PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONO (2)

PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Perekonomian Indonesia

Disusun Oleh:
1. Efie Octafiani
2. Roslani Eka Murniati
3. Yosua Gleen Nelsen

1125111029
1125111052
1125111347

PRODI : S1 AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

DAFTAR ISI
1

Halaman Judul............................................................................................................


1

Daftar Isi.....................................................................................................................

2

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi.....................................................

3

B. Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi.........................................................

10

C. Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia..............................

12

D. Struktur Ekonomi..............................................................................................


15

E. Perubahan Struktur Ekonomi............................................................................

21

F. Kesimpulan .......................................................................................................

27

Daftar Pustaka............................................................................................................

28

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi

2

Kesejahteraan masyarakat dari aspek ekonomi dapat diukur dengan tingkat pendapatan
nasional per kapita. Untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional, maka pertumbuhan

ekonomi menjadi salah satu target yang sangat penting yang harus dicapai dalam proses
pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada awal pembangunan
ekonomi suatu Negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah
pertumbuhan. Untuk Negara-negara seperti Indonesia yang jumlah penduduknya sangat besar
dan tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi ditambah kenyataan bahwa penduduk
Indonesia di bawah garis kemiskinan juga besar, maka pertumbuhan ekonomi menjadi sangat
penting dan lajunya harus jauh lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk
agar peningkatan pendapatan masyarakat per kapita dapat tercapai.
Pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan tingkat kemiskinan dengan menciptakan
lapangan kerja dan pertumbuhan jumlah pekerja yang cepat dan merata. Pertumbuhan ekonomi
juga harus disertai dengan program pembangunan sosial .
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
per kapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi
penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth);
pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan
ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Dalam GBHN, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Indikator untuk mengukur kesejahteraan adalah National Income.

Pertumbuhan
PDB

Peningkatan
National
Income

Peningkatan
Kesejahteraan
rakyat

Awal pembangunan ekonomi suatu Negara dengan prioritas:
a) Pertumbuhan ekonomi
b) Distribusi pendapatan

3

Proses pembangunan ekonomi merubah struktur ekonomi secara mendasar:
a) Sisi permintaan agregat, pendalaman struktur ekonomi didorong oleh peningkatan national
income yang berpengaruh terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola

konsumsinya.
b) Sisi penawaran agregat, faktor pendorong utamanya adalah perubahan teknologi, peningkatan
SDM, dan penemuan material baru untuk produksi.
A. Pertumbuhan Ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan penambahan GDP, sehingga terjadi peningkatan
national income.

Peningkata
n Jumlah
Penduduk

Peningkata
n National
Income

Peningkata
n
Kebutuhan
Sehari-hari


National income dapat merujuk pada GDP, GNP atau NNP (Net national Product)
GNP = GDP + F, dimana F = pendapatan neto atas faktor luar negeri
NNP = GNP – D, dimana D = depresiasi
NP = NNP – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak langsung neto.
GDP = NP + Ttl + D – F
NP = GDP + F – D- Ttl

Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris
yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam
4

perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan
biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli
ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satusatunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai
pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP),
yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan
diukur menurut harga pasar pada suatu negara.
Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional
Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah nilai produk berupa

barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara
(domestik) selama satu tahun.Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang
dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang
bersangkutan.Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan
penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara
Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa
barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun;
termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar
negeri,
tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara
tersebut.
Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung
menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi.
Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak
5

tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak

penjualan, pajak hadiah, dll.
Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima
oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan
kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer
payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa
produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh
pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga
utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI
harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada
pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk
beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran
yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk
dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap
untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan
yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI)
dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak
dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak,

contohnya pajak pendapatan.
Jasa perbankan turut mempengaruhi besarnya pendapatan nasional

Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:

6

 Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga,
dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode
tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
 Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu
negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu.
Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan
bahan mentah atau barang setengah jadi).
 Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk
membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu.
Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang
dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption),
pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor
dikurangi impor (X-M)

Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan ekonomi PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB riil tahun
kemarin
Contoh soal :
PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007 adalah =
Rp. 420 triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 jika
diasumsikan harga tahun dasarnya berada pada tahun 2007 ?
jawab :
g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%
Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk
mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara
selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat lain,
diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional. Data pendapatan
nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian,
7

atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa
Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura
termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya.

Di samping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan
besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor
pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya.Data tersebut juga
digunakan

untuk

membandingkan

kemajuan

perekonomian

dari

waktu

ke

waktu,

membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan
kebijakan pemerintah.
Pendekatan pengukuran GDP:
a) Pendekatan sisi penawaran agregat yang mencakup:
 Pendekatan produksi. PDB=jumlah nilai output (NO) dari semua sektor ekonomi atau
lapangan usaha
BPS membagi ekonomi nasional dalam sektor:
a)

Pertanian

b)

Pertambangan dan penggalian

c)

Industri manufaktur

d)

Listrik, gas, dan air bersih

e)

Bangunan

f)

Perdagangan, hotel dan restoran

g)

Pengangkutan dan komunikasi

h)

Keuangan, sewa dan jasa perusahaan

i)

Jasa-jasa

PDB =
 Pendekatan pendapatan. PDB=jumlah pendapatan yang diterima FP untuk proses produksi
disetiap sektor yg mencakup gaji untuk TK, bunga untuk pemilik modal, sewa untuk
pemiik tanah, profit untuk pengusaha sebelum dipotong pajak dan mencakup penyusutan.
PDB = NTB1 + NTB2 + … + NTB9, dimana NTB= nilai tambah bruto 9 sektor
8

b) Pendekatan sisi permintaan agregat yakni pendekatan pengeluaran
PDB=C + I + G + X – M
Sumber pertumbuhan:
a) Permintaan agregat
P

AD0

AS0

AD1

P
P
Y

Y0 Y1

Kurva AD bergeser ke kanan berarti peningkatan permintaan C, I, G (X-M).
PDB=C + I + G + X - M
C = cY + Ca
I = -ir + Ia
G = Ga, Pengeluaran pemerintah berifat otonom, besar kecilnya tidak ditentukan oleh faktor
dalam model, tapi oleh faktor lain spt politik.
X = Xa, pertumbuhan ekspor ditentukan oleh faktor eksternal
M = mY +Ma
b) Penawaran agregat.

P

AD0

AS0

AS1

P
P
9

Y0

Y1

Y

Pertumbuhan output disebabkan oleh peningkatan volume FP (Tenaga kerja, Kapital, Tanah)
sebagai akibat dari peningkatan produktivitas.
Q = f (X1, X2, .. Xn), dimana X = FP
B. Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi
a) Teori dan model pertumbuhan Neoklasik.
Memfokuskan pada efek akumulasi K dan penambahan TK.
Semakin meningkat jumlah FP (TK dan Kapital) pada tingkat produktivitas tidak berubah,
maka semakin meningkat pertumbuhan output. Persentase pertumbuhan output dapat:
 Lebih besar daripada persentase pertumbuhan jumlah FP (increasing return to scale)
 Sama dengan persentase pertumbuhan jumlah FP (constant return to scale)
 Lebih kecil dari persentase pertumbuhan jumlah FP (decreasing return to scale)
Asumsi: teknologi, ilmu pengetahuan, dan peningkatan kualitas input tidak diperhatikan
(dianggap konstan)
Teori ini tidak berlaku untuk Jepang, Korea Selatan dan lain-lain yang memiliki SDA sedikit
dapat menunjukkan laju pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan output mereka sebagai
akibat dari produktivitas yang semakin meningkat.
Nafziger (1997) menyatakan bahwa Taiwan, Hongkong, Korea Selatan dan Singapura
menunjukkan K per TK terhadap pertumbuhan eonomi mencapai 50% - 90% dan peran
teknologi sebesar 10% - 50%.
b) Teori modern (model pertumbuhan Endogen)
Teori moderan menyatakan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi:
10

 FP yang mencakup TK, K, T, kewirausahaan, BB dan material,
 Faktor lain yang mencakup infrastruktur, hukum dan peraturan, stabilitas politik,
kebijakan pemerintah, birokrasi, dan dasar tukar internasional.
Ketiadaan/rendahnya FP dan faktor lain tersebut menyebabkan pembangunan ekonomi di
negara-negara di afrika terhenti
Teori Neoklasik
Kuantitas faktor

produksi

L

dan

Teori Moderen
K FP yang berpengaruh:

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

 Kualitas TK dalam bentuk pendidikan dan
kesehatan (tingkat harapan hidup). TK
menjadi

variable

endogen

mengikuti

perkembangan IPTEK.
 Kualitas T dalam bentuk

kemajuan

teknologi. T menjadi variable endogen
yang dinamis.
 Kualitas kewirausahaan dalam bentuk
kemampuan berinovasi

Grafik 1.1

11

Laju pertumbuhan PDB Indonesia sampai pada tahun 2012 meningkat sebesar 6,23% terhadap
tahun 2011 dan terjadi pada semua sektor. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia sudah cukup baik berdasarkan angak penyumbang PDBnya.
Kualitas IPTEK dan SDM berpengaruh terhadap produktivitas untuk memproduksi dan akhirnya
bermuara pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan kualitas SDM dan Kemajuan IPTEK di Indonesia telah mendorong pertumbuhan
ekonomi selama 30 tahun.
C. Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi,
namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor
ekonomi dan faktor non ekonomi.

12

Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian
atau kewirausahaan.
Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah,
keadaan iklim/cuaca, hasil

hutan, tambang,

dan hasil

laut,

sangat

mempengaruhi

pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi.
Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam,
menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui
jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk
memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar
produktivitas yang ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah
tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan.
Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan
kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas.
Faktor

nonekonomi

mencakup

kondisi sosial

kultur yang

ada

di

masyarakat,

keadaan politik, kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.
Faktor penentu pertumbuhan ekonomi:
a) Faktor internal yang mencakup factor ekonomi dan non ekonomi (politik, social dan
keamanan).
Faktor ekonomi mencakup: pengendalian terhadap inflasi, cadangan devisa, rasio hutang Ln
terhadap PDB, dan kondisi perbankan, serta kesiapan dunia usaha.
b) Faktor eksternal adalah faktor-faktor ekonomi yang mencakup perdagangan internasional dan
= tahun tertentu
Metode Perhitungan Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari:
13

a. Nilai absolute
b. Nilai relative (persentase)
Pertumbuhan dalam % dihitung:
∆GDPt = [GDPt – GDPt-1]/GDP t-1
Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun selama tahun tertentu digunakan rumus:

r=[

x 100% atau dengan faktor penggabungan

tn = t0 (1+r)n-1, dimana r=laju pertumbuhan GDP rata-rata pertahun
n=jumlah tahun
tn =tahun terakhir
t0=tahun awal
(1+r)n-1 = factor penggabungan

Pertumbuhan ekonomi dengan nilai absolute dapat dinyatakan dalam:
a. Nilai nominal berdasarkan harga berlaku: kenaikan harga turut dihiitung termasuk inflasi
GDPHB(t) = [GDPHK(t) x IHKt]/100
b. Nilai rill berdasarkan harga konstan: nilai produk dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar
GDPHK(t) = [100/IHKt]XGDPHB(t)
Dimana
HKt= harga konstan
HBt= harga berlaku
IHKt= Indeks harga konsumen
100=IHK tahun dasar
14

D. Struktur perekonomian
Struktur Ekonomi Indonesia adalah besar share lapangan usaha terhadap total PDRB baik
atas dasar harga yang berlaku maupun harga konstan. Dengan mengetahui struktur
perekonomian, maka kita dapat menilai konsentrasi lapangan usaha yang sangat dominan pada
suatu daerah. Biasanya terdapat hubungan antara lapangan usaha dan penduduk suatu daerah.
Menurut Teori Lewis, perekonomian suatu daerah harus mengalami transformasi struktural dari
tradisional ke industri, yang ditunjukkan dengan semakin besarnya kontribusi sektor non
pertanian dari waktu ke waktu terhadap total PDRB.
Dalam kaitannya dengan transformasi struktural, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian
adalah :
1. Kenaikan riil share pada sektor primer dapat saja dipahami apabila diikuti dengan
peningkatan produktvitas yang ikut membawa dampak positif pada upah rata-rata,
khususnya di sektor pertanian.
2. Perlu diupayakan peningkatan nilai tambah pada sektor sekunder, yakni industri
pengolahan, khususnya industri skala kecil dan menengah yang dibangun dengan basis
pertanian. Hal ini mengandung arti bahwa industri yang hendak dikembangkan harus
dapat mendorong dan menyerap hasil dari sektor pertanian.
3. Berkenaan dengan sektor tersier, hendaknya pengembangan sektor perdagangan harus
terus dikembangkan dalam rangka memperluas pasar pada sektor primer dan sekunder,
termasuk perdagangan yang bersifat ekspor (keluar daerah dan ke luar negeri).
Sementara perkembangan sektor hotel, restoran harus dipadukan dengan pembangunan
pariwisata guna menumbuhkan sektor tersebut dan industri pendukung wisata lainnya,
seperti: transportasi, komunikasi, souvenier dan jasa hiburan. Di samping itu,
pengembangan sub sektor tersier yang produktif harus terus ditingkatkan, misalnya
melalui pembangunan pariwisata yang lebih intensif, transformasi dan revitalisasi sektor
informal menjadi sektor formal yang lebih menekankan skill dan pengetahuan.
Struktur ekonomi sebuah negara dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan. Dalam hal ini,
struktur ekonomi dapat dilihat setidak-tidaknya berdasarkan empat macam sudut tinjauan yaitu:
1. Tinjauan makro-sektoral
2. Tinjauan keruangan
15

3. Tinjauan penyelenggara kenegaraan
4. Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan
Dua yang disebut pertama merupakan tinjauan ekonomi murni, sedangkan dua yang
disebut kemudian merupakan tinjauan politik.
Berdasarkan tinjauan makro-sektoral sebuah perekonomian dapat berstruktur, misalnya
agraris (agricultural), industrial (industrial), atau niaga (commercial); tergantung pada sektor
produksi apa/mana yang menjadi

tulang punggung perekonomian yang besangkutan.

Berdasarkan tinjauan keruangan (spasial), suatu perekonomian dapat dinyatakan berstruktur
kedesaan/tradisional dan berstruktur kekotaan/modern. Hal itu bergantung pada apakah wilayah
perdesaan dengan teknologinya yang tradisional yang mewarnai kehidupan perekonomian itu,
ataukah wilayah perkotaan dengan teknologinya yang sudah relatif modern yang mewarnainya.
Orang dapat pula melihatnya dengan tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, menjadi
perekonomian yang berstruktur etatis, egaliter, atau borjuis. Predikat struktur ini tergantung pada
siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeran utama dalam perekonomian yang bersangkutan,
apakah pemerintah/negara, ataukah rakyat kebanyakan, ataukah kalangan pemodal+usahawan
(kapitalis). Bisa pula struktur ekonomi dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan
keputusannya. Dengan sudut tinjauan ini, dapat dibedakan antara struktur ekonomi yang sentralis
dan yang desentralis.

Tinjauan Makro-Sektoral
16

Tabel 1.1

17

Dilihat secara makro-sektoral [berdasarkan kontribusi sektor-sektor produksi(lapangan
usaha) dalam membentuk produk domestik bruto] perekonomian Indonesia - yang hingga tahun
2012 sudah berstruktur industrial.Berdasarkan data laju pertumbuhan dan distribusi PDB Tahun
2008-2012 menurut BPS telah menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya menyumbang
14,44% terhadap PDB sehingga Indonesia tidak bisa lagi dikatakan negara agraris. Hal penting
yang patut dicatat ialah bahwa penurunan peran sektor pertanian bukanlah cerminan kemunduran
absolut sektor itu. Sektor pertanian hanya menurun secara relatif.
Keindustrian struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya belum sejati, masih sangat dini.
Keindustriannya barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk produk domestik
bruto atau pendapatan nasional. Keindustrian yang ada belum didukung dengan kontribusi
sektoral dalam menyerap tenaga atau angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam
menyumbang pendapatan dan dalam menyerap pekerja ini dihadapkan atau diperbandingkan,
maka struktur ekonomi Indonesia secara makro-sektoral ternyata masih dualistis. Mengapa?
Karena dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian hingga saat ini masih merupakan
sektor utama sumber kehidupan rakyat.
Sampai dengan tahun 2012 bulan februari , sebagian besar rakyat Indonesia (39,96 dari
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja) masih menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian (lihat Tabel 1.2). Sementara sektor industri pengolahan hanya menyerap 14,78% tenaga
kerja. Fakta ini agaknya membenarkan kembali tesis Boeke, seorang ekonom Belanda, yang
pernah menyatakan bahwa perekonomian Indonesia berstruktur dualistis. Hanya saja, dualisme
yang berlangsung sekarang tidak sepenuhnya identik dengan dualisme yang dulu
dikemukakannya.
Jadi, ditinjau secara makro-sektoral struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya masih
dualistis. Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sektor pertanian.
Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut masih agraris akan tetapi, penyumbang utama
pendapatan nasional adalah sektor industri pengolahan. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut
sudah industrial. Semua itu berarti bahwa secara makro-sektoral ekonomi Indonesia baru
bergeser dari struktur yang agraris ke struktur yang industrial.
18

Tinjauan Lain
Pergeseran struktur ekonomi secara makro-sektoral ini senada dengan pergeserannya
secara spasial. Ditilik dengan kacamata spasial, perekonomian telah bergeser dari semula
berstruktur kedesaan/tradisional menjadi kini berstruktur kekotaan/modern. Hal ini bukan saja
dapat dilihat, akan tetapi juga dapat dirasakan sehari-hari. Kemajuan perekonomian di kota-kota
jauh lebih pesat daripada di desa-desa. Porsi penduduk yang tinggal di kawasan perdesaan
menjadi lebih sedikit bukan semata-mata karena urbanisasi, tetapi juga karena mekar dan
berkembangnya kota-kota. Kehidupan sehari-hari yang semakin modern tercermin tidak saja dari
perilaku konsumsi masyarakat, tapi juga dari teknologi produksi yang diterapkan oleh
perusahaan-perusahaan .
Dilihat dengan kacamata politik, sejak awal orde baru hingga pertengahan dasawarsa
1980-an perekonomiaan Indonesia berstruktur etatis. Pemerintah atau negara, dengan BUMNBUMN dan BUMD- BUMD sebagai kepanjangan tangannya, merupakan pelaku utama ekonomi.
Baru mulai pertengahan dasawarsa kemarin peran pemerintah dalam perekonomian berangsurangsur berkurang, sesudah pemerintah secara eksplisit-melalui GBHN 1983/ Pelita IVmengundang kalangan swasta untuk berperan lebih besar dalam perekonomian nasional.
Arahnya, untuk sementara ini, adalah ke perenomian yang berstruktur borjuis, belum mengarah
ke struktur perekonomian yang egaliter, karena baru kalangan pemodal dan usahawanlah yang
dapat cepat menanggapi “undangan” pemerintah tersebut.
Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya, beralasan untuk mengatakan
bahwa struktur perekonomian Indonesia selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama
sentralistis. Pembuatan keputusan (decision making) lebih banyak ditetapkan oleh pemerintah
pusat atau kalangan atas pemerintahan. Pemerintah daerah atau kalangan bawah pemerintahan,
apalagi rakyat dan mereka yang tidak memiliki acces ke pemerintahan, lebih cenderung menjadi
pelaksana atau (dalam hal perencanaan) sekadar sebagai “pendengar “. Mengapa struktur
birokrasi pengambilan keputusan yang sentralistis ini terpelihara rapi, alasannya adalah karena
budaya atau kultur masyarakat Indonesia yang paternalistik.

19

Struktur ekonomi yang etatis dan sentralistis, berkaitan erat. Argumentasi yang sering
dijadikan legilitimasinya adalah karena sebagai sebuah negara berkembang, kita baru memulai
proses panjang perjalanan pembangunan. Dalam kondisi seperti itu, diperlukan peran sekaligus
dukungan pemerintah sebagai agen pembangunan, sehingga menjadikannya etatis, sekaligus
dibutuhkan pemerintah pusat yang kuat, sehingga menjadikannya sentralistis. Namun demikian
patut dicatat, sejak awal era pembangunan jangka panjang tahap kedua struktur ekonomi yang
etatis dan sentralistis ini mulai berkurang kadarnya. Keinginan untuk desentralisasi dan
demokratisasi ekonomi kian besar akhir- akhir ini.
Sementara itu, pembangunan ekonomi yang memang sengaja diarahkan ke industrialisasi
tentu saja mengurangi kadar agraritas struktur perekonomian. Ini memang tak perlu disesalkan,
karena perekonomian yang industrial sudah menjadi konsensus nasional. Hal yang barangkali
agak disayangkan ialah belum semua lapisan dan golongan masyarakat kita siap menghadapinya.
Akibatnya, tatkala pemerintah mengajak masyarakat luas untuk bermitra dalam pembangunan,
hanya kaum pemodal dan pengusaha yang bisa berperan serta aktif. Sebagian besar rakyat
terpaksa harus puas menjadi “supporter”. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika kini
perekonomian kita, dilihat dengan kacamata politik, cenderung berstruktur borjuis.
Struktur ekonomi yang tengah kita hadapi saat ini sesungguhnya merupakan suatu
struktur yang transisional. Kita sedang beralih dari struktur yang agraris ke industrial; dari
struktur yang etatis ke borjuis; dari struktur yang kedesaan/tradisional ke kotaan/modern;
sementara dalam hal birokrasi dan pengambilan keputusan mulai desentralistis.
E. Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi jangka panjang (PDB/PN) merubah struktur ekonomi dari
pertanian menuju industri (sektor non primer) terutama industri manufaktur dengan increasing
return to scale.
Semakin cepat pertumbuhan ekonomi, semakin meningkat pendapatan perkapita,
semakin cepat perubahan struktur ekonomi.
Perubahan struktur ekonomi/transformasi struktural merupakan serangkaian perubahan
yang saling terkait satu dengan lainnya dalam agregate demand, perdagangan LN, dan aggregate
supply untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

20

Teori perubahan struktur ekonomi:
a. Teori Arthur Lewis (Teori migrasi)
Teori ini membahas pembangunan di pedesaan (perekonomian tradisional dengan
pertanian sebagai sektor utama) dan perkotaaan (perekonomian modern dengan industri
sebagai sektor utama).
Di pedesaan tingkat pertumbuhan penduduk sangat tinggi, sehingga kelebihan supply TK
dan tingkat hidup yang subsistence, sehingga produk marjinalnya sama dengan nol
dengan upah yang rendah. Produk marjinal = 0 berarti fungsi produksi sektor pertanian
telah optimal.
Jika jumlah TK > dari titik optimal, maka produktivitas menurun dan upah menurun.
Dengan mengurangi jumlah TK yang terlalu banyak dibandingkan tanah dan kapital tidak
merubah jumlah outputnya.
Diperkotaan, sektor industri kekurangan TK, sehingga produktivitas TK menjadi tinggi
dan nilai produk marjinalnya positif yang menunjukkan fungsi produksinya belum
mencapai titik optimal, sehingga upahnya juga tinggi.
Perbedaan upah ini menyebabkan migrasi/urbanisasi TK dari desa ke kota, sehingga upah
TK meningkat dan akhirnya pendapatan Negara meningkat.
Pendapatan yang meningkat meningkatkan permintaan makanan (output meningkat) dan
dalam jangka panjang perekonomian pedesaan tumbuh dan permintaan produk industri
dan jasa meningkat yang menjadi motor utama pertumbuhan output dan diversifikasi
produk non pertanian.
b. Teori Hollis Chenery (Teori transformasi struktural/pattern of development)
Teori ini memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di LDCs yang mengalami
transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai penggerak utama
pertumbuhan. Penelitian Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita
merubah:







pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan jasa
Akumulasi capital secara fisik dan SDM
Perkambangan kota dan industri
Penurunan laju pertumbuhan penduduk
Ukuran keluarga yang kecil
Sektor ekonomi didominasi oleh sektor non primer terutama industri
21

Chenery menyatakan bahwa proses transformasi struktural dapat dipercepat jika
pergeseran pola permintaan domestik ke arah produk manufaktur dan diperkuat dengan
ekspor.
Yi = Di + (Xi-Mi) +
Dimana

: Yi
Di

ij

= output bruto industri manufaktur
= permintaan domestik untuk konsumsi

X-M = perdagangan neto (ekspor-impor)
Yij = penggunaan produk oleh perusahaan menufaktur sebagai input
Kenaikan produksi sektor manufaktur merupakan kontribusi 4 faktor:
a. Kenaikan permintaan domestik
b. Peningkatan ekspor
c. Substitusi impor
d. Perubahan teknologi
Kelompok LDCs mengalami proses transisi ekonomi yang pesat dengan pola dan proses yang
berbeda-beda sebagai akibat dari perbedaan antar negara:
a. Kondisi dan struktur awal ekonomi DN (memiliki industri dasar atau tidak)
b. Besar pasar DN (tergantung pada pertumbuhan penduduk)
c. Pola distribusi pendapatan (merata atau tidak)
d. Karakteristik industrialisasi (strategi pembangunan industri apakah ada industri yang
diunggulkan)
e. Keberadaan SDA (keberadaan kualitas dan kuantitas SDA)
f. Kebijakan

perdagangan

LN

(kebijakan

tertutup/protektif

industri

DN

atau

terbuka/promosi ekspor).

Faktor Penentu Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi serta Investasi Suatu Negara.
Faktor-Faktor Pertumbuhan struktur Ekonomi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan struktur ekonomi adalah:
22

1. Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat
lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku
subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses
pembangunan.
2. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam
melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak
menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun
sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam
yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan
dan kekayaan laut.
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya
percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan
manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan
kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya
berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
4. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang
dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan
tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong
pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun
budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros,
KKN, dan sebagainya.
5. Sumber Daya Modal
23

Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan
kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi
perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat
meningkatkan produktivitas.
6. Sistem sosial Dan Sikap Masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat terhadap perubahan akan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Penduduk yang terdidik dan modern bersikap
sangat mendukung terlaksananya pembangunan karena memiliki sifat lebih bersikap positif
dalam pembangunan. Sebaliknya, masyarakat tradisional dan tidak terdidik bersikap apatis
( masa bodoh) terhadap pembangunan. Masyarakat tradisional cenderung tidak menyukai
perubahan-perubahan dan sukar memanfaatkan teknologi sehingga menghambat pembangunan.
Perubahan struktur ekonomi
Perubahan struktur ekonomi, umum disebut transformasi struktural, dapat didefisinikan
sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling tekait satu dengan yang lainnya dalam komposisi
AD, perdagangan luar negri (ekspor dan inpor), AS ( produksi dan menggunakan faktor-faktor
produksi yang diperlukan mendukung proses pembangunan ekonomi yang berkelanjutan)
Perubahan struktur ekonomi yang demikian coraknya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1.

Sifat manusia dalam kegiatan konsumsi
Hukum Engels mengatakan bahwa makin tinggi pendapatan masyarakat, maka akan

makin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian, sedangkan
proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli produksi barang-barang industri menjadi
bertambah besar.
2.

Perubahan teknologi
Kemajuan teknologi akan mempertinggi produktivitas kegiatan-kegiatan ekonomi yang

akan memperluas pasar serta kegiatan perdagangan.

24

Kemajuan teknologi juga menyebabkan perubahan dalam struktur produksi nasional yang
bersifat kemajuan tersebut menciptakan barang-barang baru yang menambah pilihan barangbarang yang dapat dikonsumsi masyarakat.

3.

Faktor-faktor dari sisi permintaan agregat (AD)
Faktor yang paling dominan adalah perubahan permintaan domestik, sebagai akibat dari

kombinasi antara peningkatan pendapatan riil per kapita dan perubahan selera masyarakat
(konsumen). Perubahan permintaan bukan hanya pada peningkatan jumlah (konsumsi), tapi juga
perubahan komposisi barang-barang yang dikonsumsi.
4.

Faktor-faktor dari sisi penawaran agregat (AS)
Faktor-faktor ini adalah pergeseran keunggulan komparatif .Chenery (1992) dalam kaitan

ini proses transformasi struktural akan mengemukakan bahawa terjadi berjalan lambat bahkan
adakalanya mengalami kemunduran. Artinya penurunan kontribusi output industri manufaktur
pada pembentukan PDB, jika keunggulan komparatif tidak berjalan sesuai dengan arah
pergeseran pola permintaan domestik ke arah output industri manufaktur dan pola perubahan
dalam komposisi ekspor. Terjadi di Indonesia dan Venezuela dan negara penghasil mineral
lainnya.
5.

Intervensi pemerintah di dalam kegiatan ekonomi dalam negeri
Dari sisi AD , Kebijakan yang berpengaruh langsung misalnya pajak penjualan yang

menjadikan harga jual barang yang bersangkutan mengalami kenaikan harga akibatnya akan
mengurangi permintaan terhadap barang tersebut dan tergantung pada elastisitas harga terhadap
permintaan.
Kebijakan tidak langsung misalnya pengurangan pajak pendapatan.

Secara teoritis,

dengan asumsi bahwa faktor-faktor berpengaruh lainnya tetap dapat meningkatkan permintaan
masyarakat (konsumsi) tidak berubah,

terhadap produk-produk dari sektor-sektor tertentu,

seperti manufaktur dan jasa.
6.

Sumber Internal (domestik) dan Sumber Eksternal (dunia)
25

Sumber internal meliputi faktor-faktor dari sisi AD dan sisi AS serta kebijakan
pemerintah seperti tersebut.
Sumber eksternal adalah perubahan teknologi dan struktur perdagangan global sebagai
akibat peningkatan pendapatan dunia

dan peraturan-peraturan mengenai

perdagangan

internasional. Misalnya perubahan struktur ekspor indonesia selama masa Orde Baru dari
komoditas primer ke ekspor manufaktur.

F. Kesimpulan
Dilihat secara makro-sektoral [berdasarkan kontribusi sektor-sektor produksi(lapangan
usaha) dalam membentuk produk domestik bruto] perekonomian Indonesia - yang hingga tahun
2012 sudah berstruktur industrial. Berdasarkan data laju pertumbuhan dan distribusi PDB Tahun
2008-2012 menurut BPS telah menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya menyumbang
14,44% terhadap PDB sehingga Indonesia tidak bisa lagi dikatakan negara agraris. Hal penting
yang patut dicatat ialah bahwa penurunan peran sektor pertanian bukanlah cerminan kemunduran
absolut sektor itu. Sektor pertanian hanya menurun secara relatif.
Keindustrian struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya belum sejati, masih sangat dini.
Keindustriannya barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk produk domestik
bruto atau pendapatan nasional. Keindustrian yang ada belum didukung dengan kontribusi
sektoral dalam menyerap tenaga atau angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam
menyumbang pendapatan dan dalam menyerap pekerja ini dihadapkan atau diperbandingkan,
maka struktur ekonomi Indonesia secara makro-sektoral ternyata masih dualistis. Mengapa?
Karena dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian hingga saat ini masih merupakan
sektor utama sumber kehidupan rakyat.
Sampai dengan tahun 2012 bulan februari , sebagian besar rakyat Indonesia (39,96 dari
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja) masih menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian . Sementara sektor industri pengolahan hanya menyerap 14,78% tenaga kerja. Fakta ini
agaknya membenarkan kembali tesis Boeke, seorang ekonom Belanda, yang pernah menyatakan
26

bahwa perekonomian Indonesia berstruktur dualistis. Hanya saja, dualisme yang berlangsung
sekarang tidak sepenuhnya identik dengan dualisme yang dulu dikemukakannya.
Jadi, ditinjau secara makro-sektoral struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya masih
dualistis. Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sektor pertanian.
Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut masih agraris akan tetapi, penyumbang utama
pendapatan nasional adalah sektor industri pengolahan. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut
sudah industrial. Semua itu berarti bahwa secara makro-sektoral ekonomi Indonesia baru
bergeser dari struktur yang agraris ke struktur yang industrial.

Daftar Pustaka
Dumairy ,1996: Perekonomian Indonesia,Penerbit Erlangga,Yogyakarta
www.bps.go.id
www.google.co.id
www.wikipedia.com

27