Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu mengetahui
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan parameter dengan tahapan
penelitian sebagai berikut: penyiapan hewan percobaan yaitu 24 ekor tikus jantan
dan di aklimatisasi selama 14 hari, penginduksian 24 tikus jantan dengan NaCl
2,5 % metilprednisolon selama 14 hari per oral, pembagian 4 kelompok perlakuan
terhadap tikus jantan

masing-masing kelompok terdiri dari 6 tikus jantan

meliputi kelompok kontrol negatif CMC Na 0,5%, EEBI 50, 100 dan 150 mg/kg
BB, pemberian CMC Na 0,5% dan suspensi ekstrak etanol buah inggir-inggir
(EEBI) dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 150 mg/kg BB selama 7 hari per oral,
pengambilan serum darah tikus jantan dan pengujian parameter biokimia terdiri
dari; ALT, AST, ureum, kreatinin, total kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, VLDL
dan glukosa, kemudian dilakukan analisis data. Data hasil pengukuran aktivitas
biokimia serum darah tikus dianalisis menggunakan one way ANOVA yang
dilanjutkan uji Post Hoc Tukey HSD dengan program SPSS versi 17.0.


3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas
laboratorium, alat-alat bedah laboratorium, alat cek glukosa dan kolesterol Easy
Touch, botol,

batang pengaduk, cawan porselen, mortir dan stamfer, neraca

analitis (Boeco), timbangan tikus (Presica), spatula, sudip, pipet tetes, jarum
suntik 1ml dan 3ml, oral sonde, restainer tikus.

Universitas Sumatera Utara

3.1.2 Bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak
etanol buah inggir-inggir (Solanum sanitwongsei Craib.). Bahan kimia yang
digunakan adalah CMC-Na (Merck), Natrium Klorida (Merck), aquades, tablet
metilprednisolon (Dexa Medica).

3.2 Penyiapan sampel

3.3.1 Pengambilan dan pengolahan sampel
Pengambilan dan pengolahan sampel telah dilakukan oleh Novia M.
Marpaung (2016). Pada penelitian ini digunakan tumbuhan yang sama sehingga
pengambilan dan pengolahan sampel tidak dilakukan kembali. Pengambilan
sampel dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang
sama dari daerah lain. Sampel diperoleh dari Desa Amborgang, Kecamatan
Porsea, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.

3.3 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih
jantan dengan berat badan 150-230 gram sebanyak 24 ekor dengan kondisi sehat.
Hewan diaklimatisasi selama 2 minggu dengan tujuan untuk menyeragamkan
makanan dan hidupnya dengan kondisi yang serba sama sehingga dianggap
memenuhi syarat penelitian.

Universitas Sumatera Utara

3.4 Penyiapan bahan uji
Penyiapan bahan-bahan meliputi penyiapan suspensi CMC Na 0,5%,
larutan NaCl 2,5%, suspensi metilprednisolon tablet, suspensi ekstrak etanol buah

inggir-inggir.
3.4.1 Pembuatan suspensi CMC-Na 0,5% (b/v)
Sebanyak 0,5 gram CMC Na ditaburkan ke dalam lumpang berisi air
panas sebanyak 10 ml, lalu ditutup dan dibiarkan selama 15 menit hingga
diperoleh massa yang transparan, kemudian digerus dan diencerkan dengan air
suling hingga 100 ml (Ditjen POM RI, 1979).
3.4.2 Pembuatan larutan NaCl 2,5% (b/v)
Sebanyak 2,5 gram NaCl dimasukkan ke dalam lumpang, lalu digerus
hingga homogen. Tambahkan sebagian air suling sambil gerus hingga NaCl larut.
Masukkan larutan ke dalam labu tentukur 100 ml, tambahkan air suling sampai
garis tanda.
3.4.3 Pembuatan suspensi metilprednisolon tablet
Timbang metilprednisolon sebanyak 10 mg (yang telah disetarakan
dengan berat tablet). Masukkan ke dalam lumpang, lalu digerus hingga homogen.
Ditambahkan pelan-pelan sebagian suspensi CMC Na kedalam lumpang, gerus
hingga merata. Masukkan suspensi ke dalam labu entukur 10 ml, cukupkan
kembali dengan suspensi CMC Na sampai garis tanda.
3.4.4 Pembuatan suspensi ekstrak etanol buah inggir-inggir
Timbang sebanyak 0,05 gram EEBI untuk dosis 50 mg/kg BB, 0,1 gram
EEBI untuk dosis 100 mg/kg BB, dan 0,15 gram EEBI untuk dosis 150 mg/kg BB

dengan gelas arloji masing masing dosis. Kemudian masukkan ke dalam lumpang.
Gerus hingga homogen. Lalu tambahkan suspensi CMC Na. Gerus kembali

Universitas Sumatera Utara

hingga merata. Tuangkan suspensi yang terbentuk ke dalam labu tentukur 10 ml.
Tambahkan kembali suspensi CMC Na sampai garis tanda.
3.4.5 Perlakuan induksi
24 ekor tikus putih jantan dengan berat sekitar 150 – 230 gram yang
telah diaklimatisasi, diinduksi dengan NaCl 2,5% dan metilprednisolon secara
oral. Proses induksi dilakukan selama 14 hari.
3.4.6 Pemberian suspensi ekstrak etanol buah inggir-inggir
Sebanyak 24 ekor tikus putih jantan yang telah diinduksi NaCl 2,5% dan
metilprednisolon

selama 14 hari per oral dibagi menjadi 4 kelompok. tiap

kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih jantan. Lalu diberikan perlakuan secara
oral selama 7 hari. Hewan dikelompokkan sebagai berikut:
a. kelompok I: kontrol. hewan uji diberikan suspensi Na CMC 0,5% sekali

........................sehari selama 7 hari berturut-turut diberikan secara oral.
b. kelompok II: hewan uji diberikan EEBI dosis 50 mg/kg BB sekali sehari
.........................selama 7 hari berturut-turut diberikan secara oral.
c. kelompok III: hewan uji diberikan EEBI dosis 100 mg/kg BB sekali sehari
..........................selama 7 hari berturut-turut diberikan secara oral.
d. kelompok IV: hewan uji diberikan EEBI dosis 150 mg/kg BB sekali sehari
..........................selama 7 hari berturut-turut diberikan secara oral.

3.5 Pemeriksaan faal hati
3.5.1 AST
Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian
Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. tikus didislokasi di
leher kemudian dibedah dan darah diambil menggunakan jarum suntik langsung

Universitas Sumatera Utara

dari jantung tikus sebanyak 2 ml, setelah itu dimasukkan ke dalam microtube dan
didiamkan ± 20 menit. Darah disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 20
menit untuk mendapatkan serum darah tikus. Pemeriksaan fungsi hati dilakukan
dengan menghitung kadar aktivitas AST yang dikerjakan oleh Laboratorium

Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
3.5.2 ALT
Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian
Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. tikus didislokasi di
leher kemudian dibedah dan darah diambil menggunakan jarum suntik langsung
dari jantung tikus sebanyak 2 ml, setelah itu dimasukkan ke dalam microtube dan
didiamkan ± 20 menit. Darah disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 20
menit untuk mendapatkan serum darah tikus. Pemeriksaan fungsi hati dilakukan
dengan menghitung kadar aktivitas ALT yang dikerjakan oleh Laboratorium
Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

3.6 Pemeriksaan faal ginjal
3.6.1 Ureum dan kreatinin
Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian
Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. tikus didislokasi di
leher kemudian dibedah dan darah diambil menggunakan jarum suntik langsung
dari jantung tikus sebanyak 2 mL, setelah itu dimasukkan ke dalam microtube
dan didiamkan ± 20 menit. Darah disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama
20 menit untuk mendapatkan serum darah tikus. Pemeriksaan fungsi ginjal
dilakukan dengan mengukur ureum dan kreatinin yang dikerjakan oleh

Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

3.7 Pemeriksaan profil lipid
3.7.1 Total kolesterol, trigliserida, HDL, LDL dan VLDL
Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na
CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. Pemeriksaan Profil lipid
dilakukan dengan menghitung total kolesterol dengan pengambilan darah pada
vena ekor tikus lalu diperiksa menggunakan alat Easy Touch denga strip
Kolesterol. LDL dan VLDL dihitung menggunakan rumus (Fridewald, et al.,
2001) yaitu LDL = Total kolesterol – (HDL + 1/5 Trigliserida dan VLDL =
Trigliserida/5, serum darah tikus dimasukkuan di mikrotube untuk pengukuran
trigliserida dan HDL yang dikerjakan oleh Laboratorium Kesehatan Daerah
Provinsi Sumatera Utara.

3.8 Pemeriksaan profil gula darah
3.8.1 Glukosa darah
Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian
Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. Kadar glukosa darah

tikus percobaan dianalisis dengan metode biosensor glukose oksidase,
menggunakan alat Easy Touch. Darah diambil melalui ujung ekor tikus yang
sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%, diurut perlahan-lahan kemudian
ujung ekor ditusuk dengan jarum kecil (Kerato, et al., 2006). Darah yang keluar
kemudian disentuhkan pada strip gluko meter. Kadar glukosa darah akan terbaca di
layar Easy Touch setelah 11 detik dan kadar glukosa darah dinyatakan dalam
mg/dL.

Universitas Sumatera Utara

3.9 Analisis statistik
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS 17.0. Data
hasil penelitian ditentukan homogenitas dan normalitasnya untuk menentukan
analisis statistik yang digunakan. Data dianalisis menggunakan uji One Way
ANOVA untuk menentukan perbedaan rata-rata di antara kelompok dengan uji
Post Hoc Tukey untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bahan baku ekstrak
Pada penelitiaan ini digunakan ekstrak etanol buah inggir-inggir yang
sama dengan esktrak yang digunakan Novia M. Marpaung (2016) pada penelitian
yang berjudul uji efek antihiperurisemia ekstrak etanol buah inggir-inggir
(Solanum sanitwongsei Craib.) pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus L.) Oleh
karena itu, identifikasi, skrining fitokimia sampel dan karakterisasi tidak
dilakukan lagi. Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Pusat Penelitian dan
Pengembangan LIPI Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah
Solanum sanitwongsei Craib.
EEBI disimpan di dalam lemari pendingin dalam wadah tertutup rapat
sehingga EEBI terhindar dari kontaminasi zat-zat asing. Penyimpanan di dalam
lemari pendingin bertujuan untuk mencegah tumbuhnya jamur sehingga mencegah
ekstrak agar tidak terkena sinar matahari langsung. Secara organoleptik, EEBI
yang disimpan tidak ada ditumbuhi kapang dan jamur. Ekstrak etanol buah inggiringgir yang digunakan berwarna hijau kekuningan, berbau khas dan rasa pahit.

4.2 Hasil Uji Parameter Biokimia.
4.2.1 Hasil Pengukuran AST dan ALT
Pengukuran aktivitas AST lakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah

pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI

dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil

pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.1

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1 Grafik aktivitas AST tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan
metil prenisolon.

Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral
menyebabkan mayoritas sel hepatosit mengalami degenerasi hidropik. Degenerasi
hidropik yang terjadi disebabkan oleh hidrasi ion natrium akibat permeabilitas di
dinding sel yang terganggu akibat mekanisme toksisitas, selain itu terjadi
gangguan pada metabolisme energi didalam sel, terutama mekanisme transport
aktif pada Na+ akibat hepatosit tidak mampu memompa ion natrium keluar sel.
Jumlah ion natrium yang berlebih menyebabkan influks organel sitoplasma seperti
retikulum endoplasma dapat diubah menjadi kantong-kantong berisi air (Price dan
Wilson, 1984) dalam (Wulandari, dkk., 2007).

Nilai aktivitas AST pada kontrol negatif yaitu 313 U/L, dimana nilai
aktivitas AST tikus jantan normal 70-400 U/L (Gad, 1990). Enzim AST ini dapat
dijumpai juga di jantung, otot skelet, dan ginjal. Bila jaringan tersebut mengalami
kerusakan akut maka kadarnya dalam serum meningkat. Berdasarkan pengamatan
rata-rata aktivitas AST, terjadi penurunan kadar aktivitas AST setelah pemberian

Universitas Sumatera Utara

EEBI 150 mg/kg BB bila dibandingkan dengan 2 kelompok dosis lainnya dengan
nilai 332,33 U/L. Hasil

pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way

Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB tidak memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap penurunan aktivitas AST (p>0.05).
Penurunan AST dan ALT disebabkan oleh kandungan flavonoid dan
saponin yang terdapat di dalam buah inggir-inggir. Flavonoid berperan sebagai
antioksidan alami karena di dalam flavonoid terdapat kandungan kuersetin yang
kerjanya untuk menghambat lipid peroksidase dengan cara memblok enzim
xantin. Selain itu, dengan meningkatkan absorbsi dari vitamin C dapat melindungi
mekanisme pertahanan antioksidan. Kandungan saponin dalam buah inggir-inggir
kemungkinan juga akan berdampak pada penurunan kadar AST dan ALT (Sawi
dan Sleem, 2010). Karena hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
(Kinjo, et al., 1999) yang menyebutkan kandungan yang terdapat pada saponin
yaitu

bisdesmosyl

saponin

yang

didalamnya

terdapat

asam oleanolic-

glukoronat dan asam oleanolic-glucoside menunjukkan tingkat hepatoprotektor
yang efektif dengan ditandai dengan perbaikan hati yaitu penurunan kadar AST
ALT.
Menurut (Dufour, 2000), bahwa hasil laboratorium pengukuran AST dan
ALT dapat dipengaruhi beberapa hal yaitu :
a. Waktu pengambilan sampel darah
Pengambilan sampel yang paling baik adalah siang hari, sedangkan pada
sore hari kadar AST dan ALT cenderung meningkat dan pada malam hari
cenderung lebih rendah.

Universitas Sumatera Utara

b. Spesimen penyimpanan
Sampel akan lebih stabil jika disimpan dalam lemari es tetapi tingkat
kestabilan sampel hanya dapat bertahan 24 jam dan akan cenderung meningkat
setelah 24 jam.
c. Hemolisis
Jika sampai terjadi hemolisis maka pengukuran sampel akan cenderung
meningkat dan tergantung dari cara pengambilan sampel.
Pengukuran aktivitas ALT dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah
pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil
pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Grafik aktivitas ALT tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan
...................... metilprenisolon
Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral
menyebabkan mayoritas sel hepatosit mengalami degenerasi hidropik. Degenerasi
hidropik yang terjadi disebabkan oleh hidrasi ion natrium akibat permeabilitas di
dinding sel yang terganggu akibat mekanisme toksisitas (Price dan Wilson, 1984)
dalam (Wulandari, dkk., 2007). Akumulasi ion natrium mengakibatkan nilai

Universitas Sumatera Utara

osmosis plasma sel meningkat, keadaan ini menyebabkan air disekitar hepatosit
masuk ke dalam hepatosit sehingga terjadi pembengkakan sel dan organel sel. Bila
kondisi ini terjadi maka akan mengakibatkan kerusakan struktur serta penurunan
fungsi organel tersebut (Prihanto, 2015).
Nilai aktivitas ALT pada kelompok kontrol negatif yaitu 210 U/L, dimana
nilai normal aktivitas ALT pada tikus jantan 25-200 U/L (Gad, 1990).
Berdasarkan pengamatan rata-rata aktivitas ALT, terjadi penurunan kadar
aktivitas ALT setelah pemberian EEBI 150 mg/kg BB dengan nilai 168,33 U/L.
Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way Anova menunjukkan
bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB tidak memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap penurunan ALT (p>0,05).
4.2.2 Hasil Pengukuran Ureum dan Kreatinin
Pengukuran ureum dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na
CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat
dilihat secara rinci pada Gambar 4.3

Gambar 4.3 Grafik ureum tikus jantan yang diinduksi dengan NaCl 2,5% dan
metilprednisolon

Universitas Sumatera Utara

Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral
menyebabkan kadar ureum pada kelompok kontrol negatif 36,4 mg/dL. Kadar
ureum normal untuk tikus adalah 15-21 mg/dL (Malole dan Pramono, 1989).
Kadar ureum dalam serum darah suatu individu hewan dapat dipengaruhi dua
faktor.

Pertama pengaruh patologis individu, contohnya para penderita gagal

ginjal akut, maupun kronis, penderita gagal jantung dan individu yang mengalami
kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Kedua, perlakuan pada hewan, contohnya
pada pemberian pakan. Kenaikan kadar ureum dalam darah sebagai akibat dari
kerusakan ginjal hanya apabila disertai hasil pemeriksaan urin dan diperkuat
dengan tanda klinis yang mendukung penentuan diagnosa (Kramer, et al., 2004).
Rata-rata kadar ureum pada kelompok kontrol negatif sangat tinggi
dikarenakan kelompok ini diberikan induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon
sehingga terjadi gagal ginjal akut mengakibatkan kadar ureum meningkat. Salah
satu penyebab meningkatnya kadar ureum adalah radikal bebas. Radikal bebas
merupakan mekanisme nefrotoksik dari NaCl, antioksidan dapat melindungi
dari nefrotoksik radikal bebas dan penginduksi stress oksidatif dalam ginjal.
Peningkatan radikal bebas akan menyebabkan terjadinya kematian sel. Hal ini
akan menyebabkan penyumbatan sehingga kadar ureum tidak dapat dikeluarkan
dengan baik (Michael, 2013).
Berdasarkan pengamatan rata-rata ureum, terjadi penurunan kadar ureum
setelah pemberian EEBI 150 mg/kg BB bila dibandingkan dengan 2 kelompok
dosis lainnya dengan nilai 35,45mg/dL. Hasil pengujian statistika dengan analisa
Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB
tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penurunan ureum (p>0.05),

Universitas Sumatera Utara

dalam menurunkan kadar ureum diduga berdasarkan aktivitas antioksidan.
Seperti yang dipaparkan dalam hasil skrining fitokimia ekstrak etanol buah
inggir-inggir mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol, tanin, saponin dan
triterpenoid. Senyawa flavonoid, polifenol dan tanin diduga kuat merupakan
senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan.
Pengukuran kreatinin dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian
Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat
dilihat secara rinci pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Grafik kreatinin tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan
................. .....metilprednisolon.
Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral
menyebabkan kadar kreatinin pada kelompok kontrol negatif 0,48 mg/dL. Kadar
kreatinin normal untuk tikus adalah 0,2 – 0,8 mg/dL (Malole dan Pramono,
1989). Rata-rata kadar kreatinin pada kelompok kontrol negatif adalah 0,48 mg/dL
yang berarti rata-rata kadar kreatinin pada kelompok ini masih dalam rentang
normal. Buah inggir-inggir memiliki senyawa bioaktif antioksidan dan polifenol.

Universitas Sumatera Utara

Kuersetin merupakan senyawa flavonoid yang terdapat pada buah inggir-inggir.
Kuersetin secara signifikan dapat menghambat produksi TNF-α dan ekspresi
gen. Ekstrak etanol buah inggir-inggir mengandung polifenol yang kemungkinan
juga dapat menghambat produksi TNF-α pada sel tubulus sehingga tidak
terjadi

cedera

dan kematian pada sel tubulus. Hal ini akan mengakibatkan

kadar kreatinin tidak akan meningkat atau tetap pada kadar normal. Kreatinin
merupakan metabolit kreatin yang di ekskresikan seluruhnya kedalam urin melalui
filtrasi glomerulus. Peningkatan kadar kreatinin dalam darah dan jumlah kreatinin
dalam urin dapat digunakan untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus
(Kramer, et al., 2004).
Berdasarkan hasil rataan kadar kreatinin pada kelompok kontrol negatif 0,48
mg/dL dan meningkat setelah perlakuan EEBI 50 mg/kg BB menjadi 0,52 mg/dL.
Begitu juga untuk kelompok EEBI 100 mg/kg BB dan EEBI 150 mg/kg BB
mengalami kenaikan setelah perlakuan dengan nilai 0,62 mg/dL dan 0,64 mg/dL
jadi dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol buah inggir-inggir tidak mampu
menurunkan nilai kreatinin. Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One
Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB tidak
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penurunan kreatinin (p>0,05).
4.2.3 Hasil Pengukuran Total Kolesterol, Trigliserida, HDL, LDL dan VLDL
Pengukuran total kolesterol dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah
pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil
pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.5

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.5 Grafik total kolesterol tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan
metilprednisolon.
Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral
menyebabkan nilai total kolesterol pada kelompok kontrol negatif 287 mg/dL.
Tikus jantan memiliki kadar kolesterol total normal dengan nilai 90 -170 mg/dL
(Gad, 1990). Dimana induksi NaCl menyebabkan sel hepatosit mengalami
degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik dan nekrosis. Kerusakan ini
kemungkinan terjadi karena proses metabolisme yang tidak normal. Organ hati
merupakan pusat biosintesis dan degradasi kolesterol tubuh, apabila proses
metabolisme tidak berjalan normal maka meningkatnya laju biosintesis kolesterol
dan menurunkan sekresi kolesterol melalui cairan empedu sehingga kolesterol
meningkat. Salah satu fungsi hati adalah organ eksresi yang mengeluarkan cairan
empedu kembali ke hepar sebelum disekresi, penumpukan atau peningkatan zat
toksik dalam hati memungkinkan timbulnya efek toksik seperti degenerasi
parenkimatosa, degenerasi hidropik, dan nekrosis pada hepar normal (Donatis IO,
2001).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pengamatan kadar total kolesterol rata-rata, terjadi penurunan
kadar total kolesterol setelah pemberian EEBI dosis 50mg/kg BB, 100 mg/kg BB
dan 150 mg/kg BB bila dibandingkan terhadap kontrol negatif. Kelompok
perlakuan yang terjadi penurunan paling optimal pada kelompok EEBI 150
mg/kg BB dengan nilai 144 mg/dL. Hasil pengujian statistika dengan analisa
Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penuruan kadar kolesterol total
(p0.05) dalam menurunkan
trigliserida, tetapi 150 mg/kg BB memberikan efek penurunan kadar trigliserida
cukup optimal dibandingkan dengan kedua dosis lainnya dengan nilai 82,62
mg/dL.
Senyawa aktif yang diduga berperan dalam menurunkan trigliserida adalah
tanin. Tanin juga dapat menghambat enzim AcylCoA Cholesterol Acyl Transferase
(ACAT) yang berperan dalam esterifikasi kolesterol sehingga menghambat
penggabungan kolesterol ester membentuk kilomikron dan VLDL. Menurunnya
kadar Apo B menyebabkan pembentukan kilomikron, LDL dan VLDL terganggu
yang menyebabkan trigliserida tidak terbentuk sehingga ukuran partikel LDL
besar (Rahastuti, et al., 2011).
Kandungan alkaloid memiliki efek menghambat aktivitas enzim lipase,
sehingga dapat menghambat pemecahan lemak menjadi molekul-molekul lemak
yang lebih kecil. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak
yang dapat diabsorbsi sehingga konsetransi trigliserida dalam usus menurun yang
menyebabkan peningkatan ukuran partikel LDL (Olivera, et al., 2007 dan
Rahastuti, et al., 2011)
Pengukuran HDL dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na
CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat
dilihat secara rinci pada Gambar 4.7

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.7 Grafik HDL tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan
metilprednisolon.
Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral
menyebabkan HDL tikus

pada kelompok kontrol negatif 53 mg/dL. Kadar

kolesterol HDL plasma darah tikus yang normal yaitu ≥35 mg/dL (Hartoyo dkk.,
2008). Keadaan hiperkolesterolemia pada hewan terjadi jika kadar kolesterol total
dalam darah melebihi normal. Peningkatan kadar LDL dan penurunan kadar HDL
dikarenakan adanya aktivitas radikal bebas dari NaCl yang menyebabkan adanya
kerusakan oksidatif pada beberapa jaringan. Kadar kolesterol yang tinggi dalam
darah menyebabkan VLDL membentuk LDL, akibatnya LDL

dalam darah

meningkat membuat HDL tertekan dan tidak bisa membuang kelebihan kolesterol
yang ada dalam darah, sehingga keadaan HDL menurun (Sargowo, 2001).
Berdasarkan pengamatan kadar HDL rata-rata, terjadi peningkatan HDL
setelah pemberian EEBI dengan tiga variasi dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB
dan 150 mg/kg BB.

Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way

Anova menunjukkan bahwa tidak terjadi pengaruh secara signifikan EEBI dosis
50, 100, 150 mg/kg BB (p>0.05) dalam meningkatkan HDL, tetapi 150 mg/kg

Universitas Sumatera Utara

BB memberikan efek peningkatan kadar HDL cukup optimal dibandingkan
dengan kedua dosis lainnya dengan nilai 83,66 mg/dL.
Peningkatan HDL akan berpengaruh positif terhadap pencegahan terjadinya
aterosklerosis, karena banyak penelitian yang membuktikan bahwa meningkatnya
HDL akan menurunkan morbiditas penyakit jantung koroner. HDL mampu
menyerap kolesterol bebas dari dinding pembuluh darah maupun dari jaringan
kemudian dibawa ke hati dan diubah menjadi kolesterol ester dengan bantuan LCAT
(lecithin cholesterol acylTransferase) (Dominiczak, 2005).
Pengukuran LDL dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na
CMC 0,5% dan. Hasil pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.8

Gambar 4.8 Grafik LDL tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan
metilprednisolon.
Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral
menyebabkan LDL tikus pada kelompok kontrol negatif 208,66 mg/dL. Nilai
normal LDL pada tikus jantan adalah 7-27,2 mg/dL (Herwiyarirasanta, 2010).
Keadaan hiperkolesterolemia pada hewan terjadi jika kadar kolesterol total dalam
darah melebihi normal. Peningkatan kadar LDL dikarenakan adanya aktivitas

Universitas Sumatera Utara

radikal bebas dari NaCl yang menyebabkan adanya kerusakan oksidatif pada
beberapa jaringan. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah menyebabkan VLDL
membentuk LDL, akibatnya LDL dalam darah dalam darah meningkat membuat
HDL tertekan dan tidak bisa membuang kelebihan kolesterol yang ada dalam
darah, sehingga keadaan HDL menurun. Hiperkolesterol mengakibatkan adanya
gangguan metabolisme lipoprotein, yang meliputi peningkatan kadar LDL serta
penurunan HDL (Sargowo, 2001).
Setelah diterapi EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB selama 7 hari,
terlihat adanya penurunan kadar LDL. Penurunan kadar LDL untuk kelompok
EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB berturut-turut adalah 122,47 mg/dL, 83,47
mg/dL dan 43,81 mg/dL. Jadi pada penelitian ini, dapat dikatakan bahwa terapi
EEBI dapat menurunkan kadar LDL. Hasil pengujian statistika dengan analisa
Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penurunan kadar LDL (p0.05).
Senyawa aktif yang diduga berperan dalam menurunkan VLDL darah
adalah adalah flavonoid. Flavonoid dan tanin dapat menghambat enzim HMG-

Universitas Sumatera Utara

CoA reduktase yang berperan mensintesis kolesterol. Terhambatnya HMG-CoA
reduktase akan menurunkan sintesis kolesterol di hati sehingga menurunkan
sintesis Apo B dan meningkatkan reseptor LDL pada permukaan hati. Kemudian
kolesterol dalam darah dapat ditarik ke hati sehingga menurunkan kolesterol
LDL dan VLDL. Selain itu tanin berefek menghambat enzim lipase pankreas
sehingga penyerapan kolesterol oleh hati terhambat dan sekresi kolesterol melalui
feses meningkat (Rahastuti, et al., 2011).
4.2.4 Hasil Glukosa Darah
Pengukuran glukosa darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah
pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil
pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.10

Gambar 4.10 Grafik glukosa tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan
....metilprednisolon.
Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 secara oral
menyebabkan masuknya senyawa radikal bebas kedalam tubuh membuat stress
oksidatif pada tikus dan meningkatkan kadar glukosa darah puasa dengan nilai

Universitas Sumatera Utara

158,50 mg/dL. Kadar glukosa tikus jantan normal adalah 80-160 mg/dL (Gad,
1990). Berdasarkan pengamatan penurunan kadar glukosa rata-rata, terjadi
penurunan kadar glukosa setelah pemberian EEBI dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg
BB dan 150 mg/kg berturut-turut dengan nilai 143,67 mg/dL, 136 mg/dL dan
124,67 mg/dL. Kelompok penurunan yang optimal pada kelompok EEBI 150
mg/kg BB dengan nilai 124,67 mg/dL. Hasil pengujian statistika dengan analisa
Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penurunan glukosa (p

Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum sanitwongsei Craib.) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tikus Wistar Normotensi dan Hipertensi

13 202 136

Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Buah Inggir-inggir (Solanum Sanitwongsei Craib) pada Tikus Putih Jantan

9 76 82

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

2 22 97

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 0 15

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 1 2

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 0 6

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 0 12

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 2 6

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 0 30

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum sanitwongsei Craib.) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tikus Wistar Normotensi dan Hipertensi

0 0 32