Kajian Hukum Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja Di PT. Indonesia Asahan Aluminium ( PT. INALUM) (Studi pada PT. Indonesia Asahan Aluminium, Kuala Tanjung, Batubara)

(1)

KAJIAN HUKUM PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA DI PT. INDONESIA ASAHAN

ALUMINIUM ( PT. INALUM)

(Studi pada PT. Indonesia Asahan Aluminium, Kuala Tanjung, Batubara)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum.

OLEH:

JUPENRIS SIDAURUK 060200039

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KAJIAN HUKUM PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA DI PT. INDONESIA ASAHAN

ALUMINIUM (INALUM)

(Studi di PT. Indonesia Asahan Aluminium, Kuala Tanjung, Batubara)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

OLEH :

JUPENRIS SIDAURUK 060 200 039

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., M.H NIP : 1956 0329 198601 1001

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN, M.Hum

NIP : 1959 0511 198601 1001 NIP : 1970 0201 200212 2001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, karunia dan anugerah- Nya yang luar biasa kepada Penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk meraih gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam skripsi ini, Penulis menyajikan judul :

”KAJIAN HUKUM PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA

KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA DI PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM ( INALUM) (Studi pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM))”

Pada kesempatan ini, dengan segala hormat Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, sebagai Pembantu Dekan I, yang telah membantu para mahasiswa memenuhi segala kebutuhan akademik dan administrasi

3. Bapak Safrudin Hasibuan, SH, M.Hum, Dfm sebagai Pembantu Dekan II, yang telah membantu mahasiswa di pembayaran SPP dan sumbangan-sumbangan kegiatan kampus


(4)

4. Bapak Muhammad Husni, SH, M.Hum sebagai Pembantu Dekan III, yang telah banyak membantu mahasiswa di bidang kemahasiswaan

5. Bapak. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

6. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan– masukan yang sangat bermanfaat bagi Penulis dalam penyelesaian skripsi ini

7. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar SH, CN, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan-masukan yang sangat bermanfaat bagi Penulis dalam penyelesaian skripsi ini

8. Ibu Dr. Sunarmi, SH, M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara

9. Ibu Chairul Bariah, SH, M.Hum selaku Dosen Wali yang telah membimbing Penulis dalam penyelesaian kuliah

10. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

mendidik penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum, serta segenap staf administrasi yang telah banyak membantu dalam pengurusan dokumen dan administrasi selama perkuliahan

11.Keluarga Bapak Setiabudi Maslim dan juga Bapak Ismail Midi yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data dan memberi informasi yang dibutuhkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini


(5)

12.Bapak Drs. TM. Simbolon n Ibu E. Hutagaol khususnya buat Archiman

Simbolon penulis mengucapkan terima kasih banyak atas tempat

menginapnya selama melakukan riset dan atas segala fasilitas yang diberikan sehingga penulis merasa seperti dirumah sediri

13.Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan mendukung Penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh Bapak/Ibu

guru penulis yang telah banyak membimbing penulis sejak penulis masih duduk

di Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolagh Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

Dalam kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh rekan-rekan penulis selama kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, seperti :

a. Wawakz Grup (Jeffery, Kukuh, HC, Heru, Darwin, Anov, Deffry) yang selama ini telah banyak memberikan perhatian dan doa kepada penulis serta lelucon-lelucon konyol. Wakz jangan banyak angan-angan nanti tambah kurus b. Buat teman-teman di KMK (Verawati, Leli, David, Iut, Jimmy, Kiki, Maria, Agnes, Sangal, Fuji, Mustika, Evi, Siska dll) penulis mengucapkan terima kasih banyak atas doa dan perhatiannya dan khusus buat Archiman n Nico, thanks pra…..atas semua bantuannya, sory uda banyak merepotkan

c. Buat teman-teman satu Departemen Hukum Ekonomi (Yunita, Linawati, Felicia, Meme, Eva krisnawati, Adi Agustina, Henny, Irvan, Jimmy, Rizky, Dila, Aztrini, Mei, Ais, Ida dll) penulis mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan dukungan yang telah teman berikan selama ini pada penulis dan


(6)

buat teman-teman yang belum disebutkan namanya, nama kalian sudah ada diingatan saya hehe…..

d. And the last but no least, seluruh rekan-rekan stambuk 06 yang tidak bisa

disebutkan namanya satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungannya serta buat adik-adik stambuk 07, Stambuk 08 dan khusus buat Stambuk 09 penulis mengucapkan terima kasih karena kehadiran adik-adik di Fakultas tercita ini penulis jadi pernah Ngospek.

Akhirnya dengan hati yang sangat tulus penulis menyampaikan rasa terima kasih dan hormat kepada kedua orang tua penulis terkasih yaitu Ayahanda N.

Sidauruk dan Ibunda A. Ambarita. Terima kasih buat segala doa, perhatian,

kasih sayang, doronga, nasehat, harapan, keringat dan air mata yang telah dicurahkan. Semoga ananda dapat menjadi anak yang berguna bagi Nusa dan Bangsa terutama bagi keluarga kita dan terlebih dihadapan Tuhan. Buat Kakanda

Parulian P. Sidauruk, SE, Elisda Sidauruk, Frengki H. Sidauruk, S.Sos

diucapkan terima kasih atas seluruh pengorbanan yang telah kakak berikan selama ini. Untuk Adikku terkasih Medianti Sidauruk dan Darwin Sidauruk terima kasih atas doa, pengertian, semangat dan perhatian yang telah diberikan, semoga abang bisa menjadi abang yang baik dan memberi contoh yang baik. Buat kedua adikku semangat kuliahnyanya biar nyusul abang. Kepada seluruh keluarga dihaturkan terima kasih atas pengorbanan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis dan keluarga selama ini. Semoga apa yang telah diberikan tidak menjadi sebuah pengorbanan yang sia-sia.


(7)

Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena masih banyak kelemahan dan kekurangan. Maka dengan hati yang tulus, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar dimasa yang akan datang dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Hukum.

Jadilah Garam dan Terang Dunia

Medan, Desember 2009 Hormat Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6

D. Keaslian Penulisan... 7

E. Tinjauan Kepustakaan ... 7

1. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga kerja ... 9

2. Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 14

3. Pengertian kecelakaan Kerja ... 14

4. Ruang Lingkup PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) ... 16

F. Metode Penulisan ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA ... 23

A. Sejarah Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia ... 23

1. Pengertian Jaminan sosial tenaga Kerja ... 23


(9)

B. Macam-macam Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 32

C. Peranan Pemerintah dalam Perlindungan Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 51

BAB III PERANAN SERIKAT BURUH/SERIKAT PEKERJA DALAM PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA ... 58

A. Sejarah Organisasi Buruh/Pekerja ... 58

B. Peran dan Fungsi Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam Suatu Perusahaan ... 64

C. Pendaftaran, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan Program Jamsostek di PT. Indonesia Asahan Aluminium ... 70

BAB IV PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA YANG DILAKUKAN PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM TERHADAP TENAGA KERJANYA ... 88

A. Gambaran Umum PT. INALUM ... 88

1. Sejarah Lahirnya PT. INALUM ... 88

2. Ruang Lingkup Perusahaan ... 91

3. Struktur Organisasi Perusahaan ... 93

B. Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Perusahaan INALUM Terhadap Kecelakaan Kerja ... 99

1. Kecelakaan-kecelakaan yang Pernah Terjadi di PT. INALUM ... 107

2. Sebab-sebab Timbulnya Kecelakaan Kerja ... 109

3. Bentuk Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang Dilakukan PT. INALUM ... 118


(10)

C. Hambatan yang Diterima Tenaga Kerja dalam Menerima Uang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang Diderita Tenaga

Kerja ... 121

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 124

A. Kesimpulan ... 124

B. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

KAJIAN HUKUM PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA DI PT. INDONESIA ASAHAN

ALUMINIUM (INALUM)

Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum1

Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H, CN, M.Hum2 Jupenris Sidauruk3

1

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I 2

Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing II 3

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Kata kunci : - Jaminan Sosial Tenaga Kerja

- Kecelakaan Kerja

ABSTRAK

Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksud adalah program jaminan sosial tenaga kerja yang merupakan program pemerintah untuk memberikan perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta memberikan hak-hak tenaga kerja dalam mengatasi resiko-resiko yang timbul pada saat terjadinya hubungan kerja, dimana jamsostek memberikan jaminan dan perlindungan berupa pengganti biaya atau santunan atas penghasilan yang hilang atau berkurang atas resiko sosial, ekonomi yang ditimbulkan kecelakaan kerja, cacat, sakit, hari tua (pensiun), hingga meninggal dunia.

Permasalahan yang menarik untuk dibahas adalah adanya pegaturan hukum antara tenaga kerja dengan jaminan sosial tenaga kerja pada kecelakaan kerja, serta pelaknaaanya di PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) yang telah dilakukan dan tidak mendapat hambatan pada penerimaan uang jaminan sosial tenaga kerja dan bagaimana peran yang dihadapi oleh serikat buruh/serikat pekerja ketika adanya permasahan yang dibahas bersama dengan pemerintah berkaitan dengan JAMSOSTEK.

Dari hasil penelitian di PT. Indonesia Asahan Aluminium(INALUM) yang menggunakan metode pengumpulan data dan hasil wawancara bahwa jaminan sosial tenaga kerja merupakan salah satu program yang diperhatikan oleh pihak perusahaan, dimana perusahaan dalam mengatasi resiko-resiko yang timbul pada saat hubungan keja tidak pernah merasa dirugikan, pihak perusahaan akan selalu berusaha untuk memberikan perlindungan, motivasi serta akan memberikan yang terbaik buat tenaga kerjanya dan begitupula sebaliknya tenaga kerja juga harus berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik buat perusahaan serta saling menjaga dan melindungi kepentingan bersama.

Motivasi yang sangat besar dan harus dipahami bahwa program jaminan sosial tenaga kerja di PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) akan berusaha untuk memberikan perlindungan, pelayanan yang terbaik bagi para peserta jamsostek dan apabila terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian, maka pihak Jamsostek akan mengeluarkan biaya dan santunan kepada ahli waris yang ditinggalkannya, dengan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak jamsostek dan pihak perusahaan.


(12)

KAJIAN HUKUM PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA DI PT. INDONESIA ASAHAN

ALUMINIUM (INALUM)

Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum1

Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H, CN, M.Hum2 Jupenris Sidauruk3

1

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I 2

Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing II 3

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Kata kunci : - Jaminan Sosial Tenaga Kerja

- Kecelakaan Kerja

ABSTRAK

Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksud adalah program jaminan sosial tenaga kerja yang merupakan program pemerintah untuk memberikan perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta memberikan hak-hak tenaga kerja dalam mengatasi resiko-resiko yang timbul pada saat terjadinya hubungan kerja, dimana jamsostek memberikan jaminan dan perlindungan berupa pengganti biaya atau santunan atas penghasilan yang hilang atau berkurang atas resiko sosial, ekonomi yang ditimbulkan kecelakaan kerja, cacat, sakit, hari tua (pensiun), hingga meninggal dunia.

Permasalahan yang menarik untuk dibahas adalah adanya pegaturan hukum antara tenaga kerja dengan jaminan sosial tenaga kerja pada kecelakaan kerja, serta pelaknaaanya di PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) yang telah dilakukan dan tidak mendapat hambatan pada penerimaan uang jaminan sosial tenaga kerja dan bagaimana peran yang dihadapi oleh serikat buruh/serikat pekerja ketika adanya permasahan yang dibahas bersama dengan pemerintah berkaitan dengan JAMSOSTEK.

Dari hasil penelitian di PT. Indonesia Asahan Aluminium(INALUM) yang menggunakan metode pengumpulan data dan hasil wawancara bahwa jaminan sosial tenaga kerja merupakan salah satu program yang diperhatikan oleh pihak perusahaan, dimana perusahaan dalam mengatasi resiko-resiko yang timbul pada saat hubungan keja tidak pernah merasa dirugikan, pihak perusahaan akan selalu berusaha untuk memberikan perlindungan, motivasi serta akan memberikan yang terbaik buat tenaga kerjanya dan begitupula sebaliknya tenaga kerja juga harus berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik buat perusahaan serta saling menjaga dan melindungi kepentingan bersama.

Motivasi yang sangat besar dan harus dipahami bahwa program jaminan sosial tenaga kerja di PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) akan berusaha untuk memberikan perlindungan, pelayanan yang terbaik bagi para peserta jamsostek dan apabila terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian, maka pihak Jamsostek akan mengeluarkan biaya dan santunan kepada ahli waris yang ditinggalkannya, dengan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak jamsostek dan pihak perusahaan.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segalanya cepat berubah dan berkembang sejalan dengan tuntutan jaman dan majunya teknologi maka dari hari ke hari mobilitas masyarakat semakin banyak dan dituntut cepat. Menjawab semua itu dunia perusahaan khususnya mengenai tenaga kerja sekarang ini sudah sangat dipersulit oleh karena teknologi yang bertambah maju. Jasa tenaga kerja salah satunya yang menjadi tulang punggung perusahaan dan pembangunan nasional telah banyak diganti dengan semakin canggihnya alat-alat yang dipergunakan untuk pengganti tenaga kerja. Walaupun demikian tenaga kerja merupakan salah satu yang diharuskan ada dalam masyarakat Indonesia untuk mempersempit adanya pengangguran di segala bidang usaha.

Salah satu keberhasilan pembangunan nasional adalah kualitas manusia Indonesia, yang menentukan berhasil tidaknya usaha untuk memenuhi tahap tinggal landas. Peningkatan kualitas manusia tidak mungkin tercapai tanpa adanya jaminan hidup yang pasti untuk didapatkannya, dan peningkatan kualitas tenaga kerja serta perlindungan terhadap tenaga kerja harus disesuaikan dengan harkat dan martabat manusia.4

Sasaran utama Pembangunan Nasional tersebut adalah peningkatan kesejahteraan bangsa secara merata bagi semua golongan tingkatan masyarakat.

4

Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003) hal. ix


(14)

Oleh sebab itu menjadi cita-cita pula untuk meratakan hasil pembangunan secara bertahap yang akan dicapai nanti, tanpa kerja sama maka tidak akan tercapai apa sebenarnya yang dicita-citakan oleh pembangunan disektor ketenaga kerjaan.

Sejalan dengan perkembangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, pemerintah Orde Baru mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan dibidang ketenaga kerjaan guna mengganti ketentuan lama yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman dan untuk memperbaiki kondisi ketenaga kerjaan di tanah air dalam rangka memberikan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan kepada warga Negara, pada saat itu masih digunakan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 Tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai ketenagakerjaan.5

Pembangunan ketenaga kerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan

Hukum ketenaga kerjaan dengan segala problema dan implikasi tertentu sangat menarik untuk dibahas. Apalagi setelah reformasi menuntut banyak perubahan dan penyempurnaan secara signifikan, sehingga diperlukan suatu kajian dan pemahaman tersendiri dan juga menuntut akan terealisasinya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 setelah mempunyai banyak perubahan dari undang-undang lain dan peraturan-peraturan pelaksanaan sebelumnya.

5

Maimun, Hukum Ketenaga Kerjaan Suatu Pengantar,(Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 2004) hal. 8


(15)

masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata, baik materil maupun spiritual (penjelasan umum atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan ).6

(a) Yang menciptakan dan mengembangkan teknologi

Kepedulian terhadap pembangunan merupakan usaha yang komprehensif, antara lain mencakup pengembangan sumber daya manusia, peningkatan produktifitas daya saing tenaga kerja Indonesia, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan tenaga kerja, dan pembinaan hubungan industrial.

Tenaga kerja mempunyai peran dan arti yang sangat penting sebagai kelompok masyarakat produktifitas yang menunjang pelaksanaan pembangunan. Kedudukan tenaga kerja (istilah umumnya dikatakan sebagai Buruh) dalam berbagai macam aspek pembangunan semakin diperhitungkan, mengingat bahwa suksesnya pembangunan terletak pada manusia itu sendiri dalam mengelolanya sehingga manusia tersebut menjadi subjek pembangunan sekaligus menjadi objek pembangunan. Memang diakui, bahwa jumlah penduduk yang besar apabila tidak diiringi dengan pertumbuhan produksi akan menjadi beban yang bisa menghambat lajunya pembangunan. Namun apabila jumlah penduduk itu digunakan, dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan menguntungkan bagi usaha pembangunan disegala bidang. Bila dilihat dari pandangan ahli ekonomi penduduk merupakan unsur :

(b) Yang meng-organisasi penggunaan berbagai faktor produksi.7

6

Hardijan Rusli, Hukum Ketenaga Kerjaan 2003,(Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004) hal. 9 7

Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, (Jakarta : Bima Grafika, 1982) hal. 174


(16)

Walaupun semakin canggihnya alat-alat yang dipergunakan oleh perusahaan untuk tetap menjalankan roda kerja, maka semuanya tidak akan lepas dari tenaga kerja manusia. Hal tersebut telah dibuktikan oleh mereka yang bekerja pada lapangan pekerjaan di perusahaan tempat mereka bekerja.

Perlindungan tenaga kerja juga sangat mendapat perhatian dalam hukum ketenaga kerjaan, salah satu tujuan pembangunan ketenaga kerjaan adalah memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan, dan memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.

Menurut Pasal 99 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. Dalam ketentuan tersebut Jamsostek merupakan suatu hak yang tidak hanya dimiliki oleh pekerja/buruh tetapi juga keluarga. Pemberian hak kepada pekerja/buruh ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan pelayanan bila ada anggota keluarga pekerja/buruh mengalami sakit atau memerlukan bantuan medis lain seperti hamil dan melahirkan serta mereka yang mendapatkan kecelakaan kerja.8

Kesejahteraan yang perlu dikembangkan bukan hanya bagi tenaga kerja sendiri, akan tetapi juga bagi keluarganya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam arti luas, yang harus tetap dipelihara termasuk pada saat tenaga kerja kehilangan sebahagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya resiko-resiko sosial antara lain kecelakaan kerja, sakit,

8


(17)

meninggal dunia, cacat dan hari tua. Dalam keadaan hilang sama sekali, kehilangan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya dan keluarganya. Oleh karena resiko ini bersifat universal, maka perlu dipecahkan secara sistematis, terencana, bertahap serta berkelanjutan.

Berdasarkan uraian di atas, maka sangat penting untuk dibahas masalah Jaminan Sosial Tenaga Kerja di perusahaan PT. INALUM, dimana perlu diketahui bahwa perusahaan INALUM ini adalah salah satu perusahaan yang besar di Indonesia dan mempunyai banyak tenaga kerja, untuk itu ingin diketahui lebih mendetail berapa banyak kecelakaan kerja yang dihadapai oleh perusahaan, dan apakah perusahaan itu mengikuti aturan yang berada pada Undang-Undang Ketenaga Kerjaan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Oleh karena itu untuk membahas hal tersebut maka dipilihlah judul skripsi yaitu “Kajian Hukum Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PT. Indonesia Asahan Aluminium ( INALUM)”.

B. Permasalahan

Dalam penulisan skripsi harus ditentukan masalah yang merupakan titik tolak dari pembahasan selanjutnya. Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah :

a. Bagaimana Pengaturan Hukum tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja atas Kecelakaan Kerja.

b. Apakah Serikat Buruh/Serikat Pekerja Berperan dalam Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja atas terjadinya Suatu Kecelakaan Kerja pada PT. INALUM.


(18)

c. Bagaimana Hambatan yang diterima Tenaga Kerja dalam Penerimaan Uang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Ketika Kecelakaan Kerja di derita oleh Tenaga Kerja di PT. INALUM.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Sehubungan dengan permasalahan yang di kemukakan di atas maka penulisan skripsi ini bertujuan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui tentang Pengaturan Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja atas Kecelakaan Kerja.

b. Untuk mengetahui peran Serikat Buruh/Serikat Pekerja dalam Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja atas terjadinya suatu Kecelakaan Kerja.

c. Untuk mengetahui hambatan yang diterima Tenaga Kerja dalam Penerimaan Uang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Ketika Kecelakaan Kerja di derita oleh Tenaga Kerja di PT. INALUM.

Dari hasil penulisan ini di harapkan dapat memberikan manfaat yang jelas antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan sedikit pengetahuan tentang pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja terhadap kecelakaan kerja di perusahaan PT. INALUM.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yuridis yang berkaitan dengan pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja terhadap kecelakaan kerja yang sesuai dengan kaedah hukum.


(19)

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang Kajian Hukum Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja atas Kecelakaan Kerja di PT. Indonesia Asahan Aluminium dan data yang diperoleh dari perpustakaan, judul ini belum pernah ditulis sebagai skripsi. Kalaupun ada terdapat judul yang hampir sama dengan judul ini, akan tetapi substansi permasalahannya berbeda.

Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat di katakan bahwa skripsi ini merupakan karya yang asli.

E. Tinjauan Kepustakaan

Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat.

Menurut Payaman J. Simanjuntak tenaga kerja pada umumnya mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga. Hal inilah sebenarnya dikatakan sebagai tenaga kerja semu.9

9

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenaga kerjaan Indonesia (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 10


(20)

Batasan pengertian hukum ketenaga kerjaan, yang dulu disebut hukum perburuhan atau arbeidrechts juga sama dengan pengertian hukum itu sendiri, yakni masih beragam sesuai dengan sudut pandang para ahli memandangnya.

Daliyo menyatakan bahwa: hukum perburuhan adalah himpunan peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur hubungan kerja antara buruh dan majikan. Buruh bekerja pada dan dibawah majikan dengan mendapat upah sebagai balas jasanya.10

1. Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis.

Menurut Pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan bahwa

“Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”

Mengingat istilah tenaga kerja mengandung pengertian amat luas dan untuk menghindarkan adanya kesalahan persepsi terhadap penggunaan istilah lain yang kurang sesuai dengan tuntutan perkembangan hubungan industrial, maka istilah hukum ketenaga kerjaan lebih tepat dibanding dengan istilah hukum perburuhan.

Berdasarkan uraian tersebut bila dicermati, Hukum Ketenaga Kerjaan memiliki unsur-unsur:

2. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dengan majikan/pengusaha.

10


(21)

3. Adanya orang bekerja pada dan dibawah orang lain, dengan mendapat upah sebagai balas jasa.11

1. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Menurut Kenneth Thomson, seorang tenaga ahli pada Sekretariat Jendral

International Security Association (ISSA), dalam kuliahnya pada Regional Trainning ISSA, seminar tanggal 16 dan 17 Juni 1980 di Jakarta, mengemukakan

perumusan jaminan sosial sebagai berikut :

“Jaminan Sosial dapat diartikan sebagai perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk risiko-risiko atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunnya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis dan atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak”.12

Jaminan Sosial adalah suatu program perlindungan yang diberikan oleh negara, masyarakat dan organisasi sosial kepada seseorang/individu yang

Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah upaya kebijaksanaan yang ditujukan kepada tenaga kerja, terutama yang berada dilingkungan perusahaan dalam hal penyelenggaraan, perlindungan dengan interaksi kerja yang saling menguntungkan kedua belah pihak (Tenaga kerja dan pengusaha). Dalam kamus populer “Pekerjaan sosial” istilah jaminan sosial tersebut disebut sebagai berikut :

11 Ibid. 12

Sentanoe Kertonegoro, Jaminan Sosial dan Pelaksanaannya di Indonesia, Cet. I, Mutiara, Jakarta, hal. 29


(22)

menghadapi kesukaran-kesukaran dalam kehidupan dan penghidupannya, seperti penderita penyakit kronis, kecelakaan kerja dan sebagainya.13

Sedangkan pengertian yang diberikan oleh Imam Soepomo SH : Jaminan Sosial adalah pembayaran yang diterima oleh pihak buruh diluar kesalahanya tidak melakukan pekerjaan, jadi menjamin kepastian pendapatan (income security) dalam hal buruh kehilangan upahnya karena alasan diluar kehendaknya.14

1. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya.

Pengertian jaminan sosial tenaga kerja dinyatakan dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1992, yaitu :

Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

Dari pengertian jaminan sosial tenaga kerja diatas dapat ditarik kesimpulan, jaminan sosial mempunyai beberapa aspek, antara lain :

2. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan fikirannya kepada perusahaan tempat dimana mereka bekerja. 3. Dengan adanya upaya perlindungan dasar akan memberikan kepastian

berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang hilang.

10

Ridwan Marpaung, Kamus Populer Pekerja Sosial, 1988, hal. 36 14


(23)

4. Menciptakan ketenangan bekerja, karena adanya upaya perlindungan terhadap resiko-resiko kerja dan upaya pemeliharaan terhadap tenaga kerja. 5. Dengan adanya jaminan sosial tenaga kerja akan menciptakan ketenangan

bekerja yang pada akhirnya mendukung kemandirian dan harga diri manusia dalam menghadapi resiko sosial ekonomi.

Kebijaksanaan tenaga kerja dibidang jaminan sosial mempunyai keselarasan dengan pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila yaitu dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur dan merata baik material maupun spiritual. Sementara kita ketahui bahwa pembangunan itu bersifat dinamis, dimana sangat besar pengaruhnya didalam kehidupan manusia. Penggunaan teknologi diberbagai sektor kegiatan manusia, kegiatan usaha semakin meningkat dan tidak terlepas pula dari resiko yang akan menimpa, mengancam keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, sehingga perlu penanganan secara serius terhadap perlindungan tenaga kerja.

Keberadaan jaminan sosial tenaga kerja sebagai upaya perlindungan hidup tenaga kerja disuatu perusahaan besar manfaatnya, oleh karena itu sebagai langkah untuk menjamin hidup tenaga kerja, perusahaan sangat perlu memasukkan tenaga kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja yang dikelolah oleh PT. JAMSOSTEK.

Karena perusahaan yang memasukkan tenaga kerjanya dalam program Jamsostek adalah perusahaan yang terletak bijaksana pemikiranya dan telah bertindak :


(24)

1. Melindungi para buruhnya sedemikian rupa dalam menghadapi kecelakaan kerja yang mungkin saja terjadi, baik karena adanya mutakhir, maupun karena penempatan tenaga kerja pada proyek-proyek diluar daerah dalam rangka menunjang pembangunan.

2. Mendidik para buruhnya supaya berhemat/menabung yang dapat dinikmatinya apabila sewaktu-waktu terjadi suatu kejadian yang harus dihadapi buruh beserta keluarganya.

3. Melindungi perusahaan dari kerusakan kemungkinan berjumlah sangat besar, karena terjadinya musibah yang menimpa beberapa karyawan, dimana setiap kecelakaan atau musibah sama sekali tidak diharapkan.

4. Memberikan ketenangan kerja kepada buruh beserta keluarganya, karena dengan terjadinya kecelakaan yang sama sekali tidak diharapkan, mereka telah berhak memperoleh jaminan yang layak yang tidak perlu sulit-sulit mengurusnya.15

Program jaminan sosial tenaga kerja dibiayai dari, oleh dan untuk peserta. Dengan pengumpulan dana dari jumlah yang relatif kecil terkumpul dan yang memberikan perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan pada pesertanya. Dalam sistem jaminan sosial tenaga kerja berlaku prinsip gotong-royong dalam arti kerja sama antara yang mampu dan yang kurang mampu, antara yang berusia tua dan yang berusia muda, antara yang sehat dan yang sakit. Dengan demikian jaminan sosial tenaga kerja salah satu wujud pemerataan pembangunan. Bagi para pesertannya, jaminan sosial tenaga kerja juga menciptakan kemandirian, dalam

15

Y.W. Sunindhia dan Ninik Widiyanti, Managemen Tenega Kerja, Bima Aksara Jakarta, 1987, hal. 92


(25)

arti tidak menggantungkan diri pada orang lain pada waktu menghadapi resiko kehidupan. Dengan jaminan sosial tenaga kerja, pesertanya tidak perlu menggantungkan diri pada orang lain pada saat pesertanya menjadi tua dan tidak mampu bekerja. Demikian juga peserta tidak perlu belaskasihan orang lain pada saat membutuhkan biaya untuk perawatan sewaktu menderita sakit atau mengalami kecelakaan. Ketidak tergantungan pada orang lain ini merupakan manifestasi kemandirian yang menempatkan harga diri manusia pada tingkat yang setinggi-tingginya.

Penyelenggaraan jaminan sosial, juga mengakibatkan terkumpulnya dana, karena penerima iuran terjadi jauh sebelum pembayaran jaminan dilakukan. Lebih-lebih dalam struktur kependudukan yang relatif muda seperti negara kita. Dana ini dapat menjadi sumber pembentukan modal guna menunjang pembangunan.

Sifat gotong-royong dalam sistem jaminan sosial tenaga kerja juga menunjukkan kerja sama segenap tripartit. Pemerintah, pengusaha dan pekerja mempunyai peran masing-masing yang menentukan kemajuan yang dicapai program jaminan sosial tenaga kerja. Permasalahan tenaga kerja memang harus diselesaikan secara bersama atas dasar musyawarah untuk mencapai mufakat diantara unsur tripartit tersebut.

Oleh sebab itu, jaminan sosial tenaga kerja memberikan perlindungan bagi mereka yang bekerja dan mendapatkan pelayanan sebagai akibat dari keadaan yang dialami oleh setiap tenaga kerja seperti Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),


(26)

Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).

2. Dasar hukum jaminan sosial tenaga kerja

UU No. 3 Tahun 1992 tentang JAMSOSTEK ini dikeluarkan berlandasarkan dasar-dasar hukum.

a. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.

b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya undang-undang pengawasan perburuhan tahun 1948 nomor 23 dari Republik Indonesia untuk seluruh Indonesia (Lembaran Negara tahun 1951 Nomor 41).

c. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok Mengenai tenaga kerja (lembaran Negara Tahun 1969 nomor 55 : Tambahan lembaran negara nomor 2912).

d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja (lembaran negara tahun 1970 nomor 1, tambahan lembaran negara nomor 2918).

e. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan (Lembaran Negara tahun 1981 nomor 39, tambahan lembaran negara nomor 3201).

3. Pengertian kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang terjadi berhubungan dengan hubungan


(27)

kerja, demikian juga kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju ketempat kerja dan pulang kerumah menuju jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan terjadi. Tak terduga karena dibelakang peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai dengan kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat, baik bagi pengusaha maupun bagi pekerja/ buruh.16

16

Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 107

Sedangkan yang dimaksu kecelakaan menurut Peraturam Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977, tidak hanya kecelakaan yang terjadi di ruangan kerja saja, tetapi juga kecelakaan yang terjadi sejak pekerja meninggalkan rumahnya menuju tempat bekerjanya sampai dia pulang kembali ke rumahnya dengan melalui jalan yang biasa ia lalui. Kecelakaan yang terjadi di jalan raya atau yang terjadi selama seorang pekerja melakukan pekerjaan atas perintah atasan dianggap kecelakaan kerja.

Sebaliknya tidak dianggap, sebagai kecelakaan kerja, apabila seorang pekerja di dalam perjalanannya menuju ke tempat kerja atau pulang kerja mampir terlebih dahulu ke suatu tempat, dan terjadi kecelakaan di tempat itu. Kecelakaan yang demikian tidak dianggap kecelakaan kerja kalau mampirnya itu untuk tugas pribadi atau tugas rumah.


(28)

Disamping itu penyakit yang timbul sebagai akibat langsung dari pekerjaan juga dapat dianggap sebagai kecelakaan kerja. Namun kalau penyakit itu menyebabkan cacat atau meninggal dunia. Maka untuk dapat dianggap sebagai penyakit kecelakaan kerja haruslah dia memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat itu adalah :

a. Pekerjaan tenaga kerja harus menanggung risiko penyebab penyakit itu.

b. Pekerja/tenaga kerja yang bersangkutan berhubungan langsung dengan risiko itu.

c. Penyakit tersebut telah berlangsung selama suatu masa tertentu.

d. Tidak ada kelalaian yang disengaja oleh tenaga kerja sehingga ia terkena penyakit itu.

e. Khusus untuk penyakit slicosic, absestorius, dan bsynosis absestrosis, dan bsynosis tidak dianggap sebagai penyakit kerja, bila pekerja belum datang ke tempat itu (tempat penyebab penyakit) selama 10 (sepuluh) tahun.

4. Ruang lingkup PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) PT Inalum terdiri dari :

1) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang terletak di sungai Asahan di Paritohan, kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir.

PLTA PT Inalum yang terletak di sepanjang sungai Asahan terdiri dari : (1) Bendungan Pengatur (Regulating Dam), yang terletak di Siruar, ±14,6

km dari danau Toba. Bendungan ini berfungsi untuk menyediakan persediaan air yang di dalam danau dan mengatur air keluar dari danau


(29)

Toba ke sungai Asahan. Tipe bendungan ini adalah beton massa dengan ketinggian 39 m, panjang 71 m.

(2) Bendungan Penadah Air Siguragura (Siguragura Intake Dam) yang terletak di Simorea, ±9 km di hilir Bendungan Pengatur. Tipe bendungan ini adalah beton massa dengan ketinggian 46 m, panjang 173 m. Bendungan ini berfungsi untuk mengatur pasokan air ke stasiun pembangkit listrik Siguragura (Siguragura Power Station) yang berada 200 m di dalam perut bumi dengan 4 unit generator. Total kapasitas tetap dari keempat generator tersebut adalah 203 MW. Pembangkit listrik Siguragura ini merupakan PLTA bawah tanah pertama di Indonesia.

(3) Bendungan Penadah Air Tangga (Tangga Intake Dam) yang terletak di Tangga, ±8 km di hilir bendungan Siguragura atau 500 m di hulu air terjun Tangga. Bendungan ini berfungsi untuk mengatur pasokan air ke PLTA Tangga. Tipe bendungan ini adalah beton massa berbentuk busur pertama di Indonesia. PLTA Tangga yang berada ±1,7 km di hilir bendungan Tangga beradadi atas permukaan tanah dan memiliki 4 unit generator. Total kapasitas tetap PLTA Tangga ini adalah 223 MW. Kemudian tenaga listrik yang dihasilkan stasiun pembangkit listrik Siguragura dan Tangga disalurkan melalui jaringan sepanjang 120 km dengan jumlah menara 271 buah dan tegangan 275 KV ke Kuala Tanjung. Melalui gardu induk Kuala Tanjung tegangannya diturunkan menjadi 33 KV untuk didistribusikan ke tiga gedung tungku reduksi dan gedung penunjang lainnya. Masing-masing gedung


(30)

tungku reduksi mempunyai 2 unit penyearah silikon dengan DC 37 KA dan 800 V.

Sesuai dengan Perjanjian Induk kelebihan tenaga listrik dengan batasan max, 50 MW diserahkan kepada pemerintah melalui PLN. Kelebihan tenaga listrik tegangan 275 KV ini disalurkan melalui gardu Kuala Tanjung ke gardu induk PLN untuk didistrbusikan ke masyarakat melalui jaringan transmisi 150 KV.17 2) Pabrik peleburan aluminium yang terletak di Kuala Tanjung, kecamatan Sei

Suka, kabupaten Batu bara.

Pabrik peleburan PT Inalum terdiri dari 3 (tiga) pabrik utama yaitu : (1) Pabrik Karbon (Carbon Plant)

(2) Pabrik Reduksi (Reduction Plant) (3) Pabrik Penuangan (Casting Plant)

PT Inalum membangun sarana yang diperlukan untuk kedua proyek, seperti: pelabuhan, jalan-jalan, perumahan karyawan, sekolah dan lain-lain, dengan investasi yang keseluruhannya berjumlah ±411 milyar yen.18

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Penelitian ini bersifat deskriptif

F. Metode Penelitian

Dalam setiap penulisan haruslah menggunakan metode penelitian yang sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

17

Buku Pintar Inalum , 2009, Materi Riset-Pkl, hal. 1 18


(31)

(descriptive research). Menurut Bambang Waluyo penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan tentang sesuatu hal tertentu di daerah tertentu dan pada saat tertentu.19 Namun secara khusus, menurut jenis, sifat dan tujuannya, penelitian ini adalah penelitian hukum empiris atau dekenal juga dengan penelitian hukum sosiologis. Penelitian hukum empiris didasarkan atas data primer yaitu data yang didapat langsung dari lapangan sebagai sumber pertama melalui penelitian.20

Yaitu pengambilan data dari lapangan yang disebut dengan penelitian lapangan (Field Research), yakni PT. Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung. Dalam hal ini yang diperlukan adalah tentang dokumentasi Perusahaan terutama yang berkaitan dengan kecelakaan kerja dan Pembayaran

Cara pengumpulan data dilakukan dengan dua (dua) cara yakni: a. Library Reseach (Penelitian Kepustakaan)

Yaitu penelusuran bahan kepustakaan (Library Reseach) dari perpustakaan terhadap bahan-bahan yang relevan dengan penulisan skripsi ini yakni, buku-buku yang bersumber dari Hukum Ketenaga Kerjaan dan buku-buku tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang didalamnya juga terdapat Pendapat Sarjana tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, serta Perundang-undangan yang dipakai seperti: Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, serta Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

b. Field Research (Penelitian Lapangan)

19

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hal. 8-9

20


(32)

Jaminan Sosial Tenaga Kerja kepada Tenaga Kerja yang mengalami kecelakaan kerja.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung dengan Pertimbangan bahwa tempat tersebut memenuhi karakteristik untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah yang akan diteliti.

3. Alat Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini di lapangan, maka alat yang dipakai untuk mendapatkan data tersebut melalui, studi dokumen di PT. Indonesia Asahan aluminium dan melalui pedoman wawancara. Selanjutnya wawancara dilakukan kepada kepala bagian Divisi Umum dan Sumber Daya Manusia yaitu bapak Ismail Midi di PT. Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung.

4. Analisis Data

Setelah diperoleh data dari lapangan dengan lengkap, maka tehap berikutnya adalah mengolah dan menganalisis data. Data dianalisis dengan metode pendekatan yang bersifat analitis deskriptif dan metode induksi, deduksi, tergantung data yang dianalisis dengan pendekatan yuridis sosiologis.

Analitis deskriptif maksubnya bahwa semaksimal mungkin berupaya untuk memaparkan data-data yang sebenarnya terjadi dilapangan.

Metode deduktif artinya analisis didasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia tentang jaminan sosial tenaga kerja dijadikan sebagai pedoman untuk mengambil kesimpulan yang bersifat khusus berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian.


(33)

Metode induktif artinya bahwa dari data-data yang khusus mengenai penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja akan ditarik sebuah kesimpulan umum yang akan dijadikan bahan kajian untuk selanjutnya.

Pendekatan yuridis sosiologis maksubnya bahwa pendekatan yang dilakukan adalah berusaha meneliti bagaimana efektifitas (daya laku) peraturan perundang-undangan di dalam masyarakat.21

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan, pada bagian pendahuluan ini diuraikan tentang Latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, tinjauan kepustakaan, sistematika penulisan.

BAB II : Pengaturan Hukum Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja atas Kecelakaan Kerja, pada bagian bab ini diuraikan tentang, sejarah jaminan sosial tenaga kerja di Indonesia, macam-macam jaminan yang diberikan oleh jaminan sosial tenaga kerja, peranan pemerintah dalam perlindungan jaminan sosial tenaga kerja.

BAB III : Peran Serikat Buruh/Serikat Pekerja dalam Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja atas Terjadinya Kecelakaan Kerja, pada bagian bab ini diuraikan tentang, sejarah serikat buruh/serikat pekerja, peran dan fungsi serikat

21


(34)

buruh/serikat pekerja dalam suatu perusahaan, pendaftaran, pembayaran iuran, pembayaran santunan program jamsostek di PT. Indonesia Asahan Aluminium.

BAB IV : Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Terhadap Kecelakaan Kerja di PT. Indonesia Asahan Aluminium, pada bagian bab ini diuraikan tentang gambaran umum tentang PT. Indonesia Asahan Aluminium, jaminan-jaminan yang diterima oleh tenaga kerja PT. Indonesia Asahan Aluminium, hambatan yang diterima tenaga kerja dalam menerima uang jaminan sosial tenaga kerja yang diderita tenaga kerja.


(35)

BAB II

PENGATURAN HUKUM TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA

A. Sejarah Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia 1. Pengertian jaminan sosial tenaga kerja

Jaminan sosial dapat diartikan secara luas dan dapat pula diartikan secara sempit. Dalam pengertiannya yang luas jaminan sosial ini meliputi berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan atau pemerintah. Usaha-usaha tersebut oleh Sentanoe Kertonegoro dikelompokkan dalam empat kegiatan usaha utama sebagai berikut :

1. Usaha-usaha yang berupa pencegahan dan pengembangan, yaitu usaha-usaha dibidang kesehatan, keagamaan, keluarga berencana, pendidikan, bantuan hukum, dan lain-lain yang dapat dikelompokkan dalam Pelayanan Sosial (Social Service).

2. Usaha-usaha yang berupa pemulihan dan penyembuhan, seperti bantuan untuk bencana alam, lanjut usia, yatim piatu, penderita cacat, dan berbagai ketunaan yang dapat disebut sebagai Bantuan Sosial (Social Assistance).

3. Usaha-usaha yang berupa pembinaan, dalam bentuk perbaikan gizi, perumahan, transmigrasi, koperasi, dan lain-lain yang dapat dikategorikan sebagai Sarana Sosial (Social Infra Structure).

4. Usaha-usaha di bidang perlindungan ketenagakerjaan yang khusus ditujukan untuk masyarakat tenaga kerja yang merupakan inti tenaga pembangunan dan


(36)

selalu menghadapi resiko-resiko sosial ekonomis, digolongkan dalam Asuransi Sosial (Social Insurance).22

Dengan mencakup usaha-usaha tersebut diatas, maka secara defenitif pengertian jaminan sosial secara luas dapat dijumpai dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, Pasal 2 ayat (4) sebagai berikut:

“Jaminan sosial sebagai perwujudan sekuritas sosial adalah seluruh system perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan sosial bagi warga negara yang diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat guna memelihara taraf kesejahteraan sosial”

UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dalam Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa jaminan sosial adalah :

“Suatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.”

Kemudian, Kenneth Thomson, seorang tenaga ahli pada Sekretariat Jendral

International Security Association (ISSA), dalam kuliahnya pada Regional

Trainning ISSA, seminar tanggal 16 dan 17 Juni 1980 di Jakarta, mengemukakan perumusan jaminan sosial sebagai berikut :

“Jaminan Sosial dapat diartikan sebagai perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk risiko-risiko atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya

22


(37)

atau turunnya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis dan/atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak.”23

1. Kebutuhan akan pelayanan medis;

Adapun peristiwa-peristiwa yang biasanya dijaminkan oleh jaminan sosial adalah :

2. Tertudunya, hilangnya, atau turunnya sebagian penghasilan yang disebabkan : a. Sakit;

b. Hamil;

c. Kecelakaan kerja dan penyakit jabatan; d. Hari tua;

e. Cacat;

f. Kematian pencari nafkah; g. Pengangguran.

3. Tanggung jawab untuk keluarga dan anak-anak.24

Berkaitan dengan masalah hubungan kerja, jaminan sosial bagi pekerja/buruh diartikan secara sempit dapat dijumpai dalam berbagai kepustakaan hukum perburuhan/hukum ketenagakerjaan. Pengertian jaminan sosial secara sempit dapat dijumpai dalam buku Iman Soepomo yang merumuskan bahwa “Jaminan sosial adalah pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh di luar kesalahannya tidak melakukan pekerjaannya, jadi menjamin kepastian pendapatan

23

Ibid., hal. 29 24


(38)

(income security) dalam hal buruh kehilangan upahnya karena alasan diluar kehendaknya.”25

Oleh karena itu, dalam Pedoman Pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila (HIP), dirumuskan pengertian jaminan sosial secara luas sebagai berikut : “Jaminan sosial adalah jaminan kemungkinan hilangnya pendapatan pekerja sebagian atau seluruhnya atau bertambahnya pengeluaran karena risiko sakit, kecelakaan, hari tua, meninggal dunia, atau risiko sosial lainnya.”

Kata “pembayaran” dalam defenisi Iman Soepomo di atas mengandung makna bahwa pengertian yang dikemukakan oleh beliau sangatlah “sempit” jauh dari apa yang sesungguhnya berkembang dalam praktik pemberian jaminan sosial di Indonesia saat ini. Dalam pekembangannya sekarang, jaminan sosial bagi pekerja/buruh bukan hanya berupa pembayaran, tetapi juga berupa pelayanan, bantuan, dan sebagainya.

26

Selanjutnya, dalam Pasal 1 ke-1 UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, pengertian jaminan sosial tenaga kerja dirumuskan sebagai berikut : “Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk bantuan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atua berkunrang dalam pelayanan sebagai akibat peristiwa yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.”

25

Imam Soepomo, Loc. cit. 26


(39)

2. Sejarah jaminan sosial tenaga kerja di Indonesia

Pembangunan sektor ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu bagian tak terpisahkan dengan pembangunan nasional sebagai pengalaman Pancasila, dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945, diarahkan pada peningkatan harkat dan martabat manusia serta kepercayaan pada diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera, adil dan makmur baik materil maupun spritual.

Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan risiko yang dihadapinya. Oleh karena itu kepada kerja perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraannya, sehingga pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas nasional.

Bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan dimaksud diselenggarakan dalam bentuk program jaminan sosial tenaga kerja yang bersifat dasar, dengan berdasarkan usaha bersama, kekeluargaan, dan gotong royong sebagaimana terkandung dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pada dasarnya program ini menekankan pada perlindungan bagi tenaga kerja yang relatif mempunyai kedudukan yang lemah.

Melihat keadaan seperti itu pengusaha harus memikul semua tanggung jawab utama, dan secara moral pengusaha mempunyai kewajiban untuk meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja. Di samping itu, sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas


(40)

pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik.

Sesuai dengan latar belakang terjadinya jaminan sosial tenaga kerja maka di dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Pasal 1 (1) dikatakan bahwa Jaminan Sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagai akibat penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari atua dan meninggal dunia.27

27

Abdul Khakim, Op. cit., hal. 68

Program jaminan sosial tenaga kerja merupakan bentuk perlindungan ekonomis dan perlundungan sosial. Dikatakan demikian, kaerna program ini memberikan perlindungan dalam bentuk santunan berupa uang atas berkurangnya penghasilan dan perlindungan dalam bentuk pelayanan perawatan/pengobatan pada saat seorang tertimpa risiko-risiko tertentu.

Sudah menjadi kodrat, bahwa manusia itu berkeluarga dan berkewajiban menanggung kebutuhan keluarga. Oleh karena itu kesejahteraan yang perlu dikembangkan bukan hanya bagi tenaga kerja sendiri. Tetapi juga bagi keluarganya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas, yang harus tetap dipelihara termasuk pada saat tenaga kerja kehilangan sebahagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko sosial antara lain kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia dan hari tua.


(41)

Dalam rangka untuk menciptakan landasan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan, program jasmani sosial tenaga kerja merupakan kelanjutan dari Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) yang didirikan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977. Secara Yuridis penyelenggaraan program jasmani sosial tenaga kerja (Jamsostek) dimaksudkan sebagia pelaksanaan pasal 10 dan pasal 15 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja.28

28

Ibid., hal. 69

Undang-undang ini mengatur penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja sebagai perwujudan pertanggungan sosial bagi tenaga kerja, yang meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan, (dan saat ini tidak diberlakukan lagi karena telah direvisi dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).

Kemudian, pengawasan terhadap undang-undang tersebut dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Di samping itu, dikeluarkan juga suatu peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk melaporkan seluruh tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan perusahaannya dan dikeluarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan.


(42)

Oleh sebab itu untuk menyeragamkan semua peraturan yang ada dan juga masih dalam peningkatan kesejahteraan tenaga kerja bagi tenaga kerja maka dikeluarkan pada saat itu Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) yang pada saat itu masih berbentuk Perusahaan Umum (Perum).

Berdasarkan peraturan ini maka perusahaan diwajibkan untuk menyelenggarakan program Astek, yaitu dengan cara mempertanggungkan buruhnya dalam asuransi kecelakaan kerja dan asuransi kematian, demikian pula dalam program tabungan hari tua pada badan penyelenggara yaitu Perusahaan Umum Asuransi Sosial. Tenaga kerja (Perum Astek) yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1977.29

1. Peraturan Kecelakaan (Ongevallenregeling) 1939.

Sebelum Tahun 1977, sebenarnya sudah terdapat beberapa ketentuan yang mewajibkan pengusaha untuk memberikan jaminan uang ganti rugi bila terjadi musibah atau risiko yang menimpa pekerjanya antara lain :

2. Peraturan Kecelakaan Pelaut (Schepen Ongovallenregeling) 1940 dan 3. Undang-Undang kecelakaan Nomor 33 Tahun 1947.

Namun, pada kenyataannya masih banyak pengusaha yang tidak mematuhinya, sehingga diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1997 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja.30

Kemudian didasarkan atas semakin meningkatnya peranan tenaga kerja dalam perkembangan pembangunan nasional di seluruh tanah air dan semakin

29

Imam Soepomo, Op. cit., hal. 198 30

Budiono, Pengentar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995) hal. 235 dalam Abdul khakim, Loc. Cit.


(43)

meningkatnya penggunaan teknologi berbagai sektor kegiatan usaha yang membuat semakin meingkatnya risiko yang mengancam keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan tenaga kerja dan untuk santunan terhadap keluarganya, sehingga perlu upaya peningkatan perlindungan tenaga kerja, maka Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) dirasakan belum mengatur secara lengkap Jaminan Sosial Tenaga Kerja serta tidak sesuai lagi dengan kebutuhan.

Oleh sebab itu pada tanggal 17 Pebruari 1992 diubah dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 ditunjuk dalam penyelenggaraan adalah Perusahaan Perseroan (PERSEROAN) PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja menggunakan istilah tenaga kerja untuk menunjukkan subjek yang dilindungi (tertanggung dalam istilah Asuransi) bukan pekerja atau buruh. Hal ini terkait dengan lingkup perlindungan tidak hanya diberikan pada saat di dalam hubungan kerja (saat menjadi pekerja/buruh) tetapi juga setelah berada di luar hubungan kerja, misalnya karena pensiun atau dalam bentuk jaminan hari tua (JHT) selain lingkup tersebut penggunaan istilah tenaga kerja dimaksudkan karena pihak yang diberi jaminan bukan hanya pekerja/buruh dan keluarganya tetapi juga :

1. Peserta magang dan murid yang bekerja dalam rangka praktek pada perusahaan baik yang menerima upah maupun tidak.


(44)

2. Orang yang memborong pekerjaan tetapi tidak termasuk perusahaan (pemborong pekerjaan yang bukan perusahaan).

3. Narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.

Khusus untuk program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK). Oleh karena luasnya lingkup jaminan tersebut maka digunakan istilah tenaga kerja bukan pekerja/buruh.31

1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

Jaminan ini memberikan pelayanan medis berupa penyembuhan dan pemulihan kepada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja dan santunan selama tidak mampu menjalankan pekerjaan akibat kecelakaan kerja. Dengan demikian bukan saja tenaga kerja akan tetapi juga peserta magang, murid/siswa, yang sedang mengikuti praktek kerja, orang yang memborong pekerjaan dan narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.

B. Macam-macam Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Berbicara tentang macam-macam jaminan sosial tenaga kerja, maka tidak terlepas dari pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja tersebut. Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Pasal 6 ayat 1) yang menjadi ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja meliputi :

2. Jaminan Kematian (JK) 3. Jaminan Hari Tua (JHT)

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)32

31

Maimun, Op. cit., hal. 85 32


(45)

Untuk pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja yang terdapat pada beberapa macam tersebut akan di uraikan secara teliti diantaranya :

1. Jaminan kecelakaan kerja (JKK)

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, demikian juga kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju ketempat kerja dan pulang kerumah menuju jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Kecelakaan kerja merupakan risiko yang sering dihadapi tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan dan terjadi karena faktor ketidak sengajaan. Oleh karena itu sudah sewajarnya apabila tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja itu mendapat bantuan jaminan kecelakaan kerja karena kecelakaan kerja tersebut telah menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruhnya penghasilannya tersebut dan pada umumnya kecelakaan akan mengakibatkan dua hal berikut :33

1. Kematian, yaitu kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya bias meninggal dunia.

2. Cacat atau tidak berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang menderita kecelakaan. Cacat ini terdiri dari :

a. Cacat tetap, yaitu kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami pembatasan atau gangguan fisik atau mental yang bersifat tetap. b. Cacat sementara, yaitu kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan

penderitanya menjadi tidak mampu bekerja untuk sementara waktu.

33


(46)

Pengertian cacat dalam program jaminan kecelakaan kerja, Jaminan Sosial Kerja adalah sakit yang mengakibatkan tidak berfungsinya sebagian anggota tubuh yang tidak bisa sembuh (atau tidak berfungsi lagi), ketidakmampuan bekerja secara tetap atau total, dan mengakibatkan timbulnya risiko ekonomis bagi penderitanya.

Dalam menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang oleh kecelakaan kerja yang berupa kematian atau cacat tetap atau sementara, baik fisik maupun mental perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.

Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan terjadi. Tak terduga karena dibelakang peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai dengan kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat, baik bagi pengusaha maupun bagi pekerja/ buruh.34

Kecelakaan kerja dapat dikelompokkan atas dua sebab utama yaitu sebab-sebab teknis biasanya menyangkut masalah kecelakaan perusahaan, peralatan kerja dan kurang lengkapnya alat pengamanan. Untuk mengurangi kerugian pada pihak pengusaha perlu mempertimbangkan dan memperhatikan hal-hal tersebut di atas. Sebab-sebab manusia biasanya dikarenakan oleh “deficiencies” (hal-hal yang ada pada diri sendiri) pada individu seperti sikap ceroboh, tidak hati-hati, mengantuk, pecandu alkohol atau obat bius seperti narkoba dan kurangnya

34


(47)

keterampilan. Hal-hal yang dapat dimasukkan sebagai kecelakaan kerja pada waktu kerja adalah sebagai berikut :

a. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dilingkungan tempat kerja.

b. Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan pulang dari dan ketempat kerja, sepanjang melalui perjalanan yang wajar dari biasa dilakukan setiap hari.

c. Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat lain dalam rangka tugas atau secara langsung bersangkut-paut dengan penugasan dan tidak ada unsur kepentingan pribadi.

d. Kecelakaan yang terjadi diluar jam kerja tetapi masih dalam waktu kerja seperti jam istirahat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

e. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan perjalanan yang harus dibuktikan dengan surat perintah lembur.

f. Perkelahian di tempat kerja dianggap sebagai kecelakaan kerja (Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992).35

Selain yang termasuk kecelakaan kerja pada waktu kerja terdapat juga kecelakaan kerja diluar waktu kerja yang dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melaksanakan kegiatan olahraga yang

harus dibuktikan dengan surat penugasan dari perusahaan.

2. Kecelakaan yang terjadi pada waktu mengikuti pendidikan yang merupakan tugas dari perusahaan dan harus dibuktikan dengan surat penugasan.

35


(48)

3. Kecelakaan yang terjadi disebuah perkemahan yang berada di lokasi kerja

(base camp/jemal) diluar jam kerja (tidur/istirahat) serta yang bersangkutan

bebas dari setiap urusan perkemahan.36

Dalam kaitannya dengan kecelakaan kerja, ada suatu jenis kecelakaan yang tidak dapat dikategorikan sebagai kecelakaan kerja. Jenis-jenis kecelakaan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kecelakaan yang terjadi pada waktu cuti, yaitu yang bersangkutan sedang bebas dari urusan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Jika yang bersangkutan mendapat panggilan atau tugas dari perusahaan, maka dalam perjalanan untuk memenuhi panggilan tersebut, yang bersangkutan sudah dijamin oleh Jaminan Kecelakaan Kerja (yang digarisbawahi sebetulnya tertulis Asuransi Kecelakaan Kerja : diganti oleh penyusun).

b. Kecelakaan yang terjadi dimes/perkemah yang tidak berada di lokasi tempat kerja.

c. Kecelakaan yang terjadi dalam rangka melakukan kegiatan yang bukan merupakan tugas dari atasan, untuk kepentingan perusahaan.

d. Kecelakaan yang terjadi pada waktu yang bersangkutan meninggalkan tempat kerja untuk kepentingan pribadi. Contoh : pergi makan tidak dianggap sebagai kecelakaan kerja jika perusahaan menyediakan fasilitas makan.37

Jenis kecelakaan di atas tentunya tidak akan mendapatkan jaminan dari badan penyelenggaraan.

36

Ibid, hal. 13 37

Anonim, (1994 : 4), dalam Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, hukum ketenagakerjaan bidang hubungan kerja, Hal. 107


(49)

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang disebut sebagai kecelakaan kerja adalah suatu peristiwa/kejadian baik itu terjadi pada waktu kerja yang ada hubungannya dengan kepentingan perusahaan dan dibuktikan dengan surat perintah maupun diluar waktu kerja atau pulang dari tempat kerja atau sebaliknya atau timbulnya penyakit akibat hubungan kerja dan adanya kasus meninggal mendadak. Semua hal di atas menimbulkan kerugian bagi karyawan dan berhak mendapat tunjangan kecekalaan-kecekalaan kerja.

2. Jaminan kematian

Kematian muda atau kematian dini/premature pada umumnya menimbulkan kerugian financial bagi mereka yang ditinggalkan. Kerugian ini dapat berupa kehilangan mata pencaharian atau penghasilan dari yang meninggal, dan “kerugian” yang diakibatkan oleh biaya perawatan selama yang bersangkutan sakit serta biaya pemakanan. Oleh karena itu, dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja pemerintah mengadakan program Jaminan Kematian.38

Jaminan kematian adalah jaminan yang diberikan kepada ahli waris/keluarga tenaga kerja yang meninggal akibat kecelakaan kerja guna meringankan keluarga dalam bentuk santunan kematian dan biaya pemakaman. Dari pengertian di atas menunjukan bahwa tenaga kerja itu dipandang sebagai insan sosial yang perlu dibantu, sehingga keluarga yang ditinggal tidak akan menambah beban

Bentuk jaminan kematian program Jamsostek ini merupakan program asuransi ekawaktu dengan memberikan jaminan untuk jangka waktu tertentu saja, yaitu sampai dengan usia 55 tahun.

38


(50)

sehubungan dengan terputusnya hubungan kerja dengan perusahaan demikian juga sebaliknya keluarga yang ditinggalkan dapat mempergunakan santunan yang diberikan perusahaan. Adanya bantuan jaminan kematian yang diberikan perusahaan terhadap karyawan akan mempunyai pengaruh terhadap perusahaan yang masih aktif yang dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerja serta pada akhirnya dapat meningkatkan produksi baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas.

3. Jaminan hari tua

Jaminan hari tua merupakan program tabungan wajib yang berjangka panjang dimana iurannya ditanggung oleh pekerja/buruh dan pengusaha, namun pembayarannya kembali hanya dapat dilakukan apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu.39

1. Program jaminan hari tua ini bersifat wajib. Sebab tanpa kewajiban yang dipaksakan dengan sanksi, sering kali sulit bagi pekerja/buruh untuk menabung demi masa depannya sendiri, dan bagi pengusaha untuk memikirkan kesejahteraan para pekerja/buruhnya.

Dengan demikian, pengertianya adalah sebagai berikut :

2. Program ini berjangka panjang karena memang dimaksudkan untuk hari tua sehingga tidak bisa diambil sewaktu-waktu.

3. Iurannya ditanggung oleh pekerja/buruh sendiri ditambah dengan iuran dari pengusaha untuk diakkreditasi pada rekening masing-masing peserta (pekerja/buruh) oleh badan penyelenggara.

39


(51)

4. Adanya persyaratan jangka waktu pengambilan jaminan. Ini dimaksudkan agar jumlahnya cukup berarti untuk bekal hari tua, kecuali peserta yang bersangkutan meninggal dunia atau cacat total tetap sebelum hari tua.40

Kepesertaan jaminan hari tua bersifat wajib secara nasional bagi semua pekerja/buruh yang memenuhi persyaratan. Persyaratan yang dimaksudkan adalah khusus bagi pekerja/buruh dengan perjanjian kerja waktu tertentu yang harus bekerja di perusahaannya lebih dari tiga bulan. Artinya kalau mereka bekerja kurang dari tiga bulan pengusaha tidak wajib mengikutsertakannya dalam program jaminan hari tua. Pengusaha hanya wajib mengikutsertakan dalam program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian.

Karena jaminan hari tua sama dengan program tabungan hari tua, setiap peserta akan memiliki rekening tersendiri pada badan penyelenggara. Selain itu, program ini merupakan program berjangka panjang yang hanya dapat dibayarkan kembali setelah mereka pensiun, kecuali kalau terjadi kematian, cacat total tetap, dan diputuskan hubungan kerjanya (setelah memenuhi masa kepesertaan lima tahun). Apabila pekerja/buruh diputuskan hubungan kerja pembayaran kembali jaminan hari tua dilakukan setelah masa tunggu enam bulan. Masa tunggu maksudnya adalah suatu masa dimana pekerja/buruh yang diputuskan hubungan kerjanya telah mempunyai pekerjaan lagi atau tidak.

Jaminan hari tua akan dibayarkan langsung oleh badan penyelenggara kepada pekerja/buruh yang bersangkutan atau ahli warisnya, dalam hal berikut :

40 Ibid.


(52)

1. Pekerja/buruh yang bersangkutan telah mencapai usia lima puluh lima tahun, yaitu usia sebagai batas masa kerja atau pensiun.

2. Pekerja/buruh yang bersangkutan mengalami cacat total tetap menurut keterangan dokter yang ditunjuk oleh perusahaan atau badan penyelenggara. 3. Pekerja/buruh yang bersangkutan meninggal dunia, baik karena kecelakaan

kerja maupun karena kematian dini (prematur).41

Pekerja/buruh yang diputuskan hubungan kerjanya oleh pengusaha, dan pekerja/buruh yang bersangkutan tidak mendapatkan pekerjaan lagi setelah melewati masa tunggu enam bulan terhitung sejak pekerja/buruh yang bersangkutan berhenti bekerja.

Jaminan Hari Tua (JHT) dibayar kepada tenaga kerja, secara sekaligus atau berkala atau sebagian dan berkala berdasarkan pilihan tenaga kerja yang bersangkutan karena :

a. Telah mencapai usia 55 tahun (lima puluh lima) tahun atau.

b. Cacat total tetap setelah ditetapkan oleh Dokter walaupun belum 55 tahun. c. Meninggalkan wilayah Indonesia selamanya.

d. Tidak bekerja lagi.42

Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, jaminan hari tua dibayar kepada janda atau duda, atau anak yatim piatu. Besarnya jaminan hari tua adalah keseluruhan iuran yang telah disetor beserta hasil pengembangannya.

Adapun pembayaran diberikan secara berkala dengan tujuan untuk menjamin kelangsungan biaya hidup sehari-hari tenaga kerja, keluarganya. Selain itu dalam

41

Ibid., hal. 116 42


(53)

hal-hal tertentu jaminan hari tua dapat dibayarkan sebelum tenaga kerja mencapai usia 55 tahun dan telah mencapai ketentuan masa kepesertaan jaminan hari tua. Maksudnya dalam hal ini apabila tenaga kerja telah bekerja di perusahaan di atas lima tahun dapat menerima apabila tenaga kerja tersebut bekerja kembali diperusahaan lain dengan disertai keterangan dari perusahaan yang sebelumnya bekerja, dengan melampirkan :

1. KPA/KPJ Asli

2. Foto copy KTP tenaga kerja yang masih berlaku 3. Surat keterangan pensiun atau berhenti

4. Foto copy kartu keluarga yang dilegalisir 5. Mengisi form 5 (permintaan jaminan hari tua)

4. Jaminan pemeliharaan kesehatan

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan pengobatan dan atau perawatan termasuk kehamilan. Pemeliharaan kesehatan bagi karyawan perusahaan tidak dapat dilepaskan sebagai sarana penunjang dalam meningkatkan produktifitas serta kesejahteraan.

Pemeliharaan kesehatan adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar pekerja/buruh memperoleh kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal. Oleh karena itu, program jaminan sosial tenaga kerja juga memprogramkan jaminan pemeliharaan kesehatan.43

43

Zaeni Asyhadie, Loc.cit.


(54)

Program pemeliharaan kesehatan wajib dilaksanakan di perusahaan karena kesehatan merupakan faktor yang penting dalam melakukan tugas. Berbagai kebijaksanaan/program kesehatan fisik yang dibuat perusahaan bagi tenaga kerjanya, hal ini menandakan bahwa pihak perusahaan menyadari akan pentingnya faktor kesehatan dalam menunjang peningkatan produktifitas tenaga kerja.

Tenaga kerja, suami atau istri yang sah, dan anak sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang berhak memperoleh jaminan pemeliharaan kesehatan (Pasal 16 ayat (1) UU No. 3 Tahun 1992 dan Pasal 33 ayat (1) PP No. 14 Tahun 1993.

Sementara itu, jaminan pemeliharaan kesehatan yang dilakukan oleh badan penyelenggara (PT) Jamsostek Persero) adalah paket pemeliharaan kesehatan dasar yang meliputi beberapa hal berikut :

1. Rawat jalan tingkat pertama, yaitu semua jenis pemeliharaan kesehatan perorangan yang dilakukan dipelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama. Dalam hal peserta memerlukan rawat jalan tingkat pertama, maka harus memenuhi persyaratan sebagia berikut :

a. Peserta memilih satu pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diingini dan berada di wilayah tempat tinggal atau tempat kerja. Namun demikian, dalam peserta dan/atau keluarganya sedang bepergian lalu membutuhkan rawat jalan tingkat pertama, dapat memperolah pelayanan kesehatan pada pelaksana pelayanan kesehatan di tempatnya bepergian yang ditunjuk oleh badan penyelenggara dengan menunjuk kartu pemeliharaan kesehatan.


(55)

b. Setiap kali peserta memerlukan pelayanan kesehatan harus menunjukkan kartu pemeliharaan kesehatan.

c. Peserta mendapat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

d. Bila memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, peserta dirujuk ke pelaksana pelayanan kesehatan rujukan yang ditentukan.

Rawat jalan tingkat pertama ini adalah jenis-jenis pelayanan yang meliputi:

1). Bimbingan dan konsultasi kesehatan

2). Pemeriksaan kehamilan, nafas, dan ibu menyusui. 3). Keluarga berencana.

4). Imunisasi bayi, anak dan ibu hamil.

5). Pemeriksaan dan pengobatan dokter umum. 6). Pemeriksaan dan pengobatan dokter gigi. 7). Pemeriksaan laboratorium pertama. 8). Tindakan medis sederhana.

9). Pemberian obat-obat dengan berpedoman kepada Daftar Obat Esensial Plus (DOEN Plus) atau generik (catatan : untuk penyakit kronis, obat diberikan tiga kali pengambilan untuk sepuluh hari pemakaian, sedangkan untuk oabt di luar standar (DEON Pus) selisih harga dibayar oleh peserta).


(56)

(Pasal 22 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran kepesetaan, pembayaran Iuran, pembayaran santunan, dan pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja).

2. Rawat jalan tingkat lanjutan, yaitu semua jenis pemeliharaan kesehatan perorangan yang merupakan rujukan (lanjutan) dari pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama. Dalam hal diperlukan rawat jalan tingkat lanjutan ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Peserta membawa surat rujukan dan kartu pemeliharaan kesehatan ke pelaksana pelayanan kesehatan tingkat lanjutan untuk mendapatkan pelayanan.

b. Apabila diperlukan konsultasi dengan bagian lain atau penunjang diagnostik, dokter spesialis memberikan surat rujukan.

c. Apabila diperlukan rujukan ke rumah sakit lain di luar daerah, dokter spesialis memberikan rujukan. Segala biaya transportasi dan biaya akomodasi untuk keperluan ini menjadi beban peserta, atau tidak masuk tanggungan badan penyelenggara.

d. Apabila peserta mendapat resep obat, harus diambil di apotek yang sudah ditunjuk oleh badan penyelenggara.

Rawat jalan tingkat lanjutan ini meluputi :

1). Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis 2). Pemeriksaan penunjang diagnostik lanjutan.


(57)

3). Pemberian obat-obatan dengan berpedoman kepada Daftar Obat Esensial Plus (DOEN Plus) atua genetik. (Cacatan Untuk penyakit kronis, obat diberikan tiga kali pengambilan untuk sepuluh hari pemakaian, sedangkan untuk obat di luar standar (DOEN Plus) selisih harga dibayar oleh peserta). 4). Tindakan khusus lainnya.

3. Rawat inap, yaitu pemeliharaan kesehatan rumah sakit di mana penderita tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain. Dalam hal peserta memerlukan rawat inap ini diperlukan persyaratan berikut :

a. Peserta yang akan rawat inap harus membawa surat rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama atau surat rawat inap dari dokter poli rumah sakit dan kartu pemeliharaan kesehatan.

b. Dalam jangka waktu 2 kali 24 jam sejak mulai dirawat peserta harus mengurus surat jaminan dari badan penyelenggara.

Pelayanan rawat inap meluputi : 1). Pemeriksaan dokter;

2). Tindakan medis; 3). Penunjang diagnostik;

4). Pemberian obat-obatan dengan berpedoman kepada Daftar Obat Esensial Plus (DOEN Plus) atua genetik (Catatan : untuk penyakit kronis, obat diberikan tiga kali pengambilan untuk sepuluh hari pemakaian, sedangkan


(58)

untuk obat di luar standar (DOEN Plus) selisih harga dibayar oleh peserta);

5). Menginap dan makan.

Jumlah hari rawat inap maksimum 60 hari termasuk 20 hari perawatan ICU/ICCU untuk setiap jenis penyakit (perkasus penyakit) dalam satu tahun.

Standar rawat inap untuk setiap peserta yang memerlukan pelayanan rawat inap ini adalah :

a. Kelas dua pada rumah sakit pemerintah; b. Kelas tiga pada rumah sakit swasta.

4. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan meliputi beberapa hal berikut :

a. Pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh dokter umum atau bidan.

b. Pertolongan persalinan bagi pekerja/buruh atau istri pekerja/buruh oleh dokter umum atau bidan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan tingkat pertama atau rumah bersalin yang ditunjuk badan penyelenggara dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Persalinan kesatu, kedua, dan ketiga.

2) Pekerja/buruh pada permulaan kepesertaan sudah mempunyai tiga orang anak atau lebih, tidak berhak mendapat pertolongan persalinan.

3) Untuk persalinan dengan penyulit yang memerlukan tindakan spesialistik, berlaku ketentuan rawat inap rumah sakit.


(59)

4) Pelayanan persalinan atau partus, hanya diberikan kepada pekerja/buruh atau istri pekerja/buruh yang melahirkan anak setelah hamil sekurang-kurangnya 26 minggu.

5) Biaya persalinan di luar fasilitas yang ditunjuk untuk setiap anak pada awalnya ditetapkan sebesar Rp. 50.000,00 yang kemudian berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-02/MEN/1997 ditambah menjadi Rp. 75.000,00 dan terakhir ditetapkan sebesar Rp. 150.000,00. c. Perawatan ibu dan bayi

d. Pemberian obat-obatan dengan berpedoman kepada Daftar Obat Esensial Plus (DOEN Plus) atau genetik, (Catatan : untuk penyakit kronis, obat diberikan tiga kali pengambilan untuk sepuluh hari pemakaian, sedangkan untuk obat di luar standar (DOEN Plus) selisih harga dibayar oleh peserta). e. Menginap dan makan

f. Rujukan ke rumah sakit atau rumah sakit bersalin.

5. Penunjang diagnostik, yaitu jenis-jenis pelayanan yang berkaitan dengan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan Electro

Encephalography (EEG) Electro Cardiography (ECG) dan Ultra Sonography Scanning (CT Scanning).

6. Pelayanan khusus, yaitu pemeliharaan kesehatan yang memerlukan perawatan khusus bagi penyakit tertentu serta pemberian alat-alat organ tubuh agar dapat berfungsi seperti semula, yang meliputi pelayanan kesehatan yang bersangkutan dengan kecamatan prothese mata, prothese gigi, alat bantu dengar dan prothese anggota gerak yang dapat dilakukan di optik, balai


(1)

Raja guk-guk, A.P, 2002, Peran Serta Pekerja Dalam Pengelolahan Perusahaan, Medan: Yogyakarta.

Rokhani, Endang, 2004, Pengetahuan Dasar Tentang Hak-Hak Buruh, Jakarta: Team PMK-HKBP (Yakoma-PGI).

Ruky, A.S, 1997, Sistem dan Administrasi Pengkajian Untuk Perusahaan Indonesia, Bandung: Angkasa.

Rusli, Hardijan, 2004, Hukum Ketenagakerjaan 2003, Jakarta: Ghalia Indonesia. Shamad, Yunus, 2002, Pokok-Pokok Undang-Undang Ketenagakerjaan, Jakarta:

PT. Bina Sumber Daya Manusia.

Siahaan, Bisuk, 1986, Kenangan Membangun Proyek Raksasa Asahan, Jakarta: Sinar Harapan.

Soepomo, Iman, 1999, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan. Soepomo, Iman, 2003, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan. Sukirno, Sadono, 1982, Ekonomi Pembangunan, Jakarta: Bima Grafika.

Suma’mur, P.K., 1994, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: CV.Haji Masagung.

Suma’mur, P.K., 1996, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Gunung Agung

Waluyo, Bambang, 1996, Penelitian Hukum dalam Praktek, Cetakan Kedua, Jakarta: Sinar Grafika.

Zulaini, Wahab, 2001, Jaminan Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

B. Peraturan Perundangan


(2)

Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keempat Atas PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Keputusan Presiden No.22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05 Tahun 1996 tentang Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

C. Lain-lain

Buku 20 Tahun PT. Indonesia Asahan Aluminium

Ismail Midi, Divisi Umum dan Sumber Daya Manusia, Hasil Wawancara, pada Kamis 18 Juni 2009 di PT. Indonesia Asahan Aluminium, Kuala Tanjung Batubara.

Ismail Midi, Data Bank, Buku Pintar Inalum, Materi PKL-Riset, pada tanggal 18 Juni 2009.

Inalum Smelting Plant (ISP), Divisi Umum dan Sumber Daya Manusia, Hasil Wawancara dengan Bapak Ismail Midi, pada tanggal 10 November 2009 di PT. INALUM, Kuala Tanjung, Batubara.

PT. Indonesia Asahan Aluminium, Data-data Perusahaan (Kuala Tanjung: PT. INALUM) 2004.


(3)

LAMPIRAN I

BESARNYA JAMINAN KECELAKAAN KERJA

I. BESARNYA JAMINAN KECELAKAAN KERJA A. Santunan

1.

Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) 4 bulan pertama 100% upah sebulan, 4 bulan kedua 75% x upah sebulan dan bulan seterusnya 50% x upah sebulan.

2. Santunan cacat :

a. santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus (lumpsum) dengan besarnya % sesuai tabel x 70 bulan upah; b. santunan cacat total untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus

(lumpsum) dan secara berkala dengan besarnya santunan adalah : b.1. santunan sekaligus sebesar 70% x 70 bulan upah;

b.2. santunan berkala sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) selama 24 (dua puluh empat) bulan;

c.

santunan cacat kekurangan fungsi dibayarkan secara sekaligus (lumpsum) dengan besarnya santunan adalah :

% berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x 70 bulan upah.

3. Santunan kematian dibayarkan secara sekaligus (lumpsum) dan secara berkala dengan besarnya santunan adalah :

a. santunan sekaligus sebesar 60% x 70 bulan upah, sekurang-kurangnya sebesar santunan kematian;

b. santunan berkala sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) selama 24 (dua puluh empat) bulan;

c. biaya pemakaman sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah)

B. Pengobatan dan perawatan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan : 1. dokter;

2. obat; 3. operasi;

4. rontgen, laboratorium;

5. perawatan Puskesmas, Rumah Sakit Umum Kelas I; 6. gigi;


(4)

atau alat pengganti (prothese) diberikan satu kali untuk setiap kasus dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi Profesor Dokter Suharso Surakarta dan ditambah 40% (empat puluh persen) dari harga tersebut.

D.

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja.

Besarnya santunan dan biaya pengobatan/perawatan sama dengan A dan B.

E. Ongkos pengangkutan tenaga kerja dari tempat kejadian kecelakaan kerja ke rumah sakit diberikan penggantian biaya sebagai berikut :

1. Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan darat/sungai maksimum sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah);

2. Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan laut maksimal sebesar Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah);

3. Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan udara maksimal sebesar Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah);


(5)

LAMPIRAN II

TABEL PERSENTASE SANTUNAN TUNJANGAN CACAT TETAP SEBAGIAN DAN CACAT-CACAT LAINNYA

MACAM CACAT TETAP SEBAGIAN % x UPAH

Lengan kanan dari sendi bahu ke bawah 40 Lengan kiri dari sendi bahu ke bawah 35 Lengan kanan dari atau dari atas siku ke bawah 35 Lengan kiri dari atau dari atas siku ke bawah 30 Tangan kanan dari atau dari atas pergelangan ke bawah 32 Tangan kiri dari atau dari atas pergelangan ke bawah 28 Kedua belah kaki dari pangkal paha ke bawah 70 Sebelah kaki dari pangkal paha ke bawah 35 Kedua belah kaki dari mata kaki ke bawah 50 Sebelah kaki dari mata kaki ke bawah 25

Kedua belah mata 70

Sebelah mata atau diplopia pada penglihatan dekat 35 Pendengaran pada kedua belah telinga 40 Pendengaran pada sebelah telinga 20

Ibu jari tangan kanan 15

Ibu jari tangan kiri 12

Telunjuk tangan kanan 9

Telunjuk tangan kiri 7

Salah satu jari lain tangan kanan 4 Salah satu jari lain tangan kiri 3

Ruas pertama telunjuk kanan 4,5

Ruas pertama telunjuk kiri 3,5

Ruas pertama jari lain tangan kanan 2 Ruas pertama jari lain tangan kiri 1,5


(6)

CACAT-CACAT LAINNYA % x UPAH

Terkelupasnya kulit kepala 10 - 30

Impotensi 30

Kaki memendek sebelah

• kurang dari 5 cm

10

• 5 - 7,5 cm

20

• 7,5 cm atau lebih

30 Penurunan daya dengar kedua belah telinga setiap 10 desibel 6 Penurunan daya dengar sebelah telinga setiap 10 desibel 3

Kehilangan daun telinga sebelah 5

Kehilangan kedua belah daun telinga 10

Cacat hilangnya cuping hidung 30

Perforasi sekat rongga hidung 15

Kehilangan daya penciuman 10

Hilangnya kemampuan kerja fisik

• 51% - 70%

40

• 25% - 50%

20

• 10% - 25%

5

Hilangnya kemampuan kerja mental tetap 70

Kehilangan sebagian fungsi penglihatan 10%, Apabila efisiensi

penglihatan kanan dan kiri berbeda, maka efisiensi penglihatan binokuler dengan rumus kehilangan efisiensi penglihatan : (3 x %

ef.peng.terbaik)+% ef.peng.terburuk

7 Setiap kehilangan efisiensi tajam penglihatan 10% 7

Kehilangan penglihatan warna 10