Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan
Tumbuhan inggir-inggir (Solanum sanitwongsei Craib.) adalah tumbuhan
yang secara morfologi hampir mirip dengan tomat (Solanum lycopersicum),
tekokak (Solanum torvum) dan terong (Solanum melongena). Tumbuhan ini
mudah tumbuh di berbagai tempat seperti di semak dan pekarangan rumah dengan
tinggi ± 2 m (Widyaningrum, 2011).
2.1.1 Sistematika tumbuhan
Tumbuhan inggir-inggir memiliki sistematika sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi


: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: Solanales

Suku

: Solanaceae

Marga

: Solanum

Spesies


: Solanum sanitwongsei Craib (Widyaningrum, 2011).

2.1.2 Nama lain
Tumbuhan inggir-inggir memiliki nama lain yaitu:
Sinonim

: Solanum kurzii Brace.

Nama daerah : Inggir-inggir (Batak), Terung siam (Jawa)

Universitas Sumatera Utara

Nama asing

: Talong siam (Tagalog), Ma kae kom; Ma waeng dton; Ma waeng

............................khurue (Thailand) (Widyaningrum, 2011).
2.1.3 Morfologi
Inggir-inggir berbatang tegak, bulat, berkayu, berbulu halus, dan berwarna
putih kotor. Daun tunggal, lonjong, panjang 4-10 cm, lebar 3-7 cm, tepi rata,

ujung runcing, berbulu, tangkai panjang ±0,5 cm dan berwarna hijau. Bunga
majemuk, bentuk tandan, berbulu, tangkai panjang ±2 cm, bewarna ungu, kelopak
bertajuk lima, hijau keunguan, benang sari kuning, putik berbulu, kuning,
mahkota bentuk bintang dan berwarna ungu. Buah berbentuk bulat, masih muda
hijau setelah tua kuning atau jingga. Biji bulat pipih, kecil, kuning muda serta
mempunyai akar tunggang berwarna coklat kotor (Widyaningrum, 2011).
2.1.4 Khasiat dan penggunaan
Buah Inggir-inggir berkhasiat sebagai obat nyeri haid, obat kencing manis,
obat tekanan darah tinggi, obat jerawat, bijinya untuk obat sakit gigi dan gusi
bengkak. Untuk nyeri haid dipakai ±20 g buah segar Solanum sanitwongsei Craib,
dicuci lalu dipotong-potong direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit, setelah
dingin disaring. Hasil saringan diminum sekaligus (Widyaningrum, 2011).
2.1.5 Kandungan kimia
Buah inggir-inggir (Solanum sanitwongsei Craib) mengandung alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin, glikosida, steroida/triterpenoida (Sinaga, 2014).

2.2 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang


Universitas Sumatera Utara

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Ditjen POM RI, 1995).

2.3 Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi di atas batas normal
(120/80 mmHg). Para ahli medis menetapkan bahwa 120 - 139/80 - 89 dikatakan
sebagai prehipertensi (Scanlon, 2007). Klasifikasi tekanan darah menurut JNC
(Joint National Commitee) VII 2003 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII (Dipiro, et al., 2008).
Klasifikasi
Normal
Pre Hipertensi
Stadium I
Stadium II

Tekanan Sistolik (mmHg)
120

120-139
140-159
≥160

Tekanan Diastolik (mmHg)
80
80-89
90-99
≥100

2.3.1 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi
primer (esensial) yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder (non
esensial) yang diketahui penyebabnya (Depkes RI, 2006).
a.

Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.

Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas
sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin dan faktor-faktor yang
meningkatkan risiko obesitas, alkohol dan merokok (Schrier, 2000).

Universitas Sumatera Utara

b.

Hipertensi sekunder (non esensial)
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat 5% kasus. Penyebab

spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer dan hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan (Schrier, 2000).
2.3.2 Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme

patofisiologi

yang


berhubungan

dengan

peningkatan

hipertensi esensial antara lain:
1. Sistem Renin Angiotensin
a. Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin 1 oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui
dua aksi utama yang pertama dengan meningkatkan sekresi Anti-Diuretik
Hormon (ADH) dan rasa haus yang kemudian meningkatkan ADH maka
sangat sedikit sekali urin yang dieksresikan ke luar tubuh (antidiuresis)
hasilnya

urin

menjadi pekat


dan

tinggi

osmolalitasnya dan

untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstrasel akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Gray, et al., 2005).
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan
hormon steroid yang berperan penting pada ginjal yang berfungsi mengatur
volume cairan ekstraseluler dan aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan

Universitas Sumatera Utara


ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah (Gray, et al., 2005).
2. Sistem saraf otonom
Sirkulasi sistem saraf simpatis dapat menyebabkan vasokontriksi dan
dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalam
mempertahankan tekanan darah. Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara
sistem saraf otonom dan sistem renin-angiotensin bersama-sama dengan faktor
lain termasuk natrium, volume sirkulasi dan beberapa hormon (Gray, et al., 2005).

2.4 Hubungan Hipertensi dengan Parameter Biokimia
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik
karena alasan penyakit tertentu, hipertensi sering disebut sebagai “silent killer”.
Pasien hipertensi sering tidak menyadari bahwa pasien mengalami komplikasi
pada organ-organ vital seperti jantung, hati, otak ataupun ginjal yang
menyebabkan penyakit komplikasi seperti diabetes melitus, gagal ginjal, stroke
dan aterosklerosis (Yogiantoro, 2006). Perlu beberapa pemeriksaan untuk
menentukan adanya kerusakan organ salah satunya dengan pemeriksaan
laboratorium yaitu pemeriksaan parameter biokimia hipertensi diataranya ALT,
AST, kreatinin, ureum, total kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, VLDL dan
glukosa.

a. ALT
Enzim ini mengkatalisis pemindahan satu gugus amino antara lain alanin
dan asam α-ketoglutarat menjadi glutamat dan piruvat yang bersifat reversibel.

Universitas Sumatera Utara

Terdapat banyak di hepatosit dan konsentrasinya relatif rendah di jaringan lain.
ALT lebih sensitif dibandingkan AST (Sacher dan Person, 2002).
b. AST
Enzim ini berfungsi sebagai katalisator reaksi antara asam aspartat dan asam
α- ketoglutarat menjadi glutamat dan oksalasetat yang bersifat reversibel. AST
terdapat lebih banyak dijantung dibandingkan di hati, selain itu enzim ini juga
terdapat di otot rangka, otak dan ginjal. AST meningkat tajam ketika terjadi infark
miokardium (Husadha, 1996). Enzim ini kurang spesifik untuk penyakit hati
(Gaze, 2007). Saat sel hati mengalami kerusakan, enzim transaminase tersebut
berada di dalam darah, sehingga dapat diukur aktivitasnya. Hal ini disebabkan
karena terjadi kerusakan pada struktur dan fungsi membran sel hati, aktivitas ALT
lebih dini dan lebih cepat meningkat dari aktivitas AST (Wilmana, 1995).
Peningkatan AST yang tinggi terjadi ketika nekrosis di jaringan hati sudah
meluas, seringkali dikaitkan dengan infark miokard. AST terdapat di mitokondria

dan sitoplasma sel, sedangkan ALT hanya terdapat di sitoplasma. Tingkat
kenaikan AST dan ALT dikelompokkan menjadi tinggi, sedang dan ringan.
Peningkatan ringan (1-3 kali lipat) biasanya dijumpai pada hepatitis neonatus
yang disebabkan sepsis, perlemakan hati, sirosis, hepatitis steatotik non alkohol,
toksisitas obat, dan beberapa gangguan hati lain, terkadang penigkatan ALT juga
dijumpai pada orang normal (Thapa dan Walia, 2007).
5%

kasus

hipertensi

telah

diketahui

penyebabnya,

dan

dapat

dikelompokkan seperti: penyakit parenkim ginjal dimana setiap penyebab gagal
ginjal

(glomerulonefritis,

pielonefritis,

sebab-sebab

penyumbatan)

yang

menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung menimbulkan hipertensi dan

Universitas Sumatera Utara

dapat mengakibatkan kerusakan ginjal (Gray, et al., 2005). Pemeriksaan darah
terhadap kadar kreatinin dan ureum dalam darah diperlukan untuk menegakkan
diagnosa gagal ginjal dengan tepat (LabTechnologist, 2010).
c.

Ureum
Ureum adalah satu molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam

cairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya ureum akan dipekatkan dalam urin
(LabTechnologist, 2010). Bila ginjal rusak atau kurang baik fungsinya maka
kadar ureum darah dapat meningkat dan meracuni sel-sel tubuh karena terjadi
penurunan proses filtrasi glomerulus. Ureum secara khusus berguna dalam
mengevaluasi fungsi glomerulus. Kondisi klinis lain yang mengakibatkan
kesalahan perkiraan laju filtrasi glomerulus yang dilihat dari kadar ureum.
Kondisi klinis tersebut adalah volume ekstraseluler dalam tubuh, kadar protein
dalam pakan, dan penyakit liver. Keadaan dehidrasi cairan tubuh akan
mengakibatkan kadar ureum meningkat. Kadar kreatinin dan ureum bukanlah
satu-satunya indikator kerusakan ginjal, tetapi perlu dikonfirmasi lagi dengan
histologi jaringan ginjal (Lefever, 2007).
d.

Kreatinin
Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme kreatin. Kreatinin

disintesis oleh hati, terdapat hampir semuanya dalam otot rangka yang terikat
secara reversibel kepada fosfat dalam bentuk fosfokreatin, yakni senyawa
penyimpan energi. Reaksi keratin + fosfat ↔ fosfokreatin bersifat reversibel pada
waktu

energi dilepas

atau

diikat

(LabTechnologist,

2010).

Kreatinin

dieskresikan seluruhnya dalam urin melalui filtrasi glomerulus. Kadar kreatinin
sendiri tidak dipengaruhi oleh asupan makanan atau minuman sehingga

Universitas Sumatera Utara

dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus penyakit ginjal. Selain
itu, sintesis kreatinin relatif konstan yang dapat menggambarkan pengeluaran
kreatinin dari ginjal. Kadar kreatinin dan ureum bukanlah satu-satunya indikator
kerusakan ginjal, tetapi perlu dikonfirmasi

lagi dengan histologi jaringan

ginjal (Lefever, 2007).
Kelebihan komposisi lemak tubuh dan distribusi lemak dalam tubuh
menyebab hiperkolesterol, diabetes, penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan
kanker (Goldman dan Klatz, 2007). Hipertensi adalah penyakit yang umum
menyertai pada pasien diabetes (McFarlane, et al., 2005). Diabetes melitus dan
hipertensi merupakan dua penyakit yang tidak dapat dipisahkan (Slamet Suyono,
1993). Orang dengan diabetes lebih rentan mengidap hipertensi daripada mereka
yang tanpa diabetes (Sowers dan Sowers, 2001).
Salah satu komplikasi dari diabetes melitus adalah hiperlipidemia atau
dislipidemia. Untuk mengetahuinya

pasien harus diperiksa profil lipidnya.

Profil lipid adalah pemeriksaan klinik yang diperoleh melalui apusan darah.
Profil lipid terdiri dari kolesterol total, LDL, VLDL, HDL, dan trigliserida.
Untuk pengukuran yang akurat, profil lipid sebaiknya diukur setelah puasa
semalam dan juga 8 jam setelah minum kopi atau alkohol (NIDDR, 2005). Syarat
untuk pemeriksaan lipid adalah pasien harus puasa 12-14 jam untuk menghindari
efek pasca absorbsi trigliserida (Slamet Suyono, 2005).
e.

Total Kolesterol
Kolesterol adalah komponen utama pada struktur selaput sel dan

merupakan komponen utama sel otak dan saraf (Movva, 2008). Kolesterol
ditemukan pada otak, hati, darah dan empedu. Kolesterol diproduksi terutama di

Universitas Sumatera Utara

hati, diperoleh dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan bakunya diperoleh dari
karbohidrat, protein dan lemak (Almatsier, 2009). Hipertensi dan abnormalitas
lipid sering terjadi secara bersamaan. Data-data terakhir menunjukkan bahwa
tekanan darah dan hiperlipidemia diwariskan secara genetik. Penelitian pada
tikus-tikus yang secara genetik memiliki hipertensi menunjukkan bahwa otot
polos pembuluh darah binatang ini mengikat LDL dengan afinitas lebih besar
dibanding hewan kontrol yang normotensif (Neutel dan Smith, 2001).
f.

Trigliserida
Trigliserida merupakan bentuk lain dari lemak cadangan energi dan dapat

menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebihan dalam darah (Elstein, 2005).
Trigliserida dapat disintesis dari karbohidrat dan protein. Setiap kali karbohidrat
yang memasuki tubuh dipakai segera sebagai energi ataupun disimpan dalam
bentuk glikogen, karbohidrat yang berlebihan tersebut dengan cepat diubah
menjadi trigliserida (Guyton dan Hall, 2007).
Pembentukan trigliserida terutama terjadi di dalam hati. Atom-atom
karbon yang berasal dari glukosa dan asam-asam amino akan di ubah menjadi
asetil KoA. Asam lemak ini melakukan esterifikasi dengan gliserol (diproduksi
dalam glikolisis) dan akan dihasilkan trigliserida. Trigliserida kemudian
dikeluarkan ke dalam aliran darah sebagai very low density lipoprotein (VLDL),
yang akan digunakan untuk menghasilkan energi atau disimpan pada sel-sel
adiposa (Almatsier, 2009).
Abnormalitas lipoprotein yang secara umum terdapat pada pasien
hipertensi disertai diabetes meliputi hipertrigliseridemia dan penurunan kadar
kolesterol HDL plasma. Pasien diabetes terutama diabetes tipe 2 juga

Universitas Sumatera Utara

mengalami peningkatan produksi VLDL (Goldberg, 2001). Hipertrigliseridemia
dan penurunan kolesterol HDL pada pasien diabetes melitus tipe 2 disebabkan
oleh produksi lipoprotein kaya trigliserida yang berlebihan oleh hati dan
penurunan aktivitas lipoprotein lipase pada jaringan lemak dan otot (Abbate dan
Bunzell, 1990).
g.

HDL Kolesterol
Lipoprotein densitas tinggi (HDL) berfungsi membawa kolesterol dari

jaringan perifer ke hati sehingga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam
kandung empedu sebagai asam empedu, sehingga penimbunan kolesterol di
perifer berkurang. HDL berguna sebagai transportasi serta metabolisme ester
kolesterol dalam plasma untuk membersihan kolesterol dan trigliserida (Rader dan
Hobbs, 2005). Hipertensi dan abnormalitas lipid sering terjadi secara bersamaan.
Pasien

dengan

hipertensi

cenderung

mempunyai

dislipidemia,

dengan

konsentrasi trigliserida plasma yang lebih tinggi dan konsentrasi HDL yang
lebih rendah dibanding orang normotensif (Reaven, et al., 1996). Hipertensi
yang bersamaan

dengan diabetes sering berhubungan dengan abnormalitas

koagulasi sekaligus gangguan lipid. Orang dengan diabetes dan hipertensi
menunjukkan sebuah karakteristik dislipidemia, rendah HDL, tinggi LDL dan
VLDL (Sowers dan Sowers, 2001).
h.

LDL Kolesterol
Lipoprotein densitas rendah (LDL)

merupakan

lipoprotein

yang

merupakan alat transportasi kolesterol yang utama, mengangkut sekitar 70-80
persen dari kolesterol total, yang merupakan metabolit VLDL. Fungsi LDL yaitu
membawa kolesterol dari hepar ke jaringan perifer termasuk ke sel otot jantung,

Universitas Sumatera Utara

otak, dan jaringan lain supaya dapat berfungsi sebagai sintesis membran plasma
dan hormon steroid (Mayes dan Botham, 2003). Kelebihan LDL akan mudah
melekat pada dinding sebelah dalam (intima) pembuluh darah dengan risiko
penumpukan atau pengendapan kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah
arteri, yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis (Rader dan Hobbs, 2005).
Hal tersebut mengakibatkan abnormalitas lipid baik secara kualitas maupun
kuantitas meliputi hiperlipidemia (peningkatan level total kolesterol plasma,
trigliserida, dan kolesterol LDL), hipokolesterolemia HDL, perubahan komposisi
LDL, dan meningkatnya kerentanan terjadinya oksidasi LDL (Verges, 1999).
i.

VLDL Kolesterol
Very Low Density Lipoprotein (VLDL) adalah trigliserida endogen.

Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati yang berfungsi sebagai
alat transportasi lemak dari hepar ke jaringan. Trigliserida merupakan bagian
terbesar dari VLDL serta ukuran dari VLDL ditentukan oleh jumlah trigliserida
yang ada (Rader dan Hobbs, 2005). Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh
lipoprotein lipase (LPL) kemudian diubah menjadi VLDL remnant (Mahley, et
al., 2003). VLDL remnant ditangkap kembali oleh hepar melalui reseptor atau
dapat tetap dalam sirkulasi dan setelah diambil komponen trigliseridanya
dihirolisis oleh Hepatik Lipase (HL) menjadi partikel IDL dan LDL (Rader
dan Hobbs, 2005). Hipertensi yang

bersamaan dengan diabetes sering

berhubungan dengan abnormalitas koagulasi sekaligus gangguan lipid. Orang
dengan diabetes dan hipertensi menunjukkan sebuah karakteristik dislipidemia,
rendah HDL, tinggi LDL dan VLDL (Sowers dan Sowers, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Diabetes melitus adalah suatu sindroma metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia yang terjadi karena defisiensi absolut sekresi insulin atau
penurunan efektivitas kerja insulin atau keduanya (Masharani, et al., 2004).
Hipertensi adalah penyakit yang

umum menyertai pada pasien diabetes

(McFarlane, et al., 2005). Diabetes melitus dan hipertensi merupakan dua
penyakit yang tidak dapat dipisahkan (Slamet Suyono, 1993). Orang dengan
diabetes lebih rentan mengidap hipertensi daripada mereka yang tanpa diabetes
(Sowers dan Sowers, 2001). Untuk mengetahuinya

pasien harus diperiksa

glukosa darahnya.
j.

Glukosa
Kadar glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat

glukosa di dalam darah dan untuk pengukuran yang akurat, glukosa darah
sebaiknya diukur setelah puasa semalam dan juga puasa selama 8 jam. Glukosa
adalah gula monosakarida dan merupakan salah satu karbohidrat terpenting yang
digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh (Murray, 2009). Saraf
simpatis

memiliki

pengaruh

metabolik

pada

pasien

hipertensi,

yakni

menyebabkan pelepasan glukosa dari hati, meningkatkan konsentrasi lipid dan
glukosa darah, dan meningkatkan proses glikogenolisis dalam hati dan otot
(Guyton dan Hall, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum sanitwongsei Craib.) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tikus Wistar Normotensi dan Hipertensi

13 202 136

Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Buah Inggir-inggir (Solanum Sanitwongsei Craib) pada Tikus Putih Jantan

9 76 82

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

2 22 97

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 0 15

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 1 2

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 0 6

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon Chapter III V

0 1 26

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 2 6

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 0 30

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum sanitwongsei Craib.) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tikus Wistar Normotensi dan Hipertensi

0 0 32