problematika impor sapi Indonesia dengan

Problematika Indonesia dan Australia Dalam Hal Impor Sapi
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Hangga Fathana

Disusun Oleh:
Muhammad Ikmal
NIM
14323073

Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta
2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin banyak nikmat yang Allah SWT berikan kepada kami.
Segala puji hanya untuk Allah Tuhan semesta alam atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini berisikan pembahasan tentang problematika yang melanda Indonesia dan
Australia dalam hal impor-ekspor sapi. Bagaimana pandangan Indonesia dan Australia dalam
impor sapi, dan kebijakan pemerintah republik Indonesia mengurangi impor sapi tersebut

Penulis membuat makalah ini sebagai tugas akhir semester, semoga makalah ini
diharapkan dapat memberikan wawasan lebih kepada pembaca makalah ini.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN…………………………………………………………….

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Awal Mula Kerjasama Pemerintah Indonesia & Australia …………
2.1 Permasalahann yang mendera pihak Australia sebagai Eksportir…………
2.2 Permasalahan yang mendera pihak Indonesia sebagai importir…………
2.3 kebijakan-kebijakan yang dilakukan untuk mengurangi impor sapi………


BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….

BAB I

Pendahuluan
Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan sembako yang penting untuk
peningkatan gizi masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Laju peningkatan populasi
penduduk dan perbaikan taraf hidup masyarakat Indonesia mendorong peningkatan
kebutuhan pangan, dan konsumsi menu makanan rumah tangga bertahap mengalami
perubahan kearah peningkatan konsumsi protein hewani (termasuk produk peternakan).
Komoditas daging, telur dan susu merupakan komoditas pangan yang berprotein tinggi
memiliki harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas pangan lainnya. 1
Konsumsi protein hewani asal ternak baru mencapai 13,41 kg/kapita/tahun (disuplai dari
daging sebesar 6,71, telur 3,86 dan susu 2,84 kg/kapita/tahun), sedangkan standar angka
kecukupan protein hewani sebesar 20.9 kg/kapita/tahun (daging 10.1, telur 4.7 dan susu

6.1 kg/kapita/tahun).2
Menurut UNICEF perbaikan gizi yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan
protein memiliki kontribusi sekitar 50% dalam pertumbuhan ekonomi negara-negara
maju. Kandungan gizi yang dimiliki protein hewani, baik telur maupun daging lebih
tinggi dibandingkan makanan yang paling digemari masyarakat Indonesia yaitu tempe
dan susu. Protein telur sekitar 12,5%, daging ayam mencapai 18,5%, sedangkan protein
nabati seperti tempe dan tahu masing-masing hanya 11% dan 7,5%.3
Laju peningkatan penduduk dan perubahan selera konsumen, akan menuntut
perubahan pola konsumsi termasuk permintaan daging sapi yang merupakan komoditas
peternakan strategis. Produk ternak sapi (daging dan susu) merupakan komoditas yang
memberikan andil pada perbaikan gizi masyarakat, khususnya kebutuhan protein
hewani.4 Kondisi tersebut ditunjukkan melalui peningkatan daging impor dan impor sapi
1 T.D.,

Soedjana., et al. Estimasi Parameter Sistem Permintaan Komoditas Ternak dan Hasil
Ternak di Kawasan Timur Indonesia. Laporan Hasil Penelitian. Puslitbang Peternakan
bekerjasama dengan P4N, Bogor. 1994.
2 S, Sudardjat,. Penawaran, Permintaan dan Konsumsi Protein Hewani Asal Ternak 1997.
Makalah disampaikan pada Seminar Pra- WKPG. Jakarta, 28 Oktober 1997 (unpublish).
3 A., Daryanto. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. IPB

Pres. Bogor 2009.
A.R, Siregar. dan A.A. Karto. Kaji Ulang Penanganan Produksi Daging Sapi dan Susu di
Indonesia. Wartazoa 8(ed. 2) 1999: pp 75–8.
4

potong. Oleh karena hal tersebut diperlukan kebijakan yang tepat dalam mengurangi
ketergantungan impor daging.
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai problematika yang melanda
Indonesia dan Australia dalam hal impor-ekspor sapi. Bagaimana awal mula kerjasam
Indonesia dan Australia dalam impor sapi, masalah-masalah yang dihadapi oleh kedua
Negara dalam kerjasama tersebut dan bagaimana cara pemerintah republik Indonesia
mengurangi impor sapi tersebut melalui berbagai kebijakan yang ditempuh.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Awal Mula Kerjasama Pemerintah Indonesia & Australia
Kerjasama berawal dari penduduk pemukiman Eropa pertama di Australia yang
bergantung pada persediaan makanan. Persediaan makanan yang sering kali dibawa dari
Jawa. Kapal pertama yang datang di Sydney dari Indonesia adalah kapal Waaksamheyd

pada tahun 1790. Kapal itu membawa persediaan makanan dari Batavia (nama Jakarta
pada saat itu). Persediaan makanan itu mencakup: 171 ton daging sapi, 172 ton daging
babi, 39 ton tepung, 4.500 kg gula, 31.000 kg beras.5
Indonesia telah menjadi mitra dagang yang berharga bagi Australia. Ekonomi
Industri Indonesia yang berkembang pesat dan tenaga kerja yang besar, digabung dengan
teknologi tinggi Australia dan sumber daya alamnya telah memberikan banyak peluang
usaha. Perdagangan dan perniagaan antara Australia dan Indonesia semakin tumbuh.
Perdagangan dua-arah telah meningkat menjadi 25,2% selama tahun 2000-2002. Lebih
dari 400 perusahaan Australia sedang melakukan perniagaan di Indonesia, mulai dari
usaha pertambangan sampai telekomunikasi. Perusahaan-perusahaan ini bekerja sebagai
mitra dagang dengan perusahaan dan pemerintah Indonesia.6
Perkembangan bisnis produk sapi, mulai daging hingga susu terlihat menggiurkan
bagi para investor. Karenanya, konsumsi daging dan susu masih menjadi sektor yang
diincar oleh para investor. Pertumbuhan suplai daging untuk supermarket pada tujuh
tahun terakhir mencapai 90 persen. Untuk restoran, kebutuhan daging tumbuh 15-17
persen. Sedang konsumsi per kapita di Indonesia tercatat mencapai angka 20-24 persen.
Konsumsi daging sapi di Indonesia per tahun mencapai 4 juta ekor dari impor dan lokal.
Sebanyak 4 juta ekor sapi itu setara dengan 600.000 ton daging sapi.7
Laju peningkatan konsumsi daging sapi yang mencapai 4,43%, dibandingkan
dengan laju peningkatan produksi sapi potong nasional sebesar 2,33% dalam jangka

Geografi Australia. ‘Hubungan antara Australia dan Indonesia’. Dfat.gov.au.
. Diakses 10 Januari 2014.
6 Geografi Australia. Dfat.gov.au
7 ‘Mengapa-indonesia-impor-daging-sapi’. Dataaceh.com. 2014.
. Diakses 10 Januari 2014.
5

panjang diperkirakan akan terjadi kekurangan produksi akibat adanya pengurasan ternak
sapi yang berlebihan, sehingga masih harus disuplai dari impor sebesar 8.912.111 ton
(tahun 2001). Upaya dalam pengendalian populasi dan pengembangan usaha telah
ditempuh oleh pemerintah melalui beberapa kebijakan dalam rangka mempertahankan
penyediaan daging sapi lokal secara kontinyu. Secara agregat Indonesia adalah
merupakan negara importir produk peternakan termasuk produk daging sapi, yang
cenderung mengalami peningkatan dari tahun ketahun sebagai akibat kurangnya pasokan
daging nasional.
Berdasarkan analisis permintaan dan penawaran sebelum berlangsungnya krisis
moneter 1998 di Indonesia menunjukkan bahwa permintaan daging sapi sebesar 332.270
ton, total produksi sapi potong 1,9 juta ekor.8 Untuk itu, diperlukan impor 303.000 ekor
sapi dari Australia/New Zealand dan daging beku 18.571 ton dari Australia/New
Zealand/USA, karena ketidakseimbangan antara konsumsi dan produksi daging nasional.

Masuknya daging impor karena harga daging impor yang relatif lebih rendah, disamping
adanya dumping price policy (menjual barang ekspornya jauh lebih rendah di banding
harga jual dalam negeri) oleh negara pengekspor, akan berdampak terhadap
perkembangan usaha peternakan sapi potong domestik.
Indonesia merupakan negara pengimpor terbesar sapi hidup Australia. Sepanjang
2008 sebanyak 651.196 ekor atau 75 persen dari total ekspor sapi hidup Australia ke
pasar dunia yang tercatat 869.545 ekor. Impor Indonesia sepanjang 2008 naik 26 persen
dari impornya tahun 2007 yang mencapai 516.992 ekor. Saat ini ada beberapa hal yang
perlu dilakukan Indonesia untuk meningkatkan ketersediaan daging di Indonesia, yakni
peninjauan kembali sumber impor dan struktur, meningkatkan produktivitas peternakan,
meningkatkan program pembelajaran dan pendidikan, meningkatkan pengembangan
dokter hewan, mengembangkan transportasi yang relevan, serta memberikan kesepakatan
kerja yang jelas dan terbuka.

2.2 Permasalahan yang mendera pihak Australia sebagai Eksportir
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. Buku Statistik Peternakan. .Direktorat Jenderal
Peternakan dengan Asosiasi Obat Hewan, Jakarta. 1998.
8

Kerjasama perdagangan ini ternyata tidak berjalan mulus-mulus saja. Akhir-akhir

ini bermunculan berbagai masalah yang sedikit banyak menghambat impor-ekspor sapi
potong tersebut. Berbagai permasalahan timbul di pemerintah Australia sebagai
pengekspor sapi :
Permasalahan Australia sebagai Negara yang bekerjasama dengan Indonesia


Adanya permasalahan tempat pemotongan hewan di negara Indonesia
Setelah sempat melarang ekspor sapi ke sejumlah rumah jagal hewan di
Indonesia, kini pemerintah Australia sempat membekukan seluruh ekspor sapi hidup ke
Indonesia di tahun 2011. Hal ini dikarenakan terjadi penyiksaan sapi Australia yang
terungkap setelah laporan investigasi televisi ABC yang merekam sadisnya proses
pemotongan sapi hidup di salah satu rumah jagal hewan di Indonesia. Kedutaan Besar
Australia di Jakarta menjelaskan bahwa keputusan ini dipicu meluasnya kecaman publik
di Australia, setelah ditemukanya bukti perlakuan buruk yang dilakukan rumah jagal



hewan di Indonesia terhadap sapi-sapi dari Australia.9
Permasalahan tentang kehalal lan
Fenomena daging impor menjadi kekhawatiran umat Muslim untuk dikonsumsi

lantaran daging tersebut diperoleh dari Negara yang mayoritas non-Muslim. Dipicu
karena belum ada kejelasan dari pemerintah, masyarakat Muslim Indonesia masih
menganggap bahwa daging impor tersebut dikategorikan haram untuk dikonsumsi. Di
samping itu, masyarakat juga masih ragu dengan mekanisme yang digunakan dirumah
pemotongan sapi tersebut apakah bersertifikasi halal atau tidak.10



Masalah dalam pengakutan ekspor sapi hidup ke Indonesia
Pengangkutan sapi dari Australia ke Indonesia memakan waktu 4-7 hari via jalur laut,
sedangkan untuk jalur udara membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

2.3 Permasalahan yang mendera pihak Indonesia sebagai importir
9 ‘Australia bekukan

ekspor sapi ke Indonesia’. www.Dw.de . 8 juni 2011.
. Diakses 26 januari
2015.
10 ‘Halal atau Haramkah Daging Sapi Impor?’. Okezone.com. 5 september 2015.
. Diakses 26 januari 2015.


Permasalahan dalam negeri Indonesia sebagai pengimpor daging sapi :


Adanya penolakkan impor sapi dari pedagang sapi
Alasan utama pedagang menolak daging impor terutama karena hal itu justru
merugikan para penjual daging sapi lokal yang harga dagingnya jauh berbeda. Sebab,
pasokan daging dari rumah pemotongan daging sudah dibanderol dengan harga yang
mahal. Dan ketika daging beku impor masuk lalu disuruh untuk dijual dengan harga yang
murah, maka daging potong negeri yang mahal itu akan dikemanakan. Selain itu di pasarpasar tradisional tidak memiliki fasilitas penyimpanan daging yang memadai, dimana
daging frozen itu butuh kulkas. Jika tidak sesuai penyimpanan maka dalam dua jam




dibuka dari kardus akan meleleh dan rusak kalau terkontaminasi udara.11
Masalah impor sapi tentang kehalal lan
Sesuai dengan penjelasan pada poin sebelumnya.
Masalah rumah pemotongan hewan
Masalah lain juga ditemukan dalam proses pemotongan hewan impor tersebut.

Indonesia mesti memeriksa kelayakan rumah potong sapi yang diduga melakukan
penyelewengan dalam menyembelih sapi hidup Australia. Langkah ini terkait dengan
keputusan Australia yang

melarang ekspor sapi hidup ke sebelas rumah potong di

Indonesia dikarenakan video penyiksaan hewan ternak yang beredar sebelumnya. Selain
itu cara pengolahan dan tingkat higienis rumah pemotongan hewan tersebut beberapa


dirasa masih jauh dari standar yang diharapkan.12
Kebijakan Jumlah kuota impor
Kebijakan pembatasan jumlah (quota) adalah kebijakan membatasi jumlah barang
dan jasa yang diimpor dari luar negeri, dikaitkan dengan jumlah barang yang sama di
dalam negeri, sekaligus sebagai salah satu alat untuk mengendalikan harga barang
tersebut di dalam negeri. Dalam hal ini untuk membantu pengusaha daging dalam negeri
dengan mensetting jumlah yang diijinkan untuk diimpor. Dalam kasus kuota impor sapi,
tentu untuk melindungi produsen ternak, agar harga daging tetap tinggi, apalagi kalau
daging impor tidak dibatasi, bisa mendorong harga turun.

11 ‘Ini Alasan

Pedagang Tolak Daging Impor Bulog’. Tempo.com. 21 juli 2013.
. Diakses 26 januari 2015.
12 ‘Indonesia Periksa Rumah Potong Sapi’. BBC.uk. 31 mei 2011.
. Diakses 26
januari 2015.

Kebijakan kuota impor, khususnya akan sangat berpotensi untuk menimbulkan
kerugian baik bagi konsumen maupun bagi perusahaan pengimpor yang lain yang tidak
ditunjuk sebagai pengimpor. Bagi konsumen, kebijakan kuota impor akan mengurangi
surplus konsumen sehingga menekan tingkat kepuasan atau utilitas mereka (mengurangi
kesejahteraan sosial), karena pada akhirnya kebijakan ini akan mempengaruhi harga, atau
tepatnya naiknya harga. Karena kuota impor dibatasi apalagi jauh dibawah defisit antara
penawaran dan permintaan daging sapi yang dihasilkan dalam negeri , maka harga daging
sapi bisa terdorong ke atas, bisa "jauh" lebih tinggi dari harga kalau daging itu dibiarkan
dalam sistem perdagangan internasional yang bebas. Harga yang lebih tinggi dari yang
"seharusnya" inilah yang membuat konsumen daging sapi ini dirugikan, tetapi pada sisi
lain menguntungkan perusahaan pengimpor dan distribusi barang tersebut.
Selalu ada saja pertentangan dari setiap kebijakan yang dilakukan pemerintah.
Pertentangan paling mencolok dalam kebijakan ini adalah dari pelaku usaha yang
melakukan kegiatan impor daging saat ini. Sebab, mereka terpangkas dengan adanya
penurunan kuota tersebut. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, kuota impor daging
sapi pada tahun 2013 dijatah sebanyak 80 ribu ton. Jumlah tersebut hanya menurun lima
ribu ton dari tahun sebelumnya yang dipatok 85 ribu ton. Masih tingginya kuota impor
tersebut bertentangan dengan salah satu target swasembada sapi, yaitu dapat menekan
kuota impor daging sapi hingga 38 ribu ton. Jumlah itu merupakan 10 persen dari total
kebutuhan konsumsi masyarakat per tahunnya, yaitu sebanyak 448 ribu ton.13

2.4 Kebijakan-kebijakan yang dilakukan untuk mengurangi impor sapi
Setelah sempat adanya penghentian dari australia untuk ekspor sapi ke indonesia.
Pemerintah indonesia juga harus mulai memeperbaiki diri.berbagai kebijakan yang dirasa
perlu untuk diterapkan mesti secepatnya dilaksanakan untuk mencapai tujuan
swasembada daging nasional. Berbagai kebijakan yang diambil untuk mengurangi impor
sapi tersebut untuk mencapai tujuan swasembada daging, antara lain :

13 ‘Mengapa

Indonesia Masih Impor Sapi?’. Viva.co.id. 2 februari 2013.
.
Diakses 26 januari 2015.



Akuisisi lahan di Australia
Menurut mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan, masalah yang menyebabkan

impor bukan terletak pada sistem perdagangan melainkan minimnya persediaan.
Minimnya persediaan itu, kata Dahlan, juga berkaitan dengan infrastruktur. Ia
mencontohkan impor daging sapi sebesar 2 juta ton tiap tahun karena tidak berimbangnya
antara persediaan sapi yang ada dengan permintaan masyarakat akan daging sapi. Karena
alasan itulah, Dahlan melalui salah satu BUMN, mengakuisisi lahan di Australia untuk
peternakan sapi.14
Menurutnya, pengembangbiakan (breeding) anak sapi di Australia jauh lebih
murah daripada di Indonesia. Hal ini, katanya, disebabkan industri peternakan sapi di
Indonesia masih berskala rumah tangga. Kementrian Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) bergerak cepat untuk mewujudkan niatnya memiliki industri peternakan di
Australia untuk memasok kebutuhan sapi di dalam negeri. 15 Dengan hal ini diharapkan
harga sapi yang harus dibayar jadi lebih kecil sehingga harga perkilo dipasaran dapat
ditekan ke harga maksimal hanya Rp. 70.000,- saja.


Proses pengangkutan & Prasarana yang diperbaiki
Pasokan daging terbesar didatangkan dari Nusa Tenggara dan Bali saat ini mampu
menguasai 65 persen dari kebutuhan nasional, namun buruknya jalur transportasi
Indonesia membuat produk daging sapi lokal sulit bersaing dengan daging impor dalam
hal percepatan pendistribusian. Oleh karena itu pemerintah berupaya memperbaiki sarana
transportasi laut untuk pengangkutan daging sapi.
Pekerjaan rumah bagi pemerintah tidak hanya menyangkut jalur transportasi tapi
juga buruknya sanitasi dan fasilitas industri daging lokal. Masih banyak pengangkutan
tidak menggunakan pendingin hingga daging menjadi lebih cepat busuk kata. Fasilitas

14 M.J.,

Hafsah. Mewujudkan Indonesia Berdaulat Pangan. PT. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
2011.
15 ‘Lima Peternakan Tawarkan kerjasama ke Indonesia’. Radioaustralia.net.au. 17 september
2013. . Diakses 26 januari
2015.

yang dibutuhkan tersebut antara lain, truk pendingin, ruang pemotongan yang kotor, dan
gudang penyimpanan. Pengolahan sapi lokal juga dinilai tidak higienis hingga industri
besar seperti restoran dan hotel berbintang lebih memilih daging impor. Penanganan
daging di luar negeri lebih bersih dan lebih tahan lama. 16 Hal inilah yang sedang
diusahakan oleh pemerintah & asosiasi para pedagang besar sapi nasional untuk
ditingkatkan hingga mencapai standar mutu yang sesuai sehingga konsumen kembali
beralih ke daging sapi local dengan kualitas yang tidak kalah dengan daging sapi impor.


Kebijakan Pengetatan terhadap importir atas impor daging sapi
Melimpahnya jumlah sapi impor tanpa terkendali sehingga membuat peternak
sapi mengeluhkan masih terpuruknya harga sapi lokal di pasaran. Selain harga yang terus
merosot, peternak juga kesulitan melakukan transaksi jual beli dalam skala besar.
Dampaknya permintaan daging sapi lokal menurun. Pemerintah pada akhirnya
memberlakukan kebijakan pengetatan atas impor daging sapi dan sapi bakalan berupa
importir yang tidak dapat menunjukkan Surat Persetujuan Pemasukan (SPP) di negara
pengimpor, komoditas yang akan diangkut tidak dapat dikapalkan. Pemerintah telah
mengirimkan surat edaran yang ditujukan kepada para importir daging dan sapi bakalan
di Australia mengenai kebijakan pengetatan impor. Pemerintah juga telah mengirimkan
surat edaran yang ditujukan kepada para importir daging dan sapi bakalan di Australia.17
Penghentian impor sapi hidup maupun daging sapi dari Australia merupakan
langkah terbaik dari pemerintah untuk kembali menggairahkan masyarakat memelihara
sapi di Indonesia. Saat ini masyarakat atau khususnya peternak enggan memelihara sapi
karena harga jatuh pada titik paling rendah bahkan merugi.



mensinergikan BUMN peternakan dan perkebunan guna memecahkan problema
budidaya sapi18

16 ‘Daging

Lokal Kalah Bersaing dengan Daging Impor’. Tempo.co. 23 februari 2009.
. Diakses 26 januari 2015.
17 ‘Kebijakan Pemerintah terhadap Impor Sapi dan Dampak yang terjadi’. ilmuternak.com.
. Diakses 26
januari 2015.

Penyatuan peternakan dan perkebunan yang dimiliki BUMN sehingga menjadi
terintegrasi guna mencapai program budidaya sapi. Di Sidrap Sulsel,PT. Berdikari
berinovasi menciptakan 500 kandang raksasa dimana kandang ini berintegrasi dengan
perkebunan sorgum sebagai sumber pakan. Daun pelepah dari pohon sawit yang selama
ini terbuang dihancurkan mirip rumput dan diberi tambahan nutrisi. Ujicoba sorgum ini
sudah berhasil dilakukan di PTPN VI Jambi.19
Setelah masalah pakan ternak teratasi, untuk meningkatkan jumlah sapi bakalan
dilapangan, ahli inseminasi buatan dari pihak pemerintah siap mendukung program sewa
rahim sapi BUMN. Menyiapkan 500ribu paket sperma sapi unggul dan juga meminta
kuota impor sapi bakalan untuk digemukkan di Indonesia.20

18 W,

Meles. Strategi pencapaian swasembada daging sapi melalui penanganan gangguan
reproduksi dan pemanfaatan limbah pertanian. Econ. Rev. 2009. pp 56 − 67.
19 ‘Jurus Anyar Dahlan agar Keluar Dari Jebakan impor Daging Sapi’. Kabardahlaniskan.com.
25 februari 2013. . Diakses 27 januari 2015.
20 ‘Indonesia Berdikari Sapi’. Kabardahlaniskan.com. 14 mei 2013.
. Diakses 26 januari 2015.

BAB III
3.1 Kesimpulan
Konsep perencanaan dan berbagai kebijakan pembangunan swasembada daging
sapi yang terintegrasi lintas kementerian, lembaga dan daerah perlu dilakukan agar dapat
dicapai hasil pembangunan yang optimal. Pemerintah karenanya harus memiliki
kejelasan kebijakan program swasembada daging pada tingkat nasional, mengalokasikan
ketersediaan anggaran bagi pelaksanaan program swasembada daging, dan tataniaga yang
kondusif bagi penciptaan nilai tambah bagi industri peternakan nasional.
Pemerintah harus menciptakan kebijakan tata niaga dan tata kelola daging sapi
yang kondusif bagi peternak lokal, agar keseimbangan demand dan supply bisa terjadi.
Peternak Australia bisa sejahtera dengan melakukan importasi ke Indonesia, sedangkan
peternak lokal terpinggirkan karena harganya tidak kompetitif dalam bersaing.
Pemerintah indonesia harus bersikap dengan tegas dan dapat berlaku adil Dengan
cara menghidupkan kembali perternakan yang ada guna mengurangi kertergantungan dari
sapi impor, jadi pemerintah tetap bisa mempercayakan kepada peternak untuk dapat
menghasilkan daging. Hasil dari para perternak dapat secara langsung di distribusikan
kepada masyarakat. Bagi para pengusaha seperti usaha yang mengolah daging, restoran

dan lain sebagainya pemerintah dapat menyediakan dengan daging impor, sehingga
jumlah kuota impor sapi dapat di perketat. Diharapkan dengan keputusan ini dapat
meningkatkan konsumsi daging indonesia menjadi lebih ideal dengan berfokus pada
kenaikan konsumsi daging lokal.

DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, A. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. IPB Pres. Bogor 2009.
Hafsah, M.J. Mewujudkan Indonesia Berdaulat Pangan. PT. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
2011.
Meles, W. Strategi pencapaian swasembada daging sapi melalui penanganan gangguan
reproduksi dan pemanfaatan limbah pertanian. Econ. Rev. 2009. pp 56 − 67.
Soedjana, T.D., et al. Estimasi Parameter Sistem Permintaan Komoditas Ternak dan Hasil
Ternak di Kawasan Timur Indonesia. Laporan Hasil Penelitian. Puslitbang Peternakan
bekerjasama dengan P4N, Bogor. 1994.
Sudardjat, S. Penawaran, Permintaan dan Konsumsi Protein Hewani Asal Ternak 1997. Makalah
disampaikan pada Seminar Pra- WKPG. Jakarta, 28 Oktober 1997 (unpublish).
Siregar, A.R. dan A.A. Karto. Kaji Ulang Penanganan Produksi Daging Sapi dan Susu di
Indonesia. Wartazoa 8(ed. 2) 1999: pp 75–8.
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. Buku Statistik Peternakan. .Direktorat Jenderal
Peternakan dengan Asosiasi Obat Hewan, Jakarta. 1998.
Geografi Australia. ‘Hubungan antara Australia dan Indonesia’. Dfat.gov.au.
. Diakses 10 Januari 2014.
‘Mengapa-indonesia-impor-daging-sapi’. Dataaceh.com. 2014.
. Diakses 10 Januari 2014.

‘Australia

bekukan ekspor sapi ke Indonesia’. www.Dw.de . 8 juni 2011.
. Diakses 26
januari 2015.

‘Halal atau

Haramkah Daging Sapi Impor?’. Okezone.com. 5 september 2015.
. Diakses 26 januari 2015.

‘Ini Alasan Pedagang Tolak Daging Impor Bulog’. Tempo.com. 21 juli 2013.
. Diakses 26 januari 2015.
‘Indonesia

Periksa Rumah Potong Sapi’. BBC.uk. 31 mei 2011.
. Diakses 26
januari 2015.

‘Mengapa Indonesia Masih Impor Sapi?’. Viva.co.id. 2 februari 2013.
. Diakses 26 januari 2015.
‘Lima Peternakan Tawarkan kerjasama ke Indonesia’. Radioaustralia.net.au. 17 september
2013. .
Diakses 26 januari 2015.
‘Daging Lokal Kalah Bersaing dengan Daging Impor’. Tempo.co. 23 februari 2009.
. Diakses 26 januari 2015.
‘Kebijakan Pemerintah terhadap Impor Sapi dan Dampak yang terjadi’. ilmuternak.com.
.
Diakses 26 januari 2015.
‘Jurus Anyar Dahlan agar Keluar Dari Jebakan impor Daging Sapi’. Kabardahlaniskan.com. 25
februari 2013. . Diakses 27 januari 2015.
‘Indonesia Berdikari Sapi’. Kabardahlaniskan.com. 14 mei 2013.
. Diakses 26 januari 2015.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Berburu dengan anjing terlatih_1

0 46 1

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis komposisi asam amino gelatin sapi dan gelatin babi pada marshmallow menggunakan teknik kombinasi HPLC dan PCA

10 132 71

Preparasi dan Karaterisasi Nanopartikel Zink Pektinat Mengandung Diltiazem Hidroklorida dengan Metode Gelasi Ionik.

7 51 92