Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Bawaan Makanan terhadap Pengetahuan Siswa i Kelas IV, V dan VI Mengenai Penyakit Bawaan Makanan di Sekolah Dasar Negeri 060929 Medan Johor 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Makhluk hidup tidak bisa terlepas dari kebutuhan pokok seperti pangan
(makanan) di samping kebutuhan sandang (pakaian) dan papan (tempat
tinggal atau rumah) (Perry & Potter, 2006). Tentunya makanan yang
dikonsumsi oleh manusia harus dengan kualitas maupun kuantitas yang cukup
agar dapat terpenuhi kebutuhan gizi seseorang sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan dan kualitas sumber daya manusia (Riris, 2013). Makanan
merupakan sumber energi untuk mendukung hidup manusia, tetapi makanan
juga dapat menjadi wahana unsur pengganggu kesehatan bahkan membawa
toksik ( BPS, 2009).
Namun ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pemenuhan gizi yaitu
ketahanan atau ketersediaan pangan (food security) dan keamanan pangan
(food safety) yang berarti makanan harus dalam jumlah cukup dan aman
untuk dikonsumsi (Badan Karantina, 2007). Selain makanan yang harus
dalam jumlah cukup dan aman, makanan juga harus bermutu untuk
dikomsumsi, menurut UU No. 7 tahun 1996 tentang mutu pangan adalah nilai
yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi dan
standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman.

Ketika permasalahan pertama dapat diatasi (food security), ada hal baru yang
muncul yang semakin kritis adalah permasalahan food safety/keamanan
pangan (Badan Karantina, 2007).

1
Universitas Sumatera Utara

2

Dalam memberikan asupan gizi harus diperhatikan keamanannya.
Asupan nutrisi dan gizi yang baik akan berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak secara optimal. Anak usia sekolah, 7-10 tahun, membutuhkan
zat gizi lengkap agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, serta
melakukan berbagai aktivitas secara sehat (Fauzi, 2008). Sejumlah faktor
perlu diperhatikan agar anak tumbuh kembang dengan gizi baik. Seperti pola
makan, jenis makanan, jumlah, dan jadwalnya. Lalu kebiasaan menjalani pola
hidup bersih dan sehat. Dan tak kalah penting adalah fasilitas kebersihan dan
kesehatan yang menunjang gizi baik untuk anak. Kebiasaan anak menjaga
kebersihan diri dan lingkungan di sekolah, termasuk dalam memilih jajanan
sehat dan ketersediaan kantin sehat di sekolah juga turut mempengaruhi status

gizi anak (Sutardji, 2007).
Dapat kita ketahui bahwa jenis jajanan yang dijual disekitar sekolah itu
belum tentu terjamin kebersihannya seperti: tahu goreng, mie bakso dengan
saus, gulali, batagor, mie instan dan sebagainya. Warna dan jenis kemasan
jajanan yang biasa dikonsumsi anak usia sekolah kerap memang menarik,
tetapi orang kadang tidak tahu seperti apa kandungan gizi jajanan tersebut,
bahkan kalau dicermati dengan baik-baik, sangat berbahaya jenis jajanan
seperti ini untuk kesehatan anak (Khosman, 2003). Adapun bahaya dari
jajanan yang tidak baik, akan mengakibatkan dampak yang tidak baik bagi
kesehatan anak. Dampak dari itu adalah timbulnya penyakit yang disebabkan
oleh makanan atau sering disebut dengan istilah penyakit bawaan makanan
(WHO, 2006).

Universitas Sumatera Utara

3

Penyakit bawaan makanan adalah suatu penyakit karena adanya agen
yang masuk kedalam tubuh manusia melalui proses pencernaan makanan,
seperti cholera , helminthic infections (kecacingan), dysenter (disentri), dan

tifus (Barakki, 2005). Penyakit bawaan makanan merupakan penyakit
menular, sehingga agen dengan mudah masuk kedalam tubuh melalui
makanan yang dikonsumsi (Depkes, 2005). Menurut WHO 2012, penyakit
bawaan makanan seperti diare, disentri, kolera dan tifus. Merupakan
permasalahan kesehatan masyarakat yang banyak membebani. Penyakit
tersebut merenggut banyak korban dalam kehidupan manusia dan
menyebabkan kematian. Penyakit bawaan makanan merupakan salah satu
penyebab utama kematian di negara berkembang dan menyebabkan 1,9 juta
kematian orang per tahun di tingkat global. Bahkan di negara maju 1/3 dari
populasi terinfeksi penyakit bawaan makanan.
Patogen bawaan pangan (foodborne pathogen) adalah penyebab utama
kejadian luar biasa (outbreask) atau penyakit bawaan makanan (foodborne
diseases) di dunia. Dapat kita lihat dari data kejadian penyakit bawaan

makanan dari tahun 2009-2012 semakin meningkat, dimana kejadian penyakit
bawaan makanan pada tahun 2009-2010 sebanyak 1.527 kasus, sehingga
29.444 kasus penyakit, yang dirawat dirumah sakit sebanyak 1.184 kasus, dan
sebanyak 23 orang meninggal dunia, sedangkan pada tahun 2011-2012 wabah
penyakit bawaan makanan sebanyak 1.632 kasus, kasus penyakit sebanyak
29.112, yang dirawat dirumah sakit sebanyak 1.750 kasus dan sebanyak 68

meninggal dunia (CDC, 2012).

Universitas Sumatera Utara

4

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa setiap tahunnya di

Amerika Serikat, terdapat 1 dari 6 orang atau 48 juta orang sakit, yang
dirawat di rumah sakit sebanyak 128.000, dan sebanyak 3.000 meninggal dari
kasus penyakit bawaan pangan (CDC, 2012).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, penyakit
menular yang ditularkan melalui makanan dan minuman (foodborne diseases)
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden terdiri dari
tifoid 2,2%, hepatitis 1,2% dan diare 3,5%. Kejadian ini terjadi pada anak
usia sekolah (5–14 tahun), kejadian diare menempati urutan ke–5 terbanyak
setelah kelompok usia, balita dan lansia yaitu sebesar 9,0%. Typhoid pada
kelompok usia sekolah menempati prevalensi tertinggi dibandingkan semua
kelompok usia yang ada yaitu sebesar 1,6%. Sedangkan di Sumatera Utara

kejadian tifoid 2,7% , hepatitis 1.9% dan diare 4,9%. Hasil Riskesdas hanya
menunjukkan jumlah kasus tetapi tidak dijelaskan secara detail jumlah
Kejadian Luar Biasa (KLB), jumlah penderita yang dirawat inap atau jumlah
kematian akibat penyakit menular, pravalensi keracunan makanan secara
nasional juga tidak ditemukan sementara fenomena keracunan sering terlihat
hampir setiap hari melalui televisi ataupun surat kabar.
Menurut sampurno (2005), menyatakan bahwa masalah penyakit bawaan
makanan sudah menjadi langganan di Indonesia. Hampir setiap tahun kasus
penyakit bawaan makanan selalu ada, hal ini disebabkan oleh pengelolaan
makanan yang tidak higienis.

Universitas Sumatera Utara

5

Selain dalam pengelolaan makanan yang tidak higienis, penyakit bawaan
makananan juga dapat disebabkan oleh faktor dari pengetahuan siswa itu
sendiri. Sesuai dengan hasil penelitian Saputra (2012) menyatakan bahwa
adanya hubungan antara tingkat pengetahuan siswa/i tentang kualitas fisik
makanan dengan perilaku jajanan siswa sekolah dasar. Pengetahuan anak

dapat diperoleh baik secara internal maupun eksternal. Untuk pengetahuan
secara internal yaitu pengetahuan yang berasal dari dirinya sendiri
berdasarkan pengalaman sedangkan secara eksternal yaitu pengetahuan
berasal dari orang lain sehingga pengetahuan anak akan bertambah (Solihin,
2005).
Menurut penelitian Bondika 2011, menyatakan bahwa dalam prilaku
memilih makanan jajanan sekolah memiliki pengetahuan baik sebanyak
24,7%. Dampak dari kurangnya pengetahuan siswa/i dalam memilih makanan
jajanan sekolah akan mengakibatkan anak-anak tersebut menderita penyakit
bawaan makanan seperti penyakit seperti diare, cacingan, anemia
(Andarwulan, 2009). Dan anak-anak usia sekolah merupakan kelompok yang
beresiko tinggi tertularnya penyakit tersebut (Antara, 2004).
Penyakit bawaan pangan/makanan dapat berakibat pada kehilangan
produktivitas, menurunnya kualitas hidup manusia dan kematian (Depkes,
2003). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal
04 Mei 2015 pada anak kelas IV, V dan VI SDN 060929 Medan Johor secara
acak. Didapatkan bahwa dari 10 siswa/i terdapat 6 siswa/i yang pernah
mengalami penyakit bawaan makanan seperti diare, tifus, hepatitis dan

Universitas Sumatera Utara


6

cacingan. Pada tahun 2009, Meena Siwach melaporkan bahwa pendidikan
kesehatan pada anak sekolah dasar dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai kesehatan secara signifikan. Sesuai dengan dengan pernyataan
Nursalam (2009) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan
pembentuk pengetahuan, sikap, motivasi dan praktek untuk meningkatkan
atau mempertahankan kesehatan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk
memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan kepada
siswa/i kelas IV, V dan VI SDN 060929 Medan Johor.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas yang menjadi
rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh pendidikan
kesehatan tentang penyakit bawaan makanan terhadap pengetahuan siswa/i
kelas IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan di SDN 090629
Medan Johor 2015.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1


Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit
bawaan makanan terhadap pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI
mengenai penyakit bawaan makanan di SDN 060929 Medan Johor
2015.

Universitas Sumatera Utara

7

1.3.2

Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI
SDN 060929 Medan Johor tentang penyakit bawaan makanan
sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan
makanan
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI
SDN 060929 Medan Johor tentang penyakit bawaan makanan

setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan
makanan
c. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendidikan kesehatan
tentang penyakit bawaan makanan terhadap pengetahuan siswa/i
kelas IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan

1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1

Bagi sekolah
Hasil penelitian ini memberikan informasi kepada sekolah bahwa
penyuluhan ataupun pendidikan kesehatan menjadi satu alternatif
dalam memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan, untuk
itu sebaiknya ada program kesehatan bagi siswa/i kelas IV, V dan VI
SDN 060929 Medan Johor. Seperti mengaktifkan UKS dan kerjasama
dengan pihak puskesmas setempat dalam peningkatan derajat
kesehatan siswa/i sekolah dasar.

Universitas Sumatera Utara


8

1.4.2

Bagi pelayanan kesehatan
Penelitian ini sebagai informasi bagi petugas kesehatan akan
pentingnya pendidikan kesehatan dilakukan kepada siswa/i kelas IV,
V dan VI sekolah dasar dalam mencegah terjadinya penyakit bawaan
makanan.

1.4.3

Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan referensi dan kajian yang dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara