PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BER (1)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS
ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMAHAMAN SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI

PROPOSAL SKRIPSI

diajukan oleh :
Muhamad Ichsan Fauzi
0904051

Mengetahui,
Ketua Tim Skripsi Jurusan/Program Studi
Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

Drs. Heri Sutarno, M.T.
NIP. 195607141984031002

A. JUDUL
Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbasis Advance Organizer
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Siswa SMA Pada Mata

Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi.

B. LATAR BELAKANG MASALAH
Menurut J. Bruner (1996), setiap mata pelajaran dapat diajarkan
dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap
anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Penyampaian materi dari
setiap mata pelajaran sebaiknya disesuaikan dengan usia dan pola pikir
anak, dimulai dari materi yang sudah dipahami, hingga materi yang sulit
dipahami. Hal ini penting agar tidak membebani otak anak dengan materi
yang sulit dipahami pada usianya.
Proses belajar mengajar sendiri terjadi bila siswa dan guru bisa
berinteraksi dengan baik. Menurut Hindayati (2009), keberhasilan
pendidikan sebagian besar bergantung pada dua faktor, yaitu pengajar
(dalam hal ini guru) dan siswa. Ketika siswa dan guru bisa berinteraksi
dengan baik, maka akan tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pembelajaran di Indonesia identik dengan proses belajar mengajar yang
dilakukan siswa dengan bimbingan seorang guru yang ahli dalam
bidangnya di dalam kelas. Setiap harinya selama enam hari dalam satu
minggu siswa diharuskan mengikuti pembelajaran tersebut untuk
mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Kegiatan pembelajaran ini akan

terasa berat bagi siswa apabila guru yang mengajarkan mata pelajaran
yang berbeda menyampaikan pelajaran dengan cara yang sama, sehingga
siswa akan merasa bosan dengan model pembelajaran yang tidak berbeda
antar guru yang satu dengan yang lain. Sedangkan seharusnya guru dengan
kompetensi profesionalnya harus bisa menciptakan lingkungan yang
optimal baik secara fisik maupun mental, dengan cara menciptakan
suasana kelas yang nyaman, suasana hati yang gembira tanpa tekanan,

sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran(Isjoni,
2011).
Menurut PBB (2005) seperti yang dikutip Pustekkom, tantangan
pedidikan pada Abad 21 yaitu untuk membangun masyarakat yang
berpengetahuan yang memiliki keterampilan melek TIK dan media (ICT
and media literacy skills), keterampilan berpikir kritis (critical thinking
skills), keterampilan memecahkan masalah (problem solving skills),
keterampilan berkomunikasi efektif (effective communication skills); dan
keterampilan bekerjasama secara kolaboratif (collaborative skills).
Menurut Suyitno (dalam Sulistiyorini, 2007:16), pada umumnya
pembelajaran konvensional yang sering dilakukan oleh pendidik selama ini
memiliki banyak kelemahan antara lain sebagai berikut :

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:523) konvensional
artinya berdasarkan kebiasaan atau tradisional. Jadi, pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada
umumnya pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih
terpusat pada guru. Akibatnya terjadi praktik belajar pembelajaran yang
kurang optimal karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar
dan pembelajaran. Ausubel menyatakan bahwa faktor tunggal yang sangat
penting dalam proses belajar mengajar adalah apa yang telah diketahui
siswa berupa materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Apa yang telah
dipelajari siswa dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai titik tolak dalam
mengkomunikasikan informasi atau ide baru dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Yucel (2010),
“It is important for the teachers to have visions and take
responsibilities of some missions within this vision regardless from the
view supported. In order these missions to be reflected on the students, the
educational institutions should train teachers with this awareness. These
institutions are expected to train student teachers as active planners,

appliers and consumers of educational research and display a
performance that enables them to develop proactive personalities instead

of the reactive.”
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan alternatif solusi yang
tepat untuk mencari model pembelajaran yang tepat yang dapat
meningkatkan

kemampuan

pemahaman

siswa.

Dengan

model

pembelajaran yang tepat, permasalahan kurangnya pemahaman siswa
dalam kegiatan pembelajaran di kelas bisa diatasi. Salah satu model
pembelajaran tersebut adalah pembelajaran Advance Organizer. Porter
(2002) menyatakan Advance Organizer mencakup petunjuk tertentu dalam
upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang

kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Advance
Organizer meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai macam
materi pelajaran dan lebih berguna untuk mengajarkan isi pelajaran yang
telah mempunyai struktur kognitif relevan yang ada dalam diri siswa.
Dengan kata lain, seorang guru bisa memberikan pengalaman belajar yang
baru kepada siswa dengan menjelaskan struktur konsep dari suatu materi
pelajaran, yang dapat membantu siswa melihat “gambaran besar” dari apa
yang akan diajarkan dan bagaimana makna dari informasi yang terkait.
Seperti yang diutarakan Bruner (dalam Arends, 2008:265) bahwa
pengetahuan tentang rumah, “bukan soal mengetahui tentang sekumpulan
paku, genting, papan penyekat ruangan dan jendela”. Konsep utuh tentang
rumah itulah yang signifikan dan penting.
Media belajar merupakan sarana komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan bahan pelajaran. Peranan media dalam proses
pembelajaran termasuk media elektronik adalah: (1) lebih memotivasi
belajar; (2) lebih memperjelas dan mempermudah pemahaman
konsep; (3) mempertinggi daya serap atau retensi belajar.

Hasil penelitian Sri Lilestina Nasution (2010) mengungkapkan
bahwa dengan penerapan model pembelajaran Advance Organizer terdapat

perbedaan antara peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan
penalaran matematis siswa pada pembelajaran matematika, serta dengan
diterapkannya model Advance Organizer sikap siswa menjadi positif
terhadap pembelajaran dan aktivitas belajar siswa pun berjalan dengan
baik. Selain itu, Dita Rizki Amalia (2011) juga mengemukakan bahwa dari
penerapan model pembelajaran Advance Organizer diperoleh beberapa
temuan antara lain siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran karena mereka lebih paham dengan materi yang diajarkan,
intensitas partisipasi siswa dalam kelompok lebih baik, dan siswa menjadi
lebih serius ketika mengerjakan soal yang diberikan guru. Hasil belajar
siswa yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer pun
lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian berkaitan dengan penerapan model pembelajaran Advance
Organizer berbantuan multimedia pada mata pelajaran TIK dalam upaya
memberikan alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman
dan aktivitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran TIK.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan, maka

permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1.

Bagaimana menerapkan model pembelajaran Advance Organizer
berbantu multimedia kepada siswa SMA kelas X pada mata

2.

pelajaran TIK?
Bagaimana pengembangan multimedia pada penerapan model
pembelajaran Advance Organizer kepada siswa SMA kelas X pada
mata pelajaran TIK?

3.

Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Advance
Organizer dengan kemampuan pemahaman belajar siswa terhadap
mata

pelajaran


TIK

dibandingkan

dengan

siswa

yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional?

D. BATASAN MASALAH
Di dalam penerapan model pembelajaran Advance Organizer ini
diberikan pembatasan masalah sebagai berikut :
1.

Penelitian ini dilakukan pada penguasaan pokok bahasan Microsoft


2.

Access.
Penelitian ini hanya meneliti pengaruh pembelajaran Teknologi
Informasi

dan

pembelajaran

Komunikasi
Advance

dengan

Organizer

menggunakan
terhadap


model

kemampuan

pemahaman siswa.

E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Untuk mengetahui apakah ada peningkatan dari kemampuan
pemahaman siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran
Advance Organizer berbantu multimedia dibandingkan dengan
siswa

yang

belajar

menggunakan


model

pembelajaran

konvensional.
2.

Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Advance
Organizer terhadap kemampuan pemahaman siswa SMA pada mata
pelajaran TIK.

F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Bagi guru, model pembelajaran Advance Organizer dapat menjadi
salah satu alternatif pilihan pembelajaran yang sesuai untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

2.

Bagi siswa, model pembelajaran Advance Organizer dapat
memberikan suasana pelajaran TIK yang berbeda sehingga
membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajari serta
memotivasi siswa dalam belajar.

3.

Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang
penerapan

model

pembelajaran

Advance

Organizer

dalam

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pada mata
pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

G. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional dari penelitian ini adalah :
a.

Multimedia merupakan kombinasi dari paling sedikit dua media
input atau output sehingga menciptakan suatu persentasi yang
dinamis dan interaktif.

b.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas belajar
mengajar. (Soekamti, 1996: 78).

c.

Advance Organizer adalah salah satu model pembelajaran yang
merupakan suatu cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru
yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada

pembelajaran, yang artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur
konsep

tertentu

yang

membentuk

kerangka

dari

sistem

pemprosesan informasi yang dikembangkan dalam pengetahuan
itu. Menurut David Ausubel, model Advance Organizer merupakan
cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan
dengan pembelajaran yang sudah ada. Tujuan dari model
pembelajaran Advance Organizer ini adalah untuk memperkuat
struktur kognitif dan menambah daya ingat informasi baru.

H. HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
“Penerapan model pembelajaran Advance Organizer dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran TIK dibandingkan
pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.”
Dalam bentuk statistika :
a. Hipotesis nol (H0) : Tidak terdapat peningkatan pemahaman siswa
yang

menggunakan

model

pembelajaran

Advance

Organizer

dibandingkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.
b. Hipotesis kerja (H1) : Terdapat peningkatan pemahaman siswa yang
menggunakan model pembelajaran Advance Organizer dibandingkan
pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.

I. STUDI LITERATUR
1. Kemampuan Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata “paham” yang dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia artinya mengerti benar mengenai sesuatu hal.
Menurut Bloom (Yunus, 2009: 85), pemahaman didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.
Pemahaman merupakan suatu kemampuan siswa untuk mengerti apa
yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan
dapat memanfaatkan isinya. Pembelajaran itu sendiri tujuan utamanya

adalah agar siswa mampu memahami sesuatu melalui pengalaman
belajarnya. Pengembangan kemampuan pemahaman bertujuan agar
anak mampu mengolah perolehan belajarnya, sehingga didapat hasil
belajar yang maksimal.
2. Model Pembelajaran
Menurut Suparman (1997), model pembelajaran merupakan
perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi
pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan.
3. Model pembelajaran Advance Organizer
Model Advance Organizer organisator tertinggi yang bersifat utuh
dan komprehensif dari suatu materi yang ingin diajarkan, berupa
perangkat-perangkat dasar yang menjadi batang tubuh materi yang akan
dipresentasikan (Joyce, 2009: 289). Advance organizer mempunyai
tujuan memperkuat struktur kognitif dan menambah daya ingat informasi
baru. Sedangkan Ausubel menjelaskan Advance Organizer sebagai
pengantar materi yang dipresentasikan terlebih dahulu dan berada pada
tingkat

observasi

yang

tertinggi

sehingga

dapat

menjelaskan,

mengintegrasikan dan menghubungkan materi baru dengan materi yang
telah dimiliki sebelumnya dalam struktur kognitif siswa.
Model pembelajaran Advance Organizer menurut Ausubel
memiliki tiga fase yaitu presentasi Advance Organizer, Presentasi tugas
atau materi pembelajaran dan penguatan struktur kognitif. Setiap fase
terdiri dari beberapa aktivitas, yaitu :
1.

Presentasi Advance Organizer : (a). Mempelajari tujuan
pembelajaran, membangun perhatian siswa dan menuntut
mereka pada tujuan pembelajaran dimana keduanya merupakan
hal penting untuk membantu terciptanya belajar bermakna, (b).

Menyajikan konsep utama Organizer atau proposisi dari
disiplin ilmu atau kajian bidang studi harus dikonstrusikan
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menangkap gagasan
utama. Dalam menyajikan organizer ini, penyajiannya yaitu
pertama guru menyajikan kerangka konsep yang umum dan
menyeluruh terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan
penyajian informasi yang lebih spesifik. Gambaran konsep /
proposisi yang utama harus dikemukakan secara jelas dan hatihati sehingga siswa mau melakukan eksplorasi baik berupa
tanggapan

maupun

mengajukan

contoh-contoh.

(c).

Menghubungkan Organizer dengan pengetahuan awal siswa.
Menumbuhkan kesadaran siswa tentang pengetahuan dan
pengalaman
berhubungan
2.

siswa
dengan

dalam

kehidupan

penyajian

sehari-hari

organizer

agar

yang
siswa

membangun struktur kognitifnya.
Penyajian tugas atau materi pembelajaran : (a). Membuat
organisasi dari materi baru secara eksplisit. Siswa melakukan
eksperimen yang berhubungan dengan materi baru agar siswa
menemukan sendiri konsep baru kemudian dihubungkan
dengan struktur kognitif siswa sehingga tejadi diskusi antara
kelompoknya dan teman-teman sekelasnya, (b). Membuat
pesan logis dari materi yang dipelajari secara eksplisit siswa
dapat menguraikan masalah pokok menjadi bagian-bagian yang
lebih rinci dan khusus, (c). Menyajikan materi dan melibatkan
siswa dalam aktifitas belajar bermakna. Siswa mampu
menghubungkan pengalaman/ide siswa dengan pengetahuan
baru agar pembelajaran lebih bermakna. Fase kedua ini dapat
dikembangkan dalam bentuk diskusi, ekspository, siswa dapat
memperhatikan gambar-gambar, melakukan percobaan atau
membaca teks yang masing-masing diarahkan pada tujuan
pengajaran yang di tunjukkan pada langkah pertama.

3.

Penguatan susunan kognitif : (a). Menghubungkan informasi
baru sebagai Advance Organizer. Siswa menggambarkan materi
baru dengan menghubungkannya melalui salah satu aspek
pengetahuan yang telah dimilikinya sebelumnya (b). Belajar
aktif. Siswa menceritakan kembali pengetahuan yang telah
didapatnya

dengan

menggunakan

referensi.

Dampak

pembelajaran melalui model Advance Organizer mengacu pada
dua hal yakni dampak langsung dan dampak nurturant. Dampak
langsung

adalah

terbentuknya

struktur

konseptual

dan

terjadinya asimilasi bermakna dari informasi atau gagasan baru.
Sedangkan dampak nurturant berupa kebiasaan untuk berfikir
tepat dan munculnya perhatian terhadap kebiasaan inquiri.

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Advance Organizer
Adapun kelebihan dari model Advance Organizer adalah sebagai
berikut :
a.

Proses pembelajaran tersusun lebih rapi karena penyampaian materi
menggunakan peta konsep.

b.

Karena mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya, model ini juga memantu mempertajam daya ingat siswa.

c.

Para siswa dirangsang supaya lebih cepat memahami materi pelajaran dengan diberikannya peta konsep pelajaran tersebut.
Sedangkan kelemahan dari model Advance Organizer adalah sebagai

berikut :

a.

Memerlukan kesiapan dan persiapan yang matang serta

b.

memerlukan waktu yang cukup panjang dalam pelaksanaannya.
Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, tanpa
hal ini proses pembelajaran kurang efektif.

4. Multimedia

Multimedia berasal dari kata multi dan medium. Kata multi dalam
bahasa Latin berarti banyak, bermacam-macam. Sedangkan kata medium
dalam bahasa Latin memiliki arti sesuatu yang dipakai untuk
menyampaikan atau membawa sesuatu bisa disebut juga perantara.
Berikut beberapa pengertian multimedia menurut para ahli :
a. Kombinasi dari tiga elemen: suara, gambar, dan teks (McComick,
1996).
b. Alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif
yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, dan video
(Robin dan Linda, 2001).
c. Kombinasi dari sedikitnya dua media input atau output. Media ini
dapat berupa audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik, dan
gambar (Turban, dkk, 2002).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa multimedia merupakan sebuah alat atau media yang merupakan
kominasi dari teks, grafik, animasi, audi dan video yang digunakan
sebagai alat penyampai pesan atau persentasi.

J. METODE PENELITIAN
1.

Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang dipilih adalah penelitian kuasi
eksperimen, karena bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat
yang terjadi melalui pemanipulasian variabel bebas serta melihat
perubahan yang diakibatkannya. Pada penelitian ini peneliti ingin
melihat pengaruh penerapan model pembelajaran Advance Organizer,
sebagai variabel bebas terhadap peningkatan kemampuan pemahaman,
sebagai variabel terikat.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
kelompok kontrol non-ekivalen (non equivalent control group design).
Pada desain eksperimen ini tidak terjadi pengelompokkan subjek
secara acak, adanya pretes, perlakuan yang berbeda dan adanya
posttes. Dalam penelitian ini, kelompok yang satu memperoleh
perlakuan biasa sedangkan kelompok yang satunya lagi memperoleh
perlakuan X, dengan gambar pola desain penelitiannya adalah sebagai
berikut (Ruseffendi, 2005: 52) :
A:

O1

A:

O1

X

O2
O2

Keterangan:
A = Pengelompokan sampel secara acak kelas.
O1 = Pretes berupa tes kemampuan pemahaman.
O2 = Posttes berupa tes kemampuan pemahaman.
X = Perlakuan dengan menggunakan model Advance Organizer.
Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan dua kelas, satu
kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas
kontrol. Kedua kelas dipilih secara acak (random). Kelas pertama
merupakan kelas eksperimen, yaitu kelas yang mendapatkan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance
Organizer dan kelas kedua merupakan kelas kontrol, yaitu kelas yang
mendapatkan pembelajaran menggunakan Model konvensional.
Adanya kelas kontrol ini adalah sebagai pembanding, sejauh manakah
terjadi perubahan akibat perlakuan terhadap kelas eksperimen.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
a.

Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah
Menengah Atas (SMA) kelas X.
b.

Sampel
Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah siswa kelas
X-A dan kelas X-B pada Sekolah Menengah Atas C.

c.

Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan sampel purposive.

3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
a.

Menggunakan instrumen tes prestasi berupa pretest-posttest untuk
mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dia-

b.

jarkan.
Observasi partisipatif, dimana peneliti terlibat secara langsung

c.

dalam proses yang sedang diamati.
Angket, untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Advance Organizer.

4. Instrumen
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas
instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan
pemahaman, sedangkan instrumen non tes berupa angket sikap siswa yang
berbentuk skala sikap dan lembar observasi.
No
.

Instrumen

1.

2.

Jenis Data

Sumber Data

Keterangan

Tes tertulis (untuk Pemahaman
pretest
dan
posttest)

Siswa

Diberikan
sebelum dan
sesudah proses
pembelajaran

Lembar observasi

Siswa

Dilakukan saat
pembelajaran

Kegiatan
pembelajara

3.

Lembar angket

n

berlangsung

Tanggapan
Siswa
atas proses
pembelajara
n

Diberikan saat
pembelajaran
selesai

1. Instrumen Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Instrumen tes ini digunakan pada saat pretes dan posttes dengan
karakteristik setiap soal pada masing-masing tes adalah sama, baik di kelas
eksperimen maupun di kelas kontrol.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat, instrumen
penelitian yang digunakan juga tentu harus memenuhi beberapa kriteria,
yaitu validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda soal, dan indeks
kesukaran soal.


Validitas butir soal
Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat
tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh
karena itu keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat
evaluasi itu dapat melaksanakan fungsinya (Suherman, 2003:102).
Untuk mengetahui tingkat (indeks) validitas suatu tes (dalam hal
ini validitas tiap butir soal) dapat dihitung koefisien korelasi antara
alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain
yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas
yang tinggi. Cara mencari koefisien validitas tiap butir soaldapat
digunakan rumus korelasi produk-moment memakai angka kasar
(Suherman, 2003:120) sebagai berikut:

r xy =

N ( Σ XY )−( ΣX )(ΣY )

√( NΣX −( ΣX ) )( NΣY −( ΣY ) )
2

2

2

2

Keterangan:
r xy : koefisien validitas
N : Jumlah subjek
X : Skor tiap butir soal
Y : Skor total butir soal
Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan ke
dalam klasifikasi koefisien korelasi menurut Guilford (Suherman,
2003:112). Dalam hal ini nilai

r xy

diartikan sebagai koefisien validitas.

interpretasi validitas soal seperti pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1
Klasifikasi Interpretasi Validitas
Koefisien Korelasi

Interpretasi

0,90 ≤r xy ≤1,00

Validitas sangat tinggi

0,70 ≤r xy