Implementasi Program Pemeliharaan Keamanan Dan Ketertiban Masyarakat Oleh Polresta Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Reformasi Birokrasi Polri terus mengalami pembaharuan baik dari sisi
paradigma maupun dalam memberikan perlindungan, pengayoman dan
pelayanan keamanan kepada masyarakat dalam mewujudkan kepemerintahan
yang baik (good governance) dengan tujuan untuk memangkas birokrasi dan
meningkatkan profesionalisme Polri serta mengedepankan tindakan yang
dapat menciptakan rasa aman bagi masyarakat.
Keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung
terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur dan beradab berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945. Untuk mencapai kesejahteraan rakyat diperlukan adanya/terciptanya
keamanan dan ketertiban serta kepastian hukum oleh masyarakat. Di dalam
pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi
kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat
dilakukan oleh

kepolisian negara Republik Indonesia selaku alat negara


yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia
untuk terciptanya keamanan pada masyarakat diperlukan kesadaran untuk
berperan aktif dalam menjaga keamanan (Fajri dan Syah, 2013).
Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa,
bertanggung jawab, profesional dalam mewujudkan pembangunan nasional,
dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 tentang rencana pembangunan

1

2

jangka panjang nasional 2005-2025, polri telah menyusun rumusan strategi
jangka panjang sebagai pedoman arah kebijakan polri dengan menetapkan
Grand strategi polri tahun 2005-2025 yang mencakup 3 (tiga) tahapan sasaran
lima tahunan yaitu membangun kepercayaan ((trust building), membangun
kemitraan (partnership building) dan membangun kemampuan pelayanan
publik (organisasi) yang unggul dan dipercayai oleh masyarakat (strive for
excellence), dijabarkan dalam Renstra dan program kerja tahunan yang pada
hakekatnya merupakan manajemen kepolisian (Renstra Polri, 2015).
Polri sebagai sub sistem dari pemerintah secara responsif telah berupaya

memberi kontribusi mewujudkan prinsip Good Governance dan Clean
Government baik dalam pelaksanaan tugas pokok memelihara Kamtibmas,
menegakkan hukum dan melindungi,

mengayomi serta melayani masyarakat

maupun di kalangan internal Polri sendiri sebagaimana dicanangkan dalam grand
strategi Polri berupa trust building (membangun kepercayaan). Kompleksitas
tantangan tugas Polri pada era reformasi dalam perjalanannya selain telah
memberi manfaat bagi Polri dengan berbagai kemajuan yang signifikan baik di
bidang pembangunan kekuatan, pembinaan maupun operasional. Namun di sisi
lain diakui secara jujur

terdapat akses negatif dari penyelenggaraan tugas

pokoknya berupa penyimpangan perilaku anggota Polri seperti penyalahgunaan
kekuasaan/wewenang (abuse of power), dan melakukan perbuatan tercela lainnya
yang melangggar kaidah- kaidah moral, sosial dan keagamaan yang menghambat
perkembangan (Ngatiya, 2012). Bahkan terkait pelaksanaan tugas yang berat
dan luas, tugas-tugas yang dilaksanakan di lapangan cenderung dilakukan

secara individu (Sitompul, 2004).

3

Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat selalu seiring dengan
semakin tumbuh dan berkembangnya segala aspek kebutuhan, termasuk dari segi
kebutuhan kenyamanan dan keamanan. Perkembangan kemajuan masyarakat yang
cukup pesat, seiring dengan merebaknya tuntutan akan penegakan supremasi
hukum, hak asasi manusia, globalisasi, demokratisasi dan transparansi yang telah
melahirkan paradigma baru dalam melihat tujuan, tugas, fungsi, wewenang dan
tanggung jawab bagi pihak-pihak yang terkait dengan penegakan hukum yang
dalam hal ini khususnya adalah para aparat Kepolisian Negara Republik
Indonesia. Hal ini membuat Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
sekarang ini dibebani

harapan oleh masyarakat terhadap pelaksanaan tugas

POLRI yang harus semakin meningkat dan berorientasi pada masyarakat yang
dilayaninya (Hartarti, 2012).
Kepolisian Republik Indonesia resort kota Medan memiliki rencana

strategis (renstra) kepolisian resor kota Medan tahun 2015-2019. Misi Polresta
Medan dalam bidang keamanan dan ketertiban adalah memelihara keamanan
kepada masyarakat sepanjang waktu di seluruh wilayah hukum Polresta Medan
serta mengefektifkan fungsi Perpolisian masyarakat dan memelihara Kamtibmas
di lingkungan masing-masing (Renstra Polri Polresta Medan, 2015).
Sekarang ini maraknya kriminalitas membuat masyarakat resah dan
takut. Kejahatan konvensional seperti perjudian, pencurian, disertai dengan
kekerasan, perampokan, geng motor, dan lain-lain semakin meluas, tingginya
angka kriminalitas dan kejahatan lainnya menunjukkan semakin lemahnya
polisi dalam melindungi masyarakat. Data gangguan keamanan dan
ketertiban masyarakat (kamtibmas) di wilayah hukum Polresta Medan adalah

4

tahun 2013 Jumlah Tindak Pidana (JTP) sebanyak 11.213 kasus,
Penyelesaian Tindak Pidana (PTP) sebanyak 5.577 kasus dan sisa 5.636
kasus dan tahun 2014 Jumlah Tindak Pidana (JTP) sebanyak 10.987 kasus,
Penyelesaian Tindak Pidana (PTP) sebanyak 6.250 kasus dan sisa 4.737
kasus. Data tingkat kerawanan Jumlah Tindak Pidana di satuan wilayah
Polsek Polresta Medan Tahun 2013 yaitu


Polsek Sunggal data tingkat

kerawanan paling tinggi Jumlah Tindak Pidana sebanyak 1.924 kasus dan
Tahun 2014 Polsek Sunggal tetap menduduki peringkat paling tinggi dengan
Jumlah Tindak Pidana sebanyak 2.027 kasus, untuk tahun 2013 Polsek
Medan Timur menduduki tingkat kerawanan sedang Jumlah Tindak Pidana
sebanyak 789 kasus dan tahun 2014 Polsek Medan Timur Jumlah Tindak
Pidana sebanyak 585 kasus, peringkat kerawanan paling rendah tahun 2013
adalah Polsek Kutalimbaru Jumlah Tindak Pidana sebanyak 109 kasus dan
tahun 2014 polsek Kutalimbaru Jumlah Tindak Pidana sebanyak 80 kasus.
Data tiga kasus terbesar di wilayah hukum Polresta Medan tahun 2013
adalah Pencurian Kendaraan Bermotor Jumlah Tindak Pidana sebanyak 3.469
kasus, Penyelesaian Tindak Pidana sebanyak 361 kasus, sisa sebanyak 3.108
kasus, dengan Trend 19,3% pada tahun 2014 Pencurian Kendaraan Bermotor
Jumlah Tindak Pidana sebanyak 2.798 kasus, Penyelesaian Tindak Pidana
sebanyak 521 kasus, sisa

sebanyak 2.277 kasus dengan Trend 44,3 %.


Pencurian Pemberatan atau Curat tahun 2013 Jumlah Tindak Pidana
sebanyak 2.238 kasus, Penyelesaian Tindak Pidana sebanyak 1.023 kasus,
sisa 1.215 kasus, dengan trend 0.8 % tahun 2014 Pencurian Pemberatan atau
Curat Jumlah Tindak Pidana sebanyak 2.255 kasus, Penyelesaian Tindak

5

Pidana sebanyak 1.135 kasus dengan Trend 10,9 %. Penganiyaan Berat atau
Anirat tahun 2013 Jumlah Tindak Pidana sebanyak 1.497 kasus, Penyelesaian
Tindak Pidana sebanyak 1.060 kasus, sisa sebanyak 437 kasus dengan trend 5,7 % , tahun 2014 Penganiyaan Berat atau Anirat Jumlah Tindak Pidana
sebanyak 1.412 kasus, Penyelesaian Tindak Pidana sebanyak 1.178 kasus,
sisa 234 kasus dengan trend 11,1 %.
Pada Renstra Polresta Medan melaksanakan 7 program dari 13
program Polri dan diharapkan dengan tergelarnya 7 program tersebut
semakin dirasakan kehadiran Polisi di tengah-tengah masyarakat sebagai
pelindung, pengayom, pelayanan masyarakat,

yang mampu

memelihara


keamanan dan ketertiban masyarakat. Terkait aspek keamanan dan ketertiban
masyakat, hal-hal yang perlu menjadi perhatian adalah adanya tindakantindakan terorisme dan tidak menutup kemungkinan tetap melakukan
peledakan bom dengan sasaran instansi pemerintah, objek vital maupun
sarana publik seperti plaza, restoran, tempat hiburan, tempat ibadah maupun
tempat strategis lainnya, pemberantasan premanisme masalah perkelahian
yang terjadi antara kelompok massa OKP maupun antar warga dengan
motif maupun latar belakang permasalahan seperti perebutan lahan, dampak
dari terjadinya krisis ekonomi global yang berkepanjangan tidak menutup
kemungkinan akan terjadi peningkatan tindak kejahatan/kriminalitas seperti
curas, curanmor dan kejahatan lainnya, kasus narkoba yang sekarang ini
sudah sangat mengkhawatirkan, kasus penyalahgunaan senjata api seperti
Softgun, masalah intern TNI/Polri seperti masih adanya keterlibatan oknum
Polri maupun TNI dalam kasus kejahatan baik sebagai

pelaku langsung

6

maupun sebagai backing, dan terkait masalah lalu lintas yakni kemacetan

yang banyak terjadi, pelanggaran maupun kecelakaan lalu lintas (Polresta
Medan, 2015).
Untuk menciptakan rasa aman, tertib dan nyaman di wilayah kota
Medan Polda Sumut membentuk Tim Patroli Reaksi Cepat dengan
menggunakan motor Trail, Patroli Reaksi Cepat yang sudah dibentuk dengan
tujuan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, sehingga rasa aman
dan berbagai gangguan keamanan di wilayah kota Medan tetap terjaga, guna
mengefektifkan dan meminimalisir setiap kejadian di wilayah kota Medan
dan keberadaan personil polisi untuk melakukan patroli 1 x 24 jam sehingga
laporan dari masyarakat cepat di tangani. Pembentukan Patroli Reaksi Cepat
karena selama ini banyak keluhan dari masyarakat tentang tindak kejahatan
kriminalitas yang terjadi di kota Medan dan keterlambatan di dalam
penanganannya.
Sebagai ujung tombak dalam menciptakan keamanan dan ketertiban
masyarakat, polri harus mampu beradaptasi dengan segala perubahan dan
perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan
bergulirnya era reformasi yang telah menggugah kesadaran seluruh
komponen

bangsa untuk melakukan pembenahan dan pembaharuan atas


berbagai ketimpangan, kinerja dan hal-hal yang dianggap tidak profesional
serta proporsional menuju masyarakat sipil yang demokratis. Polri juga tidak
lepas dari wacana besar perubahan tersebut (Haribowo dkk, 2012).
Polri yang saat ini sedang melaksanakan proses reformasi dituntut untuk
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan kehidupan masyarakat

7

dengan cara merubah pendekatan yang reaktif dan konvensional (kekuasaan)
menuju pendekatan yang proaktif dan mendapat dukungan publik dengan
mengedepankan kemitraan dalam rangka pemecahan masalah-masalah sosial.
Hal ini berarti harus ada perubahan paradigma polri dalam berhubungan
dengan masyarakat. Polri dengan paradigma barunya bertekad meminimalis
citra buruknya sehingga masyarakat akan

selalu mendambakan sosok polisi

sesuai visi dan misinya yaitu terwujudnya postur Polri yang profesional, bermoral
dan modern sebagai pelindung,


pengayom dan pelayan masyarakat yang

terpercaya dalam memelihara Keamanan dan Ketertiban

Masyarakat dan

Menegakkan hukum (Wahyono, 2011).
Polisi selalu menjadi sorotan masyarakat sebab polisi merupakan
aparat

penegak hukum

yang langsung berhadapan

dengan masyarakat.

Sepak terjang polisi akan langsung dilihat masyarakat. Pada kontak langsung
dengan masyarakat inilah, citra polisi akan sangat ditentukan. Polisi dalam
menjalankan tugas sering kali tantangan dan rintangan yang harus dihadapi.

Kinerja polisi

dengan segala keterbatasannya

seringkali dianggap tidak

sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat, sementara tuntutan
masyarakat terhadap kinerja polisi seringkali tidak rasional. Masyarakat
terlalu banyak berharap tanpa mau peduli dengan keterbatasnanya (Rianto,
2006). Bahkan sekarang ini, perubahan dan perkembangan sosial khususnya
di bidang teknologi

informasi dan ekonomi dengan segala sisi gelapnya

yang kemudian melahirkan berbagai jenis dan modus operandi kejahatan
baru dan kompleks, harus diimbangi dengan upaya preventif dan represif
guna menanggulangi kejahatan tersebut (Ali, 2012).

8

Penelitian Sutarto (2010) tentang implementasi program kepolisian
menyebutkan ada faktor pendukung dan penghambat dalam menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat oleh polisi yakni kunjungan rutin,
patroli, kesadaran sosial dan partisipasi masyarakat dan yang menjadi faktor
penghambat

adalah

pelaksanaan

tugas

polisi

yang

kurang

prima,

keterbatasan anggaran, kurangnya personil dan sarana dan prasarana yang
kurang.
Penelitian Yanuarsasi dkk (2013) tentang revitalisasi polri menuju
pelayanan prima menjelaskan bahwa polri dalam menjalankan tugas tidak
terlepas dari berbagai permasalahan yang ada. Dalam menjalankan proses
reformasi birokrasi, Polri banyak menghadapi kendala seperti rendahnya
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Polri serta longgarnya
pengawasan di lapangan. Selain itu, ditemukan faktor pendukung

yakni

faktor kekuatan yang dimiliki, sarana dan prasarana yang tersedia, dan
sambutan masyarakat. Faktor penghambat yang ditemukan adalah belum
idealnya

jumlah sumber daya,

kurangnya

dukungan anggaran serta

kurangnya kesadaran masyarakat.
Haribowo

dkk (2012) yang mengkaji tentang

faktor-faktor yang

mempengaruhi upaya implementasi reformasi birokrasi polri menjelaskan
bahwa polri dalam meningkatkan
pelayanan publik

kualitas sumber daya kepolisian untuk

terdiri dari faktor

pendukung yang mencakup

faktor

pendukung internal yakni sebagai anggota polri sebagian besar berkinginan
menjadikan citra polri yang positif di masyarakat dan memberikan pelayanan
yang terbaik dan profesional kepada masyarakat, dan faktor eksternal yakni

9

sebagian besar masyarakat senang

apabila polri menjalankan tugasnya

sebagai penegak hukum dan pelayan masyarakat. Sementara itu, faktor
penghambat

mencakup faktor internal

yakni sebagian besar

petugas

senantiasa selalu berupaya untuk pindah tugas, banyak anggota yang tidak
peduli dengan perubahan yang ada dan sebagian melakukan tindakan tidak
terpuji.
Kota Medan, seiring
membuat kota Medan

dengan

perkembangan sosial ekonomi

menjadi kota yang sangat

ramai dikunjungi para

investor untuk menanamkan modal sehingga menjadi kota perdagangan,
investasi, industri, pariwisata, pusat hiburan, transportasi, lintasan, transit
dan sekaligus menjadi kota dengan segala aktivitas ekonomi lainnya. Posisi
yang strategis ini menjadikan kota Medan sebagai barometer bagi kota-kota
lain di wilayah Sumatera Utara. Jumlah pertambahan penduduk semakin
tinggi dan juga termasuk pertambahan kendaraan semakin meningkat yang
mengiringi dengan perkembangan pertumbuhan ekonomi. Sehingga dengan
pertumbuhan situasi yang ada di kota Medan membawa kontribusi yang
sangat besar terhadap kota Medan, baik dari segi sosial, ekonomi maupun
keamanan. Namun perkembangan ini juga membawa dampak yang besar
bagi perkembangan

dunia politik

dan hukum,

penyakit sosial

yang

berdampak pada kasus pelanggaran hukum bagi masyarakat (Alif, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang implementasi program pemeliharaan keamanan dan ketertiban oleh
Polresta Medan.

10

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam tentang implementasi program pemeliharaan keamanan
dan ketertiban oleh Polresta Medan yang kemudian diteliti dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana

implementasi

program

pemeliharaan

keamanan

dan

ketertiban masyarakat oleh Polresta Medan?
2. Faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat
implementasi

program

pemeliharaan

keamanan

dan

ketertiban

masyarakat oleh Polresta Medan ?

1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk

mengetahui,

mendiskripsikan

dan

menganalisis

implementasi Program Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat oleh Polresta Medan
2. Untuk

mengetahui dan mendiskripsikan

faktor-faktor yang

menjadi pendukung dan penghambat implementasi Program
Pemeliharaan dan Keamanan Masyarakat oleh Polresta Medan.

11

1.4.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan
bagi Polresta Medan dalam rangka pemberdayaan polisi.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan khususnya dibidang Magister Studi Pembangunan
Universitas Sumatera Utara.