PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (17)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
EXPLICIT INSTRUCTION PADA MATERI SISTEM
PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV)
DI KELAS VIII MTsS GUMPUENG PIDIE
JURNAL
Diajukan Oleh:
RAHMAD MAULIDAR
NIM. 261020739
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi Pendidikan Matematika
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2016 M/ 1436 H
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Explicit Instruction Pada Materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) di Kelas VIII MTs Gumpueng Pidie
Implementation Cooperative Learning Model of Explicit Instruction in System of Linear
Equations of Two Variable at grade VIII MTs Gumpueng Pidie
ﻧﻈﻢ اﻟﻤﻌﺎدﻻت اﻟﺨﻄﯿﺔ ﻣﻦ،(Explicit Intruction) اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ
ﺣﺼﻮل اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ،اﻟﻤﺘﻐﯿﺮﯾﻦ
Rahmad Maulidara, Zainal Abidinb, Khairatul Ulyac.
a
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FTK UIN Ar-Raniry
Kampus UIN Ar-Raniry. Darussalam, Banda Aceh. [email protected]
b
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FTK UIN Ar-Raniry
Kampus UIN Ar-Raniry. Darussalam, Banda Aceh.
c
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FTK UIN Ar-Raniry
Kampus UIN Ar-Raniry. Darussalam, Banda Aceh.
ABSTRAK
Proses pembelajaran matematika yang umumnya diterapkan di sekolah sekarang ini adalah
pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered) dimana siswa cenderung pasif,
sehingga sebagian siswa hanya menghafal rumus matematika yang abstrak tanpa harus
memahami prosedurnya. Hal ini menyebabkan daya serap dan pemahaman siswa rendah
sehingga berpengaruh negatif terhadap hasil belajar mereka. Mengingat daya serap dan
pemahaman siswa sangat tergantung pada individual siswa, untuk itu perlu diupayakan suatu
pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam prosedur pembelajaran matematika yang
diinginkan melalui bimbingan seorang guru, agar siswa lebih mudah dan terarah terhadap
hasil yang ingin dicapainya. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif
dengan prosedur yang baik adalah model pembelajaran kooperatif explicit instruction. Model
ini memiliki karakter khusus yaitu berlangsung melalui pembelajaran deklaratif dan
prosedural. Pembelajaran deklaratif adalah pembelajaran yang mengingat pada kata kunci
atau rumus-rumus saja, sementara pembelajaran prosedural adalah pembelajaran bagaimana
cara memperoleh sesuatu rumus tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mana
yang lebih baik antara pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
explicit instruction dan pembelajaran tanpa diterapkan model pembelajaran explicit
instruction pada materi SPLDV di MTsS Gumpueng Pidie, untuk mengetahui kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran serta
respon siswa terhadap penerapan model kooperatif explicit instruction. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa MTsS Gumpueng Pidie yang berjumlah 186 siswa,
sementara sampel diambil hanya siswa kelas VIII-1 dan siswa kelas VIII-2 yang masingmasing berjumlah 30 siswa dan 28 siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui tes tulis yang
terdiri dari pretest dan postest terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data nilai postest
dianalisis dengan menggunakan uji-t, dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh ݐ௧௨ >
ݐ௧ yaitu 2,90 > 1,68. Hasil analisis data pada taraf signifikan α = 0,5 menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif explicit instruction pada materi SPLDV lebih baik
dari pembelajaran yang diajarkan tanpa penerapan model pembelajaran kooperatif explicit
instruction. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah efektif, yaitu sudah
sesuai dengan kriteria yang diharapkan berupa kesesuaian pembelajaran dengan fase-fase
1
yang terdapat pada model pembelajaran kooperatif explicit instruction. Sementara aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlansung masih dalam kategori kurang efektif, karena
terdapat satu poin yang berada diluar batasan toleransi waktu ideal yaitu poin ke 7 mengamati
tentang perilaku yang tidak sesuai dengan KBM. Namun respon yang diberikan siswa
terhadap penerapan model ini adalah positif, dalam arti siswa menginginkan model ini
diterapkan pada pembelajaran materi matematika yang lainnya.
Kata kunci : Koperatif Explicit Instruction, SPLDV, Hasil Belajar.
ABSTRACT
Generally, mathematics learning process that applied in school right now is TeacherCentered wherein the students are passive, so some students just memorize the abstact math
formula without understanding its procedure. This case causes students understanding and
comprehension is low so that leads to negative effect for their learning result. Because of
students understanding and comprehension depends on individual ability, therefore, it needs
an effort to create learning process wherein the students are active in mathematics learning
procedure which are expected through teacher guidance, in order to students are easier and
focus on achieved result. One of learning model that involving students to be active with right
procedure is cooperative learning model of explicit instruction. This model has certain
characteristics that are take place through declarative and procedural learning. Declarative
learning is learning just memorized the keywords and formula, whereas procedural learning
is learning how to gain a formula. The aim of this research is to compare which one is better
between learning by implementating cooperative learning model of explicit instruction and
learning without use explicit instruction in subject System of Linear Equations with Two
Variable in MTsS Gumpueng Pidie, to determine the teacher ability to manage students’
learning and activity during learning process and students’ response toward implemantation
of cooperative model of explicit instruction. The population of this research is all of students
MTsS Gumpueng Pidie which amounts 186 students, whereas the sample is taken from
gradeVIII-1 students and VIII-2 grade students where each class consict of 30 and 28
students. Data collection is conducted by written test consist of pre-test and post-test to
experimental class dan control class. Data of postest score analyzed with uji-t, from the data
processing its get ݐ௦ > ݐ௧ that is 2,90 > 1,68. Result of data analysis in significant
level α = 0,5 show that implementation of cooparative learning model of explicit instruction
in subject System of Linear Equations of Two Variable is better than learning without
implementating of cooparative learning model of explicit instruction. Teacher ability in
conducting learning is efective, that is suitable with the expected criteria that suitable with
learning and phases in cooperative learning model of explicit instruction. While student
activities during learning process still not effective, because there is a point which is beyond
the limits of tolerance that is the ideal time to that is 7th point about monitoring behaviour
that not suitable with learning activities. However, student response toward implementation
of this model is positive, it means students want this model will be applied in other
mathematics subject.
Keywords: Explicit Instruction Cooperative, System of Linear Equations with Two Variable,
Learning Result.
2
ﻣﺴﺘﺨﻠﺺ
ﻋﻤﻠﯿﺔ ﺗﻌﻠﯿﻢ اﻟﺮﯾﺎﺿﯿﺎت ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﯿﻮم ھﻮ اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﻤﺘﻤﺤﻮر ﺣﻮل اﻟﻤﻌﻠﻢ
)اﻟﺘﺮﻛﯿﺰ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻌﻠﻢ( ﺣﯿﺚ ﯾﻤﯿﻞ اﻟﻄﻼب إﻟﻰ أن ﺗﻜﻮن ﺳﻠﺒﯿﺔ ،ﻟﺬﻟﻚ ﺑﻌﺾ اﻟﻄﻼب
ﺑﺒﺴﺎطﺔ اﺳﺘﻈﮭﺮ اﻟﻤﻌﺎدﻻت اﻟﺮﯾﺎﺿﯿﺔ اﻟﻤﺠﺮدة دون اﻟﺤﺎﺟﺔ إﻟﻰ ﻓﮭﻢ اﻹﺟﺮاء اﻟﺬي
ﯾﻄﺒﻖ ﻋﻤﻮﻣﺎ .ھﺬا ﯾﺴﺒﺐ ﻓﻲ اﻣﺘﺼﺎص واﻧﺨﻔﺎض ﻓﮭﻢ اﻟﻄﻼب اﻟﺘﻲ ﺗﺆﺛﺮ ﺳﻠﺒﺎ ﻋﻠﻰ
ﻣﺨﺮﺟﺎت اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺨﺎﺻﺔ ﺑﮭﻢ .وﻧﻈﺮا ﻻﻣﺘﺼﺎص وﻓﮭﻢ اﻟﻄﻼب ﯾﻌﺘﻤﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻄﺎﻟﺐ
اﻟﻔﺮدﯾﺔ ،ﻟﮭﺬا ﻓﻤﻦ اﻟﻀﺮوري دراﺳﺔ إﺷﺮاك اﻟﻄﻼب ﺑﻨﺸﺎط ﻓﻲ ﺗﻌﻠﻢ اﻟﺮﯾﺎﺿﯿﺎت
اﻟﻤﻄﻠﻮب اﻹﺟﺮاء ﻣﻦ ﺧﻼل ﺗﻮﺟﯿﮫ اﻟﻤﻌﻠﻢ ،ﺣﺘﻰ ﯾﺘﻤﻜﻦ اﻟﻄﻼب ﺑﺴﮭﻮﻟﺔ أﻛﺒﺮ
واﻟﺘﺮﻛﯿﺰ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺘﺎﺋﺞ اﻟﺘﻲ ﺳﺘﺘﺤﻘﻖ .أﺣﺪ ﻧﻤﻮذج ﻣﻦ اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺬي ﯾﻨﻄﻮي إﻟﻰ
اﻟﻄﻼب اﻟﻨﺸﻂ ﻣﻊ إﺟﺮاء اﻟﺠﯿﺪ ھﻮ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ
) .(Explicit Intructionھﺬا اﻟﻨﻤﻮذج ﻟﮫ ﺧﺼﺎﺋﺺ اﻟﺘﻲ ﺗﺠﺮي ﻣﻦ ﺧﻼل اﻟﺘﻌﻠﻢ
اﻟﺘﻌﺮﯾﻔﻲ واﻹﺟﺮاﺋﯿﺔ .اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺮﯾﻔﻲ ھﻮ ﺗﻌﻠﻢ أﻧﮫ ﻧﻈﺮ اﻟﻜﻠﻤﺔ أو اﻟﺼﯿﻎ ﻓﻘﻂ ،ﻓﻲ
ﺣﯿﻦ أن اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻹﺟﺮاﺋﻲ ھﻮ ﺗﻌﻠﻢ ﻛﯿﻔﯿﺔ اﻟﺤﺼﻮل ﻋﻠﻰ ﺷﻲء ﻣﻦ اﻟﺼﯿﻐﺔ .وﺗﮭﺪف
ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ إﻟﻰ ﺗﺤﺪﯾﺪ أﺣﺪ أﻓﻀﻞ ﺑﯿﻦ اﻟﺘﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﺧﻼل اﻟﺘﻄﺒﯿﻖ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ
اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ ) (Explicit Intructionو اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﺑﺪون ﺗﻄﺒﯿﻖ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ
اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ ) (Explicit Intructionﻓﻰ اﻟﻤﺎدة ﻧﻈﻢ اﻟﻤﻌﺎدﻻت اﻟﺨﻄﯿﺔ ﻣﻦ
اﻟﻤﺘﻐﯿﺮﯾﻦ ) (SPLDVﻓﻰ اﻟﻔﺼﻞ اﻟﺜﺎﻧﻰ ﺑﺎﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ ﺧﻤﻔﻮع ﻓﯿﺪي ،ﻟﻤﻌﺮﻓﺔ
ﻗﺪرة اﻟﻤﻌﻠﻤﯿﻦ ﻋﻠﻰ ﺗﻨﻈﯿﻢ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ و ﻧﺸﺎط اﻟﻄﻼب ﻋﻨﺪ ﻋﻤﻠﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻣﻊ اﺳﺘﺠﺎﺑﺘﮭﻢ
ﻋﻠﻰ ﺗﻄﺒﯿﻖ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ ) .(Explicit Intructionاﻟﻤﺠﺘﻤﻊ
ﻓﻰ ھﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﺟﻤﯿﻊ اﻟﻄﻼب ﺑﺎﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ ﺧﻤﻔﻮع ﻓﯿﺪي وﻋﺪدھﻢ 186طﺎﻟﺒﺎ،
واﻟﻌﯿﻨﺔ ﻓﻰ ھﺬا اﻟﺒﺤﺚ ھﻲ اﻟﻄﻼب ﻓﻰ اﻟﻔﺼﻞ اﻟﺜﺎﻧﻰ-أ واﻟﻔﺼﻞ اﻟﺜﺎﻧﻰ-ب وﻋﺪدھﻢ
ﻣﻦ ھﺬﯾﻦ اﻟﻔﺼﻠﯿﻦ 30و 28طﻼب .وطﺮﯾﻘﺔ ﺟﻤﻊ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت ﺑﺎﺧﺘﺒﺎرﯾﻦ وھﻤﺎ اﺧﺘﺒﺎر
اﻟﻘﺒﻠﻰ واﺧﺘﺒﺎر اﻟﺒﻌﺪي ﻓﻰ اﻟﻔﺼﻞ اﻟﺘﺠﺮﺑﯿﻰ واﻟﻔﺼﻞ اﻟﻀﺎﺑﺖ .وﺗﺤﻠﯿﻞ اﻟﺒﯿﻨﺎت ﻣﻦ
اﺧﺘﺒﺎر اﻟﺒﻌﺪي ﺑﺎﺳﺘﺨﺪام اﻹﺧﺘﺒﺎر – ت واﻟﺤﺼﻮل ﻣﻦ ﺗﻠﻚ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت ﺗﺪرك ت-
اﻟﺤﺴﺎب أﻛﺒﺮ ﻣﻦ ت -اﻟﺠﺪول ) ௧ݐ > ௧௨ݐ( ﯾﻌﻨﻰ 2،90أﻛﺒﺮ ﻣﻦ .1،68ﻧﺘﺎﺋﺞ
ﺗﺤﻠﯿﻞ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت ﻋﻠﻰ ﻣﺴﺘﻮى 0،5 = αﯾﺪل ﻋﻠﻰ أن ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت
ﺻﺮﯾﺢ ) (Explicit Intructionﻓﻰ اﻟﻤﺎدة ﻧﻈﻢ اﻟﻤﻌﺎدﻻت اﻟﺨﻄﯿﺔ ﻣﻦ اﻟﻤﺘﻐﯿﺮﯾﻦ
) (SPLDVأﻓﻀﻞ ﻋﻦ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﺑﺪون ﺗﻄﺒﯿﻖ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ
) .(Explicit Intructionﻗﺪرة اﻟﻤﻌﻠﻢ ﻋﻠﻰ إدارة اﻟﺘﻌﻠﻢ ﻓﻌﺎﻟﺔ ،وھﺬا ھﻮ وﻓﻘﺎ ﻟﻤﻌﺎﯾﯿﺮ
اﻟﻤﺘﻮﻗﻊ أن ﯾﺘﻔﻖ ﻣﻊ ﻣﺮاﺣﻞ اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﻮاردة ﻓﻲ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت
ﺻﺮﯾﺢ ) .(Explicit Intructionﻓﻲ ﺣﯿﻦ ذﻟﻚ وﻗﻌﺖ اﻟﻨﺸﺎط اﻟﻄﻼﺑﻲ أﺛﻨﺎء ﻋﻤﻠﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﻢ
ﻻ ﯾﺰال ﻓﻲ ﻓﺌﺔ أﻗﻞ ﻓﻌﺎﻟﯿﺔ ،ﻷن ھﻨﺎك ﻧﻘﻄﺔ واﺣﺪة وھﻲ ﺧﺎرج ﺣﺪود اﻟﺘﺴﺎﻣﺢ اﻟﻮﻗﺖ
اﻟﻤﺜﺎﻟﻲ ھﻮ 7ﻧﻘﺎط ﻟﻤﺮاﻗﺒﺔ ﻋﻦ اﻟﺴﻠﻮك اﻟﺬي ﯾﺘﻨﺎﻓﻰ ﻣﻊ ﻣﻌﺎﯾﯿﺮ اﻟﺤﺪ اﻷدﻧﻰ اﻟﺤﺪ.
3
ﺑﻤﻌﻨﻰ أن اﻟﻄﻼب، اﻟﺮد اﻟﻤﻘﺪم ﻟﻠﻄﻼب ﻟﺘﻄﺒﯿﻖ ھﺬا اﻟﻨﻤﻮذج ھﻮ إﯾﺠﺎﺑﻲ،وﻣﻊ ذﻟﻚ
.ﯾﺮﯾﺪون ﺗﻄﺒﯿﻖ ھﺬا اﻟﻨﻤﻮذج ﻋﻠﻰ ﺗﻌﻠﻢ اﻟﺮﯾﺎﺿﯿﺎت ﻓﻰ ﻣﻮاد أﺧﺮى
materi pembelajaran SPLDV yaitu melalui
PENDAHULUAN
Dalam
matematika
metode ceramah, tanya jawab antara siswa
pelajaran
dan guru, dan pemberian soal latihan disaat
matematika dapat lebih mudah diterima
konsep pembelajaran selesai tersampaikan.
oleh siswa untuk mendapatkan hasil yang
Hal ini memungkinkan bahwa dalam
tidak rendah. Rendahnya hasil belajar
penerapan model pembelajaran selama ini
terhadap mata pelajaran matematika itu
kurang efektif dengan kondisi siswa yang
timbul karena mata pelajaran matematika
diajarkan
yang bersifat abstrak. Sesuatu yang bersifat
beranggapan
abstrak itu ialah yang tak berwujud atau
matematika adalah pelajaran yang sulit.
hanya gambaran pikiran saja. Contoh
Dalam proses pembelajaran siswa juga
sederhana
jarang
perlu
pembelajaran
diupayakan
yang
agar
mengilustrasikan
sehingga
banyak
bahwa
mendapat
mata
siswa
pelajaran
kesempatan
untuk
keabstrakan dalam matematika seperti
menjawab pertanyaan yang di berikan
yang didapatkan pada konsep SPLDV
guru, dengan demikian mengakibatkan
yaitu ax + by = c . Konsep tersebut
siswa kurang memahami terhadap materi
dianggap
didik
yang dipelajarinya. Selain itu juga masih
penyederhanaan
terjadi kesenjangan pada siswa saat belajar
lewat cara grafik, eliminasi,
kelompok karena siswa belum terbiasa
sulit
melakukan
apakah
bagi
operasi
peserta
subtitusi, atau gabungan eliminasi dan
subtitusi.
belajar berkelompok.
Salah satu model pembelajaran yang
Berdasarkan hasil wawancara yang
aktif dalam bimbingan seorang guru
penulis lakukan dengan beberapa guru
kepada peserta didik disaat proses belajar
mata pelajaran matematika yang mengajar
mengajar
di kelas VII, VIII dan IX MTs Gumpueng
pembelajaran
ketika
pada
Instruction. Dalam model ini memiliki
tanggal 22 Mei sampai 27 Mei 2015,
lima fase yang cocok untuk menyelasaikan
didapatkan
pembelajaran
permasalahan tersebut. Fase-fase pada
matematika di MTs Gumpueng sekarang
model Explicit Instruction yaitu berupa (1)
ini
penyampaian tujuan dan mempersiapkan
melaksanakan
juga
dalam
masih
pembelajaran
observasi
menggunakan
konvensional
model
terhadap
peserta
berlangsung
didik,
adalah
kooperatif
(2)
model
Explicit
mendemontrasikan
4
materi, (3) membimbing peserta didik
dilakukan tutoring antara peserta didik
dalam pelatihan, (4) memberikan umpan
dengan rentang yang sama, dan yang ke
balik, dan (5) memberikan kesempatan
tiga guru sebagai pusat dikelas ditambah
peserta didik dalam pelatihan mandiri
dengan tutoring antar peserta didik dengan
(Agus Suprijono, 2011).
rentang usia yang berbeda. Hasilnya
Model ini pertama kali diperkenalkan
menunjukkan guru sebagai pusat dikelas
oleh Rosenshine dan Steven pada tahun
ditambah dengan tutoring antar peserta
1986. Sementara Arends menyebutkan
didik dengan rentang usia yang berbeda
teori yang melandasi model ini adalah teori
memberikan hasil yang lebih baik dalam
behavioral, penelitian tantang efektifitas
kemampuan
guru, dan teori belajar sosial. Model
materi pelajaran.
peserta
didik
memahami
pembelajaran Explicit Instruction juga
Dari beberapa penelitian terdahulu
telah digunakan oleh beberapa peneliti
yang telah dianalisis, dapat diambil suatu
terutama pada pelajaran yang bersifat
kesimpulan
bahasa
bahwa
penelitian
Explicit
dan
eksakta,
dengan
hasil
Instruction sangat baik digunakan dalam
penelitiannya
peserta
didik
dapat
pembelajaran yang bersifat mencari solusi
tersebut
dari suatu masalah dengan langkah demi
dengan mahir. Disisi lain, Dedi Rohendi
langkah. Sementara upaya guru hanyalah
mengatakan beberapa peneliti juga telah
sebagai
membandingkan antara model Explicit
terhadap peserta didik.
menguasai
materi
dengan
pelajaran
model
pusat
pembinaan
prosedural
Implicit
Vernom A.Magnesen menyatakan
Instruction pada pelajaran yang sama,
dalam buku Niken Ariani dan Dany
disini peneliti memperoleh hasil bahwa
Haryanto, bahwa kita belajar 10% dari apa
model Explicit Instruction lebih baik
yang dibaca, 20% dari apa yang didengar,
dibandingkan model Implicit Instruction
30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa
dilihat
informasi
yang dilihat dan didengar, 70% dari apa
pemilihan strategi dan level formalis bagi
yang dikatakan, dan 90% dari apa yang
peserta didik (Lori Thomas dan Pam Seley,
dilakukan.
Instruction
dari
penerimaan
2001).
Pada
membandingkan
Berpijak
penelitian
pembelajaran
lainnya
pembelajaran
Explicit
penemuan
pada
konsep
dengan
cara
dapat
Vernom,
melakukan
meningkatkan
Instruction dengan modifikasinya. Yang
kemampuan belajar peserta didik sebesar
pertama guru sebagai pusat dikelas, yang
90%,
kedua selain guru sebagai pusat dikelas
pengaruhnya dibandingkan belajar dengan
persentase
ini
lebih
tinggi
5
cara
membaca,
mendengar,
melihat,
melihat dan mendengar, serta mengatakan.
Namun dengan melakukan permasalahan
materi
SPLDV
dikelas
VIII
MTs
Gumpueng?
4. Bagaimanakah respon siswa terhadap
dibawah bimbingan guru, peserta didik
pembelajaran
matematika
akan tercapai hasil belajar yang efektif dan
menggunakan
model
optimal.
kooperatif explicit instruction pada
Berdasarkan
permasalahan,
latar
penulis
belakang
tertarik
untuk
membuat sebuah penelitian yang berjudul
“Penerapan
Model
Kooperatif
Explicit
Pembelajaran
Instruction
Pada
Materi Sistem Persamaan Linear Dua
materi
SPLDV
dengan
pembelajaran
dikelas
VIII
MTs
Gumpueng?
Berdasarkan rumusan di atas, maka
tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui:
1. Apakah hasil belajar siswa dengan
Variabel (SPLDV) di kelas VIII MTsS
penerapan
Gumpueng Pidie”.
kooperatif explicit instruction lebih baik
Adapun
yang
menjadi
rumusan
model
pembelajaran
dibandingkan hasil belajar siswa tanpa
masalah penelitian ini adalah:
menggunakan
1. Apakah hasil belajar siswa dengan
explicit instruction pada materi SPLDV
penerapan
model
pembelajaran
model
pembelajaran
di kelas VIII MTs Gumpueng Pidie.
kooperatif explicit instruction lebih baik
2. Kemampuan guru dalam mengelola
dibandingkan hasil belajar siswa tanpa
pembelajaran dengan penerapan model
menggunakan
pembelajaran
model
pembelajaran
kooperatif
explicit
explicit instruction pada materi SPLDV
instruction pada materi SPLDV dikelas
di kelas VIII MTs Gumpueng Pidie?
VIII MTs Gumpueng.
2. Bagaimana kemampuan guru dalam
mengelola
pembelajaran
penerapan
model
dengan
pembelajaran
3. Aktivitas
siswa
pembelajaran
penerapan
selama
proses
berlangsung
dengan
model
pembelajaran
kooperatif explicit instruction pada
Kooperatif Explicit Instruction pada
materi
materi
SPLDV
dikelas
VIII
MTs
proses
dikelas
VIII
MTs
Gumpueng.
Gumpueng?
3. Bagaimana
SPLDV
aktivitas
pembelajaran
siswa
selama
berlangsung
4. Respon siswa terhadap pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan
dengan penerapan model pembelajaran
model pembelajaran kooperatif explicit
kooperatif explicit instruction pada
instruction pada materi SPLDV dikelas
VIII MTs Gumpueng.
6
Dengan diadakannya penelitian ini
pada kerja kelompok kecil, berlawanan
diharapkan dapat memberikan masukan
dengan pembelajaran klasikal (satu kelas
dan bermanfaat bagi :
penuh) dan model pembelajaran ini terdiri
1. Siswa, diharapkan dapat meningkatkan
6 tahapan pokok, yaitu: a) Menentukan
hasil belajar siswa dan dapat membantu
tujuan
daya ingat siswa ketika memecahkan
pelaksanaan pembelajaran, b) Memberi
persoalan-persoalan
informasi kepada siswa melalui presentasi
dalam
pembelajaran matematika.
menerapkan
dan
pengaturan
atau teks, c) Membagi siswa dalam
2. Guru, diharapkan menjadi pedoman
dalam
pembelajaran
suatu
model
kelompok
belajar,
kelompok
dan
d)
Menentukan
membantu
kelompok
pembelajaran yang cocok atau sesuai
belajar, e) Menguji atau melakukan tes
dengan kondisi siswa dan konsep yang
untuk mengetahui keberhasilan dari tugas-
akan
tugas kelompok, f) Memberi penghargaan
diajarkan,
sehingga
dapat
menghasilkan belajar dengan baik.
baik terhadap presentasi individu maupun
3. Dalam dunia pendidikan, penelitian ini
diharapkan dapat memberi sumbangan
kelompok (Saniman, 2006).
Saminan mengatakan dalam bukunya
pemikiran dalam rangka peningkatan
bahwa
mutu dan kualitas pendidikan.
dilihat berdasarkan pola pembelajaran
pembelajaran
kooperatif
dapat
4. Peneliti, sebagai tambahan pengetahuan
yang bersifat sebagai berikut: a) Siswa
bagi peneliti untuk menjadi seorang
belajar dalam kelompok secara kooperatif
pendidik
untuk menuntaskan materi belajar, b)
kelak
pembelajaran
melalui
penerapan
kooperatif
Explicit
Kelompok dibentuk dari siswa
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
Instruction.
LANDASAN TEORITIS
rendah
A. Model Pembelajaran Kooperatif
heterogen,
Model
yang
Pembelajaran
kooperatif
atau
pengelompokkan
secara
Penghargaan
lebih
c)
berorientasi kelompok ketimbang individu
merupakan suatu model pembelajaran yang
(Saniman, 2006).
menekankan
B. Model
Pembelajaran
instruction
siswa
untuk
dapat
berinteraksi antara siswa untuk saling
berbagi informasi dan pengetahuan yang
Model
pembelajaran
Explicit
Explicit
dimiliki, sehingga dalam proses belajar
Instruction
mengajar tidak terjadi jarak atau jurang
kooperatif, dimana pembelajarannya dapat
pemisah antara siswa yang satu dengan
berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan
siswa yang lainnya. Model ini bertumpu
dan praktik. Model ini merupakan model
merupakan
pembelajaran
7
yang dirancang khusus untuk menunjang
mempersiapkan siswa untuk menerima
proses belajar siswa yang berkaitan dengan
penjelasan guru. Pembelajran ini dapat
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan,
prosedural yang terstruktur dengan baik
praktik dan kerja kelompok. Maka dari itu
yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
penyusunan waktu yang digunakan untuk
yang bertahap, selangkah demi selangkah
mencapai
(Trianto, 2007).
seefesien mungkin, sehingga guru dapat
Teori
belajar
pada
umumnya
tujuan
pembelajaran
harus
merancang dengan tepat waktu yang
dibedakan atas dua macam pengetahuan,
digunakan (Trianto, 2007).
yaitu
1. Waktu yang digunakan dapat dirancang
pengetahuan
pengetahuan
deklaratif
prosedural.
dan
Pengetahuan
deklaratif berupa pengetahuan yang dapat
diungkapkan melalui kata-kata ataupun
tulisan, sedangkan pengetahuan prosedural
merupakan
pengetahuan
tentang
keterampilan khusus dalam menjalankan
langkah-langkah pada saat proses belajar
mengajar berlangsung (Trianto, 2007).
Suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu
titik potong yang dapat disebutkan dengan
cara mengamati gambar grafik SPLDV
yaitu bertepatan pada garis silang yang
berpotongan antara dua grafik linear atau
lebih.
Pengetahuan
prosedural
yang
berkaitan dengan deklaratif tersebut adalah
bagaimana cara menggambarkan grafik
tersebut sehingga berpotongan di satu titik.
Kedua pengetahuan tersebut, sangat
singkron terdapat pada model pembelajran
explicit instruction. Karena pada model ini
seorang guru berdasarkan langkah-langkah
dalam suatu model pembelajran. Untuk
melihat langkah-langkah yang terdapat
dalam model pembelajaran explicit
instruction, kita dapat melihat tabel sintaks
model pembelajaran Explicit Instruction
berikut:
1. Menyampaikan
tujuan
dan
mempersiapkan siswa. Peran guru
adalah menjelaskan TPK, informasi latar
belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan.
Peran
guru
adalah
mendemonstrasikan
keterampilan
dengan
benar,
atau
menyajikan
informasi tahap demi tahap.
3. Membimbing pelatihan. Peran guru
adalah merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan awal.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik. Peran guru adalah Mengecek
apakah siswa telah berhasil melakukan
tugas dengan baik, memberi umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan. Peran guru adalah
mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan kepada situasi lebih
kompleks dalam kehidupan sehari-hari
(Trianto, 2007).
Fase-fase tersebut berupa guru mengawali
C. Teori Belajar yang Terkait dengan
Explicit Instruction
Salah satu teori belajar yang terkait
pembelajran tentang tujuan dan latar
dengan pembelajaran kooperatif explicit
terdapat lima fase yang sangat penting.
belakang
pembelajran,
serta
8
instruction adalah aliran psikologis yang
saling
bersandar pada paham
maupun tidak langsung dalam pencapaian
konstuktivisme.
Tokoh yang sejalan dalam aliran ini adalah
Jerome
S.
Bruner
dan
Erward
berinteraksi
secara
langsung
hasil belajar.
L.
Untuk meningkatkan hasil belajar
Thorndike. Bruner memandang bahwa
siswa
manusia sebagai pemproses, pemikir dan
terapkan suatu model pembelajaran yang
pencipta informasi. Dalam pandangannya
membimbing siswa secara utuh, dan salah
belajar merupakan suatu proses aktif yang
satu model pembelajaran yang cocok
memungkinkan
untuk
adalah pembelajaran kooperatif explicit
menemukan hal-hal baru diluar informasi
insrtuction, dalam pembelajaran ini siswa
yang diberikan kepada dirinya (Farhan,
diarahkan
2013). Sementara Thorndike berpendapat
secara berkelompok, sehingga guru dapat
bahwa stimulus dan respons akan memiliki
memfalitator siswa dalam Proses Belajar
hubungan satu sama lain secara kuat jika
Mengajar
proses pengulangan sering terjadi. Dalam
menguatkan pemahaman siswa melalui
pandangannya semakin banyak kegiatan
respon
pengulangan dilakukan maka hubungan
pembelajaran.
yang terjadi akan semakin bersifat otomatis
pembelajaran
(Suherman, 2001).
diharapkan
D. Peran
Pembelajaran
Kooperatif
Explicit
Instruction
untuk
Meningkatkan Hasil Belajar
anggota
manusia
Faktor yang mempengaruhui tinggi
rendahnya hasil belajar siswa secara garis
besar dapat dilihat dari faktor individu dan
faktor sosial. Faktor induvidu berupa
faktor kematangan
atau
pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor
pribadi, sementara faktor sosial meliputi
faktor
keluarga
atau
keadaan
rumah
tangga, guru dan cara mengajarnya, media
yang digunakan dalam belajar mengajar,
lingkungan dan kesempatan yang tersedia
serta motivasi sosial. Kedua faktor tersebut
dalam
pembelajaran,
dalam
perlu
menemukan
(PBM)
balik
konsep
kemudian
sampai
Dengan
yang
guru
tuntasnya
menerapkan
demikian,
benar-benar
kelompoknya
di
aktif
siswa
dengan
sehingga
dapat
menyerap dan mengingat lebih lama
terhadap apa yang dipelajarinya.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
adalah
penelitian
eksperimen. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan metode quasi experiment
dengan desain nonrandomized controlgroup pretest posttest design. Skema
nonrandomized
control-group
pretest
posttest design adalah sebagai berikut:
Kelompok A O
Kelompok B O
X
O
O
Sumber: Rancangan Penelitian (Creswell,
2010)
9
Keterangan:
Kelompok A
Kelompok B
O
O
X
Selain
:
:
:
:
:
Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol
Pre-tes
Post-tes
Perlakuan yang diberikan
lembaran
tes,
pada
saat
mengumpulkan data kemampuan guru
dalam
mengelola
aktivitas
siswa
pembelajaran
selama
dan
mengikuti
pembelajaran dengan penerapan model
Kelompok eksperimen mendapatkan
perlakuan
pembelajaran
matematika
dengan model pembelajaran kooperatif
Explicit Instruction, sedangkan kelompok
kontrol tidak mendapatkan perlakuan.
adalah seluruh siswa MTs Gumpueng Pidie
Tahun Pelajaran 2015/2016. Sementara
adalah
sebagian
atau
wakil
populasi yang akan diteliti (Suharsimi
Arikunto, 2006). Sampel dari penelitian
dua kelas yaitu kelas VIII2 sebagai kelas
kontrol dan kelas VIII1 sebagai kelas
eksperimen. Kedua kelas yang dijadikan
sampel memiliki kemampuan yang relativ
sama. Hal ini didasarkan atas hasil ujian
Instrumen penelitian yang digunakan
adalah lembar tes yang terdiri dari preetest
dan postest. Pretest ini berbentuk essay
yang terdiri dari 4 soal, sementara postest
juga berbentuk essay yang berjumlah 4
dilakukan
validasi
isi
juga telah
oleh
guru
matematika ahli. Tujuan dari validasi isi
adalah untuk melihat apakah soal tes
tersebut sudah layak dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Explicit
Instruction ini dilakukan melalui lembar
pengamatan
observasi
yang
diamati
lansung oleh observer. Sementara angket
data yang berupa serangkaian pertanyaanpertanyaan yang diajukan kepada siswa
untuk mengetahui respon siswa dalam
belajar matematika melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif explicit
instruction pada materi SPLDV. Adapun
pertanyaannya
disusun
indikator
dapat
respon
yang
siswa.
Pilihan
berdasarkan
mengungkapkan
jawaban
yang
disediakan adalah berupa: sangat setuju,
setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
rata-rata pretest yang terukur homogen.
soal. Pretest dan postest
kooperatif
digunakan sebagai alat mengumpulkan
Adapun populasi dalam penelitian ini
sampel
pembelelajaran
Untuk menganalisis data hasil belajar
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol,
peneliti
menganalisis
dengan
menggunakan uji-t. Hipotesis yang akan
diuji
adalah
hipotesis nol
(Ho) dan
hipotesis alternatif (Ha).
ܪ : ߤଵ = ߤଶ
ܪୟ : ߤଵ > ߤଶ
Dimana Ho adalah “Hasil belajar
siswa pada materi SPLDV yang diajarkan
dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif explicit instruction sama dengan
hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa
10
penerapan model pembelajaran kooperatif
SPLDV ini dianalisis dengan cara menghitung
explicit instruction”, dan Ha adalah “Hasil
rata-rata keseluruhan skor yang telah dibuat
belajar siswa pada materi SPLDV yang
dengan model skala Likert. Kriteria skor rata-
diajarkan
rata untuk respon siswa adalah sebagai berikut:
dengan
pembelajaran
penerapan
model
kooperatif
explicit
instruction lebih baik daripada hasil belajar
siswa yang diajarkan tanpa penerapan
model pembelajaran kooperatif explicit
instruction”.
Data
tentang
kemampuan
guru
3 < skor rata-rata ≤ 4 = Sangat Positif
2 < skor rata-rata ≤ 3 = Positif
1 < skor rata-rata ≤ 2 = Negatif
0 < skor rata-rata ≤ 1
=
Sangat
Negatif.
(Sukardi, 2009)
HASIL PENELITIAN
1.
Data Hasil Belajar Sisiwa
Dari hasil pengolahan data tersebut
mengelola pembelajaran dianalisis dengan
skor rata-rata. Menurut Hasratuddin dalam
diperoleh ݐ௧௨ > ݐ௧ yaitu 2,90 >
Mukhlis
signifikan α = 0,5 menunjukkan bahwa
menggunakan statistik deskriptif dengan
pendeskripsian
skor
rata-rata
tingkat kemampuan guru sebagai berikut:
1,00
1,50
2,50
3,50
4,50
Keterangan:
TKG < 1,50 tidak baik
TKG < 2,50 kurang baik
TKG < 3,50 cukup baik
TKG < 4,50 baik
TKG < 5,00 sangat baik.
TKG
adalah
Tingkat
1,68. Hasil analisis data pada taraf
penerapan model pembelajaran kooperatif
explicit instruction pada materi SPLDV
lebih
baik
diajarkan
dari
tanpa
pembelajaran
pembelajaran
penerapan
yang
model
kooperatif
explicit
instruction.
2.
dianalisis
Hasil Aktivitas Kemampuan Guru
dalam
Mengelola
Pembelajaran
Dengan Penerapan Model Kooperatif
Explicit Instruction.
dengan menggunakan rumus persentase
Skor yang diperoleh guru dari setiap
Kemampuan Guru (Mukhlis, 2015).
Data
aktivitas
pembelajaran
siswa
berlangsung
selama
yaitu:
RPP
P=
f
x 100%
N
penerapan
model
4,11
dan
4,39
sehingga
diperoleh skor rata-rata 4,25. Hal ini
Keterangan:
P = Angka persentase kesesuaian yang
dicari
f = Frekuensi aktifitas siswa yang muncul
N = Jumlah aktifitas seluruhnya. (Sudjana,
2002)
Sementara angket respon siswa
terhadap
yaitu
pembelajaran
kooperatif explicit instruction pada materi
menunjukkan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran adalah efektif,
yaitu sudah sesuai dengan kriteria yang
diharapkan
berupa
pembelajaran
terdapat
pada
dengan
model
kesesuaian
fase-fase
yang
pembelajaran
kooperatif explicit instruction.
11
3.
Hasil Lembar Observasi Aktifitas
Siswa Selama Pembelajaran dengan
Menggunakan Model Kooperatif
Explicit Instruction.
Siswa yang diamati berjumlah enam
Untuk memperoleh respon/ masukan
dari para siswa terhadap pembelajaran
SPLDV dengan menggunakan kooperatif
Explicit
Instruction,
maka
peneliti
orang
memberi angket respon siswa yang diisi
kelompok, dua orang kelompok tengah,
oleh 30 orang siswa setelah pembelajaran
dan
bawah.
berlangsung. Disini siswa memberi respon
dilakukan
sangat positif pada empat poin yaitu poin
berdasarkan hasil wawancara dengan guru
no.1, poin no.2, poin no.4 dan poin no.12.
matematika dan berdasarkan perolehan
Dengan masing-masing perolehan skor
nilai mereka pada saat mengikuti ujian
3,03, 3,13, 3,07 dan 3,43. Sementara
preetest di awal pembelajaran.
respon negatif, siswa hanya memberikan
orang
dengan
dua
kategori
orang
Pengelompokan
dua
kelompok
siswa
Berdasarkan hasil observasi aktivitas
pada poin nomor enam saja dengan skor
siswa pada RPP I dan RPP II terlihat ada
1,97, yaitu setuju terhadap perkataan “saya
aktivitas siswa yang masih kurang dari
merasa tertekan dan tidak suka disaat guru
toleransi waktu yang telah ditentukan dan
matematika menanyakan tugas yang telah
masih belum memenuhi waktu ideal atau
diberikan
tidak efektif, yaitu pada aktivitas siswa
pembelajaran explicit instruction. Untuk
poin ketujuh. Perilaku yang tidak relefan
keseluruhan respon yang lainnya siswa
dengan KBM (seperti: melamun, berjalan-
memberikan respon posistif. Sehingga rata-
jalan
belajarnya,
rata keseluruhan respon siswa didapatkan
membaca buku atau mengerjakan tugas
2,83 dan dapat disimpulkan bahwa rata-
mata pelajaran lain, bermain-main dengan
rata keseluruhan respon siswa tersebut
teman dan lainnya) memperoleh persentase
adalah positif terhadap penerapan model
Aktivitas Siswa pada RPP I dan RPP II
pembelajaran
sebesar 8,3 dan 7,3. Kedua skor tersebut
instruction pada materi SPLDV.
diluar
kelompok
berada diluar batas toleransi waktu, dimana
toleransi waktu yang telah ditetapkan
adalah 0 ≤ P ≤ 5. Sementara enam pion
4. Hasil Angket Respon Siswa
melalui
kooperatif
model
explicit
PEMBAHASAN
1.
Hasil Belajar Siswa
Sesuai dengan hipotesis yang telah
lainnya berada dalam batasan toleransi
waktu dan dapat dikatakan efektif.
sebelumnya
disebutkan pada Bab III dan perolehan data
yang
telah
dianalisis
pada
Bab
IV
didapatkan nilai t untuk kedua kelas yaitu
t hitung = 2,90 dan t tabel = 1,68. Hal ini
12
berakibat ݐ௧௨ > ݐ௧ yaitu 2,90 >
menyampaikan
1,68. Dengan demikian dapat disimpulkan
pembelajaran memperoleh skor 4,5, (3)
bahwa Ho tertolak dan Ha diterima. Ini
kemampuan membagikan kelompok siswa
berarti
dan
bahwa
penerapan
model
langkah-langkah
menyampaikan
tata
cara
kerja
explicit
kelompok siswa memperoleh skor 5, (4)
instruction pada materi SPLDV lebih baik
kemampuan mendorong siswa yang lebih
dari pada pembelajaran yang diajarkan
paham
untuk
tanpa
kepada
siswa
pembelajaran
kooperatif
penerapan
model
pembelajaran
membantu
yang
menjelaskan
kurang
paham
kooperatif explicit instruction. Karena
memperoleh skor 4,5, (5) kemampuan
model
yang
membimbing untuk mengerahkan siswa
dirancang khusus untuk menunjang proses
menemukan sendiri memperoleh skor 4,5,
belajar siswa
yang berkaitan dengan
(6) kemampuan mendorong siswa untuk
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
mau bertanya dan menjawab pertanyaan
prosedural yang terstruktur dengan baik
memperoleh skor 5, (7) kemampuan
yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
mengelola waktu memperoleh skor 4,5,
yang bertahap, selangkah demi selangkah
dan (8) adanya interaksi aktif antara guru
(Trianto, 2007).
dan siswa memperoleh skor 5. Jumlah
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola
Pembelajaran
dengan
Penerapan
Model Kooperatif Explict Instruction
keseluruhan skor pada RPP I didapatkan
ini
merupakan
model
Guru yang mengelola pembelajaran
dengan menggunakan Model kooperatif
4,11 dan RPP II 4,39. Sehingga perolehan
skor rata-rata dari kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran yaitu 4,25.
Dengan demikian dapat disimpulkan
explicit instruction pada materi Sistem
kemampuan
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
pembelajaran melalui penerapan model
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri
pembelajaran
dan yang menjadi pengamat adalah salah
instruction tersebut telah efektif dan sesuai
seorang guru mata pelajaran matematika di
dengan apa yang diharapkan. Hal ini
MTs Gumpueng Pidie (Junaidi,S.Ag).
sejalan dengan defenisi yang diberikan
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan
oleh
pengamat,
didapatkan
guru
dalam
kooperatif
mengelola
explicit
Suparlan. Sebagai pengajar, guru harus
menguasai materi yang akan diajarkan,
bahwa ada delapan aspek yang menonjol,
menguasai
yaitu (1) aspek kemampuan menjawab
metode mengajar yang akan digunakan
pertanyaan mengenai materi sebelumnya
untuk menyampaikan bahan ajar, dan
memperoleh skor 5, (2) kemampuan
menentukan alat evaluasi pendidikan yang
penggunaan
strategi
dan
13
akan digunakan untuk menilai hasil belajar
0% sampai 5%. Ini menunjukkan bahwa
siswa, aspek-aspek manajemen kelas, dan
pembelajaran dengan menggunakan model
dasar-dasar kependidikan (Suparlan, 2005).
pembelajaran
Menurut Moh. Uzer Usman, tujuan
umum
pengelolaan
menyediakan
fasilitas
kelas
ialah
kelas
untuk
bermacam-macam kegiatan belajar dan
kooperatif
explicit
instruction pada materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel (SPLDV) tidak
makasimal mengaktifkan siswa.
Permasalahan
dari
efektifnya
mengajar agar mencapai hasil yang baik.
aktivitas siswa selama proses pembelajaran
Sedangkan
berlangsung
melalui
mengembangkan kemampuan siswa dalam
pembelajaran
kooperatif
menggunakan
instruction ini tidak dipengaruhi oleh
tujuan
menyediakan
khususnya
alat-alat
adalah
belajar,
kondisi-kondisi
yang
kemampuan
guru
penerapan
explicit
dalam
mengelola
memungkinkan siswa bekerja dan belajar
pembelajaran,
karena
serta membantu siswa memperoleh hasil
pengamatan
yang diharapkan( Moh. Uzer Usman, 205).
pembelajaran pada poin sebelumnya sudah
3. Hasil Lembar Observasi Aktivitas
Siswa Selama Pembelajaran dengan
Menggunakan Model
Kooperatif
Ekplicit Instruction
dikatakan efektif. Hal ini dapat ditinjau
guru
berdasarkan
dalam
mengelola
dari konsep Arends dalam Trianto tentang
kelemahan dari pembelajaran kooperatif
explicit instruction pada mata pelajaran
Berdasarkan
hasil
pengamatan
aktivitas siswa selama pembelajaran yang
dilakukan oleh seorang pengamat yaitu
Tarmizi,S.Pd (salah satu guru honorer di
lokasi
penelitian)
selama
proses
pembelajaran diketahui bahwa aktivitas
siswa termasuk dalam kategori tidak
efektif.
Karena
salah
satu
aspek
pengamatan aktifitas siswa berada diluar
batasan toleransi waktu ideal, yaitu pada
aspek ketujuh tentang perlakuan yang tidak
relevan dengan KBM masing-masing RPP
memperoleh persentase sebanyak 8,3% dan
7,3%. Nilai tersebut tidak termasuk dalam
batasan toleransi waktu ideal yaitu antara
matematika yaitu pada poin nomor dua,
sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal
kemampuan, pengetahuan awal, tingkat
pembelajaran
dan
pemahaman
atau
ketertarikan siswa. Karena memiliki sedikit
kesempatan
untuk
keterampilan
sosial
mengembangkan
dan
interpersonal
mereka.
4. Angket Respon Siswa
Angket
respon
siswa
diberikan
kepada siswa pada akhir pertemuan yaitu
setelah siswa menyelesaikan tes akhir.
Angket respon siswa bertujuan untuk
mengetahui perasaan siswa, minat siswa
mengenai pembelajaran materi SPLDV
14
dengan menggunakan model pembelajaran
daripada
kooperatif explicit instruction.
diajarkan
Berdasarkan data hasil penelitian
hasil
belajar
tanpa
pembelajaran
siswa
penerapan
yang
model
kooperatif
explicit
yang diperoleh pada tabel 4.33 maka dapat
instruction pada materi SPLDV di kelas
disimpulkan bahwa respon siswa terhadap
VIII MTsS Gumpueng.
pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran
kooperatif
explicit
2. Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran
dengan
menggunakan
Skor rata-rata 2,83
model kooperatif explicit instruction
adalah positif, ini berdasarkan kriteria yang
sudah efektif. Kegiatan yang terdapat
telah ditetapkan oleh Sukardi yaitu kriteria
dalam lembar observasi kemampuan
skor rata-rata untuk respons siswa positif
guru
apabila berada pada “2 < ܽݐܽݎ ݎ݇ݏ−
dengan baik dan sesuai dengan langkah-
demikian dapat disimpulkan bahwa siswa
kooperatif explicit instruction.
instruction, dengan
≤ ܽݐܽݎ3”
(Sukardi,
2004).
Dengan
merasa senang mengikuti pembelajaran
tersebut
sudah
dilaksanakan
langkah pada RPP terhadap model
3. Aktivitas
siswa
selama
dengan menggunakan model pembelajaran
pembelajaran
kooperatif
karena
dalam kategori tidak efektif karena
melalui penerapan model pembelajaran
terdapat satu poin yang tidak efektif
kooperatif
explicit
instruction,
berlangsung
proses
termasuk
instruction
dapat
berdasarkan toleransi waktu ideal. Hal
efektif
untuk
ini sesuai dengan kelemahan model
mengajarkan konsep dan keterampilan-
kooperatif explicit instruction ini sulit
keterampilan yang eksplisit kepada siswa
bagi
yang berprestasi rendah (Trianto, 2007).
kemampuan,
menjadi
explicit
cara
yang
guru
untuk
membedakan
pemahaman
dan
ketertarikan siswa dalam waktu yang
KESIMPULAN
relatif
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengelolahan data,
diperoleh ݐ௧௨ > ݐ௧ yaitu 2,90 >
singkat
serta
sulit
untuk
mengembangkan keterampilan sosial
dan interpersonal mereka.
4. Respon siswa setelah diterapkan model
pembelajaran
kooperatif
explicit
1,68 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
instruction, mendapatkan respon yang
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil
positif. Siswa tertarik dengan model
belajar siswa yang diajarkan dengan
kooperatif explicit instruction karena
penerapan
pembelajaran
siswa dengan pembelajaran kooperatif
kooperatif explicit instruction lebih baik
explicit instruction dapat membantu
model
15
materi matematika yang telah dipelajari
Nana Sujdana, Penilaian Hasil proses Belajar
Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009.
dan dapat terbimbing oleh guru untuk
Niken
daya ingat siswa dalam memahami
menemukan konsep matematika dengan
langkah demi langkah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan
Logika, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan
Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2011.
Andi
Hakim Nasution, Beberapa Tujuan
Mempelajari Matematika, Jakarta : Dirjen
Pendidikan Tinggi, 1999.
Anita Li, Mempraktikkan Cooperative Learning
Dikelas Kita. Cet.4, Jakarta: PT.Grasindo,
2005.
Departeman
Pendidikan
dan
Kebudayaan,
Kurikulum Sekolah Menengah Pertama,
Jakarta: Depdikbud, 2004.
E. Suherman, Evaluasi Pembelajaran Matematika,
Bandung: JICA Universitas Pendidikan
Indonesia, 2001.
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta:
Kencana, 2011.
John w. creswell, Research Design Pendekatan
Kualitatif,
Kuantitatif
dan
Mixed,
yogyakarta: pustaka pelajar, 2010
Keer, Hilde Van. Fostering student understanding
in fifth grade by explicit instruction in
understand the material and peer tutoring
British Journal of Educational Psychology.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Cet.
XVII, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Mukhlis, Pembelajaran Matematika Realistik Untuk
Materi Pokok Perbandingan di Kelas VII
SMPN
Pailangga,
Tesis,
Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya, 2015.
Ariani, Dany Haryanto, Pembelajaran
Multimedia
di
Sekolah:
Pedoman
Pembelajaran Inspiratif, Konstruktif, dan
Prospektif, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2010.
Nurjanah,
Efektifitas
Model
Pembelajaran
Quantum Teaching Pada Materi Bilangan
Bulat di SMPN 6 Banda Aceh, (Skripsi)
Banda Aceh: FKIP Unsyiah, 2006.
R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di
Indonesia, Jakarta: Depertemen Pendidikan
Nasional, 2000.
Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel
Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005.
Roestiyah, Strategi belajar Mengajar, Bandung:
CV. Angkasa, 2001.
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta:
Bumi Aksara, 2000.
Saminan, Strategi Belajar Mengajar, Banda Aceh:
Universitas Syiah Kuala, 2006.
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2002
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu
Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka cipta,
2006.
Sukardi, Metodelogi Penelitian, Cet. VII, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta:
Hikayat, 2005.
Trianto, Model-model Pembelajaran
Berorientasi
Kontructivisme,
Prestasi Pustaka Publisher, 2007.
Inovatif
Jakarta:
Wina Sanjaya, Srtategi Pembelajaran Berorientasi
Sumber Proses Pendidikan, Bandung:
Kencana, 2006.
Zainal Arifin, Metodologi Penelitian Pendidikan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,
2012.
Muslimin Ibrahim dkk, Pembelajaran Kooperatif,
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya,
2002.
16
EXPLICIT INSTRUCTION PADA MATERI SISTEM
PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV)
DI KELAS VIII MTsS GUMPUENG PIDIE
JURNAL
Diajukan Oleh:
RAHMAD MAULIDAR
NIM. 261020739
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi Pendidikan Matematika
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2016 M/ 1436 H
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Explicit Instruction Pada Materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) di Kelas VIII MTs Gumpueng Pidie
Implementation Cooperative Learning Model of Explicit Instruction in System of Linear
Equations of Two Variable at grade VIII MTs Gumpueng Pidie
ﻧﻈﻢ اﻟﻤﻌﺎدﻻت اﻟﺨﻄﯿﺔ ﻣﻦ،(Explicit Intruction) اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ
ﺣﺼﻮل اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ،اﻟﻤﺘﻐﯿﺮﯾﻦ
Rahmad Maulidara, Zainal Abidinb, Khairatul Ulyac.
a
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FTK UIN Ar-Raniry
Kampus UIN Ar-Raniry. Darussalam, Banda Aceh. [email protected]
b
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FTK UIN Ar-Raniry
Kampus UIN Ar-Raniry. Darussalam, Banda Aceh.
c
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FTK UIN Ar-Raniry
Kampus UIN Ar-Raniry. Darussalam, Banda Aceh.
ABSTRAK
Proses pembelajaran matematika yang umumnya diterapkan di sekolah sekarang ini adalah
pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered) dimana siswa cenderung pasif,
sehingga sebagian siswa hanya menghafal rumus matematika yang abstrak tanpa harus
memahami prosedurnya. Hal ini menyebabkan daya serap dan pemahaman siswa rendah
sehingga berpengaruh negatif terhadap hasil belajar mereka. Mengingat daya serap dan
pemahaman siswa sangat tergantung pada individual siswa, untuk itu perlu diupayakan suatu
pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam prosedur pembelajaran matematika yang
diinginkan melalui bimbingan seorang guru, agar siswa lebih mudah dan terarah terhadap
hasil yang ingin dicapainya. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif
dengan prosedur yang baik adalah model pembelajaran kooperatif explicit instruction. Model
ini memiliki karakter khusus yaitu berlangsung melalui pembelajaran deklaratif dan
prosedural. Pembelajaran deklaratif adalah pembelajaran yang mengingat pada kata kunci
atau rumus-rumus saja, sementara pembelajaran prosedural adalah pembelajaran bagaimana
cara memperoleh sesuatu rumus tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mana
yang lebih baik antara pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
explicit instruction dan pembelajaran tanpa diterapkan model pembelajaran explicit
instruction pada materi SPLDV di MTsS Gumpueng Pidie, untuk mengetahui kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran serta
respon siswa terhadap penerapan model kooperatif explicit instruction. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa MTsS Gumpueng Pidie yang berjumlah 186 siswa,
sementara sampel diambil hanya siswa kelas VIII-1 dan siswa kelas VIII-2 yang masingmasing berjumlah 30 siswa dan 28 siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui tes tulis yang
terdiri dari pretest dan postest terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data nilai postest
dianalisis dengan menggunakan uji-t, dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh ݐ௧௨ >
ݐ௧ yaitu 2,90 > 1,68. Hasil analisis data pada taraf signifikan α = 0,5 menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif explicit instruction pada materi SPLDV lebih baik
dari pembelajaran yang diajarkan tanpa penerapan model pembelajaran kooperatif explicit
instruction. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah efektif, yaitu sudah
sesuai dengan kriteria yang diharapkan berupa kesesuaian pembelajaran dengan fase-fase
1
yang terdapat pada model pembelajaran kooperatif explicit instruction. Sementara aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlansung masih dalam kategori kurang efektif, karena
terdapat satu poin yang berada diluar batasan toleransi waktu ideal yaitu poin ke 7 mengamati
tentang perilaku yang tidak sesuai dengan KBM. Namun respon yang diberikan siswa
terhadap penerapan model ini adalah positif, dalam arti siswa menginginkan model ini
diterapkan pada pembelajaran materi matematika yang lainnya.
Kata kunci : Koperatif Explicit Instruction, SPLDV, Hasil Belajar.
ABSTRACT
Generally, mathematics learning process that applied in school right now is TeacherCentered wherein the students are passive, so some students just memorize the abstact math
formula without understanding its procedure. This case causes students understanding and
comprehension is low so that leads to negative effect for their learning result. Because of
students understanding and comprehension depends on individual ability, therefore, it needs
an effort to create learning process wherein the students are active in mathematics learning
procedure which are expected through teacher guidance, in order to students are easier and
focus on achieved result. One of learning model that involving students to be active with right
procedure is cooperative learning model of explicit instruction. This model has certain
characteristics that are take place through declarative and procedural learning. Declarative
learning is learning just memorized the keywords and formula, whereas procedural learning
is learning how to gain a formula. The aim of this research is to compare which one is better
between learning by implementating cooperative learning model of explicit instruction and
learning without use explicit instruction in subject System of Linear Equations with Two
Variable in MTsS Gumpueng Pidie, to determine the teacher ability to manage students’
learning and activity during learning process and students’ response toward implemantation
of cooperative model of explicit instruction. The population of this research is all of students
MTsS Gumpueng Pidie which amounts 186 students, whereas the sample is taken from
gradeVIII-1 students and VIII-2 grade students where each class consict of 30 and 28
students. Data collection is conducted by written test consist of pre-test and post-test to
experimental class dan control class. Data of postest score analyzed with uji-t, from the data
processing its get ݐ௦ > ݐ௧ that is 2,90 > 1,68. Result of data analysis in significant
level α = 0,5 show that implementation of cooparative learning model of explicit instruction
in subject System of Linear Equations of Two Variable is better than learning without
implementating of cooparative learning model of explicit instruction. Teacher ability in
conducting learning is efective, that is suitable with the expected criteria that suitable with
learning and phases in cooperative learning model of explicit instruction. While student
activities during learning process still not effective, because there is a point which is beyond
the limits of tolerance that is the ideal time to that is 7th point about monitoring behaviour
that not suitable with learning activities. However, student response toward implementation
of this model is positive, it means students want this model will be applied in other
mathematics subject.
Keywords: Explicit Instruction Cooperative, System of Linear Equations with Two Variable,
Learning Result.
2
ﻣﺴﺘﺨﻠﺺ
ﻋﻤﻠﯿﺔ ﺗﻌﻠﯿﻢ اﻟﺮﯾﺎﺿﯿﺎت ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﯿﻮم ھﻮ اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﻤﺘﻤﺤﻮر ﺣﻮل اﻟﻤﻌﻠﻢ
)اﻟﺘﺮﻛﯿﺰ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻌﻠﻢ( ﺣﯿﺚ ﯾﻤﯿﻞ اﻟﻄﻼب إﻟﻰ أن ﺗﻜﻮن ﺳﻠﺒﯿﺔ ،ﻟﺬﻟﻚ ﺑﻌﺾ اﻟﻄﻼب
ﺑﺒﺴﺎطﺔ اﺳﺘﻈﮭﺮ اﻟﻤﻌﺎدﻻت اﻟﺮﯾﺎﺿﯿﺔ اﻟﻤﺠﺮدة دون اﻟﺤﺎﺟﺔ إﻟﻰ ﻓﮭﻢ اﻹﺟﺮاء اﻟﺬي
ﯾﻄﺒﻖ ﻋﻤﻮﻣﺎ .ھﺬا ﯾﺴﺒﺐ ﻓﻲ اﻣﺘﺼﺎص واﻧﺨﻔﺎض ﻓﮭﻢ اﻟﻄﻼب اﻟﺘﻲ ﺗﺆﺛﺮ ﺳﻠﺒﺎ ﻋﻠﻰ
ﻣﺨﺮﺟﺎت اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺨﺎﺻﺔ ﺑﮭﻢ .وﻧﻈﺮا ﻻﻣﺘﺼﺎص وﻓﮭﻢ اﻟﻄﻼب ﯾﻌﺘﻤﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻄﺎﻟﺐ
اﻟﻔﺮدﯾﺔ ،ﻟﮭﺬا ﻓﻤﻦ اﻟﻀﺮوري دراﺳﺔ إﺷﺮاك اﻟﻄﻼب ﺑﻨﺸﺎط ﻓﻲ ﺗﻌﻠﻢ اﻟﺮﯾﺎﺿﯿﺎت
اﻟﻤﻄﻠﻮب اﻹﺟﺮاء ﻣﻦ ﺧﻼل ﺗﻮﺟﯿﮫ اﻟﻤﻌﻠﻢ ،ﺣﺘﻰ ﯾﺘﻤﻜﻦ اﻟﻄﻼب ﺑﺴﮭﻮﻟﺔ أﻛﺒﺮ
واﻟﺘﺮﻛﯿﺰ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺘﺎﺋﺞ اﻟﺘﻲ ﺳﺘﺘﺤﻘﻖ .أﺣﺪ ﻧﻤﻮذج ﻣﻦ اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺬي ﯾﻨﻄﻮي إﻟﻰ
اﻟﻄﻼب اﻟﻨﺸﻂ ﻣﻊ إﺟﺮاء اﻟﺠﯿﺪ ھﻮ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ
) .(Explicit Intructionھﺬا اﻟﻨﻤﻮذج ﻟﮫ ﺧﺼﺎﺋﺺ اﻟﺘﻲ ﺗﺠﺮي ﻣﻦ ﺧﻼل اﻟﺘﻌﻠﻢ
اﻟﺘﻌﺮﯾﻔﻲ واﻹﺟﺮاﺋﯿﺔ .اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺮﯾﻔﻲ ھﻮ ﺗﻌﻠﻢ أﻧﮫ ﻧﻈﺮ اﻟﻜﻠﻤﺔ أو اﻟﺼﯿﻎ ﻓﻘﻂ ،ﻓﻲ
ﺣﯿﻦ أن اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻹﺟﺮاﺋﻲ ھﻮ ﺗﻌﻠﻢ ﻛﯿﻔﯿﺔ اﻟﺤﺼﻮل ﻋﻠﻰ ﺷﻲء ﻣﻦ اﻟﺼﯿﻐﺔ .وﺗﮭﺪف
ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ إﻟﻰ ﺗﺤﺪﯾﺪ أﺣﺪ أﻓﻀﻞ ﺑﯿﻦ اﻟﺘﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﺧﻼل اﻟﺘﻄﺒﯿﻖ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ
اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ ) (Explicit Intructionو اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﺑﺪون ﺗﻄﺒﯿﻖ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ
اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ ) (Explicit Intructionﻓﻰ اﻟﻤﺎدة ﻧﻈﻢ اﻟﻤﻌﺎدﻻت اﻟﺨﻄﯿﺔ ﻣﻦ
اﻟﻤﺘﻐﯿﺮﯾﻦ ) (SPLDVﻓﻰ اﻟﻔﺼﻞ اﻟﺜﺎﻧﻰ ﺑﺎﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ ﺧﻤﻔﻮع ﻓﯿﺪي ،ﻟﻤﻌﺮﻓﺔ
ﻗﺪرة اﻟﻤﻌﻠﻤﯿﻦ ﻋﻠﻰ ﺗﻨﻈﯿﻢ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ و ﻧﺸﺎط اﻟﻄﻼب ﻋﻨﺪ ﻋﻤﻠﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﻣﻊ اﺳﺘﺠﺎﺑﺘﮭﻢ
ﻋﻠﻰ ﺗﻄﺒﯿﻖ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ ) .(Explicit Intructionاﻟﻤﺠﺘﻤﻊ
ﻓﻰ ھﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﺟﻤﯿﻊ اﻟﻄﻼب ﺑﺎﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ ﺧﻤﻔﻮع ﻓﯿﺪي وﻋﺪدھﻢ 186طﺎﻟﺒﺎ،
واﻟﻌﯿﻨﺔ ﻓﻰ ھﺬا اﻟﺒﺤﺚ ھﻲ اﻟﻄﻼب ﻓﻰ اﻟﻔﺼﻞ اﻟﺜﺎﻧﻰ-أ واﻟﻔﺼﻞ اﻟﺜﺎﻧﻰ-ب وﻋﺪدھﻢ
ﻣﻦ ھﺬﯾﻦ اﻟﻔﺼﻠﯿﻦ 30و 28طﻼب .وطﺮﯾﻘﺔ ﺟﻤﻊ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت ﺑﺎﺧﺘﺒﺎرﯾﻦ وھﻤﺎ اﺧﺘﺒﺎر
اﻟﻘﺒﻠﻰ واﺧﺘﺒﺎر اﻟﺒﻌﺪي ﻓﻰ اﻟﻔﺼﻞ اﻟﺘﺠﺮﺑﯿﻰ واﻟﻔﺼﻞ اﻟﻀﺎﺑﺖ .وﺗﺤﻠﯿﻞ اﻟﺒﯿﻨﺎت ﻣﻦ
اﺧﺘﺒﺎر اﻟﺒﻌﺪي ﺑﺎﺳﺘﺨﺪام اﻹﺧﺘﺒﺎر – ت واﻟﺤﺼﻮل ﻣﻦ ﺗﻠﻚ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت ﺗﺪرك ت-
اﻟﺤﺴﺎب أﻛﺒﺮ ﻣﻦ ت -اﻟﺠﺪول ) ௧ݐ > ௧௨ݐ( ﯾﻌﻨﻰ 2،90أﻛﺒﺮ ﻣﻦ .1،68ﻧﺘﺎﺋﺞ
ﺗﺤﻠﯿﻞ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت ﻋﻠﻰ ﻣﺴﺘﻮى 0،5 = αﯾﺪل ﻋﻠﻰ أن ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت
ﺻﺮﯾﺢ ) (Explicit Intructionﻓﻰ اﻟﻤﺎدة ﻧﻈﻢ اﻟﻤﻌﺎدﻻت اﻟﺨﻄﯿﺔ ﻣﻦ اﻟﻤﺘﻐﯿﺮﯾﻦ
) (SPLDVأﻓﻀﻞ ﻋﻦ اﻟﺘﻌﻠﯿﻢ ﺑﺪون ﺗﻄﺒﯿﻖ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت ﺻﺮﯾﺢ
) .(Explicit Intructionﻗﺪرة اﻟﻤﻌﻠﻢ ﻋﻠﻰ إدارة اﻟﺘﻌﻠﻢ ﻓﻌﺎﻟﺔ ،وھﺬا ھﻮ وﻓﻘﺎ ﻟﻤﻌﺎﯾﯿﺮ
اﻟﻤﺘﻮﻗﻊ أن ﯾﺘﻔﻖ ﻣﻊ ﻣﺮاﺣﻞ اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﻮاردة ﻓﻲ ﻧﻤﻮذج اﻟﺘﻌﻠﻢ اﻟﺘﻌﺎوﻧﻲ ﺑﺘﻌﻠﯿﻤﺎت
ﺻﺮﯾﺢ ) .(Explicit Intructionﻓﻲ ﺣﯿﻦ ذﻟﻚ وﻗﻌﺖ اﻟﻨﺸﺎط اﻟﻄﻼﺑﻲ أﺛﻨﺎء ﻋﻤﻠﯿﺔ اﻟﺘﻌﻠﻢ
ﻻ ﯾﺰال ﻓﻲ ﻓﺌﺔ أﻗﻞ ﻓﻌﺎﻟﯿﺔ ،ﻷن ھﻨﺎك ﻧﻘﻄﺔ واﺣﺪة وھﻲ ﺧﺎرج ﺣﺪود اﻟﺘﺴﺎﻣﺢ اﻟﻮﻗﺖ
اﻟﻤﺜﺎﻟﻲ ھﻮ 7ﻧﻘﺎط ﻟﻤﺮاﻗﺒﺔ ﻋﻦ اﻟﺴﻠﻮك اﻟﺬي ﯾﺘﻨﺎﻓﻰ ﻣﻊ ﻣﻌﺎﯾﯿﺮ اﻟﺤﺪ اﻷدﻧﻰ اﻟﺤﺪ.
3
ﺑﻤﻌﻨﻰ أن اﻟﻄﻼب، اﻟﺮد اﻟﻤﻘﺪم ﻟﻠﻄﻼب ﻟﺘﻄﺒﯿﻖ ھﺬا اﻟﻨﻤﻮذج ھﻮ إﯾﺠﺎﺑﻲ،وﻣﻊ ذﻟﻚ
.ﯾﺮﯾﺪون ﺗﻄﺒﯿﻖ ھﺬا اﻟﻨﻤﻮذج ﻋﻠﻰ ﺗﻌﻠﻢ اﻟﺮﯾﺎﺿﯿﺎت ﻓﻰ ﻣﻮاد أﺧﺮى
materi pembelajaran SPLDV yaitu melalui
PENDAHULUAN
Dalam
matematika
metode ceramah, tanya jawab antara siswa
pelajaran
dan guru, dan pemberian soal latihan disaat
matematika dapat lebih mudah diterima
konsep pembelajaran selesai tersampaikan.
oleh siswa untuk mendapatkan hasil yang
Hal ini memungkinkan bahwa dalam
tidak rendah. Rendahnya hasil belajar
penerapan model pembelajaran selama ini
terhadap mata pelajaran matematika itu
kurang efektif dengan kondisi siswa yang
timbul karena mata pelajaran matematika
diajarkan
yang bersifat abstrak. Sesuatu yang bersifat
beranggapan
abstrak itu ialah yang tak berwujud atau
matematika adalah pelajaran yang sulit.
hanya gambaran pikiran saja. Contoh
Dalam proses pembelajaran siswa juga
sederhana
jarang
perlu
pembelajaran
diupayakan
yang
agar
mengilustrasikan
sehingga
banyak
bahwa
mendapat
mata
siswa
pelajaran
kesempatan
untuk
keabstrakan dalam matematika seperti
menjawab pertanyaan yang di berikan
yang didapatkan pada konsep SPLDV
guru, dengan demikian mengakibatkan
yaitu ax + by = c . Konsep tersebut
siswa kurang memahami terhadap materi
dianggap
didik
yang dipelajarinya. Selain itu juga masih
penyederhanaan
terjadi kesenjangan pada siswa saat belajar
lewat cara grafik, eliminasi,
kelompok karena siswa belum terbiasa
sulit
melakukan
apakah
bagi
operasi
peserta
subtitusi, atau gabungan eliminasi dan
subtitusi.
belajar berkelompok.
Salah satu model pembelajaran yang
Berdasarkan hasil wawancara yang
aktif dalam bimbingan seorang guru
penulis lakukan dengan beberapa guru
kepada peserta didik disaat proses belajar
mata pelajaran matematika yang mengajar
mengajar
di kelas VII, VIII dan IX MTs Gumpueng
pembelajaran
ketika
pada
Instruction. Dalam model ini memiliki
tanggal 22 Mei sampai 27 Mei 2015,
lima fase yang cocok untuk menyelasaikan
didapatkan
pembelajaran
permasalahan tersebut. Fase-fase pada
matematika di MTs Gumpueng sekarang
model Explicit Instruction yaitu berupa (1)
ini
penyampaian tujuan dan mempersiapkan
melaksanakan
juga
dalam
masih
pembelajaran
observasi
menggunakan
konvensional
model
terhadap
peserta
berlangsung
didik,
adalah
kooperatif
(2)
model
Explicit
mendemontrasikan
4
materi, (3) membimbing peserta didik
dilakukan tutoring antara peserta didik
dalam pelatihan, (4) memberikan umpan
dengan rentang yang sama, dan yang ke
balik, dan (5) memberikan kesempatan
tiga guru sebagai pusat dikelas ditambah
peserta didik dalam pelatihan mandiri
dengan tutoring antar peserta didik dengan
(Agus Suprijono, 2011).
rentang usia yang berbeda. Hasilnya
Model ini pertama kali diperkenalkan
menunjukkan guru sebagai pusat dikelas
oleh Rosenshine dan Steven pada tahun
ditambah dengan tutoring antar peserta
1986. Sementara Arends menyebutkan
didik dengan rentang usia yang berbeda
teori yang melandasi model ini adalah teori
memberikan hasil yang lebih baik dalam
behavioral, penelitian tantang efektifitas
kemampuan
guru, dan teori belajar sosial. Model
materi pelajaran.
peserta
didik
memahami
pembelajaran Explicit Instruction juga
Dari beberapa penelitian terdahulu
telah digunakan oleh beberapa peneliti
yang telah dianalisis, dapat diambil suatu
terutama pada pelajaran yang bersifat
kesimpulan
bahasa
bahwa
penelitian
Explicit
dan
eksakta,
dengan
hasil
Instruction sangat baik digunakan dalam
penelitiannya
peserta
didik
dapat
pembelajaran yang bersifat mencari solusi
tersebut
dari suatu masalah dengan langkah demi
dengan mahir. Disisi lain, Dedi Rohendi
langkah. Sementara upaya guru hanyalah
mengatakan beberapa peneliti juga telah
sebagai
membandingkan antara model Explicit
terhadap peserta didik.
menguasai
materi
dengan
pelajaran
model
pusat
pembinaan
prosedural
Implicit
Vernom A.Magnesen menyatakan
Instruction pada pelajaran yang sama,
dalam buku Niken Ariani dan Dany
disini peneliti memperoleh hasil bahwa
Haryanto, bahwa kita belajar 10% dari apa
model Explicit Instruction lebih baik
yang dibaca, 20% dari apa yang didengar,
dibandingkan model Implicit Instruction
30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa
dilihat
informasi
yang dilihat dan didengar, 70% dari apa
pemilihan strategi dan level formalis bagi
yang dikatakan, dan 90% dari apa yang
peserta didik (Lori Thomas dan Pam Seley,
dilakukan.
Instruction
dari
penerimaan
2001).
Pada
membandingkan
Berpijak
penelitian
pembelajaran
lainnya
pembelajaran
Explicit
penemuan
pada
konsep
dengan
cara
dapat
Vernom,
melakukan
meningkatkan
Instruction dengan modifikasinya. Yang
kemampuan belajar peserta didik sebesar
pertama guru sebagai pusat dikelas, yang
90%,
kedua selain guru sebagai pusat dikelas
pengaruhnya dibandingkan belajar dengan
persentase
ini
lebih
tinggi
5
cara
membaca,
mendengar,
melihat,
melihat dan mendengar, serta mengatakan.
Namun dengan melakukan permasalahan
materi
SPLDV
dikelas
VIII
MTs
Gumpueng?
4. Bagaimanakah respon siswa terhadap
dibawah bimbingan guru, peserta didik
pembelajaran
matematika
akan tercapai hasil belajar yang efektif dan
menggunakan
model
optimal.
kooperatif explicit instruction pada
Berdasarkan
permasalahan,
latar
penulis
belakang
tertarik
untuk
membuat sebuah penelitian yang berjudul
“Penerapan
Model
Kooperatif
Explicit
Pembelajaran
Instruction
Pada
Materi Sistem Persamaan Linear Dua
materi
SPLDV
dengan
pembelajaran
dikelas
VIII
MTs
Gumpueng?
Berdasarkan rumusan di atas, maka
tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui:
1. Apakah hasil belajar siswa dengan
Variabel (SPLDV) di kelas VIII MTsS
penerapan
Gumpueng Pidie”.
kooperatif explicit instruction lebih baik
Adapun
yang
menjadi
rumusan
model
pembelajaran
dibandingkan hasil belajar siswa tanpa
masalah penelitian ini adalah:
menggunakan
1. Apakah hasil belajar siswa dengan
explicit instruction pada materi SPLDV
penerapan
model
pembelajaran
model
pembelajaran
di kelas VIII MTs Gumpueng Pidie.
kooperatif explicit instruction lebih baik
2. Kemampuan guru dalam mengelola
dibandingkan hasil belajar siswa tanpa
pembelajaran dengan penerapan model
menggunakan
pembelajaran
model
pembelajaran
kooperatif
explicit
explicit instruction pada materi SPLDV
instruction pada materi SPLDV dikelas
di kelas VIII MTs Gumpueng Pidie?
VIII MTs Gumpueng.
2. Bagaimana kemampuan guru dalam
mengelola
pembelajaran
penerapan
model
dengan
pembelajaran
3. Aktivitas
siswa
pembelajaran
penerapan
selama
proses
berlangsung
dengan
model
pembelajaran
kooperatif explicit instruction pada
Kooperatif Explicit Instruction pada
materi
materi
SPLDV
dikelas
VIII
MTs
proses
dikelas
VIII
MTs
Gumpueng.
Gumpueng?
3. Bagaimana
SPLDV
aktivitas
pembelajaran
siswa
selama
berlangsung
4. Respon siswa terhadap pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan
dengan penerapan model pembelajaran
model pembelajaran kooperatif explicit
kooperatif explicit instruction pada
instruction pada materi SPLDV dikelas
VIII MTs Gumpueng.
6
Dengan diadakannya penelitian ini
pada kerja kelompok kecil, berlawanan
diharapkan dapat memberikan masukan
dengan pembelajaran klasikal (satu kelas
dan bermanfaat bagi :
penuh) dan model pembelajaran ini terdiri
1. Siswa, diharapkan dapat meningkatkan
6 tahapan pokok, yaitu: a) Menentukan
hasil belajar siswa dan dapat membantu
tujuan
daya ingat siswa ketika memecahkan
pelaksanaan pembelajaran, b) Memberi
persoalan-persoalan
informasi kepada siswa melalui presentasi
dalam
pembelajaran matematika.
menerapkan
dan
pengaturan
atau teks, c) Membagi siswa dalam
2. Guru, diharapkan menjadi pedoman
dalam
pembelajaran
suatu
model
kelompok
belajar,
kelompok
dan
d)
Menentukan
membantu
kelompok
pembelajaran yang cocok atau sesuai
belajar, e) Menguji atau melakukan tes
dengan kondisi siswa dan konsep yang
untuk mengetahui keberhasilan dari tugas-
akan
tugas kelompok, f) Memberi penghargaan
diajarkan,
sehingga
dapat
menghasilkan belajar dengan baik.
baik terhadap presentasi individu maupun
3. Dalam dunia pendidikan, penelitian ini
diharapkan dapat memberi sumbangan
kelompok (Saniman, 2006).
Saminan mengatakan dalam bukunya
pemikiran dalam rangka peningkatan
bahwa
mutu dan kualitas pendidikan.
dilihat berdasarkan pola pembelajaran
pembelajaran
kooperatif
dapat
4. Peneliti, sebagai tambahan pengetahuan
yang bersifat sebagai berikut: a) Siswa
bagi peneliti untuk menjadi seorang
belajar dalam kelompok secara kooperatif
pendidik
untuk menuntaskan materi belajar, b)
kelak
pembelajaran
melalui
penerapan
kooperatif
Explicit
Kelompok dibentuk dari siswa
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
Instruction.
LANDASAN TEORITIS
rendah
A. Model Pembelajaran Kooperatif
heterogen,
Model
yang
Pembelajaran
kooperatif
atau
pengelompokkan
secara
Penghargaan
lebih
c)
berorientasi kelompok ketimbang individu
merupakan suatu model pembelajaran yang
(Saniman, 2006).
menekankan
B. Model
Pembelajaran
instruction
siswa
untuk
dapat
berinteraksi antara siswa untuk saling
berbagi informasi dan pengetahuan yang
Model
pembelajaran
Explicit
Explicit
dimiliki, sehingga dalam proses belajar
Instruction
mengajar tidak terjadi jarak atau jurang
kooperatif, dimana pembelajarannya dapat
pemisah antara siswa yang satu dengan
berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan
siswa yang lainnya. Model ini bertumpu
dan praktik. Model ini merupakan model
merupakan
pembelajaran
7
yang dirancang khusus untuk menunjang
mempersiapkan siswa untuk menerima
proses belajar siswa yang berkaitan dengan
penjelasan guru. Pembelajran ini dapat
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan,
prosedural yang terstruktur dengan baik
praktik dan kerja kelompok. Maka dari itu
yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
penyusunan waktu yang digunakan untuk
yang bertahap, selangkah demi selangkah
mencapai
(Trianto, 2007).
seefesien mungkin, sehingga guru dapat
Teori
belajar
pada
umumnya
tujuan
pembelajaran
harus
merancang dengan tepat waktu yang
dibedakan atas dua macam pengetahuan,
digunakan (Trianto, 2007).
yaitu
1. Waktu yang digunakan dapat dirancang
pengetahuan
pengetahuan
deklaratif
prosedural.
dan
Pengetahuan
deklaratif berupa pengetahuan yang dapat
diungkapkan melalui kata-kata ataupun
tulisan, sedangkan pengetahuan prosedural
merupakan
pengetahuan
tentang
keterampilan khusus dalam menjalankan
langkah-langkah pada saat proses belajar
mengajar berlangsung (Trianto, 2007).
Suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu
titik potong yang dapat disebutkan dengan
cara mengamati gambar grafik SPLDV
yaitu bertepatan pada garis silang yang
berpotongan antara dua grafik linear atau
lebih.
Pengetahuan
prosedural
yang
berkaitan dengan deklaratif tersebut adalah
bagaimana cara menggambarkan grafik
tersebut sehingga berpotongan di satu titik.
Kedua pengetahuan tersebut, sangat
singkron terdapat pada model pembelajran
explicit instruction. Karena pada model ini
seorang guru berdasarkan langkah-langkah
dalam suatu model pembelajran. Untuk
melihat langkah-langkah yang terdapat
dalam model pembelajaran explicit
instruction, kita dapat melihat tabel sintaks
model pembelajaran Explicit Instruction
berikut:
1. Menyampaikan
tujuan
dan
mempersiapkan siswa. Peran guru
adalah menjelaskan TPK, informasi latar
belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan.
Peran
guru
adalah
mendemonstrasikan
keterampilan
dengan
benar,
atau
menyajikan
informasi tahap demi tahap.
3. Membimbing pelatihan. Peran guru
adalah merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan awal.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik. Peran guru adalah Mengecek
apakah siswa telah berhasil melakukan
tugas dengan baik, memberi umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan. Peran guru adalah
mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan kepada situasi lebih
kompleks dalam kehidupan sehari-hari
(Trianto, 2007).
Fase-fase tersebut berupa guru mengawali
C. Teori Belajar yang Terkait dengan
Explicit Instruction
Salah satu teori belajar yang terkait
pembelajran tentang tujuan dan latar
dengan pembelajaran kooperatif explicit
terdapat lima fase yang sangat penting.
belakang
pembelajran,
serta
8
instruction adalah aliran psikologis yang
saling
bersandar pada paham
maupun tidak langsung dalam pencapaian
konstuktivisme.
Tokoh yang sejalan dalam aliran ini adalah
Jerome
S.
Bruner
dan
Erward
berinteraksi
secara
langsung
hasil belajar.
L.
Untuk meningkatkan hasil belajar
Thorndike. Bruner memandang bahwa
siswa
manusia sebagai pemproses, pemikir dan
terapkan suatu model pembelajaran yang
pencipta informasi. Dalam pandangannya
membimbing siswa secara utuh, dan salah
belajar merupakan suatu proses aktif yang
satu model pembelajaran yang cocok
memungkinkan
untuk
adalah pembelajaran kooperatif explicit
menemukan hal-hal baru diluar informasi
insrtuction, dalam pembelajaran ini siswa
yang diberikan kepada dirinya (Farhan,
diarahkan
2013). Sementara Thorndike berpendapat
secara berkelompok, sehingga guru dapat
bahwa stimulus dan respons akan memiliki
memfalitator siswa dalam Proses Belajar
hubungan satu sama lain secara kuat jika
Mengajar
proses pengulangan sering terjadi. Dalam
menguatkan pemahaman siswa melalui
pandangannya semakin banyak kegiatan
respon
pengulangan dilakukan maka hubungan
pembelajaran.
yang terjadi akan semakin bersifat otomatis
pembelajaran
(Suherman, 2001).
diharapkan
D. Peran
Pembelajaran
Kooperatif
Explicit
Instruction
untuk
Meningkatkan Hasil Belajar
anggota
manusia
Faktor yang mempengaruhui tinggi
rendahnya hasil belajar siswa secara garis
besar dapat dilihat dari faktor individu dan
faktor sosial. Faktor induvidu berupa
faktor kematangan
atau
pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor
pribadi, sementara faktor sosial meliputi
faktor
keluarga
atau
keadaan
rumah
tangga, guru dan cara mengajarnya, media
yang digunakan dalam belajar mengajar,
lingkungan dan kesempatan yang tersedia
serta motivasi sosial. Kedua faktor tersebut
dalam
pembelajaran,
dalam
perlu
menemukan
(PBM)
balik
konsep
kemudian
sampai
Dengan
yang
guru
tuntasnya
menerapkan
demikian,
benar-benar
kelompoknya
di
aktif
siswa
dengan
sehingga
dapat
menyerap dan mengingat lebih lama
terhadap apa yang dipelajarinya.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
adalah
penelitian
eksperimen. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan metode quasi experiment
dengan desain nonrandomized controlgroup pretest posttest design. Skema
nonrandomized
control-group
pretest
posttest design adalah sebagai berikut:
Kelompok A O
Kelompok B O
X
O
O
Sumber: Rancangan Penelitian (Creswell,
2010)
9
Keterangan:
Kelompok A
Kelompok B
O
O
X
Selain
:
:
:
:
:
Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol
Pre-tes
Post-tes
Perlakuan yang diberikan
lembaran
tes,
pada
saat
mengumpulkan data kemampuan guru
dalam
mengelola
aktivitas
siswa
pembelajaran
selama
dan
mengikuti
pembelajaran dengan penerapan model
Kelompok eksperimen mendapatkan
perlakuan
pembelajaran
matematika
dengan model pembelajaran kooperatif
Explicit Instruction, sedangkan kelompok
kontrol tidak mendapatkan perlakuan.
adalah seluruh siswa MTs Gumpueng Pidie
Tahun Pelajaran 2015/2016. Sementara
adalah
sebagian
atau
wakil
populasi yang akan diteliti (Suharsimi
Arikunto, 2006). Sampel dari penelitian
dua kelas yaitu kelas VIII2 sebagai kelas
kontrol dan kelas VIII1 sebagai kelas
eksperimen. Kedua kelas yang dijadikan
sampel memiliki kemampuan yang relativ
sama. Hal ini didasarkan atas hasil ujian
Instrumen penelitian yang digunakan
adalah lembar tes yang terdiri dari preetest
dan postest. Pretest ini berbentuk essay
yang terdiri dari 4 soal, sementara postest
juga berbentuk essay yang berjumlah 4
dilakukan
validasi
isi
juga telah
oleh
guru
matematika ahli. Tujuan dari validasi isi
adalah untuk melihat apakah soal tes
tersebut sudah layak dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Explicit
Instruction ini dilakukan melalui lembar
pengamatan
observasi
yang
diamati
lansung oleh observer. Sementara angket
data yang berupa serangkaian pertanyaanpertanyaan yang diajukan kepada siswa
untuk mengetahui respon siswa dalam
belajar matematika melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif explicit
instruction pada materi SPLDV. Adapun
pertanyaannya
disusun
indikator
dapat
respon
yang
siswa.
Pilihan
berdasarkan
mengungkapkan
jawaban
yang
disediakan adalah berupa: sangat setuju,
setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
rata-rata pretest yang terukur homogen.
soal. Pretest dan postest
kooperatif
digunakan sebagai alat mengumpulkan
Adapun populasi dalam penelitian ini
sampel
pembelelajaran
Untuk menganalisis data hasil belajar
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol,
peneliti
menganalisis
dengan
menggunakan uji-t. Hipotesis yang akan
diuji
adalah
hipotesis nol
(Ho) dan
hipotesis alternatif (Ha).
ܪ : ߤଵ = ߤଶ
ܪୟ : ߤଵ > ߤଶ
Dimana Ho adalah “Hasil belajar
siswa pada materi SPLDV yang diajarkan
dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif explicit instruction sama dengan
hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa
10
penerapan model pembelajaran kooperatif
SPLDV ini dianalisis dengan cara menghitung
explicit instruction”, dan Ha adalah “Hasil
rata-rata keseluruhan skor yang telah dibuat
belajar siswa pada materi SPLDV yang
dengan model skala Likert. Kriteria skor rata-
diajarkan
rata untuk respon siswa adalah sebagai berikut:
dengan
pembelajaran
penerapan
model
kooperatif
explicit
instruction lebih baik daripada hasil belajar
siswa yang diajarkan tanpa penerapan
model pembelajaran kooperatif explicit
instruction”.
Data
tentang
kemampuan
guru
3 < skor rata-rata ≤ 4 = Sangat Positif
2 < skor rata-rata ≤ 3 = Positif
1 < skor rata-rata ≤ 2 = Negatif
0 < skor rata-rata ≤ 1
=
Sangat
Negatif.
(Sukardi, 2009)
HASIL PENELITIAN
1.
Data Hasil Belajar Sisiwa
Dari hasil pengolahan data tersebut
mengelola pembelajaran dianalisis dengan
skor rata-rata. Menurut Hasratuddin dalam
diperoleh ݐ௧௨ > ݐ௧ yaitu 2,90 >
Mukhlis
signifikan α = 0,5 menunjukkan bahwa
menggunakan statistik deskriptif dengan
pendeskripsian
skor
rata-rata
tingkat kemampuan guru sebagai berikut:
1,00
1,50
2,50
3,50
4,50
Keterangan:
TKG < 1,50 tidak baik
TKG < 2,50 kurang baik
TKG < 3,50 cukup baik
TKG < 4,50 baik
TKG < 5,00 sangat baik.
TKG
adalah
Tingkat
1,68. Hasil analisis data pada taraf
penerapan model pembelajaran kooperatif
explicit instruction pada materi SPLDV
lebih
baik
diajarkan
dari
tanpa
pembelajaran
pembelajaran
penerapan
yang
model
kooperatif
explicit
instruction.
2.
dianalisis
Hasil Aktivitas Kemampuan Guru
dalam
Mengelola
Pembelajaran
Dengan Penerapan Model Kooperatif
Explicit Instruction.
dengan menggunakan rumus persentase
Skor yang diperoleh guru dari setiap
Kemampuan Guru (Mukhlis, 2015).
Data
aktivitas
pembelajaran
siswa
berlangsung
selama
yaitu:
RPP
P=
f
x 100%
N
penerapan
model
4,11
dan
4,39
sehingga
diperoleh skor rata-rata 4,25. Hal ini
Keterangan:
P = Angka persentase kesesuaian yang
dicari
f = Frekuensi aktifitas siswa yang muncul
N = Jumlah aktifitas seluruhnya. (Sudjana,
2002)
Sementara angket respon siswa
terhadap
yaitu
pembelajaran
kooperatif explicit instruction pada materi
menunjukkan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran adalah efektif,
yaitu sudah sesuai dengan kriteria yang
diharapkan
berupa
pembelajaran
terdapat
pada
dengan
model
kesesuaian
fase-fase
yang
pembelajaran
kooperatif explicit instruction.
11
3.
Hasil Lembar Observasi Aktifitas
Siswa Selama Pembelajaran dengan
Menggunakan Model Kooperatif
Explicit Instruction.
Siswa yang diamati berjumlah enam
Untuk memperoleh respon/ masukan
dari para siswa terhadap pembelajaran
SPLDV dengan menggunakan kooperatif
Explicit
Instruction,
maka
peneliti
orang
memberi angket respon siswa yang diisi
kelompok, dua orang kelompok tengah,
oleh 30 orang siswa setelah pembelajaran
dan
bawah.
berlangsung. Disini siswa memberi respon
dilakukan
sangat positif pada empat poin yaitu poin
berdasarkan hasil wawancara dengan guru
no.1, poin no.2, poin no.4 dan poin no.12.
matematika dan berdasarkan perolehan
Dengan masing-masing perolehan skor
nilai mereka pada saat mengikuti ujian
3,03, 3,13, 3,07 dan 3,43. Sementara
preetest di awal pembelajaran.
respon negatif, siswa hanya memberikan
orang
dengan
dua
kategori
orang
Pengelompokan
dua
kelompok
siswa
Berdasarkan hasil observasi aktivitas
pada poin nomor enam saja dengan skor
siswa pada RPP I dan RPP II terlihat ada
1,97, yaitu setuju terhadap perkataan “saya
aktivitas siswa yang masih kurang dari
merasa tertekan dan tidak suka disaat guru
toleransi waktu yang telah ditentukan dan
matematika menanyakan tugas yang telah
masih belum memenuhi waktu ideal atau
diberikan
tidak efektif, yaitu pada aktivitas siswa
pembelajaran explicit instruction. Untuk
poin ketujuh. Perilaku yang tidak relefan
keseluruhan respon yang lainnya siswa
dengan KBM (seperti: melamun, berjalan-
memberikan respon posistif. Sehingga rata-
jalan
belajarnya,
rata keseluruhan respon siswa didapatkan
membaca buku atau mengerjakan tugas
2,83 dan dapat disimpulkan bahwa rata-
mata pelajaran lain, bermain-main dengan
rata keseluruhan respon siswa tersebut
teman dan lainnya) memperoleh persentase
adalah positif terhadap penerapan model
Aktivitas Siswa pada RPP I dan RPP II
pembelajaran
sebesar 8,3 dan 7,3. Kedua skor tersebut
instruction pada materi SPLDV.
diluar
kelompok
berada diluar batas toleransi waktu, dimana
toleransi waktu yang telah ditetapkan
adalah 0 ≤ P ≤ 5. Sementara enam pion
4. Hasil Angket Respon Siswa
melalui
kooperatif
model
explicit
PEMBAHASAN
1.
Hasil Belajar Siswa
Sesuai dengan hipotesis yang telah
lainnya berada dalam batasan toleransi
waktu dan dapat dikatakan efektif.
sebelumnya
disebutkan pada Bab III dan perolehan data
yang
telah
dianalisis
pada
Bab
IV
didapatkan nilai t untuk kedua kelas yaitu
t hitung = 2,90 dan t tabel = 1,68. Hal ini
12
berakibat ݐ௧௨ > ݐ௧ yaitu 2,90 >
menyampaikan
1,68. Dengan demikian dapat disimpulkan
pembelajaran memperoleh skor 4,5, (3)
bahwa Ho tertolak dan Ha diterima. Ini
kemampuan membagikan kelompok siswa
berarti
dan
bahwa
penerapan
model
langkah-langkah
menyampaikan
tata
cara
kerja
explicit
kelompok siswa memperoleh skor 5, (4)
instruction pada materi SPLDV lebih baik
kemampuan mendorong siswa yang lebih
dari pada pembelajaran yang diajarkan
paham
untuk
tanpa
kepada
siswa
pembelajaran
kooperatif
penerapan
model
pembelajaran
membantu
yang
menjelaskan
kurang
paham
kooperatif explicit instruction. Karena
memperoleh skor 4,5, (5) kemampuan
model
yang
membimbing untuk mengerahkan siswa
dirancang khusus untuk menunjang proses
menemukan sendiri memperoleh skor 4,5,
belajar siswa
yang berkaitan dengan
(6) kemampuan mendorong siswa untuk
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
mau bertanya dan menjawab pertanyaan
prosedural yang terstruktur dengan baik
memperoleh skor 5, (7) kemampuan
yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
mengelola waktu memperoleh skor 4,5,
yang bertahap, selangkah demi selangkah
dan (8) adanya interaksi aktif antara guru
(Trianto, 2007).
dan siswa memperoleh skor 5. Jumlah
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola
Pembelajaran
dengan
Penerapan
Model Kooperatif Explict Instruction
keseluruhan skor pada RPP I didapatkan
ini
merupakan
model
Guru yang mengelola pembelajaran
dengan menggunakan Model kooperatif
4,11 dan RPP II 4,39. Sehingga perolehan
skor rata-rata dari kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran yaitu 4,25.
Dengan demikian dapat disimpulkan
explicit instruction pada materi Sistem
kemampuan
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
pembelajaran melalui penerapan model
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri
pembelajaran
dan yang menjadi pengamat adalah salah
instruction tersebut telah efektif dan sesuai
seorang guru mata pelajaran matematika di
dengan apa yang diharapkan. Hal ini
MTs Gumpueng Pidie (Junaidi,S.Ag).
sejalan dengan defenisi yang diberikan
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan
oleh
pengamat,
didapatkan
guru
dalam
kooperatif
mengelola
explicit
Suparlan. Sebagai pengajar, guru harus
menguasai materi yang akan diajarkan,
bahwa ada delapan aspek yang menonjol,
menguasai
yaitu (1) aspek kemampuan menjawab
metode mengajar yang akan digunakan
pertanyaan mengenai materi sebelumnya
untuk menyampaikan bahan ajar, dan
memperoleh skor 5, (2) kemampuan
menentukan alat evaluasi pendidikan yang
penggunaan
strategi
dan
13
akan digunakan untuk menilai hasil belajar
0% sampai 5%. Ini menunjukkan bahwa
siswa, aspek-aspek manajemen kelas, dan
pembelajaran dengan menggunakan model
dasar-dasar kependidikan (Suparlan, 2005).
pembelajaran
Menurut Moh. Uzer Usman, tujuan
umum
pengelolaan
menyediakan
fasilitas
kelas
ialah
kelas
untuk
bermacam-macam kegiatan belajar dan
kooperatif
explicit
instruction pada materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel (SPLDV) tidak
makasimal mengaktifkan siswa.
Permasalahan
dari
efektifnya
mengajar agar mencapai hasil yang baik.
aktivitas siswa selama proses pembelajaran
Sedangkan
berlangsung
melalui
mengembangkan kemampuan siswa dalam
pembelajaran
kooperatif
menggunakan
instruction ini tidak dipengaruhi oleh
tujuan
menyediakan
khususnya
alat-alat
adalah
belajar,
kondisi-kondisi
yang
kemampuan
guru
penerapan
explicit
dalam
mengelola
memungkinkan siswa bekerja dan belajar
pembelajaran,
karena
serta membantu siswa memperoleh hasil
pengamatan
yang diharapkan( Moh. Uzer Usman, 205).
pembelajaran pada poin sebelumnya sudah
3. Hasil Lembar Observasi Aktivitas
Siswa Selama Pembelajaran dengan
Menggunakan Model
Kooperatif
Ekplicit Instruction
dikatakan efektif. Hal ini dapat ditinjau
guru
berdasarkan
dalam
mengelola
dari konsep Arends dalam Trianto tentang
kelemahan dari pembelajaran kooperatif
explicit instruction pada mata pelajaran
Berdasarkan
hasil
pengamatan
aktivitas siswa selama pembelajaran yang
dilakukan oleh seorang pengamat yaitu
Tarmizi,S.Pd (salah satu guru honorer di
lokasi
penelitian)
selama
proses
pembelajaran diketahui bahwa aktivitas
siswa termasuk dalam kategori tidak
efektif.
Karena
salah
satu
aspek
pengamatan aktifitas siswa berada diluar
batasan toleransi waktu ideal, yaitu pada
aspek ketujuh tentang perlakuan yang tidak
relevan dengan KBM masing-masing RPP
memperoleh persentase sebanyak 8,3% dan
7,3%. Nilai tersebut tidak termasuk dalam
batasan toleransi waktu ideal yaitu antara
matematika yaitu pada poin nomor dua,
sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal
kemampuan, pengetahuan awal, tingkat
pembelajaran
dan
pemahaman
atau
ketertarikan siswa. Karena memiliki sedikit
kesempatan
untuk
keterampilan
sosial
mengembangkan
dan
interpersonal
mereka.
4. Angket Respon Siswa
Angket
respon
siswa
diberikan
kepada siswa pada akhir pertemuan yaitu
setelah siswa menyelesaikan tes akhir.
Angket respon siswa bertujuan untuk
mengetahui perasaan siswa, minat siswa
mengenai pembelajaran materi SPLDV
14
dengan menggunakan model pembelajaran
daripada
kooperatif explicit instruction.
diajarkan
Berdasarkan data hasil penelitian
hasil
belajar
tanpa
pembelajaran
siswa
penerapan
yang
model
kooperatif
explicit
yang diperoleh pada tabel 4.33 maka dapat
instruction pada materi SPLDV di kelas
disimpulkan bahwa respon siswa terhadap
VIII MTsS Gumpueng.
pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran
kooperatif
explicit
2. Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran
dengan
menggunakan
Skor rata-rata 2,83
model kooperatif explicit instruction
adalah positif, ini berdasarkan kriteria yang
sudah efektif. Kegiatan yang terdapat
telah ditetapkan oleh Sukardi yaitu kriteria
dalam lembar observasi kemampuan
skor rata-rata untuk respons siswa positif
guru
apabila berada pada “2 < ܽݐܽݎ ݎ݇ݏ−
dengan baik dan sesuai dengan langkah-
demikian dapat disimpulkan bahwa siswa
kooperatif explicit instruction.
instruction, dengan
≤ ܽݐܽݎ3”
(Sukardi,
2004).
Dengan
merasa senang mengikuti pembelajaran
tersebut
sudah
dilaksanakan
langkah pada RPP terhadap model
3. Aktivitas
siswa
selama
dengan menggunakan model pembelajaran
pembelajaran
kooperatif
karena
dalam kategori tidak efektif karena
melalui penerapan model pembelajaran
terdapat satu poin yang tidak efektif
kooperatif
explicit
instruction,
berlangsung
proses
termasuk
instruction
dapat
berdasarkan toleransi waktu ideal. Hal
efektif
untuk
ini sesuai dengan kelemahan model
mengajarkan konsep dan keterampilan-
kooperatif explicit instruction ini sulit
keterampilan yang eksplisit kepada siswa
bagi
yang berprestasi rendah (Trianto, 2007).
kemampuan,
menjadi
explicit
cara
yang
guru
untuk
membedakan
pemahaman
dan
ketertarikan siswa dalam waktu yang
KESIMPULAN
relatif
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengelolahan data,
diperoleh ݐ௧௨ > ݐ௧ yaitu 2,90 >
singkat
serta
sulit
untuk
mengembangkan keterampilan sosial
dan interpersonal mereka.
4. Respon siswa setelah diterapkan model
pembelajaran
kooperatif
explicit
1,68 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
instruction, mendapatkan respon yang
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil
positif. Siswa tertarik dengan model
belajar siswa yang diajarkan dengan
kooperatif explicit instruction karena
penerapan
pembelajaran
siswa dengan pembelajaran kooperatif
kooperatif explicit instruction lebih baik
explicit instruction dapat membantu
model
15
materi matematika yang telah dipelajari
Nana Sujdana, Penilaian Hasil proses Belajar
Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009.
dan dapat terbimbing oleh guru untuk
Niken
daya ingat siswa dalam memahami
menemukan konsep matematika dengan
langkah demi langkah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan
Logika, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan
Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2011.
Andi
Hakim Nasution, Beberapa Tujuan
Mempelajari Matematika, Jakarta : Dirjen
Pendidikan Tinggi, 1999.
Anita Li, Mempraktikkan Cooperative Learning
Dikelas Kita. Cet.4, Jakarta: PT.Grasindo,
2005.
Departeman
Pendidikan
dan
Kebudayaan,
Kurikulum Sekolah Menengah Pertama,
Jakarta: Depdikbud, 2004.
E. Suherman, Evaluasi Pembelajaran Matematika,
Bandung: JICA Universitas Pendidikan
Indonesia, 2001.
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta:
Kencana, 2011.
John w. creswell, Research Design Pendekatan
Kualitatif,
Kuantitatif
dan
Mixed,
yogyakarta: pustaka pelajar, 2010
Keer, Hilde Van. Fostering student understanding
in fifth grade by explicit instruction in
understand the material and peer tutoring
British Journal of Educational Psychology.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Cet.
XVII, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Mukhlis, Pembelajaran Matematika Realistik Untuk
Materi Pokok Perbandingan di Kelas VII
SMPN
Pailangga,
Tesis,
Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya, 2015.
Ariani, Dany Haryanto, Pembelajaran
Multimedia
di
Sekolah:
Pedoman
Pembelajaran Inspiratif, Konstruktif, dan
Prospektif, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2010.
Nurjanah,
Efektifitas
Model
Pembelajaran
Quantum Teaching Pada Materi Bilangan
Bulat di SMPN 6 Banda Aceh, (Skripsi)
Banda Aceh: FKIP Unsyiah, 2006.
R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di
Indonesia, Jakarta: Depertemen Pendidikan
Nasional, 2000.
Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel
Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005.
Roestiyah, Strategi belajar Mengajar, Bandung:
CV. Angkasa, 2001.
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta:
Bumi Aksara, 2000.
Saminan, Strategi Belajar Mengajar, Banda Aceh:
Universitas Syiah Kuala, 2006.
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2002
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu
Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka cipta,
2006.
Sukardi, Metodelogi Penelitian, Cet. VII, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta:
Hikayat, 2005.
Trianto, Model-model Pembelajaran
Berorientasi
Kontructivisme,
Prestasi Pustaka Publisher, 2007.
Inovatif
Jakarta:
Wina Sanjaya, Srtategi Pembelajaran Berorientasi
Sumber Proses Pendidikan, Bandung:
Kencana, 2006.
Zainal Arifin, Metodologi Penelitian Pendidikan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,
2012.
Muslimin Ibrahim dkk, Pembelajaran Kooperatif,
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya,
2002.
16