s pgsd 1008597 chapter2

(1)

BAB II

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN HASIL BELAJAR IPA PENGARUH GAYA TERHADAP BENDA

A.Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian CTL

”CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan kaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan siswa, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka”. Nasar (2006:109)

Selain itu Johnson (2008:65) menyatakan bahwa ”Pendekatan CTL

merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari”.

Dari pengertian yang diuraikan, dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL menghadirkan situasi dunia nyata dalam kelas dan membantu siswa menghubungkan materi yang mereka pelajari dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna, serta menekankan keterlibatan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran.


(2)

2. Tujuan Pembelajaran CTL

a. Pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainnya.

b. Pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghapal tetapi perlu adanya pemahaman.

c. Pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa

d. Pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.

e. Pembelajran CTL ini bertujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.

f. Pembelajaran CTL ini untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari.


(3)

3. Landasan Filosofi CTL

Landasan filosofi CTL adalah konstrukstivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkosntruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Pengatahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruksivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jonh Dewey pada awal abad ke- 20 yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa.

Anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya mengetahuinya.

4. Komponen Pembelajaran CTL

Komponen-komponen pembelajaran CTL antara lain : b. Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur konginitif siswa berdasarkan pengalaman. Pembelajaran ini harus dikemas menjadi proses

“mengkonstruksi “ bukan menerima pengetahuan.


(4)

Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada proses pencarian penemuan melalui proses berfikir secara sistimatis. Merupakan proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman sehingga siswa belajar menggunakan keterampilan berfikir kritis. d. Bertanya

Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan e. Masyarakat Belajar

Menurut Vygotsky dalam masyarakat belajar ini pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. f. Pemodelan.

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sebagai suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa.

g. Refleksi

Refleksi adalah proses pengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengerutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilalui untuk untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bersifat positif maupun bernilai negative.

h. Penilaian nyata

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.


(5)

Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain :

a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan menkonsturksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

d. Menciptakan masyarakat belajar

e. Menghadirkan model sabagai contoh belajar f. Melakukan refleksi diakhiri pertemuan

g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konstektual : a. Pengalaman nyata

b. Kerja sama, saling menunjang c. Gembira, belajar dengan bergairah d. Pembelajaran terintegrasi

e. Menggunakan berbagai sumber f. Siswa aktif dan kritis

g. Menyenangkan, tidak membosankan h. Sharing dengan teman

i. Guru kreatif

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran CTL Kelebihan dari pendekatan pembelajaran CTL yaitu:


(6)

a. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa shingga siswa aktif dam PBM. b. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,

memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.

c. Menyadarkan siswa tentang apa yang meraka pelajari

d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru

e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan f.Membantu sisswa bekerja dengan efektif dalam kelompok

g. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

Kelemahan dari pendekatan pembelajaran CTL yaitu:

a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa padahal, dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehingga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapannya siswa tadi tidak sama.

b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM c. Dalam proses pembelajaran dengam model CTL akan Nampak jelas

antar siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.


(7)

d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menuggu temanyang teringgal dan mengalami kesulitan.

e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kamampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.

f.Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lisan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan keterampilan dan kemampuan soft skill dari pada kemampuan intelektualnya.

g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.

h. Peran guru tidak Nampak teralalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengaruh dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk akatif dan berusaha sendiri mencapai informasi, mengamati fakda dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.


(8)

B. Pembelajaran IPA di SD 1. Hakikat IPA

Menurut Carin & Sound (1998) yang dikutip dalam Reni dkk (2004:6) menyatkan bahwa „Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu system yang diperolah dari observasi dan percobaan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa IPA tidak hanya merupakan cara kerja, cara berfikir dan cara, memecahkan masalah. Dengan kata lain, IPA dapat dipandang sebagai proses, produk, dan sikap‟.

Menunjuk pengertian IPA menurut Carin Sound (1989) maka dapat disimpulkan bahwa hakekat IPA meliputi empat unsure utama yaitu : Sikap, proses, produk dan aplikasi. Sikap menunjukan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses menunjukkan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, percang ekperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan. Produk menunjuk pada berupa fakta, prinsip, teori dan hubungan. Aplikasi menunjuk pada penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah:


(9)

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

f. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

3. Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah.

Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat

dan gas.

c. Eenergi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.


(10)

Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.

Salah satu pokok bahasan yang terdapat dalam kurikulum IPA di SD yaitu materi Gaya dan Pengaruh Gaya Terhadap Benda yang diberikan dikelas IV semester II.

C.Hasil Belajar

Menurut Mudjiono dan Dimyati, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari segi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Menurut Oemar Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi di capai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor. Tife hasil belajar lebih dominan dari pada afektif dan


(11)

psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disistensikan bahwa hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi, sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan prilaku kerja yang lebih baik.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan / hasil belajar dibagi menjadi 2 bagian besar, yatu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Factor Internal

1. Faktor Biologis (Jasmaniah). Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kedua kondisi kesehatan fisik.

2. Faktor Psikologis. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal seperti intelegis atau kecerdasan, kamauan, dan bakat

2. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan Rumah. Suasana lingkungan rumah cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap perkembangan pertumbuhan dan pendidikan anak-anaknya maka mempengaruhi keberhasilan belajar.


(12)

2. Faktor Lingukungan Sekolah. Hal ini yang mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru, dengan siswa, relasi guru dengan siswa relasi siswa dengan mata pelajaran, waktu sekolah tata tertib atau disiplin yang ditegakan secara kondusif dan konsisten.

3. Factor Lingkungan Masyarakat. Lingkungan masyarakat yang menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah : lembaga-lembaga pendidikan non formal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.

D.Konsep Gaya 1. Pengertian gaya

Di dalam ilmu pengetahun alam, gaya sering diartikan sebagai dorongan atau tarikan. Bila kita menarik atau mendorong suatu benda, maka berarti kita memberikan gaya pada benda tersebut. Untuk melakukan suatu gaya, diperlukan tenaga. Gaya tidak dapat dilihat tetapi pengaruhnya dapat dirasakan.


(13)

Gambar 2.1 pengaruh gaya

Gaya ada yang kuat ada pula yang lemah, makin besar gaya yang dilakukan,makin besar pula tenaga yang diperlukan. Besar gaya dapat diukur dengan alat yang disebut dinamometer. Satuan gaya dinyatakan dalam Newton (N) gaya dapat mempengaruhi gerak dan bentuk benda.

2. Gaya Mempengaruhi gerak dan Bentuk Benda

Gaya mengakibatkan adanya perubahan pada benda. Pengaruh gaya terhadap gerak benda adalah sebagai berikut :

a. Gaya menggerakan benda diam

Benda diam akan bergerak jika diberi gaya.contohnya bola akan melambung ke udara jika kita tendang. Lemari akan bergeser jika kita dorong. Sepeda akan berjalan jika kita kayuh batu akan bergerak jika kita lempar.


(14)

Contoh benda yang bergerak adalah sepeda yang kayuh, sepeda motor yang sedang bergerak, kelereng yang mengelinding, dan sebagainya. Benda-benda bergerak tersebut dapat berhenti atau diam jika diberi gaya. Sepeda yang bergerak berhenti jika direm. Sepeda motor yang sedang bergerak akan berhenti jika direm. Kelereng yang menggelinding akan berhenti jika kita tahan dengan tangan atau kaki.

Mengerem sepeda dan sepeda motor termasuk bentuk gaya. Begitu pula dengan menahan kelereng dengan tangan termasuk bentuk gaya. Dengan demikian gaya dapat membuat benda bergerak menjadi diam.

b. Gaya Megubah Kecepatan Gerak Benda.

Perhatikan mobil yang sedang bergerak jika kamu amati, kecepatan mobil tersebut tidak akan sama.kamu bisa melihatnya pada spidometer. Gerak mobil terkadang cepat dan terkandang lambat. Ketika jalan lengang, pengemudi akan menginjak gasnya. Akibatnya, mobil akan melaju kencang. Namun, jika ada mobil lain di depannya. Pengemudi akan menginjak rem. Akibatnya, laju mobil akan lambat. Injakan gas dan injakan rem termasuk bentuk


(15)

gaya. Oleh karena itu gaya dapat memengaruhi kecepatan gerak benda.

c. Gaya Mengubah Arah Gerak Benda

Sepeda dapat kita belokan ke arah yang kita butuhkan. Jika ingin mengubah arah sepeda, kita cukup membelokan setangnya. Hasilnya arah sepeda akan berubah.

Begitu juga dengan orang yang bermain bola. Bola tidak hanya bergerak kesatu arah. Bola dapat bergerak kesegala arah. Namun arah bola tidak dapat berubah dengan sendirinya. Arah gerak bola harus diubah oleh pemain bola. Caranya dengan menyundul atau menendang bola.

Membelokan sepeda dan bola termasuk bentuk gaya. Dengan demikian, gaya dapat mengubah arah gerak benda. 3. Gaya Dapat Mengubah Bentuk Benda

Para pengrajin gerabah membuat gerabah dari tanah liat, ia melumatkan tanah liat kemudian membentuknya menjadi sebuah gerabah, ketikan perajin itu melumatkan tanah liat ia memberikan gaya pada tanah liat. Jadi, gaya dapat mengubah tanah liat menjadi guci. Benda yang keras sekalipun dapat berubah bentuk jika diberikan gaya

Beberapa cara untuk mengubah bentuk benda antara lain dengan memotong, ditekan, diremas-remas, menekuk, melipat, meniup, dan lain-lain.


(16)

Jika suatu benda dimasukan ke dalam air, ada tiga kemungkinan posisi benda tersebut di dalam air. Benda tersebut dapat terapung, tenggelam atau melayang.

a. Terapung, jika sebagian benda di atas permukaan air dan sebagaian lagi di bawah permukaan air.

b. Tenggelam, jika seluruh bagian benda berada di dalam air dan menyentuh dasar wadah.

c. Melayang, jika seluruh bagian benda berada di dalam air. Namun, tidak ada bagian benda yang menyentuh dasar wadah.

E. Penerapan pendekatan CTL pada pembelajaran IPA pokok Bahasan Gaya

Mata pelajaran IPA sebagai proses pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah, sehingga pendidikan IPA diarahkan untuk mengkonstruk dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas 2006:57). Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan secara ilmiah.


(17)

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA menurut kurikulum (2004) berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari

menentukan “apa yang akan dipelajari” ke bagaimana menyediakan

melalui serangkaian kegiatan mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif denagn teman, lingkingan dan nara sumber lain.

Dalam pembelajaran IPA dengan penerapan Contextual Teaching

and Learning (CTL) pemilihan strategi pembelajaran lebih

memberdayakan siswa Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat diterapkan di kelas yang jumlah siswanya banyak. Dalam penerapannya tidak perlu mengubah kurikulum. Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini diterapkan tujuh komponen melalui tahap-tahap berikut ini:

1.Tahap Invitasi, pada tahap ini siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas.

2. Tahap Eksplorasi, pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan data, pengorganisasian, penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru.

3. Tahap Penjelasan dan solusi, pada tahap ini siswa memberikan penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan dari guru.


(18)

4. Tahap Pengambilan tindakan. Tahap terakhir ini siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik bagi individu maupun masyarakat yang berhubungan dengan pemecahan masalah terkait dengan bahasan yang sedang dibahas.


(1)

Gambar 2.1 pengaruh gaya

Gaya ada yang kuat ada pula yang lemah, makin besar gaya yang dilakukan,makin besar pula tenaga yang diperlukan. Besar gaya dapat diukur dengan alat yang disebut dinamometer. Satuan gaya dinyatakan dalam Newton (N) gaya dapat mempengaruhi gerak dan bentuk benda.

2. Gaya Mempengaruhi gerak dan Bentuk Benda

Gaya mengakibatkan adanya perubahan pada benda. Pengaruh gaya terhadap gerak benda adalah sebagai berikut :

a. Gaya menggerakan benda diam

Benda diam akan bergerak jika diberi gaya.contohnya bola akan melambung ke udara jika kita tendang. Lemari akan bergeser jika kita dorong. Sepeda akan berjalan jika kita kayuh batu akan bergerak jika kita lempar.


(2)

Contoh benda yang bergerak adalah sepeda yang kayuh, sepeda motor yang sedang bergerak, kelereng yang mengelinding, dan sebagainya. Benda-benda bergerak tersebut dapat berhenti atau diam jika diberi gaya. Sepeda yang bergerak berhenti jika direm. Sepeda motor yang sedang bergerak akan berhenti jika direm. Kelereng yang menggelinding akan berhenti jika kita tahan dengan tangan atau kaki.

Mengerem sepeda dan sepeda motor termasuk bentuk gaya. Begitu pula dengan menahan kelereng dengan tangan termasuk bentuk gaya. Dengan demikian gaya dapat membuat benda bergerak menjadi diam.

b. Gaya Megubah Kecepatan Gerak Benda.

Perhatikan mobil yang sedang bergerak jika kamu amati, kecepatan mobil tersebut tidak akan sama.kamu bisa melihatnya pada spidometer. Gerak mobil terkadang cepat dan terkandang lambat. Ketika jalan lengang, pengemudi akan menginjak gasnya. Akibatnya, mobil akan melaju kencang. Namun, jika ada mobil lain di depannya. Pengemudi akan menginjak rem. Akibatnya, laju mobil akan lambat. Injakan gas dan injakan rem termasuk bentuk


(3)

gaya. Oleh karena itu gaya dapat memengaruhi kecepatan gerak benda.

c. Gaya Mengubah Arah Gerak Benda

Sepeda dapat kita belokan ke arah yang kita butuhkan. Jika ingin mengubah arah sepeda, kita cukup membelokan setangnya. Hasilnya arah sepeda akan berubah.

Begitu juga dengan orang yang bermain bola. Bola tidak hanya bergerak kesatu arah. Bola dapat bergerak kesegala arah. Namun arah bola tidak dapat berubah dengan sendirinya. Arah gerak bola harus diubah oleh pemain bola. Caranya dengan menyundul atau menendang bola.

Membelokan sepeda dan bola termasuk bentuk gaya. Dengan demikian, gaya dapat mengubah arah gerak benda.

3. Gaya Dapat Mengubah Bentuk Benda

Para pengrajin gerabah membuat gerabah dari tanah liat, ia melumatkan tanah liat kemudian membentuknya menjadi sebuah gerabah, ketikan perajin itu melumatkan tanah liat ia memberikan gaya pada tanah liat. Jadi, gaya dapat mengubah tanah liat menjadi guci. Benda yang keras sekalipun dapat berubah bentuk jika diberikan gaya

Beberapa cara untuk mengubah bentuk benda antara lain dengan memotong, ditekan, diremas-remas, menekuk, melipat, meniup, dan lain-lain.


(4)

Jika suatu benda dimasukan ke dalam air, ada tiga kemungkinan posisi benda tersebut di dalam air. Benda tersebut dapat terapung, tenggelam atau melayang.

a. Terapung, jika sebagian benda di atas permukaan air dan sebagaian lagi di bawah permukaan air.

b. Tenggelam, jika seluruh bagian benda berada di dalam air dan menyentuh dasar wadah.

c. Melayang, jika seluruh bagian benda berada di dalam air. Namun, tidak ada bagian benda yang menyentuh dasar wadah.

E. Penerapan pendekatan CTL pada pembelajaran IPA pokok Bahasan Gaya

Mata pelajaran IPA sebagai proses pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah, sehingga pendidikan IPA diarahkan untuk mengkonstruk dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas 2006:57). Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan secara ilmiah.


(5)

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA menurut kurikulum (2004) berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan “apa yang akan dipelajari” ke bagaimana menyediakan melalui serangkaian kegiatan mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif denagn teman, lingkingan dan nara sumber lain.

Dalam pembelajaran IPA dengan penerapan Contextual Teaching

and Learning (CTL) pemilihan strategi pembelajaran lebih

memberdayakan siswa Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat diterapkan di kelas yang jumlah siswanya banyak. Dalam penerapannya tidak perlu mengubah kurikulum. Melalui pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) ini diterapkan tujuh komponen melalui

tahap-tahap berikut ini:

1.Tahap Invitasi, pada tahap ini siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas.

2. Tahap Eksplorasi, pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan data, pengorganisasian, penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru.

3. Tahap Penjelasan dan solusi, pada tahap ini siswa memberikan penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan dari guru.


(6)

4. Tahap Pengambilan tindakan. Tahap terakhir ini siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik bagi individu maupun masyarakat yang berhubungan dengan pemecahan masalah terkait dengan bahasan yang sedang dibahas.