Pengaruh Aktifitas Fisik Dan Ekstrak Teh Hijau (CAMELLIA SINENSIS) Terhadap Profil Lipid Mencit Jantan (Mus Musculus) Strain DD Webster Dengan Pakan Tinggi Lemak

(1)

PENGARUH AKTIFITAS FISIK DAN EKSTRAK TEH HIJAU

(CAMELLIA SINENSIS) TERHADAP PROFIL LIPID MENCIT

JANTAN (Mus Musculus) STRAIN DD WEBSTER

DENGAN PAKAN TINGGI LEMAK

TESIS

Oleh :

KARNIRIUS HAREFA 087008018/BM

PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH AKTIFITAS FISIK DAN EKSTRAK TEH HIJAU

(CAMELLIA SINENSIS) TERHADAP PROFIL LIPID MENCIT

JANTAN (Mus Musculus) STRAIN DD WEBSTER

DENGAN PAKAN TINGGI LEMAK

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Biomedik dalam Program Studi Biomedik pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

KARNIRIUS HAREFA 087008018/BM

PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH AKTIFITAS FISIK DAN EKSTRAK TEH HIJAU (CAMELLIA SINENSIS) TERHADAP PROFIL LIPID MENCIT JANTAN (Mus Musculus) STRAIN DD WEBSTER DENGAN PAKAN TINGGI LEMAK

Nama Mahasiswa : KARNIRIUS HAREFA Nomor Pokok : 087008018

Program Studi : BIOMEDIK

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Drs. Herbert Sipahutar, MS, MSc ) (Dr. Marline Nainggolan, MS, Apt)

Ketua Program Studi, Dekan,

(dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D) (Prof. dr. Gontar A. Seregar, SpPD-KGEH)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 20 Januari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Drs. Herbert Sipahutar, MS, MSc Anggota : 1. Dr. Marline Nainggolan, MS, Apt

2. Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS, Apt 3. dr. Almaycano Ginting, M.Kes


(5)

ABSTRAK

Kolesterol adalah senyawa kimia yang dibutuhkan oleh tubuh sebab merupakan prekursor dari semua steroid didalam tubuh seperti kortikosteroid, hormon seks, garam empedu dan vitamin D. Kelebihan atau kekurangan senyawa ini akan berdampak negatif bagi tubuh. Pemberian teh hijau 2% pada pakan tinggi lemak dan latihan teratur diharapkan dapat menekan peningkatan kadar profil lipid mencit.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan fisik dan pemberian ekstrak teh hijau terhadap profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak. Mencit (Mus Musculus) jantan dibagi dalam 4 kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 9 ekor. Pemeriksaan profil lipid masing-masing kelompok diperiksa pada hari ke 21 (4 ekor) dan pada hari ke 42 (5 ekor). Seluruh mencit mengkonsumsi pakan tinggi lemak, kelompok pertama ditambahkan 2% ekstrak teh hijau dan perlakuan berenang, kelompok kedua ditambahkan 2% ekstrak teh hijau tanpa perlakuan berenang, kelompok ketiga perlakuan berenang tanpa ekstrak teh hijau dan kelompok keempat tanpa ekstrak teh hijau dan tanpa perlakuan berenang. Berenang dilakukan selama 40 menit dan dilakukan 3 kali seminggu selama penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh aktifitas fisik dan pemberian ekstrak teh hijau terhadap profil lipid mencit. Pemberian pakan tinggi lemak meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL secara signifikan (masing-masing p = 0,03)


(6)

ABSTRACT

Cholesterol is a chemical compound which is needed by the body because it acts as precursor of all steroids in body, such as corticosteroid, sexual hormone, gall salt, and vitamin D. the surplus and the shortage of this compound will have a negative effect on the body. Putting 2% green tea in the high-fat content of food and doing reguler exercise can hopefully reduce the increase of the lipid profile content of a mice.

The aim of this research was to know the influence of the physical exercises and giving the green tea extract to the lipid profile of a mice with the high-fat content of food. Male mice (Mus Musculus) is divided into four clusters and each clusters contents of nine mice. The examination of the lipid profile in each cluster was done on the twenty-fist day (four mice) and on the forty second day (five mice). All mice consumed high-fat content of food: the first cluster was given 2% of green tea extract and swim treatment, the second cluster was given 2% of green tea extract without being given swim treatment; the third cluster was given swim treatment without being given green tea extract, and the fourth cluster was given neither green tea extract, nor swim treatment. The swim treatment was done in forty minutes, three times a week during the research.

The result of the research showed that there was no influence of the physical exercises and cosuming the green tea extract on the lipid profile of the mice. Consuming high-fat content of food would significanly increase the total cholesterol content and the LDL (p = 0.03 respectively).


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Biomedik pada Program Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul dari penelitian ini adalah Pengaruh Aktifitas Fisik dan Ekstrak Teh Hijau (Camelia sinensis) terhadap Profil Lipid Mencit Jantan (Mus musculus) Starin DD Webster dengan Pakan Tinggi Lemak.

Saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Prof. Dr. Drs. Herbert Sipahutar, MS, M.Sc. yang telah bersedia menjadi Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan-masukan dalam penulisan tesis ini. Dr. Marline Nainggolan, MS, Apt yang telah bersedia menjadi Anggota Komisi Pembimbing yang selalu tabah dan sabar dalam membimbing dan memberikan masukan-masukan demi kesempurnaan tesis ini. Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS, Apt yang telah bersedia menjadi Komisi Pembanding untuk memberikan masukan-masukan pada seminar tesis ini. dr. Almaycano Ginting, M.Kes yang telah bersedia menjadi pembanding demi kesempurnaan penulisan tesis ini. dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D selaku Ketua Program Studi Program Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang turut memberikan masukan dalam perencanaan, pekasanaan penelitian


(8)

serta penulisan tesis ini. Prof. Dr. Syafruddin. M. Biomed. yang bersedia memberikan tempat penggunaan Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan juga banyak memberikan masukan untuk kesempurnaan tesis ini. Pimpinan dan Staf Balai Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara untuk penggunaan laboratorium dan bantuan tenaga laboran dalam membantu saya melakukan penelitian ini.

Terima kasih yang tulus saya ucapkan kepada istri tercinta Flora Elista Br. Ginting, AMK yang selalu memberikan dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada Program Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Univesitas Sumatera Utara Medan. Rasa sayang penulis kepada anak-anak tercinta; Irene Callista Harefa, Mira Callista Harefa, Karina Callista Harefa dan Vina Callista Harefa yang kurang mendapat perhatian selama masa pendidikan. Orang tua tercinta dan adik-adik yang selalu mendoakan penulis agar sukses dalam menyelesaikan pendidikan. Terima kasih pula saya ucapkan kepada teman-teman seluruhnya yang selalu memberi dukungan dan dorongan untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan mendapat tambahan ilmu pengetahuan serta dapat memunculkan ide-ide baru pada penelitian-penelitian selanjutnya. Terima kasih.

Medan, Januari 2011


(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Karnirius Harefa, S.Kp

Tempat / tanggal lahir : Gunung Sitoli, 3 Juli 1974

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Ibezaro Harefa

Nama Ibu : Marita Bangun, AMPd

Nama Istri : Flora Elista Br. Ginting, AMK

Nama Anak : 1. Irene Callista Harefa (SD Bethany Medan)

2. Mira Callista Harefa (SD Bethany Medan)

3. Karina Callista Harefa (SD Bethany Medan)

4. Vina Callista Harefa (1 Tahun)

Riwayat Pendidikan :

- SD Negeri 050766 Padang Langkat, 1981 - 1987

- SMP Negeri Gebang Kabupaten Langkat, 1987 - 1990

- SMA Negeri Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 1990-1993


(10)

- Mahasiswa Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, 1998 – 2000.

Riwayat Pekerjaan :

- Staf Pengajar Akademi Perawat Putra Abadi Langkat, 1996 -1998

- Pembantu Direktur I Akademi Perawat Putra Abadi Langkat, 2000 – 2003

- Direktur Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DARTAR SINGKATAN ... xiii

LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Perumusan Masalah... 5

1.4. Landasan Teori ... 6

1.5. Tujuan Penelitian... 7

1.6. Hipotesa... 7

1.7. Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Kolesterol ... 9


(12)

2.1.2. Transpor Kolesterol ... 11

2.1.3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Kolesterol Plasma ... 12

2.1.4. Manfaat Khusus Kolesterol ... 13

2.1.5. Fungsi Struktural Selluler Kolesterol dan Fosfolipid 14 2.2. Teh... 15

2.2.1. Sistematika ... 15

2.2.2. Jenis Produksi Teh... 15

2.2.3. Komposisi Kimiawi Teh... 16

2.2.4. Khasiat Teh Hijau... 18

2.3. Pengaruh Teh Hijau terhadap Profil Lemak ... 19

2.4. Aktifitas Fisik dan Latihan ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.2. Sampel Penelitian ... 23

3.3. Bahan dan Alat Penelitian ... 23

3.3.1. Bahan Penelitian... 23

3.3.2. Alat Penelitian ... 31

3.4. Variabel Penelitian ... 32

3.5. Rancangan ... 32

3.5.1. Rancangan Penelitian ... 32

3.5.2. Pemeliharaan Mencit ... 33

3.5.3. Dosis ... 33

3.6. Pelaksanaan Penelitian ... 34

3.6.1. Penerbitan Ethical Clearance... 34


(13)

3.6.3. Pengamatan... 35

3.7. Analisa Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAAN ... 42

4.1. Hasil ... 42

4.1.1. Konsumsi Pakan Mencit dan Selisih Berat Badan .... 43

4.1.2. Profil Lipid Kolesterol pada masing - masing Kelompok Mencit... 47

4.1.3. Profil Lipid Trigliserida pada masing - masing Kelompok Mencit... 48

4.1.4. Profil Lipid HDL pada masing - masing Kelompok Mencit... 50

4.1.5. Profil Lipid LDL pada masing - masing Kelompok Mencit... 52

4.2. Pembahasan ... 53

4.2.1. Profil Lipid Kolesterol... 53

4.2.2. Profil Lipid Trigliserida... 55

4.2.3. Profil Lipid HDL ... 56

4.2.4. Profil Lipid LDL... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 59

5.1. Kesimpulan ... 59

5.2. Saran ... 59


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Struktur kolesterol ... 10

2 Biosintesis kolesterol ... 11

3 Transpor kolesterol antar berbagai jaringan... 12

4 Prosedur ekstraksi ... 25

5 Pengeringan teh hijau dengan waterbath... 26

6 Hasil freez-dried ekstrak teh hijau ... 26

7 Pengeringan pakan tinggi lemak ... 29

8 Pengeringan pakan tinggi lemak ditambah teh hijau ... 29

9 Perlakuan aktifitas berenang ... 35

10 Pengambilan sampel darah mencit dari jantung... 40

11 Pengambilan sampel plasma darah dengan microlab 300... 40

12 Alur Kerja Penelitian... 43

13 Rata-rata konsumsi pakan hari pertama hingga hari ke 42 .... 44

14 Rata-rata konsumsi pakan mencit ... 45


(16)

16 Kadar kolesterol pada kontrol, hari ke 21 dan hari ke 42 ... 48

17 Kadar trigliserida pada kontrol, hari ke 21 dan hari ke 42... 49

18 Kadar HDL pada kontrol, hari ke 21 dan hari ke 42 ... 51


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan ... 64

2. Identifikasi Tumbuhan ... 65

3. Etiket reagen yang digunakan pada pemeriksaan kolesterol.... 66

4. Data hasil pemeriksaan laboratorium... 72

5. Daftar berat badan mencit selama penelitian ... 75

6. Daftar konsumsi pakan mencit selama penelitian ... 76

7. Analisa statistik ... 82

                     


(18)

DAFTAR SINGKATAN

AC : Air conditioner

ACAT : Acyl-CoA:cholesterol acyltransferase

A-I : Apolipoprotein A-I

C : Cholesterol unesterified

CE : Cholesteryl ester

CETP : Cholesteryl ester transfer protein

CAD : Coronary artery disease

CHD : Congestive heart disease

CVD : Cardiovasculer disease

EC : Epicatechin

ECG : Epicatechin-3-Gallate

EGC : Epigallocatechin

EGCG : Epigallocatechin-3-Gallate

GA : Gallic acid


(19)

HL : Hepatic Lipase

HMG-CoA : 3-hydroxy-3-methylglutatory-CoA

IPP : Isopentenyl pyrophosphate

IDL : Intermediet density lipoprotein

LCAT : Lechitin:cholesterol acyltransferase

LDL : Low density lipoprotein

LPL : Lipoprotein Lipase

LRP : LDL receptor-related protein

MDA-LDL : Malondialdehide-modified LDL

TF1 : Teaflavin

TF2A : Teaflavin-3-monogallate

TF2B : Teaflavin-3’-digallate

TF3 : Teaflavin-3,3’-digallate

TG : Triacylglycerol


(20)

ABSTRAK

Kolesterol adalah senyawa kimia yang dibutuhkan oleh tubuh sebab merupakan prekursor dari semua steroid didalam tubuh seperti kortikosteroid, hormon seks, garam empedu dan vitamin D. Kelebihan atau kekurangan senyawa ini akan berdampak negatif bagi tubuh. Pemberian teh hijau 2% pada pakan tinggi lemak dan latihan teratur diharapkan dapat menekan peningkatan kadar profil lipid mencit.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan fisik dan pemberian ekstrak teh hijau terhadap profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak. Mencit (Mus Musculus) jantan dibagi dalam 4 kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 9 ekor. Pemeriksaan profil lipid masing-masing kelompok diperiksa pada hari ke 21 (4 ekor) dan pada hari ke 42 (5 ekor). Seluruh mencit mengkonsumsi pakan tinggi lemak, kelompok pertama ditambahkan 2% ekstrak teh hijau dan perlakuan berenang, kelompok kedua ditambahkan 2% ekstrak teh hijau tanpa perlakuan berenang, kelompok ketiga perlakuan berenang tanpa ekstrak teh hijau dan kelompok keempat tanpa ekstrak teh hijau dan tanpa perlakuan berenang. Berenang dilakukan selama 40 menit dan dilakukan 3 kali seminggu selama penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh aktifitas fisik dan pemberian ekstrak teh hijau terhadap profil lipid mencit. Pemberian pakan tinggi lemak meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL secara signifikan (masing-masing p = 0,03)


(21)

ABSTRACT

Cholesterol is a chemical compound which is needed by the body because it acts as precursor of all steroids in body, such as corticosteroid, sexual hormone, gall salt, and vitamin D. the surplus and the shortage of this compound will have a negative effect on the body. Putting 2% green tea in the high-fat content of food and doing reguler exercise can hopefully reduce the increase of the lipid profile content of a mice.

The aim of this research was to know the influence of the physical exercises and giving the green tea extract to the lipid profile of a mice with the high-fat content of food. Male mice (Mus Musculus) is divided into four clusters and each clusters contents of nine mice. The examination of the lipid profile in each cluster was done on the twenty-fist day (four mice) and on the forty second day (five mice). All mice consumed high-fat content of food: the first cluster was given 2% of green tea extract and swim treatment, the second cluster was given 2% of green tea extract without being given swim treatment; the third cluster was given swim treatment without being given green tea extract, and the fourth cluster was given neither green tea extract, nor swim treatment. The swim treatment was done in forty minutes, three times a week during the research.

The result of the research showed that there was no influence of the physical exercises and cosuming the green tea extract on the lipid profile of the mice. Consuming high-fat content of food would significanly increase the total cholesterol content and the LDL (p = 0.03 respectively).


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegemukan berhubungan dengan peningkatan sejumlah kondisi meliputi diabetes melitus, penyakit cardiovaskuler, hipertensi, kanker, peningkatan resiko ketidakmampuan dan peningkatan semua resiko yang menyebabkan kematian. Kegemukan merupakan konsekwensi dari beberapa faktor yang kompleks antara lain peningkatan konsumsi kalori, penurunan aktifitas fisik dan juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan (Ogden et all., 2007). Menurut

Kasper et al (2005), kegemukan, terutama kegemukan pada abdomen,

berhubungan dengan aterogenik profil lemak dimana terjadi peningkatan kadar low density lipoprotein (LDL) kolesterol, very low density lipoprotein (VLDL), dan trigliserida. Pada saat yang sama high density lipoprotein (HDL) kolesterol menurun.

Kolesterol adalah senyawa kimia yang dibutuhkan oleh tubuh sebab merupakan prekursor dari semua steroid di dalam tubuh seperti kortikosteroid, hormon seks, garam empedu dan vitamin D. Selain itu, kolesterol merupakan senyawa pembentuk struktur utama sistem membran sel dan lapisan luar lipoprotein. Tubuh membutuhkan senyawa ini dalam batas normal tertentu dan akan memiliki dampak negatif bila kadarnya kekurangan atau kelebihan (Murray et al, 2003).


(23)

Kadar kolesterol yang tinggi memiliki hubungan yang erat dengan terjadinya patologi aterosklerosis arteri–arteri vital yang dapat meningkatkan resiko terkena berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit pembuluh darah otak, penyakit pembuluh darah jantung dan penyakit pembuluh darah perifer (Velayutham et al, 2008). Resiko aterosklerosis juga diakibatkan oleh kondisi lain seperti penurunan aktifitas tubuh, kegemukan, diabetes, hipertensi, hiperlipidemia dan merokok. Tujuh puluh persen kolesterol terdapat didalam lipoprotein plasma dalam bentuk kolesterol ester dan kadar kolesterol tertinggi terdapat pada LDL (Guyton dan Hall, 2006).

Sejak jaman dahulu di China dan negara Asia lainnya, teh merupakan minuman yang dianggap dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Hal ini didukung oleh banyak penelitian yang menyatakan bahwa polipenol teh mengandung bahan bioaktif yang menekan patogenesis beberapa penyakit kronis

khususnya penyakit kardiovaskuler (McKay dan Blumberg, 2002;

Velayutham et al., 2008; Cabrera et al., 2006), contohnya

epigallocatechin-3-gallate (EGCG). Terbukti pada hewan merupakan penghambat kuat terhadap absorbsi kolesterol (Löest et al,2002) dan lemak lain (Wang et al., 2006) serta dapat mencegah perkembangan aterosklerosis (Miura et al., 2001), dan menurunkan kondisi hiperkolesterolemia (Bose et al., 2008). Bersama kafein, EGCG juga menghambat absorbsi kolesterol (Wang dan Koo, 2006).

Yokozawa et al. (2002), juga melaporkan bahwa polipenol teh hijau dapat


(24)

Pada manusia konsumsi harian 75 mg teaflafin, 150 mg katekin teh hijau dan 150 mg polipenol teh lainnya secara bersama-sama, menurunkan kadar kolesterol total, LDL dan meningkatkan kadar HDL dan trigliserida secara signifikan (Maron et al., 2003). Konsumsi teh hijau secara signifikan berhubungan dengan penurunan lemak tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian yang menyatakan bahwa ekstrak teh hijau menghambat terjadinya kegemukan

(Murase et al., 2005; Bruno et al., 2008), menstimulasi metabolisme lemak

(Murase et al., 2005), meningkatkan oksidasi lemak selama intensitas latihan

teratur (Venables et al., 2008), merangsang pembentukan panas dan oksidasi lemak (Dulloo et al., 1999). Pemberian EGCG secara tunggal dibuktikan juga mengurangi terjadinya kegemukan (Murase et al., 2005) dan meningkatkan oksidasi lemak (Boschmann dan Thielecke, 2007). Sedangkan katekin teh hijau yang diberikan selama 12 minggu dapat menghilangkan lemak perut pada

penderita kelebihan berat badan dan kegemukan (Maki et al., 2008; Nagao et al., 2005).

Berbeda dengan beberapa penelitian lainnya, pemberian katekin pada tikus

tidak mempengaruhi kolesterol plasma atau konsentrasi trigliserida

(Miura et al., 2001). Didukung penelitian Chyu et al. (2004), bahwa injeksi intra- peritoneal dari EGCG pada tikus juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan tikus tanpa injeksi EGCG. Secara in vitro juga membuktikan bahwa konsumsi teh hijau sebanyak 7 cangkir yang sebanding dengan 542,5 mg katekin tidak signifikan mempengaruhi perubahan LDL kolesterol plasma, namun signifikan terhadap penurunan konsentrasi serum malondialdehide-modified LDL


(25)

(MDA-LDL) yang mana serum ini meningkat pada pasien-pasien dengan coronary artery disease (CAD) khususnya miocard Infarc (Hirano et al., 2005; Nagao at al., 2005). Bursill dan Roach (2007), juga menyatakan bahwa estrak teh hijau tidak berefek terhadap plasma kolesterol, namun secara in vivo meningkatkan reseptor LDL yang merupakan salah satu mekanisme mengurangi kolesterol dari sirkulasi.

Latihan fisik yang teratur juga penting dalam menurunkan kolesterol plasma melalui mekanisme regulasi LDL dan HDL darah (Murray et al., 2003). Murase et al (2008), juga melaporkan bahwa kombinasi konsumsi katekin dengan kebiasaan latihan bisa menekan terjadinya penuaan walaupun tampaknya tidak ada hubungan yang signifikan dengan total kolesterol dan HDL kolesterol darah. Mengkonsumsi EGCG dan latihan secara teratur, meningkatkan status kesehatan pada wanita postmenopause yang kegemukan dengan mengurangi denyut jantung dan konsentrasi glukosa plasma (Hill at al., 2007)

Teh hijau merupakan minuman yang aman dikonsumsi. Laki-laki dewasa

yang mengkonsumsi suplemen polipenol teh hijau dosis tinggi (714 mg) tiap hari selama 3 minggu berturut-turut terbukti tidak menimbulkan efek tambahan gagal

fungsi hati atau ginjal (Frank et al., 2009) dan EGCG yang diberikan selama 4

minggu dosis tinggi (800 mg) secara bolus juga dinyatakan aman untuk kesehatan (Hirano et al., 2005).


(26)

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh latihan fisik dan ekstrak teh hijau (Camelia sinensis) terhadap profil lemak mencit dengan pakan tinggi lemak.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, beberapa masalah dapat diidentifikasi, antara lain :

a. Manusia cenderung mengkonsumsi makanan tinggi lemak

b. Penurunan aktifitas tubuh manusia

c. Kecenderungan peningkatan kondisi kegemukan pada manusia.

d. Tinggi kolesterol berhubungan erat dengan terjadinya patologi

aterosklerosis yang beresiko meningkatkan berbagai penyakit berbahaya.

1.3. Perumusan Masalah.

a. Bagaimana pengaruh aktifitas fisik terhadap profil lipid mencit dengan

pakan tinggi lemak.

b. Bagaimana pengaruh ekstrak teh hijau terhadap profil lipid mencit dengan

pakan tinggi lemak.

c. Adakah pengaruh interaksi antara latihan fisik dan ekstrak teh hijau


(27)

1.4. Landasan Teori

Hiperkolesterolemia 

Pakan tinggi lemak 

+

- -

Ekstrak teh hijau 

Aterosclerosis 

Sintesis 

kolesterol 

Latihan  fisik 

Absorbsi lemak 

di usus    

Reseptor LDL 

di Hati    

LDL 

HDL 

‐ Trigliserida 

‐ HDL 

‐ Kolesterol 

‐ LDL 

Perubahan 

profil lipid : 


(28)

CVD

CHD 

Keterangan : - Menghambat

+ Menyebabkan

1.5. Tujuan Penelitian

1.5.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh latihan fisik dan pemberian ekstrak teh hijau terhadap profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak.

1.5.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh aktifitas fisik bersamaan dengan pemberian ekstrak teh hijau terhadap profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak.

b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak teh hijau terhadap profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak.

c. Untuk mengetahui pengaruh latihan fisik terhadap perubahan profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak.

d. Untuk mengetahui perubahan profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak tanpa pemberian ekstrak teh hijau dan tanpa latihan fisik.


(29)

1.6. Hipotesis

1. Ada pengaruh interaksi antara latihan fisik dan pemberian ekstrak teh hijau terhadap perubahan profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak.

2. Ada pengaruh ekstrak teh hijau terhadap perubahan profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak.

3. Ada pengaruh latihan fisik terhadap profil lipid pada mencit dengan pakan tinggi lemak.

4. Ada pengaruh pakan tinggi lemak terhadap profil lipid

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah bagi masyarakat tentang teh hijau. Bagi ilmu kedokteran, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana pengaruh teh hijau dalam menjaga status kesehatan dan mencegah penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat konsumsi lemak yang tinggi.

   


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kolesterol

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang terdapat pada seluruh produk binatang (contoh : daging, produk susu dan telur). Kolesterol sangat dibutuhkan bagi tubuh dan digunakan untuk membentuk membran sel, memproduksi hormon seks dan membentuk asam empedu, yang diperlukan untuk mencerna lemak. Kolesterol sangat dibutuhkan untuk memperoleh kesehataan yang optimal. Bila kadar kolesterol didalam darah terlalu tinggi akan terjadi pengendapan pada dinding pembuluh darah, dan ini dapat mengakibatkan resiko tinggi terhadap penyakit jantung (Vella, 2001).

2.1.1 Pembentukan kolesterol

Kolesterol diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan, yang disebut kolesterol eksogen, suatu jumlah yang bahkan lebih besar dibentuk dalam sel tubuh disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua kolesterol endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol, yang sesuai dengan kenyataan bahwa banyak struktur membran dari seluruh sel sebagian disusun dari zat yang berstruktur dasar inti sterol ini (Gambar 1) (Guyton dan Hall, 2006).


(31)

Gambar 1. Struktur kolesterol

Proses sintesis kolesterol (Gambar 2) terdiri dari lima tahapan utama (King, 2010) antara lain :

1.Merubah Asetil CoA menjadi 3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA

(HMG-CoA).


(32)

3.Mevalonate diubah menjadi molekul dasar isoprene, isopentenyl

pyrophosphate (IPP), bersamaan dengan hilangnya CO2.

4.IPP diubah menjadi squalene

5.Squalene diubah menjadi kolesterol.


(33)

2.1.2. Transpor Kolesterol

Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati dan jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ untuk digunakan dan disimpan. Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%), ester kolesterol (36%) dan asam lemak bebas (4%). Lipid diangkut didalam plasma sebagai lipoprotein (Gambar 3). Empat kelompok utama lipoprotein penting yaitu : kilomikron, VLDL, LDL dan HDL. Kilomikron mengangkut lipid yang dihasilkan dari pencernaan dan penyerapan; VLDL mengangkut triasilgliserol dari hati; LDL menyalurkan kolesterol ke jaringan, dan HDL membawa kolesterol ke jaringan dan mengembalikannya ke hati untuk diekskresikan dalam proses yang dikenal

sebagai transpor kolesterol terbalik (reverse cholesterol transport) (Murray et al. 2003).


(34)

Gambar 3. Transpor kolesterol antar berbagai jaringan

2.1.3. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Kolesterol Plasma.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi plasma adalah : Konsumsi kolesterol yang berfungsi sebagai kontrol umpan balik instrinsik, diet tinggi lemak yang jenuh, diet lemak tidak jenuh akan menekan konsentrasi kolesterol plasma, kekurangan insulin atau hormon steroid akan meningkatkan


(35)

konsentrasi kolesterol darah sedangkan kelebihan hormon steroid akan menurunkan konsentrasi kolesterol plasma (Guyton dan Hall, 2006).

2.1.3. Manfaat Khusus Kolesterol

Sejauh ini manfaat kolesterol nonmembran yang paling banyak dalam tubuh adalah untuk membentuk asam kolat di dalam hati. Sebanyak 80 persen kolesterol dikonversi menjadi asam kolat. Kolesterol berkonjugasi dengan zat lain membentuk garam empedu, yang membantu pencernaan dan absorbsi lemak.

Sebagian kecil dari kolesterol dipakai oleh kelenjar adrenal untuk membentuk hormon adrenokortikal; ovarium, untuk membentuk progesteron dan estrogen; dan oleh testis untuk membentuk testosteron. Kelenjar-kelenjar ini juga dapat membentuk sterol sendiri dan kemudian membentuk hormon dari sterol tersebut.

Sejumlah besar kolesterol diendapkan dalam lapisan korneum kulit. Hal ini bersama dengan lemak lainnya, membuat kulit lebih resisten terhadap absorbsi zat yang larut dalam air dan juga kerja dari berbagai zat kimia, karena kolesterol dan lemak lain sangat tidak berdaya terhadap zat-zat seperti asam lemak dan berbagai pelarut, yang bila tidak dapat lebih mudah menembus tubuh. Juga, zat lemak ini membantu mencegah evaporasi air dari kulit; tanpa proteksi ini jumlah evaporasi (seperti terjadi pada pasien yang kehilangan kulitnya karena luka bakar) dapat


(36)

mencapai 5 sampai 10 liter setiap hari sedangkan kehilangan yang biasa hanya 300 sampai 400 mililiter (Guyton dan Hall, 2006).

2.1.4. Fungsi Struktural Sellular Kolesterol dan Fosfolipid

Kolesterol dan fosfolipid bersama-sama membentuk struktural khusus di seluruh sel tubuh, terutama untuk pembentukan membran. Sejumlah besar kolesterol dan fosfolipid terdapat dalam sel membran dan membran organel bagian dalam dari semua sel. Perlu juga diketahui bahwa rasio jumlah kolesterol dan fosfolipid teruma penting untuk menentukan kandungan cairan sel membran.

Untuk membentuk membran, harus tersedia zat yang tidak larut dalam air. Umumnya, satu-satunya zat dalam tubuh yang tidak larut dalam air (selain zat anorganik tulang) adalah lipid dan beberapa protein. Jadi, integritas fisik sel di semua tempat dalam tubuh didasarkan terutama pada fosfolipid, kolesterol, dan protein tidak larut tertentu. Muatan polar pada fosfolipid juga mengurangi tegangan antar permukaan antara membran dan cairan sekitarnya.

Fakta lain yang menunjukkan pentingnya kolesterol dan fosfolipid untuk pembentukan struktur elemen sel adalah kecepatan pergantian yang diukur dalam bulanan atau tahunan. Misalnya, fungsi kolesterol dan fosfolipid di dalam sel otak


(37)

terutama berhubungan dengan sifat fisik keduanya yang tidak dapat dirusak (Guyton dan Hall, 2006).

2.2.TEH

2.2.1. Sistematika

Menurut silsilah kekerabatan dalam dunia tumbuh – tumbuhan, tanaman teh termasuk ke dalam bagian :

Kingdom : Plantae

Devisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Guttiferales

Famili : Theaceae

Genus : Camelia

Spesies : Camelia sinensis

2.2.2.Jenis Produksi Teh

Berdasarkan proses produksinya teh dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis utama antara lain (Cabrera et al., 2006):


(38)

a. Non fermentasi ( teh hijau)

Diproduksi dengan pengeringan dan penguapan (steaming) daun segar untuk tidak mengaktifasi oksidasi polipenol dan juga tidak terjadi oksidasi.

b. Semi fermentasi (teh oolong)

Diproduksi saat daun teh segar pada tahapan fermentasi sedang berlangsung

sebelum dikeringkan.

c. Difermentasi (teh hitam dan teh merah)

Merupakan teh yang diproduksi setelah tahapan fermentasi telah selesai sebelum pengeringan dan penguapan (steaming), walaupun fermentasi dari teh hitam disebabkan oleh oksidasi katalisasi oleh polipenol oksidasi. Oleh karena itu teh hitam dan teh merah diperoleh dengan mempergunakan mikro organisme.

Dari uraian diatas jelas bahwa teh hijau, teh oolong, teh hitam dan teh merah semuanya berasal dari daun teh (Camelia sinensis) namun dibedakan berdasarkan cara pembentukannya.

2.2.3. Komposisi Kimiawi Teh


(39)

Komposisi teh hijau sangat kompleks antara lain terdiri atas (Cabrera et al., 2006) :

‐ Protein (15 – 20% berat kering), dimana enzim merupakan bagian yang

penting

‐ Asam amino (1 – 4% berat kering), seperti tiamin atau 5-N

ethylglutamine, asam glutamik, triptopan, glisin, serin, asam aspartik, tiroksin, valin, leusin, threonin, arginin, lisin.

‐ Karbohidrat (5-7% berat kering), seperti selulosa, pektin, glukosa,

fruktosa, sukrosa.

‐ Lemak : linoleat dan alfa asam linoleat

‐ Sterol : stigmasterol

‐ Vitamin (B, C, E)

‐ Xanthic : kafein dan teophilin

‐ Pigmen : clorofil dan carotenoid

‐ Senyawa volatile : aldehit, alkohol, ester, laktones, hidrokarbon, dll.

‐ Mineral dan unsur-unsur lain (5% berat kering) : Ca, Mg, Cr, Mn, Fe, Cu,

Zn, Mo, Se, Na, P, Cu, Sr, Ni, K, F dan Al.

Polyphenol merupakan kelompok yang menarik dari komponen yang ada pada teh hijau sehingga teh hijau dianggap sebagai diet penting karena sumber


(40)

dari polyphenol bagian dari flavonoid. Flavonoid merupakan sintesis derifat phenol dengan jumlah (0,5 – 1,5%) dan bervariasi dan didistribusikan secara luas pada berbagai tumbuhan. United States Departement of Agriculture (USDA) belakangan ini mempublikasikan bahwa isi flavonoid merupakan makanan pilihan flavonoid utama yang ada pada teh hijau adalah katekin (flovan -3 ols) (Cabrera et al., 2006; Yang dan Landau, 2000).

Empat jenis katekin adalah (Cabrera et al., 2006; Yang and Landau, 2000; Stang, 2006) :

Epigallocatechin – 3 gallate (EGCG) 59% dari total katekin Epigallocatechin (EGC) : 19%

Epicatechin – 3 – gallate (ECG) 13,6% Epicatechin (EC) 6,4.

‐ Juga berisi Gallic acid (GA), dll.

Teh hijau dan teh hitam juga mengandung senyawa lainnya seperti : Kafein, gallic acid, theogallin, rutin, quercetin, kaempferol dan beberapa polifenol lainnya.

b. Teh hitam

Selama proses fermentasi untuk memproduksi teh hitam, katechin dioksidasi oleh polipenol oksidase menjadi komponen molekul yang lebih tinggi


(41)

teavlavin-3-monogalate (TF2A), teaflavin-3’-teavlavin-3-monogalate (TF2B), dan theaflavin-3,3’-digallate (TF3). Sebagai tambahan saat katekin berubah menjadi teaflafin, sebahagian katekin berubah menjadi bentuk lain yaitu thearubigins (Cabrera et al., 2006; Stang. 2006).

2.2.4. Khasiat Teh Hijau

Dari beberapa penelitian dijelaskan bahwa teh hijau telah berkhasiat dalam meningkatkan kesehatan. Adapun beberapa khasiat teh hijau adalah sebagai berikut :

1. Sebagai antioksidan

2. Antimutagenik dan anticarsinogenik

3. Anti hipertensi dan penyakit kardiovaskuler

4. Proteksi terhadap sinar ultraviolet

5. Mengontrol berat tubuh

6. Anti bakterial dan anti aktifitas virus

7. Meningkatkan kesehatan tulang

8. Meningkatkan kesehatan mulut

9. Anti peradangan


(42)

(Cabrera et al., 2006; McKay et al., 2002)

2.3. Pengaruh Teh Hijau Terhadap Profil Lemak

Hiperlipidemia merupakan keadaan abnormal dari metabolisme lemak. Salah satu faktor resiko utama terhadap perkembangan CVD. Peningkatan lemak plasma seperti asam lemak, kolesterol, phospolipid dan trigliserida dapat menyebabkan perkembangan aterosklerosis. Resiko CVD dapat menurun 2% hingga 1 % pada serum kolesterol dan bukti menganjurkan bahwa obat dengan kemampuan menurunkan lemak plasma kemungkinan dapat menurunkan kematian akibat kelainan cardiovaskuler. Katekin teh hijau memiliki efek terhadap metabolisme lemak dengan berbagai macam mekanisme dan pencegahan terhadap flek aterosklerosis dengan model hiperlipidemia yang bervariasi. Sebagai tambahan katekin mempengaruhi kelarutan membran sel (micellular solubility), hidrolisis luminal lemak, dan absorbsi lemak di usus. Selain itu ketekin dapat meningkatkan regulasi reseptor LDL di hati melalui pengaturan biosintesis, ekskresi dan proses intra sel lemak. Walaupun belum diketahui secara jelas bagaimana ketekin mengatur reseptor LDL di hati, sebuah penelitian membuktikan hal ini mungkin dapat mengurangi konsentrasi kolesterol pada hati, keadaan peningkatan sintesis reseptor LDL berakibat pada penurunan nilai kolesterol intra sel.

Telah diketahui bahwa LDL kolesterol merupakan faktor resiko penting untuk perkembangan CVD. Penelitian pada manusia memperlihatkan bahwa


(43)

konsumsi teh hijau dihubungkan dengan lebih rendahnya rasio LDL kolesterol dengan HDL kolesterol. Ketika ini dilaporkan bahwa tidak ada perubahan pada konsentrasi serum total kolesterol, trigliserida dan HDL kolesterol pada konsumsi sehari-hari hingga 4 cangkir teh hijau pada laki-laki umur pertengahan. Hasil dari penelitian yang sama memperlihatkan hubungan antara konsumsi lebih dari 10 cangkir teh hijau (1500 ml) sehari-hari diperoleh penurunan konsentrasi serum dari total kolesterol, LDL dan trigliserida dan terjadi peningkatan konsentrasi HDL. Sesuai dengan laporan ini, penelitian lain memperlihatkan konsumsi 9 cangkir teh hijau atau lebih per hari dapat menurunkan nilai serum kolesterol total, walaupun serum trigliserida, HDL-kolesterol tidak berubah. Ketika perbedaan dari data epidemiologi terjadi hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti desain penelitian dengan genetik yang heterogen, ukuran sampel yang bervariasi, perbedaan persiapan teh, proses produksi, gaya hidup, masukan yang relatif berbeda pada persiapan teh hijau, masukan relatif dosis tinggi dari katekin mungkin tergantung pada tercapainya efek bermanfaat. Dilaporkan pula bahwa terjadi perubahan lipoprotein yang menguntungkan terjadi pada penelitian hewan. EGCG menurunkan sirkulasi LDL-kolesterol tetapi meningkatkan HDL kolesterol pada tikus dengan diet tinggi lemak dan tinggi kolesterol. Sesuai dengan penelitian ini juga telah dilaporkan bahwa ekstrak teh hijau (300 mg/kgBB selama 4 minggu) berisi 80 % dapat menurunkan sirkulasi LDL kolesterol tetapi dapat meningkatkan HDL kolesterol pada tikus diabetik (Velayutham et al.,2009).


(44)

Aktifitas fisik adalah gerakan seluruh tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot yang akan meningkatkan pengeluaran energi. Defenisi ini meliputi latihan yang direncanakan, terstruktur dan aktifitas fisik yang dilakukan secara berulang dengan tujuan meningkatkan kebugaran fisik. Latihan dapat dibagi dua yaitu latihan aerobik dan latihan anaerobik. Dikatakan latihan aerobik bila oksigen yang dibutuhkan cukup untuk kelompok otot yang secara terus menerus bergerak dengan intensitas yang dipertahankan paling sedikit selama 20 menit. Latihan aerobik menggunakan beberapa kelompok otot utama tubuh yang mengakibatkan kebutuhan yang lebih besar terhadap kardiovaskuler dan pernafasan untuk suplay oksigen terhadap kerja otot. Latihan anaerobik merupakan kerja berat yang dilakukan terbatas pada beberapa otot, contohnya mengangkat beban berat. Tipe aktifitas ini dilakukan dengan interval waktu yang pendek dan suplay oksigen tidak cukup untuk metabolisme aerobik, mengakibatkan terutangnya oksigen dan terjadi metabolisme anaerobik pada otot tersebut. Contoh lain yaitu lari sprint, dimana intensitas tinggi dengan durasi yang pendek (Wang, 2004).

Orang dewasa yang melakukan aktifitas fisik akan berdampak pada peningkatan kesehatan. Untuk memperoleh manfaat kesehatan dibutuhkan paling sedikit 150 menit aktifitas sedang atau 75 menit untuk aktifitas latihan aerobik berat dalam seminggu atau kombinasi dari keduannya. Jumlah waktu tersebut dapat dibagi dalam seminggu, sehingga dilakukan latihan aerobik paling sedikit tiga kali dalam seminggu. Latihan aerobik dapat dilakukan dalam bentuk rangkaian kegiatan yang tidak kurang dari 10 menit untuk sekali kegiatan dan diulangi tiga kali sehari. Ini merupakan aktifitas minimum yang dibutuhkan untuk


(45)

menambah manfaat kesehatan, semakin besar jumlah waktu yang dilakukan selama seminggu dan intensitas latihan per kegiatan maka semakin besar manfaat yang diperoleh (Kauko, 2010)

Menurut Vella et al. (2001), bahwa lamanya latihan positif berhubungan dengan peningkatan kadar kolesterol HDL pada laki-laki, sedangkan pada wanita hubungan antara lamanya latihan dengan peningkatan kadar HDL belum jelas diketahui. Respons kadar kolesterol HDL berbeda untuk setiap individu tergantung pada intensitas, lama dan frekwensi latihan, kondisi awal kolesterol dan panjangnya periode latihan. Sedangkan menurut Kodama et al., (2007), bahwa volume latihan minimal diperkirakan pada pengeluran energi sebanyak 900 kcal seminggu atau 120 menit dari total panjang latihan selama seminggu. Setiap peningkatan lamanya aktifitas 10 menit sama dengan peningkatan kadar HDL kurang lebih 1,4 mg/dL (0,036 mmol/L).


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan dan pemeriksaan plasma mencit dilakukan pada Laboratorium Kesehatan Daerah Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan selama 14 minggu.

3.2.Sampel Penelitian

Jumlah sampel mencit (Mus Musculus) Strain DD Webster diambil berdasarkan rumus t(r – 1) >20 (Sugandi, 1994), jika t adalah jumlah kelompok (dalam penelitian ini terdiri dari 4 kelompok) dan r adalah jumlah ulangan per kelompok, maka jumlah ulangan adalah sebesar 9 mencit per kelompok maka jumlah mencit keempat kelompok adalah lebih dari 32 ekor.

3.3.Bahan dan Alat Penelitian 3.3.1. Bahan Penelitian

a. Ekstrak teh hijau

Daun teh hijau (Camalia sinensis) diperoleh dari perkebunan CV. Indistra Karya Pratama, Jl. Tanjung Pinggir Dusun X, Kelurahan Pondok


(47)

Sayur, Pematang Siantar Martoba. Pucuk daun teh yang dipetik adalah 3 daun dari pucuk, dikeringkan dengan sinar matahari selama 1 jam hingga layu,

kemudian dimasukkan dalam ruang ber AC dengan suhu dibawah 27 0C

selama 8 sampai dengan 12 jam dan dibalik setiap 2 jam. Daun kemudian dimasukkan dalam balancer digiling untuk membuang pasir dan menambah aroma teh selama 30 menit dengan putaran 30 kali per menit. Daun teh yang

siap diolah dimasukkan kedalam rotary power dengan suhu 250 – 3500C

selama 6 – 7 menit, masukkan ke mouter roller selama 3 - 4 menit untuk

digiling, lalu pengeringan pertama di dalam dryer dengan suhu 1100C selama

35 menit hingga kadar air 30 %. Kemudian proses pembentukan dimana daun teh dimasukkan kedalam kantung kain selama 8 – 10 jam di bolak baik sebanyak 40 kali, lalu dilakukan pengeringan kedua hingga kadar air 3 – 5 %, pemisahan daun dan batang teh. Daun teh hijau yang kering telah siap untuk digunakan. Sebelum di pasarkan, daun teh hijau yang telah disimpan beberapa lama dilakukan pengeringan ketiga (Komunikasi pribadi dengan pemilik : Drs. I Ketut Praptanta). Daun teh hijau yang sudah kering kemudian di ekstrak pada Laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Prosedur Ekstraksi

Ekstrak teh hijau dilakukan dengan cara menyeduh daun kering teh

hijau dengan air panas selama 5 menit pada suhu + 970C, disaring hingga

terpisah filtrat dan ampasnya (Gambar 3). Ampas diseduh kembali seperti diatas sebanyak 2 kali hingga air seduhan kelihatan jernih dan seluruh filtrat


(48)

46 

 

disatukan. Seluruh filtrat yang dihasilkan dikeringkan diatas waterbath hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental di freeze-dried untuk menghasilkan ekstrak kering (Harborne, 1987; Murase et al,2005) (Gambar 4 dan 5).

Diseduh dengan air panas

suhu 970C selama 5 menit

Disaring

(2000 gr) Daun Kering Teh Hijau 

Uapkan diatas Diseduh dengan air panas Waterbath Suhu 970C selama 5 menit

Disaring

(Ulangi hingga seduhan Freeze dried kelihatan jernih)

Filtrat  Ampas 

Ekstrak Kering  (320 gr) 

Ekstrak Kental 

Filtrat 


(49)

Gambar 5. Pengeringan dengan waterbath


(50)

b. Diet tinggi lemak.

Makanan tinggi lemak yang akan digunakan pada penelitian ini adalah makanan berupa pellet dengan kode 551 (PT Charoen Pokphand, Indonesia) ditambahkan kolesterol dari kuning telur 1,5%, lemak kambing 10 % dan minyak kelapa 1 %. Pakan yang dibutuhkan untuk seluruh mencit selama penelitian 42 hari kurang lebih 15 kg. Pakan tinggi lemak dibuat dengan cara menggiling pellet 551 hingga halus sebanyak 7.725 g, ditambahkan kuning telur sebanyak 5.625 g, lemak kambing 1500 g, 150 ml minyak kelapa. Bahan tersebut dicampurkan hingga rata, dibentuk berupa silinder dengan ukuran diameter 0,5 cm, panjang 3 cm kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari (Hardiningsih dan Nurhidayat, 2006).

Cara mempersiapkan diet tinggi lemak yaitu dengan cara mengikuti tahap-tahapan dibawah ini. Pertama-tama mempersiapkan lemak kambing sebanyak 1500 gr, memanaskan lemak kambing dengan cara menggoreng selama kurang lebih 2 jam hingga lemak kambing menjadi minyak dan sisanya menjadi seperti kerupuk. Kedua, mempersiapkan minyak kelapa dengan cara mengambil daging kelapa tua sebanyak 3 buah dan diparut, diambil patinya kemudian pati tersebut dipanaskan diatas kuali hingga terpisah ampas dan minyak kelapa. Dan minyak kelapa disaring, diambil sebanyak 150 ml. Ketiga, mempersiapkan kuning telur. Telur direbus hingga matang, pisahkan kuning telur dengan putih telur, keringkan kuning telur

dengan suhu 600C selama 2 jam didalam oven dan telur sudah siap untuk


(51)

Bahan-bahan yang telah disiapkan diadon dengan cara meletakkan pellet 551 sebanyak 7.725 g dalam sebuah wadah yang telah disediakan. Tuangkan minyak kambing yang baru saja disiapkan (minyak masih dalam kondisi panas) diaduk dan dibiarkan selama 20 menit. Tambahkan air sebanyak 8 liter, aduk dan tunggu selama kurang lebih 1 jam hingga pakan lembut dan mudah untuk diadon. Sisa lemak kambing berupa kerupuk juga dihancurkan dan diadon bersama dengan pellet 551 didalam wadah hingga rata. Tambahkan minyak kelapa sebanyak 150 ml kedalam adonan dan aduk kembali hingga rata. Tambahkan kuning telur yang sudah dikeringkan sebanyak 5.625 g kedalam adonan sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga bahan-bahan tersebut diatas tercampur dengan rata. Hasil adonan dibagi dua, setengah adonan dipersiapkan untuk pakan tinggi lemak yang dicampurkan ekstrak teh hijau, setengahnya lagi tanpa ekstrak teh hijau. Seluruh adonan dibentuk dengan panjang kurang lebih 3 cm dengan diameter 0,5 cm, diletakkan diatas seng dan dikeringkan langsung dibawah sinar matahari hingga kering (Gambar 7).

c. Diet Tinggi lemak dengan Ekstrak Teh Hijau

Setengah dari hasil adonan diet tinggi lemak yang telah dipisahkan, di aduk sedikit demi sedikit dengan ekstrak teh hijau sebanyak 2% (150 gr) sampai rata. Hasil adonan dibentuk dengan panjang kurang lebih 3 cm dengan diameter 0,5 cm, diletakkan diatas seng dan dikeringkan langsung dibawah sinar matahari hingga kering (Gambar 8)


(52)

Gambar 7. Pengeringan Pakan Tinggi Lemak


(53)

d. Hewan Coba

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) Strain DD Webster, berjenis kelamin jantan, berumur 11 minggu dengan rata-rata berat badan 32 g yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian Terpadu FMIPA Universitas Universitas Sumatera Utara Medan. Mencit akan dipelihara selama 6 minggu untuk penelitian ditambah dengan masa aklimatisasi selama 7 hari. Makanan yang diberikan adalah makanan tinggi lemak ditambah dengan 2 % ekstrak teh hijau untuk dua kelompok (9 ekor) dan 2 kelompok lainnya (9 ekor) diberikan makanan tinggi lemak tanpa penambahan ekstrak teh hijau. Minuman yang digunakan adalah air keran (tap water) yang diberikan secara ad libitum. Siklus terang gelap harian, temperatur dan kelembaban ruangan dibiarkan berada pada kisaran alamiah (Ropelle, et al., 2006). Kandang terbuat dari bahan plastik berukuran panjang 17 cm x lebar 12 cm x kedalaman 10 cm. Mencit dikandangkan satu ekor per kandang dengan tutup kawat halus dan pada tutup kandang dibentuk tempat pakan khusus. Dasar kandang dilapisi sekam padi setebal 0,5 – 1 cm. Kandang dibersihkan setiap hari dan sekam padi diganti setiap 2 (dua) hari.

e. Reagensia untuk Pengukuran profil lipid

- Kolesterol CHOD-PAP

- Trigliserida GPO-PAP


(54)

- Larutan Kolesterol standart

- Larutan trigliserida standart

- Larutan kolesterol HDL presipitat standart

3.3.2. Alat Penelitian

• Kolam untuk berenang mencit terbuat dari kaca dengan ukuran kolam

adalah panjang 90 cm, lebar 45 cm dan dalam 45 cm.

• Oven merk Oxone untuk mengeringkan kuning telur.

• Termometer untuk mengukur suhu oven saat pengeringan kuning telur.

• Spektrofotometer merk Microlab 300 (Jerman) untuk membaca sampel

pada panjang gelombang 546 nm

• Tabung reaksi digunakan sebagai tempat bahan pemeriksaan

• Spuit 3 cc digunakan untuk mengambil darah dari mencit percobaan

Centrifuge digunakan sebagai pemutar sampel darah mencit untuk memisahkan sel darah dan serum.

• Clinic pet produksi biohit : Proline 10 – 250 μl, tip yellow untuk

mengambil supernatant dan Proline 500 – 1000 μl, tip blue untuk


(55)

• Inkubator digunakan untuk menginkubasi sampel sebelum pengukuran.

• Timbangan untuk menimbang berat badan dan pakan mencit.

• Waterbath digunakan untuk menguapkan larutan teh hijau menjadi pasta

• Freeze dried untuk mengeringkan pasta teh hijau

3.4. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas yaitu : Ekstrak teh hijau dan latihan fisik.

2. Variabel Tergantung yaitu : Profil lemak; kolesterol total, trigliserida, HDL kolseterol, LDL kolesterol.

3. Variabel kendali yaitu : Berat badan, pakan tinggi lemak, umur dan lingkungan

3.5. Rancangan

3.5.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian Faktorial 2 x 2 (Tabel 1). Setiap kelompok terdiri atas 9 mencit, sehingga jumlah mencit yang digunakan adalah 36 ekor.


(56)

Tabel 1. Rancangan Penelitian

Aktifitas Fisik

Berenang (F1)

Tidak Berenang (F2) Ekstrak teh hijau

(E1)

E 1 F 1

E 1 F 2

Tanpa ekstrak teh hijau (E2)

E 2 F 1 E 2 F 2

3.5.2. Pemeliharaan Mencit (Sebelum Penelitian)

Mencit diambil pada umur 10 minggu, dipelihara selama seminggu di kandangkan dengan satu ekor per kandang pada ruangan dengan siklus terang gelap harian, temperatur dan kelembaban ruangan dibiarkan berada pada kisaran alamiah. Makanan yang diberikan selama 7 hari fase aklimatisasi adalah makanan berupa pellet dengan kode 551 (PT Charoen Pokphand, Indonesia) tanpa campuran bahan lain.

3.5.3. Dosis

Dosis ekstrak teh hijau yang diberikan pada mencit adalah sebanyak 2 % ekstrak teh hijau per kilogram pakan yang diberikan. (Bruno et al., 2008; Zhang et al., 2002)


(57)

3.6. Pelaksanaan Penelitian

3.6.1. Penerbitan Ethical Clearence

Pelaksanaan penelitian profil lemak mencit dengan makanan tinggi lemak yang melakukan aktifitas fisik secara teratur setelah pemberian ekstrak teh hijau (Camelia sinensis) meminta persetujuan pelaksanaan penelitian dari Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan.

3.6.2. Pemberian Perlakuan

a. Pemberian Ekstrak Teh Hijau

Ekstrak teh hijau diberikan bersamaan dengan diet tinggi lemak yang telah

dicampurkan pada diet sebelumnya untuk kelompok E1F1 dan kelompok

E1F2 . Lama pemberian ekstrak teh hijau selama 6 minggu.

b. Latihan Fisik

Prosedur pelaksanaan latihan fisik pada mencit (Gambar 9) dilakukan

secara teratur pada kelompok E1F1 dan kelompok E2F1. Frekwensi

berenang adalah 3 kali seminggu pada hari senin, rabu dan jumat; dimana waktu berenang 20 menit untuk 2 kali berenang pertama, 30 menit untuk 2 kali berenang berikutnya dan selanjutnya 40 menit sekali berenang dan dilakukan selama 6 minggu perlakukan (Kodama et al., 2007). Mencit berenang pada tempat yang telah disediakan (Murase et al., 2005; Ciulla et al.,2007)


(58)

Gambar 9. Perlakuan Aktifitas berenang pada mencit

3.6.3. Pengamatan

a. Koleksi Sampel Darah

Pengambilan sampel darah mencit untuk pemeriksaan profil lipid dilakukan 2 kali (Gambar 10). Pengambilan sampel darah yang pertama dilakukan pada hari ke 21 pada 4 ekor mencit yang dipilih secara random, sedangkan 5 ekor lainnya diambil darahnya tepat pada hari ke 42. Setelah perlakuan dilakukan tepat dengan waktu yang ditentukan maka semua mencit yang menjadi subjek penelitian dibunuh dengan cara dislokasi servikalis, kemudian diambil darah mencit sebanyak 0,8 ml pada masing-masing subjek. Darah masing-masing-masing-masing mencit diambil dengan spuit insulin yang telah dibilas dengan heparin, diberi label, darah dimasukkan kedalam termos berisi es dan dibawa ke laboratorium. Di laboratorium darrah dipindahkan ke tabung reaksi, diberi label dan di centrifuge selama 5 – 15


(59)

menit pada 3.000 rpm untuk memisahkan plasma. Setelah plasma dipisahkan, kemudian dimasukkan dalam tabung kecil dan dilakukan penentuan kadar kolesterol total, trigliserida, , HDL kolesterol dan LDL kolesterol.

b. Pengukuran profil lipid plasma darah Penentuan kadar Trigliserida

Prosedur untuk menentukan kadar trigliserida plasma darah adalah sebagai berikut :

1. Penetapan kadar trigliserida standart yaitu mempersiapkan tabung

reaksi yang berisikan reagensia trigliserida GPO-PAP 1000 μl

ditambahkan larutan standart trigliserida 10 μl dengan mikropipet,

dikocok lalu diinkubasi selama 10 menit pada suhu 370C. Diukur

pada alat Microlab 300 dengan panjang gelombang 546 nm.

2. Penetapan kadar blanko trigliserida yaitu mempersiapkan tabung

reaksi untuk blanko berisikan reagensia trigliserida GPO-PAP 1000

μl ditambah dengan 10 μl air dengan micropipet, dikocok lalu

diinkubasi selama 10 menit pada suhu 370C. Diukur pada alat

Microlab 300 dengan panjang gelombang 546 nm.

3. Penetapan kadar trigliserida serum darah mencit yaitu

mempersiapkan tabung reaksi, diberi label, memasukkan reagensia


(60)

telah dicentrifugasi sebanyak 10 μl dihomogenkan dan diinkubasi

selama 10 menit pada suhu 370C. Diukur pada alat Microlab 300

dengan panjang gelombang 546. Mencatat hasilnya.

Penentuan Kadar Kolesterol

Prosedur untuk menentukan kadar kolesterol plasma darah adalah sebagai berikut :

1. Penetapan kadar kolesterol standart yaitu mempersiapkan tabung

reaksi yang berisikan reagensia kolesterol CHOD-PAP 1000 μl

ditambahkan larutan standart kolesterol 10 μl dengan mikropipet,

dihomogenkan lalu diinkubasi selama 10 menit pada suhu 370C.

Diukur pada alat Microlab 300 dengan panjang gelombang 546 nm.

2. Penetapan kadar blanko kolesterol yaitu mempersiapkan tabung reaksi

untuk blanko berisikan reagensia kolesterol CHOD-PAP 1000 μl

ditambah dengan 10 μl air dengan micropipet, dihomogenkan lalu

diinkubasi selama 10 menit pada suhu 370C. Diukur pada alat

Microlab 300 dengan panjang gelombang 546 nm.

3. Penetapan kadar kolesterol plasma darah mencit yaitu mempersiapkan

tabung reaksi, diberi label, memasukkan reagensia kolesterol

CHOD-PAP 1000 μl, ditambahkan plasma mencit yang telah dicentrifugasi

sebanyak 10 μl, dihomogenkan dan diinkubasi selama 10 menit pada

suhu 370C. Diukur pada alat Microlab 300 dengan panjang gelombang


(61)

Penentuan kadar HDL kolesterol

Prosedur untuk menentukan kadar HDL kolesterol plasma darah adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan Presipitasi

• Mempersiapkan presipitasi semimikro pada tabung reaksi : reagen

kolesterol HDL standart 200 μl + presipitan sebanyak 500 μl yang

sudah dicampur dengan aquades dengan perbandingan 4 : 1. Dihomogenkan selama 10 menit dan disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 4000 rpm.

• Mempersiapkan presipitasi semimikro pada tabung reaksi : plasma

sampel 200 μl + presipitan sebanyak 500 μl yang sudah dicampur

dengan akuades dengan perbandingan 4 : 1. Dihomogenkan selama 10 menit dan disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 4000 rpm.

2. Menentukan HDL kolesterol

• Mempersiapkan tabung standart berisikan reagensia kolesterol

1000 μl + supernatan standart 100 μl. Diinkubasi selama 10 menit

pada suhu 370C. Baca dengan menggunakan alat microlab 300


(62)

• Mempersiapkan tabung blanko berisikan reagensia kolesterol

1000 μl. Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 370C. Baca dengan

menggunakan alat microlab 300 dengan panjang gelombang 546 nm.

• Mempersiapkan tabung sampel berisikan reagensia kolesterol

1000 μl + supernatan sampel 100 μl. Diinkubasi selama 10 menit

pada suhu 370C. Baca dengan menggunakan alat microlab 300

dengan panjang gelombang 546 nm (Gambar 11).

Penentuan Nilai LDL

Perhitungan LDL kolesterol dapat digunakan dengan rumus Friedewald dengan cara :

Trigliserida

LDL (mg/dl) = Total kolesterol HDL 5


(63)

Gambar 10. Pengambilan sampel darah dari jantung mencit.


(64)

3.7. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran diekspresikan dalam mean + SD dengan menggunakan Microsof Excel dan dianalisa dengan program SPSS 15. Sebelum data dianalisa, terlebih dahulu seluruh data dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Data-data yang normal dan homogen dapat dilanjutkan untuk dianalisa dengan program SPSS dengan uji parametrik dengan uji yang tepat adalah uji Anova dan uji lanjut dengan Bonferroni. Sedangkan data-data yang tidak normal dan/atau tidak homogen, tidak langsung dianalisa tetapi data tersebut terlebih dahulu ditransformasi. Setelah ditransformasi data-data tersebut kembali diuji normalitas dan homogenitasnya. Bila hasil uji normalitas dan homogenitas data yang telah ditransformasi menjadi normal dan homogen, maka dilakukan uji parametrik Anova dan uji lanjut Bonferroni sedangkan data yang tidak normal dan/atau tidak homogen maka uji yang dilakukan adalah uji nonparametrik dan yang tepat untuk penelitian ini adalah uji Kruskal Wallis dengan uji lanjut adalah uji Bonferroni.

               


(65)

BAB IV 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

 

4.1. Hasil  

  Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh latihan fisik

dan pemberian ekstrak teh hijau terhadap profil lipid pada mencit jantan Mus musculus strain DD Webster dengan makanan tinggi lemak maka sebelum diberikan perlakuan terhadap mencit, secara random mencit diambil mewakili kelompok untuk dilakukan pemeriksaan kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL sebagai kontrol awal (n = 5). Pemeriksaan kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL selanjutnya dilakukan pada hari ke 21 (masing-masing kelompok n = 4) dan pemeriksaan terakhir dilakukan pada hari ke 42 (masing-masing kelompok n = 5). Untuk lebih jelas dapat dilihat alur penelitian (Gambar 12). Darah mencit yang diperiksa diambil langsung dari jantung mencit dengan menggunakan spuit insulin setelah dilakukan dislokasi servikalis terlebih dahulu dan kemudian pembedahan abdomen dan rongga dada mencit. Darah mencit pada masing-masing spuit yang telah diberi label dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan kemudian dianalisa secara statistik.


(66)

Gambar 12. Alur Kerja Penelitian

4.1.1. Konsumsi pakan mencit dan selisih berat badan

Pakan mencit setiap hari diberikan sebanyak 6 gr, dan sisanya ditimbang pada pemberian pakan esok harinya. Sehingga jumlah pakan per hari adalah 6 gr dikurang berat pakan yang sisa. Untuk pemberian pakan selanjutnya ditambahkan hingga menjadi 6 gr kembali. Pada Gambar 13 menunjukkan bahwa konsumsi pakan terbanyak adalah pada kelompok mencit yang melakukan aktifitas berenang tanpa mengkonsumsi teh hijau.


(67)

Gambar 13. Rata – rata konsumsi pakan pada masing-masing kelompok mencit dari hari pertama hingga hari ke 42 perlakuan (n = 9 per kelompok).

Konsumsi pakan pada hari ke 21 adalah konsumsi rata-rata mencit dari hari pertama hingga hari ke 21, sedangkan konsumsi pakan hari ke 42 adalah konsumsi rata-rata dari hari ke 22 hingga hari ke 42. Pada Gambar 14 terlihat konsumsi pakan yang dievaluasi pada hari ke 21 dan ke 42 secara umum kelihatan meningkat kecuali pada kelompok yang hanya mengkonsumsi teh hijau mengalami sedikit penurunan dan yang paling banyak mengkonsumsi pakan adalah kelompok pakan yang tidak dicampur dengan teh hijau. Pada hari ke 21 terdapat perbedaan yang nyata konsumsi pakan antara kelompok berenang dengan kelompok mengkonsumsi teh hijau dan berenang dimana p = 0,02. Pada hari ke 42 secara statistik juga terdapat perbedaan nyata konsumsi pakan antara kelompok


(68)

berenang dan mengkonsumsi teh hijau dengan kelompok berenang p = 0,01 dan kelompok yang mengkonsumsi teh hijau dengan kelompok berenang p = 0,01.

Gambar 14. Konsumsi pakan mencit setelah 21 dan 42 hari perlakuan (n=36);

huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan; a dan b signifikan dengan uji Anova dilanjutkan dengan uji Bonferroni, p = 0,02. A dan B signifikan dengan uji yang sama, masing-masing p = 0,01.

Berat badan mencit ditimbang sebanyak tiga kali yaitu pada hari pertama, hari ke 21 dan hari ke 42. Selisih berat badan hari 21 adalah berat badan rata-rata mencit hari ke 21 setiap kelompok perlakuan dikurang berat badan mencit rata-rata setiap kelompok perlakuan pada hari pertama. Sedangkan selisih berat badan hari ke 42 adalah berat badan rata-rata mencit setiap kelompok perlakuan hari ke 42 dikurang dengan rata-rata berat badan mencit pada hari ke 21 pada setiap kelompok perlakuan. Selisih berat badan masing-masing kelompok dapat dilihat

ab 

 

ab

AB 


(69)

pada Gambar 15, dimana peningkatan berat badan paling tinggi adalah pada kelompok konsumsi teh hijau.

AB 

B  B 

ab 

ab 

Gambar 15. Selisih peningkatan berat badan mencit pada hari ke 21 dan 42

(n=36); huruf yang berbeda menyatakan perbedaan yang signifikan. a dan b dari uji Anova dilanjutkan dengan uji Bonferroni p = 0,04; A dan B dengan uji yang sama

masing-masing p = 0,01 dan p = 0,03.

Secara statistik diperoleh bahwa pada hari ke 21 terdapat perbedaan nyata antara kelompok konsumsi teh hijau dengan kelompok berenang dimana p = 0,04. Sedangkan pada hari ke 42 diperoleh perbedaan nyata selisih berat badan antara kelompok konsumsi teh hijau dengan kelompok berenang p = 0,01 dan kelompok konsumsi teh hijau dengan kelompok konsumsi pakan kolesterol p = 0,03.


(70)

4.1.2. Profil lipid kolesterol pada masing-masing kelompok mencit.

Pengukuran kadar kolesterol mencit dilakukan sebanyak tiga kali. Pengukuran pertama dilakukan sebelum dimulainya perlakuan pada setiap kelompok dengan n = 5 ekor mencit yang diambil secara acak sebagai kadar awal (kontrol) untuk seluruh kelompok perlakuan. Pengukuran kolesterol kedua dilakukan pada hari ke 21 dengan n = 4 ekor mencit yang diambil secara acak dari masing-masing kelompok perlakuan. Sedangkan pengukuran ketiga dilakukan tepat pada hari ke 42 dengan n = 5. Dari Gambar 16 dapat dilihat bahwa kadar kolesterol total Meningkat pada hari ke 21 dan ke 42 dibandingkan dengan kontrol. Hasil uji statistik pada hari ke 21 terlihat perbedaan bermakna antara kelompok konsumsi teh dan berenang dengan kelompok berenang p = 0,03, kelompok pakan kolesterol p = 0,42 dan kelompok kontrol p = 0,03; Kelompok konsumsi teh dengan kelompok kontrol p = 0,03; Kelompok berenang dengan kelompok kontrol p = 0,03 dan Kelompok pengkonsumsi pakan kolesterol saja dengan kontrol p = 0,03. Pada hari ke 42 terlihat hasil uji statistik terdapat perbedaan bermakna seluruh kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dimana masing-masing p = 0,01. Hasil uji statistik kolesterol antara hari ke 21 dan ke 42 pada masing-masing kelompok tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Untuk membandingkan perubahan data kolesterol antara hari ke 21 dan hari ke 42 perlakuan dari masing-masing kelompok perlakuan dilakukan uji t. Hasil perbandingan data hari ke 21 dan hari ke 42 dari masing-masing kelompok tidak terdapat perbedaan yang signifikan.


(71)

c/B

ab 

Gambar 16. Kadar kolesterol total mencit pada kontrol, hari ke 21 dan hari

ke 42; perbedaan huruf menyatakan perbedaan yang signifikan. perbedaan c dengan a, ab, b, b dengan uji Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney masing-masing p = 0,03; perbedaan A dan B dengan uji yang sama masing-masing p = 0,08. Uji t antara hari ke 21 dan hari ke 42 tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

4.1.3. Profil lipid trigliserida pada masing-masing kelompok mencit.

Pengukuran kadar trigliserida mencit dilakukan sebanyak tiga kali. Pengukuran pertama dilakukan sebelum dimulainya perlakuan pada setiap kelompok dengan n = 5 ekor mencit yang diambil secara acak sebagai kadar awal (kontrol) untuk seluruh kelompok perlakuan. Pengukuran kedua dilakukan pada hari ke 21 dengan n = 4 ekor mencit yang diambil secara acak dari masing-masing kelompok perlakuan. Sedangkan pengukuran ketiga dilakukan tepat pada hari ke 42 dengan n = 5. Dari Gambar 17 dapat dilihat bahwa kadar kadar trigliserida


(72)

pada kontrol jauh lebih tinggi dibandingkan pada hari ke 21 dan ke 42. Hasil uji statistik trigliserida hari ke 21 terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol terhadap masing-masing kelompok perlakuan yang diberikan teh hijau dan berenang, kelompok yang diberikan teh hijau, kelompok yang berenang dan kelompok yang hanya mengkonsumsi pakan kolesterol, dimana secara berurutan p = 0,001, selanjutnya p = 0,000. Demikian pula pada hari ke 42 terdapat perbedaan bermakna pada kelompok yang sama dimana secara berurutan masing p = 0,016; 0,032; 0,016 dan 0,047.

 

a/A

B 

Gambar 17. Kadar trigliserida mencit pada kontrol, hari ke 21 dan hari ke

42; perbedaan huruf menyatakan perbedaan secara signifikan. a dan b dengan uji Anova yang dilanjutkan dengan uji Bonferroni masing-masing p = 0,001 dan 0,00. A dan B dengan uji Kuskal Wallis dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney masing-masing p = 0,016; 0,032; 0,016 dan 0,047. Uji t antara hari ke 21 dan hari ke 42 tidak terdapat perbedaan yang signifikan.


(73)

Untuk membandingkan perubahan data trigliserida antara hari ke 21 dan hari ke 42 perlakuan dari masing-masing kelompok perlakuan dilakukan uji t. Hasil perbandingan data hari ke 21 dan hari ke 42 dari masing-masing kelompok tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

4.1.4. Profil Lipd HDL pada masing-masing kelompok mencit.

Pengukuran kadar HDL mencit dilakukan sebanyak tiga kali. Pengukuran pertama dilakukan sebelum dimulainya perlakuan pada setiap kelompok dengan n = 5 ekor mencit yang diambil secara acak sebagai kadar awal (kontrol) untuk seluruh kelompok perlakuan. Pengukuran kedua dilakukan pada hari ke 21 dengan n = 4 ekor mencit yang diambil secara acak dari masing-masing kelompok perlakuan. Sedangkan pengukuran ketiga dilakukan tepat pada hari ke 42 dengan n = 5. Dari Gambar 18 dapat dilihat bahwa kadar HDL jauh meningkat pada hari ke 42 dibandingkan hari ke 21 dan kontrol. Hasil uji statistik pada hari ke 21 tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok, sedangkan pada hari ke 42 terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok teh hijau dengan kelompok berenang p = 0,032; kelompok kontrol dengan kelompok yang diberikan teh hijau dan berenang, kelompok yang diberikan teh hijau, kelompok berenang dan kelompok yang hanya diberikan pakan kolesterol, dimana masing-masing p = 0,008. Hasil uji t antara hari ke 21 dan ke 42 diperoleh peningkatan HDL yang

bermakna dimana masing-masing p = 0,008. Untuk membandingkan perubahan data HDL antara hari ke 21 dan hari ke 42 perlakuan dari masing-masing kelompok perlakuan dilakukan uji t.


(74)

   

AB 

BC  C 

a/D  a  a a  a 

Gambar 18. Kadar HDL mencit pada kontrol, hari ke 21 dan hari ke 42;

huruf yang berbeda menyatakan perbedaan secara signifikan; D dan BC, AB, C, A dari uji Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney masing-masing p = 0,01. Uji t antara hari ke 21 dan hari ke 42 terdapat perbedaan yang signifikan dengan masing-masing secara berurutan p = 0,001; 0,005; 0,021; 0,024.

Hasil perbandingan data hari ke 21 dan hari ke 42 dari masing-masing kelompok terlihat peningkatan kadar HDL pada seluruh kelompok perlakuan secara signifikan yaitu kelompok berenang dan mengkonsumsi teh hijau p = 0,001; kelompok konsumsi teh hijau tanpa berenang p = 0,005; kelompok yang berenang tanpa konsumsi teh hijau p = 0,021; dan kelompok tanpa berenang dan tanpa konsumsi teh hijau p = 0,024.


(75)

4.1.5. Profil Lipid LDL pada masing-masing kelompok mencit.

Kadar LDL kolesterol, bukan merupakan hasil pengukuran langsung tetapi merupakan hasil perhitungan sesuai dengan rumus Friedewald. Kontrol merupakan hasil perhitungan LDL sebelum perlakuan dilakukan dengan n = 5. LDL hari ke 21 merupakan hasil perhitungan sesuai rumus Friedewald yang diperoleh berdasarkan hasil kolesterol, trigliserida dan HDL hari ke 21. Sedangkan kadar LDL pada hari ke 42 merupakan hasil perhitungan yang diperoleh sesuai rumus berdasarkan hasil pengukuran kolesterol, trigliserida dan HDL hari ke 42.

b/A 

A  A 

Gambar 19. Kadar LDL mencit hari ke 21 dan hari ke 42; perbedaan huruf

menyatakan perbedaan secara signifikan. a dan b dengan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan uji Mann-Whitney masing-masing p = 0,03; uji t antara hari ke 21 dan ke 42 masing-masing kelompok diperoleh penurunan LDL yang signifikan dimana masing-masing p = 0,032; 0,007; 0,003.


(76)

Dari Gambar 19 dapat dilihat bahwa kadar LDL meningkat pada hari ke 21 dan kembali menurun pada hari ke 42. Dari hasil uji statistik hari ke 21 terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok seluruh kelompok perlakuan dimana masing-masing p = 0,029; sedangkan pada hari ke 42 tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan. Secara statistik dilakukan uji t antara masing-masing kelompok hari ke 21 dan ke 42. Hasil yang diperoleh terdapat penurunan LDL yang signifikan pada kelompok berenang dan mengkonsumsi teh hijau p = 0,032; kelompok yang mengkonsumsi teh hijau p = 0,007 dan kelompok tanpa konsumsi teh hijau dan tanpa berenang p = 0,003.

 

4.2. Pembahasan

4.2.1. Profil lipid kolesterol.

Dari hasil penelitian ini ditemukan adanya peningkatan kadar kolesterol masing-masing kelompok dibandingkan dengan kontrol. Hal ini terjadi oleh karena pakan tinggi lemak yang dikonsumsi mencit diabsorbsi dengan baik di usus halus. Semua lipid diangkut dari usus dalam bentuk kilomikron. Kilomikron berada didalam sistem limfe yang mengitari usus dan dibawa masuk ke sistem sirkulasi melalui duktus toraksikus. Didalam darah kilomikron dikatabolisme dan disalurkan ke jaringan adiposa, jantung dan otot serta hati. Kelebihan lipid yang dikonsumsi setiap hari oleh mencit dapat meningkatkan kadar kolesterol pada mencit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu bahwa terdahulu bahwa konsumsi makanan tinggi lemak dapat meningkatkan kolesterol total


(77)

dalam waktu 2 minggu (Hardiningsih dan Nurhidayat, 2006; Yang et al., 2003) atau 4 minggu (Heaps, et al., 2008). Jika dilihat dari perbandingan antara masing-masing kelompok perlakuan pada penelitian ini diperoleh bahwa terdapat kecendrungan penurunan kadar kolesterol total pada hari ke 42 perlakuan untuk kelompok yang diberikan teh hijau dan melakukan aktifitas latihan dibandingkan dengan kadar kolesterol total pada hari ke 21, namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Kecendrungan ini dimungkinkan terjadi akibat penurunan absorbsi kolesterol di usus oleh pengaruh teh hijau, pengaruh teh hijau terlihat bila durasi pemberian teh hijau lebih lama; Peningkatan kadar HDL kolesterol oleh karena aktifitas latihan pada mencit dapat menurunkan kadar kolesterol total oleh karena HDL berfungsi membawa kolesterol kembali ke hati untuk selanjutnya diekskresi melalui empedu; dan penurunan LDL kolesterol yang terjadi pada penelitian ini juga menurunkan kadar kolesterol total karena LDL yang fungsinya menyalurkan kolesterol kejaringan berkurang. Hal ini didukung dengan teori yang menyatakan bahwa katechin menghambat absorbsi kolesterol, asam lemak dan trigliserida

(Velayutham et al., 2008). HDL kolesterol juga memiliki peranan penting dalam

proses transport pengembalian kolesterol dari jaringan perifer ke hepar untuk diekskresi melalui empedu. Peranan LDL kolesterol adalah membawa kolesterol dari hepar ke jaringan perifer sehingga meningkatkan kadar kolesterol total. (Lewis, 2005; Guyton dan Hall, 2006; Soccio, 2004; King, 2010; Murray et al., 2003). Aspek klinis pada manusia akibat peningkatan kadar kolesterol berkorelasi dengan terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung koroner.


(78)

4.2.2. Profil Lipid Trigliserida

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan kadar trigliserida kontrol yang tinggi dibandingkan dengan kadar trigliserida pada hari ke 21 dan ke 42 yang rendah. Hal ini terjadi pada penelitian akibat pemberian pakan pada mencit semasa pertumbuhan hingga berumur 7 minggu diberikan pakan pellet 551 (50%) dan jagung giling (50%). Peningkatan trigliserida ini diakibatkan pengaruh hemicellulose pada jagung meningkatkan kadar trigliserida. Hal ini didukung penelitian sebelumnya bahwa terjadi peningkatan kadar trigliserida pada babi betina yang sumber makanannya berasal dari jagung (Weber, et al., 2010). Pada penelitian ini juga terlihat seluruh kelompok perlakuan mengalami penurunan kadar trigliserida secara signifikan dibandingkan dengan kontrol. Hal ini terjadi pada penelitian karena konsumsi seluruh kelompok perlakuan diberikan pakan tinggi lemak yang diramu sendiri oleh peneliti dimana pakan ini tanpa jagung. Selain itu penurunan kadar trigliserida pada penelitian ini dapat juga diakibatkan oleh sumber energi mencit dalam melakukan aktifitas diambil dari lipid yang dikonsumsi oleh karena karbohidrat pada pakan tinggi lemak sangat terbatas. Hasil penelitian ini juga dapat menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap teh hijau, aktifitas fisik maupun kombinasi keduanya terhadap penurunan kadar trigliserida. Hal ini terjadi pada penelitian akibat pembatasan makanan pada mencit yaitu 6 g/hari, sehingga pakan tinggi lemak yang diberikan digunakan untuk melakukan aktifitas fisik. Selain itu bahwa sumber lipid pada pakan yang berasal dari telur dapat mempengaruhi penurunan kadar trigliserida mencit secara keseluruhan. Hal ini didukung oleh penelitian


(79)

sebelumnya yang menyatakan bahwa makanan yang berasal dari telur dapat menurunkan kadar trigliserida didalam darah (Mutungi, et al, 2008). Murase et al, 2006 dan Miura, et al., 2001, menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan pada penurunan kadar trigliserida pada mencit yang diberikan ekstrak teh hijau yang baru saja melakukan aktifitas.

4.2.3. Profil Lipid HDL

HDL disintesis dan disekresikan dari hati dan usus. HDL merupakan kelompok lipoprotein yang berperan membawa kolesterol kembali ke hati untuk kemudian diekskresikan. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa seluruh kelompok perlakuan mengalami peningkatan kadar lipid HDL secara signifikan dibandingkan dengan kontrol. Hal ini terjadi pada penelitian karena pakan tinggi lemak yang digunakan pada penelitian ini berasal dari kuning telur, sehingga peningkatan HDL terjadi pada semua kelompok. Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa konsumsi makanan tinggi kolesterol yang berasal dari telur meningkatkan kadar kolesterol HDL secara signifikan (Mutungi, et al., 2008). Penelitian ini juga menyatakan bahwa kadar kolesterol HDL secara statistik signifikan lebih tinggi pada kelompok mencit yang mengkonsumsi teh hijau dibandingkan dengan kelompok mencit yang melakukan aktifitas berenang namun kombinasi keduanya tidak memiliki efek positif secara statistik pada peningkatan kolesterol HDL. Hal ini terjadi pada penelitian karena efek pemberian teh hijau meningkatkan HDL. Hal ini didukung penelitian


(1)

ANOVA

10,965

3

3,655

5,381

,009

10,866

16

,679

21,831

19

11,597

3

3,866

6,185

,005

10,000

16

,625

21,597

19

Between Groups

Within Groups

Total

Between Groups

Within Groups

Total

Hari_21

Hari_42

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

 

Multiple Comparisons Bonferroni

-,47400 ,52121 1,000 -2,0420 1,0940 -1,83000* ,52121 ,017 -3,3980 -,2620 -1,48800 ,52121 ,069 -3,0560 ,0800 ,47400 ,52121 1,000 -1,0940 2,0420 -1,35600 ,52121 ,116 -2,9240 ,2120 -1,01400 ,52121 ,417 -2,5820 ,5540 1,83000* ,52121 ,017 ,2620 3,3980 1,35600 ,52121 ,116 -,2120 2,9240 ,34200 ,52121 1,000 -1,2260 1,9100 1,48800 ,52121 ,069 -,0800 3,0560 1,01400 ,52121 ,417 -,5540 2,5820 -,34200 ,52121 1,000 -1,9100 1,2260 -,05400 ,50000 1,000 -1,5582 1,4502 -1,87800* ,50000 ,010 -3,3822 -,3738 -,85600 ,50000 ,637 -2,3602 ,6482 ,05400 ,50000 1,000 -1,4502 1,5582 -1,82400* ,50000 ,013 -3,3282 -,3198 -,80200 ,50000 ,770 -2,3062 ,7022 1,87800* ,50000 ,010 ,3738 3,3822 1,82400* ,50000 ,013 ,3198 3,3282 1,02200 ,50000 ,347 -,4822 2,5262 ,85600 ,50000 ,637 -,6482 2,3602 ,80200 ,50000 ,770 -,7022 2,3062 -1,02200 ,50000 ,347 -2,5262 ,4822 (J) Kelompok Teh Renang Pakan Kolesterol Teh+Renang Renang Pakan Kolesterol Teh+Renang Teh Pakan Kolesterol Teh+Renang Teh Renang Teh Renang Pakan Kolesterol Teh+Renang Renang Pakan Kolesterol Teh+Renang Teh Pakan Kolesterol Teh+Renang Teh Renang (I) Kelompok Teh+Renang Teh Renang Pakan Kolesterol Teh+Renang Teh Renang Pakan Kolesterol Dependent Variable Hari_21 Hari_42 Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.

 

 

 

 

 


(2)

Analisis

 

Berat

 

Badan

 

pada

 

Hari

 

21

 

dan

 

42

 

Tests of Normality

,160

5

,200*

,987

5

,969

,200

5

,200*

,976

5

,915

,178

5

,200*

,963

5

,828

,328

5

,085

,830

5

,138

,242

5

,200*

,889

5

,353

,209

5

,200*

,938

5

,650

,195

5

,200*

,968

5

,860

,189

5

,200*

,979

5

,931

Kelompok

Teh+Renang

Teh

Renang

Pakan Kolesterol

Teh+Renang

Teh

Renang

Pakan Kolesterol

Awal_Tengah

Awal_Akhir

Statistic

df

Sig.

Statistic

df

Sig.

Kolmogorov-Smirnov

a

Shapiro-Wilk

This is a lower bound of the true significance.

*.

Lilliefors Significance Correction

a.

Test of Homogeneity of Variance

,503

3

16

,686

,374

3

16

,773

,374

3

14,724

,773

,523

3

16

,673

,360

3

16

,782

,305

3

16

,821

,305

3

13,194

,821

,343

3

16

,794

Based on Mean

Based on Median

Based on Median and

with adjusted df

Based on trimmed mean

Based on Mean

Based on Median

Based on Median and

with adjusted df

Based on trimmed mean

Awal_Tengah

Awal_Akhir

Levene

Statistic

df1

df2

Sig.

ANOVA

38,239

3

12,746

3,632

,036

56,148

16

3,509

94,387

19

64,284

3

21,428

5,812

,007

58,993

16

3,687

123,277

19

Between Groups

Within Groups

Total

Between Groups

Within Groups

Total

Awal_Tengah

Awal_Akhir

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.


(3)

Multiple Comparisons Bonferroni

-2,66600 1,18478 ,233 -6,2302 ,8982 1,01800 1,18478 1,000 -2,5462 4,5822 -1,28800 1,18478 1,000 -4,8522 2,2762 2,66600 1,18478 ,233 -,8982 6,2302 3,68400* 1,18478 ,040 ,1198 7,2482 1,37800 1,18478 1,000 -2,1862 4,9422 -1,01800 1,18478 1,000 -4,5822 2,5462 -3,68400* 1,18478 ,040 -7,2482 -,1198 -2,30600 1,18478 ,416 -5,8702 1,2582 1,28800 1,18478 1,000 -2,2762 4,8522 -1,37800 1,18478 1,000 -4,9422 2,1862 2,30600 1,18478 ,416 -1,2582 5,8702 -2,16600 1,21442 ,561 -5,8194 1,4874 2,46400 1,21442 ,357 -1,1894 6,1174 1,78200 1,21442 ,970 -1,8714 5,4354 2,16600 1,21442 ,561 -1,4874 5,8194 4,63000* 1,21442 ,009 ,9766 8,2834 3,94800* 1,21442 ,030 ,2946 7,6014 -2,46400 1,21442 ,357 -6,1174 1,1894 -4,63000* 1,21442 ,009 -8,2834 -,9766 -,68200 1,21442 1,000 -4,3354 2,9714 -1,78200 1,21442 ,970 -5,4354 1,8714 -3,94800* 1,21442 ,030 -7,6014 -,2946 ,68200 1,21442 1,000 -2,9714 4,3354 (J) Kelompok Teh Renang Pakan Kolesterol Teh+Renang Renang Pakan Kolesterol Teh+Renang Teh Pakan Kolesterol Teh+Renang Teh Renang Teh Renang Pakan Kolesterol Teh+Renang Renang Pakan Kolesterol Teh+Renang Teh Pakan Kolesterol Teh+Renang Teh Renang (I) Kelompok Teh+Renang Teh Renang Pakan Kolesterol Teh+Renang Teh Renang Pakan Kolesterol Dependent Variable Awal_Tengah Awal_Akhir Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(4)

Uji

 

T

 

antara

 

hari

 

ke

 

21

 

dan

 

42

 

untuk

 

masing

masing

 

kelompok

 

 

 

Trigliserida

 


(5)

 

HDL

 

 


(6)

 

 

LDL