Makalah Kekerasan dalam dunia pendidikan

“KEKERASAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA”

Disusun oleh :

Nurlia Tuharea
(13010310009)

Program Studi Pendidikan Teknologi Informatika dan Komputer
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Penddidikan Surya (STKIP Surya)
Tangerang
2015

26/01/15

Pengantar Pendidikan & etika profesi guru

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi bangsa yang besar dan maju tentu merupakan cita-cita besar yang ingin
dicapai oleh setiap negara di dunia. Pendidikan adalah salah satu tonggak yang menentukan

berhasil atau tidaknya cita-cita tersebut. Dari pendidikan diharapkan dapat mencetak
generasi penerus bangsa yang berkualitas yang dapat memajukan bangsanya. Namun seperti
yang lainnya, Pendidikan juga tidak terlepas dari unsur permasalahan-permasalahannya.
Indonesia adalah salah satu negara berkembang di dunia yang masih mempunyai
masalah besar dalam dunia pendidikannya. Mulai dari

fasilitas sarana isik yang belum

mendukung, kualitas para guru yang belum memadai,

rendahnya prestasi para siswa,

mahalnya biaya pendidikan, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, hingga masalah
serius yang akhir-akhir ini sedang maraknya terjadi. Tindakan Kekerasan yang dilakukan
dalam dunia pendidikan memang terjadi melalui praktik-praktik dan pelaku yang berbeda
serta motivasi, tujuan, dan manifestasi dari tindak kekerasannya. Intinya adalah suatu
tindakan kekerasan yang terjadi memang tidak pernah diinginkan oleh siapun, apalagi dalam
dunia pendidikan. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi penulis untuk mengambil judul
“Kekerasan dalam dunia Pendidikan Indonesia” dalam penulisan makalah ini sebagai tugas
akhir mata kuliah Pengantar Pendidikan dan Etika profesi Guru.


Pengantar Pendidikan & etika profesi guru

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa latar belakang penyebab terjadinya kekerasan

dalam dunia pendidikan di

Indonesia?
2. Bagaimana bentuk-bentuk tindakan kekerasan yang dilakukan dalam dunia pendidikan
Indonesia?
3.

Apa dampak dari tindak kekerasan yang dilakukan dalma dunia pendidikan Indonesia?

4. Bagaimana cara mengatasi tindak kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan di
Indonesia?


C. Landasan Teori
Dalam teori yang dikemukakan oleh John Galtung, ia menyebutkan bahwa kekerasan

terjadi bila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga

realisasi jasmani dan mental

aktual berada di bawah realisasi potensialnya . Ini artinya ada seseorang yang mempengaruhi
dan cara mempengaruhinya. Jadi, dapat dikatakan dalam kekerasan ada subyek, obyek, dan
tindakan (dengan subyek dan obyeknya adalah manusia). Berdasarkan teori dari John Dalton,
kekerasan dibagi menjadi

kekerasan isik dan psikologis. Dalam Kekerasan isik, tubuh

manusia disakiti secara jasmani. Sedangkan kekerasan psikologis adalah tekanan yang
dimaksudkan meredusir kemampuan mental atau otak. Kekerasan tersebut ada yang tampak
atau tersembunyi, kekerasan yang nyata atau tampak dapat dilihat meskipun tidak langsung.
Sedangkan kekerasan tersembunyi adalah sesuatu yang tidak kelihatan, misalnya trauma yang
berkaitan dengan psikis. Pemahaman Galtung tentang kekerasa lebih ditentukan pada segi
akibat atau pengaruhnya pada manusia.


Pengantar Pendidikan & etika profesi guru

BAB II
KEKERASAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA

“Kekerasan (violance)”, kata yang tentunya sudah tak asing di telinga kita. Dewasa ini,
kekerasan sering kali digunakan dalam menyelesaikan suatu konlik atau permasalahan
kehidupan sehari-hari . Kekerasan dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang tidak
menyenangkan atau merugikan orang lain yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang
didalamnya terdapat komponen kekuasaan, tekanan, dan paksaan. Kekerasan dapat terjadi
kapan saja dan dimana saja dengan berbagai pemicu dan tujuan yang melatarbelakangi
tindakan tersebut. Kekerasan tidak hanya berbentuk eksploitasi isik semata, tetapi justru
kekerasan psikislah yang perlu diwaspadai karena akan menimbulkan efek traumatis yang
cukup lama bagi si korban.
Fenomena Kasus kekerasan

yang belakangan ini marak terjadi, memang cuku

menghebohkan. Bagaimana tidak, dari sekian kasus kekerasan tersebut, sangat banyak terjadi

di dunia pendidikan. Tindakan asusila yang dilakukan para aktor dunia pendidikan tersebut
benar-benar sangat menyedihkan. Mulai dari kasus tindak kekerasan isik yang dilakukan oleh
sesama peserta didik atau yang disebut bullying maupun

para guru terhadap peserta

didiknya, hingga kasus menyedihkan yakni pelecehan seksual yang dilakukan guru terhadap
siswanya.
Beberapa kasus nyata tindak kekerasan yang terus mewarnai dunia pendidikan
Indonesia dari dulu hingga sekarang diantaranya : Pada akhir 1997, di salah satu SDN Pati,
seorang ibu guru kelas IV menghukum murid-muridnya yang tidak mengerjakan PR dengan
menusukkan paku yang dipanaskan ke tangan siswa. Di Surabaya, seorang guru olahraga
menghukum lari seorang siswa yang terlambat datang beberapa kali putaran. Tapi karena
isiknya lemah, pelajar tersebut tewas. Selanjutnya, dalam periode yang tidak berselang lama,
seorang guru SD Lubuk Gaung, Bengkalis, Riau, menghukum muridnya dengan lari keliling
lapangan dalam kondisi telanjang bulat. Bulan Maret 2002 yang lalu, terjadi pula seorang
pembina pramuka yang bertindak asusila terhadap siswinya saat acara camping. Dan bertita
akhir-akhirini mengenai vidoe yang diunggah di salah satu jejarin sosial tentang pembulliyan
seorang anak SD di Bukit tinggi, Sumatera barat. Dalam tayangan video amatir


yang

berdurasi sekitar 1,52 detik itu, terlihat seorang siswa perempuan menjadi korban aksi
kekerasan yang dilakukan temannya disebuah ruangan di Musholah.
Selain itu, ada berita mencengangkan lainnya yang dilansir dari Ibu kota, Jakarta.
Seorang anak kelas 5 SD meninggal setelah dianiaya oleh kakak kelasnya yang baru duduk di
kelas 6 SD. Penyebabnya pun hal yang sepele, yakni karena si korban menyenggol pelaku

Pengantar Pendidikan & etika profesi guru

sehingga jajanan pelaku jatuh. Walau si korban sudah meminta maaf, pelaku dengan tega
memukul korban di beberapa bagian tubuh hingga menyebabkan korban luka dalam dan
menghembuskan nafas terakhirnya beberapa hari kemudian. Dan kasus terbaru yang kembali
menyita perhatian publik adalah dengan terkuaknya kasus asusila yang dilakukan oleh 5 orang
petugas kebersihan pada anak TK Jakarta Internasional School (JIS). Peristiwa sedih yang
menimpa anak-anak dibawah umur itu terungkap dari kecurigaan orang tua yang melihat
adanya perubahan sikap anaknya, murung, takut ke sekolah dan tidak ceria lagi. Sekarang,
kasus asusila tersebut telah dibawa ke jalur hukum dan para tersangka telah difonis 8 tahun
penjara.
Sekolah yang diharapkan menjadi tempat yang aman bagi anak untuk menuntut ilmu

dan mengembangkan diri, justru kini berubah menjadi tempat yang berbahaya dan tidak aman
lagi. Para pendidik yang harusnya mempersiapkan para generasi bangsa, justru malah
melakukan hal yang tidak sepantasnya. Para siswa yang seharusnya tertanam rasa kasih
sayang antar sesamanya malah bermemorfosis menjadi tindakan kriminal.
Adanya beberapa tindak kekerasan dalam lembaga pendidikan yang masih merajalela
merupakan indikator bahwa proses atau aktivitas pendidikan kita masih jauh dari nilai-nilai
kemanusiaan. Disinilah urgensi humanisasi pendidikan. Humanisasi pendidikan merupakan
upaya untuk menyiapkan generasi yang cerdas nalar, cerdas emosional, dan cerdas spiritual,
bukan menciptakan manusia yang kerdil, pasif, dan tidak mampu mengatasi persoalan yang
dihadapi. (Assegaf, Ringkasan Laporan Hasil Penelitian Tentang Kondisi dan Pemicu Kekerasan
dalam Pendidikan : 2002)
Dalam melihat fenomena

tindak kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan,

beberapa analisis dapat diajukan ;


Pertama, budaya kekerasan dalam pendidikan muncul akibat adanya pelanggaran yang
disertai dengan hukuman, terutama isik. Jadi, ada pihak yang melanggar dan pihak

yang memberi sanksi. Bila sanksi melebihi batas atau tidak sesuai dengan kondisi
pelanggaran, maka terjadilah apa yang disebut dengan tindak kekerasan.



Kedua, kekerasan dalam pendidikan bisa diakibatkan oleh buruknya sistem dan
kebijakan pendidikan yang berlaku. Ketidak jelasan konsep dan arah pendidikan yang
akan dituju adalah bukti nyata dari sistem Pendidikan yang masih lemah di negara ini.

Finlandia dan Jepang ; kedua negara tersebut merupakan contoh negara yang maju
dalam pendidikannya. Mereka menerapkan aturan yang jelas yakni keseimbangan
antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter. Sejak dini, anak-anak diajarkan
untuk berkasih sayang, bersikap adil dan bertanggung- jawab terhadap diri mereka,

Pengantar Pendidikan & etika profesi guru

manusia dan lingkungan sekitar mereka. Sedangkan di Indonesia, muatan kurikukum
yang digunakan hanya mengandalkan kemampuan aspek kognitif dan mengabaikan
pendidikan afektif. Padahal, kedua hal itu sangat penting untuk mencetak generasi
muda yang cerdas bukan saja dalam ilmu pengetahuan tetapi juga dalam hal sikap dan

perilaku yang humanis. Sekolah hanya bertanggungjawab mengajarkan keilmuan dan
pengetahuan umum saja. Bimbingan dan konseling yang dibentuk oleh sekolah hanya
bertugas menyelesaikan kasus kekerasan yang terjadi, tetapi tidak memberikan aspek
preventif kepada

seluruh pelaku didik semisal menanamkan nilai-nilai humanisme

dalam proses belajar mengajar.


Ketiga, Kurangnya moral dari para pendidik. Beberapa pendidik memang enderung
menggunakan kekerasan terhadap para perta didiknya. Ketidak mampuan pendidik
dalam mengelola emosi adalah salah satu penyebabnya



Keempat, kekerasan dalam pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan
tayangan media massa yang memang belakangan ini kian vulgar dalam menampilkan
aksi-aksi kekerasan.




Kelima, kekerasan bisa merupakan releksi dari perkembangan kehidupan masyarakat
yang mengalami pergeseran cepat, sehingga meniscayakan timbulnya sikap instant
solution maupun jalan pintas.



Yang terakhir, kurangnya perhatian pemerintah dalam memperhatikan sistem
pendidikan yang berjalan ditiap daerah di Indonesia. Pemerintah seakan menutup mata
dan melepas tangan dari hal-hal kecil yang terjadi, salah satunya dengan lambatnya
kerja pemerintah dalam

menanggapi fenomena-fenoma dalam masalah pendidikan,

misaaalnya dalam memberikan sanksi terhadap tindakan kekerasan yang terjadi.
Sekarang nasi telah menjadi bubur, kekerasan yang menimpa dunia pendidikan kita
seakan telah mendarah daging. Berbagai macam dampak negatif yang ditimbulkan benarbenar menyerap ke seluruh komponen pendidikan. Pendidikan seakan menjadi sosok yang tak
seindah dulu. Para korban yang mengalami tindak kekerasan entah yang


dilakukan dari

sesama siswa maupun gurunya tentu akan berdampak pada isik maupun psikologis juga sosial
mereka.
Dampak isik : mengakibatkan organ-organ tubuh siswa mengalami kerusakan seperti memar,
luka-luka, dll.
Dampak psikologis yang ditimbulkan seperti trauma psikologis, rasa takut, rasa tidak aman,
dendam, menurunnya semangat belajar, daya konsentrasi, kreativitas, hilangnya inisiatif,

Pengantar Pendidikan & etika profesi guru

serta daya tahan (mental) siswa, menurunnya rasa percaya diri, inferior, stress, depresi dsb.
Dalam jangka panjang, dampak ini bisa terlihat dari penurunan prestasi, perubahan perilaku
yang menetap.
Dampak sosial : siswa yang mengalami tindakan kekerasan tanpa ada penanggulangan, bisa
saja menarik diri dari lingkungan pergaulan, karena takut, merasa terancam dan merasa tidak
bahagia berada diantara teman-temannya. Mereka juga jadi pendiam, sulit berkomunikasi baik
dengan guru maupun dengan sesama teman. Bisa jadi mereka jadi sulit mempercayai orang
lain, dan semakin menutup diri dari pergaulan.
Sehingga untuk mengatasi masalah kekerasan tersebut terus berlanjut, maka
diperlukan aksi nyata yang cepat dan tanggap

dari pemerintah dan seluruh komponen

masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan ini. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi tentunya harus lebih bersikap tegas dalam menanggapi hal ini. Pemerintah harus
lebih berusaha untuk melakukan perubahan,mengkonstruksi sistem pendidikan salah satunya.
Kemudian, mengenai moral Tenaga pendidik. Negara perlu menyediakan pelatihan dan
bimbingan pengajaran yang berperspektif setara kepada para guru dan calon guru sehingga
dalam proses belajar mengajar tidak ada superioritas yang muncul, tidak ada lagi “guru yang
selalu benar”, dan tidak ada lagi pemanfaatan atas jabatan mereka untuk dengan mudah
melakukan kekerasan isik, psikis dan seksual kepada muridnya.
Aturan yang mengikat mengenai para guru pun harus diperketat, Pemerintah harus
terus mengawasi jalannya pendidikan dengan terus mengontrol jalannya sistem pendidikan.
Kemudian, harus ada jaminan keamanan yang pasti dalam setiap proses pembelajaran yang
terjadi baik di institusi pendidikan formal maupun nonformal.

Kemudian, Sanksi yang tegas

mulai dari penurunan nilai akreditasi, pencopotan pimpinan sekolah, hingga pencabutan izin
operasional lembaga pendidikan bila tetap membiarkan terjadinya perilaku kekerasan dan
tindak amoral di sekolah.
Sosialisasi

Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak kepada

siswa, orangtua, guru, kepala sekolah, dan birokrat pendidikan agar semua pihak tahu
bagaimana melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan terutama dalam dunia pendidikan
juga merupakan langkah dari penyelesaian masalah kekerasan ini.
Selain itu, peran serta masyarakat juga tentu sangat dibutuhkan dalam rangka
mencegah tindakan kekerasan dalam pendidikan. Mulai dari Keluarga yang merupakan lingkup
terkecil dalam sebuah struktur kemasyarakatan. Keluarga harus bisa mendidik anak-anak
mereka dengan kasih sayang tanpa kekerasan, karena secanggih apapun sistem pendidikan
suatu negara tidak akan berhasil jika akarnya bermasalah.

Pengantar Pendidikan & etika profesi guru

Lembaga Pendidikan yang menjadi tonggak utama juga harus bisa mendidik sikap anak,
bukan hanya kecerdasan intelektualnya saja melainkan mampu menanamkan nilai-nilai moral,
kedisiplinan, sopan santun, dan ketertiban sesuai dengan peraturan atau tata tertib yang
berlaku di sekolah masing-masing.
Dengan demikian, diharapkan siswa tumbuh menjadi peribadi yang sigap, mandiri, dan
disiplin. ketegasan sekolah dalam menerapkan peraturan dan sanksi kepada segenap warga
sekolah, termasuk di dalamnya guru, karyawan, dan siswa itu sendiri. Sehingga dengan
penegakan displin di semua unsur, tidak terdengar lagi seorang guru menghukum siswanya
dengan marah-marah atau menampa dan diharapkan tidak ada lagi siswa yang melakukan
tindakan kekerasan terhadap temannya.

Sebab, kalau terbukti melanggar, berarti siap

menerima sanksi.
Untuk siswa yang mengalami kekerasan segera sharing pada orangtua atau guru atau
orang yang dapat dipercaya mengenai kekerasan yang dialaminya sehingga siswa tersebut
segera mendapatkan pertolongan untuk pemulihan kondisi isik dan psikisnya.
Selanjutnya adalah Peran Masyarakat umum yang bersama-sama membuat gerakan
untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik. Salah satunya dengan berani melaporkan halhal yang berkaitan dengan kekerasan kepada pihak yang polisi dan KPAI, sehingga diharapkan
dengan cara tersebut pelaku menjadi jera dan tentunya salah satu masalah pendidikan di
Negara tercinta kita ini akan berkurang.

Pengantar Pendidikan & etika profesi guru

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa
hal, salah satunya adalah Kekerasan. Kekerasan tersebut dapat berupa kekerasan isik, psikis
hinga seksual. Kekerasan tersebut acap kali dilakukan oleh sesama siswa, bahkan guru
terhadap siswanya. Kekerasan yang dilakukan tentu menyisakan berbagai bekas bagi si korban
terutama bagi psikisnya. Sehingga untuk mencegah dan menghentikan tindakan kekerasan
tersebut, peran Pemerintah sebagai pemangku kekuasaan tertinggi dan masyarakat sangatlah
diperlukan guna melindungi wajah dunia pendidikan dari salah satu masalah pendidikan yakni
“kekerasan”.

Pengantar Pendidikan & etika profesi guru