Respon Istri tentang Kebiasaan Suami Mengonsumsi Tuak di Desa Huta Gurgur Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol adalah kebiasaan yang tidak

baik untuk kesehatan jika dikonsumsi berlebihan dan terus-menerus. Kebiasaan
ini bervariasi menurut budaya, kelompok usia, dan gender. Pada umumnya
dilakukan oleh kalangan pria dewasa. WHO (2014) menyebutkan bahwa sebanyak
61,7% populasi diseluruh dunia telah meminum alkohol selama lebih dari 12
bulan yang menyebabkan sekitar 3,3 juta kematian atau 5,9% dari seluruh
kematian diseluruh dunia (WHO, 2014).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diketahui
bahwa

di

Indonesia


prevalensi

pengonsumsi

alkohol

mencapai

4,6%.

Pengonsumsi alkohol meningkat mulai pada umur antara 15-24 tahun, yaitu
sebesar 5,5% yang selanjutnya meningkat menjadi 6,7% pada umur 25-34 tahun,
namun kemudian turun seiring dengan bertambahnya umur (Kemenkes RI, 2007).
Hasil Survey Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012
juga memberikan informasi bahwa presentasi pengonsumsi alkohol pada pria
berusia 15-19 tahun sebesar 30,2% dan berusia 20-24 tahun sebesar 52,9%,
sementara presentase wanita berusia 15-19 tahun sebesar 3,5% dan berusia 20-24
tahun sebesar 7,1% (SDKI, 2012).
Keberadaan minuman beralkohol diberbagai wilayah di Indonesia berbedabeda menurut adat dan istiadatnya, sehingga dikelompokkan dalam satu kategori
khusus yaitu minuman beralkohol tradisional. Minuman beralkohol yang dibuat


1
Universitas Sumatera Utara

2

secara tradisional dan turun temurun yang dikemas secara sederhana dan
pembuatannya dilakukan sewaktu-waktu, serta dipergunakan untuk kebutuhan
adat-istiadat atau upacara keagamaan, misalnya minuman beralkohol Cap Tikus
yang berasal dari Manado dan Minahasa, Ciu dari daerah Banyumas dan
Bekonang, Sukoharjo, Moke/Sopi dari wilayah Indonesia Timur termasuk
Maluku, Flores (NTT) dan Papua, Lapen dari Yogyakarta, Ballo dari daerah bugis
Makasar, Arak Bali, Cukrik dan Tuak (BPOM, 2014).
Tuak merupakan sejenis minuman yang berasal dari batang kelapa atau
batang aren yang diambil airnya (biasa disebut nira) kemudian dicampurkan
dengan raru. Nira aren yang merupakan bahan dasar pembuatan tuak mengandung
alkohol dengan kadar 4% (Ilyas, 2013).
Tuak menjadi minuman tradisional masyarakat yang sulit untuk dilepaskan
di Provinsi Sumatera Utara khususnya penduduk yang berasal dari Suku Batak
Toba, Karo dan Simalungun. Tuak sering digunakan sebagai jamuan dan sajian

utama pada acara adat atau upacara dan juga dikonsumsi di malam hari sebagai
penghangat tubuh. Studi kasus oleh Nelly Lumban Gaol di Desa Ria Ria
Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan membuktikan adanya
dilema dalam pemberantasan minuman keras yang dalam hal ini adalah minuman
tuak, karena tuak tersebut adalah bagian dari budaya masyarakat Batak Toba yang
sudah ada sejak dahulu sampai dengan sekarang. Ikatan solidaritas masyarakat batak
toba yang kuat disebabkan karena adanya proses interaksi dan tuak sebagai media
atau sarana penghubungnya, dengan tidak menyampingkan interaksi mereka di
lingkungan maupun pada aktivitas kehidupan lainnya (Gaol, 2013).

Universitas Sumatera Utara

3

Kebiasaan mengonsumsi alkohol merupakan kebiasaan buruk dan dapat
berpengaruh terhadap kesehatan terutama jika dikonsumsi secara berlebihan dan
terus menerus. Terdapat hubungan positif antara konsumsi alkohol dengan
munculnya penyakit hipertensi baik pada pria maupun wanita (Sesso, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen dibuktikan bahwa pemberian tuak pada
mencit jantan dengan dosis yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama

cenderung menurunkan kualitas spermatozoa dan menekan jumlah anak hasil
perkawinannya (Ilyas, 2013).
Sampai sekarang, minuman tuak masih sangat merakyat di daerah Sumatera
Utara apalagi untuk orang Batak Toba yang tinggal di Desa Hutagurgur
Kecamatan Doloksanggul. Doloksanggul adalah sebuah kecamatan di Kabupaten
Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di dataran
tinggi berhawa dingin sejuk. Masyarakat doloksanggul ramah-ramah, organisasi
sangatlah penting dalam kehidupan warga doloksanggul, penuh dengan gereja dan
rata-rata warga memeluk agama kristen. Warga doloksanggul kebanyakan bertani
dan masih sangat kental adat batak yang masih nampak ditiap sudut kehidupan
warga.
Masyarakat di Desa Huta Gurgur umumnya bertani kemenyan yang pada
umumnya dikerjakan oleh kaum pria. Selain karena pohon kemenyan hanya
tumbuh baik di dalam hutan, juga karena harus memanjat untuk memelihara
(mengguris) dan mengambil getahnya. Biasanya kaum pria bermalam di gubuk
(sopo) dalam hutan sekitar 3-7 orang dalam satu gubuk (sopo). Hari senin pagi
berangkat membawa bekal dan hari kamis sore mereka kembali membawa

Universitas Sumatera Utara


4

kemenyan karena besoknya hari jumat yaitu hari pekan di Doloksanggul. Jadi
mulai hari jumat, sabtu sampai minggu, umumnya kaum bapak tidak bekerja,
mereka biasanya mengobrol (markombur) di kedai (lapo) tuak. Hampir di setiap
dusun ada kedai (lapo) tuak dan disana mereka membicarakan banyak hal mulai
dari pekerjaan, adat dan politik.
Tuak ini menjadi bagian dari beverages yang harus diminum khususnya
pada malam hari. Tidak heran, kedai-kedai tuak sering dipenuhi oleh para
peminumnya yang mayoritas adalah bapak-bapak dan pemuda-pemuda. Para
peminum ini dengan sendirinya akan meninggalkan rumah mereka pada sore hari
dan kembali dari kedai (lapo) tuak pada malam hari (hingga larut malam atau
subuh). Jarang sekali orang membeli tuak lalu meminumnya di rumah. Apalagi
untuk menambah daya tarik tuak ini si pemilik kedai (lapo) sering juga
menyediakan makanan pelezat (tambul) dan juga berupa permainan seperti main
judi.
Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting
untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah akan tercipta
tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan
maka seyogyanya dimulai dari keluarga. Keluarga dijadikan sebagai unit

pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling
mempengaruhi antar sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula
keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya atau masyarakat sekitarnya atau dalam
konteks yang luas berpengaruh terhadap Negara (Harnilawati, 2013).

Universitas Sumatera Utara

5

Kejadian yang sering terjadi dalam keluarga jika sudah ketergantungan
terhadap minuman beralkohol yaitu kejadian dimana suami melakukan kekerasan
terhadap istri. Komisi Nasional Perempuan mencatat di tingkat nasional jumlah
korban kekerasan terhadap perempuan terutama KDRT pada akhir tahun 2015
tercatat lebih dari 305.535 kasus kekerasan terhadap perempuan. Sebanyak 69%
dikarenakan KDRT. Suami pulang dalam keadaan mabuk, marah-marah dan
memukul istri sehingga pertengkaran sering tidak terhindarkan, kekerasan fisik
yang dilakukan suami semata-mata akibat pengaruh alkohol (Putrianti, 2007).
Sosok bapak yang menjadi pribadi peminum alkohol sangatlah mengganggu
baik bagi keluarga dan masyarakat disekitar tempat tinggalnya. Beberapa
gangguan yang terjadi dalam keluarga yaitu keluarga tidak bisa hidup harmonis

lagi karena sudah tidak ada lagi rasa peduli terhadap kesejahteraan keluarga tetapi
sudah terpusat pada kebutuhan pribadinya untuk mengonsumsi tuak. Gangguan
lain seperti gangguan ekonomi juga terjadi, keluarga cenderung miskin. Banyak
uang habis hanya untuk memenuhi kebutuhan minum apabila tidak ada usaha
untuk mencari mata pencaharian tetapi justru menghabiskan untuk diri sendiri.
Serta gangguan kekerasan kerap sekali terjadi bahkan perceraian. Anggota
keluarga seperti istri, anak-anak tentu seringkali menjadi korban kekerasan verbal,
fisik dan emosional. Dan gangguan yang terakhir yaitu gangguan sosial dimana
keterlibatan dalam gereja, sosial dan masyarakat mulai berkurang.
Keluarga dengan kebiasaan mengonsumsi tuak adalah pengalaman yang
mengancam kesehatan dan memunculkan respon dari anggota keluarga terkhusus
para istri. Pada umumnya para istri akan menolak kebiasaan mengonsumsi tuak

Universitas Sumatera Utara

6

tersebut, cemas apabila sipeminum tuak belum pulang ke rumah. Apalagi anggota
keluarga yang aktif mengonsumsi tuak pada umumnya adalah kaum bapak. Bapak
dengan kebiasaan mengonsumsi tuak adalah contoh yang tidak baik bagi keluarga,

terkhusus kepada anak-anaknya. Anak cenderung mewarisi perilaku dari orang
tuanya. Bukan hanya anak, istri yang berstatus ibu rumah tangga merasa tidak
nyaman akan kebiasaan tersebut. Dari hasil penelitian Subiyantoro Kelurahan
Pacar Kembang Kecamatan Tambak Sari Surabaya tahun 2011, menunjukkan
faktor yang mempengaruhi remaja mengonsumsi minuman beralkohol adalah
faktor keluarga yaitu sebanyak 53% (Subiyantoro, 2011).
Respon keluarga terhadap kebiasaan mengonsumsi tuak inipun cukup
bervariasi, ada yang menolak, biasa saja dan ada juga yang mendukung.
Perbedaan dalam hal menolak dan mendukung kebiasaan mengonsumsi tuak
tersebutlah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian yaitu
dimana peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi, sikap dan partisipasi
keluarga terhadap kebiasaan mengonsumsi tuak apabila mereka menerima
kebiasaan mengonsumsi tuak tersebut dan bagaimana pula jika keluarga tersebut
menolak kebiasaan mengonsumsi tuak tersebut. Mengingat bahwa mayoritas
pengonsumsi tuak adalah kaum bapak, maka penulis memfokuskan penelitiannya
untuk mengetahui bagaimana respon istri tentang kebiasaan suami dengan
mengonsumsi tuak. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraiakan,
maka penulis tertarik untuk meneliti respon istri tentang kebiasaan suami
mengonsumsi tuak di Desa Huta Gurgur Kecamatan Doloksanggul Kabupaten
Humbang Hasundutan.


Universitas Sumatera Utara

7

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka

masalah penelitian dapat dirumuskan, yaitu “Bagaimana respon istri tentang
kebiasaan suami mengonsumsi tuak di Desa Huta Gurgur Kecamatan
Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui respon istri tentang

kebiasaan suami mengonsumsi tuak di Desa Huta Gurgur Kecamatan

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.4

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

pengembangan praktek keperawatan, pendidikan keperawatan dan penelitian yang
akan datang.
1.4.1 Praktek keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada perawat dalam
memberikan pendidikan kesehatan kepada peminum tuak sehingga peminum tuak
dapat mengetahui masalah kesehatan akibat mengonsumsi tuak yang berlebihan.
1.4.2 Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang respon
istri tentang kebiasaan suami mengonsumsi tuak.

Universitas Sumatera Utara

8


1.4.3 Penelitian Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan sebagai referensi
dan dasar bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan respon istri
tentang kebiasaan suami mengonsumsi tuak.

Universitas Sumatera Utara