Persepsi dan Analisis Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Air Isi Ulang (Studi Kasus : Kecamatan Medan Johor)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan -

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
(Rakhmat, 2005). Leavitt (1978) menyatakan pengertian persepsi (perception) dalam
arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan
dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu. Hal tersebut juga berarti bahwa setiap orang
menggunakan kacamata sendiri-sendiri dalam memandang dunianya.
Berdasarkan pengertian persepsi di atas, maka dapat diketahui bahwa proses
pembentukan persepsi merupakan proses yang terjadi pada diri individu. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa persepsi masyarakat merupakan suatu hal yang tidak ada.
Menurut Mayo (1998) sebagaimana dikutip oleh Suharto (2005), masyarakat dapat
diartikan dua konsep, yaitu: (1) masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni
sebuah wilayah geografi yang sama dan (2) masyarakat sebagai “kepentingan
bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas.

Persepsi masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah persepsi
beberapa individu yang dianggap dapat mewakili masyarakat lainnya dalam wilayah
yang sama.
Persepsi masyarakat dalam menilai prasarana lingkungan dilatarbelakangi
oleh karakteristik sosial ekonomi yang meliputi lama tinggal, jumlah anggota
keluarga, jenis pekerjaan, jenis usaha, pendapatan, pengeluaran, kepemilikan
kendaraan. Persepsi dan preferensi masyarakat selalu berubah sejalan dengan

22

Universitas Sumatera Utara

perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat tersebut. Dan yang umum terjadi,
semakin tinggi pendidikan dan pendapatan seseorang, akan semakin tinggi pula
tuntutannya atas kondisi lingkungannya (Budiharjo, 1991).

2.2.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional (Rakhmat,


2005). Rakhmat (2005) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Fungsional : Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa
lalu dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor-faktor personal. Persepsi tidak
ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang
memberikan respon pada stimuli tersebut.
2. Faktor Struktural : Faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek
saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu.
Selain faktor kebutuhan di atas, Leavitt (1978) juga menyatakan bahwa cara
individu melihat dunia adalah berasal dari kelompoknya serta keanggotaannya dalam
masyarakat. Artinya, terdapat pengaruh lingkungan terhadap cara individu melihat
dunia yang dapat dikatakan sebagai tekanan-tekanan sosial.
Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat diketahui bahwa kebutuhan
individu merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi persepi
individu tersebut terhadap suatu objek. Teori kebutuhan Maslow menyebutkan
bahwa seseorang tidak akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan di atasnya
apabila

kebutuhan


pada

jenjang

di

bawahnya

telah

terpenuhi/terpuaskan

23

Universitas Sumatera Utara

(Mugniesyah, 2006). Adapun penjelasan hierarki tersebut sebagaimana yang
diungkapkan oleh Mugniesyah (2006), antara lain:
a. Kebutuhan Fisiologis, mencakup kebutuhan dasar atau primer manusia, seperti

udara, sandang, pangan, papan, dan seks.
b. Kebutuhan rasa aman, yaitu apabila semua kebutuhan dasar telah terpenuhi,
maka individu memiliki keinginan untuk memenuhi semua kebutuhannya yang
berkaitan dengan keamanan dan keselamatan.
c. Kebutuhan sosial, mencakup kebutuhan akan hubungan sosial (kasih sayang,
persahabatan, penerimaan, dan perhatian) termasuk memberi dan menerima rasa
cinta, rasa memiliki, rasa dibutuhkan.
d. Kebutuhan harga diri, kebutuhan yang berfokus pada ego, status, harga diri,
dikenal, percaya diri, dan prestise (gengsi). Selain itu juga mencakup perasaan
dapat menyelesaikan sesuatu (feeling of echievement).
e. Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan
potensi diri sepenuhnya dengan mengembangkan diri dan berpretasi sebaik
mungkin dengan potensi diri sepenuhnya.

2.3

Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Air
Konsep persepsi pada dasarnya merupakan suatu konsep dan kajian

psikologi. Persepsi merupakan pandangan individu terhadap suatu objek. Akibat

adanya stimulus, individu memberikan reaksi (respon) berupa penerimaan atau
penolakan terhadap stimulus tersebut (Langevelt, 1996 dalam Harihanto, 2001).
Individu tidak hanya merespon suatu objek, tetapi juga memberi makna situasi
tersebut menurut kepentingannya.

24

Universitas Sumatera Utara

Proses terbentuknya persepsi terjadi sebagai hasil proses penerimaan
informasi melalui penarikan kesimpulan atau pembentukan arti yang dikaitkan
dengan kesan atau ingatan untuk kejadian yang sama dimasa lalu. Kunci pemahaman
terhadap persepsi masyarakat terhadap suatu objek, terletak pada pengenalan dan
penafsiran unik terhadap objek pada suatu situasi tertentu dan bukan merupakan
suatu pencatatan yang sebenarnya dari situasi tersebut. Informasi dan situasi dapat
berfungsi sebagai stimulus bagi terbentuknya suatu persepsi, walau informasi tentang
lingkungan itu juga bisa berupa suatu situasi tertentu, tidak harus berupa rangkaian
kalimat atau isyarat (Thoha, 1988). Proses kognitif yang bisa terjadi pada setiap
orang dalam memahami lingkungannya dapat diperoleh melalui penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan maupun penciuman.

Ada tiga rangkaian proses yang membentuk persepsi, yaitu seleksi, organisasi
dan interpretasi. Stimulus yang diterima mula-mula diseleksi, hanya stimulus yang
sesuai dengan kebutuhan atau menarik perhatian saja kemudian diubah menjadi
kesadaran. Pada tahap organisasi, stimulus yang diterima seseorang disusun secara
sederhana dan terpadu, sedangkan pada tahap interpretasi yakni dilakukan penilaian
dan pengambilan keputusan. Seseorang akan menangkap berbagai gejala atau
rangsangan di luar dirinya melalui indra yang dimilikinya dan selanjutnya akan
memberikan interpretasi terhadap rangsangan tersebut. Pemaknaan individu terhadap
suatu objek kemudian akan membentuk struktur kognisi di dalam dirinya. Data yang
diperoleh terhadap suatu objek tertentu akan masuk ke dalam kognisi mengikuti
prinsip organisasi kognitif yang sama dan proses ini tidak hanya berkaitan dengan
penglihatan tetapi juga melalui semua indra manusia. Hasil interpretasi tersebut
merupakan bagaimana pengertian atau pemahaman seseorang terhadap suatu objek.

25

Universitas Sumatera Utara

Persepsi masyarakat terhadap kualitas air diperlukan untuk mengoptimalkan kualitas
air sesuai dengan persepsi masyarakat yang menggunakannya. Persepsi mengenai

kualitas air yang mencakup harapan, aspirasi ataupun keinginan terhadap suatu
kualitas air tertentu sebaiknya dipahami secara subjektif, yakni dikaitkan dengan
aspek-aspek psikologis dan sosio kultur masyarakat. Dengan demikian, kualitas air
harus didefinisikan secara umum sebagai kualitas yang memenuhi preferensi
imajinasi ideal seseorang atau sekelompok orang.
Persepsi bukanlah sesuatu hal yang memiliki sifat statis, tetapi terbuka
terhadap berbagai informasi yang muncul dari kualitas air. Krech (1985) menyatakan
bahwa perubahan persepsi dapat terjadi akibat berkembangnya pemahaman terhadap
lingkungan ataupun akibat terjadinya perubahan kebutuhan nilai-nilai yang dianut,
sikap dan sebagainya. Dengan demikian persepsi masyarakat tentang kualitas air
akan dipengaruhi oleh karakteristik personalnya, seperti umur, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan dan lokasi tempat tinggalnya (lingkungan).
Pareek (1984) mengemukakan ada empat faktor utama yang menyebabkan
terjadinya perbedaan persepsi.
1) Perhatian.
Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua
stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara bersamaan.
Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita.
2) Kebutuhan
Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan

menetap maupun kebutuhan yang sesaat.
3) Kesediaan

26

Universitas Sumatera Utara

Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar
memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan
lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu.
4) Sistem nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan
berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

2.4

Air Minum Isi Ulang
Air minum isi ulang adalah air yang telah mengalami proses pengolahan yang

berasal dari mata air dan telah melewati tahapan dalam membersihkan kandungan

airnya dari segala mikroorganisme pathogen tanpa harus dimasak sehingga air
tersebut dapat langsung diminum. Hal ini dapat dilakukan dengan terus – menerus
menggunakan galon yang tetap. Depot air minum adalah industri yang melakukan
proses pengolahan pada sumber air baku kemudian diolah menjadi air minum dan
dijual secara langsung kepada konsumen (Deperindag, 2004).
Bisnis air minum isi ulang dimulai sekitar tahun 1999 dimana saat itu
Indonesia sedang mengalami krisis moneter yang berakibat kepada pencarian
alternatif untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari termasuk air minum dengan biaya
yang lebih murah (Amrih, 2005).

2.4.1

Regulasi Kesehatan Air Minum Isi Ulang
Regulasi kesehatan air minum isi ulang menurut Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 736/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yang

27

Universitas Sumatera Utara


mengatur persyaratan kualitas fisik, kimia, biologi dan radioaktif untuk produk air isi
ulang yang harus dipatuhi. Pengawasan dilakukan oleh Dinas Kabupaten/Kota.

2.4.2

Regulasi Perdagangan Air Minum Isi Ulang
Menurut

Keputusan

Menteri

Perindustrian

dan

Perdagangan

RI


No. 651/MPP/Kep/10/2004, depot air isi ulang harus memiliki izin operasi, dilarang
mengambil sumber air baku dari PDAM dan harus berasal dari mata air pegunungan
yang bebas dari kontaminasi.

2.5

Sumber Daya Air
Pemanfaatan air tentu akan sangat berkaitan dengan ketersediaan dan jenis

pemanfaatan seperti pemanfaatan air untuk domestik (rumah tangga), pertanian,
perikanan, peternakan, industri dan lainnya. Dengan meningkatnya aktivitas
pertanian, penurunan curah hujan, dan pembangunan yang tidak merata
menyebabkan air tanah menjadi sumber utama untuk irigasi dan air minum selama 2
dekade terakhir.(Prasad,et.al., 2015).
Dalam laporan WaterAid (2012) dituliskan bahwa sumber daya air
merupakan tubuh air yang luas dimana sumber air bergantung, yang dapat berupa air
hujan, air permukaan seperti sungai dan danau serta air tanah dalam akuifer.
Menurut Soenarno (2000), air adalah semua air yang terdapat pada, di atas,
ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan,
air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat. Daya air adalah potensi yang
terkandung dalam air dan/atau pada sumber air yang dapat memberikan manfaat
ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya,

28

Universitas Sumatera Utara

sehingga sumber daya air didefenisikan menjadi air, sumber air, dan daya air yang
terkandung didalamnya, seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.1 dibawah ini.Sumber
daya air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan manusia
karena manusia memerlukan air untuk minum dan kesediaan pangan.
Gambar 2.1 : Siklus air

Sumber : http://www.co.portage.wi.us/groundwater/undrstnd/runoff.htm 2016

Ketersediaan air sering kali sulit diatur dan diprediksi secara akurat. Hal ini
disebabkan karena ketersediaan air mengandung unsur variabilitas ruang dan waktu
yang sangat tinggi. Air tawar yaitu air yang layak untuk dikonsumsi manusia, terdiri
dari 3% dari total air yang ada di bumi, dengan lebih dari 68% terkurung didalam es
dan gletser dan 30% lagi berada didalam tanah, kita dapat menggunakan 0,3% dari
total air di bumi untuk dapat kita konsumsi dari sumber – sumber air permukaan
yang berbeda (Gleick 1993,1996 dalam Rahman, et.all, 2010).

2.6

Infrastruktur Air Bersih
Kesulitan dalam penyediaan infrastruktur sudah mulai berlangsung sejak

lama. Persoalan-persoalan yang ada antara lain meliputi : keterbatasan dana dari
29

Universitas Sumatera Utara

pemerintah, peningkatan penduduk yang terus berlangsung terutama di kota-kota
besar, euforia otonomi yang cenderung kebablasan dari Kabupaten/Kota menjadi
beberapa penyebab perkembangan infrastruktur kalah cepat dibandingkan dengan
dinamika pertumbuhan yang ada. Pelayanan air bersih belum menyentuh seluruh
lapisan masyarakat yang membutuhkan baik di kota maupun di desa (Kodoatie,
2003). Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial
dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur
dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatanperalatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya
sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg dalam Kodoatie, 2003).
Peran infrastruktur sebagai mediator antara sistem ekonomi dan sosial dalam
tatanan kehidupan manusia dengan lingkungan alam menjadi sangat penting.
Infrastruktur yang kurang berfungsi akan memberikan dampak yang besar bagi
manusia. Sebaliknya, infrastruktur yang terlalu berlebihan untuk kepentingan
manusia tanpa memperhitungkan kapasitas daya dukung lingkungan akan merusak
alam yang pada hakekatnya akan merugikan manusia termasuk mahluk hidup lain.
Adapun penanganan infrastruktur sektor air bersih pada prinsipnya diutamakan bagi
masyarakat yang belum memiliki akses terhadap air bersih, terutama pada daerahdaerah

rawan

air,

permukiman

kumuh,

nelayan

dan

daerah

tertinggal

(Kodoatie,2003).

2.7

Penyediaan Air Bersih di Perkotaan
Kebutuhan air bersih di perkotaan saat ini dapat dipenuhi melalui dua sistem

yaitu sistem perpipaan dan sistem non perpipaan. Sistem perpipaan adalah sistem

30

Universitas Sumatera Utara

dimana penyediaan air bersih dilakukan melalui pengelolaan air dari sumbernya
sampai ke wilayah pelayanan (pelanggan) yang biasanya dilakukan oleh PDAM.
Sedangkan sistem non perpipaan adalah sistem penyediaan air yang dapat diperoleh
secara alamiah baik langsung maupun tidak langsung seperti air sumur, air danau, air
sungai, air hujan ataupun sumber - sumber air permukaan lainnya atau bahkan
membeli dari pedagang air keliling.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air bersih perkotaan adalah
sebagai berikut (Linsley et al dalam Raharjo, 2002)
1. Iklim,

kebutuhan

air

untuk

keperluan

sehari-hari

seperti

mandi,

mencuci,menyiram tanaman semakin tinggi pada musim kemarau.
2. Ciri-ciri penduduk, taraf

hidup dan kondisi sosial ekonomi penduduk

mempunyai korelasi positif dengan jumlah kebutuhan air. Artinya pada penduduk
dengan kondisi sosial ekonomi yang baik dan taraf hidup yang tinggi akan
membutuhkan air yang lebih banyak daripada penduduk dengan sosial ekonomi
yang kurang mencukupi dan taraf hidupnya lebih rendah. Meningkatnya kualitas
kehidupan penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas hidup yang
diikuti pula dengan meningkatnya kebutuhan air.
3. Harga air dan meteran, bila harga air mahal, orang akan lebih menahan diri dalam
pemakaian air. Selain itu langganan yang jatah air diukur dengan meteran
cenderung untuk mempergunakan air dengan jarang.
4. Ukuran kota, ukuran kota diindikasikan dengan jumlah sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh suatu kota seperti industri, perdagangan, taman-taman.
Semakin banyak sarana dan prasarana kota yang dimiliki pemakaian air juga
semakin besar.

31

Universitas Sumatera Utara

2.8

Penyediaan Air Bersih untuk Rumah Tangga
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan

dengan pengembangan sistem penyediaan air minum. Yang dimaksud dengan air
minum rumah tangga adalah air dengan standar dapat langsung diminum tanpa harus
dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil pengujian mikrobiologi
(uji e.coli). Yang dimaksud dengan pengembangan sistem penyediaan air minum
adalah memperluas dan meningkatkan sistem fisik (teknik) dan sistem nonfisik
(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat dan hukum) dalam kesatuan
yang utuh untuk menyediakan air minum yang memenuhi kualitas standar tertentu
bagi masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Pengembangan instalasi dan
jaringan serta sistem penyediaan air minum untuk rumah tangga termasuk pola
hidran dan pola distribusi dengan mobil tangki air (Kodoatie et.al., 2005).
Menurut Suripin (2001) Penyediaan air bersih (public water supply) pada
dasarnya memerlukan air yang langsung dapat diminum (portable water). Air yang
dimaksud harus aman (sehat) dan bagus untuk diminum, tidak berwarna, tidak
berbau, dengan rasa yang segar. Air bersih harus mempunyai kualitas tinggi secara
fisik, kimiawi maupun biologi untuk mencegah timbulnya penyakit. Secara umum
Persyaratan Kualitas Air Bersih diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No.492/MENKES/Per/IV/2010. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air
terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari
air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi
pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi. Kualitas air mencakup
tiga karakteristik, yaitu fisik, kimia dan biologi. Karakteristik fisik yang terpenting
yang mempengaruhi kualitas air ditentukan oleh bahan padat keseluruhan baik yang

32

Universitas Sumatera Utara

terapung maupun terlarut, kekeruhan, warna, bau dan rasa serta temperatur atau suhu
air. Sedangkan karakteristik kimiawi air berupa kandungan bahan-bahan kimia yang
ada di dalam air yang berpengaruh terhadap kesesuaian air meliputi pH, Alkalinitas,
Kation dan Anion terlarut serta kesadahan. Pada karakteristik biologi air, jenis-jenis
organisme hidup yang mungkin terdapat dalam air meliputi makroskopik,
mikroskopik dan bakteri.
Sedangkan bakteri merupakan organisme hidup yang sangat kecil dimana
spesiesnya tidak dapat diidentifikasi sekalipun dengan alat bantu mikroskop. Bakteri
yang dapat menimbulkan penyakit disebut bakteri pathogen, sedangkan yang tidak
membahayakan bagi kesehatan disebut non pathogen. Eschericia coli (colon bacili
atau coliform) adalah bakteri non pathogen yang hidup dalam usus binatang berdarah
panas. Dalam air, bakteri ini biasanya mengeluarkan tinja sehingga keberadaannya di
dalam air dapat dijadikan indikasi keberadaan bakteri pathogen. Kualitas air bersih
ditentukan dengan keberadaan atau ketidakberadaan bakteri ini melalui E-Coli Test.
Dalam air terdapat juga virus, yaitu organism penyebab infeksi yang lebih kecil dari
bakteri umum (Suripin, 2001).
Kebutuhan akan air bersih tidak saja menyangkut kuantitas akan tetapi juga
menyangkut kualitas sesuai dengan peruntukannya, dimana setiap peruntukan akan
memiliki baku mutu tersendiri, dan baku mutu untuk air minum tentunya akan lebih
ketat jika dibandingkan dengan baku mutu air untuk kebutuhan lain seperti cuci
mobil ataupun air untuk keperluan industri. (Soemarwoto, 2001). Berikut adalah
Tabel pemakaian air menurut penggunaannya (Noerbambang,1993).

33

Universitas Sumatera Utara

Table 2.1 Pemakaian Air Menurut Penggunaannya
Architecture
Manual (USA)
Penggunaan

Dapur
Kakus
Cuci muka
Pembersihan

Kamar
mandi

Cuci
pakaian
Lain-lain

Minum
Masak
Cuci
Kloset
Peturasan
Bak cuci
tangan
Bak cuci
pel

l/orang
per
hari
1,0
3,0
5,7
30,0
75,0

%

4,0
42,9

Water &
Sewage
Works (USA)

Arch,
Equipment
Handbook
(Jepang)
l/orang
per
%
hari

l/orang
per
hari

%

30,3

4,0

20,0

12,5

265,0

39,0

15,0
20,0

21,9

Arc. Design data
Handbook (Jepang)

l/orang
per
hari
1,0
5-10
3-6
30,0
20,0

19,0

7,8

18,9

7,7

45,4

7,0

20,0

12,5

20,0

7,5

3,1

7,5

3,0

15,1

2,0

10,0

6,2

10,0

31,3

50,0
(gaya
jepang)
75-300
(bath
tub)

Bak mandi
dan
pancuran

75,0

Mesin cuci

11,3
17,0

244,5

100

Jumlah

Arch,
Equipment
Handbook
(USA)
l/orang
per
%
hari
1,0
4,7
3,5
2,8
30,0
43,2
76,0

30,7

50,0

%

7,0
30,0

30,0
(gaya
jepang)

75,0

30,6

212,0

31,0

4,6

12,4

5,1

113,6

17,0

15,0

9,4

15,0

9,0

6,9

17,0

6,9

-

-

10,0

6,2

6,0

245,3

100

681,4

100

160

100

10,0
50,0
(gaya
jepang)
75-300
(bath
tub)

100

Sumber : Noerbambang, 1993
Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum,
kebutuhan air bersih untuk masing-masing rumah tangga untuk Kota Kecil dengan
jumlah penduduk antara 20.000 – 100.000 jiwa adalah 100–130 liter/orang per hari.
Berikut ini adalah Tabel perkiraan air bersih berdasarkan jumlah penduduk (kategori
kota) untuk kebutuhan domestik menurut standar yang ditetapkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum.
Table 2.2 Pembagian Standard Kebutuhan Air Minum Berdasarkan Lokasi dan
Wilayah
Kategori Kota
Jumlah Penduduk
Kecil
20.000 – 100.000
Sedang
100.000 – 500.000
Besar
500.000 – 1.000.000
Metropolitan
>1.000.000
Sumber : Permendagri no. 23 tahun 2006

Konsumsi Air (liter/orang/hari
60
90
110
150

34

Universitas Sumatera Utara

Peranan air bersih dalam kehidupan masyarakat begitu penting, karena selain
menjadi bahan konsumsi yang dibutuhkan untuk minum dan memasak, air juga dapat
menjadi media di dalam menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, karena air
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam melarutkan bahan-bahan padat,
mengabsorpsi gas-gas dan bahan cair lainnya, sehingga kandungan bahan atau zat-zat
ini dalam air pada konsentrasi tertentu dapat menimbulkan efek gangguan kesehatan
bagi pemakainya. Disamping itu air juga merupakan media yang efektif di dalam
penyebaran penyakit (water born decease), terutama untuk penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan penyakit infeksi bakteri pada usus seperti : typus, paratypus,
dysentri, bacilair dan kolera (Sutrisno, 1991). Oleh karena itu untuk menghindari halhal yang tidak diinginkan berkaitan dengan penggunaan air bersih maka telah
ditetapkan berbagai standar kualitas air bersih yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam menentukan apakah air bersih yang akan dipergunakan telah memenuhi
persyaratan kesehatan atau belum.

2.9

Pengelolaan Sumber Daya Air
Definisi dalam Undang - Undang Sumber Daya Air nomor 7 Tahun 2004 Bab

1, pasal 1, ayat 2 menyatakan bahwa air adalah semua air yang terdapat pada, diatas
maupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air
tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat. Sedangkan definisi air bawah tanah
menurut Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara nomor 4 Tahun 2013 tentang
Pengelolaan Air Tanah, Bab 1 ayat 9 yaitu mata air adalah air tanah yang muncul ke
permukaan tanah. Menurut Kodoatie,et.al., 2001, berbagai kegiatan manusia,
meliputi kegiatan budidaya pertanian, pengadaan air baku untuk keperluan air minum

35

Universitas Sumatera Utara

maupun industri, aktivitas perkotaan, pembangkit tenaga listrik tenaga air, perikanan,
pariwisata, dan lain-lain, memerlukan sumber daya air yang cukup untuk tumbuh dan
berkembangnya kegiatan tersebut. Apabila air tersedia terlalu banyak akan
menimbulkan banjir, dan sebaliknya apabila terlalu sedikit akan menimbulkan
kekeringan, terlebih lagi jika air yang jumlahnya sudah sedikit itu tercemar sehingga
dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan dan lingkungan. Kondisi ini akan
menghambat proses tumbuh dan berkembangnya kegiatan kehidupan manusia
bahkan mahluk hidup lainnya, dan memberikan indikasi bahwa sistem lingkungan
telah mengalami kerusakan (berkurangnya luasan hutan, tingkat sedimentasi dan
pembuangan limbah yang tak terkendali). Berbagai sebab terganggunya kelestarian
sumber daya air menurut (Kodoatie et.al., 2002) antara lain :
- Berkurangnya lahan sebagai daerah resapan air akibat dari berkembangnya daerah
permukiman dan industri.
- Sumber-sumber air dan terancamnya kelestarian
- Fungsi bangunan-bangunan perairan sebagai akibat kurang terkendalinya
pengambilan bahan galian untuk bangunan.
Menurut Emil Salim, 1985, masalah air bersih yang menjadi tantangan di
masa depan adalah :
- Penyelamatan air dari eksploitasi secara berlebihan dan pencemaran yang
meningkat, baik air sungai, danau, rawa maupun laut.
- Permintaan air semakin meningkat didorong oleh pertumbuhan penduduk dan
keperluan pembangunan seperti air minum, irigasi, perikanan, industry pariwisata.

36

Universitas Sumatera Utara

- Kualitas air yang cenderung menurun sebagai akibat dari meningkatnya
pencemaran air, kondisi ini disebabkan karena membuang air limbah ke sungai,
tanah dan laut.

2.10

Pemanfaatan Mata Air Sibolangit oleh PDAM
Saat ini PDAM Tirtanadi secara resmi menyediakan air bersih untuk

memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kota Medan dengan manfaatkan air
permukaan, air tanah dan mata air. Mata Air Sibolangit menyediakan 598,67
liter/detik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Medan di Wilayah tertentu
seperti ditunjukkan dalam gambar 2.2.
Gambar 2.2 Pie Chart pembagian penyediaan air bersih berdasarkan sumber
air baku

405,79
554,18 79,92
150,50

523,98
2.270,44

598,67
1.689,31
119,38

Sunggal
Lau Melas
Limau Manis

Delitua
Hp Perak
IPA Mini

Sibolangit
Sumur Bor
TLM

Sumber : Company profile PDAM Tirtanadi
Pemanfaatan mata air Sibolangit sangat menguntungkan karena kwalitasnya
yang sangat baik sehingga tidak memerlukan biaya pengolahan yang besar untuk
pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Kota Medan. Bahkan Professor
Shahbaz Khan, Direktur UNESCO Asia dan Pasifik menyatakan bahwa satu-satunya

37

Universitas Sumatera Utara

sumber air yang paling baik saat ini dan juga merupakan sumber air terbaik di dunia
adalah Sibolangit (Medanbisnis.2014).
Saat ini PDAM Tirtanadi memiliki Instalasi di sekitar mata air Sibolangit,
keuntungan dari penyediaan air dengan sistem terpusat ini misalnya :
1.

Penyadapan air dapat dikontrol sehingga tidak berlebihan (menjaga
kesinambungan ketersediaan mata air.

2. Kualitas air yang didapatkan masyarakat terkontrol dengan baik.
3.

Masyarakat dapat langsung menikmati air bersih dari keran yang ada di rumah
mereka.

Selain keuntungan, sistem pengumpulan air ini juga memiliki kerugian yaitu :
1. Pengembangan sistem ini membutuhkan biaya yang tinggi dan waktu
pembangunan yang lama (kurang fleksibel)
2. Air tidak dapat langsung diminum
3. Ketersediaan air tidak berkesinambungan
2.11.

Pemanfaatan Mata Air Sibolangit oleh Pengusaha
Pengusaha memanfaatkan sumber mata air Sibolangit untuk menjual air

bersih kemasyarakat Kota Medan dengan menggunakan mobil tangki kemudian
disalurkan ke Depot air isi ulang. Keuntungan dengan menggunakan mobil tangki
untuk pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat Kecamatan Medan Johor adalah:
-

Air dapat langsung diminum

-

Meningkatkan perekonomian lokal

-

Tidak dibutuhkan biaya investasi besar untuk jaringan perpipaan

Sedangkan kerugian memanfaatkan mobil tangki adalah :

38

Universitas Sumatera Utara

-

Tidak

adanya

karena

kontrol

pemanfaatan

berapa
yang

banyak

air

berlebihan

yang
dapat

dapat

di

ambil

menyebabkan

ketidakberkesinambungannya sumber mata air.
-

Kualitas air tidak diperiksa secara teratur.

-

Masyarakat mengeluarkan biaya yang besar untuk membeli air isi ulang.

2.12

Tolak Ukur Kepuasan dalam Penyediaan Air Minum
Hal penting yang menjadi harapan masyarakat sebagai pengguna pelayanan

air bersih adalah ketersediaan air yang terus menerus terutama setiap saat dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari - hari, kuantitas, kualitas dan
kontinuitas aliran air bersih menjadi hal yang utama dalam penentuan tingkat
kepuasan masyarakat pengguna jasa layanan. Kualitas air bersih yang didistribusikan
ke pelanggan harus memenuhi standar baku mutu kualitas air bersih, serta tidak
menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan manusia maupun lingkungan.
Adanya hubungan keterkaitan yang erat antara Kinerja Pelayanan penyedia layanan
air bersih yaitu PDAM dan Tingkat Kepuasan Pelanggan yang dalam hal ini adalah
masyarakat pengguna layanan. Jika PDAM sebagai penyedia layanan dapat
meningkatkan kinerja distribusi air minumnya, maka secara otomatis akan juga
meningkatkan Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap layanan yang diberikan.
2.13

Review Penelitian Terdahulu

No

Nama

Judul Penelitian

Hasil

1.

M. S. Aini, A.
Fakhrul-Rozi, O.
Mumtazah and J.
C. Meow Chen,
Tahun 2007

Malaysian
households’
drinking
water
practices : A case
study

Hasil penelitian menyatakan bahwa alasan membeli air
minum kemasan karena mempertimbangkan kesehatan,
persepsi buruknya kualitas air keran dan meningkatnya
kontaminasi air dan polusi di Negara tersebut, hampir
seperempat dari responden yang memiliki filter air
menyatakan kenyamanan karena mereka tidak perlu
memasak air lagi (praktis).

39

Universitas Sumatera Utara

2.

A. Azlan, H.E.
Khoo, M.A.
idris, I. Amin
and M.R.
Razman, tahun
2012

Consumption
Patterns
and
Perception
on
Intake of
Drinking Water in
Klang
Valley,
Malaysia

Hasil
penelitian
menyatakan
bahwa
alasan
mengkonsumsi air mineral termasuk keamanan,
kesehatan, kualitas dan rasa. Persepsi masyarakat
sangat rendah untuk menerima kualitas air keran,
sementara masyarakat berpersepsi bahwa kualitas air
minum kemasan lebih baik. Air keran memiliki harga
yang murah, sementara air minum minum kemasan
lebih diterima oleh masyarakat untuk langsung
diminum. Penelitian ini menemukan bahwa pentingnya
persepsi masyarakat terhadap air minum dalam
pendidikan dan sosialisasi terhadap kualitas air minum
yang mereka konsumsi.

Tabel 2.13 Lanjutan
No
3.

Nama
Hanyi Chen, Yaying
Zhang, Linlin Ma,
Fangmin Liu,
Weiwei Zheng,
Qinfeng Shen,
Hongmei Zhang,
Xiao Wei, Dajun
Tian Gengsheng He,
Weidong Qu, tahun
2012

Judul Penelitian
Change of water
consumption and
its
potential
influential factors
in Shanghai : A
cross-sectional
study

Hasil
Hasil penelitian menyatakan bahwa regresi
logistik model menunjukkan hubungan yang kuat
antara keyakinan kesehatan seseorang dan pilihan
pemanfaatan air minum (P < 0.001). Umur,
pendapatan, pendidikan, kondisi rumah, persepsi
terhadap resiko juga berperan penting (P < 0.05)
dalam model ini. Air minum terkait dengan diare
ditemukan dalam semua jenis air minum dan
kebersihan air yang tidak tepat perilaku masih
ada diantara penduduk. Keyakinan kesehatan
seseorang, kondisi rumah, umur, pendapatan,
pendidikan, rasa dan jika pernah ditemukannya
cacing didalam air keran mempengaruhi
pemilihan air minum rumah tangga di Shanghai.

4.

Jim A Wright, Hong
Yang, Ulrike Rivett
and
Stephen
W
Gundry

Public perception
of drinking water
safety in
South
Africa
2002–2009:
a
repeated
cross-sectional
study

Hasil penelitiannya antara lain bahwa dirasakan
keamanan air minum tetap relatif stabil dari
waktu ke waktu di Afrika Selatan, setelah
ekspansi peningkatan pasokan air dikendalikan.
Sebuah wabah kolera besar pada tahun 2002 tidak
berpengaruh nyata pada persepsi publik terhadap
air minum. Persepsi keamanan air minum
terutama terkait dengan rasa air, bau, dan
kejelasan dan karakteristik sosio-ekonomi atau
demografi. Hubungan antara persepsi keamanan
air minum dan kualitas organoleptik air minum,
karakteristik ketersediaan air dan karakteristik
rumah tangga sosio-ekonomi dan demografi
dieksplorasi pada tahun 2002 dan 2008
menggunakan regresi logistik.

5.

Ana C. EspinosaGarcia, Carlos DiazAvalos, Fernando J.
Gonzalez-Villarreal,
Rafael Val-Segura,
Velvet
MalvaezOrozco,
Marisa

Drinking
water
quality
in
a
Mexico
City
University
community
:
Perception
and
Preferences

Hasil penelitian menunjukkan 75 % komunitas
universitas hanya meminum air minum kemasan
dan tingkat mengkonsumsi air keran masih
rendah. Alasan utama preferensi ini adalah hasil
uji sensorik indera manusia terhadap qualitas air
keran. Secara umum, para responden tidak
mempercayai kualitas air keran yang mungkin

40

Universitas Sumatera Utara

Mazari-Hiriart

6.

Zhihua Hu, Lois
Wright
Morton,
Robert L. Mahler,
tahun 2011

Bottled water :
United
States
Consumers
and
Their Perceptions
of Water Quality

disebabkan oleh fasilitas yang mendistribusikan
air minum kemasan mendorong ketidaktertarikan
umum dalam belajar tentang asal – usul dan
pengelolaan air keran yang didistribusikan di
kampus.
Hasil penelitian mengatakan bahwa pelanggan di
Amerika Serikat menyatakan bahwa air minum
kemasan adalah sumber air minum mereka ketika
mereka berpersepsi bahwa air minum tidak
aman. Selanjutnya mereka yang memberikan
nilai rendah terhadap kualitas air tanah lebih
memilih air minum kemasan untuk minum.

Tabel 2.13 Lanjutan
No
7.

Nama
M.A. Massoud, R.
Maroun,
H.
Abdelnabi, I. I
Jamali, M. ElFadel, tahun 2013

Judul Penelitian
Public perception and
Economic Implications of
Bottled
Water
Comsumption
in
Underprivileged
Urban
Areas

Hasil
Hasil penelitian ini membandingkan antara
kualitas air minum kemasan dengan
kualitas air minum fasilitas umum dan
memeriksa implikasi ekonomi air minum
kemasan di 2 daerah studi. Persepsi
Responden menyatakan bahwa kualitas air
fasilitas umum negative dan air minum
kemasan dipersepsikan berkualitas lebih
baik
sehingga
mempengaruhi
pola
pemanfaatan air minum.

8.

Grace M. Mbagaya
and
Edgar
L.
Mbato, tahun 2011

Factors Influencing The
Consumption
and
standards
of
Bottled
Drinking
Water
in
Nairobi-Kenya

Masyarakat Nairobi pada umumnya
mengkonsumsi air minum kemasan yang
mungkin mengindikasikan akses air minum
yang aman menjadi tantangan utama untuk
semua pelanggan khususnya mereka yang
berada di daerah perkotaan.

9.

Lianne
McLeod,
Lalita Bharadwaj
and
Cheryl
Waldner,
tahun
2014

Risk factors associated
with the Choice to Drink
Bottled Water and Tap
Water
in
Rural
Saskatchewan

Pola yang sama dari faktor resiko dikaitkan
dengan kemungkinan penurunan konsumsi
harian air keran, namun penggunaan
pasokan air masyarakat tidak signifikan.
Memahami faktor – faktor yang
mempengaruhi pemilihan air minum dapat
kesehatan
mendukung
pendidikan
masyarakat
yang
terkait
dengan
pengelolaan air di daerah pedesaan.

10.

Jim A, Wright,
Hong Yang, Ulrike
Rivett and Stephan
W Gundry, tahun
2012

Public
Perception
of
Drinking Water Safety in
South Africa 2002 – 2009
: a repeated cross-sectional
Study

Hasil penelitian menyatakan bahwa
dirasakan keamanan air minum tetap
relative stabil dari waktu ke waktu di
Afrika
Selatan,
setelah
ekspansi
peningkatan pasokan air dikendalikan.
Sebuah wabah kolera besar pada tahun
2002 tidak berpengaruh nyata pada persepsi
public terhadap air minum. Persepsi
keamanan air minum terutama terkait
dengan rasa air, bau, dan kejelasan dan
karakteristik
sosio-ekonomi
atau

41

Universitas Sumatera Utara

demografi. Hubungan antara persepsi
keamanan air minum dan kualitas
organoleptik air minum, karakteristik
dan
Rumah
tangga
sosio-ekonomi
demografi dieksplorasi pada tahun 2002
dan 2008 menggunakan regresi logistik.

2.14

Kerangka Pemikiran
Kerangka pikir dalam studi ini didasarkan pada krisis ketersediaan air bersih

yang aman untuk diminum oleh masyarakat Kota Medan, padahal kebutuhan air
bersih untuk penduduk dan aktivitas perkotaan semakin meningkat. Sedangkan
pelayanan PDAM belum dapat memenuhi kebutuhan dasar air sepanjang tahun.
Untuk itu masyarakat memanfaatkan air isi ulang untuk dikonsumsi setiap hari. Salah
satu wilayah yang menggunakan penyediaan air minum dengan memanfaatkan air isi
ulang adalah wilayah Kecamatan Medan Johor. Dengan demikian diperlukan kajian
persepsi masyarakat, pola pemanfaatan air isi ulang dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat.
Dalam studi ini, dilakukan analisis persepsi masyarakat terhadap penyediaan
air minum dengan pemanfaatan air isi ulang dengan menggunakan metode analisis
deskriptif kuantitatif. Output dari studi ini adalah untuk mengetahui persepsi
masyarakat tentang kualitas air isi ulang dan PDAM Tirtanadi, pola pemanfaatan air
isi ulang dan pengaruh sosial ekonominya untuk pemenuhan kebutuhan air minum
masyarakat kemudian dilanjutkan dengan kesimpulan serta rekomendasi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap
pemanfaatan air isi ulang adalah pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan,
pengeluaran, luas rumah dan pekerjaan. Deskripsi statistik digunakan dalam data
konsumsi air minum, ketika nilai persepsi untuk kualitas dan harga air keran, air
botol, dan air mineral yang ditampilkan sebagai nilai persepsi untuk subjek yang

42

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan pada jenis kelamin, umur, suku, pendidikan, pendapatan dan tempat
tinggal (Azlan. A, et al, 2012).
Kualitas, harga dan tipe air minum dapat mempengaruhi pola konsumsi air
minum masyarakat seluruh dunia (Doria dalam Azlan. A, et al, 2012).
Keyakinan kesehatan pribadi, keadaan rumah, umur, pendapatan, pendidikan,
rasa dan jika cacing pernah ditemukan di air keran mempengaruhi pemilihan air
minum masyarakat Shanghai (Chen. H, et al, 2012).
Secara umum, peserta dalam study ini tidak mempercayai kualitas air keran,
yang disebabkan oleh fasilitas yang mendistribusikan air minum kemasan
mendorong ketidaktertarikan umum dalam belajar tentang asal – usul dan
pengelolaan air keran yang didistribusikan di kampus (Garcia. A, et al, 2014).
Kualitas sebuah produk air minum diukur dari harganya, dimana harga
tersebut sebagai simbol dari kualitasnya (Zeithaml dalam Azlan. A, et al, 2012).
Rasa dan palatabilitas dari air minum menjadi alasan lain sebagai salah satu
subjek pertanyaan dalam pemilihan air minum kemasan (Azlan. A, et al, 2012).
Persepsi peserta terhadap kualitas air minum yang disediakan oleh
perusahaan air minum publik umumnya buruk dan air minum kemasan dianggap
memiliki kualitas yang lebih baik, sehingga mempengaruhi preferensi air minum
dan pola konsumsi (Massoud. M, et al, 2012).
Ibu rumah tangga memilih beberapa sumber air yang berbeda (misalnya air
sumur bor atau air yang dijual) mempersepsikan bahwa air minum yang aman itu
mempengaruhi pemilihan sumber air dan selanjutnya tergantung harga air (Wright. J.
A, et al, 2012).

43

Universitas Sumatera Utara

Alasan membeli air minum karena memikirkan kesehatan, persepsi buruknya
kualitas air keran dan meningkatnya kontaminasi air dan polusi di Negara tersebut,
hampir seperempat dari responden yang memiliki filter air menyatakan kenyamanan
karena mereka tidak perlu memasak air lagi (praktis) (Aini. M, et al, 2007).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa banyak pelanggan percaya
bahwa air kemasan lebih nyaman dan memiliki rasa yang lebih baik dari air keran,
meskipun dari laporan sejumlah pengalaman kualitas air dari kemasan (Hu. Z, et al,
2011).
Sebuah pola yang sama dari faktor – faktor risiko dikaitkan dengan
kemungkinan penurunan mengkonsumsi air keran sehari-hari, namun penggunaan
pasokan air masyarakat tidak signifikan (Mcleod. L, et al, 2014).
Kebanyakan penduduk Nairobi mengkonsumsi air minum kemasan yang
mungkin menjadi indikasi tantangan utama untuk banyak pelanggan, terutama di
daerah perkotaan (Mbagaya. G., 2011).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, berikut merupakan diagram kerangka
pemikiran dalam persepsi masyarakat dalam pemanfaatan air isi ulang dalam
pemenuhan kebutuhan air minum.

44

Universitas Sumatera Utara

Persepsi Masyarakat

Faktor – Faktor yang mempengaruhi :
1.Pendidikan
2. Jumlah Anggota Keluarga
3. Penghasilan
4. Pengeluaran
5. Luas Rumah
6. Pekerjaan

Pola Pemanfaatan

Air PDAM/Air Isi Ulang

Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran

45

Universitas Sumatera Utara

2.15

Hipotesis Penelitian
1.

Pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, pengeluaran, luas
rumah dan pekerjaan berpengaruh nyata baik secara serempak dan
parsial terhadap pola pemanfaatan air PDAM.

2.

Pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, pengeluaran, luas
rumah dan pekerjaan berpengaruh nyata baik secara serempak dan
parsial terhadap pola pemanfaatan air isi ulang.

46

Universitas Sumatera Utara