Efektifitas Putusan Mahkamah Agung Nomor 626 K Pdt 2010 Terhadap Masalah Gadai Tanah Pertanian (Studi Di Kabupaten Tanah Karo)

ABSTRAK
Gadai menggadai menurut ketentuan hukum adat umumnya mengandung
unsure eksploitasi, karena hasil yang diterima oleh pemegang gadai dari tanah yang
bersangkutan setiap tahunnya umumnya jauh lebih besar daripada apa yang
merupakan bunga yang layakdariuanggadai yang diterima pemilik tanah. Umumnya
ekonomi pemegang gadai lebih kuat dari pemilik tanah.Hal inilah yang mengandung
sifat feudal dan bertentangan dengan jiwa Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA).
Namun menyangkut gadai atas tanah milik masyarakat di pedesaan sebagai objeknya
belum ada disentuh oleh Undang-undang tersebut. Khususnya di Kabupaten Tanah
Karo mengenai objek gadai tanah yang telah berlangsung tujuh tahun atau lebih
sampai saat ini masih banyak dikuasai oleh penerima gadai dan dikembalikan kepada
pemberi gadai, karena pemberi gadai maupun penerima gadai tidak dibahas dalam
tesis ini yaitu, bagaimana efektifitas hukum terhadap pelaksanaan gadai tanah
pertanian di Tahan Karo, bagaimana Perkembangan Prp Nomor 56 Tahun 1960
setelah digantinya menjadi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961 Tentang Penetapan
Luas Tanah Pertanian, bagaimana perlindungan hukum terhadap pemberi gadai atas
tanah pertanian pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 626 K/Pdt/2010.
Metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah yuridis empiris yaitu
penelitian terhadap efektifitas hukum dengan mempelajari peraturan-peraturan hukum
yang kemudian dihubungkan dengan data dan perilaku yang hidupd an berkemang
ditengah masyarakat. Data atau materi pokok dalam penelitian ini diperoleh langsung

dari para responden melalui penelitian lapangan (field research) pada Masyarakat
Kabupaten Tanah Karo yang melakukan gadai tanah. Hasil penelitian dan
pembahasan menunjukkan bahwa, akibat dari ketidakpahaman masyarakat mengenai
peraturan gadai tanah maka pemberi gadai tidak pernah mempersoalkan walaupun
penerima gadai telah menguasai gadai tanah telah sampai dengan 7 tahun lamanya
bahkan ada juga yang waktunya telah berpuluh-puluh tahun lamanya telah dikuasai
oleh penerima gadai. Perubahan ini terjadi dalam kehidupan masyarakat sebagai
perkembangan budaya hidup masyarakat. Putusan Mahkamah Agung Nomor 626
K/Pdt/2010, yang memutuskan bahwa gadai tanah yang telah dikuasai selama 7 tahun
atau lebih oleh penerima gadai maka objek gadai tersebut harus dikembalikan kepada
pemberi gadai.
Supaya masyarakat mengerti mengenai peraturan gadai tanah yang berlaku,
maka pihak pemerintah dalam hal ini BPN (Badan Pertanahan Nasional) secepatnya
melakukan sosialisasi mengenai Undang-Undang 56/1960, khsusunya pasal 7 dan
Pasal 10 tentang gadai tanah dan Putusan-Putusan yang telah dikeluarkan Mahkamah

i

Universitas Sumatera Utara


Agung mengenai sengketa gadai tanah. Dengan beralihnya sikap tolong menolong
menjadi hukum pemerintahan dan penawaran ini sejalan dengan perkembangan hidup
masyarakatnya maka pemerintah seharusnya membuataturan yang lebih tegas
mengenai gadai di kemudian hari. Dalam hal tanah gadai telah lewat dari 7 tahun,
maka pihak pemerintah seharusnya menyediakan fasilitas atau sebagai mediator
untuk mempertemukan antara pemberi gadai dengan penerima gadai guna
memusyawarahkan dan menjelaskan bahwa gadai tanah sifatnya sementara dan tanah
tersebut kembali ketangan pemberi gadai apabila waktunya telah mencapai 7 tahun.
Kata Kunci :EfektifitasHukum, Gadai Tanah, Pertanian

ii

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
According to the adat (customary) law, mortgaging has an exploitation
element because the profit received by the man who lends the money is much bigger than
the natural interest which should be paid by the land owner, In general, a pledger is
securer in economy than a land owner which indicates feudalism and contrary to UUPA
(Agrarian Law). The mortgage of the land owned by the people in Karo District as its

object does not meet this law and has taken more than seven years. Most of the land was
controlled by the pledgers while the pledgees never ask the pledgors to return the land to
them. The problem is that both parties do not know about law on land mortgaging. The
problems of the research were as follows: howabout the effectiveness of law in the
implementation of mortgaging farmland in Karo District, how about the development of
the Government Regulation No. 56/1960 after it was amended to Law No. 1/1961 on
Determining the area of farmland, and how about legal consequence of the pledgors on
farmland under the Ruling of the Supreme Court No. 626 K/Pdt/2010.
The research used judicial empirical method in order to find out the effectiveness
of law by studying legal provisions which would be related to the data and behavior in
the society. The data were obtained directly from the respondents, the people in Karo
District who mortgaged their land, through field research. The result of the research
showed that because they did not understand the regulation of land mortgaging, the
pledgees never bothered with it even though the peldgors had controlled their land for
more than seven years or even tens of years. Land mortgaging has changed the principle
of togetherness into supply and demand principle between pledgees and pledgors, and
this change developed as their cultural development. The Ruling of the Supreme Court
No. 626 K/Pdt/2010 states that land mortgaging which has taken more than seven years
must be returned to the pledgees.
In order that the people understand the regulation on land mortgaging, it is

recommended that the Government through the National Land Office, immediately
socialize Article 7 and Article 10 of Law No. 56/196 on Land Mortgaging and the
Rulings of the Supreme Court on the disputes in land mortgaging. The shift from the
principle of togetherness to the principle of supply and demand which is in line with the
people’s development has expected that the government to make stricter regulation on
this land mortgaging in order to forestall disputes between the pledgees and the pledgors
in the future. The Government is also excepted to provide facility as mediator in order to
negotiate and explain that land mortgaging is only temporary and the land has to be
returned to the pledgees when te mortgage has been in seven year time.
Keywords : Effectiveness of Law, Land Mortgaging, Farmland

iii

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Putusan Mahkamah Agung Nomor 626 K Pdt 2010 Terhadap Masalah Gadai Tanah Pertanian (Studi Di Kabupaten Tanah Karo)

0 0 17

Efektifitas Putusan Mahkamah Agung Nomor 626 K Pdt 2010 Terhadap Masalah Gadai Tanah Pertanian (Studi Di Kabupaten Tanah Karo)

0 0 26

Efektifitas Putusan Mahkamah Agung Nomor 626 K Pdt 2010 Terhadap Masalah Gadai Tanah Pertanian (Studi Di Kabupaten Tanah Karo)

0 0 27

Efektifitas Putusan Mahkamah Agung Nomor 626 K Pdt 2010 Terhadap Masalah Gadai Tanah Pertanian (Studi Di Kabupaten Tanah Karo) Chapter III V

1 1 53

Efektifitas Putusan Mahkamah Agung Nomor 626 K Pdt 2010 Terhadap Masalah Gadai Tanah Pertanian (Studi Di Kabupaten Tanah Karo)

0 0 3