Dampak Revitalisasi Jalur Ganda PT. Kereta Api Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Pinggiran Rel di Kelurahan Glugur Darat II Kecamatan Medan Timur

BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Dampak
2.1.2 Pengertian dampak
Dampak secara sederhana dapat di artikan adalah suatu perubahan yang terjadi
akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik sosial,
ekonomi, fisik, kimia maupun biologo. Menurut KBBI dampak adalah benturan,
pengaruh yang mendatangkan akibat baik dampak positif maupun negatif.
2.1.3 Dampak langsung dan dampak tidak langsung
Dampak langsung ialah dampak yang dirasakan oleh pihak-pihak yang
terlibat. Adapun dampak secara langsung adalah sebagai berikut:
a. Menimbulkan keretakan hubungan antar individu atau kelompok dengan
individu atau kelompok lain.
b. Adanyha perubahan kepribadian seseorang. Seperti selalu muncul rasa
curiga, rasa benci dan akhirnya bisa berubah menjadi tindak kekerasan.
c. Hancurnya harta benda dan korban jiwa.
d. Kemiskinan bertambah akibat dari konflik yang terjadi.
Sementara itu dampak tidak langsung merupakan dampak yang dirasakan oleh
pihak-pihak yang tidak terlibat langsung dalam proses tersebut (Ardi, 2013).

2.2 Revitalisasi

2.2.1 Pengertian revitalisasi
Revitalisasi berarti proses, cara dan perbuatan menghidupkan kembali suatu
hal yang sebelumnya kurang terberdaya (KBBI online). Selain itu revitalisasi

8

Universitas Sumatera Utara

9
adalah kegiatan memodifikasi suatu lingkunagn atau benda atau benda cagar
budaya untuk pemakaian baru. Revitalisasi fisik dapat meningkatkan kondisi fisik
termasuk juga ruang-ruang publik kota. Akan tetapi tetap diperlukan perbaikan
dan peningkatan aktivitas ekonomi yang merujuk kepada aspek sosial-budaya
serta aspek lingkungan.
Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah
kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenai dan memanfaatkan potensi
lingkungan. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada
penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan
ekonomi masyarakat serta pengenalan budaya yang ada.

Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat.
Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek
formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat. Ada beberapa aspek
lain yang penting dan sangat berperan dalam revitalisasi, yaitu penggunaan peran
teknologi informasi khususnya dalam mengelola keterlibatan banyak pihak untuk
menunjang kegiatan revitalisasi (Dewi, 2011, chap. 8).

2.2.2 Indikator revitalisasi
Revitalisasi memiliki indikator sebagai berikut:
1. Intervensi fisik
Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara
bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik

Universitas Sumatera Utara

10

bangunan, tata hijau, sistem penghubung dan ruang terbuka kawasan.
Perencanaan fisik tetap harus dilandasi perencanaan jangka panjang.
2. Rehabilitasi ekonomi

Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus
mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan
yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan
ekonomi informal dan formal.
3. Revitalisasi sosial dan institusional
Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu
menciptakan lingkungan yang menarik. Kegiatan tersebut harus bedrampak
positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat
ataupun warga.

2.3 Jalur Ganda
2.3.1 Pengertian jalur ganda
Jalur ganda atau dalam bahasa Inggris disebut double track adalah jalur kereta
api yang jumlahnya dua atau lebih dengan tujuan agar masing-masing jalur
digunakan untuk menghindari kecelakaan kepala dengan kepala (head on) serta
untuk meningkatkan kapasitas lintas dan di samping itu juga bisa meningkatkan
aksesbilitas bila terjadi gangguan terhadap salah satu jalur.
2.3.2 Pengoperasian di Indonesia
Berdasarkan


Undang-Undang

No.23

Tahun

2007

Mengenai

Perkeretaapian, Bab X tentang Lalu Lintas Kereta Api, bagian 1 tentang
Tatanan Lalu Lintas Kereta Api, pasal 120 disebutkan bahwa: pengoperasian

Universitas Sumatera Utara

11
kereta api menggunakan prinsip berlalu lintas satu arah pada jalur tunggal dan
jalur ganda atau lebih dengan ketentuan: setiap jalur pada satu petak blok
hanya di izinkan dilewati oleh satu kereta api dan jalur kanan digunakan oleh
kereta api untuk jalur ganda atau lebih.

Pengoperasian kereta api yang dimulai dari stasiun keberangkatan,
bersilang, bersusun dan berhenti distasiun tujuan diatur berdasarkan grafik
perjalanan kereta api (Wikipedia, 2010).

2.4 Sosial Ekonomi
2.4.1 Pengertian sosial ekonomi
Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan. Dalam hal ini
kawan adalah orang-orang yang ada disekitar kita dan tinggal dalam satu
lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling memperngaruhi satu sama
lain. Istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos” yang berarti
keluarga, maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga
atau manajemen rumah tangga.
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur
sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. Melly G. Tan mengatakan
untuk melihat kondisi sosial ekonomi keluarga atau masyarakat itu dapat dilihat
melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan dan penghasilan.
Tiga tingkatan golongan masyarakat berdasarkan kondisi sosial ekonomi,
yaitu:


Universitas Sumatera Utara

12

1. Golongan berpenghasilan rendah. Masyarakat yang menerima pendapatan
lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang minimal,
mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain karena tuntutan hidup
yang keras. Perkembangan anak dari keluarga itu pun menjadi agresif.
Sementara itu orangtua yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan pengawan terhadap perilaku
anaknya.
2. Golongan berpenghasilan sedang. Masyarakat yang memiliki pendapatan yang
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.
3. Golongan

berpenghasilan

tinggi.


Masyarakat

yang

dapat

memenuhi

kebutuhan pokok, sebagian dari pendapatan yang diterima dapat ditabung dan
digunakan untuk kebutuhan lain ataupun kebutuhan dimasa mendatang.
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulan bahwa sosial
ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
masyarakat antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan
lain-lain. Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai sistem yaitu satu
keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam satu
kesatuan.
2.4.2 Indikator sosial ekonomi
Keluarga atau kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki sosial
ekonomi rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan hal tersebut, dapat
diklasifikasikan keadaan sosial ekonomi dapat dijabarkan sesuai dengan

indikator sebagai berikut:
a. Pendapatan

Universitas Sumatera Utara

13
Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang terutama akan ditemui
dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status sosial
ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Biro pusat statistik (BPS) merinci
pendapatan dalam kategori sebagai berikut:
1. Pendapatan berupa uang yaitu:
a) Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan,
kerja lembur dan kerja kadang-kadang.
b) Dari hasil usaha sendiri berupa hasil bersih dan penjualan dari kerajinan
rumah.
c) Dari hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik
tanah.
d) Dari keuntungan sosial yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja
sosial.
2. Pendapatan berupa barang yaitu:

a) Bagian pembayaran upah dan gaji berbentuk beras, pengobatan,
transportasi, perumahan dan rekreasi.
b) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi dirumah antara lain pemakaian
barang yang diproduksi dirumah dan sewa yang seharusnya dikeluarkan
terhadap rumah yang ditinggali.
Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk
menjadi 4 golongan yaitu:
1. Golongan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp.
3.500.000,00 per bulan.

Universitas Sumatera Utara

14
2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp.
3.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan.
3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawah
antara Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 1.500.000,00 per bulan.
4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.
1.500.000,00 per bulan.
Berdasarkan kategori tersebut, dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat

berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang memiliki
pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya juga
tinggi.
b. Perumahan
Perumaham adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana yaitu kelengkapan
dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah,
tersedianya listrik, telepon, jalan yang memungkinkan pemukiman sebagaimana
mestinya.
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Pemukiman, terdapat beberapa pengertian dasar yaitu:
1. Perumahan dan kawasan pemukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
dari pembinaan, penyelenggaraan perumahaan, penyelenggaraan kawasan
pemukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan pemukiman kumuh, penyediaan tanah,
pendanaan dan sistem pembiayaan serta peran masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

15

2. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik
perkotaan maupun pedesaan yang dilengkapi denga prasarana, sarana dan
fasilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
3. Kawasan pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung kehidupan dan penghidupan.
4. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan pemukiman yang terdiri atas
lebih dari satu satuan pemukiman.
5. Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, prasarana, fasilitas umum
serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan maupun
pedesaan.
6. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan
serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
7. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya serta asset bagi pemiliknya.
8. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan
9. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

16
10. Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakn untuk memenuhi kebutuhan
rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
11. Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakn untuk memenuhi kebutuhan
khusus.
c. Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Upaya
kesehatan ialah setiap kegiatan yang bertujuan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan pemerintah ataupun masyarakat
(Telaumbanua, 2015).
d. Sandang dan pangan
Sandang dan pangan merupakan kebutuhan primer manusia. Manusia adalah
makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga pakaian adalah hal yang
penting. Pangan adalah sumber tenaga bagi manusia agar dapat melakukan
aktifitas dalam pemenuhan kebutuhan.
e. Interaksi sosial
Interaksi sosial merupakan proses sosial mengenai cara-cara berhubungan
yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu
serta menentukan sistem hubungan sosial.
f. Aktivitas sosial
Dalam psikologi, aktivitas sosial adalah sebuah konsep yang mengandung arti
fungsi individu dalam interaksinya dengan lingkungan sekitar (Soekanto, 2001).

Universitas Sumatera Utara

17
2.5 Keluarga
2.5.1 Pengertian keluarga
Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.
Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari stuan yang merupakan
organisasi terbatas dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak
yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap
merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada didalamnya, yang
secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya
mereka ke arah pendewasaan (Khairuddin, 1997:4).
Terdapat beberapa defenisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu:
1.

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya
dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari
tiap anggota keluarga.

2.

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masingmasing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

3.

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

2.5.2 Ciri-ciri keluarga
Ciri-ciri umum keluarga antara lain seperti yang dikemukakan oleh Mac Iver
and Page:

Universitas Sumatera Utara

18
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan;
2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara;
3. Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan
garis keturunan;
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang di bentuk oleh anggota-anggota kelompok
yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi
yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak;
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.
Burgess dan Locke juga mengemukakan terdapat 4 karakteristik keluarga yang
terdapat pada semua keluarga dan juga untuk membedakan keluarga dari
kelompok-kelompok sosial lainnya:
1. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan
perkawinan, darah atau adopsi.
2. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama di bawah satu atap
dan merupakan susunan satu rumah tangga; atau jika mereka bertempat
tinggal, rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka.
3. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan
berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan si
istri, ayah dan ibu, putra dan putrid, saudara laki-laki dan saudara perempuan.
4. Keluarga adalah pemeliharaan satu kebudayaan bersama, yang diperoleh pada
hakekatnya dari kebudayaan umum tetapi dalam suatu masyarakat yang

Universitas Sumatera Utara

19
kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang berlainan dengan
keluarga lainnya (Khairuddin, 1997:6-7).
2.5.3 Fungsi-fungsi keluarga
Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok, yakni fungsi yang
sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan fungsi-fungsi lain seperti
fungsi-fungsi sosial relative lebih mudah berubah atau mengalami perubahan.
1. Fungsi biologik
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologik orang tua
ialah melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup
masyarakat. Namun fungsi ini pun juga mengalami perubahan, karena keluarga
sekarang cenderung kepada jumlah anak yang sedikit. Kecenderungan kepada
jumlah anak yang lebih sedikit ini dipengaruhi oleh faktor-faktor:
a. Perubahan tempat tinggal keluarga dari desa ke kota
b. Makin sulitnya fasilitas perumahan
c. Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses material
keluarga
d. Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk tercapainya kemesraan
keluarga
e. Meningkatnya taraf pendidikan wanita berakibat berkurangnya fertilitanya
f. Berubahnya dorongan dari agama agar keluarga mempunyai banyak anak
g. Makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja diluar rumah
h. Makin meluasnya pengetahuan dan penggunaan alat-alat kontrasepsi.
2. Fungsi afeksi

Universitas Sumatera Utara

20
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan
afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang
menjadi dasar perkawinan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan
persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan
mengenai nilai-nilai.
Dalam masyarakat yang makin impersonal, sekuler dan asing pribadi sangat
membutuhkan hubungan afeksi seperti yang terdapat dalam keluarga, susunan
afeksi itu tidak terdapat dalam institusi sosial yang lain.
3. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk
kepribadian anak. Melalui interaksia sosial dalam keluarga anak mempelajari
pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam
masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadian (Khairuddin, 1997:25-26).
2.5.4 Peran keluarga
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang
dalam konteks keluarga yang menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu. Setiap anggota keluarga
mempunyai peran masing-masing. Peranan anggota-anggota dalam keluarga besar
untuk menciptakan suasana keluarga kuat. Hubungan antar pribadi dalam keluarga
sangat dipengaruhi oleh peranan-peranan suami istri, sebagai ayah ibu dalam
pandangan dan arah pendidikan yang akan mewujudkan suasana keluarga.
Peranan anggota-anggota dalam keluarga untuk menciptakan suasana keluarga
kuat sekali. Gunarso dan Gunarsa (2007) membagi peranan keluarga sebagai
berikut:

Universitas Sumatera Utara

21
a) Peran ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman. Sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
b) Peran ibu. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
c) Peran anak. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
2.5.5 Keluarga dan perubahan sosial
Perubahan sosial adalah suatu gejala yang pasti dialami oleh setiap
masyarakat. Jadi, pada hakekatnya tidak ada satu masyarakat pun yang tidak
berubah, walaupun masyarakat sesederhana apapun. Masyarakat yang sederhana
sering dicirikan sebagai masyarakat yang statis, tetapi pengertian statis di sini
sangat relatif sekali. Tetapi, statis tidak berarti tidak mengalami perubahan sama
sekali. Semua masyarakat berubah menurut kadar perubahannya masing-masing.
Menurut Ankie M. Hoogvelt yang dikutip oleh Soeryono Sukanto, salah satu dari
ciri perubahan sosial yang terjadi dapat diketahui karena:
“Tidak ada masyarakat yang stagnat (tetap), oleh karena setiap masyarakat
mengalami perubahan-perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat”
(Khairuddin, 1997:71).

Universitas Sumatera Utara

22
2.6 Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini mengandung
pengertian dari bahasa sanskerta “catera” yang berarti payung. Dalam konteks ini,
kesejahteraan yang terkandung dalam arti “catera” (payung) adalah orang yang
sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan,
ketakutan atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tentram baik lahir maupun
batin. Sedangkan sosial berasal dari kata “socius” yang berarti kawan, teman dan
kerja sama (Fahrudin, 2012:8).
Yang dimaksud dengan kesejahteraan bukan hanya sekedar terpenuhinya
“kebutuhan pokok” yang terdiri dari pangan, sandang dan perumahan atau
pemukiman, tetapi Goulet (Todaro, 1981) mengemukakan sedikitnya dua nilainilai yang terkandung didalamnya, yaitu:
a. Tercapainya

swasembada,

dalam

arti

kemampuan

masyarakat

yang

bersangkutan untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar
yang mencakup: pangan, sandang, perumahan/pemukiman, kesehatan,
pendidikan dasar, keamanan, rekreasi dan lain-lain.
b. Diperolehnya suasana kebebasan, dalam arti adanya kesempatan dan
kemampuan untuk mengembangkan dan untuk memilih alternatif-alternatif
yang dapat dan boleh dilakukan untuk mewujudkan perbaikan mutu-hidup
atau kesejahteraan yang terus menerus bagi setiap individu sebagai warga
masyarakat yang sedang membangun itu, tanpa adanya rasa takut dan tekanan
dari pihak-pihak lain (Theresia, Andini, Nugraha & Mardikanto, 2014:2).
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial
menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

23
material, spiritual dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dalam
pendapat lain menyimpulkan bahwa kesejahteraan adalah sebuah kondisi yang
ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis, sosial, intelektual dan
spiritual dan kemampuan mengembangkan diri sehingga dapat menunjang
pencapaian hidup yang berkualitas dan bermartabat sesuai dengan nilai-nilai dan
norma-norma dalam kehidupan kemasyarakatan. Sementara itu menurut Compton
(1980) kesejahteraan sosial merupakan sebuah lapangan kerja/kegiatan dan usaha
kebijakan secara langsung untuk memecahkan masalah sosial. Defenisi ini lebih
menekankan kesejahteraan sosial sebagai setting/bidang kegiatan yang diarahkan
untuk pemecahan masalah sosial dalam berbagai kebijakan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan
sosial adalah pelayanan sosial yang ditujukan kepada warga negara (khususnya
warga miskin) berupa penyediaan pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan
dan jaminan sosial. Pelayanan sosial bertujuan untuk membantu individu dan
kelompok agar dapat mengembangkan kapasitas diri dan meningkatkan peranperan sosialnya. Kesejahteraan sosial sebagai proses atau usaha terencana
merupakan kegiatan yang mencakup peningkatan kualitas kehidupan, pemberian
layanan sosial dan tujuan sosial. Program kesejahteraan sosial sebagai salah satu
dari berbagai program pemerintah yang dirancang untuk melindungi warga negara
dari resiko ekonomi dan ketidakamanan hidup. Jenis yang paling umum dari
program kesejahteraan sosial adalah pemberian manfaat bagi individu, seperti
lanjut usia atau pensiunan, warga yang sakit, korban ketergantungan, ibu hamil

Universitas Sumatera Utara

24
dan rentan masalah sosial, pengangguran, korban kecelakaan kerja dan keluarga
(Pujilaksono, 2016:25-27).
Taraf kehidupan yang lebih baik tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik
saja, tetapi juga ikut memerhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan
spiritual. Kata kesejahteraan sosial dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
antara lain sebagai berikut:
1. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi
Sebagai suatu keadaan atau kondisi kehidupan masyarakat antara lain dapat
dilihat dari rumusan Undang-Undang No.6 Tahun 1974 tentang Ketentuanketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, Pasal 2 ayat 1: “Kesejahteraan sosial
ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spiritual
yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin
yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaikbaiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak
asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila “. Defenisi lain tentang
kesejahteraan sosial yang melihat kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi
tergambar dari defenisi yang dikemukakan Midgley (1975), yaitu: “Suatu
keadaan atau kondisi kehidupan manusia yang tercipta ketika berbagai
permasalahan sosial dapat dikelola dengan baik; ketika kebutuhan manusia
dapat terpenuhi dan ketika kesempatan sosial dapat dimaksimalisasikan”.
2. Kesejahteraan sosial dalam kaitan dengan pembangunan sektoral
Pendefenisian kesejahteraan sosial berdasarkan sektor pembangunan ini, antara
lain terlihat dari apa yang dikemukakan Spicker (1995) yaitu kesejahteraan

Universitas Sumatera Utara

25
sosial dalam arti sempit itulah yang dengan disiplin pekerjaan sosial (social
work) yang menjadi cikal bakal berkembangnya ilmu kesejahteraan sosial.
3. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan
Sebagai suatu kegiatan, pengertian kesejahteraan sosial dapat terlihat dari
defenisi yang dikembangkan oleh Friedlander (1980). Menurut Friedlander
kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisasi dari berbagai
institusi dan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang dirancang guna membantu
individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standart hidup dan kesehatan
yang lebih memuaskan (Isbandi, 2008:45-47).
Kesejahteraan sosial memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar
kehidupan pokok seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan relasirelasi yang harmonis dengan lingkungannya.
2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di
lingkungannya dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan (Fahrudin,
2012:10).
Friedlander & Apte menyatakan bahwa adapun fungsi-fungsi kesejahteraan
sosial bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang
diakibatkan terjadinya perubahan0perubahan sosial-ekonomi, menghindarkan
terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial yang negatif akibat pembangunan serta
menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Fungsi-fungsi kesehateraan tersebut antara lain:
1. Fungsi pencegahan (Preventive)

Universitas Sumatera Utara

26
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga dan
masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru.
2. Fungsi penyembuhan (Curative)
Kesejahteraan

sosial

ditujukan

untuk

menghilangkan

kondisi-kondisi

ketidakmampuan fisik, emosional dan sosial agar orang yang mengalami
masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat.
3. Fungsi pengembangan (Development)
Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung
ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan
tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.
4. Fungsi penunjang (Supportive)
Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan
sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain (Fahrudin,
2012:12).

2.7 Kemiskinan
2.7.1 Pengertian kemiskinan
Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas
masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah
pribadi, keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia. Kemiskinan identik dengan
suatu penyakit. Oleh karena itu, langkah pertama penanggulangan masalah
kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai masalah. Secara manajemen,
memahami suatu masalah berarti telah menapaki 50% jalan penyelesaian masalah
tersebut. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang

Universitas Sumatera Utara

27
atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih lebih rendah dari kondisi hidup
layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses
menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang
sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memahami
kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang
dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (Siagian,
2012;1-3).
Kemiskinan dapat dilihat sebagai fenomena yang kompleks, dapat ditelusuri
dari adanya kesenjangan antara kelas sosial dan ekonomi. Indonesia telah
mengalami peningkatan jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial di
masyarakat. Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mengurangi kemiskinan
dan meratakan pendapatan melalui delapan jalur pemerataan, yaitu:
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat khususnya pangan, sandang
dan perumahan.
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3. Pemerataan pembagian pendapatan.
4. Pemerataan kesempatan kerja.
5. Pemerataan kesempatan berusaha.
6. Pemerataan berpasrtisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda
dan wanita.
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8. Pemerataan memperoleh keadilan (Sumardi, 1982:7).

Universitas Sumatera Utara

28
2.7.2 Ciri-ciri kemiskinan
Pemahaman lebuh mendalam dan komperehensif tentang kemiskinan oleh
banyak ahli juga sering diupayakan melalui kajian tentang ciri-ciri kemiskinan.
Suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan, yakni:
1. Mereka yang hidup di bawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor
produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang tidak memadai
ataupun keterampilan yang tidak memadai untuk melakukan suatu aktivitas
ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya.
2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk
memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.
3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD
atau hanya tamat SD. Kondisi seperti ini berpengaruh terhadap wawasan
mereka. Anak-anak tidak dapat menyelesaikan sekolahnya karena harus
membantu orang tua mencari tambahan pendapatan.
4. Pada umumnya mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan kategori
setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah
mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal
tertutup rapat. Jadi, pada umumnya mereka bekerja serabutan maupun
musiman.
5. Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih berusia muda tetapi tidak
memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai (Siagian, 2012:20-13).
2.7.3 Jenis-jenis kemiskinan
Sebagai konsep yang multi dimensi, satu fakta tentang kemiskinan dapat
diidentifikasikan dalam berbagai jenis kemiskinan. Hal ini dapat terjadi jika kita

Universitas Sumatera Utara

29
melakukan tinjauan dari berbagai aspek atau sudut pandang atas suatu fakta
tentang kemiskinan itu (Siagian, 2012:46).
1. Kemiskinan alamiah
Kemiskinan alamiah ditemukan jika kajian tentang kemiskinan itu didasarkan
atas faktor-faktor penyebab kemiskinan itu terjadi. Dalam hal ini kemiskinan
alamiah diidentifikasi sebagai kemiskinan yang terjadi sebagai konsekuensi dari
kondisi alam dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut bermukim. Dalam
konteks ini, jika ternyata daya dukung lingkungan secara alamiah dimana
seseorang atau sekelompok orang tersebut berada tidak cukup menopang
kehidupan mereka, produknya adalah seseorang atau sekelompok orang tersebut
akan teridentifikasi sebagai manusia atau masyarakat miskin
Sebagai contoh, daerah dimana mereka tinggal adalah daerah yang lahannya
tandus, berbatu-batu, tidak memiliki bahan-bahan mineral atau barang tambang,
tidak luas dan tidak pula memiliki perairan yang menjadi tempat hidupnya
berbagai jenis ikan (Siagian:56).
2. Kemiskinan terinvolusi
Kemiskinan terinvolusi tergolong kemiskinan kultural yang sudah sedemikian
parah. Oleh karena itu kemiskinan terinvolusi sangat sulit diselesaikan. Ada dua
kondisi yang menyebabkan demikian sulitnya memecahkan masalah kemiskinan
terinvolusi ini, yaitu:
a. Seseorang atau sekelompok orang yang diidentifikasi miskin itu sendiri dapat
menerima kemiskinan itu. Bagi mereka kemiskinan itu bukanlah masalah yang
esensial dan mereka pun tidak mempermasalahkan kondisi hidup mereka yang
jauh dari standar.

Universitas Sumatera Utara

30
b. Sesungguhnya seseorang atau sekelompok orang yang dikategorikan miskin itu
menyadari kondisi kehidupan mereka sebagai sesuatu yang tidak layak. Namun
mereka juga menyadari bahwa tidak ada jalan bagi mereka untuk keluar dari
kondisi tersebut. Mereka menganggap kemiskinan itu bagaikan takdir.
Kemiskinan terinvolusi merupakan bentuk dari kondisi khusus dari kemiskinan
kultural. Ciri khusus kemiskinan terinvolusi adalah telah terinternalisasinya nilainilai negative dalam diri seseorang atau sekelompok orang dalam memandang diri
dan kehidupannya. Kemiskinan terinvolusi terkait dengan masalah mental yang
sudah demikian parah, sehingga sulit dirancang untuk mendapatkan cara
menangani kemiskinan tersebut. Diperlukan proses panjang dalam melakukan
perubahan mental yang telah demikian kental (Siagian, 2012:59-61).
c. Kemiskinan situasional
Secara umum dapat dikemukakan bahwa kemiskinan situasional adalah kondisi
kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkan oleh situasi yang ada.
Hingga saat ini masih terdapat perbedaan pendapat dalam perumusan
kemiskinan situasional.
1. Pendapat pertama cenderung merumuskan kemiskinan situasional sebagai
kondisi kehidupan yang tidak layak, yang dihadapi atau dialami seseorang
ataupun sekelompok orang yang tinggal di daerah-daerah yang kurang
menguntungkan. Pendapat ini justru menunjukkan adanya persamaan
kemiskinan situasional dengan kemiskinan alamiah.
2. Pendapat kedua cenderung merumuskan kemiskinan situasional sebagai
kondisi kehidupan yang tidak layak yang dihadapi atau dialami seseorang atau
sekelompok orang yang disebabkan situasi yang berlaku. Pendapat kedua ini

Universitas Sumatera Utara

31
cenderung menganggap kemiskinan situasional akan berlalu jika situasi yang
demikian bisa terlewati (Siagian, 2012:63-64).

2.8 Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh Doni Siregar yang berjudul “Dampak
Kehadiran PT. Sumatera Specialty Coffee (SSC) Terhadap Sosial Ekonomi
Masyarakat Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli
Utara”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah kehadiran PT. SSC
keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa Pohan Tonga berkembang. Karena
masyarakat Desa Pohan Tonga mayoritas bekerja sebagai petani maka dengan
hadirnya

PT.

SSC

memudahkan

masyarakat

dalam

memasarkan

hasil

pertaniannya.
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang peneliti teliti saat ini terletak
pada tujuan penelitian yang ingin melihat bagaimana dampak sosial ekonomi yang
terjadi

setelah

adanya

suatu

pembangunan

dalam

lingkungan

mereka.

Perbedaanya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya menggambarkan
bagaimana dampak sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat sekitar setelah
hadirnya PT. SSC sedangkan penelitian ini ingin menggambarkan bagaimana
dampak sosial ekonomi yang terjadi pada keluarga pinggiran rel terhadap
kebijakan revitalisasi dari pihak PT. Kereta Api Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

32
2.9 Pengajuan Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang menegaskan
hubungan antara dua atau lebih variabel dimana pernyataan tersebut merupakan
jawaban yang bersifat sementara atas masalah penelitian. Selain itu hipotesis
adalah arahan sementara untukn menjelaskan fenomena yang diteliti (Siagian,
2011). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai
terbukti benar melalui data yang dikumpulkan.
Hipotesis itu bisa ditolak (H-) dan bisa juga diterima (H+) atau bisa juga tidak
mempengaruhi sama sekali terhadap penelitian yang dilakukan. Hipotesis tidak
diterima dan tidak pula ditolak dan biasa disebut dengan hipotesis nol (Ho).
Adapun hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan dengan adanya revitalisasi jalur
ganda yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia terhadap kondisi
sosial ekonomi keluarga pinggiran rel.
Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan adanya revitalisasi jalur
ganda yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia terhadap kondisi sosial
ekonomi keluarga pinggiran rel.

2.10 Kerangka Pemikiran
Kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau kelompok orang hidup
dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Rumah merupakan
kebutuhan dasar manusia setelah pangan dan sandang. Selain berfungsi sebagai

Universitas Sumatera Utara

33
pelindung terhadap gangguan alam dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki
peran sebagai pusat pendidikan keluarga.
Revitalisasi jalur kereta api yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia
memberikan dampak bagi keluarga yang tinggal di pinggiran rel. Mereka harus
rela rumahnya di robohkan tanpa adanya relokasi. Beberapa warga masih ada
yang menetap di tempat tersebut karna merasa rumahnya masih bisa ditinggali
walaupun sudah terpotong karena di robohkan oleh pihak PT. Kereta Api. Mereka
yang tinggal dipinggiran rel adalah orang-orang perantauan yang datang kekota
dengan niat untuk mencari pekerjaan namun tidak memiliki tempat tinggal,
dengan kondisi ekonomi yang tidak memadai mereka memilih membangun rumah
dipinggiran rel dan bertahan ditempat tersebut.
Keluarga yang tinggal dipinggiran rel rata-rata bekerja sebagai pemulung,
tukang cuci dan setrika pakaian dan tukang parkir liar. Mereka hidup dengan
kondisi ekonomi pas-pasan. Pendidikan anak-anak disana kurang terpenuhi karena
banyak anak-anak yang tidak bersekolah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dibuat dalam skema yang menggambarkan sebuah bagan alur pikir, yaitu sebagai
berikut:

Universitas Sumatera Utara

34
Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir
Revitalisasi:
1. Intervensi fisik; meningkatkan kondisi fisik ruang-ruang kota,
peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau.
2. Rehabilitasi ekonomi; mendukung proses rehabilitasi
kegiatan ekonomi (informal dan formal), perubahan fisik
kawasan yang bersifat jangka pendek.
3. Revitalisasi sosial dan institusional; sebuah kawasan akan
terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik
dan dapat meningkatkan dinamika kehidupan sosial.

Indikator sosial ekonomi:
1. Pendapatan 4. Pangan dan sandang
2. Perumahan

5. Interaksi sosial

3. Pekerjaan

6. Aktivitas sosial

Dampak Langsung

Dampak Tidak Langsung

Universitas Sumatera Utara

35
2.11 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.11.1 Defenisi konsep
Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya
menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Dan konsep
merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam
suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep yang
diteliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil
penelitian itu memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan
oleh peneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu
konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:136-138).
Batasan konsep dalam penelitian ini:
d. Dampak
Yang dimaksud dengan dampak dalam penelitian ini adalah suatu akibat yang
ditimbulkan oleh suatu objek terhadap objek lain. Dalam hal ini adalah akibat
yang ditimbulkan PT. Kereta Api Indonesia terhadap sosial ekonomi keluarga
pinggiran rel Kelurahan Glugur Darat II kecamatan Medan Timur.
e. Keluarga
Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.
Keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang tinggal di
Kelurahan Glugur Darat II kecamatan Medan Timur yang berada di pinggiran
rel yang telah terkena dampak dari revitalisasi jalur ganda yang dilakukan oleh
PT. Kereta Api Indonesia.
f. Sosial Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

36
Sosial ekonomi suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan
menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat.
Dalam hal ini adalah keadaan sosial ekonomi keluarga pinggiran rel Kelurahan
Glugur Darat II Kecamatan Medan Timur.
g. Revitalisasi jalur ganda PT. Kereta Api Indonesia, yang dimaksud revitalisasi
fisik dalam meningkatkan kondisi fisik jalur ganda kereta api diperlukan
perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi, sosial dan isntitusional.
2.11.2 Defenisi operasional
Perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan
defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai
keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa
maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan untuk
mentransformasikan konsep ke dalam dunia nyata sehingga konsep-konsep
penelitian dapat di ukur (Siagian, 2011:141).
Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (x)
Variabel bebas adalah revitalisasi jalur ganda Kereta Api, adapun
indikatornya:
a. intervensi fisik
b. rehabilitasi ekonomi
c. revitalisasi sosial dan institusional
2. Variabel terikat (y)
Variabel terikat adalah indikator sosial ekonomi:
a. Pendapatan

Universitas Sumatera Utara

37
b. Perumahan
c. Pangan sandang
d. Interaksi sosial
e. Aktivitas sosial

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pola Permukiman Masyarakat di Pinggiran Rel Kereta Api (Studi Kasus : Permukiman Lingkungan XII Jalan Arteri Ringroad Medan)

47 311 77

Analisa Tingkat Kebisingan Kereta Api Pada Jalan Rel Segmen Medan – Tebing Tinggi

22 178 85

Respon Anak Jalanan Terhadap Program Kesejahteraan Sosial Anak Oleh Yakmi Di Pinggiran Rel Kereta Api Gaperta Kecamatan Medan Helvetia.

0 61 83

Studi Pengaruh Perlintasan Sebidang Jalan Dengan Rel Kereta Api Terhadap Karakteristik Lalulintas (Studi Kasus: Perlintasan Kereta Api Jalan Sekip)

22 130 107

Dampak Revitalisasi Jalur Ganda PT. Kereta Api Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Pinggiran Rel di Kelurahan Glugur Darat II Kecamatan Medan Timur

0 0 18

Dampak Revitalisasi Jalur Ganda PT. Kereta Api Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Pinggiran Rel di Kelurahan Glugur Darat II Kecamatan Medan Timur

0 0 2

Dampak Revitalisasi Jalur Ganda PT. Kereta Api Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Pinggiran Rel di Kelurahan Glugur Darat II Kecamatan Medan Timur

0 1 7

Dampak Revitalisasi Jalur Ganda PT. Kereta Api Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Pinggiran Rel di Kelurahan Glugur Darat II Kecamatan Medan Timur Chapter III VI

0 0 52

Dampak Revitalisasi Jalur Ganda PT. Kereta Api Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Pinggiran Rel di Kelurahan Glugur Darat II Kecamatan Medan Timur

0 0 2

Respon Anak Jalanan Terhadap Program Kesejahteraan Sosial Anak Oleh Yakmi Di Pinggiran Rel Kereta Api Gaperta Kecamatan Medan Helvetia.

0 0 31