FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

JURNAL PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT DEPRESI
TERHADAP PASIEN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA GAU MABAJI GOWA

Eka Rezki1, Murtiani2, Muhammad Ilyas3

Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin
Makassar
2
Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani
Hasanuddin Makassar
3
Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani
Hasanuddin Makassar
1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR
2013
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT DEPRESI
TERHADAP PASIEN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA GAU MABAJI GOWA
Eka Rezki1, Murtiani2, Muhammad Ilyas3
ABSTRAK
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan kesedihan, harga diri rendah,
rasa bersalah, putus asa, dan perasaan kosong. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat depresi terhadap pasien lansia di Panti Sosial Tresna werdha Gau Mabaji
Gowa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian metode Analitik dengan pendekatan Cross Sectional,
dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.
Pengambilan sampel menggunakan teknik Nonprobability sampling dengan jenis Purposive Sampling,
didapatkan 50 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul kemudian diolah
dan dianalisis dengan komputer serta menggunakan uji chi-square. Hasil analisa statistik, didapatkan
pengaruh antara kehilangan dengan tingkat depresi terhadap pasien lansia (p90 tahun (8.0%).
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau
Mabaji Gowa Tahun 2013

Suku
Jumlah
Persentase (%)
Bugis - Makassar

44

88.0

Jawa

4

8.0

Tionghoa

1

2.0


Ambon

1

2.0

Total
50
100.0
Sumber : Data Primer Juli 2013
Berdasarkan tabel 5.3, dari 50 Orang Lanjut Usia terdapat 44 (88.0%) yang
bersuku Bugis-Makassar, terdapat 4 (8.0%) Orang Lanjut Usia yang bersuku Jawa. Yang
bersuku Tionghoa terdapat 1 (2.0%) Orang Lanjut Usia dan 1 (2.0%) Orang Lanjut Usia
yang suku Ambon.

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama di Panti Sosial Tresna Werdha Gau
Mabaji Gowa Tahun 2013
Agama

Jumlah
Persentase (%)
Islam

47

94.0

Kristen

3

6.0

Total
50
100.0
Sumber : Data Primer Juli 2013
Berdasarkan tabel 5.4 dari 50 Orang lanjut usia Terdapat 47 (94.0%) yang
beragama Islam dan terdapat 3 (6.0%) Orang Lanjut usia yang beragma Kristen.

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Di Panti Sosial
Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Tahun 2013
Pendidikan Terakhir
Jumlah
Persentase (%)
Tidak Sekolah

36

72.0

SD

10

20.0

SMP


0

0.0

SMA

3

6.0

Sarjana

1

2.0

Total
50
100.0
Sumber : Data Primer Juli 2013

Berdasarkan tabel 5.5, dari 50 Orang Lanjut usia terdapat 36 (72.0%)
OrangLanjut Usia yang tidak sekolah, terdapat 10 (20.0%) Orang Lanjut Usia yang
berpendidikan SD, tidak terdapat Orang Lanjut Usia berpendidikan SMP, terdapat 3
(6.0%) Orang Lanjut Usia yang berpendidikan SMA dan 1 (2.0%) Orang lanjut Usia yang
berpendidikan Sarjana.
3. Analisa Univariat
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Status Kehilangan Di Panti Sosial Tresna Werdha
Gau Mabaji Gowa Tahun 2013
Kehilangan Keluarga
Jumlah
Persentase (%)
Kehilangan

37

74.0

Tidak Kehilangan


13

26.0

Total

50

100.0

Sumber : Data Primer Juli 2013
Pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden (Orang Lanjut Usia) yang
mengalami Kehilangan yakni sebanyak 37 responden (74.0%), sedangkan yang tidak
mengalami kehilangan sebanyak 13 responden (26.0%).

Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Status Kecemasan Di Panti Sosial Tresna Werdha
Gau Mabaji Gowa Tahun 2013
Kehilangan Keluarga
Jumlah

Persentase (%)
Cemas

21

42.0

Tidak Cemas

29

58.0

Total
50
100.0
Sumber : Data Primer Juli 2013
Pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden (Orang lanjut usia) yang
mengalami cemas yaitu sebanyak 21 responden (42.0%) dan yang tidak mengalami
kecemasan yakni sebanyak 29 responden (48.0%).

Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Depresi Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau
Mabaji Gowa Tahun 2013
Tingkat Depresi
Jumlah
Persentase (%)
Depresi Ringan

32

64.0

Depresi Sedang

11

22.0

Depresi Berat


7

14.0

Total
50
100.0
Sumber : Data Primer Juli 2013
Pada tabel 5.8 menunjukkan tingkat depresi terhadap pasien Lansia Di Panti
Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa dengan depresi Ringan sebanyak 32
responden (64,0%), depresi sedang sebanyak 11 responden (22.0%) dan yang
mengalami depresi berat sebanyak 7 responden (14,0%).
4. Analisa Bivariat
Tabel 5.9
Pengaruh Kehilangan Terhadap Tingkat Depresi Pasien Lanjut Usia Di Panti Sosial
Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Tahun 2013
Tingkat Depresi
Total
Kehilangan
Ringan
Sedang
Berat
p
n

%

n

%

n

%

n

%

Kehilangan

20

40.0

11

22.0

6

12.0

37

74.0

Tidak Kehilangan

12

24.0

0

0

1

2.0

13

26.0

Total

32

64.0

11

22.0

7

14.0

50

100.0

0.029

Sumber : Data Primer Juli 2013
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa kehilangan yang mengalami depresi ringan
berjumlah 20 responden lanjut usia (40,0%), kehilangan yang mengalami depresi
sedangberjumlah 11 responden (22,0%) lanjut usia dan kehilangan yang mengalami
depresi berat berjumlah 6 responden lanjut usia (12,0%). Sedangkan yang tidak
kehilangan tapi mengalami depresi ringan berjumlah 12 responden lanjut usia (24,0%),
dan tidak kehilangan tapi mengalami depresi berat berjumlah 1 responden lanjut usia
(2,0%).
Tabel 5.10
Pengaruh Kecemasan Terhadap Tingkat Depresi Pasien Lanjut Usia Di Panti Sosial
Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Tahun 2013
Tingkat Depresi
Total
Kecemasan
Ringan
Sedang
Berat
p
n

%

n

%

n

%

n

%

Cemas

9

18.0

5

10.0

7

14.0

21

42.0

Tidak Cemas

23

46.0

6

12.0

0

0

29

58.0

0.002

Total
32 64.0 11 22.0
7
14.0
50
100.0
Sumber : Data Primer Juli 2013
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa kriteria cemas yang mengalami depresi ringan
sebanyak 9 (18,0%) responden lanjut usia, ktiteria cemas yang mengalami depresi
sedang sebanyak 5 responden (10,0%) dan kriteria cemas yang mengalami depresi
berat sebanyak 7 responden 14,0%. Sedangkan lansia dengan kriteria tidak cemas tapi
mengalami depresi ringan sebanyak 23 responden (46,0%), dan kriteria tidak cemas tapi
mengalami depresi sedang sebanyak 6 (12,0%) responden Lanjut usia.
PEMBAHASAN
1. Pengaruh Kehilangan terhadap Tingkat Depresi pada Lansia Di Panti Sosial Tresna
Werdha Gau Mabaji Gowa
Dari hasil analisa univariat, dari total 37 orang responden (74.0%) dalam kategori
mengalami kehilangan, diketahui bahwa 20 orang responden (40%) dalam kategori
depresi ringan, 11 orang responden (22%) dalam kategori depresi sedang dan 6 orang
responden (12%) dalam kategori depresi berat. Hal ini terjadi karena depresi tidak hanya
dipengaruhi oleh kehilangan saja, melainkan dipengaruhi oleh subvariabel yang lain yaitu
kecemasan sehingga tidak dapat memberikan jaminan bahwa orang yang mengalami
kehilangan akan mengalami depresi yang berat.
Dalam analisis silang, 20 orang responden (40%) yang mengalami mengalami
kehilangan dan dalam kategori depresi ringan, diketahui bahwa 15 orang responden
(30%) tidak mengalami kecemasan dan 5 orang lainnya mengalami kecemasan (10%).
Menurut Setiati, Harimurti, dan Roosheroe (2006), proses menua merupakan sebuah
waktu untuk berbagai kehilangan: kehilangan peran sosial akibat pensiun, kehilangan
mata pencaharian, kehilangan teman dan keluarga yang dapat mengakibatkan depresi.
Strategi adaptasi yang sering kali digunakan lansia yang biasa mengalami depresi
adalah strategi pasif (defence mechanism) seperti menghindar, menolak, impian,
displacement, dan lain-lain. Hubungan stress dan kejadian depresi seringkali melibatkan
dukungan sosial yang tersedia dan digunakan lansia dalam menghadapi stressor. Ada
bukti bahwa individu yang memiliki teman akrab dan dukungan emosional yang cukup
kurang mengalami depresi bila berhadapan dengan stress dan kecemasan. Hal ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Ind12 \l 1033 ] yang dalam
penelitiannya berjudul “Hubungan Faktor Kehilangan dengan Depresi Lanjut Usia di
Dusun Karangayar Yogyakarta” menyatakan bahwa jumlah lanjut usia yang mengalami
depresi tanpa terdapat kehilangan yaitu 4 orang responden (163.3%) dan lansia yang
terdapat kehilangan tanpa terdapat depresi yaitu 5 orang responden (16.7%). Hasil
pengujian fisher di dapatkan nilai p sebesar 0.003 oleh karena p0,01). Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan
antara tingkat depresi pada perempuan yang menjadi kepala keluarga karena
meninggalnya pasangan hidup dan karena perceraian. Rerata depresi pada perempuan

yang menjadi kepala keluarga karena meninggalnya pasangan hidup yaitu 19,75,
adapun rerata depresi pada perempuan yang menjadi kepala keluarga karena perceraian
yaitu 14,75.
Sedangkan dari total 13 orang responden (26%) yang dalam kategori tidak
mengalami kehilangan, didapatkan 12 orang responden (24%) dalam kategori depresi
ringan dan 1 orang lainnya dalam kategori depresi yang berat. Hal ini juga dipengaruhi
oleh subvariabel yang lain yaitu kecemasan, sehingga tidak dapat memberikan jaminan
bahwa orang yang tidak mengalami kehilangan, tidak akan menderita depresi. Dari
tabulasi silang, didapatkan bahwa dari total 12 orang yang dalam kategori tidak
mengalami kehilangan tapi mengalami depresi yang ringan, diketahui bahwa 7 orang
responden (14%) responden dalam kategori tidak cemas dan 4 orang lainnya (8%)
mengalami kecemasan. Sedangkan 1 orang responden (2%) yang dalam kategori
depresi yang berat, responden tersebut mengalami kecemasan. Usia bukan merupakan
faktor risiko terjadinya depresi, namun kehilangan pasangan hidup atau menderita
penyakit kronik merupakan faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap
terjadinya depresi. Lansia yang mengalami kehilangan misalnya kehilangan pasangan
hidup. Pada lansia permasalahan psikologi terutama muncul bila lansia tidak berhasil
menemukan jalan keluar masalah yang timbul sebagai akibat dari proses menua. Rasa
tersisih, tidak dibutuhkan, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit
yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan merupakan sebagian kecil dari semua
stressor yang harus dihadapi oleh lansia. Depresi adalah permasalahan yang makin
memberatkan kehidupan lansia. Dukungan keluarga juga sangat penting dalam
mengatasi depresi karena keluarga merupakan orang terdekat yakni ada ikatan
hubungan (Amir, 2009). Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses
berkabung menghasilkan pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke dalam
individu tersebut sehingga menyatu atau merupakan bagian dari individu itu. Kemarahan
terhadap objek yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri. Akibatnya terjadi
perasaan bersalah atau menyalahkan diri sendiri, merasa diri tidak berguna, dan
sebagainya. Hasil penelitian ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION
Wul09 \l 1033 ] dengan judul “faktor-faktor yang menyebabkan depresi pada lansia yang
tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Umit Abiyoso” yang dimana hasil
penelitian menyatakan faktor yang terbesar menyebabkan timbulnya depresi adalah
kehilangan yang mempunyai pengaruh sebesar 74.40%.
Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai
fisher exact test p < 0.05 yaitu 0.029 ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara kehilangan dan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Gau Mabaji Gowa.
Maka hipotesa yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima karena ada
pengaruh yang positif antara kehilangan dengan tingkat depresi.
Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti menyatakan bahwa kehilangan ada
kaitannya dengan tingkat depresi lanjut usia. Sebagian orang atau lansia mengalami
kesedihan setelah kehilangan pasangan, karena penyesuaian yang terlambat terhadap
kehilangan tersebut. Keterlambatan tersebut dapat mengakibatkan depresi pada
seseorang.
2. Pengaruh Kecemasan Terhadap Tingkat Depresi Lansia Di Panti Sosial Tresna
Werdha Gau Mabaji Gowa
Dari analisis univariat, didapatkan 21 orang responden (42%) yang dalam
kategori cemas, didapatkan 9 orang responden (18%) dalam kategori depresi ringan, 5
orang responden (10%) dalam kategori depresi sedang dan 7 orang lainnya (14%) dalam
kategori depresi berat. Hal ini terjadi karena depresi tidak hanya dipengaruhi oleh
kecemasan saja, mailainkan dipengaruhi juga oleh subvariabel yang lain yaitu

kehilangan sehingga tidak dapat memberikan jaminan bahwa lansia yang mengalami
kecemasan semuanya akan menderita depresi yang berat.
Berdasarkan tabulasi silang, maka diketahui bahwa dari total 9 orang responden
(18%) yang dalam kategori cemas dan mengalami depresi ringan, didapatkan 5 orang
responden dalam kategori tidak mengalami kehilangan dan 4 orang lainnya mengalami
kehilangan. Kecemasan pada lansia adalah hal yang paling sering terjadi. Sebagian
besar lansia mengalami kecemasan seiring dengan bertambahnya usia. Lansia pada
periode awal, adalah masa-masa kecemasan yang paling tinggi, tetapi, seiring dengan
semakin bertambahnya usia, lansia berusaha menerima keadaan mereka dan merasa
pasrah. Masalah fisik dan psikologis sering ditemukan pada lanjut usia. Faktor psikologis
diantaranya perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi. Umumnya, kecemasan ini
merupakan suatu pikiran yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran,
rasa tidak tenang, dan perasaan yang tidak baik atau tidak enak yang tidak dapat
dihindari oleh seseorang.
Dari total 5 orang responden (10%) yang dalam kategori mengalami kecemasan
dan mengalami depresi sedang, didapatkan keseluruhan responden mengalami
kehilangan. Ketika manusia semakin tua, mereka cenderung untuk mengalami masalahmasalah kesehatan yang lebih menetap dan berpotensi untuk menimbulkan
ketidakmampuan. Kebanyakan lansia memiliki satu atau lebih keadaan atau
ketidakmampuan fisik yang kronis. Beberapa lansia juga berpotensi mengalami
kecemasan dan depresi (Papalia, Olds, dan Feldman, 2003).
Sedangkan dari total 7 orang responden (14%) yang dalam kategori mengalami
kecemasan dan mengalami depresi berat, didapatkan keseluruhan responden
mengalami kehilangan. Dalam Blazer (2003) disebutkan bahwa ketidakmampuan fisik
tampaknya membawa jumlah kejadian hidup negatif yang lebih tinggi. Ketidakmampuan
fisik dapat menyebabkan keterbatasan untuk melakukan aktivitas sosial atau aktivitas di
waktu luang (leisure activities) yang bermakna, isolasi, dan berkurangnya kualitas
dukungan sosial pada lansia yang dapat berpotensi mengakibatkan terjadinya berbagai
macam kecemasan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Ika12 \l 1033 ]
yang dalam penelitiannya berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Depresi
pada Lansia di RW 04 dan RW 19 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya
Makassar” menyatakan bahwa ada hubungan antara kecemasan pada lansia dengan
depresi dimana p = 0.029.
Sedangkan dari total 29 orang responden (58%) yang dalam kategori tidak
cemas, didapatkan 23 orang responden (46%) dalam kategori depresi ringan dan 6
orang lainnya (12%) dalam kategori depresi sedang. Hal ini juga terjadi karena
dipegaruhi oleh subvariabel lain yaitu kehilangan sehingga tidak dapat memberikan
jaminan bahwa lansia yang tidak mengalami kecemasan akan mengalami depresi yang
ringan.
Dari tabulasi silang, didapatkan bahwa dari total 23 orang responden yang dalam
kategori tidak mengalami kecemasan tetapi dalam kategori mengalami depresi ringan,
diketahui bahwa 15 orang responden tidak mengalami kehilangan dan 8 orang lainnya
mengalami kehilangan. Dalam Gallo & Gonzales (2001) disebutkan gejala-gejala depresi
lain pada lanjut usia adalah kecemasan dan kekhawatiran, keputus asaan dan keadaan
tidak berdaya, masalah somatik yang tidak dapat dijelaskan dan psikosis. Hasil penelitian
ini juga didukung oleh penelitian oleh [ CITATION Sum10 \l 1033 ] dalam penelitian yang
berjudul “Pengaruh faktor Psikososial dan kecemasan terhadap depresi lansia di Kota
Yogyakarta” hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat bermakna
antara kecemasan dan depresi (p