Zakat bank sebagai badan hukum KONSEP DA

MAKALAH
ZAKAT PERBANKAN SEBAGAI BADAN HUKUM
(Konsep Dasar Badan Hukum)
Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Fiqih Kontemporer Perbankan
Dosen Pengampu: Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.

Disusun oleh:
Elga Andriana Muhamadin

141261610

KELAS A
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
JURAI SIWO METRO
2017

KATA PENGANTAR


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Kami bersyukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ZAKAT PERBANKAN
SEBAGAI BADAN HUKUM (konsep dasar badan hukum).
Terimakasih kepada kedua orang tua dan keluarga kami yang selalu
memberikan dukungan dan do’a restu kepada kami. Serta kepada teman-teman
kami yang selalu memberikan motivasi.
Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap hal ini dapat membantu
menambah pemahaman kita tentang zakat badan hukum. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
penulis dan pembaca.

Metro, 8 Maret 2017

Penulis


ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Definisi Badan Hukum ..................................................................... 3

B. Jenis-jenis Badan Hukum ................................................................. 5
C. Syarat-syarat Badan Hukum ............................................................. 6
D. Badan hukum sebagai subjek hukum ................................................ 7
E. Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Badan Hukum ....................... 8

BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15

iii

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi badan hukum
Badan

hukum

adalah


merupakan

terjemahan

dari

suatu

istilah

hukumBelanda rechtspersoon, atau persona moralis (Latin), atau legal
persons(Inggris).

Persona

adalah

terjemahan


dari

bahasa

Yunani

prosopon.Istilahprosopon digunakan oleh Epictetus dan kaum Stoa yang

mengacu padamanusia individual dalam kapasitasnya menjalankan peran
khusus dalammemaknai kehidupan sebagaimana ditentukan oleh akal
universal.Daripenggunaan kaum Stoa tersebut, istilah persona atau pribadi
masuk dalamhukum Romawi sebagai persona ficta untuk menunjukan pelaku
kewajibandan pemegang hak secara hukum. Berdasarkan latar belakang
tersebut,munculah istilah-istilah seperti artificial person, juridical person,
juristicperson dan body corporate yang diakui memiliki nama dan hak-hak

dankewajiban,perlindungan, dan penghargaan layaknya manusia.1
Para akhli hukum (de heersende leer) di Indonesia memberikanbeberapa
definisi tentang badan hukum sebagai berikut :2
1. R. Subekti

Badan Hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau perkumpulan
yangdapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang
manusia,serta memiliki kekayaan sendiri, dapat di gugat atau menggugat
di depanhakim.
2. Rochmat Soemitro
Badanhukum (rechtspersoon) ialah suatu badan yang dapat mempunyai
harta, hakserta kewajiban seperti orang pribadi.
3. Sri Soedewi MaschunSofwan
Manusia adalah badan pribadi (manusia tunggal).Selain manusia,dapat
juga oleh hukum diberikan kedudukan sebagai badan pribadikepadawujud
Johnny Ibrahim, “Eksistensi Badan Hukum di Indonesia Sebagai Wadah dalam
Menunjang Kehidupan Manusia”, Law Review Volume XI No. 1 - Juli 2011, h.7.
2
Chidir Ali, “Badan Hukum”, (Bandung: Alumni, 1999), h.19-20.
1

3

lain, disebut badan hukum yaitu perkumpulan dari orang-orangbersamasama


mendirikan

suatu

badan

(perhimpunan)

dan

kumpulan

hartakekayaan, yang disisihkan untuk tujuan tertentu (Yayasan) keduaduanyamerupakan badan hukum.
Istilah badan hukum (syakhshiah i’tibariyah hukmiyah) tidak disebutkan
secara khusus dalam pandangan fiqh.badan hukum sebagai subjek hukum
karena terdiri ndari kumpulan orang-orang yang melakukan perbuatan hukum
(tasharruf). Badan hukum merupakan analogi dari keberadaan manusia
dakam subjek hukum. Ketentuan menjadikan badan hukum sebagai subjek
hukum tidak boleh bertentangan dengan rinsip-prinsip akad yang terdapat
dalam Al-Qur’an dan sunnah.3

Sebuah badan hukum sebagai subyek hukum adalah setidaktidaknyamemiliki
beberapa unsur pokok :
1. Perkumpulan orang (organisasi)
2. Dapat melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling), dalamhubunganhubungan hukum (rechtsbetrekking)
3. Mempunyai harta kekayaan sendiri
4. Mempunyai pengurus
5. Mempunyai hak dan kewajiban
6. Dapat di gugat atau menggugat di depan Pengadilan.
Badan hukum adalah suatu perkumpulan orang-orang yang melakukan
kerja sama dan atas dasar ini merupakan suatu kesatuan yang telah memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan oleh hukum. Badan hukum merupakan
pendukung hak yang tidak berjiwa (bukan manusia) dan merupakan gejala
sosial yaitu suatu gejala riil, sesuatu yang dapat dicatatdalam pergaulan
hukum, biarpun tidak berwujud manusia atau benda yang dibuat dari
besi,batu dan sebagainhya, tetapi yang terpenting bagi pergaulan hukum
adalah karena badan hukum itu mempunyai kekayaan yang sama sekali
terpisah dari kekayaan.
Imam Mustofa, “ijtihad Kontemporer Menuju Fiqh Kontekstual (jawaban Hukum Islam
atas Berbagai problem Kontekstual Umat)”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 39.
3


4

Badan hukum dapat terjadi karena undang-undang menyatakan dengan
tegas sebagaimana halnya pasal 1 angka 1 UUPT, tetapi dapat diakui jadi
badan hukum karena ada ciri-ciri tertentu.4

B. Jenis-jenis Badan Hukum
Ada beberapa jenis dan bentuk badan hukum yaitu5:
1. Badan Hukum Publik
Yaitu dibagi menjadi 3 diantaranya:
a. Badan Hukum Publik yang otonom
Adalah intuisi yang memiliki hak dan kewajiban konstitusi serta
memiliki otoritas pengawasan dan regulasi secara penuh.
b. Badan hukum publik semiotonom
Instuisi

independen

yang


mempunyai

hak

dan

kewajiban

konstitusional untuk menyelenggarakan progran-program negara.
c. Badan hukum wali amanat
Badan independen yang dipercaya UU untuk menyelenggarakan
sistem jaminan sosial dan kelola dana amanah milik peserta.
2. Badan hukum privat
Yaitu dibagi menjadi 4 diantaranya:
a. Perseroan terbatas
Badan usaha yang dibentuk dengan kumpulan modal baik milik
pemerintah maupun orang per orang
b. Koperasi
Kumpulan anggota yang dibentuk untuk usaha bersama yang dibiayai

dari iuran anggota.
c. Yayasan
Kumpulan orang perorang yang dibentuk untuk misi sosial dan
kemanusiaan.
Herlin Budiono, “Arah Pengaturan Pandangan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas dalam Menghadapi Era Global”, volume 1 nomor 2 – agustus 2012,
h.189.
5
Imam mustofa, ijtihad Kontemporer ., h. 40-41.
4

5

d. Perorangan
Seseorang yang menawarkan jasa karena kompetensinya.

C. Syarat-syarat Badan Hukum
Untuk keikut sertaannya dalam pergaulan hukum maka suatu badan
hukum harus mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh badan
hukum, yaitu6:
1. Memiliki kekayaan yang terpisah dari anggota-anggotanya.
2. Hak dan kewajiban badan hukum terpisah darihak dan kewajiban para
anggota-anggotanya.
Berangkat dari pemaparan di atas, maka zakat badan hukum dapat
didefinisikansebagi zakat harta yang wajib dikeluarkan oleh badan hukum
atau lembagayang dimiliki oleh muslim untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanyaatau mustahiq sesuai dengan syariat Islam dan hukum serta
regulasiyang berlaku di suatu negara. Pada penelitian ini, badan hukum yang
dimaksudadalah

badan

hukum

yang

profitable,

bertujuan

untuk

mengembangkan hartadan mencari laba atau keuntungan, yaitu lembaga
keuangan Syariah, sepertiBaitul Mâl wa Tamwîl (BMT),koperasi syariah dan
bank syariah.
Menurut Riduan Syahrani7 ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh
suatu badan hukum /perkumpulan/badan usaha agar dapat dikatakan sebagai
badan hukum (rechtpersoon). Menurut doktrin syarat-syarat itu adalah
sebagai berikut:
1. Adanya kekayaan yang terpisah.
2. Mempunyai tujuan tertentu.
3. Mempunyai kepentingan sendiri.
4. Ada organisasi yang teratur.

6

Ibid., h.42.
Riduan Syahrani, “ Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, (Bandung:
Alumni,1985), h.61.
7

6

D. Badan Hukum Sebagai Subjek Hukum
Pengertian subjek hukum berarti perbuatan manusia yang dituntut oleh
Allahberdasarkan ketentuan hukum syara.Perbuatan yang dibebani hukum
dalamushul fiqh dikenal dengan istilah mukalaf.Subjek hukum terdiri dari
duamacam yaitu manusia sebagai subjek hukum dan badan hukum, dalam
rukunakad,

kedua

subjek

hukum

tersebut

berkedudukan

sebagai

aqidain.Namunagar aqidain dapat mengadakan bisnis secara sah, maka harus

memenuhi syaratkecakapan (ahliyah) dan kewenangan (wilayah) bertindak di
hadapan hukum.8
Menurut

teori

tradisional,

subyek

hukum

adalah

orang

yang

merupakansubyek dari suatu kewajiban hukum atau suatu hak. Jika ”hak”
(Berechtigung)dipahami bukan semata sebagai hak refleks, melainkan

wewenang hukum untukmendesak (melalui gugatan hukum) dipenuhinya
gugatan hukum, yakniwewenang hukum untuk berpartisipasi dalam
penciptaan keputusan pengadilanyang membentuk sebuah norma individual
yang

memerintahkan

eksekusisanksi

sebagai

reaksi

terhadap

tidak

dipatuhinyasuatu kewajiban; dan jikaseseorang mempertimbangkan bahwa
subyek dari wewenang hukum untukmenciptakan atau menerapkan norma
hukum sama sekali tidak selalu disebutsebagai hukum, maka akan lebih
mudah untuk membatasi konsep ”subyek hukum”pada subyek kewajiban
hukum dan untuk membedakan antara konsep”subyek kewajiban hukum”dari
konsep” subyek wewenang hukum”.
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal 1 ayat (2) menyebutkan
bahwa:“Subyek hukum adalah orang perseorangan, persekutuan, atau badan
usaha yang berbadanhukum atau tidak berbadan hukum yang memiliki

kecakapan hukum untuk mendukunghak dan kewajiban.”
Secara garis besar, ada dua macam subyek hukum, pertama, Natuurlijk
person,adalah mens person yang disebut orang atau manusia.Kedua, recht
person,adalah yang berbentuk badan hukum yang dapat dibagi dalam:(1)
Imam Mustofa, “Zakat Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Badan Hukum”, Millah Vol.
XIV, No. 1, Agustus 2014, h.180.
8

7

PubliekRecht-person, yang sifatnya ada unsur kepentingan umum, seperti
negara; (2)Privat Recht-person/ Badan hukum privat, yang mempunyai
sifat/adanya usnurkepentingan individual.
E. Lembaga Keuangan Syariah sebagai Badan Hukum
1. Definisi lembaga keuangan
Lembaga keuangan (financial Institution) adalah suatu perusahaan
yangusahanya bergerak dibidang jasa keuangan. Artinya kegiatan yang
dilakukanoleh lembaga ini akan selalu berkaitan dengan bidang keuangan,
apakahpenghimpunan dana, menyalurkan dan/jasa-jasa keuangan lainnya.
Dalamdunia bisnis,lembaga keuangan memiliki fungsi sangat penting,
terutama sebagailembaga intermediasi (financial intermediary) diantara
para pemilik modaldengan pihak lain yang membutuhkannya. Hubungan
antara semua pihakyang terkait dengan lembagakeuangan, harus dibentuk
atas dasar kontrakperjanjianatau perikatan.9
Bank memberikan kepercayaan kepada masyarakat, sehingga
disebut bank sebagai lembaga kepercayaan, yaitu nasabah memiliki
hubungan kepercayaan (fiduciary relationship) dengan bank dalam hal
pengelolaan uang nasabah.Nasabah percaya bahwa bank dapat mengelola
uangnya dengan baik dan mampu menghadirkan uang yang disimpan
tersebut

apabila

sewaktu-waktu

nasabah

menarik

uangnya.

Jika

kepercayaan tersebut terganggu, dapat terjadi fenomena run and panic
bank10yang pada akhirnya dapat menyeret seluruh sistem perbankan ke

dalam kondisi financial crisis.11
Bank sebagai lembaga kepercayaan, tentunya tidak sembarangan
dalam menghadirkan jasanya.Bank perlu penopang keamanan yang kuat,
dan hal tersebut dapat ditemukan dalam bentuk badan hukum.Mengapa
9

Ibid.,h.182.
Run and panic bank merupakan dampak ketika para nasabah menarik deposit atau
simpanan mereka secara bersamaan karena mereka percaya bahwa bank tertentu sudah tidak sehat
(Runs) dan ketika keadaan Runs ini dialami oleh banyak bank maka akan terjadi Panic bank.
11
M. Alif Akbar Prabankara, “Orientasi Dasar Bank Umum Sebagai Badan Hukum”,
BUSINESS LAW REVIEW: VOLUME ONE , h. 48.
10

8

badan hukum?Karena dengan bentuk badan hukum, bank memiliki
kepastian hukum yang salah satunya adalah jaminan perlindungan hukum
oleh negara, dalam hal ini melindungi aset-aset perseroan dari pemilik
perseroan sebagai kreditor.Selain itu, dengan berbentuk badan hukum,
bank mampu bertindak selayaknya subyek hukum, sehingga tidak ada
keterbatasan dalam hal bank melakukan kegiatan usahanya.Dengan status
badan hukum dapat memperkuat posisi tawar menawar perseroan ketika
berhadapan dengan pihak luar.12
2. Fungsi Lembaga Keuangan13
a. Ditinjau dari sisi jasa penyedia keuangan, terdiri dari:
1) Fungsi tabungan, menyediakan instrument tabungan bagi masyarakat
yang mempunyai kelebihan dana setelah memenuhi kebutuhan
dasarnya.
2) Fungsi

penyimpan

kekayaan,

instrument

keuangan

yang

diperjualbelikan dalam pasar uang dan pasar modal yaitu dengan
cara menahan nilai asset yang dimiliki disamping menerima
pendapatan dalam jumlah tertentu, contoh obligasi, saham dan lainlain.
3) Fungsi transmutasi kekayaan dimana lembaga keuangan memilki
asset dalam bentuk janji memberikan imbalan kepada pemilik dana.
Contohnya deposito.
4) Fungsi likuiditas, berkaitan dengan kemampuan memperoleh uang
tunai pada saat dibutuhkan.
5) Fungsi pembiayaan/kredit, menyediakan kredit untuk membiayai
kebutuhan konsumsi maupun investasi dalam ekonomi. Contoh
kredit mobil.

Ridwan Khairandy, “Hukum Perseroan Terbatas”, (Yogyakarta: FH UII Press, 2014) ,

12

h. 13.

Shinta Dewianty, “Sistem Lembaga Keuangan Syariah”, Economic: Jurnal Ekonomi
dan Hukum Islam, Vol. 2, No. 1,2012, h. 50.
13

9

6) Fungsi pembayaran, menyediakan mekanisme pembayaran atas
transaksi barang atau jasa, contoh cek, dan giro.
7) Fungsi diversifikasi resiko, menyediakan proteksi terhadap jiwa,
kesehatan dan lain-lain.
8) Fungsi manajemen portofolio, menyediakan jasa keuangan yang
dapat memberikan kenyamanan, proteksi terhadap kecurangan,
kualitas pilihan investasi, biaya transaksi yang rendah, dan pajak
pendapatan.
9) Fungsi kebijakan, pasar uang menjadi instrument pokok yang dapat
digunakan oleh pemerintah untuk melakukan kebijakan guna
menstabilkan ekonomi dan mempengaruhi inflasi melalui kebijakan
moneter.
b. Ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem
perbankan berfungsi sebagai bagian dari unit-unit yang diberi kuasa
dalam mengeluarkan uang giral dan deposito.
c. Ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem moneter
berfungsi menciptakan uang yaitu menjaga stabilitas dari mata uang
sehingga pertumbuhan ekonomi dapat tercapai.
d. Ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem financial
berfungsi sebagai bagian dari jaringan yang terintegrasi dari seluruh
lembaga keuangan yang ada dalam sistem ekonomi.
3. Prinsip operasional lembaga keuangan shari’ah: 14
a. Bebas dari maghrib

1) Maysir (spekulasi), secara bahasa maknanya judi, secara umum
mengundi nasib dan setiap kegiatan yang sifatnya untunguntungan. Perjudian merupakan bentuk investasi yang tidak
produktif karena tidak terkait dengan sector riil dan tidak

14

Andri Soemitra, “Bank Dan Lembaga Keuangan Shari’ah”, (Jakarta: Kencana, 2010), h.

36-40.

10

memberikan dampak peningkatan penawaran agregat barang dan
jasa.
2) Gharar ,

secara

bahasa

berarti

menipu,

memperdaya,

ketidakpastian. Gharar berarti menjalankan suatu usaha secara buta
tanpa memiliki pengetahuan yang cukup atau suatu transaksi yang
resikonya berlebihan tanpa mengetahui dengan pasti akibat dari
resiko tersebut tanpa memikirkan konsekuensinya.
3) Haram, penegasan terhadap larangan. Larangan bisa saja berasal
dari Tuhan maupun dari akal. Dalam aktifitas ekonomi diharapkan
semua umat muslim menjauhi dari transaksi yang diharamkan.
4) Riba , secara bahasa tumbuh, berkembang. Riba adalah pendapatan
penambahan secara tidak sah baik secara kualitas, kuantitas, waktu
penyerahan dan lain-lain. Secara ekonomi riba dilarang karena
membuat arus investasi pada sector produktif terhambat.
5) Batil secara bahasa batal atau tidak sah, secara ekonomi pelarangan
batil akan semakin mendorong berkurangnya moral hazard dalam
berekonomi.
b. Menjalankan bisnis dan aktifitas perdagangan

yang berbasis

memperoleh keuntungan yang sah menurut syari’ah.
c. Menyalurkan zakat, infak dan shadaqah.

4. Bentuk-bentuk Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga keuangan syariah mempunyai berbagai bentuk, yaitu: 15
a. Bank syariah

Menurut (pasal 1 angka 2) Undang-undang perbankan syariah
No.21tahun 2008, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang
menghimpundana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannyakepada masyarakat dalam bentuk kredit/bentuk
lainnya dalam rangkameningkatkan tarif hidup rakyat. Sedangkan
Imam Mustofa, “Zakat Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Badan Hukum”, Millah
Vol. XIV, No. 1, Agustus 2014, h.182-184.
15

11

bank yang menjalankankegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah
disebut bank syariah (pasal 1 angka 7). Prinsip syariah adalah prinsip
hukum islam dalam kegiatanperbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan

oleh

lembaga

yangmemiliki

kewenangan

dalam

menetapkan fatwa dibidang syariah (pasal 1angka 12).16
b. Asuransi Syariah (takaful)

Menurut fatwa tentang pedoman umum asurasi syariah No.
21/DSNMUI/X/2001,

pengertian

Asuransi

Syariah

(ta’min,takful,tadhamun)adalah usaha saling melindungi dan tolongmenolong diantara sejumlahorang/pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan tabarru’ yangmemberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melaluiakad(perikatan) yang sesuai
dengan syariah.17
c. Pasar modal syariah

Menurut Undang-Undang pasar modal No.8 Tahun 1995,
pengertianpasar modal ialah ”kegiatan yang berkaitan dengan
penawaran umumdan perdagangan efek yang diterbitkannya,serta
lembaga dan profesi yangberkaitan dengan efek” (pasal 1 angka 13).
Pasar modal adalah tempatbertemunya antara penjual dan pembeli
untuk

melakukan

transaksi

dalamrangka

mendapatkan

modal.Lembaga pasar modal yang menjalankankegiatan usaha
berdasarkan prinsip-prinsip syariah dapat disebut sebagaipasar modal
syariah.18
d. Pegadaian Syariah

Dalam fiqh muamalah, perjanjian gadai disebut rahn. Istilah rahn
secara bahasa berarti ”menahan”. Maksudnya adalah menahan sesuatu
untukdijadikan jaminan utang.19 Sedangkan gadai menurut hukum
syara’ adalah:
16

Ibid.,h.183.
Ibid.
18
Ibid.
19
Ibid., h. 184.

17

12

Menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai harta dalam

pandangansyara’ sebagai jaminan utang, yang memungkinkan
untuk mengambil seluruhatau sebagian utang dari barang
tersebut.
e. Lembaga pembiayaan

Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatanpembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal dengantidak menarik dana atau barang modal dengan tidak
menarik barang secaralangsung dari masyarakat. Menurut peraturan
menteri keuangan No.84/PMK.012/2006, badan usaha diluar bank dan
lembaga

keuangan

bukanbank

yang khusus

didirikan

untuk

melakukan kegiatan yang termasuklembaga pembiayaan disebut
perusahaan pembiayaan.20
f.

Dana pensiun
Dana pensiun adalah sekumpulan aset yang dikelola dan
dijalankanoleh suatu lembaga untuk menghasilkan manfaat pensiun,
yaitu suatupembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta
dengan caraditetapkan

dalam ketentuan

yang menjadi

dasar

penyelenggaraan programpensiun .pembayaran tersebut dikaitkan
dengan pencapaian usia tertentu.Menurut undang-undang No. 11
tahun 1992, pengertian dana pensiunadalah badan hukum yang
menjanjikan manfaat pensiun.21

20

Ibid., h. 185
Ibid.

21

13

BAB III
KESIMPULAN

Badan hukum adalah suatu perkumpulan orang-orang yang melakukan
kerja sama dan atas dasar ini merupakan suatu kesatuan yang telah memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan oleh hukum. Badan hukum dapat terjadi karena
undang-undang menyatakan dengan tegas sebagaimana halnya pasal 1 angka 1
UUPT, tetapi dapat diakui jadi badan hukum karena ada ciri-ciri tertentu. Jenis
badan hukum dibagi menjadi 2 yaitu badan hukum publik dan privat.
Lembaga keuangan (financial Institution) adalah suatu perusahaan
yangusahanya bergerak dibidang jasa keuangan. Artinya kegiatan yang
dilakukanoleh lembaga ini akan selalu berkaitan dengan bidang keuangan,
apakahpenghimpunan dana, menyalurkan dan/jasa-jasa keuangan lainnya.
Dalamdunia bisnis,lembaga keuangan memiliki fungsi sangat penting, terutama
sebagailembaga intermediasi (financial intermediary) diantara para pemilik
modaldengan pihak lain yang membutuhkannya. Hubungan antara semua
pihakyang terkait dengan lembagakeuangan, harus dibentuk atas dasar
kontrakperjanjianatau perikatan

14

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim,Johnny. “Eksistensi Badan Hukum di Indonesia Sebagai Wadah dalam
Menunjang Kehidupan Manusia”, Law Review Volume XI No. 1 - Juli
2011.
Ali, Chidir. “Badan Hukum”. Bandung:Alumni, 1999.
Mustofa,Imam. “ijtihad Kontemporer Menuju Fiqh Kontekstual (jawaban Hukum
Islam atas Berbagai problem Kontekstual Umat)”.Jakarta: Rajawali Pers,
2013.
Budiono,Herlin.“Arah Pengaturan Pandangan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Menghadapi Era Global”.
volume 1 nomor 2 – agustus 2012.

Syahrani, Riduan. “Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata”.Bandung:
Alumni,1985.
Mustofa, Imam. “Zakat Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Badan Hukum”.
Millah Vol. XIV, No. 1 Agustus 2014.

Akbar Prabankara,M. Alif.“Orientasi Dasar Bank Umum Sebagai Badan
Hukum”.BUSINESS LAW REVIEW: VOLUME ONE .
Dewianty,Shinta. “Sistem Lembaga Keuangan Syariah”.Economic: Jurnal
Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 2, No. 1, 2012.

Khairandy,Ridwan. “Hukum Perseroan Terbatas”. Yogyakarta: FH UII Press,
2014
Soemitra,Andri.“Bank Dan Lembaga Keuangan Shari’ah”.Jakarta: Kencana,
2010

15