PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMA KELAS X ME

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMA KELAS X
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DISERTAI ASESMEN TEMAN SEJAWAT
PADA POKOK BAHASAN DINAMIKA PARTIKEL
Hayatul Mu’awwanah, Mustika Wati, dan Sri Hartini.
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin,
hayatulmuawwanah@rocketmail.com
Abstrack: This research was motivated by the difference in the
speed of learning and passive students during learning. In
addition, at Muhammadiyah I Banjarmasin senior high school
has no modules used in Physics learning. This research aims to
produce viable Physics module with peer assesment used in
learning. As for the more spesific objectives of this research are
to: (1) describe the validity of the module, (2) describe the
practicality

of

the

module


based

student

questionnaire

responses, (3) describe the effectiveness of the module based
stedent cognitive result. This research uses research and
development methods with ADDIE model (anliyze, design,
develop, implement, evaluate). Products developed in the form
of module Physics with research subjects XA grade students of
Muhammadiyah I Banjarmasin senior high school. The research
show that: (1) the module validity is category as very valid, (2)
the module practicality based questionnaire responses is
category as practice, (3) the module effectiveness is effective. It
was conclused that Physics module for senior high school class

1


X

using

cooperative

learning

model

accompenied

peer

assesment on the subject of particle dynamic is viable used
in the learning.
Keyword: cooperative learning, module, peer assesment.
Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan
kecepatan belajar dan pasifnya siswa selama pembelajaran.
Selain itu, di SMA Muhammadiyah I Banjarmasin belum ada

modul yang digunakan dalam pembelajaran Fisika. Penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan modul Fisika disertai asesmen
teman sejawat yang layak digunakan dalam pembelajaran.
Adapun tujuan khusus dari

penelitian ini antara lain: (1)

mendeskripsikan

modul,

kevalidan

(2)

mendeskripsikan

kepraktisan modul berdasarkan angket respon siswa, (3)
mendeskripsikan keefektifan modul berdasarkan hasil belajar
kognitif siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

pengembangan

dengan

desain ADDIE

(analyze,

design,

develop, implement, dan evaluate). Produk yang dikembangkan
berupa modul Fisika dengan subjek penelitian siswa kelas X-A
SMA

Muhammadiyah

I

Banjarmasin.


Hasil

penelitian

menunjukkan: (1) kevalidan modul berkategori sangat valid, (2)
kepraktisan modul berdasarkan angket respon siswa berkategori
praktis, dan (3) keefektifan modul bernilai efektif. Disimpulkan
bahwa modul Fisika SMA kelas X menggunakan model
pembelajaran kooperatif disertai asesmen teman sejawat pada
pokok bahasan dinamika partikel layak digunakan dalam
pembelajaran.

2

Kata

kunci:

asesmen


teman

sejawat,

modul,

model

pembelajaran kooperatif
.

PENDAHULUAN
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 40 ayat (2)
menyebutkan bahwa pendidik dan kependidikan berkewajiban
menciptakan

suasana

pendidikan


yang

bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, mempunyai
komitmen

secara

profesional

untuk

meningkatkan

mutu

pendidikan, memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga,
profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang

diberikan

kepadanya.

Selanjutnya,

Peraturan

Pemerintah

Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan pasal 19 ayat (1) menyebutkan bahwa
proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara

interaktif,

inspiratif,

menyenangkan,


menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
Berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah
di atas, maka minat dan motivasi belajar siswa adalah hal yang
sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Minat belajar akan
mendorong siswa belajar dengan keinginannya sendiri, bukan
karena dipaksa. Jika siswa sudah mempunyai keinginan sendiri
untuk belajar, guru hanya perlu mengarahkan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Guru bertugas untuk memotivasi

3

siswa

dengan


berbagai

metode

yang

sesuai,

sehingga

menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Suasana
kelas yang menyenangkan akan meningkatkan minat belajar.
Kebanyakan kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak
sesuai

dengan

harapan


di

atas,

termasuk

di

SMA

Muhammadiyah I Banjarmasin. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan peneliti selama Praktik Pengalaman Lapangan 2 (PPL
2) di SMA Muhammadiyah I Banjarmasin, tampak bahwa mata
pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak
disukai oleh siswa terlebih lagi pada siswa kelas X. Hal ini
disebabkan karena mata pelajaran Fisika dianggap sebagai
mata pelajaran paling sulit dan membosankan. Selama ini setiap
mengikuti pembelajaran, siswa hanya mendapat ceramah dari
guru sehingga siswa kurang aktif selama pembelajaran. Sistem
penilaian berbasis kelas yang dilakukan oleh guru juga tidak
dapat membuat siswa menerima umpan balik dengan segera,
padahal umpat balik sangat penting untuk diterima secepatnya
oleh siswa agar siswa dapat mengetahui kekurangannya dalam
belajar. Oleh kerena itu diperlukan asesmen pendamping selain
asesmen dari guru.
Permasalahan lainnya adalah jumlah siswa yang padat
dalam satu kelas. Guru tidak dapat memberikan bantuan belajar
secara individual, sehingga banyak siswa yang tidak mampu
memahami materi yang disampaikan oleh guru tersebut karena
cara dan kecepatan belajar setiap siswa berbeda-beda. Hal ini
mengakibatkan

masih

rendahnya

hasil

belajar

siswa.

Berdasarkan data hasil ulangan harian siswa diperoleh bahwa
hasil belajar siswa masih rendah sehingga selalu diperlukan

4

remidial. Selain itu, menurut guru mata pelajaran Fisika di SMA
Muhammadiyah I Banjarmasin, selama ini belum ada modul
yang digunakan siswa untuk membantu belajar fisika. Siswa
hanya mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Oleh
karena itu, perlu dicari sistem pengajaran yang membuka
kemungkinan memberikan pengajaran bagi sejumlah besar
siswa dan dapat digunakan oleh siswa untuk belajar mandiri
sehingga

siswa

dapat

menyesuaikan

dengan

kecepatan

belajarnya, yaitu dengan pembelajaran yang didampingi oleh
buku ajar berupa modul.
Menurut Depdiknas (2008: 8), tujuan pembelajaran
menggunakan modul adalah untuk mengurangi keragaman
kecepatan belajar peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri.
Pelaksanaan pembelajaran modul lebih banyak melibatkan
peran peserta didik secara individual dibandingkan dengan tutor.
Tutor sebagai fasilitator kegiatan belajar, hanya membantu
peserta didik memahami tujuan pembelajaran, pengorganisasian
materi pembelajaran, melakukan evaluasi serta menyiapkan
dokumen.
Selanjutnya, untuk mengatasi masalah kurang aktifnya
siswa selama proses pembelajaran, perlu diterapkan model
pembelajaran yang mampu memotivasi siswa untuk lebih aktif
selama proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran
yang tepat untuk diterapkan adalah model pembelajaran
kooperatif. Menurut Johnson dkk (2012: 4), pembelajaran
kooperatif adalah proses belajar mengajar yang melibatkan
penggunaan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan
siswa untuk bekerja secara bersama-sama di dalamnya guna

5

memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran
satu sama lain. Idenya sederhana, setelah menerima pelajaran
dari guru, anggota kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil. Siswa kemudian mengerjakan tugas yang diberikan
sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dengan
baik materi tersebut dan menyelesaikan tugasnya.
Model asesmen pendamping yang diperlukan pada
pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem asesmen yang
dapat memantau keseluruhan proses dan aspek-aspek belajar.
Model asesmen yang digunakan hendaknya yang melibatkan
dan berpusat pada siswa dan memenuhi fungsi perbaikan dan
pemberdayaan siswa. Salah satu jenis penilaian yang berpusat
pada siswa adalah asesmen teman sejawat. Liu dan Yuan dalam
Utomo (2011) menyatakan bahwa diantara banyak metode
penilaian alternatif yang dikembangkan akhir-akhir ini adalah
peer assesment (asesmen teman sejawat). Asesmen teman
sejawat adalah suatu teknik asesmen yang melibatkan siswa
untuk mengevaluasi pekerjaan (kinerja) satu sama lain berkaitan
dengan proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dikuasainya, yang didasarkan atas kriteria obyektif yang telah
ditetapkan.

Jadi,

asesmen

teman

sejawat

cocok

untuk

diterapkan pada pembelajaran kooperatif, tetapi penerapan
asesmen

teman

sejawat

ini

bukan

dimaksudkan

untuk

menggantikan asesmen dari guru, tetapi sebagai penunjang
dalam pembelajaran kooperatif.
Khirzin dan Endryansyah (2014) melakukan penelitian
pengembangan

modul

pembelajaran

lemari

pendingin

menggunakan model pembelajaran kooperatif di SMK Negeri 5

6

Surabaya. Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas
yang menggunakan modul pembelajaran dengan hasil belajar
kelas yang tidak menggunakan modul pembelajaran. Dapat
dikemukakan

bahwa

kelas

yang

menggunakan

modul

pembelajaran (kelas eksperimen) memiliki hasil belajar dengan
nilai rata-rata 86,97 yang mana lebih baik daripada kelas yang
tidak menggunakan modul pembelajaran (kelas kontrol) dengan
nilai rata-rata 80,62.
Berdasarkan uraian di atas, modul siswa dapat
digunakan sebagai alternatif untuk membantu siswa dalam
belajar, karena modul dapat digunakan untuk belajar mandiri,
sehingga

siswa

kemampuan

dapat

belajarnya.

menyesuaikan
Kemudian,

dengan
model

cara

dan

pembelajaran

kooperatif dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi dan
minat siswa dalam belajar serta membuat siswa lebih aktif
selama kegiatan pembelajaran. Jenis penilaian yang sesuai
diterapkan dalam pembelajaran kooperatif adalah asesmen
teman sejawat. Dalam asesmen teman sejawat, hasil kerja
kelompok dinilai atau dievaluasi oleh kelompok lain, sehingga
selain dapat mengevaluasi hasil kerja temannya, secara tidak
langsung juga dapat mengevaluasi hasil kerjanya sendiri. Oleh
karena itu peneliti akan mengembangkan modul Fisika SMA
kelas X menggunakan model pembelajaran kooperatif disertai
asesmen teman sejawat pada pokok bahasan dinamika partikel.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk
membuat modul Fisika SMA kelas X menggunakan model
pembelajaran kooperatif disertai asesmen teman sejawat pada

7

pokok bahasan dinamika partikel. Adapun tujuan khusus dari
penelitian ini untuk mendeskripsikan kevalidan, kepraktisan, dan
keefektifan modul yang dikembangkan.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan
dimana produk yang dikembangkan adalah modul Fisika SMA
kelas X menggunakan model pembelajaran kooperatif disertai
asesmen

teman

sejawat.

Langkah-langkah

penelitian

pengembangan ini mengikuti langkah-langkah yang terdapat
dalam model ADDIE (analyze, design, develop, implement,
evaluate). Penelitian dilakukan sebanyak 4 pertemuan dengan
alokasi waktu 3 x 45 menit untuk tiap pertemuan. Rancangan
penelitian saat uji coba kelas menggunakan one group pretest
postest design, sebagaimana yang dinyatakan oleh Setyosari
(2013), mengadakan pretest sebelum dilakukan pembelajaran
menggunakan

modul,

kemudian

melakukan

kegiatan

pembelajaran dengan menerapkan modul yang dikembangkan,
setelah itu mengadakan posttest.
Subjek penelitian pengembangan ini adalah siswa kelas
X-A SMA Muhammadiyah I Banjarmasin tahun ajaran 2015/2016
dengan jumlah siswa 26 orang. Tempat penelitian adalah di SMA
Muhammadiyah I Banjarmasin beralamat di Jalan Let. Jend. S.
Parman No 221, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia.
Penyusunan rencana penelitian dimulai bulan September 2015
dan mengambil waktu penelitian pada semester ganjil tahun
2015/2016. Penyelesaian laporan akhir pada bulan Desember
2015.

8

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah
penilaian kelayakan modul yang dikembangkan. Data yang
diperoleh meliputi hasil validasi modul; data hasil angket respon
siswa; dan data tes hasil belajar siswa.

HASIL
Hasil Validasi Modul
Modul divalidasi oleh dua orang validator berdasarkan
materi dan media. Hasil validasi materi modul dapat dilihat pada
Tabel 1 yang terdiri atas aspek kualitas isi, organisasi,
kebahasaan, evaluasi, dan glosarium.
Tabel 1. Hasil validasi materi modul
Aspek Penilaian
Rata-rata
Kategori
Kualitas Isi
3,94
Sangat Baik
Organisasi
4
Sangat Baik
Kebahasaan
3,75
Sangat Baik
Evaluasi
3,25
Baik
Glosarium
4
Sangat Baik
Persentase Kevalidan
95,59 %
Sangat Valid
Reliabilitas
0,76
Derajat Reliabilitas Sedang

Tabel 1 menunjukkan hasil validasi materi modul memperoleh
persentase sebesar 95,59% dengan kategori sangat valid dan
koefisien reliabilitas 0,76 dengan derajat reliabilitas sedang.
Adapun hasil validasi media modul dapat dilihat pada Tabel 2
yang terdiri atas aspek konsistensi, format, daya tarik, bentuk
dan ukuran huruf, serta kebahasaan.
Tabel 2. Hasil validasi media modul
Aspek Penilaian
Rata-rata
Kategori
Konsistensi
3,67
Sangat Baik
Format
3,5
Sangat Baik
Daya Tarik
3,5
Sangat Baik
Bentuk dan Ukuran
3,8
Sangat Baik
Huruf
Kebahasaan
3
Baik

9

Persentase Kevalidan
Reliabilitas

89,42 %
0,62

Sangat Valid
Derajat Reliabilitas Sedang

Hasil validasi media modul memperoleh persentase validasi
sebesar 89,42% dengan kategori sangat valid dan koefisien
reliabilitas 0,62 dengan derajat reliabilitas sedang.
Hasil Validasi Angket Respon Siswa
Validasi angket respon siswa dilakukan oleh dua orang
validator untuk mengetahui kelayakan angket untuk digunakan
kepada siswa. Validasi angket respon siswa meliputi aspek
format instrumen, isi instrumen, konstruksi dan bahasa.
Tabel 3. Hasil validasi angket respon siswa
Aspek Penilaian
Rata-rata
Kategori
Format Instrumen
3,60
Sangat Baik
Isi Instrumen
3,80
Sangat Baik
Konstruksi
3,50
Sangat Baik
Bahasa
3,42
Sangat Baik
Persentase Kevalidan
89,47%
Sangat Valid
Reliabilitas
0,47
Derajat Reliabilitas Sedang

Hasil validasi modul memperoleh persentase validasi sebesar
89,47% dengan kategori sangat valid dan koefisien reliabilitas
0,47 dengan derajat reliabilitas sedang.
Hasil Simulasi Produk
Simulasi

atau

uji

coba

modul

dilakukan

untuk

mencobakan draft modul yang telah divalidasi kepada beberapa
orang. Simulasi dilakukan sebagaimana halnya kegiatan belajar
mengajar

di

kelas.

Peneliti

bertindak

sebagai

pengajar

melakukan pembelajaran dengan menggunakan modul yang

10

dikembangkan. Selain itu peneliti juga mengamati bagaimana
peserta simulasi meggunakan modul. Adapun pelaksanaan
pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran

pertemuan

pertama

yaitu

3

x

45

menit.

Berdasarkan hasil simulasi, didapatkan komentar dan saran dari
peserta simulasi terhadap modul dan kegiatan pembelajaran
yaitu untuk memperbaiki gambar yang disajikan dalam modul
agar lebih menarik lagi dengan tujuan agar modul dan kegiatan
belajar dapat diperbaiki.
Kepraktisan Modul
Kepraktisan modul diukur berdasarkan angket respon
siswa yang disebarkan setelah pembelajaran menggunakan
modul yang dikembangkan selesai. Responden terdiri atas 26
orang siswa kelas X-A SMA Muhammadiyah I Banjarmasin. Hasil
analisis angket respon siswa dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil analisis angket respon siswa

Aspek
Kemudahan Penggunaan
Manfaat
Efisiensi Waktu
Keseluruhan

Rerata Skor
3,80
3,86
4,04
3,90

Kategori
Baik
Baik
Baik
Baik

Secara keseluruhan hasil analisis angket respon siswa tergadap
modul yang dikembangkan berkategori baik.
Keefektifan Modul
Efektivitas modul yang dikembangkan dilihat dari tes
hasil belajar siswa. Tes hasil belajar (THB) merupakan alat untuk
mengukur hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan

11

pembelajaran Fisika menggunakan modul yang dikembangkan.
Tes terbagi dua yaitu pretest dan posttest. Tes hasil belajar
mengacu pada tujuan pembelajaran yang berbentuk soal essay
sebanyak 11 soal. Efektivitas modul yang diukur berdasarkan
hasil pretest dan posttest dihitung dengan menggunakan N-gain
secara keseluruhan, dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis hasil belajar siswa melalui pretest dan posttest
Jumlah hasil
Interval Nilai
Kategori
belajar
Persentase
siswa
Tinggi/Sangat
g > 0,7
3
11,54%
Efektif
0,3 ≤ g ≤ 0,7
Sedang/Efektif
22
84,62%
Rendah/Cukup
g