Pengaruh Pemberian Seduhan Daun Teh Hijau (Camellia sinensis) terhadap Kadar Gula Darah dan Berat Badan pada Mencit (Mus Musculus) Diabetes Melitus Tipe 2 Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori Penelitian
Teh hijau

Polifenol
Pigmen
Flavanoid/

Flavanol

Asam
fenolik

Basa xantin
katekin
Asam
amino
Karbohidrat


Epigallocatechin-3gallate (EGCG)

Mineral
Lemak

PDE >

COMT >

Gejala Klinis
DM membaik

Berat Badan

Obesitas 0,05. Walaupun terlihat bahwa perbedaan kadar gula darah
antara pemberian dosis 1 dan 2 cukup jauh rentangnya pada peengecekan H-28,
akan tetapi dari nilai p value yang ditunjukkan menyimpulkan bahwa H0 diterima
yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok P1 dan P2.
5.1.4 Perbedaan berat badan kelompok mencit DM tipe 2 perlakuan 1 dan
perlakuan 2

Tabel 5.1.4 Perbedaan Rerata Berat Badan Mencit DM Tipe 2 Pada Kelompok
Perlakuan 1 dan Kelompok Perlakuan 2
Kelompok Berat Badan
Pre test

Post Test H-14

Post Test H-28

Mean +/- SD

Mean +/- SD

Mean +/- SD

P1

34 +/- 3

33 +/- 2,12


35,4 +/- 2,19

P2

36,2 +/- 2,8

37 +/- 5,34

40,4 +/- 8,08

P = 0,158

P = 0,319

P value

Dari tabel di atas, terlihat bahwa tidak terdapat perubahan yang signifikan
antara berat badan kelompok P1 dan P2 pada pengecekan hari ke 14 maupun pada
pengecekan hari ke 28. Hal ini dapat terlihat dari p value > 0,05, yang juga

menunjukkan bahwa H0 diterima yaitu tidak terdapat perubahan yang signifikan
terhadap P1 dan P2.

Universitas Sumatera Utara

34

5.2

Pembahasan
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia. Tergantung pada etiologi DM, faktor yang
terkait dengan hiperglikemia diantaranya adalah berkurangnya sekresi insulin serta
penggunaan glukosa dan bertambahnya produksi glukosa.18, 31
DM tipe 2 yang 2 lebih dikenal dengan noninsulin-dependent diabetes, adalah
suatu kondisi kronik yang menyebabkan penderitanya akan mengalami resistensi
terhadap insulin, suatu hormon yang meregulasi pergerakan gula ke dalam sel,
ataupun tubuhnya memproduksi insulin yang tidak cukup untuk mempertahankan
tingkat glukosa normal.16

Green Tea atau teh hijau telah lama dikenal di Indonesia, namun baru

dikonsumsi secara luas seiring meningkatnya popularitas masakan Jepang.34
Sejarah dari teh hijau ini berawal dari Negara Cina, yang menggunakan teh hijau
sebagai pengobatan sejak 4.000 tahun yang lalu. Teh hijau memiliki komposisi
kimiawi yang kompleks, akan tetapi kandungannya yang paling berkhasiat adalah
polifenolnya yang sebagian besar merupakakn flavonoid atau lebih dikenal sebagai
katekin. Terdapat 4 jenis katekin yang umumnya dijumpai pada teh hijau yaitu :
epicatechin, epigallocatechin, epicatechin-3-gallate, dan epigallocatechin-3gallate (EGCG). Di antara keempat jenis polifenol ini, yang paling berperan dalam

khasiat teh hijau adalah EGCG. 11, 34
Dari sekian banyak efek teh hijau, salah satu efek mengonsumsi teh hijau
adalah dalam menurunkan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. Beberapa
penelitian sebelumnya mengenai efek teh hijau dengan diabetes mengemukakan
mekanisme teh hijau dalam mengatur kadar gula darah. Salah satunya adalah pada
penelitian Kim et al, yang menemukan bahwa GTP-EGCG meningkatkan glikogen
sintesis. Selain itu, ekspresi dari gen phospho-GSK3β (Ser9) dan phospho-GS
(Seer641). GSK3 adalah enzim yang penyebab down-regulation pada inaktivasi
glikogen sintase (GS) hasilnya adalah pengurangan dari sintesa glikogen. Insulin
membantu proses sintesa glikogen dengan meningkatkan ekspresi gen phosphoGSK3β (Ser9) dan phospho-GS (Ser641). Konsumsi GTP/EGCG meningkatkan

phopho-GSK3β, yang menyerupai efek inhibitor dari insulin untuk GSK3β,

Universitas Sumatera Utara

35

meningkatkan aktivitas GS, yang akan meningkatkan sintesis glikogen dalam sel
HepG2.7, 34
Adapun mekanisme lain dari EGCG dalam metabolisme glukosa darah yaitu
dengan cara berinteraksi dengan glucose transporter (SGLT1 dan GLUT2) yang
secara luas terekspresikan di vili usus halus.42 Interaksi EGCG dengan SGLT1
didukung oleh penelitian Johnston et al, yang menguji polifenol teh hijau pada
human intestinal Caco-2 cells. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa EGCG

dapat secara efektif menurunkan pengambilan glukosa yaitu sebesar 48% pada
kondisi Na + dependent.41
Pada tabel 5.1.1, terlihat bahwa adanya penurunan kadar gula darah puasa
yang baik pada kelompok P1 maupun P2. Penurunan kadar gula darah puasa
tersebut dikatakan signifikan, dinilai dari p value masing masing kelompok yang
diuji dengan uji statistik One-way ANOVA yaitu berturut-turut adalah sebesar

0,0001 dan 0,001. Hasil ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya bahwa pemberian seduhan teh hijau dapat menurunkan
kadar gula darah. Salah satu penelitian yang mendukung hasil ini adalah penelitian
dari Tsuneki, Hiroshi et al,10 dengan menggunakan mencit menunjukkan adanya
penurunan kadar gula darah setelah pemberian teh hijau. Mencit yang digunakan
adalah streptozotocin-diabetic mice dan pengukuran kadar gula darah dilakukan 26 jam setelah pemberian teh hijau. Kadar gula darah yang diukur adalah kadar gula
darah puasa.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Liu et al 38,
yang menyatakan dari hasil meta analysis yang dilakukan pada 17 randomized
controlled trials didapatkan konsumsi teh hijau secara signifikan menurunkan

konsentrasi kadar gula darah puasa dan HbA1c. Penelitian tersebut dilakukan
selama 12 minggu dan menggunakan ekstrak teh hijau (370 mg/kg) dan mendapat
p value masing-masing 0.03 dan < 0,01.
Selain memiliki efek anti diabetik, teh hijau lebih sering digunakan karena
efek anti obesitasnya. Efek anti obesitas dari teh hijau ini dikarenakan teh hijau
dapat mengoksidasi lemak yaitu dengan 2 mekanisme. Mekanisme pertama adalah

Universitas Sumatera Utara


36

dengan cara mengaktivasi saraf simpatik yaitu dengan menginhibisi COMT. Selain
itu, kafein dalam teh hijau juga diduga dapat menginhibisi PDE yang merupakan
enzim yang berperan dalam degradasi cAMP. Inhibisi cAMP akan meningkatkan
lipolisis dengan mengaktivasi fosforilasi hormone-sensitive lipase, sehingga akan
meningkatkan lipolisis dan oksidasi lemak. Efek sinergis dari kafein dan GTE juga
diyakini turut membantu proses oksidasi lemak dengan cara sama-sama
menargetkan sistem saraf simpatis.14
Pada penelitian ini, bukan terjadi penurunan berat badan pada mencit DM tipe
2 yang diberi perlakuan, tetapi sebaliknya yaitu penambahan berat badan. Baik pada
pemberian dosis 1 yaitu sebesar 30 mg/ 0,5 cc maupun pemberian dosis 2 yaitu
sebesar 37,5 mg/ 0,5 cc, terjadi penambahan berat badan walaupun perbedaannya
tidak signifikan, dikarenakan p value masing masing kelompok di atas 0,005.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang
mengatakan bahwa konsumsi teh hijau dapat menurunkan berat badan. Seperti pada
penelitian yang dilakukan oleh Kim, Jane J.Y., et al7 menunjukkan bahwa
kandungan Epigallocatehcin-3-Gallate (EGCG) pada teh hijau (Camelia Sinensis)
dapat meingkatkan kandungan lipid dalam feses mencit diet tinggi lemak yang
diberikan teh hijau ini. Penelitian ini menggunakan ekstrak teh hijau ( Camelia

Sinensis) dengan kemurnian 99% dan dengan beberapa dosis EGCG yaitu 0,01

mcg, 0,1 mcg, 1 mcg, dan 10 mcg. Hasilnya menunjukkan bahwa pada dosis 0,1
mcg, 1 mcg dan 10 mcg terjadi penurunan proses lipogenesis berturut turut sebesar
31%, 39% dan 69% pada spesimen mencit diet tinggi lemak.
Begitu juga dengan penelitian Mawarti Herin39, menunjukkan bahwa EGCG
mampu menghambat resistensi insulin yang mungkin melalui penurunan
adipo/lipogenesis Sterol Regulatory Element Binding Protein-1 (SREBP-1)
jaringan adiposa, dengan bukti adanya penurunan kadar SREBP-1 jaringan adiposa
dan lemak viseral. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok dengan 3 kelompok
perlakuan yang masing-masing menggunakan kadar yang berbeda beda. Hasilnya
adalah adanya penurunan berat badan pada tikus yang diberi perlakuan.
Penambahan berat badan adalah disebabkan oleh adanya penambahan
jaringan adiposit. Ada beberapa mekanisme pembentukan adiposit yang

Universitas Sumatera Utara

37

dikemukakan, dan dikatakan bahwa insulin merupakan salah satu faktor hormonal

yang mempengaruhi lipogenesis. Penambahan dari uptake glukosa pada sel adiposit
melalui glucose transpsorter ke dalam membran plasma, diikuti dengan aktivasi
enzim lipogenik dan glikolitik melalui modifikasi kovalen, insulin sangat
berpotensi menstimulasi lipogenesis. Selain itu, insulin memiliki efek jangka
panjang berupa ekspresi dari gen lipogenik, kemungkinan melalui transkripsi dari
faktor SREBP-1. Setelah insulin menyebabkan SERBP-1 untuk menginduksi
ekspresi dan aktivitas glukokinase, sehingga terjadi penambahan konsentrasi dari
metabolit glukosa yang dapat memediasi efek glukosa dalam ekspresi gen
lipogenik.40
Dari teori di atas, penambahan berat badan mencit DM tipe 2 yang diberi
perlakuan seduhan teh hijau bisa dikarenakan adanya peningkatan uptake glukosa
pada sel yang dimediasi oleh EGCG pada teh hijau tersebut.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian teh hijau dengan dosis 30 mg/
0,5 cc yaitu pada kelompok P1 dan dosis 37,5 mg/ 0,5 cc yaitu pada kelompok P2,
tidak memiliki perbedaan kadar gula darah yang kurang signifikan. Perbedaan yang
kurang signifikan ini dapat dilihat pada tabel 5.1.3 dimana tertera bahwa p value
baik pada kelompok post test H-14 dan post test H-28 adalah di atas 0,05 (p value
post test H-14 = 0,92 dan p value post test H-28 = 0,128). Walaupun demikian,
dibandingkan dengan pada saat sebelum diberi perlakuan (pretest), kedua kelompok
sama-sama menunjukkan adanya penurunan kadar gula darah. Dari hasil di atas,

dapat dikatakan bahwa baik pemberian teh hijau dosis 30 mg/ 0,5 cc dan 37,5 mg/
0,5 cc sama-sama memberikan efek penurunan kadar gula darah puasa.
Di samping itu, penambahan berat badan pada kedua kelompok perlakuan
juga tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil ini dapat dilihat dari tabel
5.1.4, dimana p value di antara kelompok post test H-14 dan post test H-28 adalah
di atas 0,05 (p value post test H-14 = 0,158 dan p value post test H-28 = 0,319). Ini
menunjukkan bahwa perbaikan berat badan dapat dicapai baik dengan
mengonsumsi teh hijau dosis 1 maupun dosis 2.

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh pemberian

seduhan teh hijau (Camelia Sinensis) dengan kadar gula darah dan berat badan
mencit DM tipe 2, diperoleh kesimpulan.
a. Pemberian seduhan teh hijau (Camelia Sinensis), baik dosis 1 yaitu 30 mg/0,5
cc maupun dosis 2, yaitu sebesar 37,5 mg/0,5 cc sama-sama dapat
menurunkan kadar gula darah mencit DM tipe 2.
b. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam penurunan kadar gula darah
mencit DM tipe 2 dengan dosis 1 maupun dosis 2, sehingga untuk mencapai
efek yang diinginkan, konsumen dapat menggunakan salah satu dari kedua
dosis tersebut.
c. Pemberian seduhan teh hijau (Camelia Sinensis), baik dosis 1 maupun dosis
2 tidak memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik dalam hal
perubahan berat badan pada mencit DM tipe 2, namun secara klinis terjadi
perbaikan berat badan pada kedua kelompok.
d. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam perbaikan berat badan mencit
DM tipe 2 dengan dosis 1 maupun dosis 2, sehingga untuk mencapai efek
yang diinginkan, konsumen dapat menggunakan salah satu dari kedua dosis
tersebut.
6.2

Saran
Peneliti kemudian mengemukakan beberapa saran berdasarkan hasil

penelitian yang didapatkan, di antaranya:
a. Untuk penelitian selanjutnya, dianjurkan peneliti lebih memrhatikan
perkembangan sampel penelitian baik dalam hal kebersihan kandang sampai
ke pemberian makannya.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih menguasai konten dari penelitian
diantaranya adalah proses penginduksian hingga ke perlakuan.

38

Universitas Sumatera Utara