kep 199 pb 2010 lampiran i1

(1)

BAB I PENDAHULUAN

 

1.1. LATAR BELAKANG

Pelaksanaan Anggaran merupakan bagian dari siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Salah satu indikator penting untuk mengetahui kinerja APBN adalah dengan mengukur tingkat penyerapan anggaran dalam pelaksanaan anggaran. Besaran pagu anggaran yang dapat direalisasikan dapat mencerminkan berjalannya fungsi-fungsi pemerintahan antara lain mendorong pertumbuhan ekonomi, distribusi yang semakin merata dan stabilitas perekonomian yang makin terjaga. Mengingat pentingnya penyerapan anggaran dalam menggerakkan perekonomian bangsa, maka perlu dilakukan berbagai langkah untuk mendorong percepatan penyerapan anggaran.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa Bendahara Umum Negara bertugas untuk mendorong percepatan realisasi penyerapan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga dalam mencapai sasaran program dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab. Sebagai identifikasi awal, rendahnya penyerapan anggaran mengindikasikan adanya permasalahan baik dari sisi teknis maupun regulasi. Hal ini menjadi landasan akan perlunya kegiatan monitoring dan


(2)

evaluasi penyerapan anggaran sehingga dapat diketahui permasalahannya serta sekaligus mampu memberikan rekomendasi untuk mengatasi setiap hambatan yang dihadapi.

Guna memberikan pedoman dan standardisasi dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran, maka perlu disusun Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Penyerapan Anggaran.

1.2. DASAR HUKUM

Yang menjadi dasar hukum dalam penyusunan Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Penyerapan Anggaran adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan; 2. Peraturan Menteri Keuangan No. 101/PMK.01/2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan ;

1.3. PENGERTIAN

Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis

informasi berdasarkan indikator yang ditetapkan dan dilakukan secara sistematis, kontinu terhadap suatu kegiatan untuk memastikan berjalannya sebuah aktivitas sesuai dengan


(3)

rencana. Hasil monitoring adalah serangkaian data yang akan digunakan untuk bahan evaluasi sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi atau langkah-langkah untuk penyempurnaan selanjutnya.

Evaluasi adalah proses yang mengukur dan memberi nilai secara obyektif dan valid, seberapa besar manfaat pelayanan yang telah dicapai berdasarkan tujuan dari obyek yang seharusnya diberikan dan yang nyata apakah hasil-hasil dalam pelaksanaan telah efektif dan efisien.

Evaluasi merupakan sebuah proses dimana keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan seperangkat keberhasilan yang diharapkan. Perbandingan ini kemudian dilanjutkan dengan pengidentifikasian faktor-faktor yang berpengaruh pada kegagalan dan keberhasilan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara internal oleh mereka yang melakukan proses yang sedang dievaluasi ataupun oleh pihak lain, dan dapat dilakukan secara teratur maupun pada saat-saat yang tidak beraturan. Proses evaluasi dilakukan setelah sebuah kegiatan selesai, dimana kegunaannya adalah untuk menilai/menganalisa apakah keluaran, hasil ataupun dampak dari kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan yang diinginkan.


(4)

Jenis evaluasi

1. Evaluasi awal kegiatan, yaitu penilaian terhadap kesiapan suatu kegiatan atau mendeteksi kelayakan dari suatu kegiatan

2. Evaluasi formatif, yaitu penilaian terhadap hasil-hasil yang telah dicapai selama proses kegiatan dilaksanakan. Waktu pelaksanaan dilaksanakan secara rutin (per bulan, triwulan, semester atau tahunan) sesuai dengan kebutuhan informasi hasil penilaian.

3. Evaluasi sumatif, yaitu penilaian hasil-hasil yang telah dicapai secara keseluruhan dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan. Waktu pelaksanaan pada saat akhir kegiatan sesuai dengan jangka waktu proyek dilaksanakan. Untuk pelaksanaan kegiatan yang memiliki jangka waktu enam bulan, maka evaluasi sumatif dilaksanakan menjelang akhir bulan keenam. Untuk evaluasi yang menilai dampak suatu kegiatan, dapat dilaksanakan setelah kegiatan tersebut berakhir dan diperhitungkan dampaknya sudah terlihat nyata.

1.4. TEKNIK DAN METODE MONITORING DAN EVALUASI Teknik dan metode yang digunakan dalam Monitoring

dan Evaluasi pada dasarnya adalah cara dalam melaksanakan

monitoring dan evaluasi. Teknik-teknik yang digunakan dalam


(5)

melaksanakan monitoring dan evaluasi. Sementara metode mengacu pada seperangkat pendekatan yang bisa membuat penggunaan teknik menjadi lebih efektif.

Teknik-teknik dalam monitoring dan evaluasi adalah pengumpulan data primer dan sekunder, intra dan extrapolation

dari data tersebut. Ada dua jenis data primer: data keras dan data lunak. Data keras bisa didapat melalui pengukuran langsung, sementara data lunak berasal dari interpretasi fakta oleh mereka yang terlibat. Data sekunder bisa dilihat pada data turunan yang dibuat oleh pihak-pihak lain. Evaluasi dilakukan melalui penilaian data kinerja dan membandingkannya dengan output yang diharapkan, outcome ataupun dampak.

Metode monitoring dan evaluasi pada dasarnya ditentukan oleh model penugasannya, yaitu berupa self reporting, monitoring langsung ke lapangan, dan penilaian partisipatif.

Metode pertama dari monitoring dan evaluasi adalah

self reporting. Pada jenis ini pihak yang menjadi objek

monitoring dan evaluasi memberikan laporan secara tetap

mengenai kegiatan yang mereka lakukan, output yang dihasilkan ataupun data lain yang diperlukan. Monitoring dan evaluasi jenis self reporting akan baik untuk mengumpulkan data keras sehari-hari yang dapat diverifikasi oleh personel berkemampuan.


(6)

Metode kedua dari monitoring dan evaluasi adalah

monitoring langsung ke lapangan. Pada kegiatan monitoring

dan evaluasi jenis ini, tim monitoring akan menetapkan standar untuk monitoring dan evaluasi yang terdiri dari seperangkat kriteria dan indikator sebagai daftar acuan pelaksanaan

monitoring ke objek monitoring.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan hasil penilaian kinerja secara teratur, dan hasilnya dapat memberikan umpan balik yang nyata kepada manajemen mengenai kinerja unit manajemennya. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan dengan keyakinan adanya transparansi dari objek

monitoring. Disamping itu tim monitoring dituntut untuk

mempunyai kredibilitas atas tugas yang dilaksanakannya. Metode ketiga monitoring dan evaluasi adalah penilaian partisipatif. Tipe ini memberikan penekanan pada partisipasi semua pihak dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi dan juga memerlukan fasilitator. Fasilitator akan bekerjasama dengan semua pihak untuk menetapkan acuanuntuk mencapai kesesuaian legalitas. Pada waktu evaluasi secara regular ataupun pada waktu-waktu yang sudah disepakati, fasilitator akan melakukan pertemuan dengan para-pihak untuk mengevaluasi kinerja dari setiap pihak serta acuan yang telah ditetapkan secara bersama di awal kegiatan. Monitoring dan evaluasi partisipatif baik untuk mengenalkan standar-standar baru kepada pihak yang dimonitor dan dievaluasi. Kegiatan ini


(7)

mempunyai elemen peningkatan kapasitas dan menciptakan kesadaran serta rasa kepemilikan terhadap proses yang dijalankan.

Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran pada tahap awal dilaksanakan menggunakan metode ketiga yaitu Penilaian Partisipatif. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi tidak dilaksanakan secara langsung kelapangan tetapi melalui media kuisioner. Partisipasi dari satuan kerja untuk mengisi kuisioner penyerapan anggaran sangat menentukan hasil kegiatan

monitoring. Sedangkan Kantor Pusat DJPBN, Kanwil dan KPPN

melaksanakan analisis terhadap kuisioner yang telah diisi oleh satuan kerja. Pada waktu evaluasi secara regular ataupun pada waktu-waktu yang sudah disepakati, akan dilakukan pertemuan untuk mengevaluasi tingkat penyerapan anggaran pada satuan kerja/Kementerian Negara/Lembaga.

1.5. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Monitoring dan Evaluasi Penyerapan Anggaran meliputi:

1. Monitoring Penyerapan Anggaran:

Monitoring penyerapan anggaran meliputi pengumpulan,

pengelompokan, pengolahan data pagu dan realisasi anggaran serta permasalahan-permasalahan yang berkaitan


(8)

dengan penyerapan anggaran pada Kementerian Negara/ Lembaga. Sumber data menggunakan data dari database pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2. Evaluasi Penyerapan Anggaran:

Evaluasi penyerapan anggaran untuk memperoleh :

a. Rumusan/kesimpulan tentang identifikasi penyebab rendahnya penyerapan anggaran dan cara penyelesaiannya. Identifikasi permasalahan dibagi menjadi beberapa kategori, sub kategori dan rincian masalah (Lampiran IV).

b. Rekomendasi/tindakan/kebijakan, baik untuk internal Direktorat Jenderal Perbendaharaan maupun kepada Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran, melalui desiminasi/sosialisasi, rapat kerja, bimbingan teknis dan konsultasi maupun kegiatan lain.

Pelaksanaan evaluasi penyerapan anggaran dilaksanakan menggunakan evaluasi formatif yaitu penilaian terhadap realisasi penyerapan anggaran selama proses kegiatan dilaksanakan. Evaluasi dilaksanakan secara berkala (per bulan, triwulan, semester). Sedangkan diakhir tahun, dilaksanakan dengan evaluasi sumatif, yaitu penilaian realisasi penyerapan anggaran selama satu tahun anggaran.


(9)

1.6. TUJUAN DAN MANFAAT

Dalam rangka mewujudkan disiplin dalam penyerapan anggaran perlu dilakukan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran kepada satuan kerja. Monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran dilaksanakan dengan tujuan :

1. Mengetahui tingkat penyerapan anggaran pada tahun berjalan dan membandingkan dengan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya;

2. Mengetahui keterkaitan antara permasalahan dengan rendahnya penyerapan anggaran yang disajikan dalam bentuk data sebagai bahan evaluasi.

3. Mengidentifikasi hal-hal yang mempengaruhi rendahnya penyerapan anggaran.

Manfaat yang diharapkan dengan dilaksanakannya Monitoring

dan Evaluasi Penyerapan Anggaran sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan dalam penyusunan laporan realisasi pelaksanaan anggaran;

2. Sebagai bahan dalam penyusunan kebijakan percepatan penyerapan anggaran.

3. Sebagai bahan penyusunan regulasi di bidang pelaksanaan anggaran bagi Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) dan Kementerian Negara/Lembaga selaku Pengguna Anggaran;


(10)

4. Sebagai dasar untuk melaksanakan pembinaan kepada satuan kerja sehingga diperoleh pemahaman yang sama atas regulasi dan kebijakan terkait pelaksanaan anggaran; 5. Sebagai pendorong disiplin dalam pelaksanaan anggaran.


(11)

BAB II

ORGANISASI PELAKSANA DAN PEMBIAYAAN

2.1. ORGANISASI PELAKSANA

Kegiatan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran di laksanakan oleh:

1. Tim Monitoring Kantor Pusat dilaksanakan oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran dan Unit Eselon II Pusat terkait. 2. Tim Monitoring Kantor Wilayah dilaksanakan oleh Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk satuan kerja pada propinsi wilayah kewenangan Kanwil.

3. Tim Monitoring KPPN dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara untuk satuan kerja yang pembayarannya dilakukan di KPPN bersangkutan.

2.2. PEMBIAYAAN

Guna mencapai hasil yang optimal, kegiatan monitoring

dan evaluasi perlu didukung dengan ketersediaan dana. Segala biaya yang timbul dari pelaksanaan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penyerapan anggaran dibebankan pada DIPA tahun berjalan.


(12)

Sebagai dasar pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan membuat Kerangka Acuan Kegiatan (Term Of Refference/TOR)

Monitoring dan Evaluasi dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

Kerangka Acuan Kerja sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai apa (what), siapa (who), dimana (where), kapan (when), tujuan (why) dan bagaimana (how) kegiatan dilaksanakan.

Pembiayaan kegiatan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran meliputi:

a. Kegiatan monitoring dan pertemuan evaluasi ditingkat propinsi dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan melibatkan Bidang Pelaksanaan Anggaran bekerjasama dengan bagian/bidang lainnya pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, KPPN, Bappeda/Bagian Keuangan/Perencanaan Daerah setempat.

b. Honor pelaksanaan kegiatan dapat diberikan setelah Surat Keputusan Tim monitoring dan evaluasi ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

c. Perjalanan dinas dalam rangka monitoring ke luar kota/kabupaten mengikuti ketentuan perjalanan dinas .


(13)

d. Perjalanan dinas dalam rangka monitoring di dalam kota yang diselenggarakan secara fullday dan halfday, kepada peserta diberikan uang transport sebesar Rp. 110.000,- (seratus sepuluh ribu rupiah) dan uang saku setinggi-tingginya 35% (tiga puluh lima persen) dari uang harian perjalanan dinas dalam negeri dan/atau mengacu pada Standar Biaya Umum tahun berjalan.

e. Penyusunan RAB Bahan monitoring berdasarkan rincian pengeluaran sesuai kebutuhan.

f. Biaya pertemuan terdiri dari bahan pertemuan (penggandaan materi/ fotocopy, supplies komputer, undangan, dokumentasi, surat-menyurat, komunikasi) dan konsumsi dipertanggungjawabkan berdasarkan rincian pengeluaran sesuai kebutuhan.

g. Pelaksanaan kegiatan evaluasi yang memerlukan perjalanan dinas mengacu pada ketentuan mengenai perjalanan dinas.


(14)

BAB III

TAHAPAN PELAKSANAAN

Tahapan pelaksanaan monitoring dan evaluasi terdiri dari : 1. Inventarisasi, pengumpulan dan pengolahan data

2. Analisis data

3. Pengumpulan data di lapangan 4. Evaluasi data lapangan

a. Pengumpulan/pengelompokan data lapangan b. Perumusan/kesimpulan

c. Penentuan langkah-langkah berikutnya

Skema Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Penyerapan Anggaran    7/20/2010 SATKER KPPN K/L KANWIL PA

Pagu  dan  Realisasi  seluruh K/L

Pagu dan  Realisasi K/L  per‐Propinsi

Analisa satker  realisasi 

rendah

Satker realisasi  rendah

Isi

Kuesioner

Analisa penyebab 

rendahnya 

realisasi

Analisa penyebab 

rendahnya  realisasi Bimbingan  teknis Kebijakan  Pelaksanaan  Anggaran Bimbingan  Teknis Bimbingan  Teknis Analisa  realisasi  nasional Database  Kuisioner 1 2 3 4 5 6 7 9 11 12 14 13 8 10


(15)

3.1. SUMBER DAN PENGOLAHAN DATA 3.1.1. Sumber Data

Sumber data pagu menggunakan database pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang disusun sebagai berikut:

1. Per Propinsi

2. Per Bagian Anggaran 3. Per Kewenangan 4. Per KPPN

5. Per Satuan kerja 6. Per Jenis Belanja 3.1.2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan menggunakan sistem aplikasi yang disusun oleh Tim Monitoring

Kantor Pusat. Penggunaan sistem aplikasi ini dimaksudkan agar terdapat keseragaman dan mempermudah dalam proses pengolahan data. Petunjuk Teknis operasional aplikasi pengolahan data monev sebagaimana pada lampiran 2.

Uraian dari data yang digunakan dalam aplikasi monev ini antara lain:


(16)

3.1.2.1. Data Pagu (Tabel-1 Penyerapan Anggaran) Data Pagu yang tercantum dalam DIPA menunjukkan jumlah dana yang dialokasikan dan merupakan batas tertinggi yang tidak dapat dilampaui. Data Pagu disajikan pada tabel penyerapan anggaran dalam bentuk data kumulatif dan pada tabel tren realisasi dalam bentuk data kumulatif.

3.1.2.2. Data Realisasi (Tabel-1 Penyerapan Anggaran)

Realisasi adalah pencairan dana yang telah disediakan di dalam DIPA sesuai dengan mekanisme pencairan dana APBN. Data Realisasi disajikan pada tabel penyerapan anggaran dalam bentuk data kumulatif dan pada tabel tren realisasi dalam bentuk data kumulatif.

3.1.2.3. Data Prosentase Realisasi terhadap Pagu (Tabel-1 Penyerapan Anggaran)

Data ini menunjukkan besarnya prosentase realisasi terhadap pagu sampai dengan laporan dibuat secara kumulatif. Data Prosentase Realisasi terhadap Pagu disajikan pada tabel penyerapan anggaran.


(17)

3.1.2.4. Tren Realisasi (Tabel 2. Tren Realisasi dan Grafik)

Tren Realisasi berisi data yang membandingkan antara data realisasi saat ini dibandingkan dengan data realisasi pada periode yang sama tahun-tahun sebelumnya. 3.1.2.5. Grafik (Tabel 2. Tren Realisasi dan Grafik)

Grafik merupakan presentasi visual dari tabel-tabel sehingga dapat disajikan dengan lebih menarik dan mudah dipahami.

3.2. ANALISIS DATA

Analisis data dilakukan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yaitu dengan melaksanakan:

1. Analisis perbandingan pagu anggaran dengan realisasi; 2. Analisis perbandingan realisasi tahun berjalan dengan

realisasi tahun lalu.

Pada tingkat propinsi, analisis perbandingan pagu anggaran dengan realisasi akan diperoleh suatu analisa tingkat penyerapan dana APBN pada suatu wilayah, diharapkan analisa ini dapat membantu memantau perkembangan ekonomi terkait dengan pengeluaran APBN suatu wilayah. 3.2.1. Analisis Perbandingan Realisasi dengan Pagu


(18)

Analisis Perbandingan Realisasi dengan Pagu Anggaran meliputi:

1. Analisis Perbandingan Realisasi dengan Pagu Anggaran per Satuan Kerja per Jenis Belanja; 2. Analisis Perbandingan Realisasi dengan Pagu

Anggaran per Satuan Kerja per Bulan;

3. Analisis Perbandingan Realisasi dengan Pagu Anggaran per Satuan Kerja per Jenis Belanja per Bulan;

4. Analisis Grafik Realisasi.

Analisis ini dilaksanakan untuk mengetahui progres/capaian penyerapan anggaran yang secara umum dapat disetarakan dengan progres/capaian penyelesaian pekerjaan. Disamping itu, dapat dipantau perkembangan pekerjaan dan realisasi anggaran setiap bulan dan untuk memprediksi kapan/pada bulan apa beban kerja akan meningkat serta dapat diketahui apakah beban kerja sepanjang tahun telah proporsional.


(19)

a. Satuan kerja yang persentase realisasi penyerapan anggaran dibawah rata-rata nasional (belanja barang dan belanja modal);

b. Kementerian Negara/Lembaga yang realisasi penyerapan anggaran paling rendah;

c. Perkiraan awal penyebab yang mempengaruhi penyerapan anggaran (dapat dilakukan misalnya dengan melihat alokasi pada DIPA apakah masih diblokir atau tidak).

Berdasarkan analisis tersebut Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan menyampaikan data satuan kerja yang realisasinya dibawah rata-rata nasional kepada KPPN.

3.2.2. Analisis Realisasi Tahun Berjalan terhadap Realisasi Tahun Lalu

Dilakukan dengan membandingkan realisasi pada bulan berjalan dengan realisasi pada periode yang sama tahun-tahun sebelumnya. Maksud dilakukannya analisis ini adalah untuk mengetahui pola penyerapan anggaran tahun lalu dibandingkan tahun berjalan apakah ada perubahan. Dalam hal ini perubahan yang diharapkan agar penyerapan anggaran dapat dilaksanakan secara proporsional sepanjang tahun.


(20)

3.3. PENGUMPULAN DATA LAPANGAN

Pelaksanaan monitoring pada dasarnya untuk mengetahui secara langsung dari stakeholder permasalahan pelaksanaan kegiatan di lapangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penyerapan, serta merumuskan langkah-langkah yang perlu dilakukan selanjutnya.

Sesuai analisis awal, dapat diperoleh kesimpulan sementara: 1. Satuan kerja yang persentase realisasi penyerapan

anggaran dibawah rata-rata nasional;

2. Kementerian Negara/Lembaga yang realisasi penyerapan anggaran dibawah rata-rata nasional;

3. Perkiraan awal penyebab yang mempengaruhi rendahnya penyerapan anggaran.

Untuk mengetahui secara langsung permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penyerapan, dilakukan pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner kepada satuan kerja.

Penyampaian kuisioner beserta petunjuk pengisian dan batas waktu penyelesaian pengisian kuisioner dilakukan oleh Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk satuan kerja yang pembayarannya dilakukan di KPPN Propinsi. Sedangkan satuan kerja yang pembayarannya dilakukan diluar KPPN


(21)

propinsi, penyampaian kuisioner dilakukan oleh KPPN setempat sesuai data satuan kerja yang disampaikan oleh Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Satuan kerja yang mempunyai akses jaringan internet, dapat mengisi kuisioner melalui jaringan internet secara langsung dan menyerahkan hardcopy kuisioner ke Kanwil maupun KPPN. Sedangkan satuan kerja yang belum terkoneksi dengan jaringan internet atau satuan kerja yang jaringan internetnya sering mengalami gangguan, dapat mengisi kuisioner melalui jaringan intranet yang ada pada Kanwil atau KPPN atau cukup dengan menyerahkan hardcopy kuisioner. Kanwil atau KPPN selanjutnya menginput kuisioner tersebut melalui jaringan intranet. Seluruh data kuisioner yang telah diisi oleh para responden melalui internet maupun intranet disimpan pada server Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

3.4. EVALUASI PENYEBAB RENDAHNYA PENYERAPAN ANGGARAN

Tim monitoring (Kantor Pusat, Kanwil dan KPPN) melakukan

evaluasi penyebab rendahnya penyerapan anggaran melalui tahapan:

a. Pengumpulan/pengelompokan data lapangan; b. Analisa data;


(22)

Evaluasi penyebab rendahnya realisasi penyerapan anggaran dilakukan oleh:

• KPPN untuk satuan kerja di Kabupaten/Kota sesuai wilayah kerjanya

• Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan melakukan evaluasi penyebab rendahnya penyerapan anggaran yang ada di propinsi wilayah kerjanya serta satuan kerja yang pembayarannya dilakukan di KPPN Propinsi.

• Tim Monitoring Kantor Pusat melakukan analisa penyebab rendahnya penyerapan anggaran ditingkat nasional berdasarkan data kuisioner dan laporan dari Kanwil.

3.4.1. Pengelompokan data lapangan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghimpun dan mengelompokkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dilapangan berdasarkan kuisioner yang terkumpul. Pengelompokan diurutkan berdasarkan Kategori, Sub Kategori dan Rincian Masalah (Lampiran IV), terdiri dari:

1. Kategori Penganggaran dan Dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA dan POK) dibagi menjadi :


(23)

a. Sub kategori Penganggaran;

b. Sub kategori dokumen pelaksanaan anggaran;

2. Kategori Peraturan, Petunjuk Pelaksanaan dan Panitia Pengadaan berisi antara lain permasalahan terkait Pengusulan, penetapan dan perubahan SK pejabat perbendaharaan yaitu : Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran dan Pejabat Penandatangan SPM maupun aturan petunjuk pelaksanaan kegiatan, peraturan pengadaan barang/jasa dan peraturan mengenai mekanisme pencairan anggaran serta permasalahan pejabat sebagai panitia pengadaan. Dibagi menjadi :

a. Sub kategori peraturan dan petunjuk pelaksanaan

b. Sub kategori panitia pengadaan

3. Kategori Persiapan Pelaksanaan Kegiatan, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan yang dibagi menjadi:

a. Sub Kategori Penunjukan konsultan

Antara lain ketersediaan/kualifikasi konsultan, dan lain-lain


(24)

b. Sub Kategori Proses lelang

Antara lain keterbatasan pejabat yang bersertifikat, SK penetapan panitia lelang, jadwal pelaksanaan, HPS, tender ulang, masa sanggah, dan lain-lain

c. Sub Kategori Tanah

Antara lain permasalahan penyelesaian pembebasan tanah, alokasi pembebasan tanah, kesediaan pemilik tanah, dan lain-lain

4. Kategori Pelaksanaan Kegiatan, dimulai terhadap permasalahan penandatanganan kontrak hingga kondisi alam yang mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan. Terkait pelaksanaan kegiatan dirinci:

a. Sub Kategori Dokumen pelaksanaan

Antara lain ketersediaan dokumen kontrak, perubahan desain, IMB, dan lain-lain

b. Sub Kategori Peralatan/mesin

Antara lain ketersediaan peralatan/mesin, pemesanan peralatan/mesin, umur peralatan, dan lain-lain


(25)

Antara lain ketersediaan bahan/barang, spesifikasi bahan/barang, dan lain-lain

d. Sub Kategori Tenaga kerja

Antara lain ketersediaan tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, dan lain-lain

e. Sub Kategori Sarana/prasarana

Antara lain ketersediaannya sarana transportasi darat, laut maupun udara atau sarana transport lainnya

f. Sub Kategori Keuangan

Antara lain masalah pencairan di KPPN maupun pengajuan tagihan oleh pihak ke-3, ketersediaan dana pendamping, ketersediaan dana PHLN/PHDN, proses sertifikasi, registrasi dan inventarisasi yang mengakibatkan belum dajukannya tagihan, penandatanganan BAP, kuitansi dan tagihan yang masih dalam proses dan lain-lain

g. Sub Kategori Koordinasi

Antara lain terkait dengan perizinan, kegiatan yang harus ditunda/dibatalkan h. Sub Kategori Cuaca


(26)

Antara lain pengaruh musin kemarau dan musin hujan

i. Sub Kategori Kegiatan Non Fisik dan swakelola

Terutama untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sendiri oleh satuan kerja, antara lain permasalahan terkait identifikasi, sertifikasi, registrasi, pelaksanaan kegiatan diklat dll

5. Kategori Bencana Alam dan Masalah Sosial, antara lain terkait dengan masalah bencana alam tanah longsor, banjir, kebakaran, kerusuhan dan lain-lain.

3.4.2. Analisis Data Lapangan

Analisis data lapangan dilakukan berdasarkan hasil pengelompokan data kuisioner yang diisi/dipilih oleh responden sesuai kategori, sub kategori dan rincian permasalahan. Analisis dilakukan dengan menghitung persentasi jumlah vote/pilihan yang dipilih oleh responden pada level kategori atau sub kategori atau rincian permasalahan yang dibandingkan dengan jumlah total vote/pilihan pada level kategori atau sub kategori atau pada rincian permasalahan. Penghitungan angka persentase pada


(27)

masing-masing kategori/sub kategori/rincian masalah dapat langsung diketahui melalui administrator yang mengoperasikan aplikasi kuisioner pada KPPN, Kanwil, maupun Kantor Pusat Direktorat Jenderal perbendaharaan. Data ini secara otomatis akan berubah apabila ada data kuisioner baru yang diisi/dipilih oleh responden. Penggunaan aplikasi kuisioner ini untuk memudahkan (tidak ada proses perhitungan secara manual) dan menyeragamkan dalam proses analisis maupun dalam penentuan bobot permasalahan nantinya.

Sebagai contoh,

misalnya terdapat 125 orang responden yang mengisi kuisioner dengan rincian pengisian sebagai berikut:

Tabel 1. Perhitungan Persentase Masing-masing Kategori

No Kategori

Pilihan %

1 2 3 4

1.

2.

3.

Penganggaran dan Dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA dan POK)

Peraturan, Petunjuk Pelaksanaan dan Panitia

Pengadaan Persiapan Pelaksanaan 15 25 35 85 10 9% 15% 20% 50% 6%


(28)

4. 5.

Kegiatan

Pelaksanaan Kegiatan

Bencana Alam dan Masalah Sosial

∑ Total 170 100%

Cara perhitungan (tabel 1 pada kolom 4) :

Jumlah responden yang memilih mengalami permasalahan pada kategori dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA & POK) 15 pilihan

Maka nilai persentase pada kategori dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA & POK) adalah :

∑ pilihan berdasarkan kategori No.1

X 100%

15 9%

= = =

∑ total pilihan berdasarkan

kategori

170

Jumlah responden yang memilih mengalami permasalahan pada kategori peraturan dan petunjuk pelaksanaan 25 pilihan

Maka nilai persentase pada kategori peraturan dan petunjuk pelaksanaan adalah :


(29)

∑ pilihan berdasarkan kategori No.2

X 100%

25 15%

= = =

∑ total pilihan berdasarkan

kategori

170

Demikian seterusnya dilakukan perhitungan persentase untuk masing-masing kategori sehingga diperoleh data sebagaimana tabel 1 diatas.

Selanjutnya juga dilakukan perhitungan persentase berdasarkan sub kategori.

Misalnya dari contoh diatas, terdapat 85 responden yang mengalami permasalahan pada kategori pelaksanaan kegiatan dilapangan dengan rincian berdasarkan sub kategori yaitu:

Tabel 2. Perhitungan Persentase Masing-masing Sub Kategori

pada kategori pelaksanaan kegiatan

No Sub Kategori ∑pilihan %

1 2 3 4

1. 2. 3.

Dokumen pelaksanaan Peralatan dan mesin Bahan/barang

65 25 30

27% 10% 12%


(30)

4. 5. 6. 7. 8. 9. Tenaga kerja

Sarana dan prasarana Keuangan

Koordinasi Cuaca

Kegiatan non fisik dan swakelola 10 15 25 25 10 35 4% 6% 10% 10% 4% 15%

∑ Total 240 100%

Cara perhitungan (tabel 2 pada kolom 4):

Jumlah pilihan pada sub kategori dokumen pelaksanaan adalah 65 pilihan, maka nilai persentase sub kategori dokumen pelaksanaan adalah :

∑ pilihan berdasarkan sub

kategori No.1

X 100%

65 27%

= = =

∑ total pilihan seluruh sub kategori pada kategori pelaksanaan kegiatan 240

Jumlah pilihan pada sub kategori peralatan dan mesin adalah 25 pilihan, maka bobot permasalahan pada sub kategori peralatan dan mesin adalah :


(31)

∑ pilihan berdasarkan sub

kategori No.2

X 100%

25 10%

= = =

∑ total pilihan seluruh sub kategori pada

kategori pelaksanaan

kegiatan

240

Demikian seterusnya dilakukan perhitungan persentase untuk masing-masing sub kategori sehingga diperoleh data sebagaimana tabel 2 diatas. Selanjutnya juga dilakukan perhitungan yang sama untuk rincian masalah pada setiap sub kategori.

Perhitungan persentase dilakukan secara otomatis menggunakan aplikasi kuisioner yang telah dibangun para programmer dari Direktorat Sistem Perbendaharaan.

3.4.3. Perumusan/kesimpulan

Perumusan/kesimpulan dilakukan menggunakan data hasil analisa data lapangan. Penentuan permasalahan yang paling dominan mempengaruhi tingkat penyerapan anggaran ditentukan berdasarkan nilai persentase terbesar jumlah responden yang


(32)

memilih mengalami permasalahan baik pada level kategori, sub kategori dan rincian masalah.


(33)

Dari table 1, apabila diurut berdasarkan nilai persentase terbesar maka diperoleh data sebagai berikut pada tabel 3.

Tabel 3. Urutan Kategori Berdasarkan Nilai Persentase Terbesar

No Kategori

Pilihan Bobot

1 2 3 4

1. 2. 3. 4. 5. Pelaksanaan Kegiatan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Peraturan, Petunjuk Pelaksanaan dan Panitia Pengadaan Penganggaran dan Dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA dan POK)

Bencana Alam dan Masalah Sosial 85 35 25 15 10 50% 20% 15% 9% 6%

∑ Total 170 100%

Berdasarkan angka diatas, dapat ditentukan bahwa tingkat penyerapan anggaran secara berurutan dipengaruhi oleh kategori pelaksanaan kegiatan, persiapan pelaksanaan kegiatan, peraturan, petunjuk pelaksanaan dan panitia pengadaan, penganggaran dan dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA dan POK), bencana alam dan masalah sosial.


(34)

Selanjutnya berdasarkan tabel 2. juga dilakukan penyusunan sub kategori berdasarkan nilai persentase terbesar (tabel 4).

Tabel 4. Urutan Sub Kategori Berdasarkan Nilai Persentase Terbesar

Pada Kategori Pelaksanaan Kegiatan

No Sub Kategori ∑pilihan Bobot

1 2 3 4

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Dokumen pelaksanaan Kegiatan non fisik dan swakelola

Bahan/barang Peralatan dan mesin Keuangan

Koordinasi

Sarana dan prasarana Tenaga kerja Cuaca 65 35 30 25 25 25 15 10 10 27% 15% 12% 10% 10% 10% 6% 4% 4%

∑ Total 240 100%

Berdasarkan data diatas, dapat ditentukan secara berurutan bahwa sub kategori yang paling mempengaruhi pada kategori pelaksanaan kegiatan dilapangan yaitu dokumen pelaksanaan, kegiatan non fisik dan swakelola, bahan/barang, keuangan, peralatan dan mesin, koordinasi, sarana dan prasarana, tenaga kerja dan cuaca.


(35)

Selanjutnya juga dilakukan hal yang sama untuk rincian permasalahan pada sub ketegori tertentu yaitu menentukan permasalahan yang paling dominan dipilih oleh para responden dengan membandingkan jumlah pilihan pada suatu rincian masalah dengan total pilihan pada rincian masalah yang ada pada sub kategori tertentu.

3.4.4. PENENTUAN LANGKAH-LANGKAH BERIKUTNYA Berdasarkan faktor-faktor yang paling mempengaruhi rendahnya penyerapan anggaran, akan mempermudah untuk melakukan identifikasi langkah-langkah yang perlu dilakukan. Langkah-langkah-langkah yang dilakukan harus disesuaikan dengan kewenangan penanganannya baik oleh KPPN, Kanwil, maupun Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan. Sedangkan permasalahan yang tidak dapat ditangani langsung, akan disampaikan kepada Instansi yang berwenang untuk penyelesaiannya.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain: 1. Memberikan rekomendasi kepada satuan kerja,

Kementerian Negara/Lembaga, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam upaya percepatan penyerapan anggaran.


(36)

2. Melaksanakan sosialisasi dan bimbingan teknis bagi pelaku kegiatan, antara lain :

a. Sosialisasi penyusunan dan revisi DIPA serta peraturan terkait dengan pelaksanaan anggaran

b. Bimbingan teknis aplikasi DIPA (penyusunan dan revisi)

c. Bimbingan teknis penyusunan Petunjuk Operasional Kegiatan/POK (rencana kegiatan dan rencana penarikan)

d. Bimbingan teknis pengadaan barang dan jasa

e. Sosialisasi mekanisme pembayaran atas beban APBN (tingkat satuan kerja maupun KPPN)

f. Bimbingan teknis lainnya berhubungan dengan pelaksanaan anggaran.

3. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka percepatan penyerapan anggaran.

4. Konsultasi secara berjenjang, dari tingkat kabupaten/kota ke tingkat provinsi, dan selanjutnya Provinsi ke tingkat pusat.


(37)

Dalam tahap penetuan langkah-langkah penanganan, dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai dalam pelaksanaan kegiatan. Disamping itu, juga harus ditetapkan kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaaan, prosedur pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran dan sumber daya.

Perencanaan harus dibuat dengan cermat, lengkap, terpadu dan dengan tingkat kesalahan yang paling minimal. Namun hasil dari perencanaan bukanlah dokumen yang bebas dari koreksi, karena sebagai acuan bagi tahapan pelaksanaan dan pengendalian, perencanaan harus terus disempurnakan secara interaktif untuk menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi pada proses selanjutnya/pelaksanaan dilapangan.

Dalam tahapan pelaksanaan pihak-pihak yang terlibat lebih beragam. Oleh sebab itu dibutuhkan koordinasi terpadu untuk mencapai keserasian dan keseimbangan kerja. Pada tahapan ini harus ditetapkan konsep pelaksanaan serta personel yang terlibat pada organisasinya. Kemudian secara detail


(38)

menetapkan jadwal, program, alokasi biaya, serta sumber daya yang digunakan.


(39)

BAB IV PELAPORAN

Laporan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran disusun setiap akhir bulan secara berjenjang. Tim monitoring

KPPN menyampaikan laporan kepada Tim monitoring Kantor Wilayah. Tim Monitoring Kantor Wilayah menyampaikan laporan kepada Tim Monitoring Kantor Pusat dengan rincian sebagai berikut:

4.1 LAPORAN BULANAN

Disampaikan paling lambat tanggal 10 setiap bulan berikutnya berisi antara lain :

1. Satuan kerja (KP, KD, DK, TP, UB) yang masih belum ada penunjukan pejabat perbendaharaan (jika masih ada);

2. Potensi permasalahan yang dapat diidentifikasi oleh Kanwil maupun KPPN

3. Laporan lainnya yang dianggap perlu.

4.2 LAPORAN TRIWULANAN (Triwulan I dan Triwulan III) Disampaikan paling lambat tanggal 15 bulan April dan Oktober (laporan bulanan pada bulan April dan Oktober sekaligus menjadi laporan triwulanan) berisi antara lain :


(40)

1. Kesimpulan atas hasil monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran diwilayah kerjanya;

2. Langkah-langkah yang telah, sedang dan akan dilakukan baik berupa kegiatan pembinaan, sosialisasi/kegiatan lainnya yang dilaksanakan diwilayah kerja masing-masing (KPPN untuk wilayah kerja KPPN, sedangkan Kanwil melaporkan seluruh kegiatan Kanwil dan KPPN);

3. Satuan Kerja (KP, KD, DK, TP, UB) yang masih belum ada penunjukan pejabat perbendaharaan (jika masih ada);

4. Laporan lainnya yang dianggap perlu.

4.3 LAPORAN SEMESTERAN

Disampaikan paling lambat tanggal 21 bulan Juli dan Januari tahun berikutnya berisi antara lain :

1. Kesimpulan atas hasil monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran diwilayah kerjanya;

2. Langkah-langkah yang telah, sedang dan akan dilakukan baik berupa kegiatan pembinaan, sosialisasi/kegiatan lainnya yang dilaksanakan diwilayah kerja masing-masing (KPPN untuk wilayah


(41)

kerja KPPN, sedangkan Kanwil melaporkan kegiatan Kanwil dan KPPN);

3. Satuan Kerja (KP, KD, DK, TP, UB) yang masih belum ada penunjukan pejabat perbendaharaan (jika masih ada);

4. Laporan semesteran merupakan laporan untuk bulan Juni, sedangkan laporan untuk bulan Desember sekaligus laporan evaluasi penyerapan anggaran pada tahun berkenaan;


(1)

2. Melaksanakan sosialisasi dan bimbingan teknis bagi pelaku kegiatan, antara lain :

a. Sosialisasi penyusunan dan revisi DIPA serta peraturan terkait dengan pelaksanaan anggaran

b. Bimbingan teknis aplikasi DIPA (penyusunan dan revisi)

c. Bimbingan teknis penyusunan Petunjuk Operasional Kegiatan/POK (rencana kegiatan dan rencana penarikan)

d. Bimbingan teknis pengadaan barang dan jasa

e. Sosialisasi mekanisme pembayaran atas beban APBN (tingkat satuan kerja maupun KPPN)

f. Bimbingan teknis lainnya berhubungan dengan pelaksanaan anggaran.

3. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka percepatan penyerapan anggaran.

4. Konsultasi secara berjenjang, dari tingkat kabupaten/kota ke tingkat provinsi, dan selanjutnya Provinsi ke tingkat pusat.


(2)

Dalam tahap penetuan langkah-langkah penanganan, dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai dalam pelaksanaan kegiatan. Disamping itu, juga harus ditetapkan kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaaan, prosedur pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran dan sumber daya.

Perencanaan harus dibuat dengan cermat, lengkap, terpadu dan dengan tingkat kesalahan yang paling minimal. Namun hasil dari perencanaan bukanlah dokumen yang bebas dari koreksi, karena sebagai acuan bagi tahapan pelaksanaan dan pengendalian, perencanaan harus terus disempurnakan secara interaktif untuk menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi pada proses selanjutnya/pelaksanaan dilapangan.

Dalam tahapan pelaksanaan pihak-pihak yang terlibat lebih beragam. Oleh sebab itu dibutuhkan koordinasi terpadu untuk mencapai keserasian dan keseimbangan kerja. Pada tahapan ini harus ditetapkan konsep pelaksanaan serta personel yang terlibat pada organisasinya. Kemudian secara detail


(3)

menetapkan jadwal, program, alokasi biaya, serta sumber daya yang digunakan.


(4)

BAB IV PELAPORAN

Laporan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran disusun setiap akhir bulan secara berjenjang. Tim monitoring KPPN menyampaikan laporan kepada Tim monitoring Kantor Wilayah. Tim Monitoring Kantor Wilayah menyampaikan laporan kepada Tim Monitoring Kantor Pusat dengan rincian sebagai berikut:

4.1 LAPORAN BULANAN

Disampaikan paling lambat tanggal 10 setiap bulan berikutnya berisi antara lain :

1. Satuan kerja (KP, KD, DK, TP, UB) yang masih belum ada penunjukan pejabat perbendaharaan (jika masih ada);

2. Potensi permasalahan yang dapat diidentifikasi oleh Kanwil maupun KPPN

3. Laporan lainnya yang dianggap perlu.

4.2 LAPORAN TRIWULANAN (Triwulan I dan Triwulan III) Disampaikan paling lambat tanggal 15 bulan April dan Oktober (laporan bulanan pada bulan April dan Oktober sekaligus menjadi laporan triwulanan) berisi antara lain :


(5)

1. Kesimpulan atas hasil monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran diwilayah kerjanya;

2. Langkah-langkah yang telah, sedang dan akan dilakukan baik berupa kegiatan pembinaan, sosialisasi/kegiatan lainnya yang dilaksanakan diwilayah kerja masing-masing (KPPN untuk wilayah kerja KPPN, sedangkan Kanwil melaporkan seluruh kegiatan Kanwil dan KPPN);

3. Satuan Kerja (KP, KD, DK, TP, UB) yang masih belum ada penunjukan pejabat perbendaharaan (jika masih ada);

4. Laporan lainnya yang dianggap perlu.

4.3 LAPORAN SEMESTERAN

Disampaikan paling lambat tanggal 21 bulan Juli dan Januari tahun berikutnya berisi antara lain :

1. Kesimpulan atas hasil monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran diwilayah kerjanya;

2. Langkah-langkah yang telah, sedang dan akan dilakukan baik berupa kegiatan pembinaan, sosialisasi/kegiatan lainnya yang dilaksanakan diwilayah kerja masing-masing (KPPN untuk wilayah


(6)

kerja KPPN, sedangkan Kanwil melaporkan kegiatan Kanwil dan KPPN);

3. Satuan Kerja (KP, KD, DK, TP, UB) yang masih belum ada penunjukan pejabat perbendaharaan (jika masih ada);

4. Laporan semesteran merupakan laporan untuk bulan Juni, sedangkan laporan untuk bulan Desember sekaligus laporan evaluasi penyerapan anggaran pada tahun berkenaan;