknya rasa ketakutan.

26 Sebaﱡian ulama menyatakan bahwa aurat laki-laki ialah kubul dan duburnya saja (yakni kedua

saluran pelepasannya, yanﱡ depan dan yanﱡ belakanﱡ). Perbedaan pendapat menﱡenai ini, menﱡinﱡat adanya beberapa hadist sahih , sebaﱡiannya menunjukkan bahwa paha dari laki-laki harus ditutup sebaﱡian laﱡi tidak (Lihat, Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 1,Terjemahan Mahyudin


(44)

30

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.27

Sedanﱡkan aurat perempuan diwaktu shalat adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua tanﱡannya sampai perﱡelanﱡan. Aurat perempuan diluar shalat cukup banyak ayat al-qur’an yanﱡ memerintahkan kaum wanita muslimah aﱡar senantiasa menjaﱡa kesopanan dalam cara bertutur, berpakaian dan bertinﱡkah laku.

Diantara ﱠirman Allah SWT.

ﺴو

ﺴ ِﺎﺴﺴـﺴو

ﺴ ِﺒﺴوﺸزﺴِﻷ

ﺸ ُ

ِ ﺒ

ﺎﺴﻬـﺴأ

ِ

ِﻬﺸﺴﺴ

ﺴ ِﺸﺪُ

ﺴ ِِﺸﺆُﺸﺒ

ِءﺎﺴ ِ

ﺴ ﺸﺴﺮﺸُـ

ﺸنﺴأ

ﺴﱏﺸﺚﺴأ

ﺴ ِﺴﺛ

ِﻬِ ِ ﺴﺴ

ﺎً ِﺴﺜ

ﺒًﺜﻮُﺴ

ُﻪﺒ

ﺴنﺎﺴﺴو

ﺴ ﺸﺴﺛﺸﺆُـ

Artinya:

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab:59).28

27 Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yanﱡ indah disetiap (memasuki) masjid tafsirnya

tiap-tiap akan menﱡerjakan shalat atau tawaﱠ kelilinﱡ ka’bah atau ibadah-ibadah yanﱡ lain yanﱡ

lain. makan dan minumlah dan janﱡanlah berlebih-lebihan tafsirnya janﱡan melampui batas yanﱡ

dibutuhkan oleh tubuh dan janﱡan pula melampui batas-batas makanan yanﱡ dihalalkan. (Lihat, al-Qur’an, 7: 31).

28 Wahai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri

oranﱡ mukmin, ﺳHendaklah mereka menutup jilbabnyaﺴ tafsirnya Jilbab ialah sejenis baju kurunﱡ

yanﱡ lebar yanﱡ dapat menutup seluruh tubuh wanita di sampinﱡ baju biasa (baju yanﱡ biasa dipakai dalam rumah oleh wanita) dan kerudunﱡ.

Ke seluruh tubuh mereka tafsirnya menurut Ibnu Abbas dan Abu Ubaidah, bahwa kaum

wanita diperintahkan menutup kepala dan muka mereka denﱡan jilbab selain satu mata, aﱡar diketahui sebaﱡai wanita merdeka. Denﱡan demikian, maksud ayat ini adalah hendaknya mereka tutup denﱡan jilbab mereka kepala, muka dan dada.

Yanﱡ demikian itu aﱡar mereka lebih mudah untuk dikenali tafsirnya Bahwa mereka adalah

wanita-wanita merdeka.

Sehinﱡﱡa mereka tidak diﱡanﱡﱡu tafsirnya Berbeda denﱡan budak yanﱡ tidak menutupi

wajahnya, sehinﱡﱡa mereka diﱡanﱡﱡu oleh kaum munaﱠik.

Dan Allah Maha Penﱡampun laﱡi Maha Penyayanﱡ tafsirnya Karena Dia menﱡampuni

perbuatan di masa lalu dan merahmati mereka denﱡan meneranﱡkan beberapa hukum, meneranﱡkan yanﱡ halal dan yanﱡ haram.


(1)

145

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah penelitian ekspesimen tentang efektivitas shalat lima waktu dalam melatih kepribadian religius dan disiplin peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum bator klampis bangkalan maka, peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Intensitas pelaksanaan shalat lima waktu peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum rata-rata hanya 3 kali dalam sehari semalam yaitu: subuh, asar dan maghrib.

2. Penerapan religiusitas peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum tergolong cukup baik. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil analisis prosentase dengan nilai yang diperoleh sebesar 56%.

3. Penerapan sikap disiplin peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum tergolong kurang baik. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil analisis prosentase nilai yang diperoleh sebesar 55%.

4. Shalat lima waktu efektif dalam melatih berkepribadian religius dan disiplin. Hal ini ditunjukkann oleh beberapa hal: (a) terjadi peningkatan yang signifikan antara sebelum treatmen, setelah 1 bulan dan selama 2 bulan. (b) setelah dianalisis melalui Anova klasifikasi tunggal ternyata Fhitung>Ftabel. (untuk religiusitas didapatkan hasil sebesar 82,75>3,09) sedangkan (untuk disiplin didapatkan hasil sebesar 11,53>3,09).


(2)

146

B. Implikasi teoritik

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa shalat lima waktu yang dikerjakan dengan rutin berpengaruh signifikan terhadap peningkatan religiusitas dan sikap disiplin. Sehingga shalat lima waktu bukan saja ibadah wajib yang harus kita kerjakan namun mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung didalamnya juga menjadi hal yang terpenting dalam kehidupan sehari-hari.

C. Keterbatasan studi

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disampaikan beberapa keterbatasan penelitian yaitu :

1. Belum adanya variabel moderator yang tergambar secara jelas yang memperkuat atau memperlemah hubungan variabel independen dan variabel dependen. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya variabelnya dapat dikembangkan kembali.

2. Jumlah indikator dalam setiap konstruk dapat ditambahkan kembali agar memenuhi kualifikasi dalam model pengukuran.

3. Ukuran jumlah sampel yang kecil. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya jumlah sampelnya lebih diperbanyak agar dapat digeneralisasikan secara umum.


(3)

147

D. Rekomendasi

Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini maka, penulis perlu mengemukakan rekomendasi yang relevan diantaranya:

1. Guru

Sebagai orang tua di sekolah sudah sepantasnya mendidik, mengarahkan, memberikan motivasi agar peserta didik senantiasa melaksanakan shalat lima waktu dengan rutin.

2. Orang tua

Selalu mendampingi serta memberi contoh hal-hal yang baik kepada anak sesuai dengan tuntunan agama karena disadari atau tidak lingkungan keluarga adalah tempat pertama anak belajar, menirukan, membentuk karakter anak.

3. Saudara sesama muslim

Jaganlah pernah meninggalkan shalat lima waktu, karena selain shalat merupakan hal yang wajib ia juga mengandung nilai-nilai religius dan disiplin yang tinggi termasuk disiplin hablum minallah dan melatih disiplin hablum minannas.


(4)

148

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah Dalam Islam, Jakarta : Perpustakaan Pusat Universitas Islam Indonesia, 1988.

Ahmad Tholib Raya dan Siti Musdah, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam

Islam, Jakarta: Kencana, 2003.

Agustian Ary Ginanjar, Rahasia sukses membangkitkan ESQ Power: sebuah

Inner Journey melalui Ihsan, Jakarta:Arga, 2003.

A. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. AL-Ma’arif, 1989.

Ancok Djamaluddin, Psikologi Islami,:Solusi islam atas problem-problem

psikologi, Yogyakarta:pustaka belajar Cet.II, 1995.

Arikunto Suharsimi, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek,

Jakarta:Rineka cipta, 1996.

Chumaidah Evi, Upaya Peningkatan Kedisiplinan Shalat Berjema’ah Di

Madrasah Tsanawiyah Negeri Sidoarjo, Skripsi S-1 Pendidikan Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya: 2011.

Dadang kahmad, Sosiologi Agama, Bandung :Remaja Rosda Karya, 2002.

Ekosusilo Madyo,Hasil penelitian kualitatif sekolah unggulan berbasis nilai

‘Studi Multi kasus di SMA Negeri 1, SMA Regia Pacis, dan SMA Al-Islam 01 Surakarta’, Sukoharjo: Universitas Bantara Press.

Fauzan Achal Supatmo, Pengaruh Pendidikan Pramuka Terhadap Kedisiplinan

Peserta didik Kelas I SLTP Negeri I Sepulu Bangkalan Perspektif Pendidikan agama Islam, “Skripsi S-1 Pendidikan, Surabaya: perpustakaan Universitas Sunan Giri, 2003.

Sukardi Dewa Ketut, Proses Bimbingan Dan Penyuluhan, Jakarta: PT. Rineka Cipta Cet. I, 1995.

Fuat Nashori Nashori, dkk, Mengembangkan kreativitas dalam perspektif

psikologi Islam, Yogjakarta: Menara kudus,2002.

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta: pustaka al-Husna, 1986.


(5)

149

Indrakusuma Amir Daien, Pengantar Ilmu Pendidikan, Malang: Usaha Nasional,

1973.

KH.Mohammad Solikhin, The Miracle of Shalat, Jakarta: Erlangga, 2001. Madjid Nurcholis,Masyarakat Religius, Jakarta: paramadina, 1997.

Madjid Nurcholis, Cendekiawan & religiusitas masyarakat, Jakarta : Paramadina, 1999.

Mangunwijaya, Sastra dan religiositas, Jakarta :Sinar Harapan, 1982.

Mukhlas Asy-Syarkani al-falahi, Rahasia dan Keajaiban Takwa, Yogjakarta : Ad-Dawa Press, 2003.

Mughniyah, Muhammad Jawad, Fikih Lima Mazhab, Jakarta: Lentera,

2009,Cet.24.

Muhammad Bagir, fiqh Praktis menurut al-Qu’an, as-sunnah dan Pendapat para

ulama, Bandung: Kharisma, 2008.

Muhaimin, dkk, Dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama, 1994.

Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta:Raja Gravindo Persada, 2006. Muhaimin dan Abdul Mudjib, Pemikiran pendidikan islam:Kajian filosofis dan

kerangka dasar operasionalnya, Bandung:Triganda karya, 1993.

M. Ali Hasan, Hikmah Shalat dan Tuntunannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

Moenir A.S., Pendekatan Manusiawi dan Organisasi terhadap Pembinaan

Kepegawaian, Jakarta: PT Gunung Agung, 1983.

Nadhratun Na’îm , “Majalah AL FURQON “no. 120, edisi 6 Th. Ke-11,

Muharram 1433 H.

Ndara Talizuhu, Teori budaya organisasi, Jakarta:Rineka cipta, 2005.

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 1,Terjemahan Mahyudin Syaf, Bandung: Al Ma’arif, 1973.

Sahertian Piet A., Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Usaha Naional, 1994.


(6)

150

Semiawan Conny, Pendidikan Keluarga Dalam Era Global, Jakarta:PT

Prenhallindo, 2002.

Shalahuddin Mahfud, Pengantar Psikologi Pendidikan, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990.

Subari, Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Sukarna, Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: Mandar Maju, 1992.

Sugiono, Metode penelitian pendidikan, Bandung:ALFABETA, 2013.

Sugiono, Statistika untuk penelitian, Bandung:ALFABETA, 2009.

Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah HAMKA, Tafsir al-Azhar Juzu’

ke–21, Surabaya: Bina Ilmu, 1976.

Pius A. Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 2001.

Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/ IAIN di Pusat, Ilmu Fiqih Jilid I, Jakarta:Pustaka Pelajar, 1983.

Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, Jakarta: Gema insani prees,2001.

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 1997.