Aspek Hukum Pelanggaran Kontrak Secara Material

ABSTRAKSI
Daniel Alexander Siregar*)
Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum. **)
Dr. Detania Sukarja, S.H., L.L.M.***)
Buku III KUH Perdata berbicara tentang perikatan (van verbintenissen)
yang memiliki sifat terbuka yang berarti isi dari kontrak dapat ditentukan oleh
para pihak dengan syarat tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan,
dan undang-undang. Dalam sebuah perjanjian, pada umumnya setiap pihak
diwajibkan untuk menjamin agar prestasinya dapat terlaksana sesuai dengan apa
yang di perjanjikan. Risiko yang paling utama dalam sebuah perjanjian adalah
tidak dipenuhinya prestasi oleh salah satu pihak atau yang dikenal dengan kata
wanprestasi. Salah satu bentuk wanprestasi adalah melaksanakan apa yang
dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan atau melakukan prestasi namun
tidak secara sempurna. Dalam hal wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi
prestasi dalam hukum kontrak dikenal dengan suatu doktrin yang disebut dengan
doktrin “Pemenuhan Prestasi Secara Substansial” (Substantial Performance) yang
diterapkan pada negara common law.
Metode penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah metode
penelitian hukum normatif. Jenis data yang digunakan dalam peneltian ini adalah
data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum
tersier menyngkut dengan peneltian ini.

Adapun beberapa kesimpulan dalam skripsi ini antara lain yaitu, pertama
pengaturan mengenai hukum perjanjian dalam sistem hukum di Indonesia diatur
dalam Buku III KUH Perdata yang berlaku di Indonesia berdasarkan asas
konkordansi. Pengaturan lain mengenai perjanjian ada juga terdapat dalam
pengaturan-pengaturan yang lebih khusus seperti dalam KUH Dagang, hukum
adat serta peraturan perundang-undangan lain yang mengatur perjanjian dalam
lingkup yang lebih khusus. Kedua, hukum di Indonesia dalam hal ini adalah KUH
Perdata mengatur wanprestasi sebagai sebuah perbuatan ingkar janji akan hal-hal
yang telah disepakati dalam perjanjian, hal lain yang diatur adalah mengenai tata
cara menentukan wanprestasi, serta akibat hukum yang akan muncul dari adanya
wanprestasi dalam sebuah kontrak. Ketiga, suatu wanprestasi dapat dikategorikan
sebagai pelanggaran kontrak secara material (material breach of contract) apabila
dalam pelanggarannya pihak yang melanggar dinilai telah melakukan pelanggaran
terhadap hal yang material dalam kontrak tersebut. Akibat hukum yang
ditimbulkan dari adanya pelanggaran kontrak secara material, yakni adanya
kemungkinan bagi pihak yang dirugikan untuk dapat melakukan pembatalan
kontrak secara sepihak atau dengan adanya penuntutan akan ganti rugi yang
muncul akibat dari adanya pelanggaran kontrak tersebut.
Kata Kunci : Kontrak, Pelanggaran Kontrak, Pelanggaran Kontrak Material.
*

**
***

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II

i
Universitas Sumatera Utara