Respon Istri tentang Kebiasaan Suami Mengonsumsi Tuak di Desa Huta Gurgur Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Respon

2.1.1 Pengertian Respon
Respon berasal dari kata response yang berarti balasan atau tanggapan
(reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan
reaksi terhadap rangsang yang diterima panca indera. Hal yang menunjang dan
melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi
(Sobur, 2009).
Teori behaviorisme menggunakan istilah respon yang dipasangkan dengan
rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Pusat perhatian
psikologi seharusnya diarahkan pada pendeskripsian, penjelasan, pembuatan
prediksi, serta pengontrolan dari tingkah laku, dengan kata lain respon merupakan
perilaku yang muncul karena adanya rangsangan dari lingkungan (Adi, 1994:58).
Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan
kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi
suatu ransangan tertentu. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau

sikap yang berwujud, baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian,
pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu
fenomena tertentu.
2.1.2 Proses Terjadinya Respon
Ada beberapa gejala terjadinya respon, mulai dari pengamatan sampai
berpikir. Gejala tersebut menurut Suryabrata adalah sebagai berikut:

9
Universitas Sumatera Utara

10

1.

Pengamatan, yakni kesan-kesan yang diterima sewaktu perangsang
mengenai indera dan perangsangnya masih ada. Pengamatan ini merupakan
bagian dari kesadaran dan pikiran yang merupakan abstraksi yang
dikeluarkan dari arus kesadaran.

2.


Bayangan pengiring, yaitu bayangan yang timbul setelah kita melihat
sesuatu warna. Bayangan pengiring itu terbagi menjadi dua macam, yaitu
bayangan pengiring positif yakni bayangan pengiring yang sama dengan
warna objeknya, serta bayangan pengiring negatif adalah bayangan
pengiring yang tidak sama dengan warna objeknya.

3.

Bayangan eiditik, yaitu bayangan yang sangat jelas dan hidup sehingga
menyerupai pengamatan. Respon, yakni bayangan yang menjadi kesan yang
dihasilkan dari pengamatan. Respon diperoleh dari penginderaan dan
pengamatan.
Proses terjadinya respon tersebut adalah pertama-tama indera mengamati

objek tertentu, setelah itu muncul bayangan pengiring yang berlangsung sangat
singkat sesaat sesudah perangsang berlalu. Setelah bayangan perangsang muncul
kemudian bayangan editis, bayangan ini sifatnya lebih tahan lama, lebih jelas dari
bayangan perangsang. Setelah itu muncul tanggapan dan kemudian pengertian.
2.1.3 Indikator Respon

Respon yang muncul ke dalam kesadaran, dapat memperoleh dukungan atau
rintangan dari respon lain. Dukungan terhadap respon akan menimbulkan rasa
senang, sebaliknya respon yang mendapat rintangan akan menimbulkan rasa tidak
senang. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa indikator respon terdiri dari

Universitas Sumatera Utara

11

respon yang positif yaitu kecenderungan tindakannya adalah mendekati,
menyukai, menyenangi, dan mengharapkan suatu objek. Respon yang negatif
yaitu kecenderungan tindakannya menjauhi, menghindari dan memberi objek
tertentu.
Respon dalam penelitian ini akan diukur dari tiga aspek, yaitu persepsi,
sikap dan partisipasi. Berikut ini akan dijelasakan secara rinci.
1.

Persepsi
Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagimana cara seseorang


melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian yaitu
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Suharnan
(2005), persepsi (perception) merupakan tahap paling awal dari serangkaian
pemrosesan informasi. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan
yang telah dimiliki (yang disimpan di dalam ingatan) untuk mendeteksi atau
memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat
indera seperti mata, telinga dan hidung. Secara singkat dikatakan bahwa persepsi
merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsirkan informasi yang
diperoleh melalui sistem alat indera manusia.
Persepsi merupakan proses yang terintegrasi dalam diri individu terhadap
stimulus yang diterimanya, dengan demikian persepsi merupakan suatu proses
pengorganisasian dan penginterprestasian terhadap stimulus yang diterima oleh
individu, sehingga merupakan sesuatu yang berarti (Walgito, 2007:26). Jalaludin
Rakhmat (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

Universitas Sumatera Utara

12


informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan, Suharman (2005: 23) menyatakan:
“persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi
yang diperoleh melalui sistem alat indra manusia”. Menurutnya ada tiga aspek di
dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan
indera, pengenalan pola, dan perhatian. Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu
kesamaan pendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari
penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga
individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera
yang dimilikinya. Kebiasaan mengonsumsi tuak dipersepsikan merupakan
tindakan yang dilakukan oleh seseorang melalui stimulus-stimulus pada objekobjek tertentu.
2.

Sikap
Mengenai sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude”. Orang atau

individu di dalam berhubungan dengan orang lain tidak hanya berbuat begitu saja,
tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukannya dan menyadari pula situasi
yang ada sangkut pautnya dengan perbuatan itu. Kesadaran ini tidak hanya
mengenai tingkah laku yang mungkin akan terjadi, tetapi juga kesadaran individu
yang menentukan perbuatannya yang mungkin akan terjadi itulah yang dinamakan

sikap (Ahmadi, 2009:161).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial

Universitas Sumatera Utara

13

(Notoatmodjo, 2010). Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu. Sikap senantiasa
diarahkan kepada sesuatu, artinya tidak ada sikap tanpa objek. Sikap diarahkan
kepada benda-benda, orang, peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Sikap tercurah melalui tindakan yang dinyatakan dalam suatu perasaan suka
atau ketidaksukaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang sehingga
tindakan tersebut mampu memberikan hal yang positif atau negatif yang dianggap
sebagai wujud dari tingkah laku manusia. Apabila individu memiliki sikap yang
positif terhadap suatu objek, maka ia akan menunjukkan atau memperlihatkan,
menerima, mengakui, menyetujui, siap membantu, atau berbuat sesuatu yang
menguntungkan objek itu, sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap

suatu objek, maka ia akan menunjukkan atau memperlihatkan penolakan,
mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan objek tersebut (Ahmadi,
2009:153).
Sikap sangat menentukan tindakan terhadap suatu objek itu positif atau
negatif. Sikap dapat dinyatakan sebagai hasil belajar, karena sikap dapat
mengalami perubahan. Sebagai hasil dari belajar sikap tidaklah terbentuk dengan
sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam
interaksi manusia berkenaan dengan objek tertentu.
3.

Partisipasi
Selain persepsi dan sikap, partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting

dalam mengukur suatu respon. Partisipasi adalah keikutsertaan keluarga dalam
proses yang ada dalam keluarga, pemilihan dan pengambilan tentang alternatif

Universitas Sumatera Utara

14


solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan
keterlibatan keluarga dalam mengevaluasi perubahan yang terjadi (Adi, 2000: 27).
Dapat dikatakan partisipasi tersebut sama dengan peran serta. Peran serta
merupakan proses komunikasi dua arah yang dilakukan terus menerus guna
meningkatkan pengertian masyarakat atas suatu proses dimana masalah-masalah
dan kebutuhan lingkungan sedang dianalisa oleh badan yang bertanggung jawab.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa indikator
dari respon itu adalah senang (positif) dan tidak senang (negatif). Respon bermula
dari adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu kesan sehingga
menjadi kesadaran yang dapat dikembangkan pada masa sekarang ataupun
menjadi antisipasi pada masa yang akan datang.

2.2

Keluarga

2.2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga menurut WHO (1969) dalam Mubarak, dkk (2009) merupakan
beberapa individu yang terdiri dari kepala keluarga dan anggota rumah tangga
lainnya yang dihubungkan oleh pertalian darah, adopsi, dan perkawinan. Keluarga

menurut Departemen Kesehatan RI (1998) dalam Mubarak, dkk (2009) adalah
unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang terkumpul serta bertempat tinggal di suatu tempat dalam satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
Friedman (2010) mengatakan bahwa keluarga adalah sebuah kelompok kecil
yang terdiri dari individu-individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain

Universitas Sumatera Utara

15

dan saling tergantung, yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
beberapa individu yang berkumpul dalam satu atap yang dihubungkan dengan
pertalian darah dan memiliki hubungan erat satu sama lain.
Kozier (2011), keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat. Keluarga
terdiri dari beberapa individu, pria maupun wanita, muda atau tua, terkait secara
genetik maupun tidak, yang dianggap satu sama lain sebagai orang terdekat.
Setiap individu dalam satu rumah akan saling berinteraksi dan ketergantungan
satu sama lain untuk mencapai satu tujuan bersama. Menurut Efendi & Makhfudli

(2009), keluarga merupakan suatu sistem yang terbuka yang dapat dipengaruhi
oleh lingkungan sebagai supra-sistemnya, begitupun sebaliknya, keluarga sebagai
sub-sistem dari lingkungan juga dapat mempengaruhi masyarakat.
2.2.2 Fungsi Keluarga
Friedman (2010), fungsi keluarga terbagi menjadi lima bagian, diantaranya
fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan perawatan/pemulihan
kesehatan.
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
Sedangkan fungsi sosialisasi merupakan fungsi keluarga untuk mengembangkan
dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
dan berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Lain halnya dengan fungsi
reproduksi yang merupakan fungsi keluarga untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.

Universitas Sumatera Utara

16

Sementara itu, fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan merupakan fungsi
keluarga untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
2.2.3 Tugas Keluarga dalam Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di
bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:
1)

Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun
yang dialami oleh anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian
dan tanggung jawab keluarga, sehingga apabila terjadi perubahan segera
dicatat perubahannya tersebut.

2)

Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
Keluarga mencari pertolongan yang sesuai dengan keadaan keluarga dan di
antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan untuk menentukan
tindakan keluarga untuk melakukan tindakan yang tepat sehingga masalah
kesehatannya dapat dikurangi atau teratasi.

3)

Memberikan pelayanan kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit atau
mengalami kecacatan. Keluarga memfasilitasi kepada anggota keluarga
untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak
terjadi.

Universitas Sumatera Utara

17

4)

Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5)

Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan.

2.2.4 Peran Keluarga
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang
dalam konteks keluarga yang menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu. Setiap anggota keluarga
mempunyai peran masing-masing. Peranan anggota-anggota dalam keluarga besar
untuk menciptakan suasana keluarga kuat sekali. Hubungan antar pribadi dalam
keluarga sangat dipengaruhi oleh peranan suami-istri, sebagai ayah-ibu dalam
pandangan dan arah pendidikan yang akan mewujudkan suasana keluarga.
Peranan anggota-anggota dalam keluarga untuk menciptakan suasana keluarga
kuat sekali. Gunarsa dan Gunarsa (1993: 40) membagi peranan keluarga sebagai
berikut:
a)

Peran Bapak
Bapak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang tua

laki-laki seorang anak. Tergantung hubungannya dengan sang anak, seorang
“bapak” dapat merupakan bapak kandung (bapak secara biologis) atau bapak
angkat. Panggilan “bapak” juga diberikan kepada seorang yang secara defacto
bertanggung jawab memelihara seorang anak meskipun antar keduanya tidak
terdapat hubungan resmi.

Universitas Sumatera Utara

18

Bapak sebagai suami dari istri dan bapak dari anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
1.

Bapak sebagai pencari nafkah

Menjadi hal yang sewajarnya memang peran dan fungsi bapak adalah
mencari nafkah untuk keluarganya. Meskipun begitu ia harus tetap bisa menjaga
kehidupan di kantor dan di rumah agar tetap seimbang. Karena memang fungsi
sebagai bapak tidak hanya mencari nafkah saja, namun fungsi sang bapak adalah
sosok yang mampu menjadi penyeimbang dan pengayom dalam keluarga. Namun
bagaimana peran bapak dengan kebiasaan mengonsumsi tuak, akankah peran
sebagai pencari nafkah masih bisa dilakukan dengan baik atau bahkan menjadi
tanggungan baru bagi keluarga untuk memenuhi kebutuhan minumnya tersebut.
Bapak dengan kebiasaan mengonsumsi tuak justru banyak lalai dalam
mengerjakan perannya tersebut, mereka menghabiskan waktu di kedai tuak,
berjudi, bahkan tidak pulang ke rumah. Ada juga yang memiliki pekerjaan tetap,
namun mereka pada umumnya menghabiskan penghasilan mereka dan
memberikan sedikit kepada istrinya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Mereka
cenderung menjadi pribadi yang egois.
2.

Bapak sebagai pendidik

Menjadi seorang bapak akan selalu identik dengan kepemimpinan dan
pendidik dalam keluarga. Ia bak nahkoda penentu arah tujuan panjang keluarga

Universitas Sumatera Utara

19

kedepan. Bapak akan selalu dituntut untuk menjadi sosok nahkoda yang tegas dan
cerdik ketika badai lautan menghantam kapal rumah tangganya. Sosok bapak akan
selalu ada dan bertugas sebagai pemimpin, yang memimpin keluarganya agar
mampu menjalani sebuah tantangan hidup berumah tangga.
Begitu pentingnya peran dari seorang bapak sangatlah krusial. Selain ibu,
bapak merupakan role model karakter yang menjadi panutan anaknya kelak.
Terlebih dalam taraf perkembangan sang anak dimana fase contoh gerak-gerik
dan tingkah laku dari orang disekitar begitu kuat, maka peran bapak seharusnya
mampu menjadi sentral teladan role model dibandingkan lingkungan sekitarnya.
Bapak adalah sosok panutan bagi anak-anaknya. Seorang bapak yang baik
tentunya akan memberikan sebuah suri tauladan yang baik bagi garis keturunan
dan juga istrinya.
Namun jika bapak dengan kebiasaan mengonsumsi tuak maka peran bapak
sebagai pendidik, pemimpin dan teladan akan terganggu dan tidak terlaksana
dengan baik. Bapak akan menjadi contoh yang tidak baik bagi anak-anaknya,
pengakuan sebagai pemimpin juga akan dipandang sebelah mata dihadapan istri
dan anak-anaknya. Pribadi anak terbentuk dari perilaku orang tua, kecenderungan
anak mengonsumsi tuak akibat meniru kebiasaan sang bapak. Kurangnya
perhatian bapak kepada anak-anaknya akibat banyak waktu terbuang sia-sia di
kedai tuak. Sedangkan anak dan istri di rumah sangat membutuhkan kehadiran
sosok bapak sebagai pelindung mereka.

Universitas Sumatera Utara

20

b)

Peran Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c)

Peran Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
2.2.5 Respon Keluarga
Berdasarkan pengertian respon dan keluarga di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa respon keluarga adalah reaksi atau tanggapan yang
ditunjukkan oleh keluarga dimana keluarga dalam hal ini adalah reaksi dari istri
yang meliputi persepsi, sikap dan partisipasi yang dinyatakan dengan reaksi
positif (suka) atau reaksi negatif (tidak suka) terhadap suatu objek dimana objek
dalam penelitian ini adalah kebiasaan mengonsumsi tuak yang dilakukan oleh
suami.

2.3

Minuman Beralkohol

2.3.1 Definisi Alkohol
Alkohol adalah cairan transparan yang dapat diperoleh dari fermentasi
karbohidrat dan ragi, mudah menguap, dapat bercampur dengan air, eter atau

Universitas Sumatera Utara

21

klorofom (Iskandar, 2012 dalam Panggabaen, 2015). Peraturan presiden nomor
74 tahun 2013 menyatakan bahwa minuman beralkohol merupakan minuman
yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) yang diproses dengan cara
fermentasi dengan atau tanpa destilasi dari bahan hasil pertanian. Minuman
beralkohol tradisional merupakan minuman beralkohol yang diproduksi secara
tradisional dan dikemas sederhana serta dipergunakan untuk kebutuhan adatistiadat atau upacara keagamaan.
Berdasarkan kadar alkoholnya, minuman beralkohol diklasifikasikan ke
dalam tiga golongan, yaitu :
a.

Golongan A adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol
(C2H5OH) sampai dengan 5% (lima persen).

b.

Golongan B adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol
(C2H5OH) 6% (enam persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen); dan

c.

Golongan C adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol
(C2H5OH) sampai dengan 55% (lima puluh lima persen).

2.3.2 Kebiasaan dalam mengonsumsi alkohol
Alkoholism adalah keadaan penyalahgunaan serta ketergantungan alkohol.
Sedangkan menurut National Council on Alkoholism tahun 1992 mendefenisikan
bahwa alkoholism adalah suatu penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
hilangnya kontrol akibat memakai alkohol dengan konsekuensi timbulnya
masalah sosial, hukum, psikologi dan juga fisik. Gangguan psikiatri acap kali

Universitas Sumatera Utara

22

timbul selama dalam keadaan keracunan alkohol maupun dalam keadaan putus
alkohol (Soetjiningsih, 2004).
Mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan
ketergantungan dan toleransi terhadap jumlah dari alkohol yang dikomsumsi.
Penggunaan alkohol jangka jumlah yang berlebihan bisa merusak berbagai organ
di tubuh terutama hati, otak, dan jantung. Alkohol cenderung menyebabkan
toleransi, teratur minum lebih dari 2 gelas alkohol per hari, bisa mengkomsumsi
alkohol lebih banyak dari non-alkoholik tanpa mengalami intoksikasi.
Adapun penyebab seseorang menjadi alkoholik yaitu akibat banyaknya
faktor ikut terlibat didalamnya. Faktor psikologis bahwa alkohol dalam jumlah
sedikit dapat mengatasi keadaan cemas, gelisah, ketegangan, merasa kuat dan
percaya diri, mengurangi perasaan nyeri dan merasa mampu mengatasi stres
kehidupan sehari-hari (Soetjiningsih, 2004).
Teori psikodinamik psikoanalitik mengatakan bahwa mereka yang pecandu
alkohol adalah mereka yang mengalami fiksasi pada fase oral sehingga mereka
memuaskan serta mengatasi frustasinya dengan minum-minum seperti alkohol.
Sering mereka tergolong memiliki kepribadian anti sosial. Teori tingkah laku
mengatakan bahwa efek reward setelah mereka minum dan terus ingin untuk
minum seterusnya. Faktor genetik ikut berperan dalam memunculkan seseorang
menjadi alkoholik, orang tua peminum, saudara kembar, akan menjadikan
anaknya juga alkoholik (Behrman, 2000).

Universitas Sumatera Utara

23

2.3.3 Dampak Minuman Beralkohol
Dampak negatif penggunaan alkohol dikategorikan menjadi 3, yaitu dampak
fisik, dampak neurologi dan psikologi, juga dampak sosial.
a.

Dampak fisik
Beberapa penyakit yang diyakini berasosiasi dengan kebiasaan minum

alkohol antara lain serosis hati, kanker, penyakit jantung dan syaraf. Sebagian
besar kasus serosis hati (liver cirrhosis) dialami oleh peminum berat yang kronis.
Sebuah studi memperkirakan bahwa konsumsi 210 gram alkohol atau setara
dengan minum sepertiga botol minuman keras (liquor) setiap hari selama 25 tahun
akan mengakibatkan serosis hati. Berkaitan dengan kanker terdapat bukti yang
konsisten bahwa alkohol meningkatkan resiko kanker di beberapa bagian tubuh
tertentu termasuk mulut, kerongkongan, tenggorokan, laring dan hati. Alkohol
memicu terjadinya kanker melalui berbagai mekanisme. Salah satunya alkohol
mengaktifkan enzim-enzim tertentu yang mampu memproduksi senyawa
penyebab kanker. Alkohol dapat pula merusak DNA, sehingga sel akan berlipat
ganda (multiplying) secara tak terkendali (Tarwoto, 2010).
Peminum minuman keras cenderung memiliki tekanan darah yang relatif
lebih tinggi dibandingkan non-peminum (abstainer), demikian pula mereka lebih
berisiko mengalami stroke dan serangan jantung. Peminum kronis dapat pula
mengalami berbagai gangguan syaraf mulai dari demensia (gangguan kecerdasan),
bingung, kesulitan berjalan dan kehilangan memori. Diduga konsumsi alkohol
yang berlebihan dapat menimbulkan defisiensi thiamin, yaitu komponen vitamin
B kompleks berbentuk kristal yang esensial bagi berfungsinya sistem syaraf.

Universitas Sumatera Utara

24

b.

Dampak psikoneurologis
Pengaruh adiktif, insomnia, depresi, gangguan kejiwaan, serta dapat

merusak jaringan otak secara permanen sehingga menimbulkan gangguan daya
ingatan, kemampuan penilaian, kemampuan belajar, dan gangguan neurosis
lainnya (Sarwono, 2011).
c.

Dampak sosial
Dampak sosial yang berpengaruh bagi orang lain, dimana perasaan

pengguna alkohol sangat labil, mudah tersinggung, perhatian terhadap lingkungan
menjadi terganggu. Kondisi ini menekan pusat pengendalian diri sehingga
pengguna menjadi agresif, bila tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan yang
melanggar norma bahkan memicu tindakan kriminal serta meningkatkan resiko
kecelakaan (Sarwono, 2011).
Berdasarkan kisaran waktu (periode) pengaruh penggunaan alkohol
dibedakan menjadi dua kategori :
a.

Pengaruh jangka pendek

Walaupun pengaruhnya terhadap individu berbeda-beda, namun terdapat
hubungan antara konsentrasi alkohol di dalam darah

(Blood Alkohol

Concentration / BAC) dan efeknya. Euforia ringan dan stimulasi terhadap perilaku
lebih aktif seiring dengan meningkatnya konsentrasi alkohol di dalam darah.
Resiko intoksikasi (mabuk) merupakan gejala pemakaian yang paling umum.
Penurunan kesadaran seperti koma dapat terjadi pada keracunan alkohol yang
berat demikian juga nafas terhenti hingga kematian. Selain itu efek jangka pendek
alkohol dapat menyebabkan hilangnya produktifitas kerja. Alkohol juga dapat

Universitas Sumatera Utara

25

menyebabkan perilaku kriminal. Ditenggarai 70% dari narapidana menggunakan
alkohol sebelum melakukan tindak kekerasan dan lebih dari 40% kekerasan dalam
rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol.
b.

Pengaruh jangka panjang

Mengonsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka panjang dapat
menyebabkan penyakit kronis seperti kerusakan jantung, tekanan darah tinggi,
misalnya tukak lambung, impotensi dan berkurangnya kesuburan, meningkatnya
resiko terkena kanker payudara, kesulitan tidur, kerusakan otak dengan perubahan
kepribadian dan suasana perasaan, sulit dalam mengingat dan berkonsentrasi
(Tarwoto, 2010)
2.3.4 Definisi Tuak
Tuak adalah minuman beralkohol tradisional di daerah Provinsi Sumatera
Utara, terutama pada Suku Batak Toba, yang mengandung alkohol dengan kadar
4% (Ilyas, 2013 dalam Panggabaen, 2015). Tuak terbuat dari batang pohon aren
(Arenga piñata) dan diambil airnya, yaitu air nira, kemudian dicampurkan dengan
kayu raru. Menurut Sunanto (1983), pohon aren dapat tumbuh dengan baik dan
mampu bereproduksi pada daerah dengan tanah subur pada ketinggian 500 m –
800 m di atas permukaan laut, termasuk di Indonesia. Maka dari itu tuak dapat
dengan mudah diproduksi di wilayah Indonesia (Ikegami, 1997 dalam
Panggabean, 2015).
Tuak merupakan sarana perwujudan silaturahmi di antara bagian-bagian
Dalihan Na Tolu (DNT) yaitu pihak hula-hula adalah keluarga dari pihak istri
yang menempati posisi yang paling dihormati, sehingga dipesankan agar hormat

Universitas Sumatera Utara

26

kepada hula-hula (somba marhula-hula), kemudian unsur dongan tubu yang
sering disebut dengan dongan sabutuha yaitu saudara laki-laki satu marga,
kemudian unsur yang ketiga yaitu pihak boru adalah keluarga yang mengambil
istri dari suatu marga (Gaol, 2013).
Tuak juga sebagai media atau sarana pergaulan bagi masyarakat, khususnya
para pengonsumsi tuak, karena mereka akan berinteraksi dan bersosialisasi dan
berkumpul di lapo tuak. Dengan adanya aktifitas minum tuak di lapo tuak
tersebut, masyarakat akan merasa dekat dan menjadi bagian dari kelompok
tersebut. Tuak dapat berdampak positif bagi kesehatan, apabila dikonsumsi
secukupnya sesuai dengan kebutuhan, dan akan berdampak negatif apabila
dikonsumsi secara berlebihan.

Universitas Sumatera Utara