Pancasila dalam konteks ketatanegaraan r (9)

Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia
Posted by Beby Pasaribu | Filed under Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
Warga negara diartikan sebagai orang-orang yang menjadi bagian dari suatu penduduk yang
menjadi unsur negara. Istilah warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya sebagaiorang
merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula negara karena warga negara
mengandung arti peserta, anggota, atau warga dari suatu negara, yakni peserta darisuatu
persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama. Untuk itu, setiap warga negara
mempunyai persamaan hak di hadapan hukum. Semua warga negara memiliki kepastian hak,
privasi, dan tanggung jawab .
Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan bumi di mana terdapat
pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan keamanan, dan lain
sebagainya. Di dalam suatu negara minimal terdapat unsur-unsur negara seperti rakyat,
wilayah, pemerintah yang berdaulat serta pengakuan dari negara lain.
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam ilmu
kenegaraan disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische Sronslag). Dalam kedudukan
ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan
Negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di Negara Republik Indonesia.
Konsekuensinya seluruh peraturan peraturan perundang-undangan serta pernjabarannya
senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.

Dalam konteks inilah maka Pancasila merupakan suatu asas kerohanian Negara, sehingga
merupakan suatu sumber nilai, norma dan kaidah baik moral maupun hukum dalam Negara
Republik Indonesia. Kedudukan Pancasila yang demikian ini justru mewujudkan fungsinya
yang pokok sebagai dasar Negara Republik Indonesia , yang manifestasinya dijabar dalam
suatu peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu Pancasila merupakan sumber hukum
dasar Negara baik yang tertulis yaitu Undang-Undang Dasar Negara maupun hukum dasar
tidak tertulis convensi.
Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan asas hukum, oleh karena itu
segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara diatur dalam suatu system
peraturan perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka Negara dilaksanakan
berdasarkan pada suatu konstitusi atau Undang-Undang Dasar Negara. Pembagian
kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi Negara, hak dan kewajiban warga Negara, keadilan
sosial dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara. Hal inilah yang
dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.
Dalam pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi Pembukaan UUD 1945,
yang merupakan deklarasi bangsa dan negar Indonesia, yang memuat Pancasila sebagai dasar
Negara, tujuan Negara serta bentuk Negara Republik Indonesia memiliki kedudukan yang
sangat penting karena merupakan suatu staasfundamentalnorm, dan berada pada hierarkhi
tertib hukum tertinggi Negara Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal Undang-Undang
Dasar 1945, disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dan diundangkan dalam
Berita Republik Indonesia Tahun II No.7. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
ilmu hukum mempunyai kedudukan diatas pasal-pasal UUD 1945. Konsekuensi keduanya
memiliki kedudukan hukum yang berlainan, namun keduanya terjalin dalam suatu hubungan
kesatuan yang kausal dan organis.
Pembukaan UUD 1945 terdiri atas 4 alinea, dan setiap alinea memiliki spesifikasi jikalau
ditinjau berdasarkan isinya. Alinea pertama, kedua dan ketiga memuat segolongan pernyataan
yang tidak memiliki hubungan klausal organis dengan pasal-pasalnya. Bagian tersebut
memuat serangkaian pernyataan yang menjelaskan peristiwa yang mendahului terbentuknya
Negara Indonesia, adapun bagian keempat (alinea IV) memuat dasar-dasar fundamental
Negara yaitu : tujuan Negara, ketentuan UUD Negara, bentuk Negara dan dasar filsafat
Negara Pancasila. Oleh karena itu alinea IV ini memiliki hubungan “kausal organis” dengan
pasal-pasal UUD 1945, sehingga erat hubungannya dengan isi pasal-pasal UUD 1945

tersebut.
1.

Pembukaan UUD 1945 Sebagai Tertib Hukum Tertinggi

Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia memiliki
dua aspek yang sangat fundamental yaitu : Pertama. Memberi factor-faktor mutlak bagi
terwujudnya tertib hukum Indonesia, dan Kedua. Memasukkan diri dalam tertib hukum
Indonesia sebagai tertib hukum tertingi. Maka kedudukan Pancasila sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 adalah Sumber dari segala sumber hukum Indonesia.
Berdasarkan penjelasan tentang isi Pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam Berita
Republik Indonesia tahun II No.7, dijelaskan bahwa “… Pembukaan UUD 1945 yang
didalamnya terkandung pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD
Negara Indonesia. Serta mewujudkan suatu Cita-cita Hukum, yang menguasai hukum dasar
tertulis (UUD) maupun hukum dasar yang tidak tertulis (convensi). Adapun Pokok-pokok
pikiran tersebut dijelmakan (dikongkritisasikan) dalam pasal-pasal UUD 1945”. Dalam
Pengertian ini maka dapat disimpulkan bahwa Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai
sumber hukum positif Indonesia.
Sebagaimana isi yang terkandung dalam penjelasan resmi Pembukaan UUD 1945 maka
konsekuensinya nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 selanjutnya harus

dikongkritisasikan kedalam pasal-pasal UUD 1945 dan selanjutnya dalam realisasinya
kemudian di jabarkan dalam peraturan-peraturan hukum positif di bawahnya, seperti
Ketetapan MPR Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah dan Peraturan perundang-undangan lainnya.
Dengan demikian seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia harus bersumber pada
Pembukaan UUD 1945 yang didalammnya terkandung asas kerohanian Negara atau Dasar
Filsafat Negara Republik Indonesia

2.

Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Adanya Tertib Hukum Indonesia

Dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 disyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di
Indonesia (rechts orde) atau (legal Order), yaitu suatu keterbulatan dan keseluruhan
peraturan-peraturan hukum peraturan-peraturan hukum.
Adapun sayarat-syarat tertib hukum:
a) Adanya kesatuan subjek (penguasa) yang mengadakanperaturan-peraturan hukum. Hal
ini terpenuhi dengan adanyasuatu Pemerintah Republik Indonesia
b) Adanya kesatuan asas kerohanian yang menjadi dasar keseluruhan peraturan hukum.
Hal ini terpenuhi oleh adanyadasar Filsafat Negara Pancasila

c) Adanya kesatuan daerah dimana keseluruhan peraturan hukumini berlaku, terpenuhi
oleh penyebutan “Seluruh tumpah dasarIndonesia”
d) Adanya kesatuan waktu dimana keseluruhan peraturan hukumitu berlaku. Hal ini
terpenuhi oleh penyebutan “disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia tiu dalam suatu
UUDNegara Indonesia”yang berlangsung saat sejak tumbulnyaNegara Indonesia sampai
seterusnya selama Negara Indonesiaada
Di dalam suatu tertib hukum terdapat urutan-urutan susunan yang bersifat hierarkhis, dimana
UUD (pasal-pasalnya) bukanlah merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi. Di atasnya
masih terdapat suatu norma dasar yang menguasai hukum dasar termasuk UUD maupun
convensi, yang pada hakikatnya memiliki kedudukan hukum yang lebih tinggi yang dalam
ilmu hukum tata Negara disebut sebagai staatsfundamentalnorm.
Maka kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia adalah sbb:
Pertama
: menjadi dasarnya, karena pembukaan UUD 1945 memberikan faktor-faktor
mutlak bagi adanya suatu tertib hukum Indonesia. Hal ini dalam Pembukaan UUD 1945 telah
terpenuhi dengan adanya empat syarat adanya suatu tertib hukum.
Kedua
: Pembukaan UUD 1945 memasukkan diri di dalamnya sebagai ketentuan
hukum yang tertinggi, sesuai dengan kedudukannya yaitu sebagai asas bagi hukum dasar baik
yang tertulis (UUD) maupun hukum dasar tidak tertulis (convensi), serta peraturan-peraturan

hukum yang lainnya yang lebih rendah (Notonagoro,1974 : 45)
Konsekuensi Pembukaan UUD 1945 secara hukum tidak dapat diubah. Hal ini sesuai dengan
Ketetapan No.XX/MPRS/1966, juga ditegaskan dalam ketetapan No. V/MPR/1973,
Ketetapan No. III/MPR/1983.
3.

Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental

Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental,
Pembukaan UUD 1945 mempunyai sifat dan hakikat yang kuat tetap terletak bagi
kelangsungan Negara Indonesia Proklamasi dan tidak dapat dirubah, sebab merubah isi
Pembukaan UUD 1945 berarti pembubaran Negara (Negara Proklamasi). Berbeda dengan

sifat dan hakikat dari UUD 1945 yang memang bisa dilakukan perubahansepanjang bangsa
dan Negara menghendaki melalui kewenangan MPR.
Dalam kedudukan MPR Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok Kaidah Negara yang
Fundamental ada hubungan yang sangat tegas antara Pembukaan UUD 1945 dengan
batang tubuh UUD 1945 yaitu bahwa dengan adanya UUD 1945 ditentukan oleh
Pembukaan UUD 1945, yaitu yang tercantum dalam alinea IV, yang bunyinya : “…di
sunsunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar

Negara Indonesia,…”
Adanya pernyataan seperti itu karena menjadi salah satu syarat bagi kedudukan Pembukaan
UUD1945 sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental. Sehingga hubungan antara
Pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuh UUD 1945sebagai hubungan “sebab dan
akibat” atau hubungan kausal.
Dengan demikian Pembukaan UUD 1945 menentukan dan menjadi sebab adanya UUD
1945. Dari sifat hubungan tersebut kita akan mendapat tambahan pengetahuan, yaitu bahwa
hubungan antara Pembukaan UUD1945 dengan UUD 1945 tidak bersifat mutlak dalam arti
hanya mengikat selama UUD1945 masih berlaku, sebab yang ditentukan dalam
Pembukaan UUD 1945 tidak menunjuk secarakhusus UUD 1945, tetapi hanya disebutkan
“Dalam Suatu Undang-Undang Dasar Negara”.Demikian juga bahwa UUD 1945 bukan
bersifat mutlak yang tidak bisa dirubah, melainkan bisa diadakan perubahan dan
penyempurnaan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan zaman.
Unsur-unsur mutlak yang harus ada di dalamnya:
a)

Dari segi terjadinya dikehendaki para pendiri Negara (founding father)

b)


Dari segi isinya : Pembukaan UUD 45 memuat dasar-dasar pokok negara, yakni :

Dasar tujuan negara (umum: “…ikut melaksanakan perdamaian abadi……, khusus:
“melidungi segenap bangsa …………….)
Diadakannya UUD Negara, Pernyataan ini terdapat dalam kalimat “..maka disusun lah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia …….”
c)
Bentuk Negara Pernyataan ini terdapak dalam kalimat “ …. Yang terbentuk dalam
suatu susunan negara RI ………”
d) Dasar filsafat Negara (asas kerokhanian negara) Pernyataan ini terdapat dalam kalimat “
… dengan berdasar padan Ketuhanan YME…………………..”
Selain itu juga dipekuat oleh ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 diperkuat Tap MPR No.
V /MPR/1973, Jo Tap. No. IX/MPR/1978 intinya bahwa Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum di dalam Negara Indonesia. Sebagai sumber hukum secara objektif
merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta citacita moral yang
luhur yang meliputi suasana kejiwaan sera watak bangsa Indonesia..
4.
Pembukaan UUD 1945 Tetap Terletak pada Kelangsungan Hidup Negara
Republik Indonesia 17 Agustus 1945


Pembukaan UUD 1945 memiliki hakikat kedudukan hukum yang kuat bahkan secara yuridis
tidak dapat diubah, terletak pada kelangsungan hidup Negara.
Tujuan pembukaan UUD 1945:
Berdasarkan susunan pembukaan UUD 1945, maka dapat dibedakan empat macam tujuan :
a)

Alinea I,

Untuk mempertanggung jawabkan bahwa kemerdekaan sudah selayaknya,karena berdasarkan
atas hak dan kodrat yang bersifat mutlak dari moral bangsa Indonesia.
b)

Alinea II,

Untuk menciptakan cita-cita bangsa yang ingin di capai dengan kemerdekaan.
c)

Alinea III,

Untuk menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan menjadi permulaan dan dasar hidup

kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh orang Indonesia.
d)

Alinea IV

Untuk melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan dasar-dasar tertentu yang
tercantum dalam alinea IV UUD 1945 sebagai ketentuan pedoman dan pegangan yang tetap
dan praktis.
Dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD 1945 (batang tubuh UUD 1945), maka
Pembukaan UUD 1945 mempunyai hakikat dan kedudukan sebagai berikut :
a)
Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia, maka pembukaan UUD 1945
mempunyai hakikat kedudukan yang terpisah dengan batang tubuh UUD 1945. Dalam
kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang Fundamental, pembukaan UUD 1945
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada batang tubuh UUD 1945
b)
Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu tertib hukum tertinggi dan pada hakikatnya
mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada batang tubuh UUD 1945
c)
Pembukaan UUD 1945 merupakan Pokok Kaidah Negara yang Fundamental yang

menentukan adanya UUD 1945, yang menguasai hukum dasar negara baik yang tertulis
(UUD) maupun tidak tertulis (convensi), jadi merupakan sumber hukum dasar negara.
d) Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai Pokok Kaidah negara yang Fundamental
mengandung pokok-pokok pikiran yang harus dijabarkan ke dalam Pasal UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup Negara Republik Indonesia
17 Agustus 1945.
Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai naskah Proklamasi yang
terinci, sebagai penjelmaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, serta dalam Ilmu

Hukum memenuhi syarat bagi adanya tata tertib hukum di Indonesia, dan sebagai Pokok
Kaidah Negara yang Fundamantal (staatsfundamentalnorm), maka Pembukaan UUD 1945
memiliki hakikat kedudukan hukum yang kuat bahkan secara yuridis tidak dapat diubah
terlekat pada kelangsungan hidup negara. Hal ini berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut :
a)
Menurut tata hukum suatu peraturan hukum hanya dapat diubah atau dihapuskan oleh
penguasa atau peraturan hukum yang lebih tinggi tingkatannya dari pada penguasa yang
menetapkannya. Dalam masalah pembukaan UUD 1945 sebagai Staatsfundamentalnorm dari
segi terjadinya ditentukan oleh pembentuk negara, yaitu suatu lembaga yang menentukan
dasar-dasar mutlak negara, bentuk negaa, tujuan negara. Kekuasaan negara bahkan yang
menentukan dasar ftilsafat negara Pancasila. Setalah negara terbentuk semua pengasa negara
adalah merupakan alat perlengkapan negara yang kedudukannya lebih rendah dari pada
pembentuk negara. Oleh karena itu semua ketentuan hukum yang merupakan produk dari alat
perlengkapan negara pada hakikatnya di bawah pembentuk negara dan tidak berhak
meniadakan pembukaan UUD 1945 seabgai Staatsfundamentlnorm.
b)
Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi
di negara republik Indonesia. Dalam ilmu hukum tatanegara, suatu hukum di bawah
Pembukaan UUD 1945, secara yuridis tidak dapat meniadakan Pembukaan UUD 1945. selain
itu karena dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung faktor-faktor mutlak (syarat-syarat
mutlak) bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia. Konsekuensinya Pembukaan UUD
1945 mempunyai kedudukan yang tetap dan terletak pada negara dan secara hukum tidak
dapat diubah.
c)
Selain dari segi yuridis formal bahwa Pembukaan UUD 1945 secara hukum tidak dapat
di ubah, juga secara material yaitu hakikat isi yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945,
senantiasa terletak pada kelangsungan hidup Negara RI. Dari segi isinya Pembukaan UUD
1945 adalah merupakan pengejawantahan Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia yang
hanya satu kali terjadi. Proklamasi kemerdekaan tersebut adalah merupakan suatu rachmat
Allah Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu Proklamasi 17 Agustus 1945, Pembukaan UUD
9145 dan Negara Republik Indonesia pada hakikatya merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Pembukaan UUD 1945 senantiasa terlekat dan menyertai kelahiran Negara
RI yang hanya satu kali terjadi, sehingga pada hakikatnya Pembukaan UUD 1945 senantiasa
terlekat pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.
5.

Pengertian Isi Pembukaan UUD 1945

Alinea Pertama
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bansa dan oleh sebab itu, maka
penjajajah di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan
peri keadilan.
Aline Kedua
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indoensia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
Alinea Ketiga

Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhu,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaanya.

Alinea Keempat
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar
Negara, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rkayat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang beradil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan seuatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
a)
-

Tentang Tujuan Negara.
Tujuan Khusus

Terkandung dalam anak kalimat “…Untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah negara dan untuk
memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa…”
Tujuan khusus dalam kalimat tersebut sebagai realisasinya adalah dalam hubungannya
dengan politik dalam negeri Indonesia yaitu :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini dalam
hubungannya dengan tujuan negara hukum adalah mengandung pengertian negara hukum
formal
b. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini dalam
hubungannya dengan pengertian tujuan negara hukum adalah mengandung pengertian negara
hukum material.
-

Tujuan Umum

Tujuan negara yang bersifat umum ini dalam arti lingkup kehidupan sesema bangsa di dunia.
Hal ini terkandung dalam kalimat “… dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial …”
Tujuan negara dalam anak kalimat ini realisasinya dalam hubungannya dengan politik luar
negeri Indonesia, yaitu di antara bangsa-bangsa dunia ikut melaksanakan suatu ketertiban
dunia yang berdasarkan pada prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial.
Hal ini yang merupakan dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
b)

Tentang Ketentuan Diadakannya UUD Negara

Ketentuan ini terkandung dalam anak kalimat, “…maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia …”.
Dalam kalimat ini menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan
atas hukum. Negara yang bersifat konstitusional, mana mengharuskan bagi negara Indonesia
untuk diadakannya UUD Negara dan ketentuan inilah yang merupakan sumber hukum bagi
adanya Undang-undang Dasar 1945. ketentuan yang terdapat dalam alinea keempat inilah
yang merupakan dasar yuridis bahwa Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber bagi adanya
UUD 1945, sehingga dengan demikian pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan lebih
tinggi dari pada pasal-pasal UUD 1945
c)

Tentang Bentuk Negara

Ketentuan ini terdapat dalam anak kalimat sebagai berikut :
“… yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat …”
Dalam anak kalimat ini dinyatakan bahwa bentuk negara Indonsia adalah Republik yang
berkedaulatan rakyat. Negara dari, olah dan untuk rakyat. Dengan demikian hal ini suatu
norma dasar negara baik kekuasaan adalah di tangan rakyat.
d)

Tentang Dasar Filsafat Negara

Ketentuan ini terdapat dalam anak kalimat sbb:
“… dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemanusian yang adil dan
beradab. Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan. Serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia…”
Tujuan Pembukaan UUD 1945
Berdasarkan susunan Pembukaan UUD 1945, maka dapat dibedakan empat macam tujuan
sebagaimana terkandung dalam empat alinea dalam Pembukaan UUD 1945, sebagai berikut :
a) Alinea 1 untuk mempertanggungjawabkan bahwa pernyataan kemerdekaan sudah
selayaknya, karena berdasarkan atas hak kodrat yang bersifat mutlak dari bangsa Indonesia
untuk merdeka.
b) Alinea II untuk menetapkan cita-cita bangsa Indonesia yang ingin dicapai dengan
kemerdekaan yaitu : Terpeliharanya secara sungguh-sungguh kemerdekaan dan kedaulatan
negara, kesatuan bangsa, negara dan daerah atas keadilan hukum dan moral, bagi diri sendiri
dan pihak lain serta kemakmuran bersama yang berkeadilan.
c) Alinea III untuk mengaskan bahwa proklamasi kemerdekaan, menjadi di permulaan dan
dasar hudup kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh orang Indonesia, yang luhur dan suci
dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
d) Aline IV untuk melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan dasar-dasar tertentu
yang tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945, sebagai ketentuan pedoman dan

pegangan yang tetap dan praktis yaitu dalam realisasi hidup bersama dalam suatu negara
Indonesia yang berdasarkan Pancasila (Notonagoro, 1974: 40).
Hubungan Logis Antar Alinea dalam Pembukaan UUD 1945
Makna yang terkandung dalam tiap-tiap Alinea Pembukaan UUD 1945, secara keseluruhan
sebenarnya merupakan suatu kesatuan yang logis. Tiap-tiap alinea dalam pembukaan UUD
1945, sejak alinea I sampai dengan alinea IV merupakan suatu kesatuan yang logis sejak dari
alinea I sampai dengan alinea IV, sejak dari pernyataan yang bersifat umum sampai dengan
pembentukan negara Indonesia. Keseluruhannya itu dapat dirinci pada uraian berikut ini :
Alinea I
Dalam alinea ini terdapat suatu pernyataan yang bersifat umum yaitu suatu hak kemerdekaan
setiap bangsa di dunia. Kemerdekaan dalam pengertian ini bukanlah kemerdekaan
individualis (liberalis) namum merupakan sautu kemerdekaan bangsa. Jadi kemerdekaan
individu diletakkan dalam kaitannya dengan kemerdekaan bangsa. Kemerdekaan tersebut
merupakan suatu hak kodrat, yaitu hak yang melekat pada kodrat manusia dan bukanlah
merupakan hak hukum, sehingga disebut juga sebagai hak kodrat dan hak moral. Pelanggaran
terhadap hak kodrat dan hak moral ini pada hakikatnya tidak sesuai dengan peri kemanusiaan
(hakikat manusia) dan peri keadilan (hakikat adil). Konsekuensinya merupakan wajib kodrat
dan wajib moral bagi setiap penjajah untuk memberikan kemerdekaan pada bangsa
jajahannya.
Berdasarkan ilmu logika maka pernyataan pada alinea I ini merupakan suatu premis mayor
(pernyataan yang bersifat umum).
Alinea II
Berdasarkan alasan akan hak kodrat dan hak moral bagi setiap bangsa, dan kenyataannya
pihak penjajah tidak memenuhi wajib kodrat dan wajib moral untuk memberikan
kemerdekaan pada bangsa Indonesia maka sudah semestinya bangsa Indonesia untuk
mementukan nasibnya sendiri atas kekuasaan dan kekuatannya sendiri, yaitu berjuang untuk
mencapai tujuan kemerdekaan. Dalam kenyataannya bangsa Indonesia hampir mencapai
tujuan kemerdekaan tersebut. Pernyataan dalam alinea II ini menurut ilmu logika merupakan
suatu premis minor (yang bersifat khusus). Kemudaina kemerdekaan tersebut dijelmakan
dalam suatu negara yaitu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Alinea III
Sebagai suatu konsekuensinya maka bangsa Indonesia menyatakan kemerdekannya atas
kekuatannya sendiri yang didukung oleh seluruh rakyat. Demikian pula merupakan suatu
tindakan luhur dan suci, karena melaksanakan dan merealisasikan hak kodrat dan hak moral
akan terwujudnya kemerdekaan. Keseluruhannya itu hanya mungkin terwujud karena atas
karunia dan rahmat Tuhan yang Maha Esa. Menurut ilmu logika pernyataan dalam alinea
ketiga ini merupakan suatu konklusio atau merupakan sautu kesimpulan.
Alinea IV
Semua asas yang terdapat dalam alinea I, II, dan II tersebut pada hakikatnya merupakan suatu
asas pokok bagi alinea IV, atau merupakan konsekuensi logis yaitu isi alinea IV merupakan

tindak lanjut dari alinea sebelumnya. Isi yang terkandung dalam alinea IV yang merupakan
konsekuensi logis atas kemerdekaan yaitu meliputi pembentukan pemerintahan negara yang
meliputi empat prinsip negara yaitu :
a)

tentang tujuan negara,

Yang tercantum dalam kalimat “… melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa…”(yang merupakan suatu tujuan khusus) dan “… ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosia…”(merupakan
tujuan umum atau internasional).
b)

tentang hal ketentuan diadakannya UUD Negara,

Yang berbunyi “… maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia…”.
c)

tentang hal membentuk negara,

Yang termuat dalam pernyataan “… yang terbentuk dalam suatu susunan Negara RI yang
berkedaulatan rakyat…”
d)

tentang dasar filsafat (dasar kerohaniaan) negara, dalam kalimat

“…dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Pesatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”.
Seluruh isi yang terdapat dalam alinea IV tersebut pada hakikatnya merupakan suatu
pernyataan tentang pembentukan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila.
6.
Nilai-nilai Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum Etis Yang Terkandung
dalam Pembukaan UUD 1945
Telah dijelaskan di muka bahwa di antara alinea I, II, II dan IV terdapat hubungan kesatuan.
Alinea IV pada hakikatnya merupakan penjelmaan alinea I, II, dan III. Oleh karena itu dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea I, II, III terkandung nilai-nilai hukum kodrat (alinea I) yang
konsekuensinya direalisasikan dalam alinea II, dan hukum Tuhan dan hukum etis (alinea III),
yang kemudian dijelmakan dalam alinea IV yang merupakan dasar bagi peksanaan hukum
positif Indonesia.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka sebenarnya dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung
pengakuan hukum Tuhan, hukum kodrat, hukum etis, serta hukum filosofis
berdasarkan kedudukannya maka urutan hukum tersebut adalah hukum Tuhan, hukum kodrat,
dan hukum etis. Kemudian sebagaimana kita ketahui dlanjutkan pada alinea IV terdapat asas
kerohanian negara (Pancasila) dan dalam hal ini sebagai hukum filosofis, kemudian di atas

dasar filsafat Pancasila didirikan negara Indonesia dan selanjutnya realisasi pelaksanaan
dalam negara Indonesia dikongkritkan ke dalam hukum positif Indonesia.
Hubungan keempat hukum tersebut adalah sebagai berikut “ bahwa hukum Tuhan, hukum
kodrat dan hukum etis berturut-turut merupakan sumber bahan dan sumber nilai bagi negara
dan hukum positif Indonesia, sedangkan hukum filosofis (yaitu dasar filsafat Pancasila)
adalah pedoman dasar dalam bentuk dan sifat tertentu yang disimpulkan dari hukum Tuhan,
hukum kodrat dan hukum etis. Adapun Pancasila sebagai hukum filosofis adalah merupakan
sumber bentuk dan sifat.
Kerangka hukum tersebut diatas dalam kaitannya dengan negara Indonesia adalah memiliki
hubungan bahwa negara Indonesia terhadap nilai-nilai hukum Tuhan, hukum kodrat, hukum
etis dan hukum filosofis yaitu mengambilnya sebagai materi, nilai, bentuk dan sifat dari
unsur-unsur nilai-nilai hukum tersebut. Kemudian dalam pelaksanannya yaitu memberikan
dan mewujudkan nlai-nilai hukum tersebut untuk menjabarkannya dalam hukum positif
Indonesia dengan menyesuaikan berdasarkan keadaan, kebutuhan, kepentingan, tempat,
waktu dan kebijaksanaan.

B. Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh Undang-Undang
Dasar 1945
Dalam sistem tertib hukum Indonesia, penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa Pokok
Pikiran itu meliputi suasana kebatinann UUD 1945 serta mewujudkan cita-cita hukum, yang
menguasai hkum dasar tertulis dan tidak tertulis. Selanjutnya pokok pikiran itu dijelmakan
dalam pasal-pasal UUD 1945. maka dapat disimpulkan bahwa suasana kebatinan UUD 1945
tidak lain dijiwai atau bersumber pada dasar filsafat negara Pancasila. Pengertian inilah yang
menunjukkan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara RI.
Semangat dari UUD 1945 serta disemangati yakni pasal-pasal UUD 1945 serta penjelasannya
pada hakikatnya merupakan satu rangkaiaan kesatuan yang bersifat kausal organis.
Rangkaiaan isi, arti makna yang terkandung dalam masing-masing alinea dalam pembukaan
UUD 1945, melukiskan adanya rangkaian peristiwa dan keadaan yang berkaitan dengan
berdirinya Negara Indonesia melalui pernyataan Kemerdekaan Kebangsaaan Indonesia.
Adapun rangkaiaan makna yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai
berikut:
a)
Rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului terbentuknya negara, yang
merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang menjadi latar belakang pendorong bagi
Kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam wujud terbetuknya negara Indonesia (alinea I, II
dan III Pembukaan).
b) Yang merupakan ekspresi dari peristiwa dan keadaan setelah negara Indonesia terwujud
(alinea IV Pembukaan).
Perbedaan pengertian serta pemisahan antara kedua macam peristiwa tersebut ditandai oleh
pengertian yang terkandung dalam anak kalimat, “kemudian daripada itu” pada bagian
keempat Pembukaan UUD 1945, sehingga dapatlah ditentukan sifat hubungan antara
masing=masing bagian Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945, adalah sebagai berikut:

a)
Bagian pertama, kedua dan ketiga Pembukaan UUD 1945 merupakan segolongan
pernyataan yang tidak mempunyai hubungan ‘kausal organis’ dengan Batang Tubuh UUD
1945.
b)
Bagian keempat, Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan yang bersifat ‘kausal
organis’ dengan Batang Tubuh UUD 1945, yang mencakup beberapa segi sebagai berikut:
1)

Undang-Undang Dasar ditentukan akan ada.

2) Yang diatur dalam UUD adalahtentang pembentukan pemerintahan negara yang
memenuhi berbagai persyaratan dan meliputi segala aspek penyelenggaraan negara.
3)

Negara Indonesia ialah berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat.

4)

Ditetapkannya dasar kerokhanian negara (dasar filsafat negaraPancasila).

C.

Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila

Hubungan Secara Formal
Dengan dicantumkannya Pacasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945, maka
Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Jadi berdasarkan
tempat terdapatnya Pancasila secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
2. Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah merupakan pokok Kaidah
Negara yang Fundamental dan terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam
kedudukan yaitu:
a)
Sebagai dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang memberikan faktor-faktor
mutlak bagi adanya tertib hukum Indonesia.
b)

Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum tertinggi.

3. Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi , selain
sebagai Mukadimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga
berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi, yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda
dengan pasal-pasalnya.
4. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat, sifat,
kedudukan dan fungsi sebagai Pokok Kaidah Negara yang fundamental, yang menjelmakan
dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan
tanggal 17 Agustus 1945.
5. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945 dengan demikian mempunyai
kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup
Negara Republik Indonesia.
Dengan demikian Pancasila sebagai substansi esensial dari Pembukaan dan mendapatkan

kedudukan formal yuridis dalam Pembukaan, sehingga baik rumusan maupun yurisdiksinya
sebagai dasar negara adalah sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.
Hubungan Secara Material
Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan yang bersifat formal,
sebagaimana dijelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai berikut. Bilamana kita
ditinjau kembali proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, maka secara
kronologis, materi yang dibahas oleh BPUPKI yang pertam-tama adalah dasar filsafat
Pancasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Jadi berdasarkan urutan-urutan tertib
hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun
tertib hukum Indonesia bersumberkan pada Pancasila, atau dengan lain perkataan Pancasila
sebagai sumber tetib hukum Indonesia. Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia
dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib
hukum Indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi sumber bentuk dan sifat.
D. Hubungan Antara Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dengan Proklamasi 17
Agustus 1945
Sebagaimana telah disebutkan dalam ketetapan MPRS/MPR, bahwa Pembukaan UUD 1945
merupakan satu kesatuan dengan Proklamasi 17 Agustus 1945, oleh karena itu antara
Pembukaan dan Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan sifat
kesatuan antara Pembukaan UUD 1945 Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, maka sifat hubungan antara Pembukaan dengan Proklamasi
adalah sebagai berikut:
Pertama, memberikan penjelasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi pada tanggal 17
Agustus 1945, yaitu menegakkan hak kodrat dan hak moral dari setiap bangsa akan
kemerdekaan, dan demi inilah maka Bangsa Indonesia berjuang terus menerus sampai bangsa
Indonesia mencapai pintu gerbang kemerdekaan.
Kedua, memberikan penegasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu
bahwa perjuangan gigih bangsa Indonesia dalam menegakkan hak kodrat dan hak moral itu
adalah sebagai gugatan dihadapan bangsa-bangsa di dunia terhadap adanya penjajahan atas
Bangsa Indonesia, yang tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Ketiga, Memberikan pertanggungjawaban terhadap dilaksanakan Proklamasi 17 Agustus
1945, yaitu bahwa kemerdekaan Bangsa Indonesia yang diperoleh melalui perjuangan luhur,
disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebujaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Proklamasi pada hakikatnya bukanlah merupakan tujuan, melainkan prasyarat untuk
tercapainya tujuan bangsa dan negara, maka proklamasi memiliki dua macam makna sebagai
berikut :
a)
Pernyataan Bangsa Indonesia baik kepada diri sendiri , maupun kepada dunia luar,
bahwa bangsa Indonesia telah merdeka.

b) Tindakan-tindakan yang segera harus dilaksanakan berhubungan dengan pernyataan
kemerdekaan tersebut.
Seluruh makna Proklamasi tersebut dirinci dan mendapat pertanggungjawaban dalam
pembukaan UUD 1945, sebagai berikut:
a)
Bagian pertama Proklamasi, mendapatkan penegasan dan penjelasan pada bagian
pertama sampai dengan ketiga Pembukaan UUD 1945.
b)
Bagian kedua Proklamasi, yaitu suatu pembentukan negara Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
Adapun prinsip-prinsip negara yang terkandung dalam Pembukaan tersebut meliputi empat
hal,
Pertama

: tujuan negara yang akan dilaksanakan oleh pemerintahan negara,

Kedua
: ketentuan diadakannya UUD negara, sebagai landasan konstitusional
pembentukan pemerintahan negara,
Ketiga

: bentuk negara Republik yang berkedaulatan rakyat, dan

Keempat

: asas kerokhanian atau dasar filsafat negara Pancasila.
BAB III
KESIMPULAN

Pembukaan UUD 1945 memberikan acuan yang jelas mulai dari asas pendirian negara
sampai ke dasar dan tatanan penyelenggaraannya. Dalam pelaksanaannya memang akan
sangat dipengaruhi oleh jiwa dan semangat penyelenggaranya. Untuk menghindari bias-bias
yang dapat menimbulkan ketersesatan dalam pelaksanaannya diperlukan pemahaman yang
mendalam, jujur dan sungguh-sungguh. Disamping itu, agar pemahaman kita benar-benar
utuh, maka harus difahami pula makna Pancasila sebagaimana diuraikan oleh Penggalinya,
Bung Karno.
Dari alur pikiran yang kita runut dalam Pembukaan UUD 1945, dapat kita tangkap bahwa
perjuangan bangsa Indonesia adalah sebuah revolusi besar kemanusiaan yang berangkat dari
Tuntutan Budi Nurani Manusia (the Social Conscience of Man), dan akan dilaksanakan
melalui tiga tahapan revolusi, yaitu:
1. Kemerdekaan Penuh / Nasional – Demokratis artinya bangsa Indonesia,
seperti halnya bangsa-bangsa lain di dunia, akan berdiri tegak sebagai
bangsa yang merdeka dan berdaulat
2. Sosialisme Indonesia
3. Dunia baru yang adil dan beradab

Untuk mencapai kemerdekaan yang hakiki tersebut, maka Indonesia harus menyelenggarakan
pembangunan :
1. State Building (mempertanyakan Negara Kesatuan Republik Indonesia )
2. Nation and character Building (pembangunan karakter bangsa)
3. Social and economic developing building (pembangunan social ekonomi)

Materi 2

Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia
Posted by Rizal Anshori

Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang
dalam

ilmu

kenegaraan

popular

disebut

sebagai

dasae

filsafat

Negara

(Philosofische Grondslag). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber
nilai dan sumber norma, kaidah baik moral dalam setiap aspek penyelenggaraan
negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia.
Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hokum,
oleh karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara di
atur dalam suatu system peraturan perundang-undangan. Dalam pengertian
inilah maka negara dilaksanaka berdasarkan pada suatu konstitusi atau UndangUndang Dasar Negara. Pembagian kekuasaan, lembaga-lemaga tinggi negara,
hak dan kewajiban warga negara, keadilan social dan lainya di atur dalam suatu
Undang-Undang Dasar negara.
1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Pembukaan UUD 1945 bersamaan dengan pasal-pasal UUD 1945, disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dan diundangkan dalam Berita
Republik Indonesia Tahun II No.7.
Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea, dan setiap alinea memiliki
spesifikasi jikalau ditinjau berdasarkan isisnya. Alinea pertama, kedua dan ketiga
memuat pernyataan yang menjelaskan peristiwa yang mendahului terbentuknya
negara Indonesia. Alinea ke empat memuat fundamental negara, yaitu: tujuan
negara, ketentuan UUD negara, bentuk negara dan dasar filsafat negara
Pancasila.
a. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertin Hukum Tertinggi
Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dlam kaitannya dengan tertib hokum
Indonesia memiliki dua aspek yang fundamental, yaitu: pertama, memberikan
faktor-faktor

mutlak

bagi

terwujudnya

tertib

hokum

Indonesia.

Kedua,

memasukan diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib humuk tertinggi.
Berdasarkan penjeasan isi Pembukaan UUD 1945 dalam Berita Republik
Indonesia Tahun II No. 7 dapat disimpulkan bahwa Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai sumber hokum positif Indonesia.
b. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Adanya Tertib Hukum Indonesia
Syarat-syarat tertib hukum yang dimaksud meliputi empat hal, yaitu :
1) Adanya kesatuan subyek,
2) Adanya kesatuan asas kerokhahian,
3) Adanya kesatuan daerah,

4) Adanya kesatuan waktu.
Dengan demikian maka seluruh peraturan hukum yang ada di dalam
wilayah Republik Indonesia sejak ditetapkan telah memenuhi syarat sebagai
suatu tertib hukum negara.
c. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah yang Fundamental
Pokok Kaidah yang Fundamental menurut ilu hukum ketatanegaraan
memiliki beberapa unsur mutlak, antara lain dapat dirinci sebagai berikut:
1) Dari segi terjadinya:
Ditentukan oleh Pembentuk Negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir
sebagai penjelmaan kehendak Pembentuk negara, untu menjadikan hal-hal
2)
a)
b)
c)
d)

tertentu sebagai dasar-dasar negara yang dibentuknya.
Dari segi isinya:
Dasar tujuan negara, (baik tujuan umum maupun tujuan khusus)
Ketentuan diadakannya UUD Negara
Bentuk negara
Dasar filsafat negara (asas kerokhanian negara)