Penggunaan Pati Sitrat sebagai Bahan Pengembang Tablet Isoniazid

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi (Ditjen, POM., 1995). Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran,
bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lainnya
tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan
obat-obat pemberian secara oral berada dalam bentuk tablet (Ansel, 1989).
Dewasa ini tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, hal
ini disebabkan tablet memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh sediaan farmasi
yang

lain,

baik

dari


segi

produksi,

penyimpanan,

distribusi

maupun

pemakaiannya. Berdasarkan hal-hal tersebut maka pembuatan tablet dan upaya
untuk lebih mengembangkan teknologi pembuatan tablet terus dilakukan (Siregar
dan Wikarsa, 2010).
Pati telah lama digunakan baik sebagai bahan makanan maupun bahan
tambahan dalam sediaan farmasi. Penggunaan pati dalam bidang farmasi terutama
pada formula sediaan tablet, baik sebagai pengisi, penghancur maupun sebagai
bahan pengikat (Alanazi, dkk., 2008).
Dalam perdagangan dikenal dua macam pati yaitu pati yang belum
dimodifikasi dan pati yang telah dimodifikasi. Pati yang belum dimodifikasi atau
pati alami adalah semua jenis pati yang dihasilkan dari pabrik pengolahan dasar

misalnya pati singkong. Sedangkan pati termodifikasi adalah pati yang gugus
hidroksinya telah diubah atau diberi perlakuan tertentu misalnya dengan
pemanasan (Fahn, 1992).

1
Universitas Sumatera Utara

Menurut Koswara (2006), pati alami seperti pati singkong, pati jagung dan
pati-patian lain mempunyai beberapa kekurangan yaitu pasta yang terbentuk
keras dan tidak bening, sifatnya konsistensi terlalu lengket, tidak tahan dengan
perlakuan asam, kekentalannya rendah, kelarutannya rendah dan kekuatan
pengembangnya

juga

rendah.

Kendala-kendala

tersebut


menyebabkan

penggunaan pati terbatas dalam industri, maka dikembangkan teknologi untuk
memodifikasi pati sehingga diperoleh pati yang mempunyai karakteristik yang
lebih baik.
Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu sumber karbohidrat lokal
Indonesia yang menduduki urutan ketiga terbesar setelah padi dan jagung.
Tanaman ini merupakan bahan baku yang paling potensial untuk diolah menjadi
tepung. Modifikasi dengan asam akan menghasilkan pati dengan sifat lebih encer
jika dilarutkan, lebih mudah larut, dan berat molekulnya lebih rendah (Koswara,
2006).
Asam sitrat dikategorikan aman digunakan pada makanan. Senyawa ini
secara alami terdapat pada semua jenis makhluk hidup. Kelebihan asam sitrat
mudah dimetabolisme dan dihilangkan dari tubuh. Chowdary dan Veeraiah
(2011), melaporkan bahwa pati sitrat merupakan produk biodegradabel yang
memiliki sifat alir dan kemampuan mengembang yang baik, tanpa membentuk
gel bila dipanaskan dalam air dan dianggap sebagai pembawa yang baik untuk
dispersi padat. Selain itu juga dapat meningkat laju disolusi obat.
Ditjen POM. (1995), menyatakan bahwa isoniazid (piridina-4-karboksilhidrazida) mempunyai berat molekul 137,14 merupakan hablur tidak berwarna


2
Universitas Sumatera Utara

atau serbuk hablur putih, tidak berbau dan mempunyai rasa yang agak pahit.
Kelarutannya mudah larut dalam air akan tetapi agak sukar larut di dalam etanol,
kloroform dan eter, yang berkhasiat sebagai anti tuberkulosis. Isoniazid dapat
terurai perlahan-lahan dengan adanya udara dan cahaya sehingga pemilihan
bentuk tablet lebih efesien untuk menghidari kerusakan karena penggunaan
berulang bila dalam bentuk cair.
Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian penggunaan pati
sitrat yang disintesa dari pati singkong sebagai bahan pengembang tablet
isoniazid. Tablet yang diperoleh dilakukan pengujian beberapa parameter mutu
industri yaitu uji friabilitas (Voight, 1995) dan uji kekerasan (Parrot, 1971),
parameter mutu yang ditetapkan Farmakope Indonesia yaitu uji waktu hancur,
penetapan kadar isoniazid, uji keseragaman sediaan, dan uji disolusi (Ditjen,
POM., 1995) sehingga dapat diketahui pati sitrat yang disintesa dari pati singkong
dapat digunakan sebagai bahan pengembang pada pembuatan tablet isoniazid
tersebut.
1.2


Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:
a.

Apakah pati sitrat dapat digunakan sebagai bahan pengembang pada
pembuatan tablet isoniazid?

b.

Bagaimana pengaruh konsentrasi dari pati sitrat yang digunakan sebagai
bahan pengembang pada pembuatan tablet isoniazid terhadap waktu hancur
dan disolusi?

3
Universitas Sumatera Utara

1.3


Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis

dalam penelitian ini adalah:
a.

Pati sitrat dapat digunakan sebagai bahan pengembang pada pembuatan
tablet isoniazid.

b.

Penggunaan pati sitrat dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh
sebagai bahan pengembang pada pembuatan tablet isoniazid terhadap waktu
hancur dan disolusi.

1.4

Tujuan Penelitian
Berdasarkan hipotesis di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian


ini adalah:
a.

Untuk dapat menggunakan pati sitrat sebagai bahan pengembang pada
pembuatan tablet isoniazid.

b.

Untuk mengetahui penggunaan pati sitrat dengan konsentrasi yang berbeda
berpengaruh sebagai bahan pengembang pada pembuatan tablet isoniazid
terhadap waktu hancur dan disolusi.

1.5

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk penggunaan pati sitrat

sebagai bahan pengembang pada pembuatan tablet isoniazid.


4
Universitas Sumatera Utara