Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Kelurahan Tanjung Rejo

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI KELURAHAN TANJUNG

REJO

Oleh :

NORHASHIMAH BINTI JUSOH 070100294

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI KELURAHAN TANJUNG

REJO

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

NORHASHIMAH BINTI JUSOH 070100294

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Kelurahan Tanjung Rejo

Nama : Norhashimah binti Jusoh NIM : 070100294

Pembimbing Penguji

______________________ _________________ (Prof. dr. Sutomo Kasiman,SpJP (K)) (dr. Sri Sofyani, SpA (K))

Medan, Desember 2010, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

Dekan,

(Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD.KGEH) NIP: 19540220 198011 1001


(4)

ABSTRAK

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai darah ke otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak. Terdapat beberapa faktor memicu penyakit ini yaitu gaya hidup, faktor genetik, usia dan penyakit penyerta yang lain. Gejala khas dari PJK yaitu nyeri pada bagian dada seperti ditusuk benda tajam. Nyeri bisa menjalar ke lengan kiri, leher, rahang dan punggung. Nyeri ini bisa memburuk dengan melakukan aktivitas dan bisa hilang jika sedang istirehat. Di Indonesia, kasus PJK semakin sering ditemukan karena pesatnya perubahan gaya hidup.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal yang diwakili oleh setiap kepala keluarga /pasangannya atau orang dewasa dalam keluarga terhadap PJK. Jenis penelitian ini adalah penelitian cross-sectional. Saiz sampel pada penelitian ini adalah seramai 100 kepala keluarga dengan menggunakan accidental sampling.

Secara keseluruhan, hasil tingkat pengetahuan masyarakat terhadap PJK di Kelurahan Tanjung Rejo diketegorikan sedang yaitu sebesar 51% dan hasil tingkat sikap masyarakat berada pada kategori baik yaitu sebesar 78%.

Dari hasil uji tersebut maka diharapkan petugas pelayanan kesehatan dan departemen terkait dapat memberikan informasi mengenai PJK kepada masyarakat. Kata Kunci : PJK, pengetahuan, sikap


(5)

ABSTRACT

Coronary artery disease (CAD) is a condition in which plaque (plak) builds up inside the coronary arteries. These arteries supply your heart muscle with oxygen-rich blood. These plaque will narrowed or blocked the artery. There are a few factor cause CAD which is lifestyle, genetic factor, age and other disease that had in patient. A common symptom CAD is chest pain. You also may feel it in your shoulders, arms, neck, jaw, or back. This pain tends to get worse with activity and go away when you rest. Lately ,CAD is commonly case because of changing lifestyle.

The research objective is to know the level of knowledge and attitude towards CAD among the head of family/ spouse or adult in the family at Kelurahan Tanjung Rejo, Medan Sunggal District. This study is an observational research, where it belongs to the cross-sectional research. The number of sample is 100 head of family/spouse or adult in the family, taken by accidental sampling method.

Overall, the result of people’s knowledge in Kelurahan Tanjung Rejo towards CAD is 51% categorized as moderate. The result of attitude towards CAD is 78% categorized good.

As listed above, health providers and related department are expected to be able share CAD information.


(6)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum.

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, di atas izin-Nya saya telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Kelurahan Tanjung Rejo dengan baik dan tiada hambatan suatu apapun.

Terima kasih atas bimbingan dosen pembimbing saya, Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP (K), dan dosen-dosen Community Research Program di atas bimbingan dan tunjuk ajar mereka. Tidak dilupakan kepada rakan-rakan dan kedua ibu bapa saya yang telah banyak member sokongan dan dukungan.

Kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat secara langsung dan tidak langsung dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, saya sampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya. Semoga bantuan yang telah kalian berikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.

Akhir kata, saya berharap penelitian ini member manfaat kepada semua pihak. Medan, 2 Disember 2010 Penulis,

……… (NORHASHIMAH JUSOH)


(7)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN……… ... i

ABSTRAK……… ii

ABSTRACT……….. iii

KATA PENGANTAR……….. iv

DAFTAR ISI………. v

DAFTAR TABEL………. viii

DAFTAR LAMPIRAN……… ix

BAB 1 PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang………. 1

1.2. Rumusan Masalah………. 4

1.3. Tujuan Penelitian……….. 4

1.4. Manfaat Penelitian………. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 6

2.1. Pengetahuan dan Sikap ………... 6

2. 1.1. Pengetahuan ……… 6

2. 1. 2. Sikap ……….. 7

2.2. Penyakit Jantung Koroner ……… 8

2. 2. 1. Definisi ……….. ……. 8

2. 2. 2. Epidemiologi ………... 9

2. 2. 3. Faktor Resiko dan Etiologi……….. 9

2. 2. 4. Patofisiologi Arteriosklerosis koroner………. 11

2. 2. 5. Manifestasi Klinis………. 13

2. 2. 6. Diagnosa dan Pemeriksaan……… 14

2. 2. 7. Pengobatan……… 16


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.. 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian……….. 21

3.2. Definisi Operasional………... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN……….. 24

4.1. Rancangan Penelitian………. 24

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 24

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………. 24

4.3.1. Populasi……… 24

4.3.2. Sampel………... 25

4.4. Metode Pengumpulan Data……… 25

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas……… 26

4.5 Metode Analisis Data……….. 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 5.1. Hasil Penelitian……… 28

5.1.1. Deskripsi Lokasi penelitian………. 28

5.1.2. Deskripsi Karekteristik Responden………. 29

5.1.3. Pengetahuan Responden Tentang PJK………. 30

5.1.4. Tingkat Pengetahuan Responden……… 33

5.1.5. Sikap Responden Tentang PJK……… 35

5.1.6. Tingkat Sikap Responden……… 36

5.2. Pembahasan……… 39

5.2.1. Pengetahuan……….. 39

5.2.2. Sikap………. 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 42

6.1. Kesimpulan………. 42


(10)

DAFTAR PUSTAKA……….. 43 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Distribusi Responden Berdasarkan Karekteristik 29

2 Distribusi Responden Berdasarkan Peringkat Umur 29

3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 30

4 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang PJK 32

5 Tingkat Pengetahuan Responden Secara Umum 33

6 Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 33

7 Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Peringkat Umur 34

8 Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 34

9 Distribusi Sikap Responden Tentang PJK 35

10 Tingkat Sikap Responden Secara Umum 36

11 Tingkat Sikap Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 36

12 Tingkat Sikap Responden Berdasarkan Peringkat Umur 37

13 Tingkat Sikap Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 38

14 Tingkat Sikap Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan 38


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Penjelasan Mengikuti Penelitian Lampiran 4 Inform Consent

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Lampiran 6 Surat Ethical Clearance Lampiran 7 Data Induk


(13)

ABSTRAK

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai darah ke otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak. Terdapat beberapa faktor memicu penyakit ini yaitu gaya hidup, faktor genetik, usia dan penyakit penyerta yang lain. Gejala khas dari PJK yaitu nyeri pada bagian dada seperti ditusuk benda tajam. Nyeri bisa menjalar ke lengan kiri, leher, rahang dan punggung. Nyeri ini bisa memburuk dengan melakukan aktivitas dan bisa hilang jika sedang istirehat. Di Indonesia, kasus PJK semakin sering ditemukan karena pesatnya perubahan gaya hidup.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal yang diwakili oleh setiap kepala keluarga /pasangannya atau orang dewasa dalam keluarga terhadap PJK. Jenis penelitian ini adalah penelitian cross-sectional. Saiz sampel pada penelitian ini adalah seramai 100 kepala keluarga dengan menggunakan accidental sampling.

Secara keseluruhan, hasil tingkat pengetahuan masyarakat terhadap PJK di Kelurahan Tanjung Rejo diketegorikan sedang yaitu sebesar 51% dan hasil tingkat sikap masyarakat berada pada kategori baik yaitu sebesar 78%.

Dari hasil uji tersebut maka diharapkan petugas pelayanan kesehatan dan departemen terkait dapat memberikan informasi mengenai PJK kepada masyarakat. Kata Kunci : PJK, pengetahuan, sikap


(14)

ABSTRACT

Coronary artery disease (CAD) is a condition in which plaque (plak) builds up inside the coronary arteries. These arteries supply your heart muscle with oxygen-rich blood. These plaque will narrowed or blocked the artery. There are a few factor cause CAD which is lifestyle, genetic factor, age and other disease that had in patient. A common symptom CAD is chest pain. You also may feel it in your shoulders, arms, neck, jaw, or back. This pain tends to get worse with activity and go away when you rest. Lately ,CAD is commonly case because of changing lifestyle.

The research objective is to know the level of knowledge and attitude towards CAD among the head of family/ spouse or adult in the family at Kelurahan Tanjung Rejo, Medan Sunggal District. This study is an observational research, where it belongs to the cross-sectional research. The number of sample is 100 head of family/spouse or adult in the family, taken by accidental sampling method.

Overall, the result of people’s knowledge in Kelurahan Tanjung Rejo towards CAD is 51% categorized as moderate. The result of attitude towards CAD is 78% categorized good.

As listed above, health providers and related department are expected to be able share CAD information.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di kebanyakan negara, termasuk Indonesia, penyakit jantung koroner (PJK) adalah pembunuh nomor satu. Penyakit yang terjadi karena penyempitan pembuluh darah koroner ini dipicu oleh banyak faktor. Gaya hidup tidak sehat adalah salah satu faktor yang memicu terjadinya penyakit ini. Menurut Prof Dr Dr Budhi Setianto SpJP, ahli penyakit jantung dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Slipi, Jakarta Barat, koroner adalah pembuluh darah atau arteri. Fungsinya adalah memberi makan otot jantung supaya jantung dapat berfungsi dengan baik (Patu I.,2009).

Penyakit jantung merupakan penyakit yang memiliki resiko kematian yang cukup tinggi, dan menyerang manusia dalam berbagai golongan umur. Saat ini penderita penyakit jantung cenderung meningkat. Penyakit jantung di Indonesia pada tahun 1999 menempati urutan ketiga sebagai penyakit penyebab kematian, dibawah penyakit diare dan stroke. Pada tahun tersebut, tercatat + 3.2% dari seluruh penyakit penyebab kematian adalah penyakit jantung. Dari jumlah tersebut, tercatat 86.942 pasien yang mengalami rawat inap, dengan angka kematian mencapai 14.437, atau sekitar 16,6% dari pasien yanng mengalami rawat inap tidak dapat tertolong. Di Jawa Tengah, penyakit jantung telah berkembang dan mengalami peningkatan. Jumlah penderita penyakit jantung didapati meningkat dari tahun ke tahun, yaitu secara berurutan tahun 2000 dan 2001, masing-masing berjumlah 20558, dan 29440 penderita, dengan peningkatan sebesar 0,43%. Menurut dr. Sudki Rifki selaku manajer Unit Pelayanan Jantung, di Jawa Tengah diperkirakan 5% penduduk perkotaan dan 3% penduduk pedesaan mengidap penyakit jantung, sehingga dapat diketahui jumlah penderita dari jumlah penduduk Jawa Tengah, yang saat ini mencapai 31,06 jiwa. Jumlah tersebut memberikan gambaran bahwa penyakit jantung dapat bertambah dengan cepat, apabila tidak diberikan pencegahan, berupa layanan informasi kesehatan jantung, maupun fasilitas kesehatan yang lengkap dan


(16)

memadai. Upaya-upaya yang dapat dilakukan misalnya dengan cara memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang pola hidup sehat, yaitu dengan menghindari kebiasaan merokok, membiasakan beolahraga, makan makanan yang bergizi dan menghindari makanan-makanan yang mengandung kolesterol tinggi.

Di Indonesia saat ini rumah sakit khusus yang menangani penyakit jantung hanya terdapat di Jakarta dengan kapasitas/daya tampung yang sangat terbatas, yaitu rumah sakit Jantung Harapan Kita, yang merupakan tempat rujukan tertinggi dalam hal pelayanan penyakit jantung. Menurut data yang ada, Rumah Sakit Jantung Harapan Kita memiliki kapasitas 210 tempat tidur (Johari M.,2003).

Kehadiran PJT (Pelayanan Jantung Terpadu) diharapkan dapat membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan pelayanan jantung.Hingga saat ini kapasitas pelayanan jantung di Indonesia baru mencakup 2% dari total kebutuhan. Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (PJT-RSCM). Terdapat penambahan fasilitas setiap tahun memungkinkan PJT-RSCM memberikan pelayanan lebih banyak dan lebih luas pada masyarakat. Dengan adanya peningkatan fasilitas tersebut, PJT-RSCM lebih representatif sehingga PJT-RSCM dapat lebih intensif dalam mensosialisasikan keberadaanya sebagai alternatif rujukan jantung (Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, 2010).

Penyakit jantung dan pembuluh darah dalam kata lain penyakit kardiovaskuler, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir menunjukkan kenaikan yang jelas. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan Departemen Kesehatan tahun 1986 menyatakan pada golongan umur 45 tahun ke atas penyakit kardiovaskuler menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian, sedangkan pada SKRT 1972 penyakit jantung masih menduduki urutan kesebelas. Begitu pula kekerapan penyakit jantung juga meningkat dari 5,2% sampai 6,3% (Rilantono L. I.,1996).

Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2004) kerjasama Promkes Depkes, Litbang dan BPS tahun 2004 hasilnya memprihatinkan. Tiga faktor resiko utama yang saling terkait sebagai penyebab penyakit tidak menular (PTM) seperti jantung, stroke yaitu kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, makan tidak seimbang, kegemukan, diet rendah serat/kurang buah dan sayur & tinggi kalori/lemak hewani


(17)

dan lain-lain terus meningkat.Persentase penduduk umur 15 tahun keatas tidak merokok 66% dibanding Susenas 2001 & 2003 menurun 2% berarti perokok naik. Begitupun pada tahun 2004 anak umur 10 tahun mulai merokok, puncaknya pada umur 15-19 th. 59,1%.Lebih dari 57% setiap rumah tangga mempunyai sedikitnya seorang perokok dalam rumahnya dan 91,8% mereka merokok dirumah. Saat ini terdapat +43 juta anak & Ibu sebagai perokok pasif. Perokok wanita 1,4% tahun 2001 menjadi 1,7% di tahun 2003 dan menjadi 4,5% tahun 2004.Sebagian besar 85% penduduk umur 15 tahun keatas kurang beraktivitas fisik dan hanya 6% penduduk yang cukup beraktivitas fisik untuk sehat. Penduduk wanita kurang beraktivitas fisik 87% lebih tinggi daripada laki-laki 83% diperkotaan lebih tinggi daripada pedesaan. Kelompok kurang gerak terdapat pada strata masyarakat berpendidikan lebih tinggi dan ekonomi yang baik. Sebagaimana kita sering singgung bahwa 43% dari jenis penyakit yang ada sekarang ini ada kaitannya dengan unsur kurang gerak. Susenas tahun 2004 mencatat hampir seluruh penduduk (99%) umur 15 tahun keatas kurang mengkonsumsi sayur dan buah dan hanya 1% saja yang cukup mengkonsumsi sayur dan buah. Yang memprihatinkan keadaan ini merata disemua propinsi, dimana kita tinggal dinegara agraris yang banyak sayur dan buah. Dan bagi mereka yang kurang mengkonsumsi sayur dan buah dari mereka yang berpengetahuan minimal (Yayasan Jantung Indonesia,2008).


(18)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan pertanyaan penelitian seperti berikut :

1. Bagaimana pengetahuan dan sikap masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo mengenai penyakit jantung koroner (PJK).

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Menilai pengetahuan dan sikap masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo mengenai penyakit jantung koroner (PJK).

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo mengenai penyakit jantung koroner (PJK).

2. Mengetahui sikap responden terhadap pengetahuan mengenai PJK. 1.4. Manfaat Penelitian

1. Peneliti dapat mempelajari proses melakukan penelitian dengan turun ke lapangan.

2. Sumber referensi untuk institusi pendidikan.

3. Referensi bagi puskesmas dalam menyusun strategi pemulihan terhadap resiko PJK.

4. Sebagai referensi dan menggiatkan peran petugas lainnya dalam upaya menurunkan angka kejadian dan kematian penyakit jantung koroner

5. Menyadarkan masyarakat bahwa pentingnya pengetahuan mengenai PJK dan mengaplikasikan pengetahuan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan dan Sikap

2.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindaran terhadap suatu objek tertentu. Pengindaran terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, penciuman, rasa, raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

a. Tahu (know)

Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secar benar tentang objek yang diketahui, dan daoat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks situasi yang lain.


(20)

d. Analisis (analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan denagn wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

2.1.2.Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan ‘pre-disposisi’ tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di


(21)

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek)

b. Merespons (responding)

Memberikan jawapan apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang yang menerima ide tersebut. c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap ketiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo,2007).

2.2. Penyakit Jantung Koroner 2.2.1. Definisi

Penyakit jantung koroner (PJK) sebagai salah satu bentuk dari penyakit jantung dan pembuluh darah, merupakan penyakit yang melibatkan gangguan pembuluh darah koroner, pembuluh darah yang menyuplai oksigen dan zat makanan pada jantung. Kelainan dapat berupa penyempitan pembuluh koroner yang disebabkan karena arterosklerosis. Arterosklerosis terjadi akibat penimbunan kolesterol, lemak, kalsium, sel-sel radang, dan material pembekuan darah (fibrin).


(22)

Timbunan ini disebut dengan plak. Terdapat dua macam plak yaitu plak stabil dan plak tidak stabil (vulnerable, rapuh) (Sukandi E., 2008).

2.2.2. Epidemiologi

Menurut data WHO (World Health Organization), sebanyak 17 juta orang meninggal setiap tahun oleh karena penyakit jantung dan pembuluh darah di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, sebanyak 79 orang menderita penyakit jantung dan pembuluh darah. Sekitar 2400 orang meninggal setiap hari karena penyakit ini (Sukandi E., 2008).

Jantung koroner adalah penyakit pembunuh nomor satu di Amerika Serikat (AS) yang menyerang baik lelaki maupun perempuan. Setiap tahun di AS, lebih dari setengah juta orang meninggal akibat penyakit jantung koroner (AsianBrain.com Content Team, 2008).

Penyakit jantung dan pembuluh darah yang terbanyak di Indonesia adalah penyakit jantung koroner, penyakit jantung reumatik, dan penyakit darah tinggi (hipertensi). Penyakit jantung koroner umumnya banyak didapat pada kelompok usia di atas 40 tahun dengan angka kekerapan sekitar 13%. Penyakit jantung reumatik banyak didapat pada kolompok masyarakat sosio-ekonomi rendah dengan angka prevalensi sekitar 3/1000 penduduk. Dari laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI didapatkan angka kekerapan penyakit darah tinggi pada golongan usia 45-54 tahun adalah 19,5%, yang meningkat menjadi 30,6 % diatas usia 55 tahun. Prevalensi penyakit jantung bawaan diperkirakan sebesar 6-8/1000 kelahiran hidup dan sepertiganya memerlukan penanganan dibawah usia 5 tahun (Rilantono L. I., 1996).

2.2.3. Faktor Resiko dan Etiologi

Faktor resiko ada yang dapat dimodifikasi dan ada yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang penting yang dapat dimodifikasi adalah merokok.hiperlipoproteinemia dan hiperkolesteromia, hipertensi, diabetes mellitus dan obesitas. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan penyakit arteriosklerosis.


(23)

Arteriosklerosis lebih banyak diderita oleh kaum pria dibandingkan dengan wanita, karena diduga faktor hormonal seperti estrogen melindungi wanita. Setelah menopause perbandingan wanita dengan pria yang menderita penyakit arteriosklerosis adalah sama.

Merokok dapat merangsang proses arteriosklerosis karena efek langsung terhadap dinding arteri. Karbon monoksid (CO) dapat menyebabkan hipoksia jaringan arteri, nikotin menyebabkan mobilisasi katekolamin yang dapat menambahkan reaksi trombosit dan menyebabkan kerusakan dinding arteri, sedang glikoprotein tembakau dapat menimbulkan reaksi hipersensititif dinding arteri.

Hiperlipoproteinemia tipe II menurut pembagian Frederickson merupakan ancaman bagi usia muda sedang pada usia lanjut adalah tipe IV (peninggiaan kolesterol dan trigliserida)

Hipertensi dengan tekanan darah diatas 160/95 mmHg dapat merangsang terjadinya arteriosklerosis karena tekanan tinggi ini dapat menjadi beban tekanan pada dinding arteri.

Diabetes mellitus menyebabkan gangguan lipoprotein (dyslipoproteinaemia). Ini diduga sebagai penyebab gangguan vaskuler berupa mikroangiopati. Arteriosklerosis yang dipercepat (accelerated atherosclerosis) merupakan komplikasi utama pada juvenile insulin dependent diabetes mellitus.

Kegemukan mungkin bukan faktor resiko yang berdiri sendiri, karena pada umumnya selalu diikuti oleh faktor resiko yang lain. Bahaya arteriosklerosis menjadi lebih besar jika ada kombinasi 2 atau 3 resiko (Kusmana D. dan Hanafi M., 1996).

Pria yang lingkar perutnya di atas 90 sentimeter dan wanita lebih dari 80 sentimeter mempunyai kecenderungan kuat terkena penyakit ini. ''PJK lebih banyak menyerang penduduk di wilayah Asia Pasifik jika dibandingkan kawasan lain. Ini karena penduduk negara-negara Asia Pasifik kurang berolahraga,'' papar Djoko (Siswono, 2005).

Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup panting karena termasuk faktor resiko utama PJK di samping hipertensi dan merokok. Kadar Kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari yang masuk dalam tubuh (diet). Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah


(24)

disamping diet adalah Keturunan, umur, dan jenis kelamin, obesitas, stress, alkohol, exercise. Beberapa parameter yang dipakai untuk mengetahui adanya resiko PJK dan hubungannya dengan kadar kolesterol darah yaitu Kolesterol Total, LDL Kolesterol, HDL Kolesterol, rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol dan kadar Trigliserida.

Perubahan angka kematian yang menyolok terjadi di Inggris dan Wallas . Korban serangan jantung terutama terjadi pada pusat kesibukan yang banyak mendapat stress.

Penelitian Supargo dkk ( 1981-1985 ) di FKUI menunjukkan orang yang stress 1 ½ kali lebih besar mendapatkan resiko PJK stress disamping dapat menaikkan tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah (Djohan T. B. A., 2004).

Studi kecil yang dilakukan peneliti dari Universitas California, dr. Andrew J. Fuligni dan rekan terhadap 69 siswa SMA menunjukkan, remaja yang mengalami banyak stres setiap harinya akan mengalami peningkatan protein tertentu dalam darah. Protein ini bisa menyebabkan peradangan kronis. Peradangan ini selanjutnya akan meningkatkan risiko penyakit jantung seiring dengan pertambahan usia. Dalam studi yang dipublikasikan di journal Psychosomatic Medicine ini, Fuligni dan rekan menekankan konsistensi hasil penelitian dengan sejumlah bukti yang mengaitkan stres dengan peningkatan peradangan.”Peradangan ini selanjutnya akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular,” terang meraka (Yayasan Jantung Indonesia, 2008).

2.2.4. Patofisiologi Arteriosklerosis Koroner

Pembuluh darah arteri seperti juga organ-organ lain dalam tubuh mengikuti proses umur (ketuaan) dimana terjadi proses yang karekteristik seperti penebalan lapisan intima, berkurangnya elastisitas penumpukan kalsium dan bertambahnya diameter lapisan intima. Perubahan ini terjadi terutamanya pada arteri-arteri besar yang disebut arteriosklerosis. Pembuluh koroner terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika intima (lapisan dalam), tunika media (lapisan tengah), dan tunika adventisia (lapisan luar).


(25)

Tunika intima terdiri dari 2 bagian. Lapisan tipis sel-sel endotel merupakan lapisan yang memberikan permukaan licin antara darah dan dinding arteri serta lapisan subendthelium. Sel-sel endotel ini memproduksikan zat-zat seperti prostaglandin, heparin dan activator plasminogen yang membantu mencegah agregasi trombosit dan vasokonstriksi. Selain itu endotel juga mempunyai daya regenerasi yang cepat untuk memelihara anti trombogenik arteri. Jaringan ikat menunjang lapisan endotel dan memisahkannya dengan lapisan yang lain. Tunika media merupakan lapisan otot di bagian tengah dinding arteri yang mempunyai 3 bagian : bagian sebelah dalam disebut membran elastis internal, kemudian jaringan fibrus otot polos dan sebelah luar membrane jaringan elastis eksterna. Lapisan tebal otot polos dan jaringan kolagen, memisahkan jaringan membran elastik interna dan yang terakhir ini memisahkan tunika media dengan adventisia. Tunika adventisia umumnya mengandung jaringan ikat dan dikelilingi oleh vasa vasorum yaitu jaringan arteriol.

Berdasarkan hasil otopsi mayat dalam bebagai usia didapati pada pembuluh koroner terlihat penonjolan yang diikuti dengan garis lemak (fatty streak) pada intima pembuluh yang timbul sejak umur di bawah 10 tahun. Garis lemak ini mula-mula timbul pada aorta dan arteri koroner. Pada umur 20 tahun ke atas garis lemak ini dapat terlihat hampir pada setiap orang. Garis lemak ini akan tumbuh menjadi fibrous plaque yiatu suatu penonjolan jaringan kolagen dan sel-sel nekrosis. Lesi padat, pucat dan bewarna kelabu disebut ateroma. Plak fibrus ini timbul pada umur tiga puluhan. Pada umur atas 40 tahun timbul lesi yang lebih kompleks dan timbul konsekuensi klinis seperti angina pektoris, infark miokard, dan mati mendadak (sudden death). Lesi kompleks terjadi apabila pada plak fibrus timbul nekrosis dan terjadi perdarahan thrombosis, ulserasi, kalsifikasi atau aneurisma.

Arteriosklerosis adalah suatu penyakit sistemik dan karena itu jarang timbul pada hanya satu pembuluh darah. Plak sering timbul pada tempat dimana terjadi turbulensi maksimum seperti pada percabangan, daerah tekanan tinggi, dan daerah yang pernah terkena trauma dimana terjadi deskuamasi endotel yang menyebabkan adhesi trombosit.


(26)

Dalam keadaan normal arteri koronaria dapat mengalirkan darah hampir 10% dari curah jantung per menit yaitu kira-kira 50-75ml darah per 100 gram miokard. Dalam keadaan stress atau latihan maka timbul aliran cadangan koroner (coronary flow reserve) dimana aliran koroner bisa sampai 240ml per 100 gram miokard. Pada keadaan stenosis maka aliran cadangan koroner dapat mempertahankan aliran basal (basal flow) di sebelah distal stenosis. Pada stenosis 70% atau lebih tetap saja aliran distal stenosis (distal flow) tidak mencukupi pada saat stress atau latihan, sehingga menyebabkan iskemia.

Kolateral adalah lintasan vaskularisasi (vascularization pathway) antara pembuluh arteri besar dengan cabang-cabangnya. Pembuluh prekolateral terdapat pada jantung terutama pada septum, apeks, crux kordis, dinding atrium paling banyak pada subendokard. Dengan timbulnya stenosis akibat arteriosklerosis maka pembuluh darah prekolateral akan dirangsang untuk melebar.

Ada 2 jenis kolateral ; yaitu kolateral intrakoroner dan interkoroner. Intrakoroner adalah anastomosis antara proksimal dan cabang distal pembuluh yang sama. Sedangkan kolateral interkoroner adalah anastomosis pembuluh koroner yang lain ke pembuluh koroner yang stenosis (Kusmana D. dan Hanafi M., 1996).

2.2.5. Manifestasi Klinis

Secara umum orang yang menderita PJK menujukkan gejala-gejala lemas, nyeri di dada kiri yang kemudian menjalar ke lengan kiri dan leher yang disertai kembung di perut. ''Jika Anda merasa masuk angin dengan disertai beberapa gejala tersebut, segera bawa ke dokter. Jangan remehkan masuk angin karena bisa jadi itu merupakan gejala jantung koroner,'' papar Djoko (Siswono, 2005).

Manifestasi klinis penyakit jantung koroner (PJK) bervariasi tergantung pada derajat aliran darah arteri koroner. Bila aliran koroner masih mencukupi kebutuhan jaringan, tidak akan timbul keluhan atau manifestasi klinis. Dalam keadaan normal, dimana arteri koroner tidak mengalami penyempitan atau spasme, peningkatan kebutuhan jaringan otot miokard dipenuhi oleh peningkatan aliran darah sebab aliran darah koroner dapat ditingkatkan samapi 5 kali dibandingkan saat istirehat, yaitu dengan cara meningkatkan frekuensi denyut jantung dan isi sekuncup seperti pada


(27)

saat melakukan aktifitas fisik bekerja atau olahraga. Mekanisme pengaturan aliran koroner mengusahakan agar pasok maupun kebutuhan jaringan tetap seimbang agar oksigenasi jaringan terpenuhi, sehingga setiap jaringan mampu melakukan fungsi secara optimal (Kusmana D. dan Hanafi M., 1996).

Gejala yang khas adalah dada terasa sakit atau nyeri dan seperti dutusuk benda tajam. Biasanya rasa sakit ini berlangsung sampai 20 menit. Rasa ini, nyeri, harus benar-benar diidentifikasi untuk mengetahui apakah rasa itu disebabkan oleh kelainan jantung atau oleh gangguan otot atau gangguan pada fungsi pernapasan.Nyeri dada jantung biasanya seperti dada ditindih benda berat dan terasa sakit pada tulang dada atau yang disebut dengan sternum. Rasa nyeri ini bisa menjalar hingga ke leher dan punggung bagian kanan dan kiri. "Sakit dada juga terjadi karena si pasien melakukan aktivitas seperti bekerja terlalu berat," jelasnya (Patu I., 2009).

Gejala-gejala penyakit jantung koroner adalah seperti dada terasa sakit dan menekan, pusing kepala berkepanjangan, dan merasa sekujur tubuhnya terbakar tanpa sebab yang jelas. Selain itu, terdapat juga keluhan di sekitar tulang dada dan leher. Tapi kebanyakan orang yang menderita penyakit jantung koroner tidak mengalami beberapa gejala tersebut. Tiba-tiba saja jantung si penderita bermasalah dan dalam kondisi kronis (AsianBrain.com Content Team, 2008).

2.2.6. Diagnosa dan Pemeriksaan

Seperti biasa bila diperiksa dokter, ia akan mulai bertanya (melakukan anemnesa) mulai dari keluhan anda sampai semua hal yang berkaitan dengan PJK. Keluhan yang terpenting adalah nyeri dada. Dokter akan bertanya cukup lengkap mengenai hal ini, seperti apakah nyerinya, kapan dirasakan, berapa lama, di dada sebelah mana, apakah menjalar.Nyeri dada yang dirasakan seperti ditindih beban berat, di-tusuk2, diremas, rasa terbakar adalah yang paling sering dilaporkan. Walaupun bisa saja dirasakan berbeda. Biasanya nyeri dirasakan di dada kiri dan menjalar ke lengan kiri. Setelah itu ditanyakan semua faktor risiko PJK, antara lain: apakah pasien merokok, menderita darah tinggi atau penyakit gula (diabetes), pernahkah memeriksakan kadar kolesterol dalam darah, dan adakah keluarga yang


(28)

menderita PJK. Setelah semua ditanya, dilakukan pemeriksaan fisik. Dimaksudkan untuk mengetahui kelainan jantung lain yang mungkin ada. Hal ini dilakukan terutama dengan menggunakan stetoskop.

Pemeriksaan Penunjang dilakukan tergantung kebutuhannya, beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasif sifatnya.Elektrokardiogram (EKG) merupakan pemeriksaan aktifitas listrik jantung, atau gambaran elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda. Dari foto rontgen dada dokter dapat melihat ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak bisa dilihat dari foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya, biasanya jantung terlihat membesar. Pemeriksaan Laboratoriumdapat dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah dan trigliserida sebagai faktor risiko. Dari Pemeriksaan darah juga dapat diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung. Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan, biasanya dokter jantung/kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi perubahan gambaran EKG saat aktifitas, yang member petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal. Dari hasil treadmill ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita PJK. Pemeriksaan yang merupakan ‘gold standard’ adalah kateterisasi jantung. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam slang seukuran ujung lidi. Slang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alat rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian


(29)

disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh koroner (Arief I., 2007).

2.2.7. Pengobatan

Ada beberapa jenis obat yang biasanya diberikan kepada penderita penyakit jantung koroner ini. Pertama adalah golongan statin. Obat ini berfungsi menurunkan kadar lemak darah dengan mencegah pembentukan kolesterol terutama kolesterol jahat atau low density lippoprotein (LDL). "Obat ini juga mempunyai efek pleotropik yaitu mengurangi inflasi plak agar tidak mudah pecah. Apabila plak pecah, bisa terjadi serangan jantung,” terang dr Budhi. Statin ini hanya diminum sekali dalam sehari. Biasanya pada malam hari untuk jangka waktu yang panjang. Efek samping obat ini adalah terjadinya gangguan hati. "Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati secara berkala. Setelah beberapa bulan pemakaian, biasanya otot terasa nyeri," sambungnya. Kedua, asetosal. Asetosal berfungsi menghambat pengumpulan keping darah atau trombosit dan mencegah serangan jantung sampai 20 persen. Tapi asetosal ini tidak bisa dikonsumsi pasien yang menderita sakit lambung. Sebagai gantinya, bisa diberikan clopidrogel yang dikonsumsi selama 1 bulan sampai setahun. Obat lain yang bisa diberikan adalah penyekat beta. "Obat ini berfungsi menurunkan denyut jantung dan melebarkan koroner atau vasodilatasi," imbuh dr Budhi. Tapi penderita asma, penderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), atau dengan blok irama jantung tidak boleh mengonsumsi obat ini. Sebagai gantinya, bisa diberikan golongan antagonis kalsium seperti diltiazem. Obat lain yang juga diberikan adalah penghambat enzim pengubah angiotensinogen. Obat ini mencegah perubahan struktur dan mengurangi beban jantung. "Pemberian enzim pengubah angiotensinogen itu sendiri dalam jangka panjang dan mempunyai efek samping yaitu si pasien mengalami gangguan batuk dan bisa diganti dengan golongan penghambat reseptor angiotensin," jelasnya (Patu I., 2009).


(30)

Obat diuretik berkhasiat meningkatkan pengeluaran garam dan air lewat urine sehingga mengurangi jumlah cairan dalam sirkulasi sekaligus menurunkan tekanan darah. Obat digitalis berfungsi menambah kekuatan kontraksi otot jantung, sehingga memperbaiki fungsi kerja jantung. Obat ini sering dipakai juga sebagai antiaritmia. Obat antihipertensi, bekerja melebarkan pembuluh darah/ merelaksasikan otot halus arteri. Yang paling populer adalah obat-obatan antiplatelet (aspirin), berfungsi mengencerkan darah (Gwaspada, 2006).

Bila keluhan sakit menetap labih dari 48 jam, angiografi koroner diperlukan untuk penanganan lebih lanjut. Bila sakit menghilang, penderita harus dipertimbangkan untuk angiografi koroner efektif. Pengobatan awal terdiri dari nitrat atau antagonis kalsium. Ini dapat mengurangi preload, afterload dan spasme. Penggunaan penghambat beta agak controversial, karena dapat menyebabkan vasokonstriksi.

Penggunaaan antikoagulan harus dipertimbangkan kalau tidak ada kontraindikasi. Tergantung dari hasil angiodrafi apakah perlu intervensi angioplasti atau operasi pintas koroner.

Penderita-penderita dengan penyakit jantung koroner lebih dari dua (multi vessel coronary artery disease), pembuluh darah koroner kiri utama pembuluh darah koroner dimana tidak dapat dilakukan angioplasti transluminal koroner perkutan (PTCA) merupakan indikasi operasi pintas koroner (OPK). Hasil Coronary Artery Surgical Study, VA Cooperative Study dan European Coronary Surgical Study bila diinterpretasi dengan tepat menunjukkan bahwa pasien iskemia miokard yang disebabkan 3 pembuluh darah koroner, pembuluh darah koroner, pembuluh darah koroner kiri utama dan arteri koronaria desenden sinistra bagian proksimal sebagai bagian dari 2 stenosis pembuluh darah koroner, harapan hidupnya lebih panjang dengan pembedahan daripada hanya dengan pengobatan saja (Hanafiah A., 1996).

Kini juga dikenal off pump bypass surgery, yaitu tindakan bedah jantung tanpa menggunakan bantuan mesin jantung paru. Penanaman graft dilakukan pada jantung yang masih berdenyut (beating heart). Teknik ini dapat mengurangi biaya operasi, mempersingkat masa rawat inap dan mengurangi trauma, maupun


(31)

komplikasi akibat bedah. Namun manfaatnya masih memerlukan evaluasi jangka panjang.

Pemilihan terapi PJK bergantung pada beberapa hal, seperti lokasi dan karakter penyempitan, jumlah pembuluh darah yang terlibat, fungsi jantung, adanya penyakit penyerta, usia, dan juga biaya. Masing-masing tindakan terbukti meningkatkan harapan dan kualitas hidup penderita PJK. Kekhawatiran risiko masing masing tindakan intervensi dapat dipahami, tetapi risiko itu telah jauh lebih kecil dibandingkan masa- masa sebelumnya (Gwaspada, 2006).

2.2.8. Pencegahan

Untuk mencegah PJK, ada beberapa hal yang bisa dilakukan seperti mengamalkan pola makan yang sehat. Jauhilah makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi, seperti junk food (makanan tak sehat karena mengandung lemak dan gula berlebihan).Jauhi stres.Hindarilah merokok.Perbanyak aktivitas fisik, seperti olahraga dan aktivitas lainnya (Siswono, 2005).

Sebaiknya sejak muda kita menghindari makanan-makanan berlemak seperti lemak hewan. Lemak hewan ini sangatlah jenuh dan sebaiknya digantikan dengan lemak tumbuhan yang tidak berbahaya. Malahan lemak tumbuhan dapat menurunkan kadar kolestrol dalam darah dan jika kita sering berolahraga dan tidak memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan kita terkena penyakit jantung koroner ini sangatlah kecil (Brittlate, 2007).

Kelompok yang beranggotakan Kenneth Mukamal dari Beth Israel Deaconess Medical Center, Boston, menulis dalam Journal of Internal Medicine edisi September 2009, bahwa rutin mengonsumsi coklat, minimal dua kali seminggu, memangkas risiko meninggal akibat serangan jantung sebanyak tiga kali lipat. Penelitian yang dikepalai oleh Imre Janszky dari Karolinska Institute itu adalah studi pertama yang berhasil membuktikan efektivitas cokelat dalam mengurangi risiko meninggal bagi responden yang sudah pernah mengalami infarksi miokardial akut, atau serangan jantung (Arief I, 2007).


(32)

Untuk mengurangi risiko penyakit jantung, ada beberapa langkah yang dapat diambil dan tak pernah ada kata terlambat untuk melakukan langkah-langkah positif ini demi kesehatan. Disarankan setiap hari melakukan olahraga selama 30 menit. Lakukan aktivitas ini secara intensif agar mendapatkan manfaat kesehatannya. Intensitas dalam olahraga mengacu pada seberapa kuat kita mendorong diri sendiri melakukan aktivitas. Tidak perlu terlalu memaksakan diri untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari aktivitas fisik. aktivitas fisik bisa berupa aktivitas aerobik atau anaerobik. Aktivitas aerobik mengacu pada aktivitas yang meningkatkan denyut jantung yang konstan dengan jangka waktu yang panjang. Aktivitas ini melibatkan gerakan massa yang menggunakan otot besar seperti berenang, berjalan, mendayung, bersepeda atau hiking. Aktivitas anaerobik mengacu pada latihan ketahanan dan dapat dilakukan dengan menggunakan bobot atau berat badan. Saat melakukan aktivitas anaerobik, sangat dianjurkan untuk berisitarahat diantara waktu latihan. aktivitas fisik harus dilakukan selama paling sedikit 30 menit setiap harinya. Aktivitas ini tidak termasuk periode pemanasan dan pendinginan (Yayasan Jantung Indonesia, 2008).

Dalam upaya mencegah penyakit jantung, diadakan aktivitas dalam rangkaian memperingati Hari Jantung Sedunia 2009, Yayasan Jantung Indonesia bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita serta Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI menyelenggarakan acara Sepeda Sehat dengan tema: Work With Heart – Bekerja dengan Jantung Sehat. Pentingnya kampanye peringatan bahaya penyakit jantung dan pembuluh darah sekaligus perayaan ulang tahun Yayasan Jantung Indonesia (YJI) digelar dengan cara yang menarik lewat sebuah pagelaran busana yang menampikan karya perancang ternama tanah air, Harry Darsono. Sebagai wujud peran aktif YJI pada kampanye Go Red for Women (Perempuan, Waspadalah) atas peringatan kepada kaum perempuan terhadap bahaya penyakit jantung dan pembuluh darah, YJI bekerjasama dengan Femina Group menggelar peragaan busana di Pacific Place, 17 November yang lalu (Yayasan Jantung Indonesia, 2008).


(33)

Pengetahuan - jenis kelamin -tingkat pendidikan - umur

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo terhadap PJK.

3.2. Definisi Operasional

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindaran terhadap suatu objek tertentu. Pengindaran terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan ‘pre-disposisi’ tindakan atau perilaku. Sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Pengetahuan dan sikap diukur dengan hasil jawaban kuesioner dengan skala nominal. Jenis kelamin merupakan petanda gender seseorang yaitu laki-laki dan perempuan diukur secara nominal. Tingkat pendidikan diambil dari tingkat pendidikan terakhir responden dan diukur secara nominal. Umur adalah usia responden yang mengikuti penelitian dikelompokkan menjadi 15-19 tahun, 20-24

Sikap - jenis kelamin -tingkat

pendidikan - umur Penyakit jantung


(34)

tahun, 25-29 tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun, 40-44 tahun dan >45 tahun. Skala umur responden diukur secara ordinal

Responden yang mengikuti penelitian ini adalah orang tua di Kelurahan Tanjung Rejo, Medan yang dapat diwakilkan kepala keluarga atau pasangannya yang ada ketika peneliti ke sana. 23 pertanyaan yang perlu dijawab oleh responden mencakup pengetahuan dan sikap yaitu 13 pertanyaan mengenai pengetahuan dan 10 pertanyaan mengenai sikap.

Pengetahuan yang diteliti sejauh mana pengetahuan masyarakat yang diwakili oleh kepala keluarga tentang apa yang dimaksudkan oleh PJK, faktor resiko PJK, umur yang rentan terhadap PJK, dan gejala PJK. Cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Untuk skor pengetahuan mengenai PJK, diberi bobot 1 pada jawaban yang benar atau jawaban ‘YA’ dan 0 pada jawaban yang salah dan menjawab ‘TIDAK’. Pada pertanyaan bagian pengetahuan nombor 1 , 4 dan 6, skor diberikan pada berdasarkan jawaban A=0, B=1, dan C=2 . Pada pertanyaan nombor 2, nilai bobot tertinggi adalah 6 jika semuanya dicontreng pada kotak tersebut. Pada pertanyaan nombor 6, skor juga berdasarkan jawaban : A=3, B=2, dan C=1. Pengetahuan responden dikatakan baik jika jumlah skor ≥17, sedang apabila jumlah skor 9-16 dan pengetahuan kurang apabila jumlah skor ≤8

Sikap yang dinilai yaitu tanggapan atau reaksi responden terhadap PJK. Data diambil dengan menggunakan kuesioner. Sikap juga dinilai menggunakan teknik scoring. Tiap jawaban ‘YA’ diberikan bobot 1 dan jawaban ‘TIDAK’ diberikan bobot 0. Sikap responden dikatakan baik jika jumlah skor ≥ 8 , sedang apabila 4-7, dan kurang apabila ≤3

Semua variabel yaitu pengetahuan dan sikap diukur dengan menggunakan sistem skor. Penilaian dibagikan kepada tingkat baik, sedang, dan kurang. Pengukuran skor menggunakan skala berikut :

a. Baik, apabila jawaban responden benar 75% dari nilai tertinggi


(35)

(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo mengenai PJK. Penelitian ini menggunakan cross sectional study.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Kelurahan Tanjung Rejo, Medan pada Agustus - Oktober 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi : Seluruh masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo, Medan pada Mei-Oktober 2010 yang dapat diwakilkan kepada kepala keluarga/ pasangannya/ orang dewasa yang berjumlah 8251 keluarga.

Subjek yang diteliti : Sebagian dari populasi kepala keluarga di kelurahan Tanjung Rejo, Medan yang dapat diwakilkan kepala keluarga/ pasangannya/ orang dewasa dalam keluarga

Kriteria Inklusi :

1) Kepala keluarga /pasangannya/ orang dewasa dalam keluarga yang tinggal di Kelurahan Tanjung Rejo

2) Bersedia mengikut i penelitian. Kriteria Eksklusi :


(37)

4.3.2. Sampel

Dalam menentukan besarnya sampel, saya menggunakan metode pengambilan sampel secara accidental sampling dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia.

Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah, dimana tingkat ketepatan relative adalah 10% (Notoadmodjo, 2007)

n= N dimana : d= 0,1

(1+N (d²) N= 8251

= 8251

(1+ 8251 (0,1²) n≈100

Keterangan: N= Besar populasi n= Besar sampel

d= Tingkat kepercayaan /ketepatan yang diinginkan 4.4. Metode Pengumpulan Data

Peneliti meminta izin kepada lurah Tanjung Rejo dan pihak terkait untuk melakukan penelitian di Kelurahan tersebut. Jumlah penduduk Tanjung Rejo diambil dari data kantor lurah Tanjung Rejo. Responden pada penelitian ini adalah orangtua atau orang dewasa di Kelurahan Tanjung Rejo. Responden diminta mengisi kuesioner mengenai pengetahuan dan sikap, mengenai PJK. Untuk responden yang tidak bisa baca atau tidak memahami, peneliti membacakan pertanyaan dalam kuesioner yang kemudian dijawab secara lisan oleh responden. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari data kuesioner. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pemerintah setempat Kelurahan Tanjung Rejo.


(38)

4.4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas untuk kuesioner yang digunakan sebagai instrument pengumpulan data, telah dijalankan di lokasi yang berlainan dengan lokasi penelitian yaitu di Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan-Sunggal, Sumatera Utara. Sampel terdiri daripada 10 orang yang mempunyai karekteristik yang sama dengan responden yaitu kepala keluarga atau orang dewasa. Tujuan dari uji validitas ini adalah untuk mengetahui kesesuaian dan ketepatan bahasa khususnya perkataan dan struktur ayat dalam kuesioner supaya dapat dipahami oleh reponden yang terlibat.

Uji reliabilitas telah dilakukan untuk melihat indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Kuesioner yang digunakan seharusnya memiliki kemampuan untuk membrerikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dapat dilakukan apabil a seluruh butir pertanyaan dinyatakan telah valid.

Variabel

Nomor pertanyaan

Total Pearson

Correlation Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,766 Valid 0,755 Reliabel

2 0,740 Valid Reliabel

3 0,740 Valid Reliabel

4 0,888 Valid Reliabel

5 0,683 Valid Reliabel

6 0,740 Valid Reliabel

7 0,821 Valid Reliabel

8 0,740 Valid Reliabel

9 0,740 Valid Reliabel

10 0,766 Valid Reliabel

11 0,821 Valid Reliabel

12 0,766 Valid Reliabel

13 0,821 Valid Reliabel

Sikap 1 0,998 Valid 0,996 Reliabel

2 0,998 Valid Reliabel

3 0,998 Valid Reliabel

4 0,998 Valid Reliabel

5 0,998 Valid Reliabel

6 0,839 Valid Reliabel


(39)

8 0,998 Valid Reliabel

9 0,998 Valid Reliabel

10 0,998 Valid Reliabel

4.5. Metode Analisis Data

Data dari setiap pewawancaraan akan diperiksa oleh peneliti di lapangan. Setiap ketidaklengkapan informasi diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Data yang lengkap dari kuesioner tersebut dimasukkan ke dalam komputer. Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan program SPSS 17,0 yang dianalisa secara statistik analitik dan disajikan bentuk tabel distribusi frekuensi.


(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kelurahan Tanjung Rejo berada dalam Kecamatan Medan Sunggal, Medan, Sumatera Utara. Kelurahan ini mempunyai luas permukaan sebesar 344 Ha. Terdapat 24 lingkungan dan 16 buah pos kamling dengan jumlah penduduk seramai 28.646 orang, dimana jumlah laki-laki adalah 11.861 dan perempuan adalah sebanyak 16.785. Terdapat 25 orang penduduk di kelurahan ini mengalami cacat fisik yaitu tuna netral.

Pendidikan tertinggi penduduk di kelurahan ini adalah S-3 yaitu sebanyak 74 orang, diikuti dengan S-2 sebanyak 361 orang, S-1 sebanyak 970 orang dan lain-lainnya. Jumlah penduduk yang belum sekolah adalah sebanyak 3.887 orang.

Agama yang dianut oleh penduduk di kelurahan ini adalah Islam sebanyak 16.921 orang. Kristen sebanyak 6.439 orang, Katholik sebanyak 1.875 orang, Hindu sebanyak 2.474 orang dan Budha sebanyak 973 orang. Etnis terbanyak di kelurahan ini adalah dari suku jawa, diikuti dengan Batak, Aceh, Cina, India dan lain-lain.

Mata pencarian pokok penduduk di sini paling banyak adalah sebagai pedagang yaitu sebanyak 5.497 orang, diikuti dengan buruh/swasta sebanyak 4.271 orang, tukang kayu sebanyak 1.035 orang dan sebagainya. Jumlah tenaga dengan jumlah ibu rumah tangga sebanyak 675 orang dan penduduk yang masih sekolah sebanyak 4.223 orang.

Terdapat 4 buah TK, 11 buah SD/sederajat, 1 buah SLTP/sederajat, 1 buah SLTA/sederajat, dan 2 buah perguruan tinggi. Di kelurahan ini juga tersedia 13 buah mesjid, 4 buah langgar/surau/mushola, 7 buah gereja Kristen dan 2 buah gereja


(41)

katholik. Selain itu, terdapat juga prasarana olahraga seperti lapangan sepak bola sebanyak 2 buah, lapangan bulu tangkis 1 buah dan lapangan voli sebanyak 2 buah.

5.1.2. Deskripsi Karekteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 45 45

Perempuan 55 55

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 55 orang (55%) berbanding laki-laki sebanyak 45 orang (45%).

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Peringkat Umur

Peringkat Umur (tahun) n %

15-19 4 4

20-24 26 26

25-29 13 13

30-34 19 19

35-39 15 15

40-44 13 13

>45 10 10

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa responden yang paling banyak terdiri dari peringkat umur 20-24 tahun yaitu sebanyak 26 orang (26%) diikuti peringkat umur 30-34 tahun sebanyak 19 orang (19%) , 35-39 tahun sebanyak 15 orang (15%) , 25-29 tahun sebanyak 13 orang (13%) , 40-45 tahun juga 13 orang (13%) dan paling sedikit yaitu responden dari peringkat umur >45 tahun yaitu sebanyak 10 orang (10%).


(42)

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan n %

SD 6 6

SMP 9 9

SMA/ sederajat 71 71

D1/ sederajat 9 9

S1/ sederajat 5 5

Jumlah 100 100

Tabel 3 menunjukkan distribusi frekuensi karekteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, diketahui kelompok terbesar adalah SMA/ sederajat yaitu 71 orang (71%) dan kelompok paling sedikit adalah S1/ sederajat sebanyak 5 orang (5%).

5.1.3. Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Jantung Koroner

Berdasarkan tabel 4 di halaman 32, terlihat bahwa pengetahuan responden tinggi pada pertanyaan mengenai cara pemakanan dengan menghindari makanan berlemak yaitu sebesar 99 orang (99%) , namun memiliki pengetahuan yang kurang mengenai cara yang tepat memastikan jantung sehat yaitu sebanyak 7 (7%).

Berdasarkan pengetahuan responden tentang maksud PJK diketahui bahwa sebanyak 35 orang (35%) menjawab dengan benar dan 65 orang (65%) menjawab kurang tepat.

Berdasarkan penelitian pengetahuan responden mengenai sumber ketahui PJK, diketahui 27 orang (27%) menjawab melalui 1 sumber, 40 orang (40%) menjawab melalui 2 sumber, 24 orang (24%) menjawab melalui 3 sumber, 7 orang (7%) menjawab melalui 4 sumber, 1 orang (1%) melalui 5 sumber dan 1 orang (1%) menjawab melalui 6 sumber.

Pertanyaan mengenai faktor merokok menyebabkan PJK, diketahui 99 orang (99%) menjawab benar dan 1 orang (1%) menjawab tidak benar.


(43)

Pertanyaan mengenai umur berisiko untuk mendapat PJK, didapatkan 79 orang (79%) menjawab dengan benar dan 21 orang (21%) menjawab dengan kurang tepat.

Berdasarkan penelitian pengetahuan responden mengenai cara pemakanan yang bisa terhindar dari risiko PJK, diketahui 100 orang (100%) menjawab benar. Pertanyaan mengenai cara memastikan jantung sehat, didapatkan 7 orang (7%) menjawab dengan benar, 88 orang (88%) menjawab dengan kurang tepat dan 5 orang (5%) menjawab dengan salah.

Pertanyaan mengenai gejala yang sering pada PJK, didapatkan 83 orang (83%) menjawab dengan tepat, 15 orang (15%) menjawab dengan kurang tepat dan 2 orang (2%) menjawab dengan salah.

Berdasarkan penelitian pengetahuan responden mengenai apa itu penyakit kencing manis atau Diabetes Mellitus, didapatkan 94 orang (94%) menjawab ya dan 6 orang (6%) menjawab tidak.

Pertanyaan mengenai risiko pasien DM untuk mendapat PJK, didapatkan 79 orang (79%) menjawab dengan benar dan 21 orang (21%) menjawab salah.

Berdasarkan penelitian pengetahuan responden mengenai olahraga dapat meningkatkan mutu kesehatan jantung, didapatkan 96 orang (96%) menjawab benar dan 4 orang (4%) menjawab tidak benar.

Berdasarkan penelitian pengetahuan responden tentang stress yang memicu kepada PJK, diketahui 99 orang (99%) menjawab dengan benar dan 1 orang (1%) menjawab dengan salah.

Pertanyaan mengenai konsumsi garam boleh menyebabkan hipertensi, didapatkan 66 orang (66%) menjawab benar dan 34 orang (34%) menjawab salah. Berdasarkan penelitian pengetahuan responden mengenai orang yang obese lebih rentan mendapat PJK, diketahui 92 orang (92%) menjawab benar dan 8 orang (8%) menjawab salah.


(44)

Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Penyakit Jantung koroner

No Pertanyaan

Skor

0 1 2 3 4 5 6

n % n % n % n % n % n % n % 1 Maksud

PJK * * 65 65 35 35 * * * * * * * * 2 Sumber

tahu PJK * * 27 27 40 40 24 24 7 7 1 1 1 1 3 Faktor

merokok 1 1 99 99 * * * * * * * * * * 4 Umur

berisiko * * 21 21 79 79 * * * * * * * * 5 Cara

pemakanan 0 0 100 100 * * * * * * * * * * 6 Jantung

sehat * * 5 5 88 88 7 7 * * * * * * 7 Gejala PJK 2 2 15 15 83 83 * * * * * * * * 8 Diabetes

Mellitus 6 6 94 94 * * * * * * * * * * 9 Risiko DM 21 21 79 79 * * * * * * * * * * 10 Olahraga 4 4 96 96 * * * * * * * * * * 11 Faktor

stress 1 1 99 99 * * * * * * * * * * 12 Konsumsi

garam 34 34 66 66 * * * * * * * * * * 13 Faktor

obese 8 8 92 92 * * * * * * * * * * * skor tidak digunakan


(45)

5.1.4. Tingkat Pengetahuan Responden

Berdasarkan tabel 5, sebanyak 49 orang (49%) mempunyai pengetahuan yang baik dan 51 orang (51%) berpengetahuan sedang.

Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Responden Secara Umum

Tingkat Pengetahuan n %

Baik 49 49

Sedang 51 51

Kurang 0 0

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 6 di bawah , daripada 45 orang responden laki-laki, sebanyak 24 orang (53.3%) berpengetahuan baik dan 21 orang (46.7) berpengetahuan sedang. Manakala daripada 55 orang responden perempuan, didapati 25 orang (45.5%) berpengetahuan baik dan 30 orang (54.5%) berpengetahuan sedang.

Tabel 6. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Jumlah

jenis kelamin

laki-laki n 24 21 0 45

% 53.3 46.7 0 100

perempuan n 25 30 0 55

% 45.5 54.5 0 100

Jumlah n 49 51 0 100

% 49 51 0 100

Berdasarkan tabel 7 di halaman 34, diketahui bahwa tingkat pengetahuan paling banyak dikategori baik terdapat pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebanyak 3 orang (75%) dan pengetahuan dikategori sedang adalah kelompok 20-24 tahun yaitu sebanyak 18 orang (69.2%).


(46)

Tabel 7. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Peringkat Umur

Tingkat Pengetahuan

Jumlah

Baik Sedang Kurang

umur responden

15-19 n 3 1 0 4

% 75 25 0 100

20-24 n 8 18 0 26

% 30.8 69.2 0 100

25-29 n 5 8 0 13

% 38.5 61.5 0 100

30-34 n 12 7 0 19

% 63.2 36.8 0 100

35-39 n 8 7 0 15

% 53.3 46.7 0 100

40-44 n 8 5 0 13

% 61.5 38.5 0 100

>45 n 5 5 0 10

% 50 50 0 100

Jumlah n 49 51 0 100

% 49 51 0 100

Tabel 8. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Jumlah

Baik Sedang Kurang

Tingkat pendidikan

SD n 3 3 0 6

% 50 50 0 100

SMP n 3 6 0 9

% 33.3 66.7 0 100 SMA/

sederajat

n 33 38 0 71

% 46.5 53.5 0 100

D1/ sederajat n 6 3 0 9

% 66.7 33.3 0 100

S1/ sederajat n 4 1 0 5

% 80 20 0 100

Jumlah n 49 51 0 100


(47)

Berdasarkan tabel 8 di halaman 34, tingkat pengetahuan baik paling banyak adalah responden yang mempunyai tingkat pendidikan S1/ sederajat yaitu sebanyak 4 orang (80%). Tingkat pengetahuan sedang paling banyak adalah responden yang mempunyai tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 6 orang (66.7%).

5.1.5. Sikap Responden Tentang Penyakit Jantung Koroner

Tabel 9. Distribusi Sikap Responden Tentang Penyakit Jantung Koroner

Jawaban responden

No Pertanyaan Benar Salah

n % n %

1 Merokok 78 78 22 22

2 Diet seimbang 87 87 13 13

3 Berolahraga 71 71 29 29

4 Gaya hidup sehat 89 89 11 11

5 Berobat 94 94 6 6

6 Peran ketua keluarga 93 93 7 7

7 Kampanye Jantung Sehat 88 88 12 12

8 Obese 61 61 39 39

9 Pemeriksaan berkala 86 86 14 14

10 Kontrol DM 84 84 16 16

Berdasarkan tabel 9 di atas , pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan memberikan sikap yang benar adalah sikap responden terhadap kapan perlu berobat ke dokter yaitu sebanyak 94 orang (94%). Pertanyaan yang paling sedikit dijawab dengan memberikan sikap benar adalah sikap perlu mengamalkan pola hidup sehat jika tidak obese yaitu sebanyak 61 orang (61%).


(48)

5.1.6. Tingkat Sikap Responden

Tabel 10. Tingkat Sikap Responden Secara Umum

Tingkat Sikap n %

Baik 78 78

Sedang 19 19

Kurang 3 3

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 10, sebanyak 78 orang (78%) bersikap baik, 19 orang (19%) bersikap sedang dan 3 orang (3%) bersikap kurang.

Tabel 11. Tingkat Sikap Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tingkat Sikap

Jumlah

Baik Sedang Kurang

Jenis Kelamin

Laki-laki n 32 12 1 45

% 71.1 26.7 2.2 100

Perempuan n 46 7 2 55

% 83.6 12.7 3.6 100

Jumlah n 78 19 3 100

% 78 19 3 100

Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa daripada 45 orang responden laki-laki, 32 orang (71.1%) bersikap baik, 12 orang (26.7%) bersikap sedang dan 1 orang (2.2%) bersikap kurang. Manakala daripada 55 orang responden perempuan, 46 orang (83.6%) bersikap baik, 7 orang (12.7%) bersikap sedang dan 2 orang (3.6%) bersikap kurang.


(49)

Berdasarkan tabel 12, didapati responden mempunyai sikap yang baik paling banyak adalah pada kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 4 orang (100%). Sikap responden sedang paling banyak pada kelompok umur >45 tahun yaitu sebanyak 3 orang (30%). Sikap responden kurang adalah pada kelompok umur 20-24 tahun dan 25-29 tahun

Tabel 12. Tingkat Sikap Responden Berdasarkan Peringkat Umur

Tingkat Sikap

Jumlah

Baik Sedang Kurang

umur responden

15-19 n 4 0 0 4

% 100 0 0 100

20-24 n 19 5 2 26

% 73.1 19.3 7.7 100

25-29 n 10 2 1 13

% 76.9 15.4 7.7 100

30-34 n 16 3 0 19

% 84.2 15.8 0 100

35-39 n 12 3 0 15

% 80 20 0 100

40-44 n 10 3 0 13

% 76.9 23.1 0 100

>45 n 7 3 0 10

% 70 30 0 100

Jumlah n 78 19 3 100

% 78 19 3 100

Berdasarkan tabel 13 di halaman 38, diketahui responden yang mempunyai tingkat pendidikan SMP paling banyak bersikap baik yaitu sebanyak 8 orang (88.9%). Responden yang mempunyai tingkat pendidikan SD paling banyak bersikap sedang dan responden yang mempunyai tingkat pendidikan SMA bersikap kurang yaitu sebanyak 3 orang (4.2%)


(50)

Tabel 13. Tingkat Sikap Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Sikap

Jumlah

Baik Sedang Kurang

tingkat pendidikan

SD n 3 3 0 6

% 50 50 0 100

SMP n 8 1 0 9

% 88.9 11.1 0 100

SMA/ sederajat

n 57 11 3 71

% 80.3 15.5 4.2 100

D1/ sederajat n 6 3 0 9

% 66.7 33.3 0 100

S1/ sederajat n 4 1 0 5

% 80 20 0 100

Jumlah n 78 19 3 100

% 78 19 3 100

Tabel 14. Tingkat Sikap Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tingkat Sikap

Jumlah Baik Sedang Kurang

Tingkat Pengetahuan

Baik n 43 5 1 49

% 87.8 10.2 2 100

Sedang n 35 14 2 51

% 68.6 27.5 3.9 100

Jumlah n 78 19 3 100

% 78 19 3 100

Berdasarkan tabel 14, diketahui responden yang mempunyai tingkat sikap yang baik mempunyai tingkat pengetahun yang baik yaitu sebanyak 43 orang (87.8%). Tingkat sikap yang sedang paling banyak pada responden dengan tingkat pengetahun sedang yaitu sebanyak 14 orang (27.5%). Tingkat sikap kurang paling banyak adalah pada responden dengan tingkat pengetahuan sedang.


(51)

5.2. Pembahasan 5.2.1. Pengetahuan

Berdasarkan analisa tingkat pengetahuan responden, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo mempunyai pengetahuan yang sedang tentang Penyakit Jantung Koroner. Pada penelitian ini didapati bahwa daripada 100 orang responden terdapat 49 orang (49%) yang mempunyai pengetahuan yang baik. Hal ini mungkin karena responden kurang terpapar kepada informasi mengenai PJK. Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, pendidikan, media dan keterpaparan informasi.

Berdasarkan tingkat pengetahuan responden mengikut kelompok jenis kelamin, didapati perempuan mempunyai pengetahuan yang baik berbanding laki-laki yang mempunyai pengetahuan yang sedang terhadap PJK. Hal ini mungkin karena laki-laki lebih peka terhadap PJK berbanding perempuan akibat dari epidemiologi yang menyatakan lelaki lebih rentan untuk mendapat PJK disebabkan faktor hormon. Menurut Anwar B.T. (2004), laki-laki mempunyai risiko PJK dua hingga tiga kali lebih besar daripada perempuan. Angka kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi daripada perempuan akan tetapi setelah menopause hampir tidak didapatkan perbedaan dengan laki-laki.

Dari tabel tingkat pengetahuan responden berdasarkan kelompok umur, didapati, kelompok umur 15-19 tahun mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan kelompok umur 20-24 tahun mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang.. Menurut Purnama B (2008), pengetahuan (knowledge) merupakan terminologi generik yang mencakup seluruh hal yang diketahui manusia. Dengan demikian pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan, dan intuisi yang mampu menangkap alam dan kehidupannya serta mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan.


(52)

Berdasarkan tabel pengetahuan responden berdasarkan tingkat pendidikan, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan S1 berpengetahuan baik dan SMP bepengetahuan sedang.

5.2.2. Sikap

Berdasarkan tabel sikap responden, didapati kebanyakan masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal mempunyai sikap yang baik tentang PJK. Menurut Azwar (2009), struktur sikap dibagi menjadi 3 komponen yang saling menunjang. Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.Kompenen affektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Komponen konatif menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Tabel sikap responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa perempuan mempunyai sikap yang baik berbanding laki-laki. Penelitian Hardiman (2007) menyatakan transisi epidemiologi di negara berkembang cenderung mengamalkan gaya hidup “kebarat-baratan”. Peneliti berpendapat hal ini tidak berlaku di masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo.

Berdasarkan tabel sikap responden mengikut kelompok umur, didapatkan kelompok umur 15-19 tahun mempunyai sikap yang baik. Menurut Hadi dkk (2008), pertambahan usia seseorang akan berhubungan dengan perkembangan kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual dan perkembangan sosial. Pernyataan ini tidak mendukung penelitian ini. Terlihat jelas pertambahan usia belum tentu memberikan sikap yang baik dari masyarakat terhadap PJK.

Tabel sikap responden berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan tingkat pendidikan terakhir SMP menggambarkan sikap yang baik. Hal ini mungkin karena, di tempat-tempat pendidikan telah diajarkan supaya bersikap baik. Menurut Azwar (2005), salah satu faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap


(53)

adalah lembaga pendidikan dan lembaga agama. Hal ini dikarenakan keduanya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Tabel sikap responden berdasarkan tingkat pengetahuan menunjukkan responden yang mempunyai tingkat sikap yang baik adalah yang mempnyai tingkat pengetahuan yang baik. Menurut Azwar (2005), sikap dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lingkungan, kebudayaan, adat istiadat ataupun pengalaman. Sehingga walaupun dengan pengetahuan yang sedang mahupun baik, responden masih dapat memiliki sikap yang baik.


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang PJK di Kelurahan Tanjung Rejo, Medan Sunggal masih ditingkat sedang. Daripada seluruh responden dari masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo, 51 orang (51%) berpengetahuan sedang dan selebihnya 49 orang (49%) mempunyai pengetahuan yang baik.

2. Daripada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo bersikap baik tentang PJK. Responden yang bersikap baik sebanyak 78 orang (78%), bersikap sedang 19 orang (19%) dan bersikap kurang sebanyak 3 orang (3%).

6.2. Saran

1. Diharapkan penelitian lanjutan dilakukan untuk melihat korelasi antara pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap PJK di Kelurahan Tanjung Rejo ini.

2. Pihak Dinas Kesehatan, puskesmas dan kelurahan perlu meningkatkan penyuluhan mengenai pencegahan PJK.

3. Masyarakat perlu mempunyai inisiatif dan upaya sendiri seperti mengamalkan gaya hidup yang sehat sebagai langkah pencegahan PJK. 4. Diharapkan masyarakat mempelbagaikan sumber informasi mengenai


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar B.T., 2004, Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Available from : Arief I., 2007, Diagnosis dan Pengobatan Penyakit Jantung Koroner(PJK),

Available from:

[Accesed 19 April 2010].

AsianBrain.com Content Team,2008, Jantung Koroner. Available from :

19 April 2010]

Azwar, 2009, Struktur Sikap In Suparyanto (2010). Konsep Sikap. Available from:

[Accesed 2 December 2010]

Brittlate,2007, Penyakit Jantung Koroner yang Mematikan. Available from :

Djohan T.B.A.,2004, Penyakit Jantung Koroner dan Hipertensi. Available from :

Effendy N., Subagja, dan Faisal A. ,2008, Prediksi Penyakit Jantung Koroner (PJK) Berdasarkan Faktor Risiko Menggunakan Jaringan Syaraf tiruan Backpropogation. Available from :


(56)

Accesed 2 Mei 2010]

Gwaspada,2006, Alternatif Terapi Penyakit Jantung Koroner. Available from:

Hanafiah A.,1996. Angina Pektoris. In: Buku Ajar Kardiologi Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia. 1st ed. Jakarta : 166-172

Hardiman A., 2007, Transisi Epidemiologi In : Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Available from:

Johari M., 2003, Rumah Sakit Jantung di Semarang. Available from :

April 2010]

Kusmana D. dan Hanafi M.,1996.. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner In : Buku AjarKardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1st ed, Jakarta : 159-165

Notoatmodjo S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Seni. In : Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. 3rd ed. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta : 43-64

Meliono, I. dkk., 2007. Pengetahuan . In MPKT Modil I. Jakarta : Lembaga Penerbitan FEUI; 33-35

Patu I., 2009, Inilah Penyebab Penyakit Jantung Koroner, Available from :


(57)

Purnama B,. 2008. Dasar-dasar Pengetahuan. Available from :

[Accesed 3

December 2010]

Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusomo, 2010. Pelayanan Jantung Terpadu. Jakarta

: Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusomo. Available from :

Rilantono L. I., 1996. Masalah Penyakit Jantung dan Kecenderungannya di

Indonesia. In : Buku Ajar Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1st ed, Jakarta : 3-4

Siswono, 2005, Penyakit Jantung Koroner, Available from :

[Accesed 19 April 2010]

Sukandi E., 2008 , Mengenal Penyakit Jantung Koroner.Available from :

Yayasan Jantung Indonesia, 2008. Mari Bertanggungjawab Pada Kesehatan Jantung. Jakarta : Yayasan Jantung Indonesia.Available from :


(58)

Lampiran I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Norhashimah binti Jusoh

Tempat/Tanggal Lahir : Terengganu, Malaysia/ 14 Juli 1988

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tanjung Sari, Gg. Tengah, No.2, Medan, Sumatera Utara, Indonesia

Riwayat Pendidikan :1. Tadika Kampung Kota Manir (1993)

2. Sekolah Kebangsaan Manir, Kuala Terengganu (1995)

3.Sekolah Kebangsaan Durian Mas, Kuala Terengganu (1998)

4. Sekolah Menengah Sultan Ismail I, Kemaman, Terengganu. (2001)

5.Kolej Matrikulasi Johor, Tangkak, Johor. (2006) Riwayat pelatihan 1. Seninar Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO) 2009 Riwayat Organisasi 1. Panitia Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar


(59)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG PJK (Penyakit Jantung Koroner)

Nama :

Jenis kelamin: Umur:

Tingkat Pendidikan:

Jawablah pertanyaan di bawah ini di tempat yang disediakan. Berikan tanda cotreng (√) pada jawaban yang benar.

PENGETAHUAN

1) Adakah anda mengetahui maksud PJK? A) Tidak tahu

B) Penyakit jantung akibat merokok

C) Penyakit jantung akibat penyumbatan pembuluh darah koroner

2) Dari sumber mana yang anda ketahui mengenai PJK (bisa lebih dari 1 jawaban) ฀ Koran

฀ Tv

฀ Majalah ฀ Sebaran ฀ Radio

฀ Dari orang-orang terdekat yang menderita PJK

3) Rokok mengandung bahan karbon monoksid (C0) yang memicu proses terjadinya PJK.

A)Ya B)Tidak


(60)

4) Umur yang lebih berisiko untuk mendapat PJK A) 1-10 tahun

B) 20-30 tahun C) 40-50 tahun

5) Diet pemakanan yang sehat dan seimbang dapat melindungi kita dari penyakit jantung, darah tinggi, diabetes mellitus dan beberapa jenis kanker. Mengonsumsi makanan sehat juga dapat memperpanjang usia.

A)Ya B) Tidak

6) Bagaimanakah anda memastikan jantung anda sehat? A) Melakukan pemeriksaan kesehatan jantung secara berkala

B) Cukup sekadar mengamalkan gaya hidup yang sehat seperti diet seimbang dan olahraga teratur

C) Jika punya gejala baru konsultasi sama dokter

7) Yang manakah lebih tepat mengenai gejala PJK A) Mual muntah, pusing (vertigo)

B) nyeri dada

C) nyeri dada menjalar ke lengan kiri dan leher

8) Tahukah anda apa itu penyakit gula/kencing manis/ Diabetes Mellitus? A)Ya

B) Tidak

9) Orang yang mengidap penyakit gula/kencing manis/ Diabetes Mellitus lebih rentan untuk mendapat PJK

A) Ya B) Tidak


(61)

10) Apakah olahraga yang teratur dapat menyihatkan badan sekaligus meningkatkan mutu kesehatan jantung.

A) Ya B) Tidak

11) Stress juga memicu kepada PJK A) Ya

B) Tidak

12) Konsumsi garam berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah (hipertensi). Orang yang mengalami hipertensi lebih rentan mendapat PJK. Adakah penyataan ini benar?

A)Ya B)Tidak

13) Orang yang obese (berat badan berlebihan) lebih berisiko mendapat PJK. A)Ya

B)Tidak

SIKAP

1) Adakah anda seorang perokok ? A) Ya

B) Tidak

2) Adakah anda mengamalkan diet yang seimbang (nasi,ayam/ikan,sayur,buah-buahan) sehari-hari?

A) Ya B) Tidak


(62)

3) Olahraga dapat mengurangkan resiko mendapat PJK. Pernahkan anda meluangkan masa paling kurang 1 kali dalam seminggu untuk olahraga?

A) Ya B) Tidak

4) Faktor genetik mempunyai peranan dalam terjadinya PJK. Jika salah seorang ahli keluarga anda menderita PJK, adakah anda akan melakukan tindakan pencegahan seperti mengamalkan hidup yang sehat?

A) Ya B) Tidak

5) Seandainya orang terdekat anda mengeluh nyeri dada bersifat seperti terbakar, adakah anda segera membawanya berobat ke dokter?

A) Ya B) Tidak

6) Perlukah anda sebagai ketua keluarga perlu mengajak ahli keluarga anda mengamalkan gaya hidup yang sehat

A) Ya B) Tidak

7) Seandainya pemerintah menjalankan ‘Kampanye Jantung Sehat’ , adakah anda akan mengikutinya?

A) Ya B) Tidak

8) Jika anda tidak obese, adakah anda perlu mengamalkan pola hidup yang sehat untuk mencegah PJK?

A)Ya B)Tidak


(63)

9) Jika anda seorang pengidap PJK, adakah anda akan melakukan pemeriksaan jantung secara berkala?

A)Ya B)Tidak

10) Seandainya anda mangalami penyakit gula/kencing manis/Diabetes Mellitus, adakah anda akan mengontrol kadar gula (dengan mengambil obat dan mengamalkan diet seimbang) supaya anda tidak rentan terhadap PJK?

A)Ya B)Tidak


(1)

Lampiran I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Norhashimah binti Jusoh

Tempat/Tanggal Lahir : Terengganu, Malaysia/ 14 Juli 1988

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tanjung Sari, Gg. Tengah, No.2, Medan, Sumatera Utara, Indonesia

Riwayat Pendidikan :1. Tadika Kampung Kota Manir (1993)

2. Sekolah Kebangsaan Manir, Kuala Terengganu (1995)

3.Sekolah Kebangsaan Durian Mas, Kuala Terengganu (1998)

4. Sekolah Menengah Sultan Ismail I, Kemaman, Terengganu. (2001)

5.Kolej Matrikulasi Johor, Tangkak, Johor. (2006) Riwayat pelatihan 1. Seninar Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO) 2009 Riwayat Organisasi 1. Panitia Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar


(2)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG PJK (Penyakit Jantung Koroner)

Nama :

Jenis kelamin: Umur:

Tingkat Pendidikan:

Jawablah pertanyaan di bawah ini di tempat yang disediakan. Berikan tanda cotreng (√) pada jawaban yang benar.

PENGETAHUAN

1) Adakah anda mengetahui maksud PJK? A) Tidak tahu

B) Penyakit jantung akibat merokok

C) Penyakit jantung akibat penyumbatan pembuluh darah koroner

2) Dari sumber mana yang anda ketahui mengenai PJK (bisa lebih dari 1 jawaban) ฀ Koran

฀ Tv ฀ Majalah ฀ Sebaran ฀ Radio

฀ Dari orang-orang terdekat yang menderita PJK

3) Rokok mengandung bahan karbon monoksid (C0) yang memicu proses terjadinya PJK.

A)Ya B)Tidak


(3)

4) Umur yang lebih berisiko untuk mendapat PJK A) 1-10 tahun

B) 20-30 tahun C) 40-50 tahun

5) Diet pemakanan yang sehat dan seimbang dapat melindungi kita dari penyakit jantung, darah tinggi, diabetes mellitus dan beberapa jenis kanker. Mengonsumsi makanan sehat juga dapat memperpanjang usia.

A)Ya B) Tidak

6) Bagaimanakah anda memastikan jantung anda sehat? A) Melakukan pemeriksaan kesehatan jantung secara berkala

B) Cukup sekadar mengamalkan gaya hidup yang sehat seperti diet seimbang dan olahraga teratur

C) Jika punya gejala baru konsultasi sama dokter

7) Yang manakah lebih tepat mengenai gejala PJK A) Mual muntah, pusing (vertigo)

B) nyeri dada

C) nyeri dada menjalar ke lengan kiri dan leher

8) Tahukah anda apa itu penyakit gula/kencing manis/ Diabetes Mellitus? A)Ya

B) Tidak

9) Orang yang mengidap penyakit gula/kencing manis/ Diabetes Mellitus lebih rentan untuk mendapat PJK

A) Ya B) Tidak


(4)

10) Apakah olahraga yang teratur dapat menyihatkan badan sekaligus meningkatkan mutu kesehatan jantung.

A) Ya B) Tidak

11) Stress juga memicu kepada PJK A) Ya

B) Tidak

12) Konsumsi garam berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah (hipertensi). Orang yang mengalami hipertensi lebih rentan mendapat PJK. Adakah penyataan ini benar?

A)Ya B)Tidak

13)Orang yang obese (berat badan berlebihan) lebih berisiko mendapat PJK. A)Ya

B)Tidak

SIKAP

1) Adakah anda seorang perokok ? A) Ya

B) Tidak

2) Adakah anda mengamalkan diet yang seimbang (nasi,ayam/ikan,sayur,buah-buahan) sehari-hari?

A) Ya B) Tidak


(5)

3) Olahraga dapat mengurangkan resiko mendapat PJK. Pernahkan anda meluangkan masa paling kurang 1 kali dalam seminggu untuk olahraga?

A) Ya B) Tidak

4) Faktor genetik mempunyai peranan dalam terjadinya PJK. Jika salah seorang ahli keluarga anda menderita PJK, adakah anda akan melakukan tindakan pencegahan seperti mengamalkan hidup yang sehat?

A) Ya B) Tidak

5) Seandainya orang terdekat anda mengeluh nyeri dada bersifat seperti terbakar, adakah anda segera membawanya berobat ke dokter?

A) Ya B) Tidak

6) Perlukah anda sebagai ketua keluarga perlu mengajak ahli keluarga anda mengamalkan gaya hidup yang sehat

A) Ya B) Tidak

7) Seandainya pemerintah menjalankan ‘Kampanye Jantung Sehat’ , adakah anda akan mengikutinya?

A) Ya B) Tidak

8) Jika anda tidak obese, adakah anda perlu mengamalkan pola hidup yang sehat untuk mencegah PJK?

A)Ya B)Tidak


(6)

9) Jika anda seorang pengidap PJK, adakah anda akan melakukan pemeriksaan jantung secara berkala?

A)Ya B)Tidak

10) Seandainya anda mangalami penyakit gula/kencing manis/Diabetes Mellitus, adakah anda akan mengontrol kadar gula (dengan mengambil obat dan mengamalkan diet seimbang) supaya anda tidak rentan terhadap PJK?

A)Ya B)Tidak