Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Dan Air Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) Pada Berbagai Tingkat Petikan Daun Dengan Metode DPPH

TINJAUAN PUSTAKA

Antioksidan
Antioksidan merupakan suatu zat yang mampu menetralisir atau meredam
dampak negatif dari adanya radikal bebas.Radikal bebas sendiri merupakan suatu
molekul yang mempunyai kumpulan elektron yang tidak berpasangan pada suatu
lingkaran luarnya.Manfaat dari antioksidan untuk menangkal radikal bebas ini
yang menjadikan antioksidan sangat banyak diteliti oleh para peneliti. Berbagai
hasil penelitian, antioksidan dilaporkan dapat memperlambat proses yang dapat
diakibatkan oleh radikal bebas seperti adanya tokoferol, askorbat, flavonoid, dan
adanya likopen (Andriani, 2007).
Terdapat banyak bahan pangan yang dapat dijadikan sumber antioksidan
yang alami misalnya yaitu rempah-rempah, teh, coklat, dedaunan, biji-biji
serealia, sayuran, sumber bahan pangan yang kaya akan enzim dan protein.
Tumbuhan pada umumya merupakan sumber senyawa antioksidan alami yang
berupa senyawa fenolik yang terletak pada hampir seluruh bagian tumbuhan yaitu
pada kayu, biji, daun, buah, akar, bunga ataupun serbuk sari (Sarastani, dkk.,
2002).
Antioksidan mengandung senyawa fenolik atau polifenolik yang
merupakan golongan flavonoid. Senyawa flavonoid sebagai antioksidan pada
masa sekarang ini sangat banyak diteliti, karena senyawa flavonoid yang terdapat

pada antioksidan memiliki kemampuan untuk merubah atau mereduksi resiko
yang dapat ditimbulkan oleh radikal bebas dan juga dapat dimanfaatkan sebagai
anti-radikal bebas (Munisa, dkk., 2012).

Universitas Sumatera Utara

Radikal bebas dan spesies oksigen reaktif (ROS) merupakan kondisi
patologik dari penyakit tertentu seperti terjadinya inflamasi, gangguan metabolik,
penuaan sel, aterosklerosis, dan karsinogen. Inflamasi adalah proses yang
diperantarai sintesis prostaglandin dengan katalis sikooksigenase. Pada proses ini
dihasilkan zat antara berupa radikal bebas (Lautan, 1997). Radikal bebas dan
spesies oksigen reaktif (ROS) merupakan radikal hidroksil (*OH), radikal anion
superoksida (O 2 *-), hidrogen peroksida (H 2 O 2 ), dan singlet oksigen (1O 2 ). Radikal
bebas dan ROS menyebabkan kerusakan pada komponen biologi seperti protein,
DNA, dan lipid. Kerusakan makromolekul bisa menimbulkan katarak, kanker, dan
penyakit pembuluh darah (Langsethm, 1995 dalam Suryanto dan Wehantouw,
2009).
Radikal bebas adalah senyawa oksigen yang reaktif dan tidak memiliki
elektron yang tidak berpasangan. Jika tubuh memiliki kadar radikal bebas yang
tinggi memicu munculnya berbagai macam penyakit degeneratif. Adanya

antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari radikal bebas dan dapat
mengurangi atau meredam dampak negatif dari radikal bebas tersebut, antioksidan
menjadi suatu komponen yang sangat penting.Antioksidan sendiri merupakan
suatu molekul yang sangat reaktif yang dapat menghambat adanya reaksi oksidasi
pada tubuh dengan mengikat radikal bebas (Winarsi, 2007).
Komponen antioksidan dapat dihasilkan tanaman berupa senyawa
fenolik(flavonoid, asam, fenolik, tannin, dan lignan). Komponen fenolik terbukti
mampu menangkal radikal bebas.Senyawa flavonoid telah teridentifikasi dalam
daun bangun-bangun. Struktur kimia flavonoid memiliki inti flavon terdiri dari 15

Universitas Sumatera Utara

atom C dengan 3 cincinC6-C3-C6 yang disebut dengan A,B,C. Adapun struktur
kimia dari flavonoid dapat kita lihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Flavonoid

Terdapat tujuh jenis senyawa flavonoid, yaitu flavon, isoflavon, flavonol,
flavonon, antosianin, katekin, dan khalkon.Isoflavon diklasifikasikan sebagai
fitoestrogen.Diduga struktur kimia isoflavon mirip dengan hormon estrogen dan

obat osteoporosis sintetisipriflavon.Estrogen dan ipriflavon dapat melindungi
densitas mineral tulang pada wanita pasca

menopause.Isoflavon dapat

menghambat kerusakan dan sekaligus menstimulasi pembentukan tulang
(Astawan, 2009).

Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour)
Daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) adalah bahan pangan
nabati yang menjadi salah satu sumber bahan obat alami yang dimiliki Indonesia.
Daun ini sudah secara turun temurun dimanfaatkan oleh ibu-ibu Sumatera Utara
yang disajikan sebagai menu dari sayuran sehari-hari dan biasanya lebih sering
disajikan untuk ibu-ibu yang baru melahirkan yang bertujuan untuk meningkatkan
volume air susu ibu (ASI), berat badan bayi, dan meningkatkan komposisi zat besi
(Santosa, 2002).
Tanaman daun bangun-bangun adalah tanaman yang menyerupai semak
dan tanaman tersebut tumbuh liar di daerah tropis.Daun ini memiliki aroma yang

Universitas Sumatera Utara


khas sehingga dikenal sebagai tanaman aromatik. Daun bangun-bangun memiliki
karakteristik yaitu bertulang lunak, beruas-ruas, melingkar dengan memiiki
diameter 15 mm, serta bagian tengah dan ujungnya sekitar 10 mm, jika daun ini
masih segar bentuknya tebal, warna daun hijau tua, kedua sisi permukaan daun
licin, memiliki batang berbentuk bulat dan sedikit rambut. Tanaman bangunbangun jarang berbunga (Gembong, 2004).Adapun gambar daun bangun-bangun
dapat kita lihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Daun bangun-bangun
Adapun klasifikasi tanaman daun bangun-bangun yaitu :
1.

Divisio : Magnoliophyta

2.

Kelas

: Magnoliopsida


3.

Ordo

: Lamiales

4.

Family : Lamiaceae

5.

Genus

6.

Spesies : Coleus amboinicus Lour

: Coleus


(Sumber : Anomim).
Tanaman daun bangun-bangun hampir dikenal di seluruh Indonesia,
walaupun tanaman ini kebanyakan dikonsumsi oleh ibu-ibu di Sumatera

Universitas Sumatera Utara

Utara.Tanaman ini dikenal dengan berbagai nama yang berbeda, di Jawa Tengah
tanaman ini disebut dengan daun cumin, di daerah Jawa Barat dikenal dengan
nama daun ajeran, di daerah Madura dikenal dengan nama daun iwak, dan di
Sumatera Utara dikenal dengan nama daun bangun-bangun. Tanaman bangunbangun juga dapat ditemukan di negara India, Ceylon, dan Afrika Selatan.
Tanaman ini memiliki bunga yang tajam serta mengandung minyak atsiri
sehingga disebut juga dengan Coleus aromatic (Agus, 2009).
Belum banyak diketahui kandungan kimia yang terdapat pada daun
bangun-bangun, tetapi telah banyak diteliti bahwa daun bangun-bangun ini
mengandung minyak atsiri yaitu pada daun segar 0,043% dan pada daun kering
0,2%. Kandungan minyak atsiri yang terdapat pada daun bangun-bangun memiliki
antiseptika

yang


bermanfaat

untuk

melawan

adanya

resiko

infeksi

cacing.Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam daun bangun-bangun juga
memiliki potensi terhadap bermacam aktivitas biologi yaitu adanya antioksidan,
mencegah kanker, anti tumor, dan anti hipotensif (anti darah rendah)
(Agus, 2009).
Pada pengujian analisis fitokimia daun bangun-bangun menunjukkan
bahwa senyawa utama yang terdapat dalam daun bangun-bangun yaitu polifenol,
saponin, glikosida flavonol dan minyak atsiri (Santoso dan Hertiani, 2005).Pada
Phytochemical database yang dinyatakan oleh Duke (2000) yang terdapat dalam

Agus (2009) menyatakan bahwa daun bangun-bangun juga memiliki kandungan
vitamin C, vitamin B1, vitamin B12, betakaroten, niasin, kalsium, asam lemak,
asam oksalat, dan serat.

Universitas Sumatera Utara

Daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) memiliki banyak manfaat
yaitu dapat digunakan sebagai obat batuk, obat sariawan, dan antiseptik. Daun ini
juga bermanfaat untuk obat perut kembung, diare dan kolera terutama pada anakanak, kejang-kejang, epilepsi, batu ginjal, sakit gigi, demam malaria,
menyembuhkan luka bakar, dan keracunan tempe bongkrek. Hasil perasan dari
daun ini juga dapat meringankan rasa sakit kepala dan iritasi yang diakibatkan
oleh serangga seperti kelabang (Agus, 2009).
Mengkonsumsi daun bangun-bangun juga memiliki manfaat untuk
meningkatkan volume ASI pada ibu yang sedang menyusui dan dapat
meningkatkan kandungan mineral yang terdapat dalam ASI seperti besi, kalium,
seng dan magnesium, dan konsumsi daun ini juga dapat meningkatkan berat
badan bayi secara signifikan (Damanik, dkk., 2005). Komposisi zat gizi daun
bangun-bangun dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Komposisi zat gizi daun bangun-bangun
Komposisi Zat Gizi

Bangun-Bangun
Energi (kal)
27,0
Protein (g)
1,3
Lemak (g)
0,6
Hidrat arang (g)
4,0
Serat (g)
1,0
Abu (g)
1,6
Kalsium (g)
279
Fosfor (g)
40
Besi (mg)
13,6
Karoten total (mg)

13288
Vitamin A (g)
0
Vitamin B1 (g)
0,16
Vitamin C (g)
5,1
Air (g)
92,5
Sumber : Mahmud (1995).

Menurut Kaliappan (2008), daun bangun-bangun dibuktikan sebagai
antiinflamasi karena dapat menghambat respon inflamasi yang diinduksi oleh

Universitas Sumatera Utara

adanya siklooksiginase, dan juga sebagai anti kanker dan anti tumor. Daun
bangun-bangun mengandung jenis flavonoid yaitu quercetin, apigenin, luteolin,
salvigenin dan genkwanin (Gambar 12, 13 dan 14).


Gambar 3. Struktur kimia quercetin (Waji dan Sugrani, 2009)

Gambar 4. Struktur kimia apigenin (Waji dan Sugrani, 2009)

Gambar 5. Struktur kimia luteolin (Waji dan Sugrani, 2009)

Gambar 6. Struktur kimia salvigenin (Waji dan Sugrani, 2009)

Gambar 7. Struktur kimia genkwanin (Waji dan Sugrani, 2009)

Universitas Sumatera Utara

Sindrom Metabolik
Sindrom Metabolik merupakan suatu sebutan untuk kelompok penyakit
yang dapat disebabkan oleh resiko penyakit akibat pola makan yang tidak baik
seperti diabetes melitus. Resiko terkenanya sindrom metabolik ditandai dari
dislipidemia atherogenik, yang ditandai dengan naiknya tekanan darah, naiknya
kadar glukosa dalam darah, dan keadaan pro-peradangan. Pada Reaven (1998)
dalam Sargowo dan Andarini pada tahun 2011 menyatakan bahwa sindrom
metabolik itu sendiri itu bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
sekumpulan kelainan metabolisme yang ditandai dengan obesitas visceral,
meningkatnya kadar trigliserida, glukosa, rendahnya kadar High Density
Lipoprotein (HDL)dan hipertensi. Terdapat dua faktor yang dapat menyebabkan
sindrom metabolik yaitu obesitas dan adanya kerentanan metabolisme endogenus.
Sindrom Metabolik diprediksi dapat menyebabkan resiko terkenanya diabetes
melitus sebanyak lima kali lipat (Sargowo dan Andarini, 2011).
Menurut database dari National Cholesterol Education Program Adult
Treatmen Panel III (NCEP-ATP III) dalam Agus pada tahun 2011, menyatakan
bahwa peningkatan resiko terkenanya sindrom metabolik pada remaja dari periode
1988-1992 menuju periode 1999-2000 yaitu dari 4,2% meningkat menjadi 6,4%.
Resiko terkenanya sindrom metabolik itu sendiri lebih besar pada laki-laki yaitu
sebesar 9,1% daripada perempuan yang hanya sekitar 3,7%.
Di Indonesia, obesitas sendiri menjadi masalah kesehatan yang sangat
perlu ditindak lanjuti. Menurut survei Nasional pada tahun 1996-1997
menyatakan bahwa angka meningkatnya berat badan lebih banyak terjadi pada

Universitas Sumatera Utara

laki-laki yaitu sebesar 14,9%, sedangkan pada perempuan yaitu sebesar 24,0%.
Telah dibuktikan bahwa adanya obesitas merupakan faktor utama terjadinya
kematian yaitu hipertensi, diabetes melitus, jantung koroner, stroke, penyakit
kantung empedu, kanker usus kanker payudara, dan prostat (Sargowo dan
Andarini, 2011).
Sindrom metabolik merupakan kelainan metabolisme dan penyebab
terjadinya sindrom metabolik ini saling berinteraksi yaitu obesitas dan adanya
kerentanan metabolisme endogen.Suatu analisis dinyatakan bahwa adanya pola
asupan makan dapat berpengaruh terhadap timbulnya kelainan sindrom metabolik.
Suatu hasil penelitian menyatakan bahwa semakin banyaknya asupan makan maka
akan meningkatkan resiko terkenannya sindrom ini. Indikator pada sindrom ini
pada total kolesterol memiliki nilai tertinggi, dan kemudian diikuti oleh lingkar
pinggang. Sedangkan indikator pada pengaruh asupan makan yaitu yang paling
tinggi total kalori dan kemudian diikuti oleh lemak dan karbohidrat
(Kasiman, 2011).

Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara pemisahan komponen dari campurannya. Salah
satu metode ekstraksi yaitu dengan cara maserasi. Maserasi sering disebut sebagai
ekstraksi dingin atau tanpa menggunakan pemanasan.Maserasi dilakukan untuk
mengekstrak bahan yang tidak tahan panas atau bahan yang belum diketahui
kandungannya. Proses maserasi membutuhkan waktu yang lama dan pelarut
dalam jumlah banyak (kekurangan proses maserasi). Metode ekstraksi maserasi
dapat dikatakan sebagai perendaman, karena prosesnya merendam sampel dalam
pelarut dan dilakukan pengadukan bila diperlukan.Prinsipnya menggunakan gerak

Universitas Sumatera Utara

kinetik pelarut yang dapat menembus jaringan bahan, sehingga komponen yang
diinginkan dapat larut dalam pelarut.Kelebihan maserasi adalah sederhana, tidak
memerlukan peralatan spesifik, dan dapat digunakan untuk bahan yang tahan atau
tidak terhadap panas serta pada bahan yang belum diketahui kandungannya
(Winata, 2011).
Tahap awal ekstraksi dilakukan dengan menghaluskan jaringan tanaman
yang akan diekstrak. Menggunakan ukuran bahan yang semakin kecil akan
memperbesar luas permukaannya sehingga lebih banyak komponen metabolit
yang

diekstrak.

Sebelum

diekstrak,

bahan

harus

dikeringkan

untuk

mempertahankan kandungan metabolit dalam tanaman yang telah dipotong
sehingga metabolisme tanaman atau bahan tersebut terhenti (Winata, 2011).

Metode DPPH
Metode DPPH merupakan metode yang paling mudah digunakan untuk
menentukan aktivitas antioksidan. DPPH atau 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl
adalah radikal bebas yang stabil, berwarna ungu, dan menyerap kuat pada panjang
gelombang 517 nm dan memiliki struktur C 18 H 12 N 5 O 6 . Warna ungu akan
memudar menjadi kuning pucat seiring dengan penangkapan atom H oleh DPPH.
Metode DPPH banyak digunakan karena prosesnya sederhana, cepat, tepat, dan
tidak tergantung pada kepolaran bahan yang akan diuji. Metode DPPH juga sangat
sensitif, sehingga tidak memerlukan banyak sampel (Winata, 2011).Prinsip
pengukuran aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH yaitu
dengan penangkapan atom H dari senyawa antioksidan bahan uji oleh radikal

Universitas Sumatera Utara

bebas DPPH.Adapun struktur kimia dari radikal bebas DPPH dapat kita lihat pada
Gambar 8.Reaksi penangkapan atom H oleh DPPH dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 8. Struktur kimia radikal bebas DPPH

Gambar 9.Reaksi penangkapan atom H dari senyawa antioksidan oleh DPPH

DPPH adalah radikal bebas stabil. Dalam bentuk teroksidasi, DPPH akan
menerima elektron dari senyawa lain dan membentuk molekul diamagnetik stabil
(Winata, 2011). Metode DPPH ini hanya dapat digunakan untuk mengukur
senyawa

antioksidan

yang

terlarut

dalam

pelarut

organik,

khususnya

alkohol.Metode DPPH dapat digunakan pada sampel padatan dan larutan yang
tidak spesifik atau digunakan untuk mengukur kapasitas antioksidan secara
keseluruhan (Molyneux, 2004).Semakin besar selisih absorbansi senyawa uji
dibandingkan kontrol maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya.

Universitas Sumatera Utara

Prinsip pengukuran aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode
DPPH yaitu dengan adanya penangkapan atom H dari senyawa antioksidan dari
bahan uji oleh radikal bebas DPPH. Radikal DPPH tersebut kemudian akan
mengikat atom H dari senyawa yang mengandung antioksidan, setelah dihasilkan
DPPH nonradikal dalam bentuk tereduksi dan berwarna kuning lemah dan juga
dihasilkan radikal bebas pada tahap awal reaksi berlangsung. Setelah itu beberapa
molekul DPPH direduksi oleh satu molekul reduktan yang akan menjadi radikal
terakhir yang akan mengalami reaksi lanjutan yang mengontrol keseluruhan
stokiometri (Lukitaningsih, 2009).

Studi Pendahuluan Yang Telah Dilaksanakan
Penelitian yang dilakukan oleh Surya, dkk., (2013), pada studi aktivitas
antioksidan dari ekstrak metanol dan etil asetat pada daun bangun-bangun
diperoleh hasil bahwa dari tanaman daun bangun-bangun dengan ekstrak metanol
menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih baik daripada ekstrak etil asetat.
Penelitian yang dilakukan oleh Juniastuti (2003), air perasan pada daun
bangun-bangun dapat menurunkan kadar glukosa darah pada penderita diabetes
melitus karena daun bangun-bangun mengandung forskolin. Forskolin adalah
diterpen yang dapat menyebabkan stimulasi adenilat siklase dengan cepat dan
dalam jumlah besar pada berbagai sel. Air perasan tersebut dapat diminum tanpa
dimasak.
Penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Salasia (2004), tentang
pegujian pengaruh efek ekstrak air daun bangun-bangun pada aktivitas limfosit
tikus

putih

menyatakan

bahwa

daun

bangun-bangun

memiliki

fungsi

sitotoksik.Adanya fungsi ini memungkinkan daun bangun-bangun memiliki

Universitas Sumatera Utara

potensi sebagai antitumor. Fungsi antitoksik adalah fungsi lain dari limfosit T
untuk memproduksi progeni yang mampu merusak ataupun menghancurkan selsel tumor dan sel-sel yang terinfeksi virus.

Universitas Sumatera Utara