Analisis Hasil Investigasi Kecelakaan Kerja Pada Inalum Smelting Plant (ISP) PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung Tahun 2014

(1)

1

Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di Indonesia juga mengalami perubahan yang besar. Perubahan ini ditandai dengan bertambah majunya teknologi yang digunakan dalam menjalankan sebuah proses sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Pada era globalisasi ini setiap perusahaan yang bersaing di dunia internasional harus memperhatikan segala aspek termasuk masalah ketenagakerjaan yang salah satunya mensyaratkan adanya perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja bagi para tenaga kerja. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi periode 2009-2014, Muhaimin Iskandar mengatakan azas penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan syarat utama yang berpengaruh besar terhadap nilai investasi, kualitas dan kuantitas produk, kelangsungan usaha perusahaan serta daya saing sebuah negara (Infopublik, 2012).

Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu upaya perlindungan terhadap tenaga kerja dan orang lain yang berada di lingkungan kerja agar selalu terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatan produksi dan produktivitas serta perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan secara efisien dan aman. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di suatu perusahaan atau industri adalah suatu hal yang penting sebab merupakan salah satu pemenuhan aspek hukum terkait.


(2)

Selain sebagai syarat bersaing di pasar internasional, dengan adanya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam aktivitas kerja, diharapkan dapat menekan terjadinya kasus-kasus kecelakaan kerja yang selama ini banyak terjadi. Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dalam suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.

Menurut Winarsunu (2008) kecelakaan adalah suatu kejadian yang merugikan. Kecelakaan menyebabkan orang mengalami hambatan dan ketidakmampuan bahkan kematian serta memerlukan biaya yang sangat mahal. Oleh karena itu, disadari atau tidak disadari semua orang menyakini bahwa keselamatan adalah hal yang sangat penting.

Di dalam siklus pencegahan kecelakaan maka salah satu yang penting adalah bagaimana melakukan investigasi kecelakaan untuk mencari faktor–faktor penyebab terjadinya kecelakaan tersebut. Pencarian faktor penyebab ini penting untuk dilakukannya analisa sehingga dapat merancang program pencegahan kecelakaan kerja agar nantinya kecelakaan yang sama tidak terulang kembali (Hidayat, 2009).

Kecelakaan kerja yang sudah terjadi mungkin akan terulang dan mengakibatkan dampak yang lebih parah apabila tidak dilakukan upaya pengendalian. Penyelidikan kecelakaan atau investigasi kecelakaan kerja bertujuan untuk mencari akar penyebab kecelakaan. Investigasi kecelakaan juga dilakukan


(3)

untuk mengumpulkan bukti dan fakta agar dapat merumuskan solusi dari kecelakaan yang terjadi dan juga dapat membantu menilai kerugian yang timbul.

Human Factors Analysis and Classification System (HFACS) merupakan salah satu metode analisis kecelakaan kerja dengan pendekatan sistematik untuk mengetahui penyebab utama dari terjadinya berbagai kecelakaan. Metode ini pertama sekali dikembangkan oleh Shappell & Wiegmann, dengan berdasarkan pada model swiss cheese yang diperkenalkan oleh James Reason pada tahun 1990. Menurut model swiss cheese, sebuah kecelakaan terjadi tidak hanya disebabkan karena kesalahan operator (unsafe acts) saja, tetapi juga mengkaji bahwa dibaliknya terdapat serangkaian faktor-faktor lain, yang dibagi menjadi preconditions for unsafe acts, unsafe supervision, dan organizational influences. Pada awalnya, HFACS banyak dimanfaatkan pada lingkungan penerbangan. Namun karena sifatnya yang umum, metode ini kemudian dapat dikembangkan dan dimodifikasi untuk membantu dalam menginvestigasi kecelakaan di lingkungan kerja lainnya. Selain itu, Metode Human Factors Analysis and Classification System (HFACS) adalah metode yang dapat digunakan sebagai sebagai alat primer (investigasi kecelakaan pertama kali/tepat setelah kecelakaan terjadi) atau sekunder (laporan investigasi/ analisis data sekunder) untuk menyelidiki kegagalan aktif dan laten (DoD HFACS: A mishap investigation and data analysis tool).

Metode Human Factors Analysis and Classification System (HFACS) merupakan metode analisis kecelakaan kerja “Human Factor” yang tidak hanya membahas mengenai faktor manusia namun juga dapat mengidentifikasi kerusakan


(4)

dalam seluruh sistem yang memungkinkan kecelakaan terjadi. HFACS juga dapat digunakan secara proaktif dengan menganalisa peristiwa sejarah (retrospektif) untuk mengidentifikasi kecenderungan terjadi kembalinya kekurangan atau kelemahan sistem dan kinerja pekerja (Wiegmann dan Shappell, 2002).

Setiap tahun terjadi kecelakaan kerja. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh International Labour Organization (ILO) tiap tahun terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta kasus penyakit akibat kerja, 2,3 juta pekerja meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta kerugian dunia senilai 1,25 triliun USD pertahun (Ramli, 2010).

Tingkat kecelakaan kerja di Indonesia masih terhitung tinggi. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri mengungkapkan bahwa dalam setahun, 103 ribu angka kecelakaan terjadi di Indonesia. 2.400 orang meninggal per tahun, delapan orang meninggal dunia karena kecelakaan kerja setiap harinya (Republika, 2015).

Data yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan Badan Penelitian Pengembangan dan Informasi Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia menyatakan bahwa jumlah kecelakaan kerja di Indonesia yang terjadi pada triwulan IV (Oktober – Desember) tahun 2014 adalah 14.519 kasus dengan jumlah korban 14.257 orang. Sumatera Utara menempati posisi ke enam dengan jumlah kecelakaan terbanyak yaitu 354 kasus dengan korban sebanyak 296 orang dari 34 provinsi.


(5)

Berdasarkan data Annual Summary Report on Molten Metal Incidents terdapat 81 laporan kecelakaan kerja yang terjadi di seluruh dunia pada tahun 2013. Angka kecelakaan kerja ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 58 kasus kecelakaan kerja di sektor industri aluminium.

Menurut Kepala Seksi K3 Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Samarinda M.Anwar dalam Tribun Kaltim (2015), sektor industri pertambangan merupakan salah satu industri yang menyumbangkan angka kecelakaan kerja tertinggi. Sementara untuk sektor industri baja dan aluminium belum ada data penelitian secara pasti di Indonesia mengenai angka kecelakaan kerja yang terjadi di sektor industri ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Katia (2009) kecelakaan kerja diakibatkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor-faktor tersebut adalah faktor personal yang menyebabkan tindakan gagal yaitu kurangnya pengetahuan pekerja dan motivasi pekerja yang tidak sesuai.

Banyak hal yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Seperti yang dimaksud oleh Cahyo Hindarto (2012) dalam penelitian yang dilakukan olehnya. Faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja tersebut adalah pekerja, pengawasan dan organisasi atau perusahaan.

Human error merupakan hasil dari sebuah tindakan yang tidak diinginkan dari standar atau ketentuan yang diharapkan, dimana lokasi, peralatan, dan sistem memiliki potensial resiko. Dari pengelompokkan human errorpada kecelakaan kapal di pelabuhan Banten human error dalam bentuk unsafe act merupakan penyebab utama kecelakaan yaitu sebesar 40%. Bentuk kesalahan yang dilakukan operator


(6)

adalah kesalahan dalam pengambilan keputusan, gagal mengendalikan kapal, salah menilai kondisi sekitar, dan pelanggaran. Ketiga bentuk kesalahan yang pertama didasarkan pada kurang ahlinya pekerja dalam mengendalikan kapal dan karena kurangnya informasi dari lingkungan. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan operator yang tidak sesuai dan kurang pengalaman (Lady, 2014).

PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau yang biasa dikenal PT Inalum merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan satu-satunya di Indonesia yang bergerak di bidang peleburan aluminium dengan produk akhir berupa aluminium batangan (ingot) yang kemudian dipasarkan di dalam dan ke luar negeri.

Inalum Smelting Plant (ISP) atau Pabrik Peleburan Aluminium merupakan bagian utama dari PT Inalum yang terletak di Kuala Tanjung. Di pabrik inilah alumina diproses menjadi logam aluminium batangan dengan menggunakan alumina dan karbon sebagai bahan baku utamanya, dan meleburnya dengan memakai tenaga listrik. Pada pabrik peleburan ini terdapat tiga bagian utama untuk proses produksi, yaitu bagian karbon (pabrik karbon), bagian tungku reduksi (pabrik reduksi) dan bagian penuangan (pabrik penuangan).

PT Inalumsudah mendapatkan penghargaan zero accident sejak tahun 2008, namun bukan berarti tidak ditemukan sama sekali kasus kecelakan kerja. Berdasarkan Accident DataPT Inalum yang diperoleh pada saat survei awal terdapat enam (6) injury atau kasus kecelakaan kerja, near miss sebanyak 39 kali dan kerusakan properti sebanyak 25 kali yang terjadi di Inalum Smelting Plant (ISP) pada tahun 2014.


(7)

Dari data accident juga ditemukan perilaku tidak aman (unsafe action) sebanyak 94 kali dan kondisi tidak aman (unsafe condition) sebanyak 28 kali di PT Inalum. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku tidak aman memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Accident Data PT Inalum, 2014).

Dengan melakukan analisis terhadap investigasi kecelakaan kerja pada Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalumakan diketahui kegagalan aktif dan kegagalan laten dari setiap kecelakaan yang terjadi sehingga akan diketahui pula pola kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2014.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis investigasi kecelakaan kerja pada InalumSmelting Plant (ISP) PT Inalum Kuala Tanjung.

1.2Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran investigasi kecelakaan kerja Inalum Smelting Plant (ISP) PT Indonesia Aluminium Asahan Persero (Inalum) tahun 2014.


(8)

1.3 Tujuan Peneliian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis investigasi kecelakaan kerja Inalum Smelting Plant (ISP) PT INALUM pada tahun 2014 berdasarkan metode Human Factor Analysis and Classification System (HFACS).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang terjadi di Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum berdasarkan tindakan tidak aman (unsafe act).

2. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang terjadi di Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum berdasarkan pra kondisi yang menyebabkan terjadinya tindakan tidak aman (precondition for unsafe acts).

3. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang terjadi di Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum berdasarkan kurangnya tingkat pengawasan (unsafe supervision).

4. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang terjadi diInalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum berdasarkan pengaruh organisasi (Organizational influences).

1.4Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi PT Inalum (Persero) Kuala Tanjung tentang penyebab kecelakaan kerja yang terjadi sehingga dapat menentukan langkah perbaikan


(9)

dalam penerapan elemen-elemen SMK3 maka kecelakaan yang sama tidak terulang kembali.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam rangka memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja khususnya dalam menganalisis hasil investigasi kecelakaan kerja.


(1)

dalam seluruh sistem yang memungkinkan kecelakaan terjadi. HFACS juga dapat digunakan secara proaktif dengan menganalisa peristiwa sejarah (retrospektif) untuk mengidentifikasi kecenderungan terjadi kembalinya kekurangan atau kelemahan sistem dan kinerja pekerja (Wiegmann dan Shappell, 2002).

Setiap tahun terjadi kecelakaan kerja. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh International Labour Organization (ILO) tiap tahun terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta kasus penyakit akibat kerja, 2,3 juta pekerja meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta kerugian dunia senilai 1,25 triliun USD pertahun (Ramli, 2010).

Tingkat kecelakaan kerja di Indonesia masih terhitung tinggi. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri mengungkapkan bahwa dalam setahun, 103 ribu angka kecelakaan terjadi di Indonesia. 2.400 orang meninggal per tahun, delapan orang meninggal dunia karena kecelakaan kerja setiap harinya (Republika, 2015).

Data yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan Badan Penelitian Pengembangan dan Informasi Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia menyatakan bahwa jumlah kecelakaan kerja di Indonesia yang terjadi pada triwulan IV (Oktober – Desember) tahun 2014 adalah 14.519 kasus dengan jumlah korban 14.257 orang. Sumatera Utara menempati posisi ke enam dengan jumlah kecelakaan terbanyak yaitu 354 kasus dengan korban sebanyak 296 orang dari 34 provinsi.


(2)

Berdasarkan data Annual Summary Report on Molten Metal Incidents terdapat 81 laporan kecelakaan kerja yang terjadi di seluruh dunia pada tahun 2013. Angka kecelakaan kerja ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 58 kasus kecelakaan kerja di sektor industri aluminium.

Menurut Kepala Seksi K3 Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Samarinda M.Anwar dalam Tribun Kaltim (2015), sektor industri pertambangan merupakan salah satu industri yang menyumbangkan angka kecelakaan kerja tertinggi. Sementara untuk sektor industri baja dan aluminium belum ada data penelitian secara pasti di Indonesia mengenai angka kecelakaan kerja yang terjadi di sektor industri ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Katia (2009) kecelakaan kerja diakibatkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor-faktor tersebut adalah faktor personal yang menyebabkan tindakan gagal yaitu kurangnya pengetahuan pekerja dan motivasi pekerja yang tidak sesuai.

Banyak hal yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Seperti yang dimaksud oleh Cahyo Hindarto (2012) dalam penelitian yang dilakukan olehnya. Faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja tersebut adalah pekerja, pengawasan dan organisasi atau perusahaan.

Human error merupakan hasil dari sebuah tindakan yang tidak diinginkan dari standar atau ketentuan yang diharapkan, dimana lokasi, peralatan, dan sistem memiliki potensial resiko. Dari pengelompokkan human errorpada kecelakaan kapal di pelabuhan Banten human error dalam bentuk unsafe act merupakan penyebab utama kecelakaan yaitu sebesar 40%. Bentuk kesalahan yang dilakukan operator


(3)

adalah kesalahan dalam pengambilan keputusan, gagal mengendalikan kapal, salah menilai kondisi sekitar, dan pelanggaran. Ketiga bentuk kesalahan yang pertama didasarkan pada kurang ahlinya pekerja dalam mengendalikan kapal dan karena kurangnya informasi dari lingkungan. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan operator yang tidak sesuai dan kurang pengalaman (Lady, 2014).

PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau yang biasa dikenal PT Inalum merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan satu-satunya di Indonesia yang bergerak di bidang peleburan aluminium dengan produk akhir berupa aluminium batangan (ingot) yang kemudian dipasarkan di dalam dan ke luar negeri.

Inalum Smelting Plant (ISP) atau Pabrik Peleburan Aluminium merupakan bagian utama dari PT Inalum yang terletak di Kuala Tanjung. Di pabrik inilah alumina diproses menjadi logam aluminium batangan dengan menggunakan alumina dan karbon sebagai bahan baku utamanya, dan meleburnya dengan memakai tenaga listrik. Pada pabrik peleburan ini terdapat tiga bagian utama untuk proses produksi, yaitu bagian karbon (pabrik karbon), bagian tungku reduksi (pabrik reduksi) dan bagian penuangan (pabrik penuangan).

PT Inalumsudah mendapatkan penghargaan zero accident sejak tahun 2008, namun bukan berarti tidak ditemukan sama sekali kasus kecelakan kerja. Berdasarkan

Accident DataPT Inalum yang diperoleh pada saat survei awal terdapat enam (6)

injury atau kasus kecelakaan kerja, near miss sebanyak 39 kali dan kerusakan properti


(4)

Dari data accident juga ditemukan perilaku tidak aman (unsafe action) sebanyak 94 kali dan kondisi tidak aman (unsafe condition) sebanyak 28 kali di PT Inalum. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku tidak aman memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Accident Data PT Inalum, 2014).

Dengan melakukan analisis terhadap investigasi kecelakaan kerja pada Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalumakan diketahui kegagalan aktif dan kegagalan laten dari setiap kecelakaan yang terjadi sehingga akan diketahui pula pola kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2014.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis investigasi kecelakaan kerja pada InalumSmelting Plant (ISP) PT Inalum Kuala Tanjung.

1.2Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran investigasi kecelakaan kerja Inalum Smelting Plant (ISP) PT Indonesia Aluminium Asahan Persero (Inalum) tahun 2014.


(5)

1.3 Tujuan Peneliian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis investigasi kecelakaan kerja Inalum Smelting Plant (ISP) PT INALUM pada tahun 2014 berdasarkan metode Human Factor Analysis and Classification System (HFACS).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang terjadi di Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum berdasarkan tindakan tidak aman (unsafe act).

2. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang terjadi di Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum berdasarkan pra kondisi yang menyebabkan terjadinya tindakan tidak aman (precondition for unsafe acts).

3. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang terjadi di Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum berdasarkan kurangnya tingkat pengawasan (unsafe

supervision).

4. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang terjadi diInalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum berdasarkan pengaruh organisasi (Organizational

influences).

1.4Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi PT Inalum (Persero) Kuala Tanjung tentang penyebab kecelakaan kerja yang terjadi sehingga dapat menentukan langkah perbaikan


(6)

dalam penerapan elemen-elemen SMK3 maka kecelakaan yang sama tidak terulang kembali.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam rangka memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja khususnya dalam menganalisis hasil investigasi kecelakaan kerja.