Gambaran Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis serta Angka Kepadatan Lalat di RSUD Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan
tenaga kesehatan dan penelitian. Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai
macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas.
Rumah sakit tidak hanya menghasilkan sampah biasa, namun juga
menghasilkan sampah infeksius dan sampah medis lainnya yang dapat
mengganggu kesehatan dan salah satu media penyebaran penyakit. Jika tidak
diolah dengan benar, maka limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit
dapat mencemari lingkungan. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari
kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah
rumah sakit dan upaya penanggulangan penyebaran penyakit. Sanitasi lingkungan
rumah sakit juga perlu diperhatikan secara cermat. Sanitasi lingkungan yang baik
akan berdampak kepada penghuni rumah sakit juga kepada masyarakat sekitar
(Pruss, 2005).
Limbah yang dihasilkan dari upaya medis seperti puskesmas, poliklinik
dan rumah sakit yaitu jenis limbah yang termasuk dalam kategori biohazard yaitu
jenis limbah yang sangat membahayakan lingkungan, dimana disana banyak

terdapat buangan virus, bakteri maupun zat zat yang membahayakan lainnya.
sehingga harus dimusnahkan dengan jalan dibakar dalam suhu di atas 800oC
1

Universitas Sumatera Utara

2

(LPKL, 2009). Namun pengelolaan limbah medis yang berasal dari rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan maupun laboratorium medis di Indonesia masih di
bawah standar professional.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Nepal menyimpulkan bahwa
sistem pengelolaan sampah di Rumah Sakit Narayani Sub Regional belum
dilakukan pemisahan sampah rumah sakit, semua sampah rumah sakit
dikumpulkan dalam satu tempat, tempat sampah tidak tertutup, pengangkutan
menggunakan kantong plastik yang tidak tertutup rapat memungkinkan terjadinya
tumpahan yang berbahaya bagi kesehatan. Tidak terdapat fasilitas ruang
penyimpan sampah sementara. Tenaga pengelola sampah kurang memperdulikan
tempat penyimpanan limbah infeksius, dan insenerator sudah tidak digunakan
lagi. Departemen ruamh tangga belum menjalankan fungsinya dengan baik.

Rumah sakit harus mengembangkan perencanaan manajemen pengelolaan sampah
sesuai dengan petunjuk pengelolaan limbah nasional. Pelatihan tenaga maupun
organisasi pengelola sampah harus dikembangkan di seluruh bagian (Abor &
Bouwer, 2007)
Pengelolaan sampah padat Rumah Sakit Umum tipe B di Jakarta terdapat
dua organisasi pengelola sampah rumah sakit tersebut yaitu sub bagian urusan
sanitasi dan pihak koperasi hal ini menyebabkan kurang fokusnya pembagian
tanggung jawab pengelolaan sampah, tenaga pengelola sampah belum sesuai
dengan persyaratan, kedisiplinan untuk memakai APD masih kurag baik,
peralatan untuk pengelolaan sampah masih belum memenuhi persyaratan,
penampungan limbah benda tajam belum tersedia di semua unit pelayanan medis,

Universitas Sumatera Utara

3

tahapan pengangkutan sampah menggunakan rute jalur yang sama dengan jalur
pengunjung dan karyawan, menggunakan areal tanaman yang diubah fungsinya
sebagai pembuangan dan pembakaran sampah non medis dari kegiatan taman atau
kebun (Kuswanto, 2000).

Jumlah limbah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan diperkirakan
semakin lama semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, maupun laboratorium medis yang terus bertambah.
Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah rumah
sakit di Indonesia mencapai 1.632 unit. Fasilitas kesehatan lain diperkirakan
jumlahnya akan terus meningkat dan tidak dijelaskan berapa jumlah yang tepat
(Kepmenkes RI, 2011).
Menurut Astuti dan Purnama (2014), bahwa rumah sakit di Indonesia
memproduksi limbah padat sebesar 376.089 ton/hari dan produksi limbah cair
48,985,70 ton/hari, sehingga dari gambaran tersebut dapat diperkirakan besarnya
kemungkinan potensi limbah rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan
kemungkinan mengakibatkan kecelakaan serta penularan penyakit jika tidak
dikelola dengan. Pada penelitian tahun 2013 terhadap 100 rumah sakit di Jawa
dan Bali rata- rata menghasilkan limbah sebesar 3,2 kg/tempat tidur/hari. Analisis
lebih lanjut menunjukkan bahwa produksi limbah padat berupa limbah padat non
medis sebesar 76,8% dan limbah padat medis sebesar 23,25%.
Pada penelitian tahun 2013 terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan Bali
rata-rata menghasilkan limbah sebesar 3,2 kg/tempat tidur/hari. Analisis lebih
lanjut menunjukkan bahwa produksi limbah padat berupa limbah padat non medis


Universitas Sumatera Utara

4

sebesar 76,8% dan limbah medis padat sebesar 23,2%. Pada penelitian tahun 2014
menunjukkan bahwa rumah sakit di Indonesia memproduksi limbah padat sebesar
376.089 ton/hari dan produksi limbah cair 48.985,70 ton/hari, sehingga dari
gambaran tersebut dapat diperkirakan besarnya kemungkinan potensi limbah
rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan mengakibatkan
kecelakaan serta penularan penyakit jika tidak dikelola dengan benar (Astuti dan
Purnama, 2014).
Penanganan limbah padat juga cukup berpengaruh terhadap kehidupan
vektor, bakteri patogen dan binatang pengganggu. Limbah yang tidak terkelola
dengan baik dapat menjadi tempat berkembang biak dan bersarangnya bermacammacam vektor penyakit, seperti: lalat, kecoa, protozoa, dan helminthes dimana
lalat ini sangat cepat berkembang dan gemar pada sampah.
Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur merupakan rumah
sakit tertua dan juga menjadi rumah sakit rujukan dari 8 Puskesmas, 13
Puskesmas Pembantu dan 18 Pos Kesehatan Kelurahan. Berdasarkan surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 303/Menkes/SK/IV/1987 telah
ditetapkan Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur menjadi Rumah

Sakit Tipe C dengan jumlah tempat tidur sebanyak 115 buah.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan diperoleh informasi bahwa Rumah
Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur sudah melakukan kegiatan
pemisahan limbah padat medis dan non medis. Namun masih ditemukan
kesenjangan dalam pengelolaan limbah padat medis dan non medis seperti belum
memadainya sarana dan prasarana rumah sakit, keadaan insenerator di Rumah

Universitas Sumatera Utara

5

Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur juga tidak berfungsi optimal
sebagaimana mestinya serta limbah padat medis dan non medis yang dibuang ke
TPS(Tempat Penampungan Sementara) masih tercampur. Dalam kegiatan
pengelolaan limbah padat non medis juga ditemukan vektor lalat di sekitar tempat
sampah rumah sakit. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin
mengetahui pengelolaan limbah padat medis dan non medis serta angka kepadatan
lalat di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Tahun 2016.
1.2 Rumusan Masalah
Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur selama ini telah

melakukan pengelolaan limbah padat. Namun ketika melakukan survei
pendahuluan peneliti masih menemukan kesenjangan dalam mengelola limbah
padat medis dan non medis antara lain: tidak adanya label/logo pada tempat
penampungan limbah padat medis dan non medis, keadaan insenerator di Rumah
Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur juga tidak berfungsi optimal
sebagaimana mestinya, limbah padat medis dan non medis yang dibuang ke
TPS(Tempat Penampungan Sementara) masih tercampur serta terdapat vektor
lalat di tempat sampah ruang rawat inap rumah sakit.
Dengan keadaan tersebut maka penulis bermaksud melakukan penelitian
bagaimana sistem pengelolaan limbah padat medis dan non medis serta angka
kepadatan lalat di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota
Tanjungbalai Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

6

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis, non medis serta tingkat kepadatan
lalat di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Mansyur Kota Tanjungbalai Tahun
2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui profil Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku
Mansyur Kota Tanjungbalai.
2. Untuk mengetahui kebijakan pengelolaan limbah padat medis dan non medis
di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai.
3. Untuk mengetahui karakteristik limbah padat medis dan non medis seperti
sumber dan volume timbulan limbah padat medis dan non medis yang
dihasilkan di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur.
4. Untuk mengetahui sistem pengelolaan limbah padat medis dan non medis
yang

meliputi:

metode

penampungan,


pemilahan,

pengumpulan,

pengangkutan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah.
5. Untuk mengetahui tingkat kepadatan lalat di Rumah Sakit Umum Daerah
Dokter Tengku Mansyur.
1.4 Manfaat penelitian
1. Bagi institusi rumah sakit: sebagai dasar perencanaan dan rekomendasi
mengenai pengelolaan limbah padat medis dan non medis di rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

7

2. Bagi peneliti: penelitian yang dilakukan dapat menjadi pengalaman dan
menambah wawasan yang berguna dalam penerapan ilmu yang sudah di
dapatkan dari perkuliahan.
3. Bagi peneliti lain: sebagai bahan referensi yang dapat digunakan oleh peneliti

selanjutnya yang berminat terhadap permasalahan lingkungan dan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara