PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (17)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
EXPLICIT INSTRUCTION PADA MATERI SISTEM
PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV)
DI KELAS VIII MTsS GUMPUENG PIDIE

JURNAL

Diajukan Oleh:

RAHMAD MAULIDAR
NIM. 261020739
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi Pendidikan Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2016 M/ 1436 H

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Explicit Instruction Pada Materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) di Kelas VIII MTs Gumpueng Pidie

Implementation Cooperative Learning Model of Explicit Instruction in System of Linear
Equations of Two Variable at grade VIII MTs Gumpueng Pidie

‫ ﻧﻈﻢ اﻟﻤﻌﺎدﻻت اﻟﺨﻄﯿﺔ ﻣﻦ‬،(Explicit Intruction) ‫اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ‬
‫ ﺣﺼﻮل اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ‬،‫اﻟﻤﺘﻐﯿﺮﯾﻦ‬
Rahmad Maulidara, Zainal Abidinb, Khairatul Ulyac.
a

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FTK UIN Ar-Raniry
Kampus UIN Ar-Raniry. Darussalam, Banda Aceh. [email protected]
b
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FTK UIN Ar-Raniry
Kampus UIN Ar-Raniry. Darussalam, Banda Aceh.
c
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FTK UIN Ar-Raniry
Kampus UIN Ar-Raniry. Darussalam, Banda Aceh.

ABSTRAK
Proses pembelajaran matematika yang umumnya diterapkan di sekolah sekarang ini adalah
pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered) dimana siswa cenderung pasif,

sehingga sebagian siswa hanya menghafal rumus matematika yang abstrak tanpa harus
memahami prosedurnya. Hal ini menyebabkan daya serap dan pemahaman siswa rendah
sehingga berpengaruh negatif terhadap hasil belajar mereka. Mengingat daya serap dan
pemahaman siswa sangat tergantung pada individual siswa, untuk itu perlu diupayakan suatu
pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam prosedur pembelajaran matematika yang
diinginkan melalui bimbingan seorang guru, agar siswa lebih mudah dan terarah terhadap
hasil yang ingin dicapainya. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif
dengan prosedur yang baik adalah model pembelajaran kooperatif explicit instruction. Model
ini memiliki karakter khusus yaitu berlangsung melalui pembelajaran deklaratif dan
prosedural. Pembelajaran deklaratif adalah pembelajaran yang mengingat pada kata kunci
atau rumus-rumus saja, sementara pembelajaran prosedural adalah pembelajaran bagaimana
cara memperoleh sesuatu rumus tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mana
yang lebih baik antara pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
explicit instruction dan pembelajaran tanpa diterapkan model pembelajaran explicit
instruction pada materi SPLDV di MTsS Gumpueng Pidie, untuk mengetahui kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran serta
respon siswa terhadap penerapan model kooperatif explicit instruction. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa MTsS Gumpueng Pidie yang berjumlah 186 siswa,
sementara sampel diambil hanya siswa kelas VIII-1 dan siswa kelas VIII-2 yang masingmasing berjumlah 30 siswa dan 28 siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui tes tulis yang
terdiri dari pretest dan postest terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data nilai postest

dianalisis dengan menggunakan uji-t, dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh ‫ݐ‬௛௜௧௨௡௚ >
‫ݐ‬௧௔௕௘௟ yaitu 2,90 > 1,68. Hasil analisis data pada taraf signifikan α = 0,5 menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif explicit instruction pada materi SPLDV lebih baik
dari pembelajaran yang diajarkan tanpa penerapan model pembelajaran kooperatif explicit
instruction. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah efektif, yaitu sudah
sesuai dengan kriteria yang diharapkan berupa kesesuaian pembelajaran dengan fase-fase
1

yang terdapat pada model pembelajaran kooperatif explicit instruction. Sementara aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlansung masih dalam kategori kurang efektif, karena
terdapat satu poin yang berada diluar batasan toleransi waktu ideal yaitu poin ke 7 mengamati
tentang perilaku yang tidak sesuai dengan KBM. Namun respon yang diberikan siswa
terhadap penerapan model ini adalah positif, dalam arti siswa menginginkan model ini
diterapkan pada pembelajaran materi matematika yang lainnya.
Kata kunci : Koperatif Explicit Instruction, SPLDV, Hasil Belajar.

ABSTRACT
Generally, mathematics learning process that applied in school right now is TeacherCentered wherein the students are passive, so some students just memorize the abstact math
formula without understanding its procedure. This case causes students understanding and
comprehension is low so that leads to negative effect for their learning result. Because of

students understanding and comprehension depends on individual ability, therefore, it needs
an effort to create learning process wherein the students are active in mathematics learning
procedure which are expected through teacher guidance, in order to students are easier and
focus on achieved result. One of learning model that involving students to be active with right
procedure is cooperative learning model of explicit instruction. This model has certain
characteristics that are take place through declarative and procedural learning. Declarative
learning is learning just memorized the keywords and formula, whereas procedural learning
is learning how to gain a formula. The aim of this research is to compare which one is better
between learning by implementating cooperative learning model of explicit instruction and
learning without use explicit instruction in subject System of Linear Equations with Two
Variable in MTsS Gumpueng Pidie, to determine the teacher ability to manage students’
learning and activity during learning process and students’ response toward implemantation
of cooperative model of explicit instruction. The population of this research is all of students
MTsS Gumpueng Pidie which amounts 186 students, whereas the sample is taken from
gradeVIII-1 students and VIII-2 grade students where each class consict of 30 and 28
students. Data collection is conducted by written test consist of pre-test and post-test to
experimental class dan control class. Data of postest score analyzed with uji-t, from the data
processing its get ‫ݐ‬௦௖௢௥௘ > ‫ݐ‬௧௔௕௟௘ that is 2,90 > 1,68. Result of data analysis in significant
level α = 0,5 show that implementation of cooparative learning model of explicit instruction
in subject System of Linear Equations of Two Variable is better than learning without

implementating of cooparative learning model of explicit instruction. Teacher ability in
conducting learning is efective, that is suitable with the expected criteria that suitable with
learning and phases in cooperative learning model of explicit instruction. While student
activities during learning process still not effective, because there is a point which is beyond
the limits of tolerance that is the ideal time to that is 7th point about monitoring behaviour
that not suitable with learning activities. However, student response toward implementation
of this model is positive, it means students want this model will be applied in other
mathematics subject.
Keywords: Explicit Instruction Cooperative, System of Linear Equations with Two Variable,

Learning Result.

2

‫ﻣﺴﺘﺨﻠﺺ‬
‫ﻋﻤﻠﯿﺔ ﺗﻌﻠﯿﻢ اﻟﺮﯾﺎﺿﯿﺎت ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﯿﻮم ھﻮ اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﻤﺘﻤﺤﻮر ﺣﻮل اﻟﻤﻌﻠﻢ‬
‫)اﻟﺘﺮﻛﯿﺰ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻌﻠﻢ( ﺣﯿﺚ ﯾﻤﯿﻞ اﻟﻄﻼب إﻟﻰ أن ﺗﻜﻮن ﺳﻠﺒﯿﺔ‪ ،‬ﻟﺬﻟﻚ ﺑﻌﺾ اﻟﻄﻼب‬
‫ﺑﺒﺴﺎطﺔ اﺳﺘﻈﮭﺮ اﻟﻤﻌﺎدﻻت اﻟﺮﯾﺎﺿﯿﺔ اﻟﻤﺠﺮدة دون اﻟﺤﺎﺟﺔ إﻟﻰ ﻓﮭﻢ اﻹﺟﺮاء اﻟﺬي‬
‫ﯾﻄﺒﻖ ﻋﻤﻮﻣﺎ‪ .‬ھﺬا ﯾﺴﺒﺐ ﻓﻲ اﻣﺘﺼﺎص واﻧﺨﻔﺎض ﻓﮭﻢ اﻟﻄﻼب اﻟﺘﻲ ﺗﺆﺛﺮ ﺳﻠﺒﺎ ﻋﻠﻰ‬
‫ﻣﺨﺮﺟﺎت اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺨﺎﺻﺔ ﺑﮭﻢ‪ .‬وﻧﻈﺮا ﻻﻣﺘﺼﺎص وﻓﮭﻢ اﻟﻄﻼب ﯾﻌﺘﻤﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻄﺎﻟﺐ‬

‫اﻟﻔﺮدﯾﺔ‪ ،‬ﻟﮭﺬا ﻓﻤﻦ اﻟﻀﺮوري دراﺳﺔ إﺷﺮاك اﻟﻄﻼب ﺑﻨﺸﺎط ﻓﻲ ﺗﻌﻠﻢ اﻟﺮﯾﺎﺿﯿﺎت‬
‫اﻟﻤﻄﻠﻮب اﻹﺟﺮاء ﻣﻦ ﺧﻼل ﺗﻮﺟﯿﮫ اﻟﻤﻌﻠﻢ‪ ،‬ﺣﺘﻰ ﯾﺘﻤﻜﻦ اﻟﻄﻼب ﺑﺴﮭﻮﻟﺔ أﻛﺒﺮ‬
‫واﻟﺘﺮﻛﯿﺰ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺘﺎﺋﺞ اﻟﺘﻲ ﺳﺘﺘﺤﻘﻖ‪ .‬أﺣﺪ ﻧﻤﻮذج ﻣﻦ اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺬي ﯾﻨﻄﻮي إﻟﻰ‬
‫اﻟﻄﻼب اﻟﻨﺸﻂ ﻣﻊ إﺟﺮاء اﻟﺠﯿﺪ ھﻮ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ‬
‫)‪ .(Explicit Intruction‬ھﺬا اﻟﻨﻤﻮذج ﻟﮫ ﺧﺼﺎﺋﺺ اﻟﺘﻲ ﺗﺠﺮي ﻣﻦ ﺧﻼل اﻟﺘﻌﻠﻢ‬
‫اﻟﺘﻌﺮﯾﻔﻲ واﻹﺟﺮاﺋﯿﺔ‪ .‬اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺮﯾﻔﻲ ھﻮ ﺗﻌﻠﻢ أﻧﮫ ﻧﻈﺮ اﻟﻜﻠﻤﺔ أو اﻟﺼﯿﻎ ﻓﻘﻂ‪ ،‬ﻓﻲ‬
‫ﺣﯿﻦ أن اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻹﺟﺮاﺋﻲ ھﻮ ﺗﻌﻠﻢ ﻛﯿﻔﯿﺔ اﻟﺤﺼﻮل ﻋﻠﻰ ﺷﻲء ﻣﻦ اﻟﺼﯿﻐﺔ‪ .‬وﺗﮭﺪف‬
‫ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ إﻟﻰ ﺗﺤﺪﯾﺪ أﺣﺪ أﻓﻀﻞ ﺑﯿﻦ اﻟﺘﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﺧﻼل اﻟﺘﻄﺒﯿﻖ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ‬
‫اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ )‪ (Explicit Intruction‬و اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﺑﺪون ﺗﻄﺒﯿﻖ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ‬
‫اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ )‪ (Explicit Intruction‬ﻓﻰ اﻟﻤﺎدة ﻧﻈﻢ اﻟﻤﻌﺎدﻻت اﻟﺨﻄﯿﺔ ﻣﻦ‬
‫اﻟﻤﺘﻐﯿﺮﯾﻦ )‪ (SPLDV‬ﻓﻰ اﻟﻔﺼﻞ اﻟﺜﺎﻧﻰ ﺑﺎﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ ﺧﻤﻔﻮع ﻓﯿﺪي‪ ،‬ﻟﻤﻌﺮﻓﺔ‬
‫ﻗﺪرة اﻟﻤﻌﻠﻤﯿﻦ ﻋﻠﻰ ﺗﻨﻈﯿﻢ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ و ﻧﺸﺎط اﻟﻄﻼب ﻋﻨﺪ ﻋﻤﻠﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻣﻊ اﺳﺘﺠﺎﺑﺘﮭﻢ‬
‫ﻋﻠﻰ ﺗﻄﺒﯿﻖ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ )‪ .(Explicit Intruction‬اﻟﻤﺠﺘﻤﻊ‬
‫ﻓﻰ ھﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﺟﻤﯿﻊ اﻟﻄﻼب ﺑﺎﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ ﺧﻤﻔﻮع ﻓﯿﺪي وﻋﺪدھﻢ ‪ 186‬طﺎﻟﺒﺎ‪،‬‬
‫واﻟﻌﯿﻨﺔ ﻓﻰ ھﺬا اﻟﺒﺤﺚ ھﻲ اﻟﻄﻼب ﻓﻰ اﻟﻔﺼﻞ اﻟﺜﺎﻧﻰ‪-‬أ واﻟﻔﺼﻞ اﻟﺜﺎﻧﻰ‪-‬ب وﻋﺪدھﻢ‬
‫ﻣﻦ ھﺬﯾﻦ اﻟﻔﺼﻠﯿﻦ ‪ 30‬و ‪ 28‬طﻼب‪ .‬وطﺮﯾﻘﺔ ﺟﻤﻊ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت ﺑﺎﺧﺘﺒﺎرﯾﻦ وھﻤﺎ اﺧﺘﺒﺎر‬
‫اﻟﻘﺒﻠﻰ واﺧﺘﺒﺎر اﻟﺒﻌﺪي ﻓﻰ اﻟﻔﺼﻞ اﻟﺘﺠﺮﺑﯿﻰ واﻟﻔﺼﻞ اﻟﻀﺎﺑﺖ‪ .‬وﺗﺤﻠﯿﻞ اﻟﺒﯿﻨﺎت ﻣﻦ‬
‫اﺧﺘﺒﺎر اﻟﺒﻌﺪي ﺑﺎﺳﺘﺨﺪام اﻹﺧﺘﺒﺎر – ت واﻟﺤﺼﻮل ﻣﻦ ﺗﻠﻚ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت ﺗﺪرك ت‪-‬‬
‫اﻟﺤﺴﺎب أﻛﺒﺮ ﻣﻦ ت‪ -‬اﻟﺠﺪول ) ‪௧௔௕௘௟‬ݐ > ‪௛௜௧௨௡௚‬ݐ( ﯾﻌﻨﻰ ‪ 2،90‬أﻛﺒﺮ ﻣﻦ ‪ .1،68‬ﻧﺘﺎﺋﺞ‬
‫ﺗﺤﻠﯿﻞ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت ﻋﻠﻰ ﻣﺴﺘﻮى ‪ 0،5 = α‬ﯾﺪل ﻋﻠﻰ أن ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت‬

‫ﺻﺮﯾﺢ )‪ (Explicit Intruction‬ﻓﻰ اﻟﻤﺎدة ﻧﻈﻢ اﻟﻤﻌﺎدﻻت اﻟﺨﻄﯿﺔ ﻣﻦ اﻟﻤﺘﻐﯿﺮﯾﻦ‬
‫)‪ (SPLDV‬أﻓﻀﻞ ﻋﻦ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﺑﺪون ﺗﻄﺒﯿﻖ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ‬
‫)‪ .(Explicit Intruction‬ﻗﺪرة اﻟﻤﻌﻠﻢ ﻋﻠﻰ إدارة اﻟﺘﻌﻠﻢ ﻓﻌﺎﻟﺔ‪ ،‬وھﺬا ھﻮ وﻓﻘﺎ ﻟﻤﻌﺎﯾﯿﺮ‬
‫اﻟﻤﺘﻮﻗﻊ أن ﯾﺘﻔﻖ ﻣﻊ ﻣﺮاﺣﻞ اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﻮاردة ﻓﻲ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت‬
‫ﺻﺮﯾﺢ )‪ .(Explicit Intruction‬ﻓﻲ ﺣﯿﻦ ذﻟﻚ وﻗﻌﺖ اﻟﻨﺸﺎط اﻟﻄﻼﺑﻲ أﺛﻨﺎء ﻋﻤﻠﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﻢ‬
‫ﻻ ﯾﺰال ﻓﻲ ﻓﺌﺔ أﻗﻞ ﻓﻌﺎﻟﯿﺔ‪ ،‬ﻷن ھﻨﺎك ﻧﻘﻄﺔ واﺣﺪة وھﻲ ﺧﺎرج ﺣﺪود اﻟﺘﺴﺎﻣﺢ اﻟﻮﻗﺖ‬
‫اﻟﻤﺜﺎﻟﻲ ھﻮ ‪ 7‬ﻧﻘﺎط ﻟﻤﺮاﻗﺒﺔ ﻋﻦ اﻟﺴﻠﻮك اﻟﺬي ﯾﺘﻨﺎﻓﻰ ﻣﻊ ﻣﻌﺎﯾﯿﺮ اﻟﺤﺪ اﻷدﻧﻰ اﻟﺤﺪ‪.‬‬
‫‪3‬‬

‫ ﺑﻤﻌﻨﻰ أن اﻟﻄﻼب‬،‫ اﻟﺮد اﻟﻤﻘﺪم ﻟﻠﻄﻼب ﻟﺘﻄﺒﯿﻖ ھﺬا اﻟﻨﻤﻮذج ھﻮ إﯾﺠﺎﺑﻲ‬،‫وﻣﻊ ذﻟﻚ‬
.‫ﯾﺮﯾﺪون ﺗﻄﺒﯿﻖ ھﺬا اﻟﻨﻤﻮذج ﻋﻠﻰ ﺗﻌﻠﻢ اﻟﺮﯾﺎﺿﯿﺎت ﻓﻰ ﻣﻮاد أﺧﺮى‬
materi pembelajaran SPLDV yaitu melalui

PENDAHULUAN
Dalam

matematika

metode ceramah, tanya jawab antara siswa


pelajaran

dan guru, dan pemberian soal latihan disaat

matematika dapat lebih mudah diterima

konsep pembelajaran selesai tersampaikan.

oleh siswa untuk mendapatkan hasil yang

Hal ini memungkinkan bahwa dalam

tidak rendah. Rendahnya hasil belajar

penerapan model pembelajaran selama ini

terhadap mata pelajaran matematika itu

kurang efektif dengan kondisi siswa yang


timbul karena mata pelajaran matematika

diajarkan

yang bersifat abstrak. Sesuatu yang bersifat

beranggapan

abstrak itu ialah yang tak berwujud atau

matematika adalah pelajaran yang sulit.

hanya gambaran pikiran saja. Contoh

Dalam proses pembelajaran siswa juga

sederhana

jarang


perlu

pembelajaran

diupayakan

yang

agar

mengilustrasikan

sehingga

banyak

bahwa

mendapat


mata

siswa
pelajaran

kesempatan

untuk

keabstrakan dalam matematika seperti

menjawab pertanyaan yang di berikan

yang didapatkan pada konsep SPLDV

guru, dengan demikian mengakibatkan

yaitu ax + by = c . Konsep tersebut

siswa kurang memahami terhadap materi

dianggap

didik

yang dipelajarinya. Selain itu juga masih

penyederhanaan

terjadi kesenjangan pada siswa saat belajar

lewat cara grafik, eliminasi,

kelompok karena siswa belum terbiasa

sulit

melakukan
apakah

bagi

operasi

peserta

subtitusi, atau gabungan eliminasi dan
subtitusi.

belajar berkelompok.
Salah satu model pembelajaran yang

Berdasarkan hasil wawancara yang

aktif dalam bimbingan seorang guru

penulis lakukan dengan beberapa guru

kepada peserta didik disaat proses belajar

mata pelajaran matematika yang mengajar

mengajar

di kelas VII, VIII dan IX MTs Gumpueng

pembelajaran

ketika

pada

Instruction. Dalam model ini memiliki

tanggal 22 Mei sampai 27 Mei 2015,

lima fase yang cocok untuk menyelasaikan

didapatkan

pembelajaran

permasalahan tersebut. Fase-fase pada

matematika di MTs Gumpueng sekarang

model Explicit Instruction yaitu berupa (1)

ini

penyampaian tujuan dan mempersiapkan

melaksanakan

juga

dalam

masih

pembelajaran

observasi

menggunakan

konvensional

model
terhadap

peserta

berlangsung

didik,

adalah

kooperatif

(2)

model
Explicit

mendemontrasikan
4

materi, (3) membimbing peserta didik

dilakukan tutoring antara peserta didik

dalam pelatihan, (4) memberikan umpan

dengan rentang yang sama, dan yang ke

balik, dan (5) memberikan kesempatan

tiga guru sebagai pusat dikelas ditambah

peserta didik dalam pelatihan mandiri

dengan tutoring antar peserta didik dengan

(Agus Suprijono, 2011).

rentang usia yang berbeda. Hasilnya

Model ini pertama kali diperkenalkan

menunjukkan guru sebagai pusat dikelas

oleh Rosenshine dan Steven pada tahun

ditambah dengan tutoring antar peserta

1986. Sementara Arends menyebutkan

didik dengan rentang usia yang berbeda

teori yang melandasi model ini adalah teori

memberikan hasil yang lebih baik dalam

behavioral, penelitian tantang efektifitas

kemampuan

guru, dan teori belajar sosial. Model

materi pelajaran.

peserta

didik

memahami

pembelajaran Explicit Instruction juga

Dari beberapa penelitian terdahulu

telah digunakan oleh beberapa peneliti

yang telah dianalisis, dapat diambil suatu

terutama pada pelajaran yang bersifat

kesimpulan

bahasa

bahwa

penelitian

Explicit

dan

eksakta,

dengan

hasil

Instruction sangat baik digunakan dalam

penelitiannya

peserta

didik

dapat

pembelajaran yang bersifat mencari solusi

tersebut

dari suatu masalah dengan langkah demi

dengan mahir. Disisi lain, Dedi Rohendi

langkah. Sementara upaya guru hanyalah

mengatakan beberapa peneliti juga telah

sebagai

membandingkan antara model Explicit

terhadap peserta didik.

menguasai

materi

dengan

pelajaran

model

pusat

pembinaan

prosedural

Implicit

Vernom A.Magnesen menyatakan

Instruction pada pelajaran yang sama,

dalam buku Niken Ariani dan Dany

disini peneliti memperoleh hasil bahwa

Haryanto, bahwa kita belajar 10% dari apa

model Explicit Instruction lebih baik

yang dibaca, 20% dari apa yang didengar,

dibandingkan model Implicit Instruction

30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa

dilihat

informasi

yang dilihat dan didengar, 70% dari apa

pemilihan strategi dan level formalis bagi

yang dikatakan, dan 90% dari apa yang

peserta didik (Lori Thomas dan Pam Seley,

dilakukan.

Instruction

dari

penerimaan

2001).
Pada
membandingkan

Berpijak
penelitian
pembelajaran

lainnya

pembelajaran

Explicit

penemuan

pada

konsep

dengan

cara

dapat

Vernom,
melakukan

meningkatkan

Instruction dengan modifikasinya. Yang

kemampuan belajar peserta didik sebesar

pertama guru sebagai pusat dikelas, yang

90%,

kedua selain guru sebagai pusat dikelas

pengaruhnya dibandingkan belajar dengan

persentase

ini

lebih

tinggi

5

cara

membaca,

mendengar,

melihat,

melihat dan mendengar, serta mengatakan.
Namun dengan melakukan permasalahan

materi

SPLDV

dikelas

VIII

MTs

Gumpueng?
4. Bagaimanakah respon siswa terhadap

dibawah bimbingan guru, peserta didik

pembelajaran

matematika

akan tercapai hasil belajar yang efektif dan

menggunakan

model

optimal.

kooperatif explicit instruction pada

Berdasarkan
permasalahan,

latar

penulis

belakang

tertarik

untuk

membuat sebuah penelitian yang berjudul
“Penerapan

Model

Kooperatif

Explicit

Pembelajaran
Instruction

Pada

Materi Sistem Persamaan Linear Dua

materi

SPLDV

dengan

pembelajaran

dikelas

VIII

MTs

Gumpueng?
Berdasarkan rumusan di atas, maka
tujuan

penelitian

ini

adalah

untuk

mengetahui:
1. Apakah hasil belajar siswa dengan

Variabel (SPLDV) di kelas VIII MTsS

penerapan

Gumpueng Pidie”.

kooperatif explicit instruction lebih baik

Adapun

yang

menjadi

rumusan

model

pembelajaran

dibandingkan hasil belajar siswa tanpa

masalah penelitian ini adalah:

menggunakan

1. Apakah hasil belajar siswa dengan

explicit instruction pada materi SPLDV

penerapan

model

pembelajaran

model

pembelajaran

di kelas VIII MTs Gumpueng Pidie.

kooperatif explicit instruction lebih baik

2. Kemampuan guru dalam mengelola

dibandingkan hasil belajar siswa tanpa

pembelajaran dengan penerapan model

menggunakan

pembelajaran

model

pembelajaran

kooperatif

explicit

explicit instruction pada materi SPLDV

instruction pada materi SPLDV dikelas

di kelas VIII MTs Gumpueng Pidie?

VIII MTs Gumpueng.

2. Bagaimana kemampuan guru dalam
mengelola

pembelajaran

penerapan

model

dengan

pembelajaran

3. Aktivitas

siswa

pembelajaran
penerapan

selama

proses

berlangsung

dengan

model

pembelajaran

kooperatif explicit instruction pada

Kooperatif Explicit Instruction pada

materi

materi

SPLDV

dikelas

VIII

MTs

proses

dikelas

VIII

MTs

Gumpueng.

Gumpueng?
3. Bagaimana

SPLDV

aktivitas

pembelajaran

siswa

selama

berlangsung

4. Respon siswa terhadap pembelajaran
matematika

dengan

menggunakan

dengan penerapan model pembelajaran

model pembelajaran kooperatif explicit

kooperatif explicit instruction pada

instruction pada materi SPLDV dikelas
VIII MTs Gumpueng.
6

Dengan diadakannya penelitian ini

pada kerja kelompok kecil, berlawanan

diharapkan dapat memberikan masukan

dengan pembelajaran klasikal (satu kelas

dan bermanfaat bagi :

penuh) dan model pembelajaran ini terdiri

1. Siswa, diharapkan dapat meningkatkan

6 tahapan pokok, yaitu: a) Menentukan

hasil belajar siswa dan dapat membantu

tujuan

daya ingat siswa ketika memecahkan

pelaksanaan pembelajaran, b) Memberi

persoalan-persoalan

informasi kepada siswa melalui presentasi

dalam

pembelajaran matematika.

menerapkan

dan

pengaturan

atau teks, c) Membagi siswa dalam

2. Guru, diharapkan menjadi pedoman
dalam

pembelajaran

suatu

model

kelompok

belajar,

kelompok

dan

d)

Menentukan

membantu

kelompok

pembelajaran yang cocok atau sesuai

belajar, e) Menguji atau melakukan tes

dengan kondisi siswa dan konsep yang

untuk mengetahui keberhasilan dari tugas-

akan

tugas kelompok, f) Memberi penghargaan

diajarkan,

sehingga

dapat

menghasilkan belajar dengan baik.

baik terhadap presentasi individu maupun

3. Dalam dunia pendidikan, penelitian ini
diharapkan dapat memberi sumbangan

kelompok (Saniman, 2006).
Saminan mengatakan dalam bukunya

pemikiran dalam rangka peningkatan

bahwa

mutu dan kualitas pendidikan.

dilihat berdasarkan pola pembelajaran

pembelajaran

kooperatif

dapat

4. Peneliti, sebagai tambahan pengetahuan

yang bersifat sebagai berikut: a) Siswa

bagi peneliti untuk menjadi seorang

belajar dalam kelompok secara kooperatif

pendidik

untuk menuntaskan materi belajar, b)

kelak

pembelajaran

melalui

penerapan

kooperatif

Explicit

Kelompok dibentuk dari siswa

memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

Instruction.
LANDASAN TEORITIS

rendah

A. Model Pembelajaran Kooperatif

heterogen,

Model

yang

Pembelajaran

kooperatif

atau

pengelompokkan

secara

Penghargaan

lebih

c)

berorientasi kelompok ketimbang individu

merupakan suatu model pembelajaran yang

(Saniman, 2006).

menekankan

B. Model
Pembelajaran
instruction

siswa

untuk

dapat

berinteraksi antara siswa untuk saling
berbagi informasi dan pengetahuan yang

Model

pembelajaran

Explicit

Explicit

dimiliki, sehingga dalam proses belajar

Instruction

mengajar tidak terjadi jarak atau jurang

kooperatif, dimana pembelajarannya dapat

pemisah antara siswa yang satu dengan

berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan

siswa yang lainnya. Model ini bertumpu

dan praktik. Model ini merupakan model

merupakan

pembelajaran

7

yang dirancang khusus untuk menunjang

mempersiapkan siswa untuk menerima

proses belajar siswa yang berkaitan dengan

penjelasan guru. Pembelajran ini dapat

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan,

prosedural yang terstruktur dengan baik

praktik dan kerja kelompok. Maka dari itu

yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan

penyusunan waktu yang digunakan untuk

yang bertahap, selangkah demi selangkah

mencapai

(Trianto, 2007).

seefesien mungkin, sehingga guru dapat

Teori

belajar

pada

umumnya

tujuan

pembelajaran

harus

merancang dengan tepat waktu yang

dibedakan atas dua macam pengetahuan,

digunakan (Trianto, 2007).

yaitu

1. Waktu yang digunakan dapat dirancang

pengetahuan

pengetahuan

deklaratif

prosedural.

dan

Pengetahuan

deklaratif berupa pengetahuan yang dapat
diungkapkan melalui kata-kata ataupun
tulisan, sedangkan pengetahuan prosedural
merupakan

pengetahuan

tentang

keterampilan khusus dalam menjalankan
langkah-langkah pada saat proses belajar
mengajar berlangsung (Trianto, 2007).
Suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu
titik potong yang dapat disebutkan dengan
cara mengamati gambar grafik SPLDV
yaitu bertepatan pada garis silang yang
berpotongan antara dua grafik linear atau
lebih.

Pengetahuan

prosedural

yang

berkaitan dengan deklaratif tersebut adalah
bagaimana cara menggambarkan grafik
tersebut sehingga berpotongan di satu titik.
Kedua pengetahuan tersebut, sangat
singkron terdapat pada model pembelajran
explicit instruction. Karena pada model ini

seorang guru berdasarkan langkah-langkah
dalam suatu model pembelajran. Untuk
melihat langkah-langkah yang terdapat
dalam model pembelajaran explicit
instruction, kita dapat melihat tabel sintaks
model pembelajaran Explicit Instruction
berikut:

1. Menyampaikan
tujuan
dan
mempersiapkan siswa. Peran guru
adalah menjelaskan TPK, informasi latar
belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan.
Peran
guru
adalah

mendemonstrasikan
keterampilan
dengan
benar,
atau
menyajikan
informasi tahap demi tahap.
3. Membimbing pelatihan. Peran guru
adalah merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan awal.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik. Peran guru adalah Mengecek
apakah siswa telah berhasil melakukan
tugas dengan baik, memberi umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan. Peran guru adalah
mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan kepada situasi lebih
kompleks dalam kehidupan sehari-hari
(Trianto, 2007).

Fase-fase tersebut berupa guru mengawali

C. Teori Belajar yang Terkait dengan
Explicit Instruction
Salah satu teori belajar yang terkait

pembelajran tentang tujuan dan latar

dengan pembelajaran kooperatif explicit

terdapat lima fase yang sangat penting.

belakang

pembelajran,

serta
8

instruction adalah aliran psikologis yang

saling

bersandar pada paham

maupun tidak langsung dalam pencapaian

konstuktivisme.

Tokoh yang sejalan dalam aliran ini adalah
Jerome

S.

Bruner

dan

Erward

berinteraksi

secara

langsung

hasil belajar.

L.

Untuk meningkatkan hasil belajar

Thorndike. Bruner memandang bahwa

siswa

manusia sebagai pemproses, pemikir dan

terapkan suatu model pembelajaran yang

pencipta informasi. Dalam pandangannya

membimbing siswa secara utuh, dan salah

belajar merupakan suatu proses aktif yang

satu model pembelajaran yang cocok

memungkinkan

untuk

adalah pembelajaran kooperatif explicit

menemukan hal-hal baru diluar informasi

insrtuction, dalam pembelajaran ini siswa

yang diberikan kepada dirinya (Farhan,

diarahkan

2013). Sementara Thorndike berpendapat

secara berkelompok, sehingga guru dapat

bahwa stimulus dan respons akan memiliki

memfalitator siswa dalam Proses Belajar

hubungan satu sama lain secara kuat jika

Mengajar

proses pengulangan sering terjadi. Dalam

menguatkan pemahaman siswa melalui

pandangannya semakin banyak kegiatan

respon

pengulangan dilakukan maka hubungan

pembelajaran.

yang terjadi akan semakin bersifat otomatis

pembelajaran

(Suherman, 2001).

diharapkan

D. Peran
Pembelajaran
Kooperatif
Explicit
Instruction
untuk
Meningkatkan Hasil Belajar

anggota

manusia

Faktor yang mempengaruhui tinggi
rendahnya hasil belajar siswa secara garis
besar dapat dilihat dari faktor individu dan
faktor sosial. Faktor induvidu berupa
faktor kematangan

atau

pertumbuhan,

kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor
pribadi, sementara faktor sosial meliputi
faktor

keluarga

atau

keadaan

rumah

tangga, guru dan cara mengajarnya, media
yang digunakan dalam belajar mengajar,
lingkungan dan kesempatan yang tersedia
serta motivasi sosial. Kedua faktor tersebut

dalam

pembelajaran,

dalam

perlu

menemukan

(PBM)

balik

konsep

kemudian

sampai
Dengan
yang

guru

tuntasnya
menerapkan

demikian,

benar-benar

kelompoknya

di

aktif

siswa
dengan

sehingga

dapat

menyerap dan mengingat lebih lama
terhadap apa yang dipelajarinya.
METODE PENELITIAN
Penelitian

ini

adalah

penelitian

eksperimen. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan metode quasi experiment
dengan desain nonrandomized controlgroup pretest posttest design. Skema
nonrandomized

control-group

pretest

posttest design adalah sebagai berikut:
Kelompok A O
Kelompok B O

X

O
O

Sumber: Rancangan Penelitian (Creswell,
2010)

9

Keterangan:
Kelompok A
Kelompok B
O
O
X

Selain
:
:
:
:
:

Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol
Pre-tes
Post-tes
Perlakuan yang diberikan

lembaran

tes,

pada

saat

mengumpulkan data kemampuan guru
dalam

mengelola

aktivitas

siswa

pembelajaran
selama

dan

mengikuti

pembelajaran dengan penerapan model
Kelompok eksperimen mendapatkan
perlakuan

pembelajaran

matematika

dengan model pembelajaran kooperatif
Explicit Instruction, sedangkan kelompok
kontrol tidak mendapatkan perlakuan.

adalah seluruh siswa MTs Gumpueng Pidie
Tahun Pelajaran 2015/2016. Sementara
adalah

sebagian

atau

wakil

populasi yang akan diteliti (Suharsimi
Arikunto, 2006). Sampel dari penelitian
dua kelas yaitu kelas VIII2 sebagai kelas
kontrol dan kelas VIII1 sebagai kelas
eksperimen. Kedua kelas yang dijadikan
sampel memiliki kemampuan yang relativ
sama. Hal ini didasarkan atas hasil ujian

Instrumen penelitian yang digunakan
adalah lembar tes yang terdiri dari preetest
dan postest. Pretest ini berbentuk essay
yang terdiri dari 4 soal, sementara postest
juga berbentuk essay yang berjumlah 4

dilakukan

validasi

isi

juga telah
oleh

guru

matematika ahli. Tujuan dari validasi isi
adalah untuk melihat apakah soal tes
tersebut sudah layak dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran.

Explicit

Instruction ini dilakukan melalui lembar
pengamatan

observasi

yang

diamati

lansung oleh observer. Sementara angket

data yang berupa serangkaian pertanyaanpertanyaan yang diajukan kepada siswa
untuk mengetahui respon siswa dalam
belajar matematika melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif explicit
instruction pada materi SPLDV. Adapun
pertanyaannya

disusun

indikator

dapat

respon

yang
siswa.

Pilihan

berdasarkan
mengungkapkan
jawaban

yang

disediakan adalah berupa: sangat setuju,
setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

rata-rata pretest yang terukur homogen.

soal. Pretest dan postest

kooperatif

digunakan sebagai alat mengumpulkan

Adapun populasi dalam penelitian ini

sampel

pembelelajaran

Untuk menganalisis data hasil belajar
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol,
peneliti

menganalisis

dengan

menggunakan uji-t. Hipotesis yang akan
diuji

adalah

hipotesis nol

(Ho) dan

hipotesis alternatif (Ha).
‫ܪ‬௢ : ߤଵ = ߤଶ
‫ܪ‬ୟ : ߤଵ > ߤଶ

Dimana Ho adalah “Hasil belajar
siswa pada materi SPLDV yang diajarkan
dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif explicit instruction sama dengan
hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa
10

penerapan model pembelajaran kooperatif

SPLDV ini dianalisis dengan cara menghitung

explicit instruction”, dan Ha adalah “Hasil

rata-rata keseluruhan skor yang telah dibuat

belajar siswa pada materi SPLDV yang

dengan model skala Likert. Kriteria skor rata-

diajarkan

rata untuk respon siswa adalah sebagai berikut:

dengan

pembelajaran

penerapan

model

kooperatif

explicit

instruction lebih baik daripada hasil belajar
siswa yang diajarkan tanpa penerapan
model pembelajaran kooperatif explicit
instruction”.
Data

tentang

kemampuan

guru

3 < skor rata-rata ≤ 4 = Sangat Positif
2 < skor rata-rata ≤ 3 = Positif
1 < skor rata-rata ≤ 2 = Negatif
0 < skor rata-rata ≤ 1

=

Sangat

Negatif.

(Sukardi, 2009)

HASIL PENELITIAN
1.

Data Hasil Belajar Sisiwa
Dari hasil pengolahan data tersebut

mengelola pembelajaran dianalisis dengan

skor rata-rata. Menurut Hasratuddin dalam

diperoleh ‫ݐ‬௛௜௧௨௡௚ > ‫ݐ‬௧௔௕௘௟ yaitu 2,90 >

Mukhlis

signifikan α = 0,5 menunjukkan bahwa

menggunakan statistik deskriptif dengan

pendeskripsian

skor

rata-rata

tingkat kemampuan guru sebagai berikut:
1,00 
1,50 
2,50 
3,50 
4,50 
Keterangan:

TKG < 1,50 tidak baik
TKG < 2,50 kurang baik
TKG < 3,50 cukup baik
TKG < 4,50 baik
TKG < 5,00 sangat baik.
TKG
adalah
Tingkat

1,68. Hasil analisis data pada taraf

penerapan model pembelajaran kooperatif
explicit instruction pada materi SPLDV
lebih

baik

diajarkan

dari
tanpa

pembelajaran

pembelajaran
penerapan

yang
model

kooperatif

explicit

instruction.
2.

dianalisis

Hasil Aktivitas Kemampuan Guru
dalam
Mengelola
Pembelajaran
Dengan Penerapan Model Kooperatif
Explicit Instruction.

dengan menggunakan rumus persentase

Skor yang diperoleh guru dari setiap

Kemampuan Guru (Mukhlis, 2015).
Data

aktivitas

pembelajaran

siswa

berlangsung

selama

yaitu:

RPP
P=

f
x 100%
N

penerapan

model

4,11

dan

4,39

sehingga

diperoleh skor rata-rata 4,25. Hal ini

Keterangan:
P = Angka persentase kesesuaian yang
dicari
f = Frekuensi aktifitas siswa yang muncul
N = Jumlah aktifitas seluruhnya. (Sudjana,
2002)
Sementara angket respon siswa
terhadap

yaitu

pembelajaran

kooperatif explicit instruction pada materi

menunjukkan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran adalah efektif,
yaitu sudah sesuai dengan kriteria yang
diharapkan

berupa

pembelajaran
terdapat

pada

dengan
model

kesesuaian
fase-fase

yang

pembelajaran

kooperatif explicit instruction.

11

3.

Hasil Lembar Observasi Aktifitas
Siswa Selama Pembelajaran dengan
Menggunakan Model Kooperatif
Explicit Instruction.
Siswa yang diamati berjumlah enam

Untuk memperoleh respon/ masukan
dari para siswa terhadap pembelajaran
SPLDV dengan menggunakan kooperatif
Explicit

Instruction,

maka

peneliti

orang

memberi angket respon siswa yang diisi

kelompok, dua orang kelompok tengah,

oleh 30 orang siswa setelah pembelajaran

dan

bawah.

berlangsung. Disini siswa memberi respon

dilakukan

sangat positif pada empat poin yaitu poin

berdasarkan hasil wawancara dengan guru

no.1, poin no.2, poin no.4 dan poin no.12.

matematika dan berdasarkan perolehan

Dengan masing-masing perolehan skor

nilai mereka pada saat mengikuti ujian

3,03, 3,13, 3,07 dan 3,43. Sementara

preetest di awal pembelajaran.

respon negatif, siswa hanya memberikan

orang

dengan

dua

kategori

orang

Pengelompokan

dua

kelompok
siswa

Berdasarkan hasil observasi aktivitas

pada poin nomor enam saja dengan skor

siswa pada RPP I dan RPP II terlihat ada

1,97, yaitu setuju terhadap perkataan “saya

aktivitas siswa yang masih kurang dari

merasa tertekan dan tidak suka disaat guru

toleransi waktu yang telah ditentukan dan

matematika menanyakan tugas yang telah

masih belum memenuhi waktu ideal atau

diberikan

tidak efektif, yaitu pada aktivitas siswa

pembelajaran explicit instruction. Untuk

poin ketujuh. Perilaku yang tidak relefan

keseluruhan respon yang lainnya siswa

dengan KBM (seperti: melamun, berjalan-

memberikan respon posistif. Sehingga rata-

jalan

belajarnya,

rata keseluruhan respon siswa didapatkan

membaca buku atau mengerjakan tugas

2,83 dan dapat disimpulkan bahwa rata-

mata pelajaran lain, bermain-main dengan

rata keseluruhan respon siswa tersebut

teman dan lainnya) memperoleh persentase

adalah positif terhadap penerapan model

Aktivitas Siswa pada RPP I dan RPP II

pembelajaran

sebesar 8,3 dan 7,3. Kedua skor tersebut

instruction pada materi SPLDV.

diluar

kelompok

berada diluar batas toleransi waktu, dimana
toleransi waktu yang telah ditetapkan
adalah 0 ≤ P ≤ 5. Sementara enam pion

4. Hasil Angket Respon Siswa

melalui

kooperatif

model

explicit

PEMBAHASAN
1.

Hasil Belajar Siswa
Sesuai dengan hipotesis yang telah

lainnya berada dalam batasan toleransi
waktu dan dapat dikatakan efektif.

sebelumnya

disebutkan pada Bab III dan perolehan data
yang

telah

dianalisis

pada

Bab

IV

didapatkan nilai t untuk kedua kelas yaitu
t hitung = 2,90 dan t tabel = 1,68. Hal ini

12

berakibat ‫ݐ‬௛௜௧௨௡௚ > ‫ݐ‬௧௔௕௘௟ yaitu 2,90 >

menyampaikan

1,68. Dengan demikian dapat disimpulkan

pembelajaran memperoleh skor 4,5, (3)

bahwa Ho tertolak dan Ha diterima. Ini

kemampuan membagikan kelompok siswa

berarti

dan

bahwa

penerapan

model

langkah-langkah

menyampaikan

tata

cara

kerja

explicit

kelompok siswa memperoleh skor 5, (4)

instruction pada materi SPLDV lebih baik

kemampuan mendorong siswa yang lebih

dari pada pembelajaran yang diajarkan

paham

untuk

tanpa

kepada

siswa

pembelajaran

kooperatif

penerapan

model

pembelajaran

membantu
yang

menjelaskan

kurang

paham

kooperatif explicit instruction. Karena

memperoleh skor 4,5, (5) kemampuan

model

yang

membimbing untuk mengerahkan siswa

dirancang khusus untuk menunjang proses

menemukan sendiri memperoleh skor 4,5,

belajar siswa

yang berkaitan dengan

(6) kemampuan mendorong siswa untuk

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

mau bertanya dan menjawab pertanyaan

prosedural yang terstruktur dengan baik

memperoleh skor 5, (7) kemampuan

yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan

mengelola waktu memperoleh skor 4,5,

yang bertahap, selangkah demi selangkah

dan (8) adanya interaksi aktif antara guru

(Trianto, 2007).

dan siswa memperoleh skor 5. Jumlah

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola
Pembelajaran
dengan
Penerapan
Model Kooperatif Explict Instruction

keseluruhan skor pada RPP I didapatkan

ini

merupakan

model

Guru yang mengelola pembelajaran
dengan menggunakan Model kooperatif

4,11 dan RPP II 4,39. Sehingga perolehan
skor rata-rata dari kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran yaitu 4,25.
Dengan demikian dapat disimpulkan

explicit instruction pada materi Sistem

kemampuan

Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

pembelajaran melalui penerapan model

dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri

pembelajaran

dan yang menjadi pengamat adalah salah

instruction tersebut telah efektif dan sesuai

seorang guru mata pelajaran matematika di

dengan apa yang diharapkan. Hal ini

MTs Gumpueng Pidie (Junaidi,S.Ag).

sejalan dengan defenisi yang diberikan

Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan

oleh

pengamat,

didapatkan

guru

dalam

kooperatif

mengelola

explicit

Suparlan. Sebagai pengajar, guru harus
menguasai materi yang akan diajarkan,

bahwa ada delapan aspek yang menonjol,

menguasai

yaitu (1) aspek kemampuan menjawab

metode mengajar yang akan digunakan

pertanyaan mengenai materi sebelumnya

untuk menyampaikan bahan ajar, dan

memperoleh skor 5, (2) kemampuan

menentukan alat evaluasi pendidikan yang

penggunaan

strategi

dan

13

akan digunakan untuk menilai hasil belajar

0% sampai 5%. Ini menunjukkan bahwa

siswa, aspek-aspek manajemen kelas, dan

pembelajaran dengan menggunakan model

dasar-dasar kependidikan (Suparlan, 2005).

pembelajaran

Menurut Moh. Uzer Usman, tujuan
umum

pengelolaan

menyediakan

fasilitas

kelas

ialah

kelas

untuk

bermacam-macam kegiatan belajar dan

kooperatif

explicit

instruction pada materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel (SPLDV) tidak
makasimal mengaktifkan siswa.
Permasalahan

dari

efektifnya

mengajar agar mencapai hasil yang baik.

aktivitas siswa selama proses pembelajaran

Sedangkan

berlangsung

melalui

mengembangkan kemampuan siswa dalam

pembelajaran

kooperatif

menggunakan

instruction ini tidak dipengaruhi oleh

tujuan

menyediakan

khususnya

alat-alat

adalah

belajar,

kondisi-kondisi

yang

kemampuan

guru

penerapan
explicit

dalam

mengelola

memungkinkan siswa bekerja dan belajar

pembelajaran,

karena

serta membantu siswa memperoleh hasil

pengamatan

yang diharapkan( Moh. Uzer Usman, 205).

pembelajaran pada poin sebelumnya sudah

3. Hasil Lembar Observasi Aktivitas
Siswa Selama Pembelajaran dengan
Menggunakan Model
Kooperatif
Ekplicit Instruction

dikatakan efektif. Hal ini dapat ditinjau

guru

berdasarkan

dalam

mengelola

dari konsep Arends dalam Trianto tentang
kelemahan dari pembelajaran kooperatif
explicit instruction pada mata pelajaran

Berdasarkan

hasil

pengamatan

aktivitas siswa selama pembelajaran yang
dilakukan oleh seorang pengamat yaitu
Tarmizi,S.Pd (salah satu guru honorer di
lokasi

penelitian)

selama

proses

pembelajaran diketahui bahwa aktivitas
siswa termasuk dalam kategori tidak
efektif.

Karena

salah

satu

aspek

pengamatan aktifitas siswa berada diluar
batasan toleransi waktu ideal, yaitu pada
aspek ketujuh tentang perlakuan yang tidak
relevan dengan KBM masing-masing RPP
memperoleh persentase sebanyak 8,3% dan
7,3%. Nilai tersebut tidak termasuk dalam
batasan toleransi waktu ideal yaitu antara

matematika yaitu pada poin nomor dua,
sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal
kemampuan, pengetahuan awal, tingkat
pembelajaran

dan

pemahaman

atau

ketertarikan siswa. Karena memiliki sedikit
kesempatan

untuk

keterampilan

sosial

mengembangkan
dan

interpersonal

mereka.
4. Angket Respon Siswa
Angket

respon

siswa

diberikan

kepada siswa pada akhir pertemuan yaitu
setelah siswa menyelesaikan tes akhir.
Angket respon siswa bertujuan untuk
mengetahui perasaan siswa, minat siswa
mengenai pembelajaran materi SPLDV
14

dengan menggunakan model pembelajaran

daripada

kooperatif explicit instruction.

diajarkan

Berdasarkan data hasil penelitian

hasil

belajar

tanpa

pembelajaran

siswa

penerapan

yang
model

kooperatif

explicit

yang diperoleh pada tabel 4.33 maka dapat

instruction pada materi SPLDV di kelas

disimpulkan bahwa respon siswa terhadap

VIII MTsS Gumpueng.

pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran

kooperatif

explicit

2. Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran

dengan

menggunakan

Skor rata-rata 2,83

model kooperatif explicit instruction

adalah positif, ini berdasarkan kriteria yang

sudah efektif. Kegiatan yang terdapat

telah ditetapkan oleh Sukardi yaitu kriteria

dalam lembar observasi kemampuan

skor rata-rata untuk respons siswa positif

guru

apabila berada pada “2 < ‫ ܽݐܽݎ ݎ݋݇ݏ‬−

dengan baik dan sesuai dengan langkah-

demikian dapat disimpulkan bahwa siswa

kooperatif explicit instruction.

instruction, dengan

‫ ≤ ܽݐܽݎ‬3”

(Sukardi,

2004).

Dengan

merasa senang mengikuti pembelajaran

tersebut

sudah

dilaksanakan

langkah pada RPP terhadap model

3. Aktivitas

siswa

selama

dengan menggunakan model pembelajaran

pembelajaran

kooperatif

karena

dalam kategori tidak efektif karena

melalui penerapan model pembelajaran

terdapat satu poin yang tidak efektif

kooperatif

explicit

instruction,

berlangsung

proses
termasuk

instruction

dapat

berdasarkan toleransi waktu ideal. Hal

efektif

untuk

ini sesuai dengan kelemahan model

mengajarkan konsep dan keterampilan-

kooperatif explicit instruction ini sulit

keterampilan yang eksplisit kepada siswa

bagi

yang berprestasi rendah (Trianto, 2007).

kemampuan,

menjadi

explicit
cara

yang

guru

untuk

membedakan

pemahaman

dan

ketertarikan siswa dalam waktu yang
KESIMPULAN

relatif

Berdasarkan hasil penelitian dapat
dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengelolahan data,
diperoleh ‫ݐ‬௛௜௧௨௡௚ > ‫ݐ‬௧௔௕௘௟ yaitu 2,90 >

singkat

serta

sulit

untuk

mengembangkan keterampilan sosial
dan interpersonal mereka.
4. Respon siswa setelah diterapkan model
pembelajaran

kooperatif

explicit

1,68 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

instruction, mendapatkan respon yang

Maka dapat disimpulkan bahwa hasil

positif. Siswa tertarik dengan model

belajar siswa yang diajarkan dengan

kooperatif explicit instruction karena

penerapan

pembelajaran

siswa dengan pembelajaran kooperatif

kooperatif explicit instruction lebih baik

explicit instruction dapat membantu

model

15

materi matematika yang telah dipelajari

Nana Sujdana, Penilaian Hasil proses Belajar
Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009.

dan dapat terbimbing oleh guru untuk

Niken

daya ingat siswa dalam memahami

menemukan konsep matematika dengan
langkah demi langkah.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan
Logika, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan
Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2011.
Andi

Hakim Nasution, Beberapa Tujuan
Mempelajari Matematika, Jakarta : Dirjen
Pendidikan Tinggi, 1999.

Anita Li, Mempraktikkan Cooperative Learning
Dikelas Kita. Cet.4, Jakarta: PT.Grasindo,
2005.
Departeman
Pendidikan
dan
Kebudayaan,
Kurikulum Sekolah Menengah Pertama,
Jakarta: Depdikbud, 2004.
E. Suherman, Evaluasi Pembelajaran Matematika,
Bandung: JICA Universitas Pendidikan
Indonesia, 2001.
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta:
Kencana, 2011.
John w. creswell, Research Design Pendekatan
Kualitatif,
Kuantitatif
dan
Mixed,
yogyakarta: pustaka pelajar, 2010
Keer, Hilde Van. Fostering student understanding
in fifth grade by explicit instruction in
understand the material and peer tutoring
British Journal of Educational Psychology.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Cet.
XVII, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Mukhlis, Pembelajaran Matematika Realistik Untuk
Materi Pokok Perbandingan di Kelas VII
SMPN
Pailangga,
Tesis,
Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya, 2015.

Ariani, Dany Haryanto, Pembelajaran
Multimedia
di
Sekolah:
Pedoman
Pembelajaran Inspiratif, Konstruktif, dan
Prospektif, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2010.

Nurjanah,
Efektifitas
Model
Pembelajaran
Quantum Teaching Pada Materi Bilangan
Bulat di SMPN 6 Banda Aceh, (Skripsi)
Banda Aceh: FKIP Unsyiah, 2006.
R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di
Indonesia, Jakarta: Depertemen Pendidikan
Nasional, 2000.
Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel
Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005.
Roestiyah, Strategi belajar Mengajar, Bandung:
CV. Angkasa, 2001.
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta:
Bumi Aksara, 2000.
Saminan, Strategi Belajar Mengajar, Banda Aceh:
Universitas Syiah Kuala, 2006.
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2002
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu
Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka cipta,
2006.
Sukardi, Metodelogi Penelitian, Cet. VII, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta:
Hikayat, 2005.
Trianto, Model-model Pembelajaran
Berorientasi
Kontructivisme,
Prestasi Pustaka Publisher, 2007.

Inovatif
Jakarta:

Wina Sanjaya, Srtategi Pembelajaran Berorientasi
Sumber Proses Pendidikan, Bandung:
Kencana, 2006.
Zainal Arifin, Metodologi Penelitian Pendidikan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,
2012.

Muslimin Ibrahim dkk, Pembelajaran Kooperatif,
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya,
2002.

16

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62