s pgsd 1008597 chapter4

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.HASIL PENELITIAN

1. Siklus I

a. Perencanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)disusun dengan sistematika sebagai berikut yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, dan alat penilaian. Standar kompetensi dan kompetensi dasar telah dirumuskan oleh Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini sesuai dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan. Media yang digunakan adalah bola, kelereng, dan mobil mainan. Penilaian dilakukan dengan melakukan tes pada setiap akhir siklus.

RPP yang disusun memiliki ciri-ciri sesuai dengan langkah-langkah penerapan pendekatan CTL. (RPP terlampir).

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari


(2)

pembelajaran siklus I yang dibahas adalah pengaruh gaya terhadap gerak benda.

Gambaran umum pembelajaran pada sikulus I ini dimulai dengan guru melakukan apersepsi tentang gerak suatu benda sebagai tahap invitasi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, menggali pengetahuan konsep awal siswa. Sebagian siswa menjawaab benar pertanyaan dari guru dan nampak banyak siswa yang belum siap mengikuti.

Dalam kegiatan inti siswa dibagi ke dalam delapan kelompok dan setiap kelompok mendapat lembar kerja siswa (LKS) untuk diselesaikan masing-masing kelompok pembagian kelompok bersifat heterogen.

Berikutnya sebagai langkah eksplorasi secara berkelompok siswa mengisi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) setiap kelompok tampak aktif, kreatif dan bergembira melakukan percobaan dan mengisi LKS. Hal itu disebabkan alat peraga yang digunakan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka. Namun dari setiap kelompok ada satu dua siswa yang kelihatannya kurang aktif. Siswa tersebut hanya bermain-main dengan alat peraga tanpa memperdulikan anggota kelompok lainnya yang sedang mengisi LKS. Beberapa kelompok kesulitan dalam menyimpulkan hasil percobaan dalam LKS.

Pada tahap berikutnya yaitu tahap penjelasan dan solusi guru membimbing siswa (perwakilan dari setiap kelompok) melaksanakan


(3)

kegiatan presentasi hasil percobaan dan diskusi secara bergilir semua kelompok membacakan hasil pengisian LKS mereka diselingi pendapat kelompok lain terhadap hasil diskusi kelompok yang dipersentasikan. Akan tetapi siswa yang membacakan hasil diskusi kelompoknya kurang lantang tidak dapat terdengar jelas oleh kelompok lain, sehingga siswa dalam kelompok lain cenderung mengobrol tidak memperhatikan. Dalam kegiatan ini suasana diskusi kelas tidak terlalu nampak karena siswa dalam kelompok lain tidak tertarik untuk menanggapi.

Dalam kegiatan penutup sebagai tahap pengambilan tindakan siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran dan siswa mengerjakan soal evaluasi mengenai pengaruh gaya terhadap gerak benda. Beberapa siswa tampak kesulitan mengisi soal evaluasi karena pada saat percobaan tidak terlibat aktif berbeda dengan siswa yang terlibat aktif dalam melakukan percobaan mereka tampak memahami.

c. Hasil Pembelajaran

Data yang diambil pada penelitian merupakan hasil evaluasi individu. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil evaluasi pada siklus I dapat dilihat pada grafik berikut ini :


(4)

Gambar 4.1. perolehan nilai siswa siklus I

Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus satu di atas diperoleh data sebanyak 31 satu siswa atau 72 % yang mencapai KKM dan 12 siswa atau 28% yang belum mencapai KKM bila dibandingkan dengan prasiklus yang mencapai KKM hanya 58 % dan yang belum mencapai KKM 42 % maka hasil belajar siswa dapat dikatakan mengalami peningkatan seperti yang ditunjukkan diagram berikut


(5)

Gambar 4.2. perbandingan siklus I dan pra siklus d. Refleksi

Berdasarkan data-data yang diperoleh dan hasil diskusi peneliti bersama observer terdapat beberapa temuan dari pelaksanaan siklus I belum seluruhnya siswa dapat mencapai KKM yaitu 28% hal itu mungkin disebabkan oleh beberapa aktivitas yang belum optimal misalnya :

1. Siswa cenderung mengobrol dalam kegiatan diskusi hanya siswa yang pandai yang mengerjakan LKS.

2. Tanya jawab yang dikembangkan guru masih terpokus pada siswa yang pandai (aktif).

3. Kurangnnya pengawasan oleh guru terhadap aktivias siswa baik ketika diskusi kelompok maupun saat melakukan percobaan.


(6)

4. Guru kurang memotifasi siswa dalam meberi tanggapan hasil diskusi yang dipersentasikan.

5. Siswa mengalami kesulitan dalam menyimpulkan hasil percobaan. 6. Guru tidak menyampaikan materi yang akan dipelajari pada

pertamuan berikutnya

Berdasarkan hasil temuan dan refleksi terhadap proses pembelajaran pada sikulus I, maka agar proses pembelajaran dengan pendekatan CTL berhasil dengan baik ada beberapa hal yang harus diperbaiki untuk siklus berikutnya yaitu :

1. Agar siswa tidak mengobrol perlu diberikan tugas khusus misalnya diminta untuk ikut mencatat hasil diskusi

2. Dalam melakukan tanya jawab guru harus memberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk siswa yang kurang.

3. Dalam proses pembelajaran sebaiknya guru tidak hanya duduk dan berdiam diri di depan tetapi harus berkeliling kesetiap kelompok / siswa untuk membimbing dan mengontrol mereka.

4. Untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa guru perlu memberikan reward (penghargaan) pada siswa yang aktif.

5. Membimbing siswa dalam menyimpulkan dengan memberikan kalimat-kalimat pokok.


(7)

6. Agar siswa berkesempatan belajar sampaikan materi yang akan dipelajari pada pelajaran berikutnya.

2. Siklus II

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran pada siklus II ini merupakan hasil analisis dan refleksi siklus I yang telah didiskusikan sebelumnya oleh guru bersama observer. Materi pokok pada siklus II yaitu pengaruh gaya terhadap bentuk benda dengan menggunakan pendekatan contekstual. Metode yang digunakan adalah percobaan diskusi dan tanya jawab. Alat peraga yang digunakan plastisin, balon karet, karet gelang, pensil dan rautan.

Sistematika penyusunan RPP pada dasarnya sama seperti RPP pada siklus ke I yang meliputi Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Ajar, Alokasi Waktu, Metode Pembelajaran, Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran (Kegiatan Awal, Kegiatan Inti, Kegiatan Akhir), Penilaian, dan Sumber/Media Pembelajaran.

Karakteristik dari RPP pada tindakan siklus ke II ini tidak jauh berbeda dengan RPP pada tindakan sebelumnya, hanya pada langkah langkah pembelajaran ditekankan untuk menambah kegiatan atau arahan- arahan guru kepada siswan untuk lebih aktif dan berperan dalam pelaksanaan pengerjaan LKS. Pada RPP siklus II ini juga diperbaiki beberapa hal, diantaranya yaitu : (1) Mengkondisikan siswa


(8)

pada saat pengerjaan LKS supaya pelaksanaan nya berjalan dengan baik (2) memberikan kesempatan kepada siswa yang kurang aktif untuk ambil bagian dalam kegiatan (3) memberikan hadiah/aploss atau pujian bagi siswa yang bisa menjawab pertanyaan atau siswa yang mau bertanya (4) Guru membimbing kelompok dengan merata, tidak terpokus pada salah satu kelompok (5) Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan dengan merangsang siswa dengan kalimat-kalimat pokoknya selanjutnya dengan bimbingan guru siswa membuat kesimpulan dengan kata-kata sendiri, (6) Menyampaikan materi yang akan dipelajai pada pertemuan berikutnya.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pertama adalah invitasi dimana guru menggali pengetahuan awal siswa untuk mengungkapkan konsep awal pada tahap ini beberapa siswa mendemontrasikan meniup balon dan meraut pinsil kemudian guru mengajukan pertanyaan bagaimana bentuk benda sebelum dan setelah diberikan gaya. Siswa aktif menjawab pertanyaan guru.

Memasuki tahap eksplorasi guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok pembagian kelompok didasarkan atas pilihan siswa sendiri setiap kelompok diberi LKS dan melakukan percobaan tentang mengubah bentuk benda dengan alat peraga yang telah disediakan dalam siklus ini siswa tanpak tertarik melakukan percobaan karena alat peraga yang mereka gunakan sudah biasa mereka praktikan sehari-hari.


(9)

Berikutnya guru membibing siswa untuk mengadakan diskusi kelas yaitu pada tahap penjelasan dan solusi. Perwakilan dari tiap kelompok maju untuk melakukan persentasi kemudian guru membantu siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas dari hasil diskusi kelompok dan hasil diskusi kelas.

Pada tahap pengambilan tindakan guru mengaitkan pembelajaran dengan konteks kehidupan nyata siswa.

Dalam kegiatan penutup guru membagikan soal evaluasi pada siswa secara individu tahap ini dilakukan untuk mengetahuai pemahaman siswa terhadap konsep yang telah di bahas.

Sebelum menutup kegiatan belajar, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya kemudian mengingatkan siswa untuk rajin belajar dirumah dan diujung kegiatan pembelajaran guru memberikan reward kepada kelompok yang sangat baik dalam mengerjakan tugas kelompoknya.

c. Hasil Pembelajaran

Data yang diambil pada penelitian merupakan hasil evaluasi individu. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil evaluasi pada siklus I dapat dilihat pada grafik berikut ini :


(10)

Gambar 4.3. perolehan nilai siswa siklus II

Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus satu di atas diperoleh data sebanyak 37 siswa atau 86 % yang mencapai KKM dan 6 siswa atau 14% yang belum mencapai KKM bila dibandingkan dengan prasiklus dan siklus I hasil belajar siswa dapat dikatakan mengalami peningkatan seperti yang ditunjukkan diagram berikut:

Nilai


(11)

Gambar 4.4. perbandingan prasiklus I dan Siklus II d. Refleksi

Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi selama pelaksanaan terdapat beberapa temuan penting diantaranya :

1. Pada tahap invitasi siswa banyak yang merespon hampir semua mengacunkan tangan ingin menjawab.

2. Dalam kegiatan diskusi kelas masih sedikit siswa yang menanggapi hasil diskusi kelompok lain.

3. Masih beberapa siswa ketika melakukan percobaan masih asik bermain-main sendiri dengan alat peraga.

Berdasarkan temuan-temuan di atas maka untuk merencanakan tindakan berikutnya perlu diperhatikan hal-hal yang hubungannya dengan penyajian materi rencana pembelajaran dan pengkondisian siswa.

P

erse

ntase

pe

nc

ap

aian K


(12)

1. Guru harus terus memberikan motivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri kepada siswanya agar siswa lebih berani untuk mengungkapkan pendapat ataupun mengajukan pertanyaan.

2. Guru harus selalu tanggap terhadap siswa yang melakukan aktivitas diluar kegiatan.

3. Siklus III

a. Perencanaan Pembelajaran

Untuk Perencanaan pada siklus III ini merupakan hasil analisis dan refleksi siklus I dan siklus II yang telah didiskusikan sebelumnya oleh guru bersama observer

Materi pokok pada siklus III yaitu gaya memengaruhi keadaan benda di dalam air dengan menggunakan pendekatan contekstual. Metode yang digunakan adalah percobaan diskusi dan tanya jawab. Alat peraga yang digunakan yaitu toples, air, sedotan, paku dengan media yang ada dilingkungan sekitar.

Seperti pada siklus ke II sistematika penyusunan RPP siklus ke III ini sama yang meliputi Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Ajar, Alokasi Waktu, Metode Pembelajaran, Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran (Kegiatan Awal, Kegiatan Inti, Kegiatan Akhir), Penilaian, dan Sumber/Media Pembelajaran.


(13)

Begitupun dengan karakteristik dari RPP pada tindakan siklus ke III ini tidak jauh berbeda dengan RPP pada tindakan sebelumnya, hanya pada langkah langkah pembelajaran ditekankan guru untuk mendatangi setiap kelompok pada saat pengerjaan LKSagar siswa untuk lebih aktif dan berperan dalam pelaksanaan pengerjaan LKS dan lebih berani lagi dalam bertanya kalau ada yang belum dipahami. Pada RPP siklus III ini juga diperbaiki beberapa hal, diantaranya yaitu: (1) Guru harus terus memberikan motivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri kepada siswanya agar siswa lebih berani untuk mengungkapkan pendapat ataupun mengajukan pertanyaan. (2)Guru harus selalu tanggap terhadap siswa yang melakukan aktivitas diluar kegiatan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pertama adalah invitasi dimana guru menggali pengetahuan awal siswa untuk mengungkapkan konsep awal pada tahap ini beberapa siswa mengamati gambar, kemudian guru mengajukan pertanyaan

“mengapa perahu dapat terapung di laut?”. Siswa aktif menjawab

pertanyaan guru.

Memasuki tahap eksplorasi guru membagi siswa ke dalambeberapa kelompok pembagian kelompok didasarkan atas pilihan siswa sendiri setiap kelompok diberi LKS dan melakukan percobaan tentang gaya memengaruhi keadaan benda di dalam air dengan alat peraga yang telah


(14)

disediakan dalam siklus ini siswa tampak tertarik melakukan percobaan karena alat peraga yang digunakan cukup menari perhatian siswa.

Berikutnya guru membimbing siswa untuk mengadakan diskusi kelas yaitu pada tahap penjelasan dan solusi. Perwakilan dari tiap kelompok maju untuk melakukan persentasi kemudian guru membantu siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas dari hasil diskusi kelompok dan hasil diskusi kelas.

Pada tahap pengambilan tindakan guru mengaitkan pembelajaran dengan konteks kehidupan nyata siswa.

Dalam kegiatan penutup guru membagikan soal evaluasi pada siswa secara individu tahap ini dilakukan untuk mengetahuai pemahaman siswa terhadap konsep yang telah di bahas.

Sebelum menutup kegiatan belajar, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya kemudian mengingatkan siswa untuk rajin belajar dirumah dan diujung kegiatan pembelajaran guru memberikan hadiah kepada kelompok yang sangat baik dalam mengerjakan tugas kelompoknya.

c. Hasil Pembelajaran

Data yang diambil pada penelitian merupakan hasil evaluasi individu. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil evaluasi pada siklus I dapat dilihat pada grafik berikut ini :


(15)

Gambar 4.5. prolrhan nilai siswa siklus III

Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus satu di atas diperoleh data sebanyak 40 siswa atau 93 % yang mencapai KKM dan 3siswa atau 7% yang belum mencapai KKM bila dibandingkan dengan prasiklus, siklus I dan siklus II hasil belajar siswa dapat dikatakan mengalami peningkatan seperti yang ditunjukkan diagram berikut


(16)

Gambar 4.6. perbandingan prasiklus I, Siklus II dan Siklus III d. Refleksi

Meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan yang tidak terlalu menonjol,perbaikan yang dilakukan ternyata berhasil pada siklus III. Motivasi belajar siswa semakin tinggi Kerja kelompok sudah berjalan dengan lancar dan menyenangkan dengan guru mendekati kelompok untuk memberi motivasi atau bantuan bagi kelompok yang mengalami kesuliatan, ini dilihat dari diagram perbandingan persentase aktivitas belajaar.

Dilihat dari data- data diatas peneliti dan guru obsever dapat mengambil kesimpulan bahwaaktivitas hasil belajar siswa pada siklus III sudah berhasil ini dilhat dari kegiatan kegiatan pada siklus sebelumnya sudah tidak nampak lagi seperti semua siswa mengikuti jalannya kegiatan dengan baik, siswa yang pintar sudah tidak mendominasi lagidalam kegiatan kelompok , kemampuan menyimpulkan materi sudah cukup baik dan bahasanya sudah mendekati runtut.

Selain itu dilihat dari segi persentase proses hasil belajar siswa dan hasil belajar yang dilihat dari perolehan sekor nilai siswa yang semakin kesini nilainya semakin meningkat, maka dari itu dapat dikatakan dengan penerapan pendekatan CTL pada kegiatan pembelajaran dengan materi pengaruh gaya terhadap benda khususnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(17)

Berdasarkan temuan-temuan di atas aktivitas siswa sudah meningkat dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru setiap melakukan percobaan guru perlu mengingatkan kepada siswa agar selalu menjaga kebesihan.

B. Pembahasan

Berdasarkan deskripsi, dan repleksi setiap tindakan penelitian yang dilakukan terdapat beberapa esensial yang merupakan hasil kegiatan penelitian yang kemudian akan disintesis dan dikonfirmasikan dengan berbagai leteratur untuk menemukan relevansi antara teori dengan penelitian yang dilakukan.

Saat dilakukan observasi didapat bahwa siswa memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap pembelajaran IPA. Siswa juga secara alamiah memiliki keinginan untuk meneliti dan memiliki keinginan untuk belajar secara mandiri, hal ini tidak akan terwujud apabila pembelajaran hanya berpusat pada guru. Salah satu alternative pembelajaran IPA yang memberi kesempatan pada siswa untuk sedini mungkin peserta didik mempunyai keberanian membangun pengetahuannya secara terarah adalah dengan menggunakan pendekatan CTL, sehingga bukan hanya hasil tes siswa saja yang meningkat melainkan timbul sikap sikap ilmiah,ini terbukti denganketerlaksanaan model pembelajaran pendekatan CTL di kelas IV SDN Cipeucang 02 seperti yang disajikan pada table perbandingan persentase aktivitas pembelajaran dari siklus 1, II dan III dalam hasil penelitian.


(18)

Pada tahap invitasi masih banyak siswa yang belum siap mengikuti pelajaran hal tersebut sesuai dengan tahapan anak usia SD yaitu termasuk pada tahap operasional konkrit Piaget(Dahar, 1996). Hal itu dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang dipeljari dengan konteks dunia nyata siswa sesuai dengan pengertian pembelajaran kontekstual. Johnson (2008:65)

menyatakan bahwa ”Pendekatan CTL merupakan suatu proses pendidikan yang

bertujuan membantu siswa melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari”.

Pada siswa seperti mengamati, menyelidiki, membuat dugaan, membangun pengetahuan, beargumentasi menganalisis hasil pengamatan, berdiskusi dan bekerjasama dengan teman kelompoknya, menarik kesimpulan dan sebagainya. Dengan demikian siswa menjadi aktif dalam belajar, tidak cepat bosan, jenuh dan malas, sementara peran guru hanyalah mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Piaget dalam Dahar (1996) yang mengatakan:

Bahwa belajar sains merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa, dan peran guru berubah, dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosis dan fasilitator belajar siswa.

proses hasil belajar sikap ilmiah pada siklus II ini sudah cukup memuaskan, hal ini terbukti pada saat pembelajaran berlangsung terutama keterbukaan siswa sudah baik siswa sudah mulai terbiasa dan tidak malu lagi dalam mengemukakan pendapat dan penemuanya dan hampir semua siswa aktif dan bekerjasama. Begitupun dalam kerjasama dalam kelompok sudah ada


(19)

peningkatan, serta guru tidak mendominasi lagi. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakanoleh Conny R.S.(1996):

merumuskan sejumlah pemikiran yang memungkinkan aktivitas anak SD lebih bermakna dengan menerapkan prinsip konstruktivisme yang menghendaki para guru untuk menerapkan pendekatan mengajar yang berpusat pada anak (child-centred approach) yang memberi kesempatan pada siswa untuk mengkreasi dan membangun pengetahuannya.

Setelah peneliti melaksanakan siklus III dan melihat pada persentase perbandingan aktivitas pembelajaran didapat gambaran bahwa sikap ilmiah dan keaktifan serta kerjasama siswa sudah mengalami peningkatan yang signifikan dibanding pada siklus sebelumya, ini sesuai dengan kurikulum IPA di SD yang bertujuan untuk (1) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari (2) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA lingkungan, teknologi dan masyarakat (3) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan (4) meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan alam (5) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannyasebagai salah satu ciptaan tuhan (6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Selain itu pada siklus III ini Kerjasama kelompok dalam kegiatan semakin merata, pembagian tugas tugas kelompok mulai terarah siswa mulai


(20)

bekerja sesuai peran dan tugasnya masing masing sehingga alokasi waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan tepat waktu.Karena setelah siklus ke III dilaksanakan telah menjukan hasil yang baik dari siklus sebelumnya dan merupakan perkembangan yang optimal maka siklus ke III ini adalah terakhir pada pelaksanaan penelitian ini.

Tingkat ketercapaian pendekatan CTL dapat dilihat dari bagaimana siswa mengungkap pengetahuan awal, membangun pengetahuan sendiri, dapat bekerjasama dengan teman, keaktifan, timbul keberanian untuk memperagakan dan mengamati alat peraga, mengemukakan pendapat dan menyimpulkan materi pembelajaran serta bertanggung jawab terhadap hasil yang sudah diperoleh bersama, ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (West & dan Pines) yang menyatakan:

keberhasilan belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “ makna” dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar.

Keberhasilan penerapan pendekatan kontekstual pada penelitian ini sangat ditunjang oleh penggunaan media yang menarik perhatian siswa. Sesuai dengan yang dikemukakan Dzamrah Zain (2002: 139) bahwa “penggunaan aneka macam media menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik”.

Keberhasilan penerapan pendekatan kontekstual pada penelitian ini tergambar dari hasil pembelajaran dan aktivitas belajar siswa yang meningkat dari setiap siklusnya. Tahapan kegiatan pendekatan kontekstual yaitu tahap


(21)

invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi dan tahap pengambilan tindakan ternyata dapat mengaktifkan kegiatan belajar siswa.


(1)

Gambar 4.6. perbandingan prasiklus I, Siklus II dan Siklus III d. Refleksi

Meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan yang tidak terlalu menonjol,perbaikan yang dilakukan ternyata berhasil pada siklus III. Motivasi belajar siswa semakin tinggi Kerja kelompok sudah berjalan dengan lancar dan menyenangkan dengan guru mendekati kelompok untuk memberi motivasi atau bantuan bagi kelompok yang mengalami kesuliatan, ini dilihat dari diagram perbandingan persentase aktivitas belajaar.

Dilihat dari data- data diatas peneliti dan guru obsever dapat mengambil kesimpulan bahwaaktivitas hasil belajar siswa pada siklus III sudah berhasil ini dilhat dari kegiatan kegiatan pada siklus sebelumnya sudah tidak nampak lagi seperti semua siswa mengikuti jalannya kegiatan dengan baik, siswa yang pintar sudah tidak mendominasi lagidalam kegiatan kelompok , kemampuan menyimpulkan materi sudah cukup baik dan bahasanya sudah mendekati runtut.

Selain itu dilihat dari segi persentase proses hasil belajar siswa dan hasil belajar yang dilihat dari perolehan sekor nilai siswa yang semakin kesini nilainya semakin meningkat, maka dari itu dapat dikatakan dengan penerapan pendekatan CTL pada kegiatan pembelajaran dengan materi pengaruh gaya terhadap benda khususnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(2)

Berdasarkan temuan-temuan di atas aktivitas siswa sudah meningkat dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru setiap melakukan percobaan guru perlu mengingatkan kepada siswa agar selalu menjaga kebesihan.

B. Pembahasan

Berdasarkan deskripsi, dan repleksi setiap tindakan penelitian yang dilakukan terdapat beberapa esensial yang merupakan hasil kegiatan penelitian yang kemudian akan disintesis dan dikonfirmasikan dengan berbagai leteratur untuk menemukan relevansi antara teori dengan penelitian yang dilakukan.

Saat dilakukan observasi didapat bahwa siswa memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap pembelajaran IPA. Siswa juga secara alamiah memiliki keinginan untuk meneliti dan memiliki keinginan untuk belajar secara mandiri, hal ini tidak akan terwujud apabila pembelajaran hanya berpusat pada guru. Salah satu alternative pembelajaran IPA yang memberi kesempatan pada siswa untuk sedini mungkin peserta didik mempunyai keberanian membangun pengetahuannya secara terarah adalah dengan menggunakan pendekatan CTL, sehingga bukan hanya hasil tes siswa saja yang meningkat melainkan timbul sikap sikap ilmiah,ini terbukti denganketerlaksanaan model pembelajaran pendekatan CTL di kelas IV SDN Cipeucang 02 seperti yang disajikan pada table perbandingan persentase aktivitas pembelajaran dari siklus 1, II dan III dalam hasil penelitian.


(3)

Pada tahap invitasi masih banyak siswa yang belum siap mengikuti pelajaran hal tersebut sesuai dengan tahapan anak usia SD yaitu termasuk pada tahap operasional konkrit Piaget(Dahar, 1996). Hal itu dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang dipeljari dengan konteks dunia nyata siswa sesuai dengan pengertian pembelajaran kontekstual. Johnson (2008:65)

menyatakan bahwa ”Pendekatan CTL merupakan suatu proses pendidikan yang

bertujuan membantu siswa melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari”.

Pada siswa seperti mengamati, menyelidiki, membuat dugaan, membangun pengetahuan, beargumentasi menganalisis hasil pengamatan, berdiskusi dan bekerjasama dengan teman kelompoknya, menarik kesimpulan dan sebagainya. Dengan demikian siswa menjadi aktif dalam belajar, tidak cepat bosan, jenuh dan malas, sementara peran guru hanyalah mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Piaget dalam Dahar (1996) yang mengatakan:

Bahwa belajar sains merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa, dan peran guru berubah, dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosis dan fasilitator belajar siswa.

proses hasil belajar sikap ilmiah pada siklus II ini sudah cukup memuaskan, hal ini terbukti pada saat pembelajaran berlangsung terutama keterbukaan siswa sudah baik siswa sudah mulai terbiasa dan tidak malu lagi dalam mengemukakan pendapat dan penemuanya dan hampir semua siswa aktif dan bekerjasama. Begitupun dalam kerjasama dalam kelompok sudah ada


(4)

peningkatan, serta guru tidak mendominasi lagi. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakanoleh Conny R.S.(1996):

merumuskan sejumlah pemikiran yang memungkinkan aktivitas anak SD lebih bermakna dengan menerapkan prinsip konstruktivisme yang menghendaki para guru untuk menerapkan pendekatan mengajar yang berpusat pada anak (

child-centred approach) yang memberi kesempatan pada siswa untuk mengkreasi

dan membangun pengetahuannya.

Setelah peneliti melaksanakan siklus III dan melihat pada persentase perbandingan aktivitas pembelajaran didapat gambaran bahwa sikap ilmiah dan keaktifan serta kerjasama siswa sudah mengalami peningkatan yang signifikan dibanding pada siklus sebelumya, ini sesuai dengan kurikulum IPA di SD yang bertujuan untuk (1) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari (2) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA lingkungan, teknologi dan masyarakat (3) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan (4) meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan alam (5) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannyasebagai salah satu ciptaan tuhan (6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Selain itu pada siklus III ini Kerjasama kelompok dalam kegiatan semakin merata, pembagian tugas tugas kelompok mulai terarah siswa mulai


(5)

bekerja sesuai peran dan tugasnya masing masing sehingga alokasi waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan tepat waktu.Karena setelah siklus ke III dilaksanakan telah menjukan hasil yang baik dari siklus sebelumnya dan merupakan perkembangan yang optimal maka siklus ke III ini adalah terakhir pada pelaksanaan penelitian ini.

Tingkat ketercapaian pendekatan CTL dapat dilihat dari bagaimana siswa mengungkap pengetahuan awal, membangun pengetahuan sendiri, dapat bekerjasama dengan teman, keaktifan, timbul keberanian untuk memperagakan dan mengamati alat peraga, mengemukakan pendapat dan menyimpulkan materi pembelajaran serta bertanggung jawab terhadap hasil yang sudah diperoleh bersama, ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (West & dan Pines) yang menyatakan:

keberhasilan belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “ makna” dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar.

Keberhasilan penerapan pendekatan kontekstual pada penelitian ini sangat ditunjang oleh penggunaan media yang menarik perhatian siswa. Sesuai dengan yang dikemukakan Dzamrah Zain (2002: 139) bahwa “penggunaan aneka macam media menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik”.

Keberhasilan penerapan pendekatan kontekstual pada penelitian ini tergambar dari hasil pembelajaran dan aktivitas belajar siswa yang meningkat dari setiap siklusnya. Tahapan kegiatan pendekatan kontekstual yaitu tahap


(6)

invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi dan tahap pengambilan tindakan ternyata dapat mengaktifkan kegiatan belajar siswa.