Hubungan hasil belajar fiqh terhadap pelaksanaan shalat lima waktu siswa MTS Fatahillah Buncit Raya

(1)

ii

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk MemenuhiSyarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh Alfiah

NIM: 1810011000092

Drs. A. Basuni, MA NIP. 194911261979011001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014 H/1435 M


(2)

(3)

(4)

(5)

vi

Tiada kata yang lebih terpuji selain menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Karena dengan ridho-Nya penulis dapat rampungkan skripsi ini. Sholawat dan salam yang ditetapkan Alllah SWT atas junjungan alam Nabi Muhammad SAW sebagai penghulu Arab yang telah membawa kedamaian dan rahmat bagi semesta alam, para sahabat, keluarga, dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulisan skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan program studi sarjana pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu untuk terwujudnya skripsi ini, ucapan terimakasih penulis tak lupa tujukan kepada :

1. Nurlena Rifai Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya, baik bapak/ibu dosen yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan, maupun para staf yang telah membantu kelancaran administrasi;

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ketua Jurusan PAI yang telah memberikan nasehat, arahan dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini serta rekomendasinya unuk melakukan penelitian;

3. A. Basuni, MA. dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya, pikiran dan kesabaran yang teramat tulus disela-sela kesibukannya yang luar biasa untuk memberikan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi. Terima kasih Bapak.

4. Para dosen yang telah memberikan pengalaman dan ilmunya kepada penulis dengan ikhlas dan sabar selama masa kuliah.

5. Direktur Pendidikan Agama Islam (DITPAIS), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah


(6)

vii mengumpulkan data.

7. Bapak Abd. Mukti, BA selaku kepala MTs. Fatahillah Buncit Raya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Seluruh guru, staf, dan siswa/i MTs.Fatahillah Buncit Raya.

9. Kepada kedua orangtua saya Alm. Bapak H. Zulkarnaen danAlmh. Hj. Ibu Khodijah, Suami Zikrul Yudi, Anak-anak yang sangat saya cintai. Terlalu banyak pengorbanan yang diberikan dari sejak lahir sampai sekarang, rasanya ananda tidak bisa membalasnya. Ananda hanya berdo’a kepada Allah SWT, sebab hanya Allah lah yang mampu membalasnya.

10. Seluruh teman yang seperjuangan dan sepenanggungan, yaitu anak PAI Dual Mode System. Terima kasih banyak dan sukses selalu. Hanya kepada Allah jua lah penulis mengucapkan syukur atas semua karunia-Nya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikannya, sehingga skripsi ini bermanfaat bagikita semua, Amin.

Jakarta, 25Juni 2014

Alfiah

NIM: 1810011000092


(7)

viii

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAAN PEMBIMBING ... iii

PERNYATAAN PENULIS ... iv

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembahasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Tentang Prestasi Belajar ... 6

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 6

2. Macam-Macam Prestasi Belajar ... 7

B. Kajian Fiqh ... 9

1. Pengertian Fiqh ... 9

2. Ruang Lingkup Pelajaran Fiqh ... 11

3. Tujuan Ilmu Fiqh ... 12

4. Implementasi pembelajaran Fiqh ... 13

5. Kegunaan Mempelajari Kaidah Fiqh……… 14

C. Keterampilan Ibadah... 14

1. Pengertian Ibadah Sholat 5 Waktu... 14

2. Tujuan Ibadah 5 Waktus ... 15

3. Konsep Ibadah Shalat ... 16

D. Kerangka Berpikir ... 30

E. Rumusan Hipotesis ... 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN


(8)

ix

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan sampel ... 33

E. Tekhnik Pengumpulan Data ... 34

F. Tekhnik Analisis Data ... 36

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MTs. Fatahillah Buncit Raya ... 40

1. Sejarah Berdirinya MTs. Fatahillah Buncit Raya ... 40

2. Visi dan Misi Sekolah ... 42

3. Keadaan Guru Dan Siswa ... 41

4. Sarana dan Prasarana ... 42

5. Kurikulum MTs. Fatahillah Buncit Raya... 42

B. Deskriptif Data ... 43

C. Analisis Dan Interprestasi Data ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN


(9)

x

Buncit Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Prestasi Belajar Fiqh dengan Keterampilan Ibadah Shalat Siswa Madrasah Tsanawiyah Fatahillah Buncit Raya.

Adapun dalam penulisan ini, menggunakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (field research), yaitu menghimpun data dan fakta dari objek yang diteliti. Dengan menyebarkan angket kepada rseponden ditempat penelitian yang telah ditentukan.

Yang dimaksud dengan pengumpulan data dalam hal ini adalah suatu usaha untuk mendapatkan informasi mengenai hubungan hasil belajar fiqh dengan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa. Untuk memperoleh data, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyakl digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.1

2. Wawancara

Wawancara sebagi alat penilaian, wawancara dapt digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar.2wawancara tersebut dilakukan pada

kepala sekolah dan guru mata pelajaran fiqh. 3. Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang diketahuinya.

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini penulis menyebarkan angket kepada responden yaitu siswa kelas VII-VIII


(10)

xi

Ternyata”rxy” atau “ro” pada taraf signifikan 5% lebih besar dari “r” tabel atau “rt” (0,686> 0,374), maka pada taraf signifikan 5% hipotesis nol ditolak, sedangkan hipotesa alternative diterima. Ini berarti ada hubungan atau korelasi yang signifikan antara hasil belajar fiqh dengan konsistensi pelaksanaan shalat waktu siswa MTs. Fatahillah.

Di sini dapat diinterprestasikan bahwa hasil belajar fiqh terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa MTs. Fatahillah terdapat hubungan yang sedang/cukup.

Setelah uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan variabel x terhadap variabel y yang dinyatakan dalam bentuk persen (%), maka digunakan rumusan “Coefficient of Determination” atau koefisien penentu yang dalam hal ini digunakan untuk lebih memudahkan pemberian interprestasi angka indeks korelasi “r” product moment di atas, sebagai berikut:

KD= r² x 100% = 0,696 x 100% = 0,484416 x 100% = 48,4416% = 48,44%

Menghitung koefisien detrminan dimaksdukan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang diberikan oleh hasil belajar fiqh terhadap konsistensi pelaksanaan sholat lima waktu siswa. Dari perhitungan diatas diperoleh hasil koefisien determinan sebesar 48,44% hal ini menunjukan bahwasanya variabel X (hasil belajar fiqh) telah memberikan pengaruh terhadap variabel Y (konsistensi pelaksanaan sholat lima waktu siswa) yaitu sebesar 48,44% dan menunjukan bahwanya 51,56% dari konsistensi pelaksanaan sholat lima waktu siswa


(11)

xii

konsistensi pelaksanaan sholat lima waktu siswa MTs. Fathillah Buncit Raya. Hal ini berdasarkan perhitungan besarnya “rxy” pada taraf signifikansi 1% yaitu “rxy” atau “ro” lebih besar dari “r” tabel atau “rt” (0,696 > 0,478), maka pada taraf siqnifikansi 1% hipotesa nol ditolak sedangkan hipotesa alternative diterima. Begitupun taraf 5% yaitu “rxy” atau “ro” lebih besar dari “r” tabel atau “rt” (0,686 > 0,374), maka pada taraf signifikansi 5% hipotesa nol ditolak, sedangkan hipotesa alternative diterima.


(12)

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAAN PEMBIMBING ... iii

PERNYATAAN PENULIS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Tentang Hasil Belajar ... 5

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 5

2. Macam-Macam Prestasi Belajar ... 6

B. Kajian Fiqh1q ... 8

1. Implementasi Pembelajaran Fiqih di MTS Fatahillah ... 8

a. Pengertian Fiqh ... 8

b. Tujuan Ilmu Fiqih ... 10

c. Ruang Lingkup Pelajaran Fiqih ... 11

2. Kegunaan Mempelajari Kaidah Fiqh ... 12

3. Pelaksanaan Ibadah Shalat ... 12

4. Syarat-Syarat Shalat ... 14

5. Rukun Shalat ... 17

6. Sunnah Shalat ... 17

7. Waktu Shalat ... 18

8. Hikmah Shalat ... 20

C. Kerangka Berfikir ... 23


(13)

C. Variabel Penelitian ... 26

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilansampel ... 26

E. Tekhnik Pengumpulan Data ... 27

F. Tekhnik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MTs. Fatahillah Buncit Raya ... 32

1. Sejarah Berdirinya MTs. Fatahillah Buncit Raya ... 32

2. Visi dan Misi Sekolah ... 34

3. Sarana dan Prasarana ... 34

4. Kurikulum MTs. Fatahillah Buncit Raya ... 35

B. Deskriptif Data ... 35

C. Analisis Dan Interprestasi Data ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN


(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Dalam UU RI No. 20 Th. 2003 pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, nusa dan bangsa.

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam menciptakan kelangsungan hidup manusia. Pendidikan juga merupakan proses untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, untuk itu manusia perlu dikemas sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan manusia menjadi insan yang sempurna, dalam artian manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur, serta mempunyai pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani maupun rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaaan.1

Misi ajaran islam yang memuliakan manusia yang demikian itu, menjadi misi pendidikan islam. Terwujudnya manusia yang sehat jasmani, rohani, dan akal pikiran, serta memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, akhlak yang mulia,keterampilan hidup (skill life) yang memungkinkan ia dapat memanfaatkan berbagai peluang yang diberikan oleh allah termasuk pula mengelola kekayaan alam yang ada didaratan,lautan, bahkan di ruang angkasa adalah merupakan misi pendidikan islam.2

Pada hakikatnya tujuan manusia adalah sebagai khalifah yang diwajibkan untuk mampu menciptakan tatanan kehidupan sosial-keduniaan yang adil, damai,

1

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1892), hlm. 1

2 Prof.Dr.H.Abuddin Nata,MA, Pendidikan dalam perspektif Al-qur’an,(Jakarta: Uin


(15)

dan sejahtera antara manusia dengan sesama makhluk,3 ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa pada hakekatnya tujuan manusia itu ingin menjadi manusia yang sempurna terutama dalam masalah pelaksanaan ibadah, baik itu ibadah mahdhoh maupun ibadah ghoeru mahdhoh. Konsep ibadah disini mempunyai arti bahwa untuk menyembah Allah SWT dan melakukan perbuatan – perbuatan yang sesuai dengan hukum syariat-Nya, maka diperlukan sejak dini dalam memahami dan melaksanakannya sesuai dengan kebiasaanya. Dan untuk memahaminya itu diperlukan pendidikan yang berhubungan dengan tata cara ibadah tersebut.

Mata pelajaran fiqih merupakan mata pelajaran yang sangat penting, karna didalamnya membahas tentang praktek-praktek ibadah yang sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Di dalam kurikulum pelajaran fiqih Madrasah tsanawiyah mempunyai tujuan dan fungsi yang harus dicapai. Tujuannya agar siswa dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum secara terperinci dan menyeluruh. Kemudian siswa diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan dalam menjalankan hukum agama.

Sedangkan fungsinya adalah:

1. Untuk mencari kebiasaan faham dan pengertian dari agama islam

2. Untuk mempelajari hukum-hukum islam yang berhubungan dengan kehidupan manusia.

3. Untuk memperdalam pengetahuan dalam hukum-hukum agama baik dalam bidang aqidah, akhlak maupun dalam bidang ibadat dan muamalat.4 Sehingga seseorang yang dapat mencapai kesempurnaan dalam beribadah harus melalui pembelajaran baik di sekolah maupun luar sekolah, karena dalam pelaksanaan shalat dan amalan-amalan ibadah lainnya mempunyai tata cara, aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang dijelaskan dalam pembelajaran sumber hukum Islam. Untuk itulah pengetahuan agama sangat diperlukan. Dilihat dari beberapa tujuan dan fungsi di atas, guru diharapkan memberikan pemahaman

3

Dirjen Bimas Islam Departemen Agama RI, dalam sambutannya yang ditulis oleh Moh.

Ardani dalam bukunya yang berjudul Fikih Ibadah Praktis, (Ciputat: Bumbu Dapur

Communication-PT Mitra Cahaya Utama, 2008), hlm. iii 4


(16)

kepada siswa akan pentingnya pengetahuan fiqih tentang ibadah shalat. Tanpa adanya pengetahuan khususnya pengetahuan fiqih maka seseorang tidak dapat mencapai kebenaran dalam beribadah.

Berdasarkan latar belakang di atas, secara umum menunjukan bahwa pendidikan agama Islam mempunyai peran yang sangat penting yakni menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa. Sedanngkan mata pelajaran fiqih di dalamnya mengatur tata cara beribadah atau hukum-hukum syariat yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam. Prestasi belajar siswa dapat diraih dengan baik apabila siswa mempunyai kesungguhan dalam belajar yang kemudian akan berdampak pada kegiatan ibadahnya. Sekarang yang menjadi pertanyaan apakah setiap siswa yang mempunyai prestasi belajar fiqih, kegiatan atau keterampilan ibadahnya sudah pasti baik atau benar? Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menulis skripsi akan meneliti dengan judul “Hubungan Antara Prestasi Belajar Fiqih dengan Keterampilan Ibadah Shalat Siswa Madrasah”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalahnya adalah: 1. Kemampuan belajar fiqh siswa belum maksimal.

2. Siswa belum mengerti tata cara beribadah dengan benar. 3. Siswa belum mengetahui hukum-hukum syariatnya.

4. Siswa belum mampu melaksanakan ibadah shalat lima waktu dengan tertib.

C. Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini ada tiga bagian: 1. Bagaimana hasil belajar fiqh siswa?

2. Bagaimana pelaksanaan shalat lima waktu siswa?

3. Bagaimana hubungan hasil belajar fiqh dengan pelaksanaan ibadah shalat 5 waktu?


(17)

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hasil belajar fiqh siswa.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan ibadah shalat lima waktu siswa.

3. Untuk mengetahui hubungan hasil belajar fiqh siswa dengan pelaksaan ibadah shalat lima waktu.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian tentang hubungan hasil belajar fiqh terhadap pelaksanaan shalat lima waktu MTs. Fatahillah Buncit Raya diharapkan dapat memberi sumbangan kepada:

1. Guru

a. Agar dapat lebih baik mendidik anak dalam mengajarkan ilmu fiqh yang baik dan benar.

b. Agar dapat meningkatkan rasa percaya diri, karena mampu melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan prakarsa sendiri.

2. Peserta Didik

a. Dapat mengatasi pembelajaran fiqh.

b. Dapat memahami seberapa pentingnya shalat lima waktu. c. Dapat mengerti rukun, tata cara, dan hukum syariatnya.


(18)

5 A.Kajian Tentang Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Dalam kamus populer hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh sesorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik disekolah maupun di luar sekolah

Hasil Belajar adalah: perkembangan dan hasil–hasil yang telah dicapai oleh para peserta didiknya, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

Untuk lebih jelas dari hasil belajar berikut dikemukakan pendapat yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu:

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil belajar adalah hasil baik yang dicapai dalam belajar.1

Menurut Sumadi Suryabrata. hasil belajar adalah: nilai sebagai rumusan yang diberikan guru bidang studi mengenai kemajuan atau hasil belajar siswa selama masa tertentu.2

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar tidak akan lepas dari proses belajar, karena hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar atau hasil belajar juga bisa diartikan sebagai hasil usaha yang telah dicapai melalui proses perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap sebagai hasil pengalaman atau latihan tertentu yang dinyatakan dengan penilaian berupa symbol, huruf, angka ke dalam raport.Inti penilaian adalah proses memeberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriterian tertentu. 3

Istilah hasil belajar dewasa ini digunakan juga istilah pernyataan perbuatan

1

Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gita Media Press, hlm. 626

2

Sumadi Suryabrata, “Psikologi Pendidikan”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998),

hlm.32 3

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung, PT Remaja


(19)

belajar, hasil belajar nampak dalam tingkah laku siswa, misalnya menyebutkan huruf-huruf dalam abjad secara berurutan. Dari hasil yang diberikan oleh siswa, sesuai dengan tujuan instruksional khusus, menjadi nyata apakah hasil belajar yang dituju sudah diperoleh atau belum. Istilah hasil belajar bisa disebut juga profil hasil belajar yaitu: Suatu bentuk grafik yang biasa dipergunakan untuk melukiskan hasil belajar peserta didik baik secara individu maupun kelompok.4

2. Macam – Macam Hasil Belajar

Klasifikasi hasil belajar terdiri dari tiga macam berdasarkan pada tujuan yang dinyatakan dalam bentuk perilaku, sebagai berikut:

a. Hasil belajar Perilaku Kognitif Tujuan kognitif berkenaan dengan aspek intelektual, seperti pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Hasil belajar Perilaku Afektif, meliputi:

1) Menyimak, yaitu meliputi taraf sadar memperhatikan, kesediaan menerima dan memperhatikan secara selektif/kontrol.

2) Merespon, hal ini meliputi manut (memperoleh sikap responsibility), bersedia merespon atas pilihan sendiri dan merasa puas dalam merespon.

3) Menghargai, mencakup menerima nilai, mendambakan nilai dan merasa wajib mengabdi pada nilai.

4) Mengorganisasi, yaitu meliputi mengkonseptualisasi nilai-nilai organisasi sisten nilai.

5) Mewatak, yaitu memberlakukan secara umum seperangkat nilai, menjunjung tinggi atau memperjuangkan nilai.

a. Hasil belajar Perilaku Psikomotorik. hasil belajar psikomotorik tampakdalam bentuk keterampilan (skill) kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada enam tingkatan dalam ranah psikomotor, yaitu:

1) Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan sadar.

4 Ibid, hlm. 461


(20)

3) Kemampuan perspektual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motorik dan lain-lain.

4) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

5) Kemampuan yang berkenaan dengan nondecursive komunikasi, seperti gerakan ekspresi, interpretatif.5

Dari ketiga aspek tersebut yang paling mudah untuk dapat diketahui adalah perubahan dalam hasil belajar yang bersifat psikomotorik, yakni melakukan gerakan fisik sehingga penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha memakai akal, pengalaman latihan dan penyelidikan untuk menumbuhkan tingkah laku yang baru di samping kecerdasan juga keterampilan secara maksimal, yang dapat dirigkas dengan suatu kata “berilmu yang beramal”. Jadi mengandung unsur kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini atas dasar firman Allah SWT.















“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran.... “6(Al-Ashr:3)

Adapun hasil belajar dari aspek kognitif akan diketahui jika tujuan belajarnya dirumuskan secara optimal seperti mengidentifikasi, menyebutkan, membedakan, menyimpan dan lain sebagainya. Sedangkan aspek afektif sulit untuk diketahui hasil belajarnya, karena menyangkut keyakinan, perasaan, emosi sikap yang sifatnya interhasil terhadap prilaku yang tampak dan di indikasikan sebagai gejala afeksi.

Mata pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal/memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (Way Of Life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.

5

Nana Sujadna,Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarta,

2008), cet. 14,hlm.23 6

Dept. Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang, CV. Adi Grafika, 1994),


(21)

Untuk mengetahui hasil belajar fiqih peserta didik sesuai dengan tujuan atau tidak, maka dilakukan penilaian baik melalui tes maupun non tes yang meliputi tiga aspek diatas yakni; kognitif, afektif, psikomotorik.

B. Kajian Fiqih

1. Implementasi Pembelajaran Fiqih di MTS Fatahillah a. Pengertian Fiqih

Fiqih menurut bahasa berarti paham, atau pengertianyang mendalam tentang maksud dan tujuan suatu perkataan dan perbuatan dan perbuatan, bukan hanya mengetahui lahiriyah perkataan, atau perbuatan itu. Pengertian ini di pahami dari kata “FIQIH” yang tercantum di dalam beberapa ayat al-qur’an, dan dalam hadis Nabawi, diantaranya adalah firman Allah:7















“Maka mengapa orang-orang (munafik) itu hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun” (An-Nisa:78)8

Menurut bahasa “fiqih” berasal dari faqiha-yafqahu-fiqhan yang berarti mengerti atau faham. Dari sisnilah ditarik perkataan fiqh, yang member pengertian kepahaman dalam hukum syariat yang sangat dianjurkan oleh Allah dan rasun-Nya.9

As-Saiyid al-jurjani Di kutip oleh H.M. Abdullah Al-manar. Berkata “Fiqih pada lughah ialah memahami pembicaraan seseorang yang bicara.10

Perkataan fiqih dijumpai dalam al-Quran dengan kata nafqoh, tafqohum, yafqohu, yang disebut dalam tidak kurang dari dua puluh ayat yang berbunyi:



















7Muhammadiyah Djafar, H. Penghantar Ilmu Fiqh

8

Al-quran dan terjemahnya, Surat An-nisa ayat 78,Mujamma’al Haramain asy syarifain

al malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-syarif medinah munawarroh,hlm.131-132 9

A. Syafi’I Karim, Fiqih- Ushul Fiqih, ( Bandung; Pustaka setia, tth), hlm. 11

10


(22)

Artinya:” Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama”(at-taubah:122)

Sejalan dengan hal tersebut Ibnu Khaldun dalam muqoddimah al-mubtada al khabar berkata dikutip oleh; H.M. Abdullah Al-Manar “ fiqih itu ialah ilmu yang denganya diketahui segla hukum Allah yang berhubungan dengan segala pekerjaan mukallaf, baik yang wajib, yang haram , yang makruh dan yang mubah yang disimpukan(diistimbatkan) dari al-Quran dan as sunnah dan dalil-dalil yang telah ditegaskan syara’ seperti qiyas.11

Dalam terminologi Al-Quran dan Sunnah, Fiqih adalah pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai perintah-perintah dan realitas Islam dan tidak memiliki relevansi khusus dengan bagian ilmu tertentu. Tetapi dalam terminologi ulama, lambat laun secara khusus diterapkan pada pemahaman yang mendalam atas hukum-hukum Islam.12

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat fiqih adalah Ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ dan setiap pekerjaan mukallaf yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat amaliah yakni menyangkut tindak tanduk manusia seperti hal yang wajib, haram, makruh, mandub dan yang mubah.

Kegiatan pembelajaran merupakan upaya menciptakan suasana pedagogis yang kondusif sesuai dengan situasi dan kondisi untuk mencapai standar kompetensi fiqih yang lebih efektif, efisien dan menyenangkan. Untuk itu dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran fiqih perlu dikembangkan pedomannya, sebagai acuan bagi guru,pedoman kegiatan pembelajaran beserta contoh-contohnya.

Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu meliputi:

1) Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah swt sebagai sumber kehidupan.

2) Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan

11

M.Abdullah al Manar,Ibadah dan Syariah,h.6

12

Murtadha Murthahari dan M.Baqir ash-Shadh, Pengetahuan Ushul Fiqh


(23)

merasakan hasil-hasil pengamalan isi mata pelajaran fiqih dalam kehidupan sehari–hari.

3) Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dalam membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits serta dicontohkan para ulama.

4) Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran fiqih dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah difahami dengan penalaran.

5) Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.

6) Fungsional, menyajikan materi yang memberikan manfaat nyata peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.

7) Keteladanan, yaitu pendidik yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen MTs lainya sebagai teladan, sebagai cermin dan individu yang mengamalkan materi fiqih.13

b. Tujuan Ilmu Fiqih

Tujuan ilmu fiqh adalah untuk mencapai keridhoan AL-lah SWT. Dengan melaksanakan syariah-Nya di muka bumi ini, sebagai pedoman hidup individual, hidup berkeluarga, maupun hidup bermasyarakat.

Orang sering bertanya, bagaimana hukumanya ini atau itu? Pertanyaan ini sudah tentu didorong oleh keinginan agar segala sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan syariah yang pada akhirnya mengharapkan keridhoan allah SWT.

Agar hidup ini sesuai dengan syariah, maka dalam kehidupan harus terlaksana nilai-nilai keadilan, kemaslahatan, mengandung rahmat dan hikmah.

Untuk itu Imam al-Syatibi telah melakukan istiqro (penelitian) yang digali dari Al-quran maupun sunnah, yang menyimpulkan bahwa tujuan hukum islam (maqashid al-syariah) di dunia yaitu:

13


(24)

1. Memelihara agama (Hifdz al-Din). Yang dimaksud dengan agama disini adalah agama dalam arti sempit (ibadah mahdhah) yaitu hubungan manusia dengan Allah SWT, termasuk didalamnya aturan tentang syahadat, shalat,zakat,puasa,haji dan aturan lainya yang meliputi hubungan manusia dengan Allah SWT,. Dan larangan yang meninggalkanya 14

Adapun tujuan fiqih di MTs yakni bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:

1) mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil-dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

2) melaksanakan dan menggambarkan ketentuan hokumIslam dengan benar. Pengetahuan tersebut dapat diharapkan dapat menimbulkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupunn sosialnya.15

Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan mempelajari fiqih yaitu selain mengetahui hukum-hukum yamng telah ditetapkan syari’at Islam juga di dalamnya terdapat nilai-nilai spiritual yang menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial seta dapat menimbulkan kedisiplinan yang tinggi.

c. Ruang Lingkup Pelajaran Fiqih

Ruang lingkup fiqih adalah pertama: bidang ibadah “segala persoalan yang berpautan dengan urusan akhirat”. Seperti shalat, shiyam, zakat dan haji. Kedua: muamalat, yaitu “segala persoalan yang berpautan dengan urusan-urusan dunia dan undang-undang.Bagian yang kedua ini dibagi pula dalam beberapa bagian diantaranya: uqubat,munakahat dan muamalat.16

Sedangkan ruang lingkup pelajaran fiqih mencakup beberapa materi tercantum dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara lain :

14

A.Djazuli,Ilmu Fiqh, (Jakarta: Media Group 2005),cet ke 7, hal 27 15

Departemen RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah ibtidayyah, (Jakarta:

Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004), h.46 16


(25)

1) Hubungan manusia dengan Allah SWT

2) Hubungan manusia dengan sesama manusia,dan

3) Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan Adapun ruang lingkup mata pelajaran fiqih di MTs Fatahillah setara halnya dengan ruang lingkup di Madrasah Tsanawiyah terfokus pada aspek:

1) Fiqih ibadah 2) Fiqih muamalah 3) Fiqih jinayah 4) Fiqih siyasah17

Salah satu materi pelajaran fiqih dalam aspek ibadah adalah sholat. Shalat mengajarkan seseorang untuk berdisiplin dan mentaati berbagai peraturan dan etika dalam kehidupan dunia. Hal ini dari penetapan waktu shalat yang mesti dipelihara oleh setiap muslim dan tata tertib yang terkandung didalamnya. Dari segi sosial kemasyarakatan shalat merupakan pengakuan aqidah setiap anggota masyarakat dan kekuatan jiwa mereka yang berimplikasi terhadap persatuan dan kesatuan umat persatuan dan kesatuan ini menimbulkan sosial yang harmonis dan kesamaan pemikiran dalam menghadapi segala problema kehidupan sosial kemasyarakatan.

2 Kegunaan Memepelajari Kaidah Fiqh

Mempelajari kaidah fiqh berguna untuk menentukan sikap dan kearifan dalam menarik kesimpulan serta menerapkan aturan-aturan fiqh terhadap kenyataan-kenyataan yang ada, sehingga tidak menimbulkan ekses yang tidak perlu karena diperhatikan skala prioritasn penerapanya.18

3 Pelaksanaan Ibadah Shalat a. Pengertian Ibadah Shalat

Ibadah shalat ialah suatu bentuk ibadah yang berupa struktural maupun fungsional dengan harapan untuk meraih ridho

17

Depag.RI,Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah.h.47

18


(26)

Allah.Pelaksanaannya berupa ucapan ataupun perbuatan yang diawali dari takbir dan diakhiri dengan salam menurut tata cara dan syarat yang telah ditentukan seperti syarat shalat; Islam, suci dari hadas, menutup aurat, memasuki waktu, dan menghadap ke kiblat, kemudian harus mengetahui rukun dan sunnahnya shalat, diantaranya; niat, takbiratul ihram, berdiri, rukuk dan lain sebagainya.

Pembatasan antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat”.Al-Qur'an mengembalikan kesadaran manusia bahwa alam adalah kalam ilahi dan pelengkap ayat-ayat suci tertulis yang diwahyukan dalam bahasa Arab. Kesadaran ini diperkuat dengan tata cara shalat yang secara naluri mengembalikan manusia pada keadaan primordialnya, dengan menjadikan seluruh alam sebagai tempat ibadah. Pada permulaan shalat, seorang muslim berdiri tegak lurus, sebagai manusia primordial : “ia menjadi imam bagi dirinya sendiri menghadap Tuhan tanpa perantara”. Ruku adalah posisi kedua dalam shalat dan sekaligus merupakan simbol keberadaan manusia di alam semesta dan terapit oleh langit dan bumi walaupun bersifat dinamis.

Langit dan bumi yang menutupi ruang lingkup manusia tetap dilandasi oleh ketertiban dan keselarasan (tanasub) yang lebih dari sekadar hasil perwujudan nyata kekuasaan Yang Esa, serta menunjukkan pola dasar yang selaras dan seimbang.Keabadian pola dasar posisi ruku di dalam shalat itu juga mencerminkan keberadaan universal yang lebih tinggi dari pada segala kemungkinan yang bisa terjadi dalam alam ilahi.Shalat dan ibadah-ibadah lainnya dalam Islam dilakukan oleh manusia, bukanlah sebagai makhluk yang kalah melainkan sebagai wakil Tuhan (khalifatullah) di muka bumi.Sebuah kesadaran sebuah substansi teomorfis dan berdiri pada poros vertikal eksistensi alam semesta dan dapat berdoa dan berseru kepada Tuhan secara langsung.

Membuat pemikiran Islami tentang ibadah tidak dapat dicapai tanpa mencurahkan sepenuhnya kepada Nabi serta ibadah-ibadah yang dibawanya ke dunia ini sebagai perintah Tuhan.Juga memperhatikan bumi


(27)

dan alam sebagai kesatuan yang merefleksikan surga dan mengembalikan karakter primordial mereka yang asli sebagai karya yang diciptakan untuk beribadah kepada Yang Maha Esa tanpa pengecualian dimanapun seseorang bertempat tinggal diantara roda eksistensi bumi.Begitu pula apabila tangan dan wajah seseorang menyentuh tanah dalam shalatnya, hal itu menyadarkannya tentang penyucian bumi makhluk paling sempurna. Dengan sujud dan kepasrahan total kepada Tuhan, itu berarti menyucikannya bagi generasi muslim.19

b. Shalat Fardhu

Hukum shalat adalah wajib ‘ain dalam arti kewajiban yang ditujukan pada setiap orang yang telah dikenai beban hukum (mukallaf) dan tidak lepas kewajiban seseorang dalam shalat kecuali bila telah dilakukannya sendiri sesuai dengan ketentuannya dasn tidak dapat diwakilkan pelaksanaannya; karena yang dikehendaki Allah dalam perbuatan itu adalah berbuat itu sendiri sebagai tanda kepatuhannya kepada Allah yang menyuruh.

Banyak sekali ditemukan perintah untuk mendirikan atau melakukan shalat, baik dalam lafadz amar atau perintah, seperti lafadz maupun dengan lafadz. Dalam kaidah UshulFiqh dikatakan bahwa pada dasarnyasetiap perintah itu mengandung hukum wajib.20

4 Syarat-Syarat Shalat

Syarat menurut arti bahasa adalah tanda, sedangkan menurut terminology syara’, syarat adalah sesuatu yang keabsahannya tergantung pada sesuatu yang lain namun ia tidak menjadi bagian di dalam sesuatu tersebut, syarat terbagi menjadi dua macam; syarat wajib dan syah.

19

Faridhal Attros Al Khindy Asy’ari, Ibadah Shalat,

http://www.Facebook.comtopic.php?uid=116768876128&topic=8727, diakses 22/02/2014 20

Dr. A. Ritonga, MA, Dr. Zainuddin, MA, Fiqh Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama,


(28)

a. Syarat-Syarat Wajib Shalat antara lain sebagai berikut:21 1) Islam

Shalat diwajibkan terhadap orang muslim, baik laki-laki maupun perempuan, dan tidak diwajibkan bagi orang kafir atau non muslim. Orang kafir tidak dituntut melaksanakan shalat, namun mereka tetap menerima hukuman diakhirat. Walaupun demikian orang kafir apabila masuk Islam tidak diwajibkan membayar shalat yang ditinggalkannya selama kafir, demikian menurut kesepakatan para ulama. Seperti Firman Allah SWT yang artinya:

“Katakanlah kepada orang kafir itu: jika mereka berheni (masuk Islam), niscaya diampuni bagi mereka apa yang telah lalu”. (QS 8: 34).

2) Baligh

Anak-anak kecil tidak dikenakan kewajiban shalat berdasarkan sabda Nabi SAW:

Dari Ali r.a bahwaNabi SAW berkata: diangkatkan pena (tidak ditulis dosa) dalam tiga perkara: orang gila yang akalnya tidak berperan sampai dia sembuh, orang tidur sampai dia bangun dan dari anak-anak sampai dia baligh. (HR Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim).22

3) Berakal

Orang gila, orang kurang akal (ma’tuh) dan sejenisnya seperti penyakit sawan (ayan) yang sedang kambuh tidak diwajibkan shalat,karena akal merupakan prinsip dalam menetapkan kewajiban (taklif), demikian menurut pendapat jumhur ulama.

Alasannya adalah hadits yang diterima dari Ali r.a di atas, yaitu:

... dan dari orang gila yang tidak berperan akalnya sampai dia sembuh... b. Syarat-Syarat Sah Shalat Agar shalat menjadi sah, maka disyaratkan

sebagai berikut:

1) Suci dari hadats. Hal ini dapat dilakukan dengan wudhu, mandi (wajib), atau tayamum.

2) Suci pakaian, badan, dan tempat dari najis. Ai dua syarat tersebut mushalli (orang yang shalat) harus menyempurnakan kesucian dari hadats dan najis.

21

Ibid., hlm 563-566

22

.Dr. A. Ritonga, MA, Dr. Zainuddin, MA, Fiqh Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama, hlm. 95


(29)

3) Mengetahui masuknya waktu shalat.ini adalah syarat yang ditunjukkan pada seorang mukallaf, dan ini juga dianggap sebagai syarat sah shalat, sehingga tidak sah shalat seorang yang dilakukan sebelum masuk waktunya.

4) Menutup aurat. Semua ahli fiqih menyepakati batalnya shalat yang dilakukan dengan aurat terbuka bagi orang yang mampu menutupinya, meskipun dia ditempat yang gelap gulita, menutup aurat dalam hal ini harus memenuhi arti secara sempurna.Oleh karena itu, belum dianggap menutup aurat jika seseorang shalat dengan memakai pakaian tipis menerawang yang dapat menggambarkan warna kulitnya.

5) Menghadap kiblat. Hal ini menunjuk pada ketetapanal-Quran sunnah dan kesepakatan para ulama (ijma’) Allah berfirman:























“Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.(QS. Al-Baqarah [2] : 144).23

23


(30)

5 Rukun Shalat

Rukun-Rukun Shalat adalah hal-hal yang sebagian darinya ditinggalkan, baik sengaja maupun lupa, maka shalatnya tidak sah.Atau rakaat yang didalamnya ada rukun yang ditinggalkan menjadi batal, sehingga rakaat setelahnya menggantikannya. Rukun Shalat ada tiga belas yaitu:

a. Niat b. Berdiri

c. Takbiratul ihram

d. Membaca surat al-Fatihah e. Rukuk serta tuma’ninah f. I’tidal serta tuma’ninah

g. Sujud dua kali serta tuma’ninah h. Duduk diantara dua sujud

i. Duduk tawarruk atau duduk akhir j. Membaca tasyahud akhir

k. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw. l. Memberi salam yang pertama kekanan

m. Menertibkan rukun.24

6 Sunnah Shalat

Sunnah dalam shalat ada dua macam yaitu yang berupa bacaan (bacaan) dan yang berupa perbuatan.

a. Pertama: sunnah-sunnah yang berupa ucapan (bacaan): 1) Membaca do’a istiftah

2) Membaca ta’awudz 3) Membaca basmalah

24


(31)

4) Membaca amin

5) Membaca salah satu surah dalam al-Qur’an

Membaca salah satu surah al-Qur’an dilakukan pada shalat subuh, shalat jum’at, shalat Id, shalat gerhana, dua rakaat pertama shalat maghrib, dua rakaat pertama shalat isya’ dan dua rakaat pertama shalat dzuhur.

b. Kedua: sunnah-sunnah yang berupa perbuatan:

1) Mengangkat kedua tangan ketika takbirotul ihram, ketika akan ruku’dan ketika bangkit dari ruku’.

2) Meletakkan kedua tangan didada atau dibawah pusar ketika berdiri, dengan tangan kanan berada diatas tangan kiri.

3) Mengarahkan pandangan kearah sujud.

4) Meletakkan kedua tangan diatas lutut ketika ruku’.

5) Menjauhkan perut dari paha dan menjauhkan paha dari betis ketika sujud.

6) Meluruskan punggung dan mensejajarkan kepala ketika ruku’ serta

tidak merendahkan atau mengangkatnya. 7) Menempelkan kening, hidung dan beberapa anggota tubuh lainnya

pada tempat sujud.

Dan masih banyak lagi sunnah-sunnah lainnya yang berupa perbuatan dan bacaan yang disebutkan secara rinci dalam kitab-kitab fiqih.

Sunnah-sunnah ini tidak wajib dilakukan dalam shalat, namun orang yang melakukannya atau sebagian darinya, maka ia mendapat tambahan pahala. Sedangkan orang yang meninggalkannya atau meninggalkan sebagian darinya, maka ia tidak berdosa sebagaimana sunnah-sunnah lainnya.25

7 Waktu Shalat

Dengan berkembangnya peradaban manusia, berbagai kemudahan-kemudahan diciptakan untuk membuat manusia lebih praktis dalam segala hal termasuk dalam beribadah khususnya shalt fardu. Saat ini kita mengetahui banyak sekali diterbitkan jadwal waktu shalat dari berbagai instansi maupun

25Ibid


(32)

organisasi antara lain; Departemen Agama, PP Muhammadiyah, PP Persis, PP Nahdatul Ulama (NU) dsb. Namun kesemuanya tidak dapat dilepaskan dari kaidah yang sebenarnya digunakan untuk menentukan waktu shalat yaitu “Pergerakan Matahari ”dilihat dari bumi.

Sebelum manusia menemukan hisab/perhitungan falak/astronomi, pada zaman Rasulullah waktu shalat ditentukan berdasarkan observasi terhadap gejala alam dengan melihat langsung matahari. Lalu berkembang dengan dibuatnya jam suria serta jam istiwa atau jam matahari dengan kaidah bayangan matahari.

Dari sudut fiqih waktu shalat fardhu seperti dinyatakan didalam kitab-kitab fiqih adalah sebagi berikut :

a. Waktu Subuh Waktunya bermula dari terbit fajar sidiq sehingga terbit matahari (syuruk).Fajar sidiq ialah cahaya putih yang melintang mengikut garis lintang ufuk di sebelah Timur.Menjelang pagi hari, fajar ditandai dengan adanya cahaya yang menjulang tinggi (vertikal) di horizon Timur yang disebut “fajar kidzib”.Lalu kemudian menyebar di cakrawala (secara horizontal), dan ini dinamakan “fajar shiddiq”.Secara astronomis Subuh dimulai saat kedudukan matahari sebesar s° di bawah horizon Timur sampai sebelum piringan atas matahari menyentuh horizon yang terlihat (ufuk Mar’i).Di Indonesia khususnya Depag menganut kriteria sudut S sebesar 20° di bawah horison Timur.

b. Waktu Zuhur Disebut juga waktu istiwa’ (zawaal) terjadi ketika matahari berada di titik tertinggi.Istiwa’ juga dikenal dengan sebutan “tengah hari” (midday/noon). Pada saat istiwa’, mengerjakan ibadah shalat (baik wajib maupun sunnah) adalah haram. Waktu zhuhur tiba sesaat setelah istiwa’, yakni ketika matahari telah condong ke arah barat.Waktu “tengah hari” dapat dilihat pada almanak astronomi atau dihitung dengan menggunakan algoritma tertentu. Secara astronomis, waktu Zhuhur dimulai ketika tepi “piringan” matahari telah keluar dari garis zenith, yakni garis yang menghubungkan antara pengamat dengan pusat letak matahari ketika berada di titik tertinggi (istiwa’). Secara teoretis, antara istiwa’ dengan


(33)

masuknya zhuhur membutuhkan waktu 2,5 menit, dan untuk faktor keamanan, biasanya pada jadwal shalat, waktu zhuhur adalah 5 menit setelah istiwa’ (sudut z°).

c. Waktu Ashar Menurut mazhab Syafi’i, Maliki, dan Hambali, waktu Ashar diawali jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri.Sementara madzab Imam Hanafi mendefinisikan waktu Ashar jika panjang bayang-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu Ashar dapat dihitung dengan algoritma tertentu yang menggunakan trigonometri tiga dimensi. Secara astronomis ketinggian matahari saat awal waktu ashar dapat bervariasi tergantung posisi gerak tahunan matahari/gerak musim. Di Indonesia khususnya Depag menganut kriteria waktu Ashar adalah saat panjang bayangan = panjang benda + panjang bayangan saat istiwa.

d. Waktu Maghrib Waktunya bermula apabila matahari terbenam sampai hilangnya cahaya merah di langit Barat. Secara astronomis waktu maghrib dimulai saat seluruh piringan matahari masuk ke horizon yang terlihat (ufuk Mar’i) sampai kedudukan matahari sebesar m° di bawah horizon Barat.

e. Waktu. Isya Waktu Isya didefinisikan dengan ketika hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit Barat, hingga terbitnya fajar shaddiq di Langit Timur.Secara astronomis, waktu Isya merupakan kebalikan dari waktu Subuh.

8. Hikmah Shalat

Shalat adalah kewajiban islam yang paling utama sesudah mengucapkan dua kalimat syahadat. Shalat merupakan pembeda antara orang muslim dan non-muslim. Disyari’atkan dalam rangka mensyukuri nikmat Allah SWT yang sangat banyak dan mempunyai manfaat yang bersifat religius (keagamaan) serta mengandung unsur pendidikan terhadap individu dan masyarakat.

Dari sudut religius shalat merupakan hubungan langsung antara hamba dengan Khaliq-nya yang di dalamnya terkandung kenikmatan munajat, pernyataan ‘ubudiyah, penyerahan segala urusan kepada Allah,


(34)

keamanan dan ketenteraman serta perolehan keuntungan. Di samping itu dia merupakan suatu cara untuk memperoleh kemenangan serta menahan seseorang dari berbuat kejahatan dan kesalahan. Allah SWT berfirman:













“Sesungguhnya beruntunglah orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya” (QS 23:1).

Secara individual shalat merupakan pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah SWT, menguatkan jiwa dan keinginan, semata-mata mengagungkan Allah SWT, bukan berlomba-lomba untuk dan mempertuturkan hawa nafsu dalam mencapai kemegahan dan mengumpulkan harta. Di samping itu shalat merupakan peristirahatan diri dan ketenangan jiwa sesudah melakukan kesibukan dalam menghadapi aktivitas dunia. Allah berfirman:





“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS 51:56).

Shalat mengajar seseorang untuk berdisiplin dan menta’ati berbagai peraturan dan etika dalam kehidupan dunia. Hal ini terlihat dari penetapan waktu shalat yang mesti dipelihara oleh setiap muslim dan tata tertib yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian orang yang melakukan shalat akan memahami peraturan, nilai-nilai sopan santun, ketentraman dan mengkonsentrasikan pikiran kepada hal-hal yang bermanfaat, karena shalat penuh dengan pengertian ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung nilai-nilai tersebut.

Dari segi sosial kemasyarakatan adalah shalat merupakan pengakuan aqidah setiap anggota masyarakat dan kekuatan jiwa mereka yang berimplikasi terhadap persatuan dan kesatuan umat. Persatuan dan kesatuan ini menumbuhkan hubungan sosial yang harmonis dan


(35)

kesamaan pemikiran dalam menghadapi segala problem kehidupan sosial kemasyarakatan.26

a. Pengaruh Psikologis Shalat

Shalat yang sempurna yang dikerjakan dengan khusyu’ serta penuh ketundukan kepada Allah dapat membuat hati terang, mendidik jiwa bersih serta mengajarkan kepada manusia tentang bagaimana tatakrama beribadat dan mengerjakan kewajiban-kewajiban terhadap Allah Yang Maha Luhur dan Maha Agung. Hal ini disebabkan karena suasana keagungan dan kebesaran Allah yang ditanamkan shalat dalam hati sanubari pelakunya.

Shalat juga menghiasi dan memperindah seseorang dengan akhlaknya yang terpuji dan mulia. Shalat juga memberikan arah yang jelas kepada pelakunya untuk selalu berorientasi hanya kepada Allah. Sehingga oleh karenanya, ia akan lebih banyak mendekatkan diri kepada-Nya, takut hanya kepada-Nya, dan ia memiliki semangat yang tinggi dan jiwayang bersih. Konsekuensi logis dari kondisi kejiwaan seseorang seperti itu adalah bahwa ia akan terhindar dari sikap berbohong, ingkar janji dan sifat-sifat tercela lainnya. Maka kiranya jelaslah kebenaran firman Allah mengenai shalat sbg berikut:











“...Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Al-Ankabut: 45)27

26

Dr. A. Ritonga, MA, Dr. Zainuddin, MA, Fiqh Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama, hlm. 88-91

27

Al-Qur’an dan Terjemahannya, al-ankabut ayat 45, Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik fadh li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box. 3561, hal.638


(36)

b. Shalat Obat Batiniah

Shalat mempunyai dua sisi, yaitu bentuknya dan jiwanya. Bentuk shalat adalah merupakan ibadah anggota tubuh, sedangkan jiwanya ialah ibadah batin (hati). Tegasnya, bahwa shalat mengandung latihan rohaniah.

Dengan shalat ruh seseorang dapat mencapai tingkatan yang tinggi, dan ruh itulah yang merupakan tali penghubung antara seseorang hamba dengan tuhannya. Mengerjakan shlat merupakan bukti nyata adanya iman, sekaligus sebagai syiar agama yang amat tinggi nilainya, serta merupakan bukti kongkrit dan pernyataan rasa syukur kepada Tuhan, atas segala nikmat yang tidak terhingga yang dianugerahkan kepada manusia. Sebaliknya jika tidak mengerjakannya berarti menjauhkan diri dari Tuhan, menjauhkan diri dari rahmat-Nya, dari ampunan-Nya, dari ridha-Nya dan juga berarti mengingkari limpahan nikmat serta kebaikan-kebaikan-Nya.28 9 Kerangka Berfikir

Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi kehidupan Muslim karena pendidikan merupakan satu usaha membentuk pribadi manusia. Dalam pendidikan agama Islam mencakup beberapa mata pelajaran diantaranya mata pelajaran fiqih, yang mana mata pelajaran tersebut sangat berkaitan dengan ibadah khususnya ibadah shalat.

Mata pelajaran fiqih adalah kurikulum Madrasah Tsanawiyah merupakan salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang akan menjadi dasar pandangan hidup siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

Pelajaran fiqih mempunyai tujuan untuk mengetahui hukum yang telah ditetapkan syariat Islam yang di dalamnya terdapat nilai-nilai spiritual yang menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial serta dapat menimbulkan kedisiplinan yang tinggi.

28


(37)

Ibadah shalat merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh manusia yang direfleksikan melalui gerakan-gerakan dan merupakan suatu bentuk penghambaan seseorang kepada Tuhan-Nya. Agar kita melakukan shalat dengan baik dan bernilai tinggi maka shalat tersebut harus dilaksanakan dengan sempurna sesuai dengan syarat dan rukunnya.

Untuk mengetahui dengan jelas tentang cara pelaksanaan shalat maka harus dipelajari dan dipahami ilmunya, ilmu yang merupakan pedoman tatacara ibadah adalah fiqih, yang salah satu pembahasannya menjelaskan tentang shalat dan tatacara pelaksanaannya.

Kemudian seoarang yang telah memiliki suatu konsep (teori) ilmu tentang sesuatu, maka ia harus mengamalkan ilmu tersebut agar iamemperoleh manfaat atas ilmu yang telah ia miliki. Ilmu tersebut bukan hanya sekedar teori saja, tetapi juga dibarengi dengan praktek (pengamalan).

Demikian juga halnya siswa-siswi yang telah memperoleh ilmu tentang shalat dan tatacara pelaksanaanya yang terkandung dalam bidang studi fiqih, seharusnya mereka termotivasi untuk mengamalkan ilmu tersebut secara maksimal dalam kehidupannya, yaitu dalam ibadah shalat. Dengan demikian mata pelajaran fiqih yang diberikan oleh guru kepada siswa memiliki peran terhadap pelaksanaan ibadah shalat siswa, dalam pelajaran fiqih tersebut siswa-siswi diharapkan dapat memahami teori tentang shalat dan tatacara tentang pelaksanaanya sehingga dengan teori itu mereka mampu mengamalkannya dengan benar.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah jika pembelajaran fiqih yang diberikan guru kepada siswa dapat diterima dan difahami dengan baik maka akan tumbuh kesadaran pada diri siswa untuk melaksanakan ibadah shalat dengan baik, sehingga pelajaran fiqih tersebut dapat menjadi sumber informasi dan motivasi bagi pelaksanann shalat siswa. Sebaliknya jika banyak diantara siswa memahami dan menguasai pelajaran fiqih dengan baik, maka peningkatan dan pengamalan ibadah shalat siswa dapat mencapai hasil yang optimal


(38)

D. Rumusan Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto “Hipotesis adalah sebuah teori ang masihperlu diuji kebenarannya29, maka dari itu teori yang ada nanti akan dibuktikan dengan analisis data.

Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah: Terdapat HubunganHasil Belajar Fiqih terhadap Pelaksanaan Ibadah Shalat Siswa Madrasah Tsanawiyah Fattahilah Buncit Raya Jakarta.

29

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka


(39)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Fatahillah Jakarta pada tanggal 27 Januari - 24 Maret 2014 pada semester II (genap) tahun ajaran 2013/2014. Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas VIII MTs Fatahillah Buncit Raya. Kegiatan belajar mengajar dilakukan pada pagi hari yaitu mulai pukul 07.00 sampai 14.20

B. Metode Penelitian

Adapun dalam penulisan ini, menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode korelasional (Metode yang mencari hubungan atau korelasi diantara variabel-variabel yang dicari). yang ditunjang oleh data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (field research), yaitu menghimpun data dan fakta dari objek yang diteliti. Dengan menyebarkan angket kepada rseponden ditempat penelitian yang telah ditentukan

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mencari hubungan hasil belajar fiqh terhadap konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa MTs.Fatahillah Buncit Raya.

1. Variable bebas (independent variable) adalah hasil beljar siswa pada bidang studi fiqh.

2. Variable terikat (dependent variabel) adalah pelaksanaan ibadah shalat siswa MTs. Fatahillah Buncit Raya

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti. Obyek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda-benda, system, fenomena dan lain-lain. Populasi dalam penelitian ini


(40)

adalah seluruh siswa kelas VIII MTs. Fatahillah Buncit Raya Tahun pelajaran 2013/2014 berjumlah 122 orang yang terbagi kedalam lima (3) kelas.

Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi. Untuk memepermudah proses penetapan sampel ini, penulis berpedoman pada pendapat suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa “apabila subyeknya lebih dari 100 orang maka dapat diampbil antara 10% sampai 15% atau 20% sampai 25% tetapi apabila subyeknya kurang dari 100 orang maka diambil semuanya, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi.1

Table 1 Populasi dan Sampel

No Kelas Populasi Sampel

1 2 3

VIII VIII VIII

42 41 39

10 10 10

Jumlah 122 30

Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis mengambil 15% dari jumlah populasi yang ada. Dan dalam penetapan sample penuliis menggunakan teknik Purpesive yaitu pengambilan sample secara sengaja sesuai dengan persyaratan sample yang diperlukan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Yang dimaksud dengan pengumpulan data dalam hal ini adalah suatu usaha untuk mendapatkan informasi mengenai hubungan hasil belajar fiqh dengan konsistensi pelaksanaan shalat lima waktu siswa. Untuk memperoleh data, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyakl digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka


(41)

terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.2

2. Wawancara

Wawancara sebagi alat penilaian, wawancara dapt digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar.3wawancara tersebut dilakukan pada kepala sekolah dan guru mata pelajaran fiqh.

3. Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang diketahuinya.

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini penulis menyebarkan angket kepada responden yaitu siswa kelas VII-VIII MTs. Fatahillah. Angket ini berupa 18 butir daftar pernyataan pelaksanaan shalat lma waktu siswa MTs. Fatahilla.Buncit Raya. Untuk lebih jelasnya dari beberapa butir pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2

Kisi-kisi Angket Ibadah Shalat Siswa

DIMENSI INDIKATOR NOMOR ITEM JUMLAH

ITEM + - 1.Sikap siswa dalam pelaksanaan shalat 1.a.Siswa merespon dengan melaksanakan shalat tepat waktu

1,2,3,4,7,8,9,11 5,6,10 11

2.Minat siswa

2.a.Siswa selalu taat

13,14,15 12,16,17,18 7

2

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009), cet ke-14, hlm. 84 3


(42)

dalam pelaksanaan shalat

dalam

melaksanakan shalat karena kesadaran

JUMLAH 18

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pencatatan data yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti kemudian data tersebut di dokumentasikan. Adapun tekhnik pengumpulan ini penulis pergunakan untuk memperoleh data tentang belajar fiqh secara langsung dari buku raport.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dengan lengkap tahap berikutnya adalah tahap analisa data. Analisa data dilakukan dengan menggunakan bentuk table dengan menggunakan teknik deskriptif prosentase dengan rumus sebagai berikut:

P= x100%

Keterangan: P= Presentase F= frekuensi

N= Jumlah responden

Kemudian teknik analisa selanjutnya adalah dengan scoring, untuk menentukan scoring semua pernyataan setiap itemnya dengan bobot nilai untuk semua jawaban sebagai berikut:

Tabel 3

Skor Item Alternatif Jawaban Responden

Positi(+) Negatif(-)

Jawaban Skor Jawaban Skor


(43)

Sering 3 Sering 2

Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3

Tidak pernah 1 Tidak pernah 4

Kemudian dengan melihat rata-rata skor jawaban siswa dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 4

Klasifikasi Skor Angket Ibadah Shalat

Klasifikasi Keterangan Jumlah Skor Jawaban

18-35 Rendah

36-53 Sedang

54-72 Tinggi

Dalam penelitian ini juga digunakan korelasi product moment, adapun rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment, secra operasional, analisa data tersebut dilakukan melalui tahap:

1. Mencari angka korelasi dengan rumus:

rxy = ( ) ( )

( ) ( ) ( )

Xy= Angka indeks korelasi “r” product moment N= Jumlah responden

XY= Jumlah hasil perkalian skor X dan skor Y X= Jumlah seluruh skor X

Y= Jumlah seluruh skor Y4

2. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment

a. Interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokan perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment, seperti diobawah ini:

4

Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, ( Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008),


(44)

Besarnya “r” product moment(rxy)

Interpretasi

0,00 - 0,20 Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)

0,20 - 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang lemah/ rendah

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang sedang/ cukup

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang kuat/ tinggi

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang sangat kuat/ tinggi

b. Interpretasi menggunakan table nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedom (df) yang rumusnya adalah;

Df=N-nr Keterangan

Df= Degress of freedom N= Number of Cases

Nr= Banyaknya variabel yang dikorelasikan.5

Untuk mencari kontribusi kontribusi variabel X terhadap variabel Y penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = r x 100% Keterangan;

KD= Kontribusi variabel X terhadap Y R= Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku “pedoman penulisan skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta’.

5


(45)

32

A.Gambaran Umum MTs. Fatahillah Buncit Raya

1. Sejarah Berdirinya MTs. Fatahillah Buncit Raya

Yayasan Pendidikan dan Sosial Fatahillah yang terbentuk pada tanggal 25 April 1978 dengan Notaris R. Soerojo Wongsowidjojo, SH dengan para pendiri KH. Muallim Mukhtar bin H. Sairun, H. Nazaruddin Mian, KH. Romli Sairi, KH. Achfas Arsad dan Abdul Rahman Sami, membidangi terlahirnya Satuan Pendidikan tingkat menengah atas yang bernama “MTs Fatahillah”. MTs Fatahillah didirikan pada tanggal 1 Juni 1953. Sejak saat itu MTs Fatahillah dipimpin oleh H. Abd. Salam, US hingga kini terus mempertahan jati diri Yayasan di tengah pergumulan ibukota yang sarat dengan kemajuan IPTEK.

Secara geografis MTs Fatahillah berada di Jl. Raya Buncit No. 67 Jakarta Selatan, tepatnya di Jl Raya Buncit – Amil No. 67 RT 01 RW 05 kelurahan Kalibata Pulo Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Kondisi Jakarta Selatan yang asri merupakan tempat yang sangat kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Sejak awal berdirinya MTs Fatahillah mengusung visi yang tidak hanya mencerdaskan siswa dari sisi kemampuan kognisi semata, tetapi juga turut membentuk manusia yang mampu “membaca” dirinya sebagai hamba Allah yang siap berkiprah sebagai khalifatullah fil ardhi.

Dalam perkembangannya,MTs FATAHILLAH telah dipimpin oleh beberapa Kepala Sekolah dengan masa tugasnya sebagai berikut :

No NAMA TAHUN

1 H. M. Alakfi, SH 1987 – 2007


(46)

1. Nama Sekolah

Nam a Seko lah : MTs FATAHILLAH

Alamat Sekolah : Jl. Raya Buncit No.67 Kel. Kalibata Kec. Pancoran Jakarta Selatan

No. Telp/Fax : (021) 7940492 Web-Site : www.sma-fatahillah.sch.id e-mail : sma_fatahillah@ymail.com Kotamadya : Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi : DKI Jakarta

2. Status Sekolah : SWASTA

3. Data Struktur Organisasi SMA Fatahillah

Abd, Mukti,BA Kepala Sekolah

Utsman Komite Sekolah

H. Asrul Effendi,Spd Waka Bid. Kurikulum

Moh. Amin, AMA Waka Bid. Kesiswaan

Hayana Itriya Bendahara dan Sie Sarana

Ahmad Zaki Tata Usaha

A. Baihaki Badawi Tata Usaha

Taufik Abdsullah, Spd Pembina Osis

Yeni Ruzaina,Spd Pembina Osis

Rojali Yusuf Ka. PPATQ

4. Data Siswa

a). Data jumlah siswa dan rombongan belajar.

KELAS JUMLAH SISWA

X – MIPA 26

X – IPS 27

XI – IPA 15

XI – IPS 24


(47)

XII – IPS 32

6 Rombongan Belajar 142

2. Visi dan Misi MTs Fatahillah

Visi:“ mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan Pendidikan kejenjangan yang lebih tinggi serta didalam masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang dilandasi nilai-nilai agama”.

Misi:

a. Mempersiapkan anak didik untuk mengikuti pendidikan menengah disekolah yang berkulaitas tinggi.

b. Mempersiapkan anak didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga Negara yang baik.

c. Memperluas dan meningkatkan pengetahuan yang bermanfaat sebagai bekal kemampuan dasar yang diberikan sekolah sebelumnya.

d. Memperluas dan meningkatkan keberagaman yang bermanfaat sebagai bekal kemampuan dasar yang diberikan sebelumnya.

e. Memperluas dan meningkatkan ketrampilan yang bermanfaat sebagai bekal kemampuan dasar yang diberikan sebelumnya.

3. Sarana dan Prasarana Sekolah

NO Keterangan Jumlah Kondisi

1 Ruang Kepala Sekolah/Wakasek 1 Baik

2 Ruang Tata Usaha/Guru 1 Baik

3 Ruang Belajar Mengajar 10 Baik

4 Ruang Perpustakaan 1 Baik

5 Ruang Laboratorium 2 Baik

6 Lapangan Olahraga 1 Baik

7 Ruang BP/BK 1 Baik

8 Aula 1 Baik


(48)

10 Kantin 1 Baik

11 Toilet 5 Baik

d. Kurikulum MTs. Fatahillah Buncit Raya

MTs. Fatahillah Buncit Raya menggunakan Kurikulum KTSP. B. Deskriptif Data

Data-data penelitian tentang Hubungan Hasil Belajar Fiqh terhadap pelaksanaan sholat Siswa Fatahillah, peneliti memperoleh data melalui observasi, wawancara, dan angket.

1. Observasi, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat data-data meliputi:

a. Proses belajar mengajar fiqh di MTs. Fatahillah Buncit Raya b. Hasil belajar fiqh siswa

c. Pelaksanaan ibadah shalat siswa di MTs. Fatahillah Buncit Raya

2.Wawancara, peneliti melakukan interview kepada kepala MTs. Fathillah dan guru bidang studi fiqh

3. Angket, peneliti menyebarkan pernyataan tertulis kepada seluruh siswa kelas VII MTs. Fatahillah tentang ibadah shalat lima waktu siswa pada bidang studi fiqh meliputi:

a. Keinginan siswa untuk melaksanakan shalat tepat waktu b. Sikap siswa dalam melaksanakan shalat lima waktu.

c. Minat siswa dalam melaksanakan shalat dengan penuh kesadaran d. Sikap siswa dalam meningkatkan pengetahuan.

C. Analisis dan interpretasi Data

Setelah diperoleh data berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa kemudian data tersebut diolah dalam bentuk table de3ngan menggunakan teknik deskriptif prosentase dan menggunakan teknik korelasi.

Adapun hasil pengilahan angket pada teknik deskriptif prosentase menggunakan rumjus:


(49)

P= x 100%

Keterangan: P= Presentase F= Frekuensi

N= Jumlah responden

Hasil angket yang diperoleh dapat dilihat dalam tabel berikut sebagai berikut: Tabel 8

Siswa merasa berdosa jika meninggalkan shalat lima waktu N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 8 9 11 2 26,7% 30% 36,7% 6,7%

Jumlah 30 100%

Data diatas menentukan bahwa mayorita siswa kadang-kadang merasa berdosa jika menunggalakan sholat lima waktu, walaupun sebagian ada yang selalu dan sering merasa berdosa.

Tabel 9

Siswa sholat berjamaah N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

2 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 4 6 19 1 13,4% 20% 63,3% 3,3%


(50)

Dari table diatas menunjukan bahwa kadang-kadang siswa sholat berjamaah, meskipun bagian kecil ada yang sholat berjamaah mungkin karena tidak menyadari bahwa bnyak hikmah dalam sholat berjamaah.

Tabel 10

Siswa sholat tepat awal waktu N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

3 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 5 6 18 1 16,7% 20% 60% 3,3%

Jumlah 30 100%

Data diatas menunjukan bahwa 60% kadang-kadang siswa melaksanakan sholat tepat awal waktu, meskipun sebagian kecil ada yang selalu dan sering tepat waktu, karena tergantung dengan kesadaran yang dimilikinya.

Tabel 11

Siswa pernah sholat pada saat bepergian N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

4 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 3 3 12 12 10% 10% 40% 40%

Jumlah 30 100%

Dari tabel diatas dapat menunjukan bahwa 40% siswa kadang-kadang dan tidak pernah sholat pada saat bepergian, meskipun sebagian kecil ada


(51)

yang selalu dan sering, berarti mayoritasa responden tidak pernah sholat saat bepergian.

Tabel 12

Siswa pernah mengulur-ulur waktu dalam melaksanakan sholat N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

5 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 5 9 13 3 16,7% 30% 43,3% 10%

Jumlah 30 100%

Dari table diatas menunjukan bahwa kadang-kadang siswa mengulur-ulur waktu dalam melaksanakan sholat, dan sebagian kecilnya tepat waktu.

Tabel 13

Siswa pernah sholat pada saat waktu sholat sudah habis N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

6 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 0 0 13 17 0% 0% 43,3% 56,7%

Jumlah 30 100%

Data diatas menunjukan bahwa 56% siswa tidak pernah sholat pada saat waktu subuh sudah habis, meskipun terdapat siswa kadang-kadang pernah, mungkin karena dikarenakan tidurnya sudah larut malam.


(52)

Tabel 14

Sepulang sekolah siswa langsung melaksanakan ibadah sholat N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

7 Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

9 4 13

4

30% 13,3% 43,4% 13,3%

Jumlah 30 100%

Tabel diatas menunjukan bahwa mayoritasa sepulang sekolah siswa langsung melaksanakan ibadah sholat, meskipun sebagian lkecil ada yang tidak langsung melaksanakanya.

Tabel 15

Siswa merasa tenang jika sholat diawal waktu N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

8 Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

21 5 3 1

70% 16,7%

10% 3,3%

Jumlah 30 100%

Data diatas menunjukan bahwa siswa selalu merasa tenang jika sholat awal waktu, meskipun ada sebagian kecil yang bersifat biasa-biasa saja.


(53)

Tabel 16

Siswa tetap melaksanakan sholat dalam keadaan sakit N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

9 Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

4 4 16

6

13,3% 13,3% 53,4% 20%

Jumlah 30 100%

Tabel diatas menunjukan bahwa 53% siswa tetap melaksanakan sholat dalam keadaan sakit, meskipun sebagian kecil ada yang tidak sholat.

Tabel 17

Siswa pernah meninggalkan sholat N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

10 Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

2 2 19

7

6,7% 6,7% 63,3% 23,3%

Jumlah 30 100%

Data diatas menunjukan bahwa mayoritas siswa tidak pernah meninggalkan sholat, hanya sebagian kecil yang pernah meninggalkanya.


(54)

Tabel 18

Siswa melaksanakan sholat ketika sedang sibuk N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

11 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 4 5 16 5 13,3% 16,7% 53,3% 16,7%

Jumlah 30 100%

Tabel diatas menunjukan bahwa 53% siswa tetap melaksanakan sholat ketika sedang sibuk, meskipun ada sebagian kecil ada yang tidak melaksanakanya.

Tabel 19

Siswa tetap mengqodo’ sholat ketika lupa N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

12 Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 5 5 31 7 16,7% 16,7% 43,3% 23,3%

Jumlah 30 100%

Dari table diatas menunjukan bahwa 43% siswa kadang-kadang mengqodo’ sholat karena lupa 23% tidak pernah dan 16,7% selalu dan sering. Berarti dapat disimpulkan bahwa walaupun lupa tapi mayoritas siswa tetap mengqodo sholat.


(55)

Tabel 20

Siswa bersemangat apabila guru menjelaskan pelajaran ( khusunya masalah sholat)

N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

13 Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

14 6 9 1

46,7% 20% 30% 3,3%

Jumlah 30 100%

Data diatas menunjukan bahwa siswa selalu bersemangat apabila guru menjelaskan pelajaran khususnya tentang sholat dan sebagian kecil siswa ada yang kadang-kadang dan tidak pernah bersemangat.

Tabel 21

Siswa membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah sholat N: 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

14 Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

5 9 14

2

16,7% 30% 46,7%

6,7%

Jumlah 30 100%

Dari table diatas menunjukan bahwa 46% siswa kadang-kadang membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah sholat, 30%


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)