Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011

(1)

PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN JOHOR

TAHUN 2011

SKRIPSI

OLEH:

IQBAL OCTARI PURBA NIM 061000145

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN JOHOR

TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

IQBAL OCTARI PURBA 061000145

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PELAKSANAAN PENYYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN JOHOR

TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : IQBAL OCTARI PURBA

NIM. 0610000145

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 17 Maret 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Surya Dharma, MPH dr. Devi Nuraini Santi, MKes

NIP. 195804041987032002 NIP. 197002191998022001

Penguji II Penguji III

DR. Dra. Irnawati Marsaulina, MS Ir. Indra Chahaya, MSi

NIP. 196501091994032002 NIP. 196811011993032005

Medan, Maret 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

DR. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat, salah satu alternatifnya adalah pemakaian air minum isi ulang karena harganya murah. Namun tidak semua depot air minum terjamin keamanan produknya. Untuk menjamin agar air minum yang dihasilkan aman dan sehat maka diperlukan upaya penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum di Kecamatan Medan Johor. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap 31 responden yang dipilih secara total sampling. Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan pemilik depot air minum termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 18 orang (58,1%). Sikap pemilik depot air minum sebagian besar berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 18 orang (58,1%). Tindakan pemilik depot air minum sebagian besar berada dalam sedang yaitu 20 orang (64,5%). Depot air minum sebagian besar telah memenuhi hygiene sanitasi depot air minum yaitu 87,1%.

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada pemilik depot air minum untuk melakukan pemeriksaan air minum secara rutin sehingga kualitas air minum aman dan sehat. Selain itu, Pemerintah diharapkan untuk mengeluarkan peraturan mengenai pengawasan depot air minum sehingga pemilik depot air minum lebih memperhatikan proses pengolahan air minum.


(5)

ABSTRACT

Water was one of the most important need for human being. To fulfill drinking water needs of the community, one of the alternative was the use of refill drinking water since it was cheap. However, not all drinking water stands guaranteed product safety. To ensure that drinking water was safe and healthy, it was necessary to attempt the implementation of drinking water stand hygiene and sanitation.

The purpose of this research was to determine the implementation of drinking water stand hygiene and sanitation in Medan Johor. The method used in this research was an interview using questionnaire to 31 respondents who selected by total sampling. The research was a descriptive survey and the results were presented in a frequency distribution table.

The results showed that the knowledge of drinking water stand owner were mostly included in medium category with 18 people (58.1%). The attitude of drinking water stand owner were mostly located in good category with 18 people (58.1%). The action of drinking water stand owner were mostly located in medium category with 20 people (64.5%). Most of the drinking water stand had qualified the drinking water stand hygiene and sanitation amounted to 87,1%.

Based on the result of research, the owner of the drinking water stand were recommended to conduct inspection of drinking water regularly so that the quality of drinking water was safe and healthy. In addition, the government was expected to issue the regulation regarding the supervision of drinking water stands so that the owner of drinking water stand could pay more attention to drinking water production process.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : IQBAL OCTARI PURBA

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 1 Oktober 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Jl. Pukat II/Sejati No. 41 Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1994-2000 : SD Taman Asuhan P.Siantar 2. Tahun 2000-2003 : SLTP Taman Asuhan P.Siantar 3. Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 2 P.Siantar


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan serta keselamatan, dan atas berkah dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 .

Selama proses penyusunan skripsi ini, begitu banyak nasehat, bantuan dan bimbingan yang penulis terima demi kelancaran proses penyelesaian pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak DR. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Ir. Evi Naria, MKes selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan beserta seluruh dosen dan staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

3. Bapak dr. Surya Dharma, MPH selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, MKes selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

5. Ibu DR. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Ir. Indra Chahaya, MSi selaku penguji III yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak DR. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 8. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKM USU, terima kasih untuk

pembelajaran yang telah diberikan kepada penulis.

9. Teristimewa kepada orangtua tercinta Ayahanda Mondan Purba dan Ibunda Hj. Erina Marlaini Hasibuan, serta adik-adikku Ichsan Destari, Irwin Rinaldi, Irna Putri yang telah memberikan motivasi, semangat, dukungan dan doa selama ini.

10. Sahabat-sahabat terbaikku, Berkat Putra, Mansur, Hengky, Andri, Andre, Fitra, Yuni, Desi terima kasih untuk kebersamaan, dukungan dan semangat yang kalian berikan selama ini.

11. Untuk Nazira Addini terima kasih untuk motivasi dan dukungan yang diberikan kepada penulis dari mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

12. Teman-teman di FKM (Gaby, Darli, Tia, Adel, Amru, Afdal, Iskandar, Dila, Dely, Indra, Pendi, Bang Budi) yang selalu memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

13. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.


(9)

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajiannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Maret 2011 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pengertian Air Minum ... 7

2.2. Sumber Air Minum ... 8

2.3. Syarat Kualitas Air Minum ... 9

2.4. Manfaat Air Bagi Kesehatan... 10

2.5. Penyakit-penyakit yang Ditularkan Melalui Air... 11

2.6. Depot Air Minum... 12

2.6.1. Pengertian Depot Air Minum... 12

2.6.2. Peralatan Depot Air Minum ... 13

2.6.3. Proses Produksi Depot Air Minum ... 14

2.6.4. Proses Desinfeksi Pada Depot Air Minum... 17

2.6.5. Hygiene Sanitasi Depot Air Minum... 18

2.7. Perilaku ... 24

2.7.1. Pengertian Perilaku ... 24

2.7.2. Determinan Perilaku... 24

2.7.3. Domain Perilaku... 25

2.7.4. Proses Adopsi Perilaku... 29

2.8. Kerangka Konsep ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 31

3.1. Jenis Penelitian... 31

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.2.1. Lokasi Penelitian... 31

3.2.2. Waktu Penelitian ... 31


(11)

3.3.1. Populasi... 31

3.3.2. Sampel... 31

3.4. Metode Pengumpulan Data... 32

3.4.1. Data Primer ... 32

3.4.2. Data Sekunder ... 32

3.5. Defenisi Operasional... 32

3.6. Aspek Pengukuran ... 33

3.7. Analisa Data... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN... 36

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

4.2. Karakteristik Responden ... 36

4.3. Pengetahuan Responden... 38

4.4. Sikap Responden ... 42

4.5. Tindakan Responden ... 46

4.6. Hygiene Sanitasi Depot Air Minum... 49

4.7. Tabulasi Silang... 49

4.7.1. Tabulasi Silang Antara Pendidikan dengan Pengetahuan ... 49

4.7.2. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Sikap... 50

4.7.3. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Tindakan... 51

4.7.4. Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Tindakan ... 51

4.7.5. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Hygiene Sanitasi... 52

4.7.6. Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Hygiene Sanitasi ... 53

BAB V PEMBAHASAN ... 54

5.1. Karakteristik Pemilik Depot Air Minum di Kecamatan Medan Johor... 54

5.2. Pengetahuan Responden tentang Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum ... 55

5.3. Sikap Responden tentang Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum... 58

5.4. Tindakan Responden tentang Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum... 60

5.5. Hygiene Sanitasi Depot Air Minum... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 66

6.1. Kesimpulan... 66

6.2. Saran... 67 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pemilik

Depot Air Minum... 37

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum ... 38

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum... 42

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum ... 43

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap tentang Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum ... 45

Tabel 4.6. Distrbusi Responden Berdasarkan Tindakan tentang Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum ... 46

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan tentang Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum... 48

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum... 49

Tabel 4.9. Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan... 49

Tabel 4.10. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Sikap... 50

Tabel 4.11. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Tindakan... 51

Tabel 4.12. Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Tindakan ... 51

Tabel 4.13. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Hygiene Sanitasi... 52


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skema Instalasi Pengolahan Air Minum

Lampiran 2 Kuesioner penelitian pengetahuan, sikap dan tindakan pemilik depot air minum tentang penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum Lampiran 3 Format pemeriksaan fisik

Lampiran 4 Master data penelitian Lampiran 5 Keterangan master data Lampiran 6 Hasil analisis data

Lampiran 7 Surat izin penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Lampiran 8 Surat izin penelitian dari Balitbang Medan


(14)

ABSTRAK

Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat, salah satu alternatifnya adalah pemakaian air minum isi ulang karena harganya murah. Namun tidak semua depot air minum terjamin keamanan produknya. Untuk menjamin agar air minum yang dihasilkan aman dan sehat maka diperlukan upaya penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum di Kecamatan Medan Johor. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap 31 responden yang dipilih secara total sampling. Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan pemilik depot air minum termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 18 orang (58,1%). Sikap pemilik depot air minum sebagian besar berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 18 orang (58,1%). Tindakan pemilik depot air minum sebagian besar berada dalam sedang yaitu 20 orang (64,5%). Depot air minum sebagian besar telah memenuhi hygiene sanitasi depot air minum yaitu 87,1%.

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada pemilik depot air minum untuk melakukan pemeriksaan air minum secara rutin sehingga kualitas air minum aman dan sehat. Selain itu, Pemerintah diharapkan untuk mengeluarkan peraturan mengenai pengawasan depot air minum sehingga pemilik depot air minum lebih memperhatikan proses pengolahan air minum.


(15)

ABSTRACT

Water was one of the most important need for human being. To fulfill drinking water needs of the community, one of the alternative was the use of refill drinking water since it was cheap. However, not all drinking water stands guaranteed product safety. To ensure that drinking water was safe and healthy, it was necessary to attempt the implementation of drinking water stand hygiene and sanitation.

The purpose of this research was to determine the implementation of drinking water stand hygiene and sanitation in Medan Johor. The method used in this research was an interview using questionnaire to 31 respondents who selected by total sampling. The research was a descriptive survey and the results were presented in a frequency distribution table.

The results showed that the knowledge of drinking water stand owner were mostly included in medium category with 18 people (58.1%). The attitude of drinking water stand owner were mostly located in good category with 18 people (58.1%). The action of drinking water stand owner were mostly located in medium category with 20 people (64.5%). Most of the drinking water stand had qualified the drinking water stand hygiene and sanitation amounted to 87,1%.

Based on the result of research, the owner of the drinking water stand were recommended to conduct inspection of drinking water regularly so that the quality of drinking water was safe and healthy. In addition, the government was expected to issue the regulation regarding the supervision of drinking water stands so that the owner of drinking water stand could pay more attention to drinking water production process.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa air, manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air pun diperlukan oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang layak diminum tanpa mengganggu kesehatan (Depkes RI, 2006).

Menurut Slamet (2004) dalam buku Kesehatan Lingkungan, air dalam tubuh manusia berkisar antara 50 70% dari seluruh berat badan. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25% dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70% dari hati, dan 75% dari otot adalah air. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu minum minimal sebanyak 1,5 2 liter sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme.

Air yang dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari terutama untuk minum harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk mencegah timbulnya penyakit atau gangguan yang disebabkan atau ditularkan melalui air. Di samping itu, air juga merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai penularan penyakit (Azwar, 1996).


(17)

Menurut Departeman Kesehatan (2006), kebutuhan air minum di banyak negara di dunia tidak sama satu sama lain. Warga di negara maju lebih banyak memerlukan air minum daripada di negara berkembang. Di negara maju semua keperluan air dipenuhi dengan air minum, sedangkan di negara berkembang air minum khusus hanya dipergunakan untuk makan dan minum saja, karena untuk keperluan mencuci dan keperluan lainnya cukup dipenuhi oleh air bersih biasa. Di negara maju, air yang dibutuhkan adalah lebih kurang 500 liter seorang tiap hari (lt/or/hr) sedangkan di Indonesia (kota besar) sebanyak 200-400 lt/or/hr dan di daerah pedesaan hanya 60 lt/or/hr.

Sebagian besar kebutuhan air minum masyarakat selama ini dipenuhi dari air sumur dan juga air yang sudah dioleh oleh Perusahaan Air Minum (PDAM). Seiring dengan makin majunya teknologi diiringi dengan semakin sibuknya aktivitas manusia maka masyarakat cenderung memilih cara yang lebih praktis dengan biaya yang relatif lebih murah dalam memenuhi kebutuhan air minum. Salah satu pemenuhan kebutuhan air minum yang menjadi alternatif dengan menggunakan air minum isi ulang (Pracoyo, 2006).

Menurut Athena (2004) yang mengutip dari Siswanto (2003), masyarakat kini mulai beralih pada air minum isi ulang yang berasal dari depot. Air minum ini lebih dikenal dengan air minum isi ulang karena masyarakat memperoleh air minum ini dengan cara mengisi galon yang dibawanya di depot air minum. Dilihat dari harganya, air minum isi ulang jauh lebih murah yaitu hanya sepertiga dari harga air minum dalam kemasan. Hal inilah yang menyebabkan air minum isi ulang bermunculan. Keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan


(18)

dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan produknya.

Hasil pengujian kualitas 120 sampel air minum isi ulang dari 10 kota besar (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Denpasar) di Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2002, menunjukkan bahwa kualitas air minum yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang bervariasi dari satu depot ke depot lainnya. Hal itu mengindikasikan bahwa ada perbedaan dalam karakteristik air baku, teknologi produksi, dan atau proses operasi dan pemeliharaan yang diterapkan di depot isi ulang. Hasil studi sempat menjadi perhatian publik karena pada beberapa sampel ditemukan adanya kontaminasi mikroorganisme. Sekitar 16% dari sampel tersebut terkontaminasi bakteri coliform, yang mengindikasikan buruknya kualitas sanitasi depot air minum isi ulang.

Air minum yang dihasilkan oleh depot air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907 tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Tetapi untuk menjamin agar air minum yang dihasilkan aman dan sehat untuk dikonsumsi maka diperlukan upaya penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum. Hygiene sanitasi depot air minum meliputi faktor tempat usaha, faktor tenaga sebagai operator dan faktor peralatan yang digunakan serta faktor sumber air baku yang akan diproses menjadi air minum (Depkes RI, 2006).


(19)

Hasil penelitian Asfawi (2004) tentang faktor yang berhubungan dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang di Semarang menunjukkan kondisi hygiene pekerja depot air minum sebagian besar berada dalam kategori kurang yaitu sebanyak 21 orang (42,9%). Hal ini disebabkan karena pekerja tidak selalu mencuci tangan sebelum melayani konsumen. Sedangkan ditinjau dari kondisi sanitasi depot air minum terdapat 18 sampel (36,7%) yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini dikarenakan antara lain depot air minum berada pada daerah pencemaran dan kondisi bangunan yang kotor.

Pemilik depot air minum merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam usaha depot air minum. Oleh karena itu, pemilik harus mengetahui hygiene sanitasi depot air minum. Hal ini diperlukan agar pemilik depot air minum dapat lebih memahami dan menerapkan cara produksi yang baik, sehingga masyarakat tidak dirugikan oleh beredarnya air minum dari depot air minum yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Pemilik juga harus melakukan pengawasan terhadap hygiene sanitasi pada setiap tahap-tahap yang dianggap kritis sehingga dapat terjamin keamanan dan kelayakan air minum untuk dikonsumsi.

Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah depot air minum yang cukup tinggi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Medan, jumlah depot air minum yang terdapat di Kecamatan Medan Johor adalah 31 depot air minum. Selain itu jumlah penjualan air minum isi ulang pada depot air minum di Kecamatan Medan Johor juga tinggi. Berdasarkan survey awal pada 5 depot air minum di Kecamatan Medan Johor, setiap harinya depot air minum menjual sekitar 80 sampai 100 galon kepada konsumen.


(20)

Kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi air minum siap pakai demikian besar, sehingga usaha depot pengisian air minum tumbuh subur dimana-mana yang perlu dibina dan diawasi kualitasnya agar selalu aman dan sehat untuk dikonsumsi masyarakat (Depkes RI, 2006).

Berdasarakan uraian di atas penulis ingin mengetahui pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum di Kecamatan Medan Johor Kota Medan tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

Usaha depot air minum yang tumbuh pesat saat ini memiliki arti penting dalam penyediaan air minum yang terjangkau oleh masyarakat. Tetapi di sisi lain keberadaan depot air minum memiliki resiko terhadap kesehatan masyarakat jika tidak dikelola sesuai dengan persyaratan kesehatan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin mengetahui tentang pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum di Kecamatan Medan Johor tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum di Kecamatan Medan Johor tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan pemilik depot air minum tentang pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum


(21)

b. Untuk mengetahui sikap pemilik depot air minum tentang pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum

c. Untuk mengetahui tindakan pemilik depot air minum tentang pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum

d. Untuk mengetahui kondisi hygiene sanitasi depot air minum 1.4. Manfaat Penelitian

a. Menambah informasi bagi pengelola depot air minum akan pentingnya higiene sanitasi pada depot air minum serta menjaga kualitas produk dengan menggunakan sumber air yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Kepmenkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002.

b. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan agar lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan kualitas air pada depot air minum isi ulang


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Air Minum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907 /Menkes/SK/VII/2002, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum meliputi : 1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga

2. Air yang didistribusikan melalui tangki air 3. Air kemasan

4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat

Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Seperti diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 persen dan untuk tetap hidup air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis (Suriawiria, 1996).

Menurut Slamet (2004), syarat-syarat air minum adalah tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Selain itu kebutuhan kualitas dan kuantitas air masyarakat harus dipenuhi untuk memenuhi syarat hidup sehat.


(23)

2.2. Sumber Air Minum

Pada prinsipnya semua air dapat diolah menjadi air minum. Sumber-sumber air dapat dibagi menjadi (Notoatmodjo, 2003):

1. Air Hujan

Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni. Walau pada saat prestipasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbon dioksida, nitrogen dan amonia. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran.

2. Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah maupun lainnya. Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi dengan berbagai zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh masyarakat.

3. Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni


(24)

dibandingkan dengan air permukaan. Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan.

4. Mata Air

Dari segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Biasanya lokasi mata air merupakan daerah terbuka, sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.

2.3. Syarat Kualitas Air Minum

Pemanfaatan air dalam kehidupan harus memenuhi persyaratan baik kualitas dan kuantitas yang erat hubungannya dengan kesehatan. Air yang memenuhi persyaratan kuantitas apabila air tersebut mencukupi semua kebutuhan keluarga baik sebagai air minum maupun untuk keperluan rumah tangga lainnya.

Sedangkan air yang memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907 /Menkes/SK/VII/2002, secara garis besar dapat digolongkan dengan empat syarat :

1. Syarat Fisik

Air minum yang dikonsumsi sebaiknya tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna (maksimal 15 TCU), tidak keruh (maksimal 5 NTU), dan suhu udara maksimal ยฑ 30C dari udara sekitar.

2. Syarat Kimia

Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung zat-zat organik dan anorganik melebihi standar yang ditetapkan, pH pada batas maksimum dan minimum


(25)

(6,5 8,5) dan tidak mengandung zat kimia beracun sehingga menimbulkan gangguan kesehatan.

3. Syarat Bakteriologis

Air minum yang aman harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi Escherechia coli atau koliform tinja dengan standar 0 dalam 100 ml air minum. KeberadaanE. colidalam air minum merupakan indikasi telah terjadinya kontaminasi tinja manusia.

4. Syarat Radioaktif

Air minum yang akan dikonsumsi hendaknya terhindar dari kemungkinan terkontaminasi radiasi radioaktif melebihi batas maksimal yang diperkenankan. 2.4. Manfaat Air Bagi Kesehatan

Air minum dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan fisiologi tubuh. Setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena setiap saat tubuh bekerja dan berproses. Di samping itu, air juga berguna untuk melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh manusia terdiri dari berjuta-juta sel dan komponen terbanyak sel-sel itu adalah air. Jika kekurangan air, sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Begitu pula, air merupakan bagian ekskreta cair (keringat, air mata, air seni), tinja, uap pernafasan, dan cairan tubuh (darah lympe) lainnya (Depkes RI, 2006).

Menurut Slamet (2004), air digunakan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan oleh tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada di sekitar alveoli. Begitu juga dengan zat-zat makanan hanya dapat diserap apabila dapat larut dalam cairan yang meliputi selaput


(26)

lender usus. Di samping itu, transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Air juga berguna untuk mempertahankan suhu badan karena dengan penguapannya suhu dapat menurun.

2.5. Penyakit-penyakit yang Ditularkan Melalui Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia, karena air merupakan salah satu media dalam berbagai macam penularan penyakit. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu (Chandra, 2006):

1. Water borne mechanism

Penyakit pada mekanisme ini disebabkan oleh kuman patogen dalam air yang ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomyelitis. Penyakit- penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2. Water washed mechanism

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perorangan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit-penyakit tertentu dapat dikurangi penularannya pada manusia. Mutu air yang diperlukan tidak perlu seketat mutu air bersih untuk air minum, yang lebih menentukan dalam hal ini adalah banyaknya air yang tersedia. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:


(27)

a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak. b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma.

c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis 3. Water based mechanism

Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agent penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan penyakit akibatDracunculus medinensis.Badan-badan air yang potensial untuk menjangkitkan jenis penyakit ini adalah badan-badan air yang terdapat di alam, yang sering berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari manusia seperti menangkap ikan, mandi, cuci,dan sebagainya.

4. Water related insect vector mechanism

Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam adalah filariasis, DBD, malaria, dan yellow fever. Nyamuk aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit dengue dapat berkembang biak dengan mudah bila pada lingkungan terdapat tempat-tempat sementara untuk air bersih seperti gentong air, pot, dan sebagainya. 2.6. Depot Air Minum

2.6.1. Pengertian Depot Air Minum

Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Proses pengolahan air pada depot air minum pada prinsipnya adalah filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk memisahkan kontaminan


(28)

tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk koloid termasuk mikroorganisme dari dalam air, sedangkan desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring pada proses sebelumnya (Athena, 2004).

2.6.2. Peralatan Depot Air Minum

Alat-alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum pada depot air minum isi ulang adalah :

1. Storage Tank

Storage Tank berguna untuk penampungan air baku yang dapat menampung air sebanyak 3000 liter.

2. Stainless Water Pump

Stainless Water Pump berguna untuk memompa air baku dari tempat storage tank ke dalam tabung filter.

3. Tabung Filter

Tabung filter mempunyai tiga fungsi, yaitu :

a. Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk menyaring patikel-partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.

b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk untuk menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.

c. Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa, warna sisa khlor dan bahan organik.


(29)

4. Micro Filter

Saringan air yang terbuat dari polyprophylene fiber yang gunanya untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron, 1 mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air minum.

5. Flow Meter

Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir ke dalam galon isi ulang.

6. Lampu ultraviolet dan ozon

Lampu ultraviolet atau ozon digunakan untuk desinfeksi/sterilisasi pada air yang telah diolah.

7. Galon isi ulang

Galon isi ulang digunakan sebagai tempat atau wadah untuk menampung atau menyimpan air minum di dalamnya. Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis. 2.6.3. Proses Produksi Depot Air Minum

Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut :

1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan(food grade),harus bebas dari


(30)

bahan-bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas :

a. Khusus digunakan untuk air minum

b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman c. Harus mempunyaimanhole

d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran

e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan kontaminasi.

Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.

2. Penyaringan bertahap terdiri dari :

a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO2) minimal 80%.

b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.

c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron.


(31)

3. Desinfeksi

Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 - 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 2537 0A dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm2.

a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah

Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara pang an (food grade) dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus disanitasi dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang mengandung ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 60-850C, kemudian dibilas dengan air minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang dipergunakan untuk mencuci. b. Pengisian

Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.


(32)

2.6.4. Proses Desinfeksi pada Depot Air Minum

Desinfeksi air minum adalah upaya menghilangkan atau membunuh bakteri di dalam air minum. Di dalam depot air minum dikenal 2 (dua) cara desinfeksi yaitu 1. Ultraviolet

Radiasi sinar ultra violet adalah radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang lebih pendek dari spektrum antara 100 400 nm, dapat membunuh bakteri tanpa meninggalkan sisa radiasi dalam air. Sinar ultra violet dengan panjang gelombang 254 nm mampu menembus dinding sel mikroorganisme sehingga dapat merusak Dcoxyribonuclead Acid (DNA) dan Ribonuclead Acid (RNA) yang bisa menghambat pertumbuhan sel baru dan dapat menyebabkan kematian bakteri.

Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Yang harus diperhatikan adalah intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup. Untuk sanitasi air yang efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 mw detik per cm2. Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan waktunya cukup. Namun, agar efektif lampu UV harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus telah melalui filter halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, dan Fe atau Mn (jika konsentrasinya cukup tinggi).

2. Ozonisasi

Ozon termasuk oksidan kuat yang mampu membunuh kuman patogen, termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak


(33)

ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif disamping sangat aman.

Agar pemakaian ozon dapat dihemat, yaitu hanya ditujukan untuk membunuh bakteri-bakteri saja, maka sebelum dilakukan proses desinfeksi, air tersebut perlu dilakukan penyaringan agar zat-zat organik, besi dan mangan yang terkandung dalam air dapat dihilangkan. Kadar ozon pada tangki pencampur ozon minimum 0,6 ppm, sedangkan kadar ozon sesaat setelah pengisian minimum 0,1 ppm. Ozon bersifat bakterisida, virusida, algasida serta mengubah senyawa organik komplek menjadi senyawa yang sederhana.

Penggunaan ozon lebih banyak diterima oleh konsumen karena tidak meninggalkan bau dan rasa. Desinfeksi dengan sistim ozonisasi, kualitas air dapat bertahan selama kurang lebih satu bulan dan masih aman dikonsumsi, sedangkan yang tidak menggunakan ozonisasi, kualitas air hanya dapat bertahan beberapa hari saja sehingga air sudah tidak layak dikonsumsi. Karena tanpa ozonisasi, pertumbuhan bakteri dan jamur berlangsung cepat (Sembiring, 2008).

2.6.5. Hygiene Sanitasi Depot Air Minum

Hygiene sanitasi adalah upaya kesehatan yang mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum. Hygiene sanitasi depot air minum meliputi (Depkes RI, 2006): 1. Lokasi

a. Lokasi depot air minum harus berada pada daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan.


(34)

b. Tidak pada daerah yang tergenang air dan rawa, tempat pembuangan kotoran dan sampah, penumpukan barang-barang bekas atau bahan berbahya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air.

2. Bangunan

a. Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya. b. Tata ruang Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari :

- Ruangan proses pengolahan. - Ruangan tempat penyimpanan.

- Ruangan tempat pembagian/penyediaan. - Ruang tunggu pengunjung

c. Lantai

Lantai Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut : - Bahan kedap air.

- Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan.

- Kemiringannya cukup untuk memudahkan pembersihan. - Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.

d. Dinding

Dinding Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut : - Bahan kedap air.

- Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan. - Warna dinding terang dan cerah.


(35)

- Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari pakaian tergantung.

e. Atas dan langit-langit

- Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap air dan tidak bocor.

- Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof).

- Bahan langit-langit, mudah dibersihkan dan tidak menyerap debu. - Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang.

- Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai. f. Pintu

- Bahan pintu harus kuat, tahan lama.

- Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan. - Pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan baik. g. Pencahayaan

Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya dengan minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux.

h. Ventilasi

Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi yang dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara :

- Menjamin terjadi peredaran udara yang baik.

- Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum. - Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan.


(36)

3. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi

Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi sebagai berikut :

a. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran limbah

b. Fasilitas sanitasi (jaman dan peturasan). c. Tempat sampah yang memenuhi persyaratan.

d. Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap pengisian air.

4. Sarana Pengolahan Air Minum

a. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan (food grade) seperti :

- Pipa pengisian air baku. - Tandon air baku.

- Pompa penghisap dan penyedot. - Filter.

- Mikro filter.

- Kran pengisian air minum curah. - Kran pencucian/pembilasan botol. - Kran penghubung (hose).


(37)

b. Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd).

c. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter alat sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).

5. Air Baku

a. Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

b. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum.

c. Untuk menjamin kualitas air baku harus dilakukan pengambilan sampel secara periodik.

6. Air Minum

a. Air minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

b. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali pengisian air baku.

c. Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan sampel secara periodik.

7. Pelayanan Konsumen


(38)

b. Proses pencucian botol dapat disediakan oleh pengusaha/pengelola air Depot Air Minum.

c. Setiap wadah yang diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang saniter. d. Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan kepada pelanggan,

dan tidak boleh disimpan di DepotAir Minum. 8. Karyawan

a. Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular.

b. Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber pencemaran.

c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun). d. Memakai pakaian kerja/seragam yang bersih dan rapi.

e. Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen.

f. Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk, mengorek hidung/telinga/gigi pada waktu melayani konsumen.

g. Telah memiliki Surat Keterangan telah mengikuti Kursus Operator Depot Air Minum.

9. Pekarangan

a. Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan. b. Selalu dijaga kebersihannya.

c. Bebas dari kegiatan lain atau sumber pencemaran lainnya. 10. Pemeliharaan

a. Pemilik/Penanggungjawab dan operator wajib memelihara sarana yang menjadi tanggungjawabnya.


(39)

b. Melakukan sistem pencatatan dan pemantauan secara ketat meliputi : - Tugas dan kewajiban karyawan.

- Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern.

- Data alamat pelanggan (untuk tujuan memudahkan investigasi dan pembuktian).

2.7. Perilaku

2.7.1. Pengertian Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup berperilaku karena mereka semua mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati dari luar (Notoatmodjo, 1993).

2.7.2. Determinan Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut


(40)

determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni (Notoadmodjo, 2003):

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat givenatau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

2.7.3. Domain Perilaku

Pada dasarnya perilaku adalah keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang yang bersama antara faktor eksternal dan internal. Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003), terdapat tiga tingkat ranah/domain perilaku sebagai berikut :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Terdapat 6 tingkatan pengetahuan yaitu (Notoatmodjo, 2003):

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


(41)

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisa (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthetis)

Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada.


(42)

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Untuk mengukur pengetahuan ini dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoadmodjo, 2003).

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah suatu respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo, 2003). Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau memperhatikan stimulus yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah.

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberi jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.


(43)

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pengukuran secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata setuju atau

tidak setuju terhadap pertanyaan-pertanyaan terhadap objek tertentu. 3. Tindakan (Practice)

Tindakan adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan agar sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah adanya fasilitas. Tingkatan-tingkatan dari tindakan(practice) yaitu :

a. Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.


(44)

c. Mekanisme yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.

d. Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Pengukuran tindakan secara tidak langsung dapat dilakukan yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Sedangkan pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.7.4. Proses Adopsi Perilaku

Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Selain itu, Rogers mengungkapkan bahwa orang mengadopsi perilaku baru maka di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:

1. Awareness, di mana orang tersebut menyadari dalam arti, mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). Pada tahapan ini seseorang baru mengetahui objek stimulus, misalnya pada perilaku penggunaan air minum isi ulang, maka pada tahapan ini seseorang baru mengetahui tentang perilaku penggunaan air minum isi ulang.

2. Interest, di mana orang mulai tertarik terhadap stimulus. Pada tahap ini seseorang sudah mulai tertarik dengan masalah perilaku penggunaan air minum isi ulang.

3. Evaluation, menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik, sebab


(45)

responden sudah mulai membuat penilaian baik buruknya perilaku penggunaan air minum isi ulang untuk dirinya.

4. Trial, di mana orang telah mulai mencoba perilaku baru. Pada tahapan ini responden telah mulai mencoba perilaku penggunaan air minum isi ulang. 5. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Pada tahapan ini perilaku penggunaan air minum isi ulang sudah menjadi bagian dari perilaku responden.

2.8. Kerangka Konsep

๏‚ท Perilaku pemilik depot air minum:

- Pengetahuan - Sikap

- Tindakan

๏‚ท Hygiene Sanitasi Depot Air Minum

Karakteristik responden:

- Usia

- Pendidikan - Lama usaha - Kursus hygiene

sanitasi depot air minum

Pelaksanaan

Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum di Kecamatan Medan Johor tahun 2010.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Johor. Alasan pemilihan lokasi adalah:

a. Tngginya jumlah depot air minum di Kecamatan Medan Johor

b. Tingginya jumlah penjualan air minum isi ulang pada depot air minum di Kecamatan Medan Johor.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2010. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh depot air minum yang terdapat di Kecamatan Medan Johor yang berjumlah 31 depot air minum

3.3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling atau seluruh populasi dijadikan sampel. Jadi besar sampel pada penelitian ini adalah


(47)

semua pemilik depot air minum di Kecamatan Medan Johor yang berjumlah 31 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan pemilik depot air minum tentang pelaksanaan penyelenggaran hygiene sanitasi depot air minum serta penilaian hygiene sanitasi depot air minum dengan menggunakan form pemeriksaan fisik. 3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari buku-buku dan hasil penelitian sebelumnya serta dari kantor Kecamatan Medan Johor.

3.5. Defenisi Operasional

1. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan maupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. 2. Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air

baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen.

3. Hygiene sanitasi depot air minum adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan faktor-faktor air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.

4. Pemilik depot air minum adalah orang yang mempunyai usaha depot air minum dan mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan jalannya usaha.


(48)

5. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pelaksanaan hygiene sanitasi depot air minum.

6. Sikap adalah pendapat atau pandangan responden tentang pelaksanaan hygiene sanitasi depot air minum.

7. Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan responden tentang pelaksanaan hygiene sanitasi depot air minum.

3.6. Aspek Pengukuran 1. Pengetahuan

Untuk mengetahui pengetahuan secara umum disusun pertanyaan sebanyak 15 dengan jumlah skor tertinggi 30. Jawaban a bernilai 2, jawaban b bernilai 1, dan jawaban c bernilai 0. Untuk pertanyaan nomor 9 dan 11 jawaban yang diberikan lebih dari 1. Jika responden dapat menyebutkan 2-3 pilihan mendapat nilai 2 dan jika responden hanya dapat menyebutkan 1 pilihan mendapat nilai 1. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Pengetahuan baik apabila skor yang diperoleh > 75% atau memperoleh skor lebih dari 23

b. Pengetahuan sedang apabila skor yang diperoleh 40-75% atau memperoleh skor 12 sampai 23

c. Pengetahuan buruk apabila skor yang diperoleh < 40% atau memperoleh skor kurang dari 12

2. Sikap

Pengukuran untuk sikap terdiri dari 15 pertanyaan dengan jumlah skor tertinggi 30. Jawaban setuju bernilai 2 dan jawaban tidak setuju bernilai 0.


(49)

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Sikap baik apabila skor yang diperoleh > 75% atau memperoleh skor lebih dari 23

b. Sikap sedang apabila skor yang diperoleh 40-75% atau memperoleh skor 12 sampai 23

c. Sikap buruk apabila skor yang diperoleh < 40% atau memperoleh skor kurang dari 12

3. Tindakan

Pengukuran untuk tindakan terdiri dari 15 pertanyaan dengan jumlah skor tertinggi 20. Jawaban setuju bernilai 2 dan jawaban tidak setuju bernilai 0. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

d. Tindakan baik apabila skor yang diperoleh > 75% atau memperoleh skor lebih dari 23

e. Tindakan sedang apabila skor yang diperoleh 40-75% atau memperoleh skor 12 sampai 23

f. Tindakan buruk apabila skor yang diperoleh < 40% atau memperoleh skor kurang dari 12

4. Hygiene Sanitasi Depot Air Minum

Penilaian hygiene sanitasi depot air minum dilaksanakan dengan menggunakan form pemeriksaan fisik. Objek yang memenuhi syarat diberikan tanda ( ) pada kolom yang tersedia sedangkan objek yang tidak memenuhi syarat, kolom


(50)

tersebut dikosongkan. Jika nilai pemeriksaan mencapai 70 atau lebih, maka dinyatakan memenuhi persyaratan kelaikan fisik sedangkan nilai < 70 dinyatakan belum memenuhi persyaratan kelaikan fisik.

3.7. Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan komputer. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat yaitu data dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui bagaimana pengetahuan, sikap dan tindakan responden. Kemudian hasil disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor terletak di wilayah Selatan Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Tuntungan 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia

Kecamatan Medan Johor terdiri dari enam kelurahan yaitu Kelurahan Gedung johor, Kelurahan pangkalan Mansyur, Kelurahan Kwala Bekala, Kelurahan Titi Kuning, Kelurahan Suka Maju, dan Kelurahan Kedai Durian. Kecamatan Medan Johor memiliki luas wilayah 12,81 KM2. Kecamatan Medan Johor adalah merupakan daerah pemukiman di Kota Medan di sebelah Selatan dengan penduduknya berjumlah 113.593 Jiwa (2006).

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, waktu usaha, dan kursus hygiene sanitasi depot air minum. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden disajikan dalam tabel 4.1. berikut ini:


(52)

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pemilik Depot Air Minum di Kecamatan Medan Johor tahun 2010

No. Umur Responden Jumlah %

1. 26-30 2 6,5

2. 31-35 6 19,4

3. 36-40 10 32,3

4. 41-45 7 22,6

5. 46-50 4 12,9

6. 51-55 1 3,2

7. 56-60 1 3,2

Jumlah 31 100

No. Tingkat Pendidikan Jumlah %

1. Tamat SD -

-2. Tamat SMP -

-3. Tamat SMA 25 80,6

4. Perguruan Tinggi 6 19,4

Jumlah 31 100

No. Waktu Usaha Jumlah %

1. < 1 tahun 6 19,4

2. 1-2 tahun 10 32,3

3. 3-4 tahun 11 35,5

4. 5-6 tahun 4 12,9

Jumlah 31 100

No. Mengikuti Kursus Hygiene Sanitasi Jumlah %

1. Ya 4 87,1

2. Tidak 27 12,9

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 4.1. tentang karakteristik responden diperoleh bahwa responden termuda berusia 26 tahun dan responden tertua berusia 60 tahun sedangkan paling banyak responden berada pada kelompok umur 36-40 tahun yaitu sebanyak 10 orang (32,3%). Tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah tamat SMA yaitu sebanyak 25 orang (80,6%). Sebagian besar depot air minum memiliki waktu usaha 3-4 tahun yaitu 11 depot air minum (35,5%). Dan umumnya responden tidak mengikuti kursus hygiene sanitasi depot air minum yaitu 27 orang (87,1%).


(53)

4.3. Pengetahuan Pemilik Depot Air Minum

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada pemilik depot air minum maka pengetahuan responden tentang penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum

No, Pengetahuan Responden Jumlah %

1. Pengertian Hygiene Sanitasi Depot Air Minum 1. Upaya kesehatan untuk mengendalikan

faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran terhadap air minum

7 22,6

2. Upaya untuk menjaga kebersihan depot air 12 38,7

3. Tidak tahu 12 38,7

Jumlah 31 100

2. Manfaat Hygiene Sanitasi Depot Air Minum

1. Mencegah pencemaran pada air minum isi ulang 4 12,9 2. Agar kondisi depot air minum selalu bersih 15 48,4

3. Tidak tahu 12 38,7

Jumlah 31 100

3. Syarat Lokasi Depot Air Minum

1. Lokasi depot air minum harus berada pada

daerah yang bebas pencemaran lingkungan 19 61,3

2. Berada pada daerah yang bebas debu 10 32,3

3. Tidak tahu 2 6,5

Jumlah 31 100

4. Pengangkutan Air Baku

1. Pengangkutan air baku paling lama 12 jam

sampai ke depot air minum 7 22,6

2. Menggunakan alat transportasi khusus 11 35,5

3. Tidak tahu 13 41,9

Jumlah 31 100

5. Tangki Pengangkutan Air Baku

1. Terbuat dari bahan yang tidak berbahaya bagi

kesehatan 5 16,1

2. Khusus digunakan untuk air minum 20 64,5

3. Tidak tahu 6 19,4


(54)

No. Pengetahuan Responden Jumlah % 6. Tempat Penampungan Air Baku

1. Tidak terkena sinar matahari secara langsung 12 38,7

2. Mudah dibersihkan 11 35,5

3. Tidak tahu 8 25,8

Jumlah 31 100

7. Wadah Air Minum

1. Wadah yang diisi air minum harus dalam

keadaan bersih 25 80,6

2. Polos/tidak bermerek 6 19,4

3. Tidak tahu -

-Jumlah 31 100

8. Syarat Peralatan Desinfeksi (Ozon/UV)

1. Masih dalam masa efektif membunuh kuman 12 38,7

2. Mudah pemeliharaannya 6 19,4

3. Tidak tahu 13 41,9

Jumlah 31 100

9. Akibat Mengkonsumsi Air Minum Yang Tercemar

1. Diare, disentri dan gangguan pencernaan lainnya 2 25,8

2. Sakit perut 21 67,7

3. Tidak tahu 8 6,5

Jumlah 31 100

10. Menjaga Kualitas Air Minum

1. Melakukan pemeriksaan air baku 4 12,9

2. Tempat penyimpanan air baku selalu bersih 7 22,6 3. Penyimpanan air baku kurang dari 3 hari 4 12,9

4. Jawaban lebih dari 2 16 51,6

Jumlah 31 100

11. Syarat Pekerja Depot Air Minum

1. Sehat dan bebas penyakit menular 9 29,0

2. Memakai pakaian rapi dan bersih 5 16,1

3. Tidak merokok selama bekerja 4 12,9

4. Jawaban lebih dari 2 13 41,9

Jumlah 31 100

12. Pemeriksaan Air Minum

1. Untuk mengetahui apakah air minum tersebut

sudah memenuhi syarat kesehatan atau tidak 15 48,4 2. Untuk memenuhi peraturan yang berlaku 14 45,2

3. Tidak tahu 2 6,5


(55)

No. Pengetahuan Responden Jumlah % 13. Mikro Filter

1. Terdapat mikro filter dengan ukuran berjenjang

(maksimal 10 mikron) 5 16,1

2. Mudah dibersihkan 8 25,8

3. Tidak tahu 18 58,1

Jumlah 31 100

14. Pencucian Galon

1. Pencucian galon dilakukan dengan menggunakan mesin penyikat galon dan dilakukan dalam ruangan tertutup

27 87,1

2. Pencucian galon dilakukan oleh pekerja dan

dilakukan di ruangan terbuka 4 12,9

3. Tidak tahu -

-Jumlah 31 100

15. Pengawasan Depot Air Minum

1. Dinas Kesehatan Kab/Kota 22 71

2. Puskesmas 3 9,7

3. Tidak tahu 6 19,4

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 4.2. diperoleh bahwa sebagian besar responden yaitu 12 orang (38,7%) menyatakan bahwa hygiene sanitasi depot air minum adalah upaya untuk menjaga kebersihan depot air minum dan 12 orang lainnya (38,7%) tidak mengetahui tentang hygiene sanitasi depot air minum. Sebagian besar responden yaitu 15 orang (48,4%) menyatakan bahwa manfaat hygiene sanitasi depot air minum adalah agar kondisi depot air minum selalu bersih. Mayoritas responden yaitu 19 orang (61,3%) mengetahui syarat lokasi depot air minum yaitu berada pada daerah bebas pencemaran.

Sebagian besar responden yaitu 13 orang (41,9%) tidak mengetahui syarat pengangkutan air baku sedangkan sebagian besar responden menyatakan tidak mengetahui syarat pengangkutan air baku yaitu 20 orang (64,5%). Mayoritas responden yaitu 12 orang (38,7%) menyatakan tempat penampungan air minum tidak


(56)

boleh terkena sinar matahari secara langsung. Mayoritas responden yaitu 25 orang (80,6%) mengetahui bahwa wadah yang digunakan untuk air minum harus selalu dalam keadaan bersih. Diketahui pula sebagian besar responden yaitu 13 orang (41,9%) tidak tahu tentang syarat peralatan desinfeksi (ozon/ultraviolet) yang digunakan untuk mengolah air minum. Sedangkan sebagian besar responden menyatakan bahwa akibat mengkonsumsi air minum yang tercemar adalah mengalami sakit perut berjumlah 21 orang (67,7%).

Sebagian besar responden yaitu 16 orang (51,6%) mengetahui lebih dari 1 cara untuk menjaga kualitas air baku yaitu dengan yaitu melakukan pemeriksaan air baku, tempat penyimpanan air baku harus bersih dan penyimpanan air baku kurang dari 3 hari. Mayoritas responden yaitu 13 orang (41,9%) telah mengetahui lebih dari 1 syarat dari pekerja depot air minum antara lain sehat dan bebas penyakit menular, memakai pakaian yang bersih dan rapi serta tidak merokok selama melakukan pekerjaan.

Sebagian besar responden yang mengetahui bahwa pemeriksaan air minum setiap 6 bulan berguna untuk mengetahui apakah air minum telah memenuhi syarat kesehatan atau tidak adalah 15 orang (48,4%). Sebagian besar responden yaitu 18 orang (58,1%) tidak mengetahui syarat mikro filter yang digunakan pada depot air minum. Mayoritas responden yang mengetahui bahwa pencucian galon dilakukan dengan menggunakan mesin penyikat dan dilakukan dalam ruangan tertutup berjumlah 27 orang (87,1%). Dan sebagian besar responden yaitu 22 orang (71%) menyatakan bahwa pengawasan depot air minum dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.


(57)

Penilaian terhadap pengetahuan tentang penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum dilakukan berdasarkan perhitungan total skor pengetahuan responden. Tingkat pengetahuan selanjutnya dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu pengetahuan baik, sedang dan buruk. Tingkat pengetahuan responden tentang penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden

No. Tingkat Pengetahuan Jumlah %

1. Baik 6 19,4

2. Sedang 18 58,1

3. Buruk 7 22,6

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 4.3. diperoleh bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum berada pada kategori sedang yaitu 18 orang (58,1%).

4.4. Sikap Pemilik Depot Air Minum

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pemilik depot air minum maka diperoleh sikap responden tentang penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:


(58)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum

No. Sikap Responden Setuju Tidak Setuju Jumlah

n % n % N %

1. Lokasi depot air minum harus

bebas dari pencemaran 26 83,9 5 16,1 31 100

2. Pekarangan depot air minum harus rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan

28 90,3 3 9,7 31 100

3. Kondisi depot air minum yang buruk dapat menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap air minum

31 100 - - 31 100

4. Konstruksi bangunan harus

kuat dan kokoh 28 90,3 3 9,7 31 100

5. Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan yang tidak berbahaya

30 96,8 1 3,2 31 100

6. Perlengkapan yang digunakan

masih dalam masa pakai 20 64,5 11 35,5 31 100

7. Peralatan yang telah habis masa pakai harus diganti sesuai dengan ketentuan teknisnya

12 38,7 19 61,3 31 100

8. Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih

30 96,8 1 3,2 31 100

9. Wadah yang tidak layak pakai tidak boleh digunakan untuk air minum

26 83,9 5 16,1 31 100

10. Pengangkutan air baku paling lama 12 jam sampai ke depot air minum

14 45,2 17 54,8 31 100

11. Depot air minum harus memeriksakan air minum setiap 6 bulan sekali

15 48,4 16 51,6 31 100

12. Melakukan pencegahan terhadap vektor penular penyakit seperti tikus dan kecoa

29 93,5 2 6,5 31 100

13. Pekerja depot air minum harus sehat dan bebas dari penyakit menular


(59)

No. Sikap Responden Setuju Tidak Setuju Jumlah

n % n % N %

14. Pekerja depot air minum harus menjaga kebersihan diri agar tidak mencemari air minum

30 96,8 1 3,2 31 100

15. Perlu dilakukan pengawasan oleh Dinas Kesehatan sehingga menjamin mutu air minum

22 71,0 9 29,0 31 100

Berdasarkan Tabel 4.4. diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 26 orang (83,9%) setuju bila lokasi depot air minum harus bebas dari pencemaran. Sebagian besar responden yaitu 28 orang (90,3%) menyatakan setuju bila pekarangan depot air minum harus rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan. Seluruh responden yaitu 31 orang (100%) menyatakan setuju bila kondisi depot air minum yang buruk dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada air minum. Sebagian besar responden setuju bila konstruksi bangunan depot air minum harus kuat dan kokoh yaitu 28 orang (90,3%).

Mayoritas responden yaitu 30 orang (96,8%) menyatakan setuju bila peralatan yang digunakan terbuat dari bahan yang tidak berbahaya. Mayoritas responden yaitu 20 orang (64,5%) menyatakan setuju jika peralatan yang digunakan harus dalam masa pakai (tidak kadaluarsa). Diketahui pula bahwa sebagian besar responden yaitu 19 orang (61,3%) menyatakan tidak setuju jika peralatan yang telah habis masa pakai (kadaluarsa) harus diganti sesuai dengan ketentuan teknisnya. Pada pernyataan wadah yang digunakan untuk air minum harus dalam keadaan bersih maka sebanyak 30 orang (96,8%) responden menyatakan setuju. Sedangkan untuk pernyataan wadah yang tidak layak pakai tidak boleh digunakan untuk air minum terdapat 26 orang (83,9%) yang menyatakan setuju.


(60)

Sebagian besar responden yaitu 17 orang (54,8%) mengatakan tidak setuju bila pengangkutan air baku paling lama 12 jam sampai ke depot air minum. Sebagian besar responden yaitu 16 orang (51,6%) mengatakan tidak setuju bila depot air minum harus melakukan pemeriksaan air minum setiap bulan. Terdapat 29 orang (93,5%) yang menyatakan setuju bila melakukan pencegahan terhadap vektor penyakit seperti kecoa dan tikus.

Mayoritas responden setuju bila pekerja depot air minum harus sehat dan bebas penyakit menular yaitu 27 orang (87,1%). Mayoritas responden yaitu 30 orang (96,8%) setuju bila pekerja depot air minum harus menjaga kebersihan diri agar tidak mencemari air minum. Dan sebagian besar responden yaitu 22 orang (71,0%) menyatakan setuju untuk pernyataan perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sehingga menjamin kualitas air minum yang dijual.

Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran sikap maka tingkat sikap responden tentang penyelengaraan hygiene sanitasi depot air minum selanjutnya dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu sikap baik, sedang dan buruk. Tingkat sikap responden tentang penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Responden

No. Tingkat Sikap Jumlah %

1. Baik 18 58,1

2. Sedang 10 32,3

3. Buruk 3 9,7


(61)

Berdasarkan tabel 4.5. diperoleh bahwa sebagian besar sikap responden tentang hygiene sanitasi depot air minum berada pada kategori baik yaitu 18 orang (58,1%).

4.5. Tindakan Pemilik Depot Air Minum

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada pemilik depot air minum maka diperoleh tindakan responden tentang penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut ini:

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum

No. Tindakan Responden Ya Tidak Jumlah

n % n % N %

1. Menjaga kondisi depot air minum selalu dalam keadaan bersih

31 100 - - 31 100

2. Penyimpanan air baku kurang

dari 3 hari 18 58,1 13 41,9 31 100

3. Melakukan pemeriksaan terhadap air baku setiap tiga bulan sekali

10 32,3 21 67,7 31 100

4. Melakukan pemeriksaan terhadap air minum setiap enam bulan sekali

31 100 - - 31 100

5. Pekerja memakai pakaian kerja/seragam yang bersih dan rapi

22 71,0 9 29,0 31 100

6. Pekerja tidak merokok selama

melakukan pekerjaan 5 16,1 26 83,9 31 100

7. Pekerja selalu mencuci tangan

sebelum melakukan pekerjaan 14 45,2 17 54,8 31 100 8. Tempat penyimpanan air baku

terlindung dari sinar matahari 31 100 - - 31 100

9. Memiliki surat keterangan telah mengikuti kursus hygiene sanitasi depot air minum


(1)

9. Menurut Anda, apakah akibat jika mengkonsumsi air minum yang tealah tercemar?

a. Diare, disentri dan gangguan pencernaan lainnya b. Sakit perut

c. Tidak tahu

10. Bagaimana menjaga kualitas air baku pada depot air minum? (Jawaban dapat lebih dari 1)

1. Melakukan pemeriksaan air baku

2. Tempat penyimpanan air baku selalu dalam keadaan bersih 3. Penyimpanan air baku kurang dari tiga hari

4. Pengangkutan air baku paling lama 12 jam sampai ke depot air minum 11. Bagaimana syarat-syarat karyawan depot air minum? (Jawaban dapat lebih

dari 1)

1. Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular. 2. Memakai pakaian kerja/seragam yang bersih dan rapi

3. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun)

4. Telah memiliki Surat Keterangan telah mengikuti Kursus Operator Depot Air Minum

12. Menurut Anda, mengapa depot air minum harus melakukan pemeriksaan air minum setiap 6 bulan sekali?

a. Untuk mengetahui apakah air minum tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan atau tidak

b. Untuk memenuhi peraturan yang berlaku c. Tidak tahu

13. Bagaimana syarat mikro filter yang harus dimiliki depot air minum? a. Terdapat lebih dari satu mikro filter (minimal 4)

b. Masih dalam masa pakai c. Tidak tahu


(2)

14. Menurut Anda, bagaimana fasilitas pencucian galon pada depot air minum? a. Pencucian galon dilakukan dengan menggunakan mesin penyikat

galon dan dilakukan dalam ruangan tertutup

b. Pencucian galon dilakukan oleh pekerja dan dilakukan di ruangan terbuka

c. Tidak tahu

15. Menurut Anda, siapakah yang bertugas melakukan pengawasan higiene sanitasi depot air minum?

a. Dinas Kesehatan Kab/Kota b. Puskesmas

c. Tidak tahu

Sikap

No. Sikap Responden Setuju Tidak

Setuju

1. Kondisi depot air minum yang buruk dapat menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap air minum isi ulang

2. Lokasi depot air minum harus bebas dari pencemaran

3. Pekarangan depot air minum harus rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan 4. Konstruksi bangunan harus kokoh dan kuat

5. Pengangkutan air baku paling lama 12 jam sampai ke depot air minum

6. Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih

7. Wadah yang tidak layak pakai tidak boleh digunakan untuk air minum isi ulang

8. Depot air minum isi ulang harus memeriksakan air minum sekurang-kurangnya enam bulan sekali 9. Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan yang


(3)

10. Pekerja depot air minum harus menjaga kebersihan diri untuk menjaga kualitas air minum isi ulang 11. Pekerja depot air minum harus sehat dan bebas

penyakit menular

12. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan depot air minum harus masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa)

13. Peralatan yang telah habis masa pakai harus diganti sesuai dengan ketentuan teknisnya

14. Melakukan pencegahan terhadap vektor penular penyakit seperti tikus dan kecoa

15. Perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan oleh Dinas Kesehatan sehingga menjamin mutu air minum yang dijual

Tindakan

No. Tindakan Responden Ya Tidak

1. Menjaga kondisi depot air minum selalu dalam keadaan bersih

2. Penyimpanan air baku kurang dari 3 hari

3. Melakukan pemeriksaan terhadap air baku setiap tiga bulan sekali

4. Melakukan pemeriksaan terhadap air minum setiap enam bulan sekali

5. Pekerja memakai pakaian kerja/seragam yang bersih dan rapi

6. Pekerja tidak merokok selama melakukan pekerjaan

7. Memiliki surat keterangan telah mengikuti kursus hygiene sanitasi depot air minum

8. Tempat penyimpanan air baku terlindung dari sinar matahari

9. Menggunakan peralatan yang terbuat dari bahan yang tidak berbahaya bagi kesehatan

10. Memiliki lebih dari satu mikro filter dengan ukuran yang berjenjang


(4)

11. Menyediakan tisu untuk membersihkan leher galon

12. Melakukan pemeriksaan kesehatan karyawan setiap enam bulan sekali

13. Melakukan pencucian gallon dalam ruangan tertutup

14. Peralatan desinfeksi masih dalam masa efektif membunuh kuman

15. Pengisian gallon dilakukan dalam tempat yang higienis


(5)

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK

1. Nama Depot :

2. Nama Pemilik/

Penanggung Jawab :

3. Alamat Depot :

Catatan : Penyimpangan dari petunjuk ini dianggap menyimpang dan diberikan tanda ( ) pada kolom yang tersedia.

Obyek Tanda ( ) Bobot URAIAN

Sumber Air

1 4 Bahan baku

2 5 Air minum

3 3 Pengangkutan air baku memiliki ijin

pengangkutan air

4 4 Kendaraan tangki air terbuat dari bahan yang

tidak dapat melepaskan zat-zat beracun kedalam air

5 2 Ada bukti tertulis/sertifikat air baku berasal dari sumber air tertentu

6 2 Pengangkutan air baku paling lama 12 jam sampai ke depot air minum

Pengawasan Proses Pengolahan

7 3 Tandon air bahan baku terlindung dari sinar

matahari

8 4 Bahan tandon air terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat beracun kedalam air

Tabung Filter

9 4 Tabung filter terbuat dari bahan food grade dan mudah pemeliharaannya serta tahan tekanan tinggi

10 4 Dimungkinkan dilakukan sistem back

washing

11 Micro filter

12 4 Bahan micro filter terbuat dari bahan food grade

13 4 Terdapat lebih dari satu mikro filter (ยต) dengan ukuran berjenjang

14 5 Mikro filter masih sesuai masa pakai

Peralatan Pompa dan Pipa Penyalur Air

15 4 Terdapat pompa stainless yang berkekuatan


(6)

16 3 Terdapat alat penunjuk tekanan air

17 4 Pipa penyalur menggunakan bahan food

grade

Peralatan Sterilisai/Desinfeksi

18 5 Terdapat peralatan sterilisasi berupa ultra violet atau Ozonisasi dan atau peralatan disinfeksi lainnya yang berfungsi dan digunakan secara benar

19 5 Peralatan sterilisasi/desinfeksi masih dalam masa efektif membunuh kuman

Pencucian Botol (Galon)

20 3 Ada fasilitas pencucian botol (galon)

21 4 Ada fasilitas pembilasan botol (Galon)

Pengisian Botol (Galon)

22 3 Ada fasilitas pengisian botol (galon) dalam ruangan tertutup

23 3 Tersedia tutup botol baru yang bersih

3 Tidak ada stock botol (galon) yang telah diisi, lebih dari 24 jam di depot air minum

Operator

24 4 Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat

25 3 Operator/penanggung jawab/pemilik

memiliki surat keterangan telah mengikuti kursus hygiene sanitasi depot air minum

Pengawasan Tikus, Lalat, dan Kecoa

26 2 Terhindar dari Tikus, lalat dan kecoa

27 1 Konstruksi lantai, dinding dan langit-langit kokoh dan kuat

Pencahayaan

28 1 Pencahayaan cukup baik

Lain-Lain Kegiatan

29 1 Ada akses terhadap fasilitas sanitasi

30 1 Secara umum terlihat bersih, rapih dan teratur

31 2 Ada contoh produk air minum sebagai

sampel 100