Pengaruh Pemberian Seduhan Daun Teh Hijau (Camellia sinensis) terhadap Kadar Gula Darah dan Berat Badan pada Mencit (Mus Musculus) Diabetes Melitus Tipe 2

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia. Beberapa jenis DM disebabkan oleh interaksi
yang kompleks dari faktor genetik dan lingkungan. Tergantung pada etiologi DM,
faktor yang terkait dengan hiperglikemia diantaranya adalah berkurangnya sekresi
insulin serta penggunaan glukosa dan bertambahnya produksi glukosa.18, 31
2.1.2 Klasifikasi Dan Etiologi
DM diklasifikasikan berdasarkan proses patogenesis yang menyebabkan
hiperglikemia, berbeda pada awalnya DM diklasifasikan mengikut usia dan jenis
terapi. Secara garis besar, terdapat dua kategori DM, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe
2. Namun, patogenesis dari bentuk-bentuk lain dari DM juga semakin banyak
dikenali dan dipahami. Bentuk-bentuk lain dari diabetes ini kemungkinan
mempunyai bentuk patogenesis yang sama seprti DM tipe 1 dan/atau tipe 2.20
Kedua tipe 1 dan tipe 2 DM diawali oleh fase homeostasis glukosa normal seiring
dengan proses patogenik. DM tipe 1 adalah individu yang kekurangan insulin

secara total atau hampir total. DM tipe 2 adalah kelompok heterogen gangguan yang
ditandai dengan derajat variabel resistensi insulin, sekresi insulin terganggu, dan
peningkatan produksi glukosa. Perbedaan defek genetik dan metabolik dalam kerja
insulin dan / atau sekresi menimbulkan fenotip umum hiperglikemia pada DM tipe
2 dan memiliki implikasi yang penting dalam terapi yang potensial yang sekarang
kebanyakkannnya agen farmakologis yang tersedia bekerja pada gangguan
metabolik tertentu. 31

6

Universitas Sumatera Utara

7

Etiologi dan klasifikasi DM:28, 32
1. DM tipe 1 (destruksi beta sel, biasanya akan menjadi kekurangan insulin
mutlak)
a. Immune-mediated
b. Idiopatik
2. DM Tipe 2 (dapat berkisar dari resistensi insulin dengan defisiensi insulin

relatif sampai dengan defek dari sekresi insulin dengan resistensi insulin)
3. Tipe diabetes lain yang spesifik33
a. Defek genetik dalam perkembangan atau fungsi dari sel beta dikarenakan
mutasi pada:


Hepatocyte nuclear transcription factor (HNF) 4α (MODY 1)



Glukokinase (MODY 2)



HNF-1α (MODY 3)



Insulin promoter factor-1 (IPF-1, MODY 4)




HNF-1beta (MODY 5)



NeuroD1 (MODY 6)



DNA Mitokondria



Subunit dari ATP-sensitive channel Kalium



Proinsulin atau insulin




Regulator/protein pulau pulau prankreas lain seperti KLF11, PAX4,
BLK, GATA4, GATA6, SLC2A2(GLUT2), RFX6, GLIS3

b. Defek genetik pada aktivitas insulin


Resistensi insulin tipe A



Leprechaunism



Rabson-Mendenhall syndrome




Lipodystrophy

c. Penyakit pada eksokrin pancreas seperti: pankreatitis, pankreatopati,
mutasi pada carboxyl ester lipase.
d. Endokrinopati seperti akromegali, Cushing’s syndrome, glucagonoma,
pheochromocytoma, hyperthyroidism, somatostatinoma, aldosteronoma

Universitas Sumatera Utara

8

e. Obat atau chemical induced seperti glukokortikoid, vacor (a rodenticide),
pentamide, asam nikotin, diazoxide,

-adrenergic agonist, thiazide,

inhibitor kalsineurin dan mTOR, hydantoin, asparaginase, α-interferon,
protease inhibitor, antipsikosis (atipikal dan lain), epinefrin
f. Infeksi seperti kongenital rubela, cytomegalovirus, coxsackievirus.
g. Bentuk immune-mediated diabetes lain yang jarang seperti “stiff person“

syndrome, anti-insulin reseptor antibodi
h. Sindroma genetik lain yang terkadang diasosiasi kan dengan diabetes
seperti Wolfram’s syndrome, Down’s syndrome, Klineferlter’s syndrome,
Turner’s syndrome, Friedrich’s ataxia, Huntington’s chorea, LaurenceMoon-Biedl syndrome, myotonic distrofi, porfiria, Prader-Willi syndrome
4. Gestational Diabetes Mellitus (GDM)
2.1.3 Faktor Risiko
Ada beberapa hal yang menjadi faktor faktor risiko DM :18, 28, 31
1.

Riwayat DM pada keluarga

2.

Obesitas

3.

Kurang olahraga

4.


Ras/ etnik

5.

Riwayat terdiagnosa Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), Glukosa Darah
Puasa Terganggu (GDPT) atau kadar hemoglobin A1c 5.7-6.4%

6.

Riwayat DM semasa kehamilan ( Diabetes Mellitus Gestational-DMG)

7.

Hipertensi

8.

Kadar kolestrol HDL


9.

Sindroma polikistik ovari atau akantosis nigrican

10.

Riwawat penyakit kardiovaskular

2.1.4 Epidemiologi
International Diabetes Federation (IDF) mengestimasi terdapat 382 juta
orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahu 2035 jumlah
tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari
382 juta orang tersebut, 175 juta di antaranya belum terdiagnosis, sehingga

Universitas Sumatera Utara

9

terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa disadari atau tanpa
pencegahan.1

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013 melakukan
wawancara untuk menghitung proporsi diabetes mellitus pada usia 15 tahun ke atas.
Didefinisikan sebagai diabetes mellitus jika pernah didiagnosis menderita kencing
manis oleh dokter atau belum pernah didiagnosis tetapi dalam 1 bulan terakhir
mengalami gejala sering lapar, sering haus, sering buang air kecil dengan jumplah
banyak dan berat badan turun. Hasil wawancara mendapatkan bahwa proporsi
diabetes mellitus pada Riskesdas 2013 meningkat hampir dua kali lipat
dibandingkan tahun 2007.3
2.2

DM Tipe 2

2.2.1 Definisi
DM tipe 2 lebih dikenal dengan noninsulin-dependent diabetes, adalah suatu
kondisi kronik yang mempengaruhi metabolisme gula (glukosa) tubuh dimana gula
adalah bahan bakar utama dalam menjalankan aktivitas sehari sehari.31
Penderita DM tipe 2 akan mengalami resistensi terhadap insulin, suatu
hormon yang meregulasi pergerakan gula ke dalam sel, ataupun tubuhnya
memproduksi insulin yang tidak cukup untuk mempertahankan tingkat glukosa
normal.16

2.2.2 Etiopatogenesis
1. Sekresi insulin pada DM tipe 2
Pada tahap awal dari resistensi insulin DM tipe 2 tubuh masih dapat
mengkompensasinya dengan meningkatkan sekresi insulin agar dapat mencapai
keadaan normal dari toleransi glukosa. Dengan peningkatan resistensi insulin,
kadar glukosa puasa akan meningkat, diikuti dengan peningkatan kadar insulin
plasma, sampai kadar glukosa puasa mencapai tingkat dimana sel tidak mampu
untuk mempertahankan laju kenaikan dari sekresi insulin hingga insulin dalam
plasam menurun drastis. Kemudian glukosa di hati akan mulai meningkat.
Selain itu masih banyak kemungkinan yang menyebabkan gangguan sekresi
insulin pada penderita DM tipe 2 yang mengganggu keseimbangan antara islet

Universitas Sumatera Utara

10

neogenesis dan apoptosis. Studi menyatakan bahwa keturunan langsung dari
penderita DM tipe 2 memiliki kelainan dalam fungsi

sel. Gangguan fungsi β


sel juga dapat menyebabkan lipotoxicity. Penderita DM tipe 2 juga menrunkan
respon terhadap konsumsi incretin glucagon-like peptide (GLP)-1 pada glukosa
oral, dimana konsumsi GLP-1 meningkatkan respon sekresi insulin postprandial dan merestorasi near-normal glycemia (kadar glukosa yang mendekati
normal).
Timbunan amyloid (islet amyloid polypeptide (IAPP)) atau amylin di
pankreas sering ditemukan pada penderita DM tipe 2 dan dapat menjadi
penyebab dari kegagalan β sel yang progresif.4, 16, 28
2. Resistensi insulin pada DM tipe 2
Resistensi insulin adalah karakteristik dari penderita DM tipe 2 baik yang
kurus dan obesitas. Seperti yang diutarakan di atas, pada saat puasa, tingkat
plasma insulin akan meingkat pada penderita DM tipe 2. Hiperinsulinemia
adalah inhibitor yang kuat dalam produksi glukosa hati dan peningkatan laju
produksi glukosa hepar dalam penderita DM tipe 2 mengindikasi adanya
resistensi hepar terhadap kerja insulin.4, 16, 28
2.2.3 Patofisiologi
Dalam hal tes toleransi glukosa DM tipe 2 dapat dibagi menjadi 4
kelompok:20, 31
1.

Penderita dengan toleransi glukosa normal

2.

Diabetes kimiawi (disebut juga gangguan toleransi glukosa)

3.

Diabetes dengan hiperglikemia puasa minimal (plasma glukosa puasa
kurang dari 140 mg/dl)

4.

DM dengan hiperglikemia puasa yang berlebih (plasma glukosa puasa
lebih dari 140 mg/dl

5.

Seseorang yang mengalami gangguan toleransi glukosa akan lebih
mengalami hiperglikemia dibandingkan memiliki tingkat plasma
insulin yang tinggi, yang mengindikasikan resistensi terhadap aktivitas
insulin.20

Universitas Sumatera Utara

11

2.2.4

Diagnosis DM tipe 2
Tabel 2.1 Diagnosis tipe tipe diabetes mellitus28

Diagram 2.3 Patofisiologi terjadinya DM Tipe 2

Increased
glucose
production
in liver

Impaired
insulin
secretion in
pancreas

Leads to
receptor and
post
receptor
defects

Increased
glucose

DM tipe 2

Insulin
resistance in
peripheral
tissues
(muscle)

2.2.5 Manifestasi Klinis
Gejala gejala klasik yang sering dijumpai pada penderita DM tipe 2:13, 31
1. Poliuri
2. Polidipsi
3. Polifagi
4. Penurunan berat badan
5. Penglihatan kabur

Universitas Sumatera Utara

12

6. Kebas kebas pada ekstremitas bawah
7. Infeksi jamur (contohnya balinitis pada laki laki)
Gejala gejala yang mungkin ditemukan pada pasien DM tipe 2 adalah sebagai
berikut:13, 31
a. Obesitas, biasanya sentral
b. Hipertensi
c. Mata mengalami hemorrhages, eksudat, neovaskularisasi
d. Skin-acanthosis nigricans (biasanya pafa etnis kulit gelap dan kelompok ras):
infeksi kandida
e. Neurologic-decreased atau kehilangan sensasi pada sentuhan, temperatur,
dan propiosepsi; kehilangan deep tendon reflex pada lutut
f. Kaki kering, atrofi otot, claw toes, ulkus
2.2.6 Epidemiologi
DM tipe 2 adalah tipe diabetes yang paling banayak diderita di seluruh dunia
dengan persentase 90% kasus dunia.
2.2.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama daripada penatalaksanaan diabetes adalah untuk mengontrol
dan menjaga agar kadar glukosa dalam darah penderita tetap normal.
1. Farmakologi
Modifikasi pola makan dan aktivitas fisik sebetulnya merupakan
penatalaksanaan yang paling mendasar dalam penatalaksanaan DM tipe 2. Akan
tetapi, hanya sebagian kecil dari penderita DM tipe 2 yang dapat mencapai kadar
glukosa jangka panjang hanya dengan memodifikasi pola hidup. Maka dari itu
pengobatan secara farmakologis dianjurkan. Pengobatan DM tipe 2 terdiri dari 5
kelas yaitu sebagai berikut:4, 18, 29
a. Sulfonylurea
Menstimulasi sekresi insulin dari β-sel. Golongan ini juga ditemukan dapat
mensensitasi β-sel dan juga sel sel lain yang menstimulasi sekresi insulin, misalnya
glukosa. Perbaikan dari resistensi insulin juga dapat ditemukan dalam penggunaan
sulfonylurea.

Universitas Sumatera Utara

13

Efek samping yang sering bagi penggunaan obat ini adalah hipoglikemik. 4,
18, 29

b. Metformin
Metformin menurunkan glukosa plasma dengan cara menginhibisi produksi
glukosa hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan tepi terhadap insulin.
Biasanya tidak akan menyebabkan hipoglikemia tetapi dieksresikan melalui ginjal
sehingga tidak boleh diberikan kepada pasien dengan masalah ginjal.
Efek samping yang sering dijumpai pada penggunaan obat golongan ini
adalah masalah pencernaan seperti diare, anoreksia, dispepsia dan metallic taste di
mulut. Adapun efek samping yang serius yaitu laktik asidosis (akibat withdrawal
dari phenformin), tetapi sangat jarang. 4, 18, 29
c. Α-glucosidase inhibitor
Beberapa obat yang masuk ke dalam golongan ini adalah acarbose dan
miglitol, merupakan pengobatan first-line di jepang. Cara kerjanya adalah
memperlambat absorbsi terhadap karbohidrat kompleks dari jalur gastrointestinal
dan juga berperan penting dalam mengontrol hiperglikemi post prandial; akan
tetapi, efek penurunan kadar gula darahnya lebih rendah dibandingkan dengan
golongan metformin ataupun sulfonylurea dan efek samping berupa kentut dan
diare lebih sering dijumpai. 4, 18, 29
d. Meglitinides (prandial glucose regulators)
Adalh obat baru yang mirip dengan sulfonylurea, menurunkan kadar gula
darah dengan cara menutup saluran K-ATP pada beta sel, tetapi karakteristik
pengikatannya berbeda. Obat golongan ini memproduksi dan mengeluarkan insulin
jangka pendek (short-lived insulin) yang bergantung dengan kadar glukosa dengan
cepat. Sehingga ketika dikonsumsi sebelum makan akan memperbaiki respon
insulin yang terlambat maupun terganggu pada penderita DM tipe 2. Meglitinide
memiliki harga yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan sulfonylurea. 4, 18, 29
e. Thiazolidinediones (glitazones)
Cara kerja obat golongan ini adalah dengan mengaktifkan reseptor dari
peoxisime proliferator activated receptor- (PAR ), yang ditemukan lebih banyak

Universitas Sumatera Utara

14

dalam jaringan adiposa tetapi juga dapat ditemukan dalam otot dan hati.
Pengaktifan reseptor ini akan menstimulasi insulin-sensitive protein yang akan
menurunkan produksi glukosa hepar dan meningkatkan uptake dari glukosa pada
jaringan perifer. Thiazolidinediones juga berfungsi meningkatkan uptake asam
lemak ke dalam adiposit sehingga menurunkan kadar trigliserida dan asam lemak
non-ester dimana akan membantu dalam metabolisme glukosa. Selain itu obat
golongan ini juga menginduksi diferensiasi adiposit.
Thiazolidinediones mengurangi tumpukan lemak intra-abdominal tetapi
meningkatkan penumpukan lemak di perifer. Sehingga dapat menyebabkan edema
yang biasa dikaitkan dengan penambahan berat badan. 4, 18, 29
2. Non farmakologi
Selain dengan menggunakan obat, penurunan kadar gula darah pada penderita
DM tipe 2 dapat dilakukan tanpa menggunakan obat. Berikut adalah
penatalaksanaan secara non-farmakologis:
a. Perubahan gaya hidup
Yang dimaksud dengan perubahan gaya hidup adalah perubahan pola makan
dan aktivitas fisik. Sebetulnya tidak ada diet khusus untuk penderita DM tipe 2 akan
tetapi, sangat dianjurkan untuk mengonsumsi diet tinggi serat dan rendah lemak.
Seperti buah buahan, sayur sayuran dan biji bijian. Penderita juga dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan dengan indeks glikemi yang rendah. Hal ini dikarenakan
makanan dengan indeks glikemi yang tinggi akan meningkatkan kadar gula darah
dengan cepat, sedangkan makanan dengan indeks glikemi yang rendah cenderung
lebih stabil dalam hal peningkatan kadar gula darah.17 Yang termasuk makanan
berindeks glikemi rendah biasanya merupakan makanan yang tinggi serat. Di
bawah ini adalah beberapa daftar makanan yang dikategorikan berdasarkan indeks
glikemi.11


Low GI Foods (55 or less)


100% stone-ground whole wheat atau pumpernickel bread



Oatmeal (rolled atau steel-cut), oat bran, muesli



Pasta, converted rice, barley, bulgar

Universitas Sumatera Utara

15



Ubi, jagung, keladi, lima/butter beans, kacang kacangan, polong
polongan and lentils






Buah buahan, sayur sayuran tanpa pati dan wortel

Medium GI (56-69)


Gandum, gandum hitam dan roti pita



Quick oats



Brown, wild or basmati rice, couscous

High GI (70 or more)


Roti tawar atau bagel



Corn flakes, puffed rice, bran flakes, instant oatmeal



Beras putih, pasta beras, makaroni dan keju yang dicampur



Russet potato, labu kuning



Kue pretzel, kue beras, popcorn, kue kering asin



Melon dan nenas

b. Aktivitas fisik
Program olahraga harus mencakup:18
1. ≥ 150 menit/minggu aktivitas aerobik berintensitas sedang (50%-70% max

heart rate), dibagi menjadi ≥ 3 hari/minggu dengan tidak lebih dari 2 hari yang
berurutan tanpa olahraga

2. Olahraga ketahanan ≥ 2 kali/minggu (tanpa kontraindikasi)

3. Mengurangi waktu bersantai = tidak boleh > 90 menit duduk
Evaluasi pasien untuk kontraindikasi yang melarang beberapa tipe olahraga
sebelum merekomendasikan program olahraga*
* Contohnya, hipertensi yang tidak terkontrol, neurpati otonom atau perifer
yang beraet, adanya riwayat lesi pada kaki, prolifrasi retinopati yang tidak
stabil.
c. Pengobatan herbal
Seperti kita ketahui, tujuan dari pengobatan DM adalah untuk menurunkan
kadar gula darah yang terlampau tinggi. Selain dari pengaturan nutrisi serta
aktivitas fisik, terdapat pula pengobatan tradisional (BATTRA). Berikut adalah

Universitas Sumatera Utara

16

beberapa obat tradisional yang dipercaya dapat menurunkan kadar gula darah:
sambiloto, daun murbei, makuto dewo, teh hijau dan lain sebagainya.5

2.3

Green Tea (Camelia Sinensis)
Green Tea atau teh hijau telah lama dikenal di Indonesia, namun baru

dikonsumsi secara luas seiring meningkatnya popularitas masakan Jepang.34
Sejarah dari teh hijau ini berawal dari Negara Cina, yang menggunakan teh hijau
sebagai pengobatan sejak 4.000 tahun yang lalu. Sejarah bangsa Cina bahkan
menyebutkan teh hijau mulai digunakan sebagai minuman sejak 2.700 tahun
sebelum Masehi pada dinasti Kaisar Shen Nung, namun tercatat dalam kamus kuno
pada 350 tahun sebelum Masehi. Sekitar 200 tahun sebelum Masehi dalam buku
tanaman obat Cina disebutkan daun teh berkhasiat menghilangkan racun dalam
tubuh.2, 11
Di Jepang tradisi minum teh berasal dari Cina sekitar abad ke-6 Masehi. Pada
zaman Kamakura, pendeta Eisai dan Dogen menyebarkan ajaran Zen sambil
memperkenalkan matcha (teh hijau dalam bentuk bubuk) yang dibawanya dari
Tiongkok sebagai obat. teh dan ajaran Zen menjadi popular sebagai unsur utama
dalam penerangan spiritual. Sejak itu teh hijau mulai dikenal berkhasiat untuk
kesehatan dan digunakan awak kapal dalam pelayaran jauh. Penanaman teh lalu
mulai dilakukan di mana-mana sejalan dengan makin meluasnya kebiasaan minum
teh.2
Di Indonesia sendiri tanaman teh pertama dibawa dan dikembangkan oleh
penjajah Belanda hingga dapat diekspor ke negeri kincir tersebut. Sejak itu teh terus
dikembangkan dan diperluas penanamannya. Hingga pada masa kemerdekaan
usaha perkebunan dan industri teh diambil alih dan diperbaiki oleh pemerintah RI.
Walaupun luasannya tidak mencapai keadaan sebelum perang tetapi produksinya
meningkat tajam. Sekarang, perkebunan dan perdagangan teh juga dilakukan oleh
pihak swasta.2
Berawal dari Jepang, trend teh hijau ini mulai masuk ke restoran kelas
menengah ke atas dengan harga yang tidak murah. Sedangkan di Indonesia teh hijau

Universitas Sumatera Utara

17

mulai booming sejak tahun 2012 di mana rasa teh hijau mulai mencuri perhatian.
Hampir setiap tempat makan menyajikan berbagai olahan makanan dan minuman.2
2.3.1 Komposisi Teh Hijau
Teh hijau memiliki komposisi kimiawi yang kompleks yaitu meliputi : protein
(15-20% berat kering) dimana terbagi menjadi bagian bagian penting; asam amino
(1-4% berat kering) seperti tehanine atau 5-N-ethylglutamine, asam glutamat,
tryptophan, glisin, serine, asam aspartat, tirosin, valin, leusin, threonin, arginin, dan
lisin; karbohidrat (5-7% berat kering) seperti selulosa, pektin, glukosa, fruktosa,
dan sukrosa; mineral (5% berat kering) seperti kalsium, magnesium, kromium,
mangan, besi, tembaga, zinc, molybdenum, selenium, natrium, fosfor, kobalt,
strontium, nikel, kalium, fluor, dan aluminium; juga terdapat lemak (asam linoleat
dan asam α-linoleat), sterol (stigmasterol), vitmain (B,C,E), basa xantin (kafein,
teofilin), pigmen (klorofil, karoten), dan senyawa volatil (aldehida, alkohol, ester,
lactones, hidrokarbon). 11
Teh hijau juga mengandung polifenol, meliputi flavanol, flavonoid, dan asam
fenolik; senyawa senyawa ini merupakan 30% dari berat kering teh hijau. Sebagian
besar dari Green Tea Polyphenols (GTP) adalah flavonol, yang lebih dikenal
dengan katekin. Terdapat 4 jenis katekin yang umumnya dijumpai pada teh hijau
yaitu : epicatechin, epigallocatechin, epicatechin-3-gallate, dan epigallocatechin3-gallate (EGCG).11, 34
2.3.2 Manfaat Teh Hijau
Seperti kita ketahui, teh hijau memiliki kandungan polifenol yang tinggi,
dimana polifenol merupakan antioksidan kuat.35 Polifenol yang memiliki peran
paling besar dalam hal ini adalah EGCG. Peneliti di Universitas Kansas
memperkirakan bahwa EGCG memiliki efek antioksidan 100 kali lebih kuat
dibandingkan dengan vitamin C dan 20 kali lebih kuat dari vitamin E dalam hal
melindungi sel tubuh dari serangan radikal bebas.13 Selain memiliki efek
antioksidan, teh hijau juga memiliki efek antimutagenik sera antikarsinogenik.
Tidak hanya itu, teh hijau masih memiliki beberapa efek lain yang bermanfaat bagi
tubuh, di antaranya adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

18

1.

Efek terhadap enzim yang memetabolisme obat
Konsumsi teh hijau dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan aktivitas

UDP-glucoronyl transferase pada tikus, dan setelah diabsorbsi, katekin
dimetabolisme oleh drug-metabolizing enzyme di beberapa organ berbeda.
Peningkatan

aktivitas

glukoronidase

tersebut

membantu

dalam

efek

antikarsinogenik-nya yaitu dengan memetabolisme karsinogen kimiawi menjadi
produk yang inaktif dan siap untuk diekskresikan. 7
2-amino-3-methylimidazol (4,5-f)quinoline (IQ) adalah prekarsinogen yang
awalnya terdeteksi dalam ekstrak daging yang digoreng. Pada tikus, metabolisme
IQ adalah melalui biotransformasi oleh sitokrom P450 lalu diikuti dengan konjugasi
terhadap sulfat dan glukoronida. Teh hijau memodifikasi metabolisme IQ pada
tikus, dengan cara meningkatkan pembentukan IQ glukoronida yang akan
diekskresikan dalam urin. 7
Di samping itu, katekin pada teh hijau juga menghambat sitokrom P450
sehingga menimbulkan efek proteksi terhadap kanker yang disebabkan oleh
polycyclic aromatic hidrocarbons. 7, 34
2.

Efek terhadap diabetes
DM tipe 2 adalah kelainan heterogen yang berhubungan dengan resistensi

pada metabolisme glukosa dan lemak pada jaringan tepi karena aktivitas biologis
insulin dan atau sekeresi insulin yang inadekuat oleh beta cell pankreas. Penelitian
Kim et al, ditemukan bahwa GTP-EGCG meningkatkan glikogen sintesis. Selain
itu, ekspresi dari gen phospho-GSK3β (Ser9) dan phospho-GS (Seer641). GSK3
adalah enzim yang penyebab down-regulation pada inaktivasi glikogen sintase (GS)
hasilnya adalah pengurangan dari sintesa glikogen. Insulin membantu proses
sintesa glikogen dengan meningkatkan ekspresi gen phospho-GSK3β (Ser9) dan
phospho-GS (Ser641). Konsumsi GTP/EGCG meningkatkan phopho-GSK3β, yang
menyerupai efek inhibitor dari insulin untuk GSK3β, meningkatkan aktivitas GS,
yang akan meningkatkan sintesis glikogen dalam sel HepG2.7, 34

Universitas Sumatera Utara

19

3.

Efek terhadap oksidasi lemak

Tabel 2.2 Klasifikasi konsumsi teh hijau jangka panjang dan pendek.14
Duration
Shorter term
Acute

Within 24 h

Short term

1-7 days

Longer term
Medium term

1-4 weeks

Longterm

>4 weeks

Chronic

>10 weeks

Katekin pada teh, khususnya EGCG juga memliki efek pada oksidasi lemak.

11

Mekanismenya dibagi menjadi 2 yaitu efek jangka pendek dan efek jangka panjang:
a. Mekanisme jangka pendek
Konsumsi Green Tea Extract (GTE) jangka pendek, khususnya EGCG dan
kafein, akan berefek pada sistem saraf simpatik. Lebih jelasnya akan dijelaskan
di bawah ini.
 GTE dan inhibisi catechol-O-methyltransferase (COMT)
COMT adalah enzim aktif yang mendegradasi senyawa katekol, seperti
neurotransmitter, dengan cara mentransfer kelompok metil. Efek EGCG adalah
langsung menginhibisi COMT. Sehingga konsentrasi katekolamin yang
beredar dalam darah akan meningkat dan menyebabkan peningkatan dari
aktivitas sistem saraf simpatis. Peningkatan aktivitas ini menstimulasi lipolisis
via adregenic receptor dan berpotensial meningkatakan oksidasi lemak.14
 Kafein dan metabolisme lemak
Kafein diduga dapat menginhibisi aktivitas phosphodiesterase (PDE),
dimana merupakan enzim yang berperan dalam degradasi cAMP, suatu
secondary messenger pada jalur simpatis. Peningkatan cAMP dapat
meningkatakan lipolisis dengan mengaktivasi fosforilasi hormone-sensitive
lipase, sehingga akan meningkatkan lipolisis dan oksidasi lemak.14

Universitas Sumatera Utara

20

 Efek sinergis dari GTE dan kafein
Banyak hipotesis menyatakan bahwa konsumsi dari GTE dan kafein
memiliki efek sinergisme yaitu dengan menargetkan sistem saraf simpatis
melalui COMT dan PDE. Dulloo et al. meneliti efek termogenik GTE dan
kafein secacra in vitro terhadap brown adipose tissue (BAT).35 Dalam
penelitian yang terpisah, GTE lebih menstimulasi termogenesis BAT daripada
kafein. Sehingga muncul teori akan kesinergisme kerja GTE dan kafein dalam
termogenesis.14
b. Mekanisme jangka panjang
Mekanisme efek jangka panjang agak berbeda dengan jangka pendek dari
GTE. Pada konsumsi GTE jangka panjang berhubungan dengan perubahan dari
ekspresi fat metabolism-spesific gene. Sampai saat ini hanya percobaan
terhadap hewan yang dapat mendukung efek ini. Percobaan pada hewan
menunjukkan konsumsi jangka panjang menurunkan gen adipogenik, seperti
PPAR , Ccaat-enchancer binding protein-α (C/EBP-α), sterol regulatory
element binding protein-1c (SREBP-1c), activated protein 2 (aP2), lipoprotein
lipase, dan fatty acid (FA) sintase. 14, 24
Walaupun mekanisme dari sinyal molekuler konsumsi GTE jangka panjang
dengan fat metabolism gene belum diketahui secara pasti, perubahan dari
metabolisme lemak tersebut dikaitkan dengan PPAR

coactivator 1-α

(PGC1α), yang mengkoaktivasi PPAR dimana fungsinya adalah meregulasi
adaptasi dari metabolisme lemak.14, 24

Gambar 2.1 Daun Teh Hijau6

Gambar 2.2 Buah Teh Hijau6

Universitas Sumatera Utara