Analisis Hukum Penyelesaian Utang Piutang Perseroan Terbatas Dalam Likuidasi

BAB II
PENGATURAN PENYELESAIAN UTANG PIUTANG PADA PERSEROAN
TERBATAS YANG DILIKUIDASI
Sebelum menguraikan mengenai pengaturan penyelesaian utang-piutang
terhadap perseroan terbatas yang dilikuidasi. ada baiknya dilakukan pengelompokan
variabel terhadap bab ini, yang terdiri dari : penyelesaian utang, hak tagih kreditor
atas piutang dagang dan perseroan terbatas yang dilikuidasi. Pada penyelesaian utangpiutang perusahaan biasanya dimulai dari perjanjian bisnis yang tidak dijalankan
dengan baik. Jika perjalanan bisnis tidak baik dalam hal ini merugi dan tidak bisa
ditutupi dengan daya apapun lagi maka perusahaan tersebut dapat dilikuidasi. Untuk
pertama sekali yang akan dibahas adalah mengenai likuidasi perseroan terbatas.
Pengaturan mengenai likuidasi perseroan terbatas dipengaruhi oleh masuknya
Indonesia menjadi anggota World Trade Organization (WTO) melalui UndangUndang No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia).
Sejak masuknya Indonesia ke WTO, pasar di Indonesia menjadi sangat terbuka dan
semakin mengurangi kebijakan-kebijakan yang restriktif. Peraturan perundangundangan di Indonesia juga banyak dipengaruhi oleh Amerika Serikat. Banyak
peraturan yang diselaraskan dengan prinsip perdagangan bebas (structural
adjutment). Hal ini dapat dilihat dari disesuaikannya peraturan-peraturan yang
berlaku di Indonesia seperti Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

33


34

Kewajiban Pembayaran Utang, Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang hak
Cipta, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dan lain sebagainya. 54

A.

Likuidasi Perseroan Terbatas di Amerika Serikat
Likuidasi Perseroan Terbatas di Amerika Serikat dapat dilihat pada Chapter 7,

Title 11 Bankruptcy Code. Pada peraturan tersebut mengatur mengenai proses
likuidasi berdasarkan hukum kepailitan Amerika Serikat. Sebaliknya, Chapter 11 dan
13 mengatur mengenai proses reorganisasi perseroan terbatas debitur dalam
kebangkrutan. Chapter 7 adalah bentuk paling umum dari kebangkrutan di Amerika
Serikat. 55 Pada bulan April 2005, Kongres Amerika Serikat mengeluarkan sebuah
undang-undang baru yang efektif 17 Oktober 2005, yang berkaitan dengan
kebangkrutan pribadi. Peraturan-peraturan baru ini diharapkan mempersulit mereka
yang ingin menghapuskan atau merestrukturisasi utang-utang mereka, salah satunya
dengan cara membuat biaya-biayanya lebih tinggi. 56

Pada bulan Mei 2003, kurang dari 2 (dua) tahun setelah dikeluarkannya
undang-undang tersebut. Strouds, suatu rantai usaha toko seprai dan peralatan rumah
tangga, melaporkan kebangkrutan likuidasi Chapter 7. Rantai usaha yang berpusat di
Los Angeles itu tidak mampu menghadapi kompetisi dari Bed, Bath, & Beyond dan
Linens ’n Things, dalam perekonomian yang lemah. Rantai usaha itu didirikan lebih
54

Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal Studi Kesiapan dalam
Perjanjian Investasi Multilateral, Cetakan Kedua : Revisi, (Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, 2008), hal. 487.
55
Investopedia, “Chapter 7”, Op.cit.
56
Robert D. Hisrich, Michael P. Peters, dan Dean A. Shepherd, Enterpreneurship
Kewirausahaan, Edisi 7, (Jakarta: Salemba Empat, Tanpa Tahun), hal. 738.

35

dari 70 toko dengan lebih dari 1.500 pekerja di seluruh Amerika Serikat. Keputusan
untuk menutup perusahaan dibuat setelah perusahaan itu mengalami kerugian sebesar

US$. 8,8 juta selama 10 bulan terakhir operasinya. 57
Pada tahun 1995, Edison Brothers Shoe Stores, dahulu salah satu rantai usaha
toko sepatu terbesar di Amerika Serikat, menyatakan kebangkrutannya. Sebagai
generasi ketiga dari dinasti Edison dengan gelar MBA dari Harvard University, pada
tahun 1999 Peter Edison mampu membeli produk terpenting yaitu rantai sepatu
Edison, Bakers Shoe, senilai US$. 8 juta. Dengan persediaan yang hanya cukup untuk
musim yang sedang berjalan dan sebuah citra label sepatu murah, ia memulai sebuah
strategi untuk merevitalisasi citra label tersebut. Ia menutup lusinan toko kurang
menguntungkan dan mengubah model toko-toko yang tersisa secara satu per satu agar
tampak seperti butik-butik kelas atas. Penjualan di toko-toko yang telah direnovasi
tersebut naik 50% dan bisnisnya secara perlahan memperoleh keuntungan. 58
Kedua contoh kasus di atas membedakan antara likuidasi dan reorganisasi.
Likuidasi mengisyaratkan bahwa perusahaan tidak ingin untuk membuka perusahaan
lagi, sedangkan reorganisasi adalah bahwa perusahaan memperoleh pinjaman modal
kembali untuk bangkit dari keterpurukan. Namun, yang akan dibahas dalam riset
penelitian ini adalah mengenai likuidasi perseroan terbatas.

57
58


Ibid.,hal.738-739.
Ibid.,hal.739.

36

1.

Pilihan Alternatif Perseroan Untuk Menempuh Chapter 7 – Likuidasi
(Alternatives to Chapter 7)
Debitur harus menyadari bahwa ada beberapa alternatif untuk Chapter 7.

Sebagai contoh, debitur yang terlibat dalam bisnis, termasuk perusahaan, kemitraan,
dan perseorangan, mungkin lebih suka untuk tetap dalam bisnis dan menghindari
likuidasi. Debitur tersebut harus mempertimbangkan pengajuan permohonan pada
Chapter 11 dari Bankcruptcy Code. Dalam Chapter 11, debitur dapat meminta
penyesuaian

hutang,

baik


dengan

mengurangi

hutang

maupun

dengan

memperpanjang waktu untuk pembayaran (dalam hal ini disebut Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang – PKPU), atau mungkin mencari reorganisasi yang
lebih komprehensif. Perusahaan perorangan juga mungkin memenuhi persyaratan
untuk bantuan di bawah Chapter 13 Bankcruptcy Code. 59
Selain itu, debitur individu yang memiliki penghasilan tetap dapat meminta
penyesuaian hutang di bawah Chapter 13 dari Bankcruptcy Code. Sebuah keuntungan
tertentu dari Chapter 13 adalah bahwa pada peraturan tersebut menyediakan
kesempatan bagi debitur individu untuk menyelamatkan rumah debitur dari penyitaan
dengan mengizinkan debitur untuk “mengejar” pembayaran yang tertunggak melalui

rencana pembayaran. Selain itu, pengadilan dapat memberhentikan Chapter 7, kasus
yang diajukan oleh individu yang memiliki hutang terutama konsumen daripada

59

United States Courts, “Chapter 7 : Liquidation Under the Bankruptcy Code”,
http://www.uscourts.gov/FederalCourts/Bankruptcy/BankruptcyBasics/Chapter7.aspx., diakses pada
08 Mei 2011.

37

hutang bisnis jika pengadilan menemukan bahwa pemberian bantuan akan menjadi
penyalahgunaan Chapter 7, Title 11, United State Code § 707 (b). 60
Jika “penghasilan debitur pada bulan pengajuan likuidasi” debitur : 61
1. Lebih dari pendapatan rata-rata per kapita, Bankcruptcy Code mensyaratkan
penerapan “means test” untuk menentukan apakah Chapter 7 disalahgunakan
atau tidak. Penyalahgunaan dianggap jika pendapatan pemohon bulanan
debitur saat ini selama 5 (lima) tahun, setelah dikurangi biaya statutorily
tertentu diperbolehkan, adalah lebih dari : (i) US$. 11.725,- atau (ii) 25% dari
hutang non-priority tanpa jaminan debitur, selama jumlah yang setidaknya

US$. 7.025,-;
2. Debitur mungkin membantah dugaan penyalahgunaan ketentuan Likuidasi
tersebut hanya dengan menunjukkan keadaan khusus yang membenarkan
biaya tambahan atau penyesuaian penghasilan bulanan saaat ini. Kecuali
debitur mengatasi dugaan penyalahgunaan, kasus ini umumnya akan
dikonversi ke Chapter 13 (dengan persetujuan debitur) atau akan
diberhentikan menurut Title 11, United State Code § 707 (b) (1);
Debitur juga harus menyadari bahwa perjanjian di luar pengadilan dengan
kreditur atau debt counseling dapat memberikan alternatif untuk pengajuan
kebangkrutan selanjutnya. 62

60

Ibid.
Ibid.
62
Ibid.

61


38

2.

Latar Belakang Likuidasi
Sebuah perkara Likuidasi yang diatur dalam Chapter 7 tidak melibatkan

rencana pembayaran seperti yang termaksud dalam Chapter 13. Sebaliknya,
likuidator mengumpulkan dan menjual aset-aset debitur dan menggunakan hasil
penjualan tersebut untuk membayar hutang atas klaim kreditur sesuai dengan
ketentuan Bankruptcy Code. Bagian aset debitur dapat mengganggu hak gadai dan
hipotek yang diperjanjikan kepada kreditur lainnya. Selain itu, Bankruptcy Code akan
memungkinkan debitur untuk menjaga sisa aset tertentu, tetapi likuidator akan
melikuidasi aset debitur yang tersisa. Dengan demikian calon debitur harus
menyadari bahwa pengajuan permohonan melalui Chapter 7 – Likuidasi dapat
mengakibatkan kerugian harta benda. 63
Di dalam Bankcruptcy Code jika dianalogikan dengan peraturan perundangan
di Indonesia, maka Chapter 7 adalah Likuidasi dan Tata Caranya, Chapter 13 adalah
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), dan Chapter 11 adalah
Reorganisasi Perusahaan. Melalui proses likuidasi di Amerika Serikat sudah pasti

menyebabkan kerugian harta benda karena pembayaran-pembayaran hutang kepada
pihak lain yang melakukan hubungan dagang dengan pemohon likuidasi.

63

Ibid.

39

3.

Studi Kelayakan Bagi Perseroan Dalam Chapter 7 – Likuidasi (Chapter 7

Eligibility)
Untuk memenuhi persyaratan pada bantuan Likuidasi – Chapter 7, Bankruptcy
Code, debitur mungkin seorang individu, kemitraan, atau korporasi atau badan usaha
lain sesuai dengan 11 United State Code § § 101 (41), 109 b. Tunduk pada tes-tes
yang diajukan berarti yang dijelaskan di atas untuk debitur perorangan, bantuan
tersedia untuk Chapter 7 terlepas dari jumlah hutang debitur atau apakah debitur
adalah bangkrut. Seorang individu tidak dapat mengajukan permohonan Chapter 7

atau Chapter lainnya, namun, jika selama 180 hari sebelum permohonan pailit
sebelum diberhentikan karena kegagalan disengaja debitur untuk tampil di depan
pengadilan atau mematuhi perintah pengadilan, atau debitur secara sukarela
diberhentikan kasus sebelumnya setelah kreditur mencari bantuan dari pengadilan
kepailitan untuk memulihkan properti dimana debitur memegang hak gadai
(11 United State Code § § 109 g., 362 d., dan e.). Selain itu, individu tidak mungkin
menjadi debitur pada Chapter 7 atau Chapter pada Bankruptcy Code kecuali atas
permohonannya sendiri dan dalam waktu 180 hari sebelum pengajuan likuidasi,
menerima konseling kredit dari lembaga kredit yang disetujui konseling baik dalam
individual ataupun grup konseling (11 United State Code. § § 109, 111). Ada
pengecualian dalam situasi darurat atau dimana U.S. Trustee (atau administrator
kepailitan) telah menetapkan bahwa ada lembaga yang cukup menyediakan konseling

40

yang dibutuhkan. Jika suatu manajemen utang (PKPU) dikembangkan selama
konseling kredit diperlukan, maka harus diajukan kepada Pengadilan. 64
Salah satu tujuan utama dari kebangkrutan adalah untuk kejujuran terhadap
hutang debitur tertentu adalah sebuah “fresh start”. Debitur tidak memiliki kewajiban
pembayaran hutang. Dalam hal Chapter 7, bagaimanapun, discharge hanya tersedia

untuk debitur individual, bukan untuk kemitraan atau perusahaan (11 United State
Code § 727 a., 1). Meskipun Chapter 7 individu biasanya menghasilkan debit hutang,
hak untuk melepaskan adalah tidak mutlak, dan beberapa jenis hutang yang tidak
habis dibayarkan. Selain itu, debit kepailitan tidak memadamkan hak pada properti
yang dimiliki debitur. 65
Chapter 7 Eligibility adalah studi kelayakan terhadap subjek hukum yang akan
dilikuidasi. Studi kelayakan tersebut berupa penghitungan hutang-piutang pemohon
(debitur) terhadap aset yang dimiliki. Biasanya aset yang dimiliki lebih sedikit dari
pada hutang yang ada. Dengan demikian studi kelayakan dipandang perlu untuk
melakukan penghitungan tersebut. Jadi, mengecilkan kemungkinan subjek hukum
yang sanggup membayar namun menyalahgunakan peraturan Likuidasi ini. Di
Amerika Serikat, pemerintah bertanggung jawab penuh kepada setiap subjek hukum
yang melakukan suatu usaha perdagangan, salah satu contohnya dapat dilihat pada
peraturan-peraturan mengenai likuidasinya bahwa pemerintah tidak lepas tangan
terhadap pemohon (debitur) yang akan melakukan likuidasi.

64
65

Ibid.
Ibid.

41

Campur tangan pemerintah kental sekali jika dilihat dalam peraturan likuidasi
yang diatur dalam Chapter 7 tersebut. Hal ini diupayakan agar tercipta kepastian
hukum yang baik. Terkait dengan teori yang digunakan dalam penulisan riset ini,
David M. Trubek, rule of law yang dapat mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi
adalah kepastian hukum yaitu kepastian berusaha.

4.

Cara Kerja Chapter 7 (How Chapter 7 Works)
Kasus likuidasi pada Chapter 7 dimulai dengan debitur mengajukan

permohonan untuk likuidasi pada Bankcruptcy Court (Pengadilan Kepailitan di
Amerika Serikat, sedangkan di Indonesia disebut Pengadilan Niaga). Pengadilan
tersebut terletak di wilayah tempat tinggal debitur ataupun usaha dan aset yang paling
besar dimiliki. Ada 3 (tiga) persyaratan permohonan debitur yang harus diajukan,
antara lain : 66
1.
2.
3.
4.

Schedule of Assets and Liabilites (Laporan Keuangan);
Schedule of Current Income and Expenditures (Laporan Laba Rugi); dan
A Statement of Financial Affairs (Pernyataan dari Lembaga Keuangan).
A Schedule of Executory Contracts and Unexpired Leases (Kontrak-Kontrak
Perjanjian yang dibuat dan belum berakhir). Poin ini adalah tambahan.
Debitur juga harus menyediakan trustee (kurator) yang ditugaskan melalui

salinan pengembalian pajak atau transkrip untuk tahun pajak yang terbaru serta pajak
pada saat pengajuan likuidasi (termasuk pengembalian pajak untuk tahun sebelumnya
yang belum mengajukan saat permohonan diajukan) (11 United State Code § 521).
Debitur dengan hutang yang dimiliki konsumen, konsumen harus mengajukan
66

Ibid.

42

dokumen-dokumen sebagai bukti yang diajukan sebagai persyaratan pengajuan
tambahan. Debitur dan konsumen yang memiliki hutang harus memeriksa kebenaran
dokumen yang diajukan berdasarkan konseling kredit, bukti pembayaran dari debitor
jika ada, diterima 60 hari sebelum pengajuan. Sebuah laporan laba bersih per bulan
dan setiap peningkatan dalam pendapatan atau biaya yang timbul akibat pengajuan,
dan catatan kepentingan debitur memiliki kualifikasi pendidikan formal atau
pendidikan negara bagian. Contoh : seorang suami dan istri dapat mengajukan
permohonan petisi bersama atau perorangan (11 United State Code § 302 a.). bahkan
jika pengajuan bersama, suami dan istri tunduk pada semua persyaratan dokumen
pengajuan debitur individu (formulir pengajuan dapat dibeli di toko buku, atau di
download melalui internet. 67
Pengadilan harus mengenakan biaya untuk pengajuan permohonan tersebut
yaitu US$. 245,- biaya US$. 39,- administrasi lainnya, dan biaya tambahan trustee
US$. 15,-. Biasanya, biaya yang harus dibayarkan kepada panitera pengadilan atas
pengajuan pemrohonan tersebut. Dengan izin pengadilan, bagaimanapun, debitur
dapat membayar biaya tersebut secara mengangsur (28 United State Code § 1930 a.).
Angsuran tersebut dapat dilakukan sebanyak 4 (empat) kali selama 120 hari setelah
formulir permohonan diajukan. Pengadilan juga dapat memperpanjang masa angsuran
atas biaya tersebut selama 180 hari setelah pengajuan permohonan. Debitur juga
dapat membayar biaya administrasi US$. 39,- dan surcharge trustee US$. 15,dengan angsuran. Jika permohonan bersama yang diajukan maka hanya 1 (satu) biaya
67

Ibid.

43

yang akan dibayarkan. Debitur harus menyadari bahwa kegagalan untuk membayar
biaya perkara tersebut dapat mengakibatkan pemberhentian kasus tersebut (11 United
Stated Code § 707 a). 68
Jika penghasilan debitur kurang dari 150% dari tingkat kemiskinan
(sebagaimana didefinisikan dalam Bankruptcy Code), dan debitur tidak dapat
membayar biaya Chapter 7 bahkan dengan angsuran, maka pengadilan dapat
mengenyampingkan persyaratan biaya harus dibayar (28 United Stated Code
§ 1930 f). 69
Untuk melengkapi Official Bankruptcy Forms yang terdiri dari laporan
keuangan, jadwal pembayaran hutang, debitur harus memberikan informasi tambahan
sebagai berikut : 70
1.
2.
3.
4.

Daftar semua kreditur dan jumlah dan sifat klaim kreditur;
Sumber, jumlah, dan frekuensi pendapatan debitur;
Daftar semua harta debitur, dan
Sebuah daftar rinci dari biaya bulanan debitur, seperti : biaya pengeluaran
sewa bangunan tempat usaha; rekening air, listrik, dan telepon; pajak-pajak;
transportasi, jaminan sosial, dan lain sebagainya.
Pengajuan permohonan secara bersama-sama, pemohon harus mengumpulkan

informasi apakah mengajukan petisi bersama, petisi individu yang terpisah, atau
bahkan jika hanya satu yang mengajukan. Dalam situasi dimana berkas-berkas

68

Ibid.
Ibid.
70
Ibid.

69

44

debitur hanya satu, pendapatan dan beban dari debitur lain yang dibutuhkan agar
pengadilan, trustee dan kreditur dapat mengevaluasi posisi keuangan usaha tersebut. 71
Di antara jadwal bahwa debitur yang mengajukan permohonan jadwal properti
“exemt” atau dikecualikan. Bankruptcy Code memungkinkan seorang debitur
perorangan untuk melindungi beberapa kekayaan dari klaim kreditor yang bebas
pajak menurut Federal Bankruptcy Law atau berdasarkan Laws of the Debtor’s Home
State (11 United State Code § 522 b.). Banyak negara bagian telah mengambil
keuntungan dari ketentuan dalam Bankruptcy Code yang memungkinkan masingmasing negara bagian untuk mengadopsi hukum pembebasan sendiri di tempat
pengecualian federal. Dalam yurisdiksi lain, debitur individual memiliki pilihan untuk
memilih antara paket Pengecualian Federal atau Pengecualian Tersedia di bawah
hukum negara. Jadi, apakah properti tertentu yang dikecualikan dan dapat disimpan
oleh debitur sering merupakan masalah hukum negara. Debitur harus berkonsultasi
dengan seorang pengacara untuk menentukan pengecualian yang tersedia di negara
tempat tinggal debitur. 72
Pengajuan permohonan berdasarkan Chapter 7 secara otomatis berhenti
berdasarkan tindakan pengumpulan data-data aset yang tidak termasuk dalam aset
likuidasi (11 United State Code § 362). Pengajuan permohonan aset yang tidak
termasuk dalam aset likuidasi tersebut adalah tindakan yang terdaftar berdasarkan (11
United State Code § 362 b.) dan tinggal menunggu waktu efektif terhadap putusan
71
72

Ibid.
Ibid.

45

hanya untuk waktu yang singkat dalam beberapa situasi. Tinggal menunggu putusan
penetapan dan tidak memerlukan tindakan hukum lain. Selama tetap berlaku, kreditur
umumnya tidak dapat memulai atau melanjutkan tuntutan hukum, wage
garnishments, atau bahkan panggilan telepon untuk menuntut pembayaran. Petugas
Kebangkrutan memberikan pemberitahuan dari kasus kebangkrutan itu untuk semua
kreditur yang nama dan alamatnya diberitahukan oleh debitur. 73
Antara 20 sampai dengan 40 hari setelah permohonan diajukan, trustee akan
mengadakan pertemuan kreditur. Jika trustee Amerika Serikat atau administrator
kebangkrutan menetapkan jadwal pertemuan di tempat yang tidak memiliki trustee
Amerika Serikat atau staf administratof kebangkrutan (Staf Pengadilan Niaga),
pertemuan dapat diadakan tidak lebihd ari 60 hari setelah perintah untuk itu. Selama
pertemuan ini, trustee menempatkan debitur di bawah sumpah, dan keduanya trustee
dan kreditur dapat mengajukan pertanyaan. Debitur harus menghadiri pertemuan
tersebut dan menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan tentang urusan keuangan
debitur dan properti (11 United State Code § 343). Jika pemohon telah mengajukan
petisi bersama, maka keduanya harus menghadiri pertemuan kreditur dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dalam waktu 10 hari rapat kreditur,
trustee Amerika Serikat akan melaporkan ke pengadilan apakah kasus tersebut harus
dianggap merupakan penyalahgunaan dalam studi kelayakan Likuidasi (11 United
State Code § 704 b). 74

73
74

Ibid.
Ibid.

46

Hal ini penting bagi debitur untuk bekerja sama dengan trustee dan untuk
menyediakan laporan keuangan atau dokumen-dokumen yang diminta oleh trustee.
Bankruptcy Code mengharuskan trutee untuk mengajukan pertanyaan debitur pada
pertemuan kreditur untuk memastikan bahwa debitur menyadari adanya potensi
konsekuensi mencari aset pada kebangkrutan seperti efek pada sejarah kredit,
kemampuan untuk mengajukan permohonan di bawah peraturan yang berbeda, efek
menerima debit, dan efek untuk menegaskan kembali utang. Beberapa trustee
memberikan informasi tertulis tentang topik ini pada atau sebelum pertemuan untuk
memastikan bahwa debitur mengetahui informasi ini. Untuk menjaga penilaian
independen, hakim pengadilan dilarang menghadiri pertemuan kreditur (11 United
State Code § 341 c). 75
Dalam

rangka

kesepakatan

debitur

memperoleh

bantuan

(pinjaman),

Bankruptcy Code memungkinkan debitur untuk mengkonversi Chapter 7 kepada
Chapter 11, 12, atau 13 sepanjang debitur yang memenuhi syarat untuk menjadi
debitur di bawah Chapter yang baru. Namun, kondisi konversi sukarela debitur
adalah bahwa kasus tersebut belum pernah dikonversi ke Chapter 7 dari Chapter lain
(11 United State Code § 706 a). Dengan demikian, debitur tidak akan diizinkan
untuk mengkonversi kasus tersebut berulang kali dari satu Chapter ke Chapter yang
lain. 76

75
76

Ibid.
Ibid.

47

Kelihatan disini bahwa pemerintah tidak lepas tangan dari perannya terhadap
penegakan hukum. Pemohon sudah membayar biaya administrasi, maka saat likuidasi
diajukan inilah Pemerintah bekerja untuk memprosesnya. Tidak lepas tangan begitu
saja seperti yang terjadi di Indonesia. Pemerintah hanya mengenakan biaya
administrasi tetapi tidak ada pelayanan yang diberikan kepada pemohon likuidasi.
Ketidakjelasan peran pemerintah (dalam hal Indonesia) menyebabkan perseroan
terbatas kebingungan dalam mengambil sikap apakah akan melikuidasi perusahaan,
mempailitkan, dan/atau mereorganisasi perseroan terbatas. Berbeda dengan Amerika
Serikat, pihak pengadilan menunjuk trustee terpercaya untuk menetapkan apakah
suatu perseroan terbatas itu layak atau tidak untuk dilikuidasi. Dengan demikian
berjalanlah sistem hukum dengan baik.
5.

Peranan Pengadilan Dalam Likuidasi Perseroan

( Role of The Case

Trustee)
Ketika persyaratan untuk pengajuan likuidasi pada Chapter 7 diajukan, trustee
Amerika Serikat (atau Pengadilan Kebangkrutan di Alabama dan North Carolina)
menunjuk trustee pada kasus yang diterima untuk mengelola kasus tersebut dan
melikuidasi aset pemohon/debitur (11 United State Code § § 701, 704). Jika semua
aset debitur dibebaskan atau tunduk pada hak gadai yang berlaku, maka trustee
biasanya akan menetapkan “tidak ada aset” di dalam laporan kepada pengadilan, dan
tidak akan ada distribusi kepada kreditur tanpa jaminan. Kebanyakan kasus Chapter 7
melibatkan debitur individu yang tidak memiliki aset dalam pembayaran hutang.
Tetapi jika kasus tersebut tampaknya memiliki aset, pada awal kasus, kreditur tanpa

48

jaminan harus mengajukan gugatan mereka kepada pengadilan dalam jangka waktu
90 hari setelah tanggal pertama ditetapkan untuk pertemuan kreditur tersebut.
Bagaimanapun setelah 180 hari terlewati sejak tanggal perkara ini diajukan untuk
mengajukan klaim (11United State Code § 502 b). Dalam kasus Chapter 7 ada aset
yang khas, tidak perlu bagi kreditur untuk mengajukan bukti klaim karena tidak akan
ada distribusi. Jika trustee kemudian memiliki aset yang akan dibagikan kepada
kreditur tanpa jaminan, Pengadilan Kepailitan (Pengadilan Niaga) akan memberikan
pemberitahuan kepada kreditur dan akan memberikan waktu tambahan untuk
mengajukan bukti klaim. Meskipun kreditur dijamin tidak perlu mengajukan bukti
klaim dalam kasus Chapter 7 untuk menjaga kepentingan keamanan atau gadai,
mungkin ada alasan lain untuk mengajukan klaim. Seorang kreditur dalam kasus
Chapter 7 yang memiliki hak gadai atas properti, debitur harus berkonsultasi dengan
seorang pengacara untuk meminta nasihat. 77
Dimulai dari kasus kepailitan yang menciptakan properti. Properti tersebut
menjadi milik sah dari semua harta debitur. Ini terdiri dari semua kepentingan hukum
atau adil dari debitur dalam properti pada saat dimulainya kasus ini, termasuk properti
yang dimiliki atau dipegang oleh orang lain jika debitur memiliki kepentingan
properti. secara umum, kreditur debitur dibayar dari properti yang dikecualikan dari
warisan yang didapat dari debitur. 78

77
78

Ibid.
Ibid.

49

Peran utama dari trustee dalam kasus Chapter 7 pada kasus aset adalah untuk
melikuidasi aset pengecualian debitur dengan cara memaksimalkan kembali kepada
kreditur konkuren debitur. Trustee yang menyelesaikan hal ini adalah dengan cara
menjual properti debitur jika bersih dari hak gadai (selama properti tidak dibebaskan).
Trustee juga mungkin mencoba untuk memulihkan keuangan atau properti di bawah
kewenangan trustee “avoiding powers”. Kekuatan trustee yang menghindari termasuk
kuasa untuk menyisihkan transfer khusus dibuat untuk kreditur dalam waktu 90 hari
sebelum permohonan, membatalkan kepentingan keamanan dan transfer prepetition
lain dari kekayaan yang tidak benar disempurnakan berdasarkan hukum NonBankruptcy Law pada saat permohonan; dan mengejar klaim untuk tidak dinyatakan
pailit. Selain itu, jika debitur adalah sebuah bisnis, Pengadilan Kebangkrutan
(Pengadilan Niaga) dapat memberikan wewenang kepada trustee untuk menjalankan
bisniss tersebut untuk jangka waktu yang terbatas, jika operasi tersebut akan
menguntungkan kreditur dan meningkatkan nilai likuidasi debitur (11 United State
Code § 721). 79
Pada §. 726 dari Bankruptcy Code mengatur tentang pembagian harta warisan.
Pasal ini mengatur ada enam kelas klaim dan masing-masing kelas harus dibayar
secara penuh sebelum kelas yang lebih rendah berikutnya dibayar. Debitur hanya
dibayarkan jika semua kelas lain klaim telah dibayar lunas. Oleh karena itu, debitur
tidak tertarik disposisikan hal ini kepada trustee tentang aktiva sebenarnya, kecuali
sehubungan dengan pembayaran hutang-hutang yang untuk beberapa alasan tidak
79

Ibid.

50

dischargeable dalam perkara kepailitan. Perhatian utama debitur individu dalam
kasus Chapter 7 adalah untuk mempertahankan properti dengan membebaskan dan
menerima penjualan aset yang mencakup sebagai hutang sebanyak mungkin. 80
Ternyata di dalam Bankruptcy Code Amerika Serikat yang diatur di dalamnya
mengenai Likuidasi. Fungsi likuidator juga dapat menjalankan perusahaan apabila
ada suatu perjanjian-perjanjian kerja sama yang belum diselesaikan. Apabila
memperoleh keuntungan hal tersebut dapat menjadi nilai tambah pada aset debitur.

6.

Penetapan Pengadilan Terhadap Chapter 7 – Likuidasi (The Chapter 7

Discharge)
Pada The Chapter 7 Discharge diharapkan kepada pemohon untuk
berkonsultasi dengan penasehat hukum yang berkompeten sebelum mengajukan
untuk membahas ruang lingkup debitur tersebut. Secara umum, termasuk kasus-kasus
yang diberhentikan atau dikonversi, debitur individu menerima debit lebih dari 99%
dari kasus Chapter 7. Dalam kebanyakan kasus, kecuali sebuah pihak yang
berkeinginan untuk mengklaim objek, Pengadilan Kebangkrutan (Pengadilan Niaga)
akan mengeluarkan perintah debit yang relatif awal dalam kasus umumnya. Waktu 60
sampai dengan 90 hari setelah tanggal pertama ditetapkan untuk pertemuan
kreditur. 81

80
81

Ibid.
Ibid.

51

Dasar-dasar untuk menolak suatu debitur individual debit pada kasus Chapter 7
adalah pihak-pihak yang berpindah-pindah. Di antara alasan lain, pengadilan dapat
menolak debitur yang tidak menyertakan laporan keuangan, tidak menjelaskan laba
rugi terhadap aset yang dimiliki, melakukan kejahatan pailit seperti sumpah palsu,
gagal mematuhi perintah yang sah dari Pengadilan Kebangkrutan (Pengadilan Niaga),
atau menghancurkan properti yang akan menjadi milik warisan, atau gagal untuk
menyelesaikan kursus instruksional yang disetujui oleh manajemen keuangan. (11
United State Code § 727). 82
Kreditur akan mempertahankan beberapa hak-haknya untuk memperoleh
properti yang dimiliki debitur walaupun sebuah penetapan discharged ini telah
dikeluarkan pengadilan. Tergantung pada keadaan pemohon, jika debitur memohon
untuk menjaga properti yang dijamin (seperti mobil), debitur mungkin memutuskan
untuk “reaffirm” hutang. Penegasan kembali adalah suatu perjanjian antara debitur
dan kreditur bahwa debitur akan tetap bertangung jawab dan akan membayar seluruh
atau sebagian dari uang yang terutang, meskipun hutang sebaliknya akan habis dalam
proses kepailitan. Sebagai gantinya, kreditur tidak akan mengambil mobil tersebut
selama debitur menunjukkan pembayaran kepada kreditur. 83
Jika debitur memutuskan untuk menegaskan kembali hutangnya, maka debitur
harus melakukan sebelum debit dimasukkan. Debitur harus menandatangani
perjanjian tertulis dan penegasan kembali melalui pengadilan (11 United State Code

82
83

Ibid.
Ibid.

52

§ 524 c). Bankruptcy Code mensyaratkan bahwa perjanjian penegasan kembali harus
berisi serangkaian luas pengungkapan yang dijelaskan dalam (11 United State Code §
524 k). Antara lain, pengungkapan yang harus diberitahu kepada debitur dari jumlah
hutang yang akan ditegaskan kembali dan bagaimana hal tersebut dihitung dan
ditegaskan kembali itu berarti bahwa kewajiban pribadi debitur untuk hutang yang
tidak akan habis dalam kepailitan. Pengungkapan juga mengharuskan debitur untuk
menandatangani dan melampirkan laporan laba rugi tahun berjalan dan biaya yang
menunjukkan bahwa saldo pembdapatan membayar biaya yang cukup untuk
membayar penegasan kembali hutang tersebut. Jika saldo tidak cukup untuk
membayar hutang yang akan ditegaskan kembali tersebut, ada dugaan dari kesulitan
yang tidak semestinya, dan pengadilan dapat memutuskan untuk tidak menyetujui
perjanjian penegasan kembali. Kecuali debitur diwakili oleh pengacara, hakim
kepailitan harus menyetujui perjanjian penegasan kembali. 84
Jika debitur diwakili oleh pengacara sehubungan dengan perjanjian penegasan
kembali, pengacara harus menyatakan secara tertulis bahwa pengacara tersebut
menyarankan debitur dari efek hukum dan konsekuensi dari perjanjian yang akan
dibuat, termasuk hal-hal yang sudah ada dalam perjanjian itu. Pengacara itu juga
harus menyatakan bahwa debitur sepenuhnya menginformasikan dan secara sukarela
membuat kesepakatan dan penegasan kembali hutang tidak akan menciptakan
kesulitan yang tidak semestinya untuk debitur atau keluarga debitur (11 United State

84

Ibid.

53

Code § 524 k). Bankruptcy Code membutuhkan pendengaran penegasan kembali jika
debitur belum diwakili oleh pengacara selama negosiasi perjanjian, atau jika
pengadilan menyetujui perjanjian penegasan kembali (11 United State Code
§ 524 d dan m).

Debitur dapat membayar seluruh hutang secara sukarela,

bagaimanapun caranya, walaupun tidak ada kesepakatan penegasan kembali (11
United State Code § 524 f). 85
Dalam hal likuidasi diterima oleh Pengadilan Kepailitan/Kebangkrutan
(Penagdilan Niaga) atau dengan kata lain Chapter 7 terpenuhi maka kreditur tidak
dimungkinkan lagi untuk melanjutkan tindakan hukum lainnya terhadap debitur. Tapi
tidak semua hutang dari Pemohon/Debitur dihapus dengan Chapter 7. Utang tidak
habis termasuk utang untuk tunjangan dan tunjangan anak, pajak tertentu, utang
dengan pasti kelebihan pembayaran manfaat pendidikan atau pinjaman dibuat atau
dijamin oleh unit Pemerintah, utang asuransi kematian, utang asuransi jaminan dana
kecelakaan, dan utang untuk perintah restitusi kriminal (11 United State Code
§ 523 a). Debitur akan terus bertanggung jawab untuk jenis utang sejauh mereka
tidak dibayar dalam hal Chapter 7. Utang untuk uang atau harta yang diperoleh palsu,
utang untuk penipuan atau penyalahgunaan kepercayaan sementara bertindak dalam
kapasitas fidusia, dan utang untuk asuransi kesehatan disengaja atau berbahaya oleh
debitur untuk entitas lain atau milik entitas lain akan dibuang kecuali kreditur tepat

85

Ibid.

54

waktu melampirkan bukti utang dan berlaku dalam sebuah tindakan untuk memiliki
hutang tersebut dinyatakan non-dischargeable (11 United State Code § 523 c). 86
Pengadilan dapat membatalkan sebuah permohonan likuidasi atas permintaan
trustee, kreditur, jika aset tersebut berasal dari penipuan oleh debitur. Jika debitur
membeli properti yang dengan sengaja dan curang dalam laporan pembeliannya maka
properti tersebut diserahkan kepada trustee, atau jika debitur (tanpa penjelasan
memuaskan) membuat kesalahan terhadap materi-materi yang disajikan atau gagal
untuk menyediakan dokumen atau informasi lainnya sehubungan dengan audit kasus
debitur (11 United State Code § 727 d). 87
Permohonan likuidasi di Amerika Serikat juga harus berdasarkan saran dari
pengacara atau konsultan hukum. Bagi debitur yang ingin melikuidasi perusahaannya
maka pemohon harus mengikuti segala tata cara yang berlaku. Tata cara tersebut juga
harus dibarengi dengan kejujuran dari debitur mengenai asal-muasal aset yang
dimilikinya sehingga dapat memudahkan trustee untuk melakukan penjualan aset-aset
agar dapat dibayarkan kepada kreditur. Dalam peraturan kepailitan Amerika Serikat
kelihatan adanya perlindungan kepada debitur. Namun, apabila debitur tersebut tidak
benar

dalam

mengajukan

lampiran-lampiran

dalam

permohonannya

maka

perlindungan tersebut akan berkurang dan lebih mengutamakan kreditur. Jadi, ada
keseimbangan hukum disini antara kreditur dan debitur mengenai penyelesaian utangpiutang.

86
87

Ibid.
Ibid.

55

Setelah mengetahui peraturan mengenai likuidasi yang berlaku di Amerika
Serikat, selanjutnya akan dibahas mengenai likuidasi Perseroan Terbatas yang ada di
Indonesia. Likuidasi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, dan untuk masalah penyelesaian utang-piutangnya diatur
dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
B. Pengaturan Mengenai Likuidasi dalam Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas

1.

Pengertian Likuidasi
Tidak ditemukan satu pasalpun di dalam KUHD ataupun KUH Perdata yang

menggunakan istilah likuidasi. Dari beberapa kepustakaan yang ada, banyak yang
membahas dalam bab yang diberi judul berakhirnya perseroan terbatas. Pemecahan
atau bubarnya perseroan terbatas untuk menjelaskan tentang likuidasi. Secara umum,
penyebutan likuidasi sudah menjadi suatu istilah yang dapat dimengerti di dalam
masyarakat. 88
Jika ditinjau dari asal katanya, yang dimaksud dengan bubarnya atau
berakhirnya sebenarnya adalah ”ontbinding”, dimana arti yang lebih mendekati
ketepatan adalah ”pemecahan”. Pemecahan disini dimaksudkan adalah pecahnya para
pemegang saham dengan tujuan untuk mengakhiri berdirinya persekutuan. Setelah
pecahnya para Pemegang Saham bukan berarti langsung perseroan terbatas menjadi
88

Murni, “Analisis Terhadap Likuidasi Persekutuan Komanditer (CV), Untuk Menjadi
Perseroan Terbatas (PT) dalam Perspektif Hukum Ekonomi”, (semarang : Tesis, Universitas
Diponegoro, 1998), hal. 79.

56

bubar, akan tetapi para Pemegang Saham masih harus melakukan beberapa urusan
yang sifatnya pemberesan terhadap perseroan terbatas yang masih berjalan beberapa
waktu lagi (loopende zaken), seperti pembayaran hutang-hutang dan tagihan-tagihan
perseroan terbatas kepada pihak ketiga, pembagian keuntungan atau saldo kepada
para Pemegang Saham jika masih ada, dan sebagainya. Setelah urusan pemberesan
selesai barulah Perseroan Terbatas tersebut dinyatakan bubar (einde). Segala proses
yang terjadi dari mulai pemecahan sampai urusan pemberesan itu disebut dalam
banyak literatur hukum sebagai likuidasi. 89
Meskipun KUHD tidak menggunakan istilah likuidasi, namun kepustakaan
hukum banyak yang menggunakan istilah likuidasi, dan peraturan yang dikeluarkan
sekarang ini telah memasukkan likuidasi dalam pasal-pasal khusus, bahkan
digunakan pula sebagai judul peraturan, yaitu peraturan yang berkaitan dengan
lembaga keuangan perbankan. Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pada Pasal 37
ayat (3), yang menyebutkan bahwa : 90
”Dalam hal direksi bank tidak menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang
Saham sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Pimpinan Bank Indonesia
meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang berisi
pembubaran badan hukum bank, penunjukan tim likuidasi, dan perintah
pelaksanaan likuidasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”.

89

Ibid., hal. 79-80.
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan.
90

57

Meskipun ketentuan tersebut tidak memberikan definisi, ciri-ciri, dan struktur
hukum terhadap makna lembaga likuidasi, namun terminologi likuidasi telah
dimasukkan di dalam perundang-undangan. Tampaknya undang-undang perbankan
melihat likuidasi dalam pengertian luas, yaitu sebagai suatu proses, yang diawali
dengan pembubaran dan diikuti dengan pemberesan. Jadi istilah likuidasi ini mecakup
lembaga pembubaran dan pemberesan, 91 meskipun tidak disebutkan dalam pasalpasalnya.
Agar lebih jelas, kiranya perlu diketahui pula pengertian likuidasi dari berbagai
literatur, antara lain :
Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyebutkan bahwa 92 :
”Likuidasi adalah proses membubarkan perusahaan sebagai badan hukum yang
meliputi pembayaran kewajiban kepada para kreditur dan pembagian harta yang
tersisa kepada pemegang saham (persero)”.
Kamus Hukum Ekonomi Elips, menyebutkan bahwa 93 :
”Liquidation adalah pembubaran perusahaan diikuti dengan proses penjualan
harta perusahaan, penagihan piutang, pelunasan hutang, serta penyelesaian sisa
harta atau hutang antara para pemegang saham”.
Kamus Perbankan, menyebutkan bahwa 94 :
91

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung : Alumni, 1994), hal. 124,
sebagaimana dikutip Murni, Op.cit.,hal. 80.
92
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, ”Likuidasi”, http://kamusbahasaindonesia.org/
likuidasi, diakses pada 08 Mei 2011.
93
ELIPS, Kamus Hukum Ekonomi Elips, (Jakarta: Proyek Elips, 1997).
94
Institut Bankir Indonesia, Kamus Perbankan Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia,
1980).

58

”Likuidasi adalah suatu tindakan untuk membubarkan suatu perusahaan atau
badan hukum”.
Black’s Law Dictionary, menyebutkan bahwa 95 :
”Liquidation is the act or process of setting or making clear, fixed and
determinate that which before was uncertain or unascertained”.
Dalam pandangan ahli hukum Andi Hakim, likuidasi diartikan sebagai
penyelesaian, khususnya untuk badan hukum/organisasi lain mengenai pengakhiran,
setelah

keputusan

untuk

membubarkannya,

suatu

badan

hukum

setelah

pembubarannya masih bekerja untuk menyelesaikan urusannya. 96
Sementara itu Van Schilfgaarde dan Doorhout Mees dalam Van de BV en de
NV dan Nederlands Handels en Faillissementrecht mengemukakan : 97
“Likuidasi (pembubaran) adalah penghentian kegiatan Perseroan Terbatas
sebagai akibat dari berakhirnya tujuan perseroan. Pembubaran tidak
mempunyai arti identik dengan “berakhirnya” eksistensi perseroan. Perseroan
adalah subjek hukum, memiliki aktiva dan pasiva. Setelah pembubarannya
diucapkan, eksistensinya tetap ada dengan catatan bahwa posisinya itu dalam
stadium likuidasi (pembubaran). Hak yang dimilikinya harus direalisasikan dan
kewajiban yang dipikulnya wajib dipenuhi. Perseroan Terbatas tidak boleh lagi
melakukan hak dan kewajibannya itu. Perseroan Terbatas itu ada sepanjang
diperlukan untuk pemberesan”.
Pemerintah banyak mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang
menggunakan istilah-istilah yang berkembang di dalam dunia usaha akibat dari
masuknya Indonesia ke World Trade Organization (WTO). Undang-Undang No. 40

95

Henry Campbell Black, Richard A. Garner (Editor),Op.cit.,hal.2960
Andi Hakim, Kamus Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hal. 354, sebagaimana dikutip
Murni, Op.cit., hal. 82.
97
Mariam Darus Badrulzaman dalam Rachmadi Usman, Op.cit., hal. 168.
96

59

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas merupakan salah satu produk hukum yang
dikeluarkan untuk tujuan mengurangi resktriktif yang ada pada peraturan
sebelumnya. Peraturan ini mengalami banyak penyempurnaan mengenai masalah
likuidasi.
Di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
tidak memberikan rumusan yang jelas mengenai likuidasi Perusahaan ini. Dalam
pasal 142 ayat (2) huruf a hanya menentukan, Apabila terjadi pembubaran Perseroan
berdasar keputusan RUPS, karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam
AD telah berakhir atau dengan dicabutnya kepailitan berdasar keputusan pengadilan
niaga yang telah berkekuatan hukum tetap, pembubaran itu wajib diikuti dengan
likuidasi. Yang melakukan likuidasi dalam pembubaran adalah likuidator.
Likuidasi mengandung arti pemberesan, penyelesaian , dan pengakhiran urusan
Perseroan setelah adanya keputusan pembubaran Perseroan. Selama penyelesaian
pembubaran atau pemberesan berjalan, Perseroan itu berstatus Perseroan “dalam
penyelesaian” yang oleh pasal 143 ayat (2) disebut Perseroan dalam likuidasi.
Kalimat atau kata “dalam likuidasi” harus dicantumkan dibelakang nama Perseroan
dalam setiap surat keluar Perseroan.
Sebenarnya ada suatu keadaan yang sangat mirip dengan likuidasi yaitu yang
disebut “Kepailitan” (Faillisement, Bankruptcy). Pailit adalah suatu keadaan dimana
debitur berada dalam keadaan tidak mampu membayar hutang-hutang kemudian

60

kreditur memohon kepada hakim agar dinyatakan pailit. 98 Kadang kala kepailitan
dapat menjadikan suatu badan usaha dapat dilikuidasi, namun likuidasi tidak selalu
disebabkan oleh kepailitan. 99
Kerangka pengertian likuidasi, memberikan kemungkinan yang lebih luas
mengenai sebab-sebab terjadinya likuidasi, misalnya karena ingin bergabung dengan
perusahaan lain (merger) atau ingin merubah bentuk badan usaha. Demikian juga
mengenai akibat hukum dari likuidasi adalah berbeda dengan akibat hukum dari
terjadinya kepailitan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa pada terminologi
likuidasi dan kepailitan terdapat perbedaan yang cukup prinsipil. Yang pertama,
terjadinya likuidasi tidak selalu disebabkan karena ketidakmampuan membayar
hutang-piutang. Sebab pada saat terjadinya likuidasi kadang kala aset/harta kekayaan
perseroan masih ada (tidak habis). Namun kepailitan terjadi oleh karena
ketidakmampuan membayar utang-piutang, memang sudah tidak tersisa lagi harta
kekayaan perseroan. 100
Kedua, dalam likuidasi selalu akan mengakibatkan eksistensi suatu badan
menjadi bubar/berakhir, sedangkan dalam kepailitan tidak selalu mengakibatkan
bubarnya perseroan, oleh karena dapat diambil alih oleh pemilik yang baru, seorang
kreditur atau pihak ketiga lainnya. Ketiga, likuidasi dapat terjadi tanpa putusan
pengadilan atau dengan putusan dari pengadilan, sedangkan terjadinya kepailitan

98

Sunarmi, Hukum Kepailitan, Terbitan Pertama, (Medan: USU Press, 2009), hal. 20.
Murni, Op.cit., hal. 83.
100
Ibid., hal. 83-84.
99

61

dengan melalui putusan pengadilan, dimana sebelumnya harus ada permohonan
kepada hakim komisaris. 101
Vollmar menekankan bahwa orang harus dapat membedakan antara
pembubaran kebersamaan perkawinan dengan pembubaran pada kebersamaan dalam
perseroan. Pembubaran perkawinan menyangkut lenyapnya atau putusnya suatu
hubungan hukum, sedangkan pada pembubaran perseroan, usaha yang dijalankan
bersama berakhir dalam arti bahwa lantas tidak dapat diterimanya pekerjaanpekerjaan baru, dan disitu masih ada sesuatu yang harus diselesaikan, hutang-piutang
yang ada masih harus dilunasi, harus ada perhitungan keuntungan dan kerugian. 102
Menelusuri beberapa pengertian dari para ahli dan sumber kepustakaan yang
ada, maka dapat membantu penegasan bahwa likuidasi merupakan suatu proses
berangkai yang diawali dari tahap pemberesan, keseluruhan proses tersebut yang
disebut dengan likuidasi. Proses likuidasi itu selesai barulah suatu badan hukum itu
dapat dikatakan bubar/berakhir. 103
Seiring dengan semakin pesatnya dunia usaha, kemajuan dan kehancuran usaha
dapat terjadi dengan berbagai sebab. Kompleksitas persoalan bubarnya suatu usaha
juga tidak dibatasi hanya dengan apa yang dikatakan peraturan saja melainkan masih
bisa disebabkan oleh berbagai macam keadaan-keadaan diluar ketentuan perundang-

101

Ibid., hal. 84-85.
FHFA. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid II, Cetakan I, Terjemahan I.S.
Adiwimarto, (Jakarta : Rajawali Press, 1984), hal. 372, sebagaimana dikutip Murni, Op.cit., hal. 85.
103
Murni, Op.cit., hal. 85.
102

62

undangan. Oleh sebab itu, banyak kalangan yang berpendapat bahwa ketentuan
mengenai bubarnya perseroan bukanlah suatu ketetapan yang bersifat harga mati. 104
2.

Pembubaran dan Likuidasi Perseroan Terbatas
Dalam Pasal 142 ayat (1) UU nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

mengatur dasar terjadinya pembubaran Perseroan yang dibenarkan oleh hukum.
Menurut pasal ini Pembubaran perseroan terjadi karena:
a. Berdasarkan keputusan RUPS
b. Karena jangka waktunya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir
c. Berdasarkan penetapan Pengadilan
d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan keputusan Pengadilan Niaga yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit perseroan tidak cukup
untuk membayar biaya kepailitan
e. Karena harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam
keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang
kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang,
f.

Karena dicabutnya izin usaha perseroan sehingga mewajibkan perseroan
melakukan

likuidasi

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

undangan 105.

104

Ibid., hal. 90.
105
Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

perundang-

63

Sehubungan dengan dasar terjadinya pembubaran yang dikemukakan diatas,
akan dijelaskan beberapa proses pembubaran yang diatur dalam Undang-Undang
nomor 40 tahun 2007.
a.

Proses Pembubaran Berdasarkan Keputusan RUPS.
Tata cara pembubaran Perseroan berdasarkan keputusan RUPS diatur pada pasal
144 UUPT 2007, melalui proses berikut.

1)

Yang berhak mengajukan usul pembubaran
Yang berhak mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada RUPS,
menurut Pasal 144 ayat (1) terdiri atas:
a) Direksi

b) Dewan Komisaris
c) Pemegang saham
Syarat pemegang saham untuk dapat mengajukan usul pembubaran
Perseroan adalah paling sedikit mewakili 1/10 (satu persepuluh) bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara.
2) Syarat Sahnya Keputusan RUPS Tentang Pembubaran Perseroan.
Agar keputusan RUPS tentang pembubaran Perseroan sah menurut hukum,
maka keputusan harus diambil sesuai dengan ketentuan pasal 87 ayat (1) dan
pasal 89 UUPT nomor 40 tahun 2007. Hal ini ditegaskan pada pasal 144 ayat
(2) UUPT.
3)

Pembubaran mulai berlaku.

64

Pembubaran Perseroan melalui proses RUPS mulai berlaku menurut pasal
144 ayat (3), terhitung sejak saat yang ditetapkan dalam keputusan.
b.

Proses Pembubaran Perseroan Berdasarkan Jangka Waktu Berdirinya Berakhir.
Sesuai dengan ketentuan pasal 6 UUPT, anggaran dasar dapat menentukan
jangka waktu berdirinya Perseroan. Apabila anggaran dasar menentukan
Perseroan didirikan untuk jangka waktu tertentu, maka proses pembubarannya
menurut Pasal 145 ayat (1) UUPT adalah Perseroan karena hukum bubar apabila
jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam AD telah berakhir. Terhitung
sejak tanggal jangka waktu berdirinya Perseroan berakhir, Direksi tidak boleh
atau dilarang melakukan perbuatan hukum. Semua perbuatan hukum dalam
rangka pemberesan beralih seluruhnya kepada likuidator.

c.

Proses Pembubaran Berdasarkan Penetapan Pengadilan.
Pasal 142 ayat (1) huruf c UUPT menentukan proses pembubaran Perseroan
berdasarkan penetapan Pengadilan. Hal ini disebabkan diajukannya Permohonan
oleh orang atau pihak yang memiliki hak atau legal standing (legitima persona
standi in judicio) pihak yang memilik kapasitas atau kedudukan untuk
mengajukan permohonan pembubaran ke Pengadilan Negeri, telah ditentukan
secara limitatif pada pasal 146 ayat (1) yaitu kejaksaan, pihak yangt
berkepentingan, pemegang saham, Direksi dan Dewan Komisaris. Adapun dasar
alasan permohonan yang dapat diajukan adalah bahwa perseroan tidak mungkin
untuk dilanjutkan lagi.

65

d.

Proses Pembubaran Karena Harta Pailit Perseroan Tidak Cukup Untuk
membayar Biaya Kepailitan.
Pasal 142 ayat (1) huruf a, berbunyi sebagai berikut : ”dengan dicabutnya
kepailitan berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya
kepailitan”.
Menurut pasal ini, maka cara pembubaran Perseroan berkaitan dengan pasal 17

ayat (2) dan pasal 18 UU nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
kewajiban Pembayaran Utang ( UU KPKPU).
Menurut pasal 17 ayat (2) UU KPKPU, Majelis Hakim yang membatalkan
putusan pernyataan Pailit juga menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator.
Selanjutnya penjelasan pasal ini memberi pedoman kepada Majelis Hakim yang
memutus perkara kepailitan, supaya biaya kepailitan ditetapkan berdasar rincian yang
diajukan oleh kurator setelah mendengar pertimbangan Hakim Pengawas.
Berdasarkan pasal 17 ayat (3) UU KPKPU, biaya kepailitan dan imbalan jasa
kurator dibebankan kepada pihak pemohon pernyataan pailit (voluntary petition) atau
kepada pemohon pailit (involuntary petition) dan debitur dalam perbandingan yang
ditetapkan oleh Majelis Hakim. Untuk pelaksanaan pembayaran biaya kepailitan dan
imbalan jasa kurator, Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan Penetapan Eksekusi
atas permohonan Kurator. Selanjutnya pasal 18 UU KPKPU mengatur tata cara
pencabutan putusan pernyataan Pailit yaitu :

66

1. Majelis Hakim dapat mencabut putusan pernyataan pailit apabila harta pailit tidak
cukup untuk membayar biaya kepailitan.
Pengadilan Niaga atas usul Hakim Pengawas dan setelah mendengar panitia
kreditor sementara, serta setelah memanggil dengan sah atau mendengar debitur,
dapat memutuskan “pencabutan putusan pernyataan pailit”. Putusan diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum. Dalam penetapan pencabutan putusan
kepailitan itu, Pengadilan Niaga sekaligus memutuskan pemberhentian Kurator
sesuai dengan tata cara yang diatur dalam UU KPKPU.
2. Majelis menetapkan jumlah biaya kepailitan dan imbalan jasa Kurator.
3. Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan penetapan eksekusi
Berdasarkan uraian diatas , jika harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar
biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator, Pengadilan atas usul Hakim Pengawas
dapat memutuskan pencabutan pernyataan pailit. Dalam kasus seperti ini,
berdasarkan pasal 142 ayat (