PENGARUH INDEPENDENSI PENGALAMAN KERJA D

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No.1 Tahun 2017)

PENGARUH INDEPENDENSI, PENGALAMAN KERJA, DAN DUE
PROFESSIONAL CARE TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT
(Studi Empiris Pada Kantor Inspektorat di Bali)
1Putu

1Edy

Indra Mahardika,
Sujana,2I Gusti Ayu Purnamawati

Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {indramahardika948@gmail.com, edysudjana_bali@yahoo.com
ayupurnama07@yahoo.com}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh
independensi, pengalaman kerja, dan due professional care terhadap kualitas hasil audit.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang dalam pengumpulan data penelitian
menggunakan instrumen kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor pada
Kantor Inspektorat kabupaten Buleleng, Inspektorat Kota Denpasar dan Inspektorat Provinsi
Bali. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling, dengan sampel 37
responden. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer. Metode
pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan survey melalui pembagian kuesioner
kepada responden. Analisis data penelitian menggunakan analisis regresi berganda dengan
menggunakan program SPSS versi 20.00.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Independensi secara signifikan
berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit, (2) Pengalaman kerja secara signifikan
berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit, (3) Due profesional care secara signifikan
berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit, dan (4) Independensi, pengalaman kerja,
dan due profesional care secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.
Kata kunci: independensi, pengalaman kerja, due professional care, dan kualitas hasil audit
Abstract
The study was conducted for the purpose of obtaining empirical evidences of the effect of
independency, working experiences, and due professional care on the quality of the auditing
output. It utilized a quantitative design involving the population of all auditors working under
the inspectorate office in Buleleng, Denpasar and those in Bali; 37 respondents were selected
as the samples based on purposive sampling technique. The data were obtained by survey by

distributing questionnaires to the respondents. The analysis was conducted by using multiple
regression supported by SPSS for Windows version 20.00
The results indicated that (1) independency had a positive and significant effect on the
quality of the auditing output, (2) working experiences had a positive and significant effect on
the quality of the auditing output, and (3) due professional care had a positive and significant
effect on the quality of the auditing output, and (4) independency, working experiences, and
due professional care had a positive and significant effect on the quality of the auditing output.
Key words: independency, working experiences, and due professional care, quality of the
auditing output

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No.1 Tahun 2017)
pemerintah daerah adalah inspektorat
PENDAHULUAN
Guna
Mewujudkan
Good
daerah, dimana inspektorat memiliki tugas
Government yang baik, pelaksanaan
yang sama dengan auditor internal. Audit

akuntabilitas sektor publik semakin dituntut
internal adalah audit yang dilakukan oleh
untuk tetap dilakukan agar terwujudnya
unit pemeriksa yang merupakan bagian dari
good
governance.
Ini
dikarenakan
organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2005 :
beberapa penelitian menunjukkan bahwa
193). Sehingga Inspektorat memegang
terjadinya krisis ekonomi di Indonesia
peranan penting dalam proses terciptanya
ternyata
disebabkan
oleh
buruknya
akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
pengelolaan
(bad

governance)
dan
keuangan.
buruknya birokrasi (Sunarsip, 2001).
Hasil pemeriksaan inspektorat di
Untuk pengembangan pemerintah
masing-masing
kota
di
Bali
tidak
yang baik ( good governance) terdapat tiga
menemukan hasil yang baik. Masih
aspek yaitu pengawasan, pengendalian dan
terdapat tindakan tindakan penyelewengan
pemeriksaan. Salah satu unit yang
yang dilakukan. Berikut beberapa tindakan
melakukan audit/pemeriksaan terhadap
penyelewengan yang terjadi di Bali:
Tabel 1.1 Kasus penyelewengan yang terjadi

KERUGIAN
NO
KASUS
TEMPAT
NEGARA
Kasus korupsi dana promosi pariwisata di Dinas
Provinisi
1
Rp 97 juta.
Pariwisata
Bali
Korupsi Pengadaan Mesin Uji Emisi oleh Pejabat
Rp 1,203
Provinsi
2
Pembuat Komitmen (PPK) Dishub Bali
miliar.
Bali
Rp 184,970
Provinsi

3
Penyelewengan dana APBD Bali
miliar
Bali
Kasus dugaan korupsi Dinas Kebudayaan Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Bali pengadaan sound system,
Rp 6 miliar
Provinsi
4
lighting, dan CCTV di UPT Taman Budaya atau Art
lebih.
Bali
Center.
Kasus korupsi Program Nasional Pemberdayaan
Rp 236
Kota
5
Masyarakat (PNPM) di Denpasar Selatan, Kota
juta.
Denpasar

Denpasar
Kasus dugaan korupsi pajak reklame Dinas
Rp 1,2
Kota
6
Pertamanan dan Kebersihan (DKP)
miliar
Denpasar
Kasus korupsi upah pungut Pajak Bumi dan Bangunan
Rp 1.6
Kab.
7
Kehutanan Perkebunan dan Pertambangan
miliar
Buleleng
Kasus Korupsi Pembelian alat berat di Dinas Bina
Rp 500
Kab.
8
Marga, Pengairan dan Pertambangan (kini Dinas PU)

juta.
Buleleng
(Sumber : Data diolah, 2016)
Melihat
penyimpangan
penyimpangan
yang
terjadi
pada
kabupaten/kota tersebut, ada indikasi
bahwa kantor Inspektorat tidak lagi berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
masyarakat. Munculnya temuan hasil
pemeriksaan operasional Inspektorat tidak
terlepas dari peran serta tim pemeriksa
yang bertugas dalam mendeteksi kerugian
daerah. Oleh karena itu peran auditor
sangat dituntut untuk memberikan hasil
pemeriksaan yang berkualitas sehingga
mampu mengamankan dan menyelamatkan


kekayaan
negara dari kemungkinan
penyimpangan.
Untuk
mengatasi
kasus-kasus
keuangan tersebut, maka diperlukan sikap
independen seorang auditor dalam menilai
keadaan
laporan
keuangan
yang
sebenarnya dan yang dapat dipercaya oleh
pihak-pihak
yang
berkepentingan.
Independensi merupakan suatu tindakan
baik sikap perbuatan atau mental auditor
sepanjang pelaksanaan audit dimana

auditor dapat memposisikan dirinya dengan
auditnya secara tidak memihak dan

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No.1 Tahun 2017)
dipandang tidak memihak oleh pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap hasil
auditnya.
Semakin
memburuknya
independensi auditor akhir-akhir ini menjadi
penyebab utama terjadinya kebangkrutan
dan
skandal
korupsi
di
berbagai
perusahaan ataupun di pemerintahan.
Sesuai dengan Standar Profesional
Akuntan Publik menyatakan bahwa auditor

disyaratkan memiliki pengalaman kerja
yang cukup dalam profesi yang ditekuninya,
serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi
teknis dan berpengalaman dalam industriindustri yang mereka audit (Arens, 2004).
Pengalaman memberikan dampak pada
setiap pengambilan keputusan dalam
pelaksanaan audit sehingga diharapkan
setiap keputusan yang diambil merupakan
suatu keputusan yang tepat bagi semua
pihak.
Auditor
yang
mempunyai
pengalaman yang berbeda, akan berbeda
pula dalam memandang dan menanggapi
informasi yang diperoleh selama melakukan
pemeriksaan dan juga dimiliki auditor akan
mempengaruhi kualitas auditnya, mereka
menemukan bahwa semakin banyak
pengalaman
auditor
semakin
dapat
menghasilkan berbagai dugaan dalam
menjelaskan temuan audit.
Due Professional Care juga penting
diterapkan
oleh
auditor
di
dalam
pelaksanaan tugas-tugas auditnya. Due
professional care mengacu pada kemahiran
profesional yang cermat dan seksama.
Penting
bagi
auditor
untuk
mengimplementasikan due professional
care dalam pekerjaan auditnya. Due
professional care menyangkut dua aspek,
yaitu skeptisme profesional dan keyakinan
yang memadai. Skeptisme profesional
adalah sebuah sikap yang harus dimiliki
oleh auditor profesional. Sikap yang
dimaksud yaitu menyeimbangkan antara
sikap curiga dan sikap percaya.
Menurut Mansur (2007 : 42), audit
kinerja yang sesuai dengan GAGAS
(Generally Accepted Government Auditing
Standards) harus memberikan keyakinan
yang
memadai
(reasonable
assurance) bahwa
bukti
audit
telah
mencukupi dan sesuai untuk mendukung
temuan dan kesimpulan auditor. Keyakinan
yang memadai atas bukti-bukti yang
ditemukan akan sangat membantu auditor

dalam menentukan scope dan metodologi
yang akan digunakan dalam melaksanakan
pekerjaan audit agar tujuan dapat tercapai.
Penelitian ini penting karena masih
sangat banyak ditemukan adanya kasus
kasus penyelengan yang menyebabkan
kerugian daerah hampir di seluruh
Indonesia khususnya di Bali. Kualitas dari
laporan keuangan dan hasil audit masih
dipertanyakan. Disinilah peranan auditor
internal khususnya Inspektorat dengan
pengetahuan
yang
dimiliki
mampu
mendeteksi kerugian daerah yang terjadi
sehingga jumlah uang kas dan aset daerah
akan terlindungi.
Terkait dengan banyak topik yang
dilakukan
oleh
beberapa
peneliti
sebelumnya, penelitian ini merupakan
replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Purnamawati, dkk (2016) yang berjudul
pengaruh tingkat pendidikan formal,
integritas, kompetensi serta konservatisme
terhadap kualitas audit (studi empiris pada
3 kantor inspektorat di Bali). Perbedaannya
dalam penelitian ini yaitu adanya variabel
baru dan tempat penelitian yang berbeda.
Variabel baru yang dimaksud adalah
Independensi, Pengalaman Kerja, dan Due
Profesional Care.
Ada beberapa permasalahan yang
perlu dikaji lebih lanjut yaitu (1). Apakah
independensi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas hasil audit ? (2).
Apakah pengalaman kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kualitas hasil
audit ? (3). Apakah due profesional care
berpengaruhpositif dan signifikan terhadap
kualitas hasil audit ? (4). Apakah
independensi, pengalaman kerja ,due
profesional
care
secara
simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas hasil audit ?
Dalam
rangka
menjawab
permasalahan tersebut, penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh bukti empiris
mengenai
pengaruh
independensi,
pengalaman kerja, dan due professional
care terhadap kualitas hasil audit.
Independensi juga berarti adanya
kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya
pertimbangan yang objektif tidak memihak
dalam diri auditor dalam merumuskan dan
menyatakan pendapatnya. Auditor harus

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No.1 Tahun 2017)
dapat mengumpulkan setiap informasi yang
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan
audit dimana hal tersebut harus didukung
dengan sikap independen. Dalam hal ini
auditor harus mempunyai sikap yang
independen, yaitu sikap tidak mudah
terpengaruh oleh pihak lain atau dalam
mempertimbangkan fakta dan dan dalam
pengambilan keputusan. Sehingga dapat
meminimalkan kesalahan atau kecurangan
dan dapat menghasilkan kualitas audit yang
baik. Jadi semakin tinggi independensinya
seorang auditor maka kualitas audit yang
diberikan akan semakin baik, tetapi jika
semakin rendah independensi maka akan
semakin
tidak
baik
kualitas
hasil
pemeriksaan audit.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
H1:
Independensi
secara
signifikan
berpengaruh
positif
terhadap
Kualitas Hasil Audit
Kebanyakan orang memahami bahwa
semakin banyak jumlah jam terbang
seorang
auditor,
tentunya
dapat
memberikan kualitas audit yang lebih baik
daripada seorang auditor yang baru
memulai kariernya. Atau dengan kata lain
auditor yang berpengalaman diasumsikan
dapat memberikan kualitas audit yang lebih
baik dibandingkan dengan auditor yang
belum berpengalaman. Hal ini dikarenakan
pengalaman akan membentuk keahlian
seseorang baik secara teknis maupun
secara psikis. Pengalaman akuntan publik
akan terus meningkat seiring dengan makin
banyaknya audit yang dilakukan serta
kompleksitas
transaksi
keuangan
perusahaan yang diaudit sehingga akan
menambah
dan
memperluas
pengetahuannya dibidang akuntansi dan
auditing (Christiawan, 2002). Hal tersebut
mengindikasikan bahwa semakin lama
masa kerja dan pengalaman yang dimiliki
auditor maka akan semakin baik dan
meningkat pula kualitas audit yang
dihasilkan (Alim dkk, 2007). Biantong
(2016) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa Pengalaman kerja berpengaruh
positif terhadap kualitas audit. Biantong
(2016) juga menyatakan Jika tingkat

pengalaman kerja auditor tinggi, maka
auditor akan dengan mudah melakukan
tugas-tugas auditnya sehingga kualitas
audit yang dihasilkan akan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
H2 : Pengalaman Kerja secara signifikan
berpengaruh positif terhadap Kualitas
Hasil Audit.
Due Professional Care adalah sikap
mutlak yang lain yang harus dimiliki oleh
seorang auditor. Due professional care
menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme
profesional dan keyakinan yang memadai.
Penggunaan due professional care dengan
seksama dan cermat akan memberikan
keyakinan yang memadai pada auditor
untuk memberikan opini bahwa laporan
keuangan terbebas dari salah saji material,
baik yang disebabkan oleh kecuranga
ataupun kekeliruan. Dalam pelaksanaan
praktik profesi akuntan publik, memiliki
sikap yang cermat dan seksama serta
berpikir kritas sangat penting. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dea Arisanti (2013) yang
menyatakan bahwa due professional care
berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit. Biantong (2016) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa due professional care
berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Dimana, jika auditor menerapkan sikap due
professional care selama pelaksanaan audit
maka kualitas audit yang dihasilkan akan
lebih baik. Begitu pula sebaliknya, jika
auditortidak memiliki sikap due professional
care dalam melaksanakan audit, auditor
akan percaya begitu saja terhadap setiap
pernyataan auditee serta kurang teliti
sehingga kualitas auditnya akan rendah.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
H3 :Due Professional Care secara signifikan
berpengaruh
positif
terhadap
Kualitas Hasil Audit.
Penelitian ini juga menguji kinerja
auditor internal melalui tiga variabel yaitu
independensi, pengalaman kerja, dan due
professional
care
.
Auditor
harus
mempunyai sikap yang independen, yaitu

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No.1 Tahun 2017)
sikap tidak mudah terpengaruh oleh pihak
lain atau dalam mempertimbangkan fakta
dan dan dalam pengambilan keputusan.
Sehingga dapat meminimalkan kesalahan
atau kecurangan dan dapat menghasilkan
kualitas audit yang baik. Dengan demikian
juga auditor akan memiliki pengalaman
kerja yang cukup. Pengalaman akan
membentuk keahlian seseorang baik
secara teknis maupun secara psikis.
Semakin lama masa kerja dan pengalaman
yang dimiliki auditor maka akan semakin
baik dan meningkat pula kualitas audit yang
dihasilkan (Alim dkk, 2007). Dengan
pengalaman kerja yang bertambah maka
akan membuat auditor memiliki sikap due
professional
care
lebih
baik
lagi.
Penggunaan due professional care dengan
seksama dan cermat akan memberikan
keyakinan yang memadai pada auditor
untuk memberikan opini bahwa laporan
keuangan terbebas dari salah saji material,
baik yang disebabkan oleh kecuranga
ataupun kekeliruan. Kinerja auditor harus
ditingkatkan karena dari kegiatan inilah kita
bisa mengetahui kemungkinan adanya
indikasi yang terjadi dalam suatu entitas.
Perbuatan merugikan daerah digolongkan
sebagai perbuatan korupsi sebagai akibat
penyalahgunaan kewenangan, jabatan,
kedudukan, kesempatan dan sarana yang
ada dalam rangka memperkaya diri sendiri
atau
korporasi.
Biantong
(2016)
menyatakan dalam penelitiannya bahwa
pengalaman kerja, independensi, dan due
professional care berpengaruh secara
simultan terhadap kualitas audit. Biantong
(2016) juga menjelaskan bahwa
jika
auditor memiliki pengalaman kerja yang
cukup serta menerapkan sikap independen
dan due professional care selama
pelaksanaan audit maka kualitas audit yang
dihasilkan akan lebih baik. Begitu pula
sebaliknya, maka kualitas audit yang
dihasilkan akan rendah.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
H4 : Independensi, Pengalaman Kerja, dan
Due Professional Care secara
simultan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kualitas Hasil
Audit

METODE
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kuantitatif,
dimana
pengumpulan data dilakukan melalui
kuesioner
dan
akan
dianalisis
menggunakan bantuan program SPSS.
Berdasarkan sumbernya, penelitian ini
menggunakan dua jenis data yaitu data
primer yang bersumber dari jawaban
responden yang dikumpulkan oleh peneliti
serta data sekunder berupa data atau
informasi yang diperoleh secara tidak
langsung dari objek penelitian mengenai
gambaran umum lokasi penelitian, jumlah
dan nama sekolah.
Populasi dalam penelitian ini seluruh
auditor yang berada di Kantor Inspektorat di
Bali. Teknik pengambilan sampel dalam
Teknik penentuan sampel dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan metode
purposive sampling, kriteria yang telah
ditetapkan yaitu (1) Memiliki pendidikan
minimal
sarjana
(2)
Mempunyai
pengalaman kerja minimal satu tahun,
karena
telah
memiliki
waktu
dan
pengalaman untuk beradaptasi serta
menilai kinerja dan kondisi lingkungan
kerjanya..
Sehingga
sampel
yang
digunakan sebanyak 37 responden.
Data didapat dari hasil pengisian
kuisioner dianalisis secara statistik. Skala
yang
digunakan
dalam
penyusunan
kuesioner penelitian ini adalah skala likert.
Setiap pertanyaan pada kuisioner akan
disediakan lima alternatif jawaban yaitu (5)
sangat setuju, (4) setuju, (3) kurang setuju,
(2) tidak setuju dan (1) sangat tidak setuju.
Butir pernyataan kuesioner untuk Variabel
independensi diukur dengan instrumen
yang dikembangkan oleh Artadharma
(2016). Pengukuran variabel pengalaman
kerja menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Sukriah,dkk (2009).
Pengukuran variabel due professional care
menggunakan
instrumen
yang
dikembangkan oleh Biantong (2016).
Variabel kualitas hasil audit di ukur dengan
instrumen yang di kembangkan oleh
Sukriah, dkk (2009).
Data yang telah terkumpul terlebih
dahulu di uji kualitas data yang dalam
penelitian ini meliputi pengujian validitas
dan pengujian reliabilitas. Sebelum data
dianalisis lebih lanjut dengan analisis linear

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No.1 Tahun 2017)
berganda, terlebih dahulu data akan diuji
asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji
multikolinearitas,dan uji heteroskedastisitas.
Uji hipotesis menggunakan analisis regresi
berganda yang digunakan untuk melihat
pengaruh beberapa variabel independen
terhadap variabel dependen.

Hasil pengujian normalitas data
menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig 0,095
lebih besar dari tingkat alpha atau tingkat
kesalahan yang telah ditetapkan yaitu 0,05
artinya data dalam penelitian ini telah
berdistribusi
normal.
Hasil
uji
multikolonearitas
menunjukkan
nilai
tolerance
dan
VIF
untuk
variable
independensi
adalah 0,627dan 1,594,
variabel pengalaman kerja, memiliki nilai
tolerance dan VIF yaitu 0,593 dan 1,687.
Untuk variabel due professional care
mempunyai nilai tolerance dan VIF masingmasing 0,776dan 1,288. Semua variabel
memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1
dan nilai VIF kurang dari 10 sehingga dapat
disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
Hasil uji heteroskedastisitas diperoleh
nilai
signifikansi
untuk
variabel
independensi sebesar 0,684 variabel
pengalaman kerja 0,112 untuk variabel due
professional care memiliki nilai signifikansi
0,816 Nilai signifikansi untuk masingmasing variabel lebih besar dari alpha 5%
(α > 0,05) sehingga dapat dinyatakan
model regresi terbebas dari masalah
heterokedastisitas.
Pengujian hipotesis yang dilakukan
dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi linear berganda yang dihitung
dengan menggunakan program SPSS versi
20.00, yang disajikan pada tabel 2 berikut
ini

HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Responden penelitian ini adalah
auditor
yang
bekerja
pada kantor
inspektorat provinsi bali, kota denpasar dan
kabupaten buleleng. Jumlah kuesioner
yang disebar dalam penelitian ini adalah
sebanyak 37 buah yang merupakan sampel
pada penelitian ini,kuesioner yang kembali
adalah sebanyak 37 kuesioner sehingga
disini seluruh kuesioner kembali. Syarat
minimum suatu kuesioner dikatan valid
adalah jika korelasi antara butir dengan
skor totalnya positif dan lebih besar dari
Rtabel (Rhitung >0,3246). Hasil dari uji
instrumen validitas diperoleh bahwa nilai
Pearson Correlation untuk setiap butir
pernyataan lebih besar dari 0,3246
sehingga dapat dinyatakan valid. Hasil
dariuji
instrumen
realibilitas
yang
diperolehuntuk
variabel
Independensi
adalah 0,802 untuk Pengalaman Kerja
0,792 untuk variabel Due Professional Care
0,914 serta 0,723 untuk variable Kualitas
Hasil Audit. Karena seluruh variabel
mempunyai nilai Cronbach’s Alpha> 0,70
maka data dinyatakan reliabel.
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linear berganda

Model
1

Standardize
d
Unstandardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
8.400
3.290
.253
.092
.294
.281
.106
.294
.494
.097
.492

(Constant)
X1
X2
X3
a. Dependent Variable: Y
(Sumber: Data diolah, 2017)
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
seberapa besar pengaruh independensi,
pengalaman kerja, dan due professional
care terhadap kualitas hasil audit .
persamaan regresi linear berganda dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = 8,400 + 0,253X1 +0,281X2+ 0,494X3 +ei

t
2.553
2.737
2.655
5.089

Dimana:
Y = Kualitas Hasil Audit
X1 = Independensi
X2 = Pengalaman Kerja
X3 = Due Professional Care
e =Standard error
1. Nilai
konstan
sebesar

Sig.
.015
.010
.012
.000

8,400

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No.1 Tahun 2017)
menyatakan bahwa apabila terjadi
variabel independen independensi
(X1), pengalaman kerja(X2), due
professional care (X3) sama dengan
nol, maka variabel dependen kualitas
hasil audit (Y) adalah sebesar 8,400.
2. Nilai
koefisien
β1 =
0,253X1
menunjukkan bahwa bahwa terdapat
pengaruh positif antara variabel
independensi (X1) terhadap kualitas
hasil audit (Y) sebesar 0,253. Hal ini
berarti apabila variabel independen
independensi (X1) naik sebesar 1
satuan dengan asumsi bahwa
variabel bebas lainnya konstan, maka
variabel kualitas hasil audit (Y) akan
mengalami
peningkatan
sebesar
0,253 satuan.
3. Nilai
koefisien
β2
=
0,281X2menunjukkan bahwa bahwa
terdapat pengaruh positif antara
variabel pengalaman kerja (X2)
terhadap kualitas hasil audit (Y)
sebesar 0,281. Hal ini berarti apabila
variabel independen pengalaman
kerja (X2) naik sebesar 1 satuan
dengan asumsi bahwa variabel bebas
lainnya konstan, maka variabel
kualitas hasil audit (Y) akan
mengalami
peningkatan
sebesar
0,281satuan.
4. Nilai
koefisien
β3 =
0,494X3
menunjukkan bahwa bahwa terdapat
pengaruh positif antara variabel due
professional care (X3) terhadap
kualitas hasil audit (Y) sebesar 0,494
Hal ini berarti apabila variabel
independen due professional care
(X3) naik sebesar 1 satuan dengan
asumsi bahwa variabel bebas lainnya
konstan, maka variabel kualitas hasil
audit
(Y)
akan
mengalami
peningkatan sebesar 0,494 satuan.
Berdasarkan hasil uji t terhadap
Independensi (X1) menunjukkan nilai thitung
lebih besar dari ttabel atau 2,737 >0,3246
dan nilai sig. lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05 atau 0,010< 0,05 dan
memiliki koefisien positif sebesar 0,253.
Angka tersebut menunjukkan nilai yang
signifikan. Dengan demikian H0 ditolak atau
H1 diterima, yang artinya independensi
secara signifikan berpengaruh positif

terhadap kualitas hasil audit. Pengalaman
Kerja (X2) menunjukkan nilai thitung lebih
besar dari ttabel atau 2,655>0,3246 dan nilai
sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05
atau 0,012< 0,05 dan memiliki koefisien
positif sebesar 0,281. Angka tersebut
menunjukkan nilai yang signifikan. Dengan
demikian H0 ditolak atau H2 diterima, yang
artinya pengalaman kerja secara signifikan
berpengaruh positif terhadap kualitas hasil
audit.Berdasarkan hasil uji t terhadap Due
Profesional Care (X3) menunjukkan nilai
thitung lebih besar dari ttabel atau 2,747 >1,697
dan nilai sig. lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05 atau 0,007< 0,05 dan
memiliki koefisien positif sebesar 0,494.
Angka tersebut menunjukkan nilai yang
signifikan. Dengan demikian H0 ditolak atau
H2 diterima, yang artinya due profesional
care secara signifikan berpengaruh positif
terhadap kualitas hasil audit.
Berdasarkan hasil uji F, nilai Fhitung
lebih besar dari nilai Ftabel atau 34,917 >2,88
dan nilai sig. lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05 atau 0,000 < 0,05, maka
H04 ditolak atau Ha4 diterima. Ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan secara simultan independensi,
pengalaman kerja, dan due profesional care
terhadap kualitas hasil audit.
Berdasarkan hasil perhitungan,
didapatkan nilai koefisien determinasi (R2) =
0,739. Hal ini mengandung pengertian
bahwa 73,9% variabel kualitas hasil audit
dapat
dijelaskan
oleh
variabel
independensi, pengalaman kerja, dan due
profesional care, sedangkan sisanya
sebesar 26,1% dipengaruhi oleh faktorfaktor lain yang tidak masuk ke dalam
model penelitian.
PEMBAHASAN
Pengaruh
Independensi
terhadap
Kualitas Hasil Audit
Berdasarkan hasil uji t terhadap
Independensi (X1) menunjukkan nilai thitung
lebih besar dari ttabel atau 2,737 >0,3246
dan nilai sig. lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05 atau 0,010< 0,05 dan
memiliki koefisien positif sebesar 0,253.
Angka tersebut menunjukkan nilai yang
signifikan.Dengan demikian H0 ditolak atau
H1 diterima, yang artinya independensi
secara signifikan berpengaruh positif

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No.1 Tahun 2017)
terhadap kualitas hasil audit. Hal tersebut
berarti membuktikan bahwa independensi
berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.
Dalam hal ini auditor harus mempunyai
sikap yang independen, yaitu sikap tidak
mudah terpengaruh oleh pihak lain atau
dalam mempertimbangkan fakta dan dan
dalam pengambilan keputusan. Sehingga
dapat meminimalkan kesalahan atau
kecurangan dan dapat menghasilkan
kualitas audit yang baik. Jadi semakin tinggi
independensinya seorang auditor maka
kualitas audit yang diberikan akan semakin
baik,
tetapi
jika
semakin
rendah
independensi maka akan semakin tidak
baik kualitas hasil pemeriksaan audit.
Secara umum kedua indikator yang
digunakan untuk mengukur
variabel
independensi sudah tercapai, dimana yang
artinya auditor yang bekerja pada Kantor
Inspektorat sudah menjalankan aspek
aspek independensi dalam melakukan
kegiatan pemeriksaan. Indikator bebas dari
segala kepentingan lebih mendominasi
dibandingkan dengan indikator lainnya
karena dalam kegiatan pemeriksaan auditor
harus bebas dari segala kepentingan
terhadap perusahaan dan laporan yang
dibuatnya. Kebebasan itu mencakup bebas
secara nyata (independen infact), yaitu ia
benar-benar tidak mempunyai kepentingan
ekonomis dalam perusahaan yang dilihat
dari keadaan yang sebenarnya, bebas
secara
penampilan
(independen
in
appearance), yaitu kebebasan yang dituntut
bukan secara fakta, tetapi juga harus bebas
dari
kepentingan
yang
kelihatannya
cenderung dimilikinya dalam perusahaan
tersebut. Harahap (1991).
Penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan Purnamawati, dkk (2016)
dengan judul
Pengaruh Pengetahuan
Audit, Objektivitas dan Independensi
Terhadap Pendeteksian Temuan Kerugian
Daerah (Studi Empiris Pada 3 Kantor
Inspektorat Provinsi Bali). Hasil dari
penelitian
tersebut
salah
satunya
menunjukkan
bahwa
independensi
berpengaruh
signifikan
terhadap
pendeteksian temuan kerugian daerah.
Independen berarti akuntan publik tidak
mudah dipengaruhi. Untuk meningkatkan
independensi, auditor yang mendapat tugas
dari kliennya diusahakan benar-benar

independen, tidak mendapat tekanan dari
klien dan tidak memiliki perasaan sungkan
dengan
kliennya
sehingga
dalam
melaksanakan tugas auditnya benar-benar
objektif dan dapat menghasilkan audit yang
berkualitas.
Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap
Kualitas Hasil Audit
Berdasarkan hasil uji t terhadap
Pengalaman Kerja (X2) menunjukkan nilai
thitung
lebih
besar
dari
ttabel
atau
2,655>0,3246 dan nilai sig. lebih kecil dari
nilai probabilitas 0,05 atau 0,012< 0,05 dan
memiliki koefisien positif sebesar 0,281.
Angka tersebut menunjukkan nilai yang
signifikan. Dengan demikian H0 ditolak atau
H2 diterima, yang artinya pengalaman kerja
secara signifikan berpengaruh positif
terhadap kualitas hasil audit. Pengalaman
kerja dapat memperdalam dan memperluas
kemampuan kerja. Semakin banyak macam
pekerjaan yang dilakukan seseorang,
pengalaman kerjanya akan semakin kaya
dan luas dan memungkinkan peningkatan
kinerja. Jadi, dapat dikatakan bahwa jika
seseorang melakukan pekerjaan yang
sama secara terus menerus, maka akan
menjadi cepat dan lebih baik dalam
menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan dia
telah benar-benar memahami teknik atau
cara menyelesaikannya, serta telah banyak
mengalami berbagai hambatan atau
kesalahan dalam pekerjaan tersebut,
sehingga
dapat
lebih
cermat
menyelesaikannya.
Secara umum kedua indikator yang
digunakan untuk mengukur
variabel
pengalaman kerja sudah tercapai yang
artinya auditor yang bekerja pada Kantor
Inspektorat sudah mempunyai pengalaman
dalam melakukan kegiatan pemeriksaan.
Dimana semakin luas pengalaman seorang
auditor akan mempengaruhi kualitas hasil
audit yang dilakukan pada Kantor
Inspektorat. Indikator lamanya bekerja
sebagai
auditor
lebih
mendominasi
dibandingkan dengan indikator lainnya
karena
pengalaman
adalah
proses
pembentukan
pengetahuan
atau
keterampilan
tentang
metode
suatu
pekerjaan karena keterlibatan karyawan
tersebut
dalam
pelaksanaan
tugas
pekerjaan (Manulang dalam Ismanto,

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No.1 Tahun 2017)
2005). Jika auditor tersebut memiliki
pengalaman kerja sebelumnya, maka akan
memberikan nilai tambah terhadap dirinya.
Indikator yang diukur dalam variabel
pengalaman adalah dari lama auditor
bekerja pada bidang audit. Pengalaman
diukur dari tahun sejak auditor bekerja
dibidang audit menjadi auditor.
Penelitian
ini
sejalan
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Biantong
(2016)
yang
menyatakan
bahwa
pengalaman kerja berpengaruh positif
terhadap kualitas hasil audit. Jika tingkat
pengalaman kerja auditor tinggi, maka
auditor akan dengan mudah melakukan
tugas-tugas auditnya sehingga kualitas
audit
yang
dihasilkan
akan
baik.
Sebaliknya, jika pengalaman kerja yang
dimiliki auditor rendah, maka dalam
melaksanakan tugasnya auditor akan
mendapatkan kesulitan-kesulitan sehigga
kualitas audit yang dihasilkan akan rendah
pula.
Penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Purnamawati, dkk
(2015)
dengan
judul
Pengaruh
Pengalaman, Otonomi, dan Etika profesi
Terhadap Kinerja auditor (Studi Empiris
Pada Kantor Akuntan Publik Di Provinsi
Bali). Hasil dari penelitian tersebut salah
satunya menunjukkan bahwa pengalaman
kerja auditor berpengaruh positif terhadap
kinerja auditor pada KAP di Provinsi Bali.
Jika auditor telah memiliki kinerja yang baik
selama pelaksanaan audit maka kualitas
audit yang dihasilkan akan lebih baik.
Begitu pula sebaliknya, jika auditor tidak
memiliki memiliki kinerja yang baik selama
pelaksanaan audit, maka kualitas audit
yang dihasilkan akan kurang baik.
Pengaruh
Due
Professional
Care
terhadap Kualitas Hasil Audit
Berdasarkan hasil uji t terhadap Due
Profesional Care (X3) menunjukkan nilai
thitung lebih besar dari ttabel atau 2,747 >1,697
dan nilai sig. lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05 atau 0,007< 0,05 dan
memiliki koefisien positif sebesar 0,494.
Angka tersebut menunjukkan nilai yang
signifikan. Dengan demikian H0 ditolak atau
H3 diterima, yang artinya due profesional
care secara signifikan berpengaruh positif
terhadap kualitas hasil audit.

Hal tersebut berarti membuktikan
bahwa due professional care berpengaruh
terhadap kualitas hasil audit. Dalam
pelaksanaan praktik profesi akuntan publik,
memiliki sikap yang cermat dan seksama
serta berpikir kritis sangat penting agar
selama pelaksanaan audit maka kualitas
audit yang dihasilkan akan lebih baik.
Begitu pula sebaliknya, jika auditor tidak
memiliki sikap due professional care dalam
melaksanakan audit, auditor akan percaya
begitu saja terhadap setiap pernyataan
auditee serta kurang teliti sehingga kualitas
auditnya akan rendah.
Secara umum kedua indikator yang
digunakan untuk mengukur variabel due
professional care sudah tercapai, dimana
yang artinya auditor yang bekerja pada
Kantor Inspektorat sudah menjalankan
aspek aspek due professional care dalam
melakukan kegiatan pemeriksaan. Indikator
lainnya karena rendahnya sikap skeptisme
professional yang dimiliki akan mengurangi
kemampuan auditor dalam mendeteksi
kecurangan sehingga auditor tidak mampu
memenuhi tuntutan untuk menghasilkan
laporan yang berkualitas. Padahal jika
auditor mampu mendeteksi adanya temuan
dan keadaan yang sesungguhnya dalam
laporan keuangan klien maka kualitas audit
yang dihasilkan akan semakin baik.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Biantong
(2012) yang menyatakan bahwa due
professional care berpengaruh signifikan
terhadap kualitas hasil audit. Biantong
(2012) juga berpendapat bahwa jika auditor
menerapkan sikap due professional care
selama pelaksanaan audit maka kualitas
audit yang dihasilkan akan lebih baik.
Begitu pula sebaliknya, jika auditor tidak
memiliki sikap due professional care dalam
melaksanakan audit, auditorakan percaya
begitu saja terhadap setiap pernyataan
auditee serta kurang teliti sehingga kualitas
auditnya akan rendah.
Pengaruh Independensi, Pengalaman
Kerja, dan Due Profesional Care
Terhadap Kualitas Hasil Audit.
Hipotesis keempat menyatakan
bahwa independensi, pengalaman kerja,
dan due profesional care secara signifikan
berpengaruh positif terhadap kualitas hasil

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No.1 Tahun 2017)
audit. Hasil pengujian statistik menunjukkan
nilai signifikan pada tingkat signifikansi 0,05
dengan p value 0,000 atau 0,000 < 0,05.
Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan
nilai f hitung 34,917 > f tabel 2,88. Hal ini
menunjukkan
bahwa
independensi,
pengalaman kerja, dan due profesional care
secara signifikan berpengaruh positif
terhadap kualitas hasil audit.
Selain itu ditunjukkan hasil Adjusted
R square sebesar 0,739 yang menunjukkan
bahwa 73,9 persen variabel pendeteksian
temuan kerugian daerah dapat dijelaskan
oleh
variabel
bahwa
independensi,
pengalaman kerja, dan due profesional
care, sedangkan sisanya sebesar 26,1%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
tidak masuk ke dalam model penelitian. Hal
tersebut
berarti
apabila
bahwa
independensi, pengalaman kerja, dan due
profesional care ditingkatkan, kualitas hasil
audit akan semakin meningkat.
Penelitian ini sejalan dengan teori
atribusi
dimana
Atribusi
adalah
memperkirakan apa yang menyebabkan
orang lain itu berperilaku tertentu. Menurut
Myers (1996), kecenderungan memberi
atribusi disebabkan oleh kecenderungan
manusia
untuk
menjelaskan
segala
sesuatu, termasuk apa yang ada dibalik
perilaku orang lain. Perilaku itu disebabkan
olek
faktor
disposisional
(faktor
internal/dalam), misalnya sifat, karakter,
sikap,
dan
lain
sebagainya,
atau
disebabkan oleh keadaan eksternal,
misalnya tekanan situasi atau keadaan
tertentu
yang
memaksa
seseorang
melakukan perbuatan tertentu (Luthans,
2005). Dengan mengetahui sikap pada diri
sesorang maka akan dapat diduga respon
atau perilaku yang akan diambil oleh
seseorang terhadap masalah atau keadaan
yang akan dihadapi. Pada dasarnya
karakteristik personal seorang auditor
merupakan salah satu penentu terhadap
kualitas hasil audit yang akan dilakukan
karena merupakan suatu faktor internal
yang
mendorong
seseorang
untuk
melakukan suatu aktivitas. Karakteristik
personal dapat mempengaruhi auditor
untuk bertindak, jujur, adil, tegas tanpa
dipengaruhi tekanan maupun permintaan
dari pihak tertentu atau kepentingan pribadi.
Yang nantinya akan mempengaruhi auditor

dalam
mengambil
judgment
yang
berkualitas.
Hasil ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Biantong (2012) yaitu
variabel pengalaman kerja, independensi,
dan due professional care secara simultan
berpengaruh terhadap kualitas audit. Ada
tiga poin standar umum pada standar
auditing.
Standar
umum
pertama
mengharuskan auditor memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang memadai.Standar
umum kedua mengharuskan auditor untuk
senantiasa
menjaga
sikap
mental
independen dalam melaksanakan audit dan
melaporkan temuan-temuannya.Sementara
itu, Standar umum ketiga mengharuskan
auditor untuk menerapkan sikap due
professional care dalam pelaksanaan dan
penyusunan laporan audit.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pembahasan
mengenai
pengaruh
independensi, pengalaman kerja, dan due
profesional care terhadap kualitas hasil
audit pada kantor inspektorat di Bali maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hipotesis 1 yang menyatakan
bahwa
independensi
secara
signifikan
berpengaruh
positif
terhadap kualitas hasil audit.
2. Hipotesis 2 yang menyatakan
bahwa pengalaman kerja secara
signifikan
berpengaruh
positif
terhadap kualitas hasil audit.
3. Hipotesis 3 yang menyatakan
bahwa due profesional care secara
signifikan
berpengaruh
positif
terhadap kualitas hasil audit.
4. Hipotesis 4 yang menyatakan
bahwa independensi, pengalaman
kerja, dan due profesional care
secara signifikan berpengaruh positif
terhadap kualitas hasil audit.
Saran
Saran-saran yang dapat diberikan
berkaitan dengan hasil penelitian serta
untukkesempurnaan penelitian selanjutnya
yaitu :
1) Bagi Auditor
1. Auditor yang bekerja pada
inspektorat daerah harus lebih

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No.1 Tahun 2017)
berani untuk selalu memberikan
pendapat terhadap temuan
temuan atau fakta fakta dalam
melakukan pemeriksaan.
2. Auditor
bekerja
pada
inspektorat daerah harus lebih
membekali
diri
dengan
pengalaman dimana semakin
banyak tugas yang didapat
maka
akan
menambah
pengalaman seorang auditor.
Sehingga dengan demikian
kualitas audit yang dihasilkan
akan lebih akurat.
3. Auditor
bekerja
pada
inspektorat daerah disarankan
untuk memiliki keyakinan yang
memadai dalam mengevaluasi
bukti
audit
agar
laporan
keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan
oleh
kekeliruan
maupun
kecurangan.
2) Bagi Peneliti
a. Penelitian
selanjutnya
hendaknya memilih variabel
yang lebih baru dan belum
pernah
digunakan
dalam
penelitian
lainya,
misalnya,
kompleksitas audit, motivasi,
atau tekanan anggaran waktu.
b. Penelitian
selanjutnya
sebaiknya
melibatkan
responden
dari
auditor
independent tidak hanya auditor
pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA
Arens, A. Alvian, Randal J. E. & Mark SB.
2005. Auditing and Assurance Services
And Integrated Approach. Edisi
Keduabelas. Jakarta: Erlangga.
Arianti, Pariardi Komang. 2014. Pengaruh
Integritas,
Obyektivitas,
dan
Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit
di Pemerintah Daerah (Studi Pada
Inspektorat
Kabupaten
Buleleng).
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pendidikan Ganesha.

Artadharma I B Angge, Anantawikrama
Tungga Atmadja, I Gusti Ayu
Purnamawati.
2016.
Pengaruh
Pengetahuan Audit, Objektivitas dan
Independensi Terhadap Pendeteksian
Temuan Kerugian Daerah (Studi
Empiris Pada 3 Kantor Inspektorat
Provinsi
Bali).
Skripsi.
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Pendidikan
Ganesha.
Biantong, Erniyanti. 2016. Pengaruh
Pengalaman Kerja, Independensi, dan
Due
Professional
Care
Auditor
Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris
pada BPK RI Perwakilan Provinsi
Sulawesi Selatan). Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin.Makassar.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan program SPSS,
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Halim, Abdul. 2003. Auditing 1 (DasarDasar Audit Laporan Keuangan).
Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Ikatan Akuntan Publik Indonesia.2011.
SPAP SA 200.Tujuan Keseluruhan
Auditor Independen dan Pelaksanaan
Audit Berdasarkan Standar Audit.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2011. Standar
Profesi Akuntan Publik. Jakarta:
Salemba Empat.
Juliani, Putu Yuni, I Gusti Ayu Purnamawati,
Anantawikrama
Tungga
Atmadja.
2016.Pengaruh Tingkat Pendidikan
Formal, Integritas, Kompetensi Serta
Konservatisme
Terhadap
Kualitas
Audit (Studi Empiris pada 3 Kantor
Inspektorat Di Bali). Skripsi. Fakultas
Ekonomi
Universitas
Pendidikan
Ganesha
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Muliani, Desak Made, Edy Sujana, I Gusti
Ayu Purnamawati. 2015. Pengaruh

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No.1 Tahun 2017)
Pengalaman, Otonomi, Dan Etika
Profesi Terhadap Kinerja Auditor (Studi
Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di
Provinsi
Bali).
Skripsi.
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Pendidikan
Ganesha.
Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. 1998.
Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta:
Salemba Empat.
Pancawati, Rachmawati. 2009. Pengaruh
Due Professional Care, Etika, dan
Tenur Terhadap Kualitas Audit. Skripsi.
FE Unisbank Semarang.
Sari,

Eka
Novia.
2015.
Pengaruh
Kompetensi, Independensi dan Due
Professional CareTerhadap Kualitas
Audit (Studi Empiris Pada Kantor
Akuntan Publik di Dki Jakarta Dan
Tangerang. Skripsi. Jurusan Akuntansi
Fakultas
Ekonomi
Dan
Bisnis
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Sawyer, B, Lawrence.Et.Al (2006).Internal
Auditing.Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat.2006.
Singgih, Elisha M dan Bawono, Icuk R.
2010.
Pengaruh
Independensi,
Pengalaman, Due Professional Care
dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas
Audit (Studi pada Auditor di KAP “Big
Four”
di
Indonesia).
Makalah
disampaikan
dalam
simposium
Nasional
Akuntansi.
Universitas
Jendral Soedirman Purwokerto. 13-15
Oktober 2010

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta
Sukriah, dkk.2009. Pengaruh Pengalaman
Kerja,
Independensi,
Obyektifitas,
Integritas dan Kompetensi terhadap
Kualitas Hasil Pemeriksaan. Makalah
disampaikan
dalam
simposium
Nasional Akuntansi 12. Palembang. 46 November 2009