Buletin edisi 2 tahun 20124
Pengantar Redaksi
Penanggungjawab
Moehammad Aman Wirakartakusumah
Pemimpin Redaksi
Edy Tri Baskoro
Redaksi Eksekutif
Richardus Eko Indrajit
Djemari Mardapi
Teuku Ramli Zakaria
Weinata Sairin
P
embaca yang budiman. Mulai tanggal 16 sampai dengan
19 April 2012 ini, BSNP kembali menyelenggarakan Ujian
Nasional atau UN SMA/MA, SMALB dan SMK. Sedangkan
UN SMP/MTs dan SMPLB diselenggarakan mulai tanggal
23 sampai dengan 26 April 2012. Berbagai persiapan telah
dilakukan untuk menjadikan penyelenggaraan UN tahun
ini sukses, kredibel, dan akuntabel. Informasi selengkapnya
tentang persiapan UN ini kami muat dalam Berita BSNP. Pada
edisi kedua ini kami juga menyajikan dua artikel utama yaitu
Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI (bagian keempat)
dan Resensi Buku Himpunan Peraturan di Bidang Pendidikan.
Edisi kali ini juga memuat gambar/lensa kegiatan BSNP.
Selamat membaca.
Redaksi Pelaksana
Bambang Suryadi
Penyunting/Editor
Mungin Eddy Wibowo
Zaki Baridwan
Djaali
Furqon
Johannes Gunawan
Jamaris Jamna
Kaharuddin Arafah
Daftar Isi
3-8
9-11
12-17
Desain Grais & Fotografer
Djuandi
Ibar Warsita
Sekretaris Redaksi
Ning Karningsih
Alamat:
BADAN STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN
Gedung D Lantai 2,
Mandikdasmen
Jl. RS. Fatmawati, Cipete
Jakarta Selatan
Telp. (021) 7668590
Fax. (021) 7668591
Email: [email protected]
Website: http://www.bsnp-indonesia.org
2
18-20
Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI
(Bagian IV)
Himpunan Peraturan di Bidang Pendidikan
Berita BSNP:
- Pelaksanaan UN yang Jujur dan Berprestasi
- Diperlukan Koordinasi yang Baik dalam
Penyelenggaraan UN
- Guru-Guru SD/MI dan SDLB Siap Hasilkan
Soal UN Bermutu
- Harmonisasi dan Sinkronisasi Kegiatan BSNP
- Sisdiknas Dijadikan Berchmark Pendidikan
Bangladesh
- USAid dan Dikti Berkolabrorasi Tingkatkan
Mutu Pendidikan Tinggi
- Asah Pena Sampaikan Aspirasi ke BSNP
tentang UNPK
Lensa BSNP
Keterangan Gambar Cover
Musliar Kasim Wakil Menteri Bidang Pendidikan didampingi oleh Khairil
Anwar Notodiputro Kepala Balitbang Kemdikbud menyematkan PIN
Ujian Nasional Prestasi YES, Jujus HARUS kepada perwakilan dari Kepala
Dinas Pendidikan, Rektor Perguruan Tinggi, dan Penyelenggara UN
Tingkat Provinsi (atas). Peserta rapat koordinasi persiapan pelaksanaan
UN tahun 2012 mendengarkan pengarahan Wakil Menteri Bidang
Pendidikan (bawah).
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
PARADIGMA PENDIDIKAN
NASIONAL ABAD XXI (Bagian IV)
BAB III: Peluang dan Tantangan Pendidikan
Abad XXI
e.
3.1. Karakteristik Abad XXI
A
bad XXI baru berjalan satu dekade, namun
dalam dunia pendidikan sudah dirasakan
adanya pergeseran, dan bahkan perubahan
yang bersifat mendasar pada tataran filsafat,
arah serta tujuannya. Tidaklah berlebihan bila
dikatakan kemajuan ilmu tersebut dipicu oleh
lahirnya sains dan teknologi komputer. Dengan
piranti mana kemajuan sains dan teknologi
terutama dalam bidang cognitive science, bio
molecular, information technology dan nano
science kemudian menjadi kelompok ilmu
pengetahuan yang mencirikan abad XXI. Salah satu
ciri yang paling menonjol pada abad XXI adalah
semakin bertautnya dunia ilmu pengetahuan,
sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin
cepat. Dalam konteks pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi di dunia pendidikan,
telah terbukti semakin menyempitnya dan
meleburnya faktor “ruang dan waktu” yang
selama ini menjadi aspek penentu kecepatan dan
keberhasilan penguasaan ilmu pengetahuan oleh
umat manusia.
Bila disarikan, karakteristik abad
XXI adalah:
a. Perhatian yang semakin besar terhadap masalah lingkungan hidup,
berikut implikasinya, terutama terhadap: pemanasan global, energi,
pangan, kesehatan, lingkungan binaan, dan mitigasi.
b. Dunia kehidupan akan semakin dihubungkan oleh teknologi informasi,
berikut implikasinya, terutama terhadap: ketahanan dan sistim pertahanan, pendidikan, industri, dan
komunikasi.
c. Ilmu pengetahuan akan semakin con
verging, berikut implikasinya, terutama terhadap: penelitian, filsafat
ilmu, paradigma pendidikan, dan
kurikulum.
d. Kebangkitan pusat ekonomi di be-
f.
g.
h.
lahan Asia Timur dan Tenggara, berikut implikasinya terhadap: politik
dan strategi ekonomi, industri, dan
pertahanan,
Perubahan dari ekonomi berbasis
sumber daya alam serta manusia ke
arah ekonomi berbasis pengetahuan,
berikut dengan implikasinya terhadap: kualitas sumber daya insani,
pendidikan, dan lapangan kerja,
Perhatian yang semakin besar pada
industri kreatif dan industri budaya,
berikut implikasinya, terutama terhadap: kekayaan dan keanekaan ragam budaya, pendidikan kreatif, en
trepreneurship, technopreneurship,
dan rumah produksi.
Budaya akan saling imbas mengimbas
dengan teknosains berikut implikasinya, terutama terhadap: karakter,
kepribadian, etiket, etika, hukum,
kriminologi, dan media.
Perubahan paradigma universitas,
dari “Menara Gading” ke “Mesin
Penggerak Ekonomi”. Investasi yang
ditanamkan dari sektor publik ke
perguruan tinggi untuk riset ilmu
dasar dan terapan serta inovasi teknologi/desain yang memberikan
dampak pada pengembangan industri
dan pembangungan ekonomi dalam
arti luas akan cenderung meningkat.
3.2. Kompleksitas Abad XXI
Masalah yang dihadapi manusia
pada abad XXI semakin kompleks,
saling kait mengkait, cepat berubah
dan penuh paradoks. Umumnya kaum
futuris mengaitkan pertumbuhan penduduk dunia yang bergerak secara
cepat sebagai pemicu. Bila pada tahun
2010 penduduk dunia sebesar 6.9
milyar, maka dalam waktu 2050 oleh
United Nations Population Division
diperkirakan akan mencapai 9.2 milyard
orang, ini berarti dalam masa empat
puluh tahun akan terjadi pertambahan
sebesar 2.5 milyar penduduk. Dampak
dari pertumbuhan ini pada seluruh
kehidupan manusia luar biasa; mulai dari
masalah kelangsungan hidup, pangan,
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
3
kesehatan, kesejahteraan, keamanan,
dan pendidikan. Penduduk Indonesia
yang sebesar 23,2 juta merupakan
3.38% penghuni planet ini mengalami
pertumbuhan sekitar 1.1% per tahun.
Masalah tersebut menjadi kompleks
bila dihubungkan dengan kondisi nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena menyangkut sistem dan nilai yang berlaku antara
bangsa, sukubangsa, dan individu. Tuntutan tersebut berimplikasi pada daya
dukung alam yang lama kelamaan
tak akan mencukupi, padahal sumber
daya alam mineral tidak bertambah,
sedangkan sumberdaya hayati dan nabati
dapat diberdayakan namun tetap akan
‘mengganggu’ keseimbangan ekosistem.
Oleh karena itu, masalah lingkungan
hidup dalam peradaban abad XXI
dijadikan isu untuk mengubah paradigma
lama yang terlalu menekankan pada ilmu
pengetahuan demi ilmu pengetahuan,
seni demi seni, kearah paradigma baru
yang lebih mengedepankan makna
dan nilai pengembangan yang bersifat
berkelanjutan.
Sama halnya dengan dunia ilmu
pengetahuan, kehidupan ekonomi abad
XXI mengalami konvergensi dari ekonomi “kelangkaan” ke arah ekonomi yang
dikendalikan oleh informasi, di mana 93%
seluruh pengetahuan di dunia ini sudah
didigitalkan. Lebih dari 80% kekayaan
negara negara industri maju pada awal
abad XXI dibangkitkan oleh informasi dan
usaha jasa yang juga merupakan industri
di mana bahan mentahnya bukan berupa
tanah, mesin, tenaga kerja, dan bahan
baku alam melainkan pengetahuan
(Westland, 2002). Perekonomian global
abad XXI dikendalikan oleh jaringan
teknologi informasi, di mana semua
transaksi dilakukan secara online,
investasi dan pasar modal dilakukan
tanpa melihat gejolak kehidupan nyata,
kecuali dengan cara melihat angka-angka
di monitor. Angka-angka itu berubah dari
menit ke menit, seiring dengan gejolak
yang terjadi dalam ekonomi perdagangan,
politik, sosial, bahkan oleh ‘ulah’ tokoh
dunia. Dalam kondisi pasar global semacam ini, maka apa yang terjadi di satu
negara, pengaruhnya akan terasa di
negara lain.
3.3 Tantangan Abad XXI
Ilmu pengetahuan dan teknologi
saling terkait mengembangkan ekolo-
gi kependidikan dan kesadaran berkomunikasi, bernegara dan berbangsa.
Walaupun perbatasan alami negara tradisional masih berlaku tetapi tanpa
sepenuhnya disadari muncul sekat
baru berujud tepian-tepian teknologik
dan sains. Tidak dapat dipungkiri bahwa penyekatan itu menumbuhkan citarasa kebangunan dan kebanggaan
berkat identitas yang melekat sebagai
hamba berpengetahuan. Kehormatan
itu tentu saja tidak datang sendiri, melainkan digapai dengan usaha berat
dan konsisten melalui penguasaan ilmu
pengetahuan, serta dengan inovasi teknologi dan penciptaan keagungan budaya pendidikan. Entitas bangsa lain
lalu melihat kelompok tersebut sebagai mercu suar kehidupan abad ke
XX yang memancarkan kemashalatan,
sinar kemanusiaan yang menjadi pedoman arah. Tanpa penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang pada
saat bersamaan membangkitkan mazhab-mazhab ekonomi, sinar itu menjadi
redup. Muka pengagumnya berpaling
ke arah lain yang lebih menjanjikan
peradaban zamannya.
Hampir semua bangsa mendekatkan
diri dengan penguasa pasar global, yang
ditandai dengan atribut penguasaan
teknologi dan inovasinya. Mereka yang
tidak dapat meraihnya harus rela tergeser ke pinggiran dan tertinggal di
belakang.
Bersamaan dengan pembaharuan
hidup berkebangsaan dengan ekonomi
dan sosial sadar-pengetahuan kita membangun manusia berdaya cipta, mandiri
dan kritis tanpa meninggalkan wawasan
tanggungjawab membela sesama untuk
diajak maju menikmati peluang abad
XXI. Dalam hubungan ini kita ditantang
untuk menciptakan dan membangun
tata-pendidikan yang dapat ikut menghasilkan sumber daya pemikir yang
mampu ikut mengembangkan tatanan
sosial dan ekonomi yang sadar-pengetahuan seperti laiknya warga abad XXI.
Mereka harus terlatih mempergunakan
kekuatan argumen dan daya pikir,
alih-alih kekuatan fisik konvensional.
Tentu saja dalam memandang ke
depan dan merancang langkah kita
tidak boleh sama sekali berpaling dari
kenyataan yang mengikat kita dengan
realita kehidupan. Indonesia masih
menyimpan banyak kantong-kantong
kemiskinan, wilayah kesehatan umum
yang tidak memadai dan kesehatan
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
kependudukan yang rendah serta mutu
umum pendidikan yang belum dapat
dibanggakan. Ini merupakan masalah
yang memerlukan perhatian dan upaya
yang serius dan taat asas.
Sederet falsafah dan kebijakan
tradisional yang berkembang dalam
kehidupan kita dan terangkum sebagai
budaya bangsa, telah ikut menerapkan
dan merawat lingkungan hidup alami.
Namun masuknya budaya asing, yang
kurang empati terhadap kehidupan
lingkungan lokal telah mencabut akar
kebajikan itu dari lingkungan tanpa daya
kita untuk mencegahnya. Karenanya
nurani jernih dan akal sehat haruslah
menjadi ciri dalam pendidikan dalam
abad yang tak lagi mengenal batas
geografi seperti abad XXI ini.
3.4. Modern, Post-modern, dan
Modernisasi
Abad XXI merupakan penerusan
dari abad ke XX yang merupakan era
di mana istilah modern untuk pertama
kali dilontarkan, yang kemudian mendasari apa yang berkembang lanjut pada abad sekarang. Istilah “modern”
menunjuk aspek kekinian, sedangkan
istilah “modernisme” adalah aliran pemikiran yang mengacu kepada sikap
kritis-ilmiah yang liberal. Spirit modern
adalah semangat yang meyakini bahwa
kebenaran ilmiah adalah satu-satunya
asas yang bersifat universal yang dapat
mengantarkan manusia mencapai aktualisasinya yang maksimal.
Dalam kaitannya dengan modernitas,
ilmu-ilmu alamiah dijadikan sebagai
ujung tombak dalam menguak rahasia
alam. Kelompok ilmu tersebut kemudian
diaplikasikan ke dalam berbagai rancang-bangun dalam berbagai sektor,
terutama dalam sektor industri dan
pertahanan. Pengaruhnya terhadap kehidupan modern dalam paruh kedua
abad XX nampak dari timbulnya keinginan untuk mendayagunakan pengetahuan bagi kemajuan material. Modernitas memang membawa dunia Barat
mengalami kemajuan fisik yang luar
biasa. Dalam segala bidang semangat
modernisasi diterapkan. Individualisme
dan kebebasan diusung sebagai asas
berkompetisi dalam kegiatan ekonomi
dan politik.
Permasalahan sosial-budaya mencuat ke permukaan, tidak hanya di bidang ekonomi, tapi juga di bidang aga-
ma, seni, dan filsafat. Hubungan antara agama dengan ilmu pengetahuan
yang dahulunya bersifat konfirmatif
mendapat ujian berat akibat semakin
berpengaruhnya teori Darwin. Kemudian muncul tantangan-tantangan terhadap teori itu. Di bidang seni dan humaniora: jika dulunya seni diusung
untuk meningkatkan derajat moralitas,
maka seni modern lantas semata-mata
menjadi ungkapan pribadi. Laksana
karya ilmiah, seni adalah ideosinkrasi
si seniman. Kebalikannya, desain yang
lahir oleh perpaduan seni dan enjiniring
semakin memperoleh peran untuk memberdayakan kejayaan industri. Begitu
pula dengan filsafat yang sejak Abad
Pencerahan dianggap sebagai pemandu
untuk menggali asal usul “ada” (ontologi),
rahasia kehidupan dan alam realitas,
bahkan kemudian dijadikan mata kuliah
wajib bagi setiap calon sarjana. Namun
demikian, setelah mereka memisahkan
fisika dari metafisika, filsafat tidak dijadikan mata kuliah wajib, karena mereka meyakini bahwa upaya mencari
kebenaran yang empiris, yang obyektif,
dan universal itu mempunyai ranah perkembangan tersendiri.
Wacana postmodern yang melatar
belakangi filsafat ilmu abad XXI, muncul untuk pertama kalinya di bidang
seni, sebagai reaksi terhadap aliran
modernisme yang dianggap semakin
deterministik dalam mengagung-agungkan rasionalitas dan pola pikir yang
sistematik dan terlalu mengandalkan
kekuatan teori universal dalam berkarya.
Postmodernisme tidak memiliki makna
yang pasti, karena derivasinya diangkat
dari keyakinan adanya relativitas dalam
segala hal. Aliran ini masih mempercayai proyek modernitas sebagai pelita
peradaban dan budaya masa mendatang,
tetapi mereka menyangsikan apa yang
diyakini oleh kaum modernis. Menurut paham ini, pengetahuan dan etika berkedudukan relatif terhadap paradigma yang berlaku, sehingga tidak
ada aturan yang baku dalam melihat
kebenaran obyektif dan narasi budaya
global. Pengaruh aliran postmodern memang lebih nampak di bidang ilmu-ilmu
budaya seperti sastra, lingustik, sosiologi
budaya, arsitektur, senirupa dan musik,
tetapi sebenarnya juga berimbas pada
ilmu-ilmu alami dan sosial, khususnya
dalam menyikapi gejala kompleksitas
dan chaos yang ditemui dalam fenomena
alam dan kehidupan sosial di alam
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
5
globalisasi.
Sampai saat ini spirit modernisme
dan post-modernisme masih berlangsung baik secara terpisah maupun bertindihan. Sebagaimana lazimnya dalam perubahan paradigma, kritik yang
pro dan kontra dalam tataran ontologis masih terjadi. Terlepas dari pro
dan kontra dari kedua paham di atas,
kenyataan menunjukkan bahwa kedua
pendekatan tersebut masih berjalan
berdampingan dalam menggali pengetahuan (knowledge inquiry). Bahkan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni terjadi hibrida seperti
terlihat dalam diagram di bawah ini.
senggang dan hiburan, penyajian lewat
DVD, iPod, iPad, VR, Hologram, dan
Game kita diajak berkelana di dunia
maya. Berbeda dengan istilah budaya
dalam pengertian antropologi yang
dikondisikan oleh kesadaran ruang dan
waktu nyata, budaya maya bergantung
pada situasi masing-masing pribadi.
Di antara teknologi di atas yang paling
memberikan dampak pada budaya
adalah berbagai perangkat komunikasi
elektronik.
Fenomena ini membawa perubahan
besar dalam kegiatan ilmiah. Pertama,
terjadinya konvergensi aktivitas antara
saintis yang bergulat dalam ranah teoritis
Gambar 2. Hibrid
Pengetahuan/
Ilmu/Teknologi
3.5. Teknologi dan Budaya Abad XXI
Dewasa ini kita mengalami gelombang paradigma baru. Tatkala para
peneliti menukik lebih jauh ke masalah
alam pikiran (‘mind’), genetika, dan
fractal, perspektif keilmuan bergeser
ke arah dimensi yang tidak kasat mata.
Melalui tahapan yang berjenjang, proses
penelitian yang rumit ini kemudian
memunculkan pengetahuan baru. Seperti gayung bersambut ilmu-ilmu tersebut saling bergantung satu sama
lain sehingga memunculkan teknologi
internet, robotika, bioteknologi, dan
teknologi lain yang diperlukan bagi
berbagai kebutuhan hidup antara lain:
kesehatan, pertanian, pertahanan, bisnis, komunikasi, transportasi, sport,
pendidikan, rumah tangga, hiburan dll.
Dalam dunia komunikasi, selain
kita dapat melakukan interaksi real
time, kita seolah-olah berada dalam
ruang nyata, meskipun sebenarnya
ruang itu maya. Dalam mengisi waktu
6
dengan teknolog yang bekerja di ranah
praksis. Kedua, tumbuhnya lembaga
atau institusi riset yang mengkhususkan
diri dalam melakukan R&D. Ketiga, tumbuhnya sinergi antara lembaga keilmuan termasuk perguruan tinggi dengan industri untuk memproduksi
produk canggih berbasis komputer.
Karena kemampuannya yang canggih,
efisien, efektif, serta tidak menuntut
infra struktur yang kolosal serta nilai
inovasinya yang berbobot pengetahuan,
maka himpunan ilmu itu oleh bangsabangsa industri maju dipergunakan
sebagai strategi dalam pengambilan
berbagai keputusan politik, ekonomi
dan apalagi pertahanan yang berskala
internasional. Dari sanalah kemudian
lahir globalisasi seperti yang kita kenal
dewasa ini.
Teknologi Informasi yang berbasis
digital meliputi komputer, komunikasi
satelit, robotika, videotext, televisi kabel,
e-mail, permainan elektronik (electronic
games), dan mesin perkantoran berbasis
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
elektronik. Kehadiran teknologi informasi ini memang berkat penelitian
dan kiprah sains dasar, tetapi karena
dalam beberapa segi kemampuan operasionalnya sanggup mengungguli kemampuan otak manusia,1 maka hampir
semua instrumen untuk penelitian, kerja profesional dalam berbagai bidang
keilmuan telah memanfaatkan teknologi
digital.
b.
3.6. Paradigma Keilmuan Baru
Sebagaimana dikemukakan di depan
tentang kemampuan konektivitas, berkat
teknologi ini ilmu pengetahuan semakin
mengerucut, menyatu dan bahkan
menghasilkan hibrida. Perkembangan
tersebut dirintis oleh para fisikawan
yang mulai berspekulasi mencari teori umum yang dapat menerangkan
hubungan tentang adanya empat gaya
(gravitasi, elektromagnit, gaya kuat, dan
gaya lemah) ke dalam teori string atau
teori yang dapat menerangkan segala
masalah (Theory of Everything). Dalam
konteks ini, beberapa teknologi masa
depan yang sedang dan akan mengubah
paradigma kehidupan manusia adalah:
a. Nanosains dan Teknologi nano.
Pada saat yang bersamaan dengan
perintisan teori DNA, fisikawan Feineman mengutarakan gagasan tentang inti dari proses manipulasi
materi atom dan molekul dengan
menggunakan kehandalan materi itu
sendiri. Dengan bantuan teknologi
pemberdayaan yang sesuai dengan
ukuran nano tersebut, diharapkan
Gambar 3.
Konvergensi
Teknologi
1 Misalnya ketika computer Deep Blue mengalahkan Garry Kasparov dalam suatu seri pertandingan catur (1996-1997).
c.
d.
e.
bahwa masalah gravitasi lantas tidak menjadi kendala, selagi tegangan permukaan dan gaya tarik bekerjanya akan menjadi semakin
signifikan.
Neurosains kognitif. Istilah neurosains kognitif berasal dari “kognisi”
yaitu proses mengetahui, dan “neurosains” yaitu ilmu yang mempelajari
sistem saraf. Ilmu ini berupaya untuk melokalisasi bagian-bagian otak
sesuai dengan fungsinya dalam kognisi. Oleh karena itu fokusnya adalah otak dan sistem saraf yang berkaitan dengan fungsi otak. Ilmu
ini pada dasarnya berupaya untuk
mengungkap struktur dan fungsi
dari otak manusia.
Teknologi pencitraan. Studi tentang
optik mengantarkan pada penelitian
yang lebih jauh mengenai pencitraan.
Di antara teknologi pencitraan yang
paling memberikan sumbangan besar pada kehidupan abad XXI adalah
serat optik, hologram, dan Realitas
Virtual.
Hologram/Holografi. Hologram adalah produk dari teknologi holografi.
Hologram terbentuk dari perpaduan
dua sinar cahaya yang koheren dan
dalam bentuk mikroskopik. Hologram bertindak sebagai gudang informasi optik. Informasi-informasi
optik itu kemudian akan membentuk
suatu gambar, pemandangan, atau
adegan.
Teknologi Informasi. Dunia kehidupan dan pendidikan khususnya
pada abad XXI ini telah dicirikan
oleh hadirnya teknologi informasi,
yang dampaknya telah mengubah
berbagai sendi kehidupan yang bersifat mendasar. Dalam kaitannya dengan dunia akademis, sains dan teknologi tersebut di atas telah membuka wawasan baru tentang realitas
alam, manusia (kemampuan dan
keterbatasannya) serta makna kehidupan sosial budayanya, sehingga
mendobrak dominasi filsafat ilmu reduksionistik pada tataran
ontologis, epistimologis maupun
metodologis.
3.7. Tekno-Sains
Berkat teknologi baru yang dihasilkan
oleh gugus (cluster) sains di atas,
lahirlah internet, komunikasi elektronik
nirkabel (mobile communication), mul-
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
7
Gambar 4. Tekno-Sains
timedia dan berbagai teknologi derivasinya ke dalam dunia kehidupan
nyata: sosial politik, ekonomi, budaya
dan keamanan, sehingga dunia ilmu
pengetahuan larut dalam kehidupan
nyata yang dikondisikan oleh dimensi
sejarah. Berbeda dengan abad ke XX
ketika sains, teknologi dan seni masih terfragmentasi, mulai abad XXI
berbagai ilmu mulai mengarah pada
konvergensi. Dalam rangka konvergensi
itu, muncullah tekno-sains yaitu ilmu
yang dikembangkan dengan dukungan
teknologi informasi.
Teknosains adalah istilah yang diperkenalkan oleh filsuf Belgia Gilbert
Hottois (1979) yang mencermati adanya paradigma keilmuan baru, di mana teknologi dan sains tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, karena
dalam kenyataannya teknologi dewasa ini memperkembangkan dan dapat menghasilkan sains. Konsep ini
kemudian dipergunakan oleh ‘Scien
ce and Technology Studies’ untuk menengarai munculnya masyarakat modern, di mana dalam interaksi dan
pemberdayaan sosialnya yang mencakup
juga aspek politik, ekonomi, dan budaya,
pengaruh simbiosis teknologi dan sains
dalam arti positif maupun negatif tidak
dapat dilepaskan. Pemberdayaan itu
seolah-olah menubuh (embedded) dalam
diri pribadi dan spirit masyarakat.
3.8. Budaya Internet dan Cyber Society
Sejak dimulainya wacana untuk
menghubungkan pengguna komputer
satu dengan lainnya yang hanya digunakan di lingkungan perguruan tinggi
ternama, perkembangan internet sekarang ini mengalami kemajuan yang
luar biasa. Kemajuan itu pertama
8
ditunjang oleh penemuan sains material, sains pencitraan, dan kedua
oleh bahasa program yang canggih
sehingga memungkinkan pengguna
internet melakukan berbagai kegiatan
di dunia maya secara interaktif antara:
dirinya sendiri dengan komputer atau
dengan sesama pengguna lain; secara
perorangan atau kelompok; telah
mengenal atau belum; di tetangga atau
di benua lain; dan dalam durasi waktu
yang tak terbatas. Ini berarti pengalaman
yang didapatkan hampir sama dengan
kehidupan nyata sehari-hari. Ketika
internet juga digunakan dalam dunia
bisnis, kemampuannya berkembang
luar biasa. Pengertian bisnis tidak terbatas pada hal-hal yang berkaitan
dengan perdagangan dalam pengertian
yang sempit, tetapi semua kegiatan,
instrumen, institusi, produksi, distribusi
dan konsumsi yang dilaksanakan oleh
korporasi, konglomerat, organisasi,
termasuk
juga
perguruan
tinggi.
Jumlah pengguna internet yang besar
dan
semakin
berkembang,
telah
mewujudkan budaya internet. Internet
mempunyai pengaruh yang besar atas
perkembangan ilmu pengetahuan dan
cara pandang dunia.
Konvergensi antara internet dengan
komunikasi selular (mobile phone) yang
disertai oleh semakin tinggi dan canggihnya kapasitas operasionalnya, kemudian didukung oleh berbagai inovasi perangkat keras yang semakin menubuh
dengan diri kita, maka suka atau tidak,
internet mulai menggantikan moda komunikasi kehidupan sosial (termasuk
juga ekonomi, politik, budaya), dan bahkan dapat mengubah sistem dan nilai
budaya serta dimensi spiritual, berikut
dengan implikasi baik buruknya. l
(Bersambung)
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
Resensi Buku
Himpunan Peraturan di
Bidang Pendidikan
Bambang Suryadi 1
S
alah satu upaya peningkatan mutu pendidikan nasional
yang dilakukan pemerintah adalah dengan membuat
peraturan perundang-undangan dalam bidang pendidikan.
Peraturan perundangan-udangan ini ditetapkan dalam bentuk
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Sejak tahun 2003 sampai tahun
2012 banyak produk hukum yang ditetapkan menjadi Undangundang, Peraturan Pemerintah, maupun Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan.
1
Staf Pofesional
BSNP dan dosen
Fakultas Psikologi
UIN Jakarta
Meskipun produk hukum tersebut
telah ditetapkan menjadi perundangudangan,
namun
masih
banyak
masyarakat yang belum mengetahui dan
memahaminya. Akibatnya, perundangundangan tersebut kurang memberikan
dampak
yang
signifikan
dalam
peningkatan mutu pendidikan nasional.
Sangat
disayangkan
memang,
sebab untuk menghasilkan sebuah
produk hukum, pemerintah telah
membelanjakan biaya dan energi yang
sangat besar melalui diskusi publik yang
sangat alot. Yang perlu digarisbawahi
bawah dana tersebut sebenarnya uang
rakyat juga. Tidak berlebihan jika
dikatakan telah terjadi kesenjangan
antara
pengeluaran
dana
untuk
menghasilan sebuah produk hukum dan
pengetahuan serta pemahaman rakyat
tentang peraturan tersebut.
Diantara faktor yang menyebabkan
masyarakat umum kurang mengetahui
produk hukum adalah minimnya
sosialisasi yang dilakukan pemerintah.
Sosialisasi yang ada hanya terbatas
pada segmen masyarakat tertentu saja.
Faktor kedua adalah terbatasnya akses
masyarakat kepada produk-produk
hukum. Tidak semua produk hukum
bisa ditemukan di pasaran karena
pencetakannya terbatas. Sementara
masih banyak warga masyarakat yang
tidak bisa mengakses produk hukum
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
9
Resensi Buku
yang dimuat dalam website kementerian
atau lembaga pemerintahan karena
mereka kurang mengenal teknologi
informasi. Sehingga dapat dipastikan
produk
hukum
tersebut
hanya
menjadi dokumen dan dipahami oleh
sebagian kecil warga masyarakat. Ironis
memang. Sebuah negara yang selalu
mengemukakan aspek hukum, tetapi
sebagian besar rakyatnya masih belum
melek hukum.
Kondisi di atas telah mendorong
Weinata Sairin anggota Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) untuk
menghimpun peraturan di bidang
pendidikan. Suatu usaha mulia dan
terpuji yang perlu diacungi jempol dan
diberi apresiasi yang setinggi-tingginya.
Melalui usaha tersebutlah produk hukum
dapat diketahui serta dipahami dengan
mudah. Sebab keberadaan produk hukum
yang selama ini tersebar atau terpencarpencar, bisa dihimpun menjadi satu
dalam bentuk buku. Sehingga siapapun
yang menginginkan peraturan tersebut
bisa mendapatkannya dengan mudah di
pasaran.
Mengenai pentingnya upaya peningkatan mutu pendidikan melalui produk
hukum, penyunting menyebutkan sebagai berikut:
“Sehubungan dengan upaya
untuk memajukan pendidikan,
maka pemahaman tentang ketentuan perundang-undangan di bidang pendidikan amatlah perlu
dan
mendesak.
Pemahaman,
penguasaan ketentuan perundangundangan dan upaya untuk
mengimplementasikannya adalah
bagian integral dari upaya untuk
memajukan pendidikan”. (hal x).
Weinata dalam melakukan kompilasi
produk hukum tersebut, sesuai dengan
kapasitasnya sebagai anggota BSNP,
sengaja memilih produk hukum tentang
sistem pendidikan. Mengapa? Pendidikan
ini merupakan politik tingkat tinggi
(high politic) dalam rangka membentuk
jati diri, karakter, dan perilaku bangsa.
Dengan pengertian lain, tidak ada langkah strategis selain pendidikan untuk
melakukan perubahan perilaku dan pola
pikir rakyat Indonesia.
Dalam konteks perundang-undangan, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
10
belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Buku setelah 31 halaman tersebut
oleh penyuntingnya diberi judul “Himpunan Peraturan di Bidang Pendidikan”.
Kandungan isinya terdiri atas 15 (lima
belas) peraturan dengan rincian 2 (dua)
Undang-undang, 9 (sembilan) peraturan
pemerintah, 1 (satu) Peraturan Mendiknas RI, dan 3 (tiga) Keputusan
Mendiknas. Kandungan isi tersebut
dilengkapi dengan sambutan Sekretaris
Jenderal Departemen Pendidikan Nasional (sekarang menjadi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan) dan Ketua
Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP), selain tentunya, ada seberkas
ucap dari penyunting yang juga sebagai
seorang teolog tersebut.
Dua undang-undang yang mutlak
dipahami oleh pelaku dan pemerhati
pendidikan serta masyarakat luas adalah
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Turunan dari
kedua undang-udang tersebut, juga ditemukan dalam buku ini. Diantaranya
adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, PP Nomor 55 Tahun
2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan. Berikutnya
adalah PP tentang Wajib Belajar, PP Tentang Pendanaan Pendidikan, PP Tentang
Guru, PP tentang Dosen, PP Tentang
Pendidikan Kedinasan, dan PP tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Sedangkan Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional yang dihimpun
dalam buku ini adalah yang terkait dengan buku, pengangkatan Anggota BSNP
dan Penunjukan Kepala Sekretariat
BSNP.
Kehadiran buku tersebut sangat
bermanfaat bagi masyarakat. Karena
buku yang diterbitkan oleh Media Prima Aksara pada awal tahun 2012 tersebut, dapat membantu masyarakat
luas, khususnya mereka yang concern
atau peduli di bidang pendidikan,
untuk memahami dengan baik berbagai
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
Resensi Buku
ketentuan perundang-undangan di bidang pendidikan sehingga mampu
memantapkan peran dan kontribusi
mereka dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Penyunting menuliskan
harapan ini pada paragrap kelima dari
pengantarnya.
Buku ini sangat mudah dibaca dan
dipahami karena disusun berdasarkan
kronologis dan hirarki hukum, mulai
dari undang-undang, peraturan pemerintah, sampai ke keputusan Menteri
Pendidikan Nasional. Oleh karena itu
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
karya ini merupakan karya kreatif dari
penyunting yang lahir pada tanggal
23 Agustus 198 di Jakarta. Perhatian
penyunting terhadap mutu pendidikan
nasional melalui karyanya ini semestinya
diapresiasi dengan membaca, memahami,
dan mengimplementasikan perundangundangan di bidang pendidikan dengan
sebaik-baiknya. Hanya dengan cara inilah produk hukum dapat membumi di
tanah air Indonesia.
Buku yang dihimpun anggota BSNP
dua periode (2005-2009 dan 2009-200)
tersebut sebenarnya merupakan penyempurnaan dari buku sebelumnya dengan
judul yang sama (Himpunan Peraturan
di Bidang Pendidikan) yang diterbitkan
tahun 2010 oleh Penerbit Jala Permata
Aksara. Bedanya adalah pada buku
pertama ada UUD Negara RI 195 dan
UU Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan
Hukum Pendidikan. Sedangkan pada
buku terbitan tahun 2012 ini kedua UU
tersebut tidak ada. Karena UU BHP telah
dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.
Buku yang serupa juga telah diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan
Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) tahun 2010.
Jika dibandingkan dengan buku yang
disunting Weinata, ada beberapa perbedaan. Perbedaan yang menyolok
adalah judul buku itu sendiri. Weinata
Sairin cukup memberikan judul dengan
“Himpunan Peraturan di Bidang Pendidikan”. Dapat dipahami kata peraturan
disini mencakup undang-undang dan
peraturan pemerintah. Sebaliknya judul
buku terbitan Kemdiknas adalah “Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
Bidang Pendidikan”.
Perbedaan kedua dapat dilihat dari segi isi buku tersebut. Pada buku
terbitan Kemdiknas, memuat dua Un-
dang-undang yang tidak ada di buku
Weinata Sairin. Pertama, Undang-undang Nomor 3 tahun 2007 tentang
Perpustakaan. Kedua, Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara serta
Lagu Kebangsaan. Kemudian, ada satu
peraturan pemerintah yang ada di buku
terbitan Kemdiknas, tetapi tidak ada di
buku Weinata Sairin. Yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2009
Tentang Tunjangan Profesi Guru dan
Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan
Dosen, serta Tunjangan Kehormatan
Professor.
Sebaliknya ada empat Keputusan
Mendiknas yang ada di buku Weinata
Sairin, tetapi tidak ada di buku terbitan
Kemdiknas. Pertama, Peraturan Mendiknas RI Nomor 2 Tahun 2008 tentang Buku. Kedua, Keputusan Mendiknas Nomor 00/P/2005 tentang
Pengangkatan Anggota Badan Standar
Nasional Pendidikan dan Penunjukan
Kepala Sekretariat Badan Standar
Nasional Pendidikan. Ketiga, Keputusan
Mendiknas Nomor 01/P/2005 tentang
Pengangkatan Anggota Sekretariat Badan
Standar Nasional Pendidikan. Keempat,
Keputusan Mendiknas Nomor 067/
P/2009 tentang Pengangkatan Anggota
Badan Standar Nasional Pendidikan dan
Penunjukan Kepala Sekretariat Badan
Standar Nasional Pendidikan.
Dengan adanya perbedaan tersebut,
kedua buku itu pada prinsipnya saling
melengkapi. Sehingga kedua buku
tersebut perlu dimiliki oleh setiap insan
yang ingin mengetahui dan memahami
lebih mendalam tentang peraturan di
bidang pendidikan. l
Judul :
Himpunan Peraturan di Bidang
Pendidikan
Penyunting :
Weinata Sairin, M.Th
Penerbit :
Media Prima Aksara Jakarta
Tahun Terbit :
2012
Jumlah halaman :
431 halaman
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
11
Berita BSNP*
PELAKSANAAN UN YANG
JUJUR DAN BERPRESTASI
Rektor dan Kepala Dinas Pendidikan Berikan Komitmen Penuh
P
emerintah telah menetapkan kebijakan
untuk tetap menyelenggarakan ujian nasional atau UN pada tahun 2012. Kebijakan ini
ditetapkan dalam bentuk Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 59 Tahun 2011
tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari
Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional. Untuk itu, semua lini harus bekerjasama, bahu
membahu, dan menyatukan langkah untuk
mensukseskan penyelenggaraan UN tahun
2012 dengan kejujuran dan prestasi.
Demikian pesan Musliar Kasim Wakil Menteri Bidang Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ketika membuka rapat koordinasi dan penandatanganan kerja
sama penyelenggaraan UN tahun 2012 di
Jakarta (8-9 Maret 2012). Hadir dalam acara ini
seluruh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Ketua Penyelenggara UN Tingkat Provinsi, dan
Rektor Perguruan Tinggi Negeri Koordinator
Pengawasan UN. Selain itu juga hadir anggota
BSNP, Kepala Balitbang Kemdikbud, dan para
pejabat di lingkungan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Menurut Musliar Kasim, untuk melihat apakah penyelenggaraan UN sudah baik atau belum
sangat sederhana, yaitu dengan melihat masih
ada keluhan dari masyarakat atau tidak. “Untuk
melihat kinerja kita baik atau buruk, sederhana
saja, apakah masyarakat sudah puas atau belum.
Jika masih ada keluhan terhadap layanan yang
kita diberikan, tandanya kita belum berbuat
sesuai keinginan masyarakat”, ungkap mantan
Rektor Universitas Andalas tersebut.
Selama ini, tambah Musliar Kasim, persepsi
12
yang beredar di masyarakat penyelenggaraan
UN itu hanya menghambur-hamburkan uang
negara, sementara hasilnya masih belum diterima sebagai hasil yang kredibel. “Selama ini
perguruan tinggi belum percaya bahwa UN
diselenggarakan dengan jujur dan kredibel.
Jika jujur, maka tidak ada alasan bagi perguruan
tinggi untuk tidak mau menerima hasil UN
sebagai tiket masuk perguruan tinggi”, papar
Musliar Kasim.
Untuk itu diperlukan langkah-langkah
konkrit supaya hasil UN diterima semua pihak, khususnya pihak perguruan tinggi supaya bisa menjadikan hasil UN sebagai salah
satu pertimbangan masuk ke perguruan
tinggi. Keterlibatan perguruan tinggi dalam
penyelenggaraan UN sangat strategis dalam
meningkatkan kredibilitas hasil UN.
Djemari Mardapi Ketua Penyelenggara UN
Tingkat Pusat mengatakan BSNP memberikan
wewenang khusus kepada perguruan tinggi.
Diantaranya adalah mengawasi dari proses
pencetakan naskah soal di percetakan sampai
ke pendistribusian naskah soal ke daerahdaerah. Perguruan tinggi juga memiliki wewenang untuk menentukan pengawas di satuan
pendidikan, pengawas ruang ujian, dan pemindaian lembar jawaban ujian nasional untuk
SMA/MA dan SMK.
“Pemberian wewenang ini karena perguruan tinggi adalah lembaga yang akan menggunakan hasil ujian nasional”, ungkap Djemari
Mardapi.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Khairil Anwar Notodiputro dalam
sambutannya mengatakan rapat koordinasi
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
Dari kiri ke kanan,
deret depan,
Musliar Kasim Wakil
Menteri Bidang
Pendidikan, Khairil
Anwar Notodiputro
Kepala Balitbang
Kemdikbud, Djemari
Mardapi Ketua
Penyelenggara
UN Tingkat Pusat,
Hendarman
Sekretaris Balitbang,
dan Hari Setiadi
Kepala Puspendik
dalam acara
rapat koordinasi
pelaksanaan UN
tahun 2012 di
Jakarta.
* Bambang
Suryadi
Berita BSNP
dan penandatanganan surat kerjasama pelaksanaan UN tahun 2012 bertujuan untuk memantapkan penyelenggaraan UN. “Rapat koordinasi hari ini untuk menyamakan persepsi
dalam rangka meningkatkan akseptabilitas,
kredibilitas, dan obyektifitas penyelenggaraan
UN. UN yang kredibel sangat penting, tidak
saja untuk mengukur pencapain anak didik,
tetapi juga untuk mendapatkan potret yang
utuh tentang pendidikan kita. UN yang kredibel juga menjadi pintu masuk yang baik
untuk menjadikan hasil UN sebagai bahan pertimbangan masuk ke perguruan tinggi”, ungkap
Kepala Balitbang.
Sebelum diselenggarakan rapat koordinasi, tambah Khairil Anwar, ada serentetan
acara yang terkait dengan persiapan penyelenggaraan UN. Diantaranya adalah penandatanganan pakta integritas, validasi data
Rapat Koordinasi
Penyelenggaraan
UN tahun 2012
dipimpin langsung
oleh Musliar Kasim
Wakil Menteri
Bidang Pendidikan
(nomor lima dari
kiri) di kantor
BSNP. Hadir dalam
rapat koordinasi
ini anggota BSNP,
Sekretaris Jenderal,
Kepala Balitbang,
Irjen, Kepala
Puspendik, dan
perwakilan dari
direktorat terkait
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan serta
Kementerian
Agama.
peserta UN, lokakarya penyelenggaraan UN
dengan tema peningkatan tingkat akseptabilitas, kredibilitas, dan obyektifitas UN, peluncuran UN oleh Menteri, sosialisasi oleh
BSNP dan Balitbang tentang rencana penyelenggaraan UN, POS, dan kisi-kisi UN pada bulan
Desember 2011, rapat koordinasi persiapan
dengan bendahara UN dinas pendidikan dan
perguruan tinggi pada bulan Februari 2012.
Rapat koordinasi kali ini juga ditandai
dengan pembacaan ikrar penyelenggaraan UN
yang jujur dan berprestasi oleh tiga perwakilan
peserta, yaitu Rektor Universitas Mulawarman,
Kepala Dinas Pendidikan Papua, dan Ketua
Penyelenggara UN Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada waktu yang bersamaan, Wakil Menteri
Bidang Pendidikan juga menyematkan PIN
“Prestasi Ya, Jujur Harus” secara simbolis kepada
seluruh peserta rapat koordinasi.l
KOORDINASI YANG BAIK KUNCI
KEBERHASILAN PENYELENGGARAAN UN
P
elaksanaan Ujian Nasional atau UN tahun
2012 diharapkan lebih kredibel. Untuk itu
diperlukan koordinasi yang terus menerus, sejak persiapan, pelaksanaan, sampai hasil UN
diumumkan. Koordinasi lintas Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian
Agama, Kementerian Dalam Negeri dan Kepolisian Republik Indonesia mutlak diwujudkan. Demikian juga koordinasi antara Penyelenggara UN Tingkat Pusat, Perguruan Tinggi
Negeri Koordinator Pengawasan UN,dan Penyelenggara UN Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota
dan Satuan Pendidikan.
Demikian kesepakatan rapat koordinasi
Penyelenggara UN Tingkat Pusat di BSNP, Selasa
(3/4/2012). Hadir dalam rapat tersebut Musliar
Kasim Wakil Menteri Bidang Pendidikan, Ainun
Na’im Sekretaris Jenderal, Suyanto Dirjen Pen-
didikan Dasar, Haryono Umar Irjen, Syawal Gultom Kepala Badan Sumber Daya Manusia dan
Penjaminan Mutu Pendidikan, Khairil Anwar Notodiputro Kepala Balitbang, anggota BSNP, dan
para pejabat eselon dua dan tiga di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Menurut Musliar Kasim, UN merupakan kegiatan rutin dalam proses pendidikan. Karena
itu tidak perlu dianggap sacral sehingga
orang tidak terlalu cemas. “UN merupakan
kegiatan rutin dalam proses pendidikan,
kita tidak perlu berlebihan menyikapinya,
apalagi menjadikannya sebagai sesuatu yang
sacral yang berakibat munculnya kecemasan
yang berlebihan. Publikasi tentang UN juga
semestinya tidak perlu berlebihan”, ungkap
Wakil Menteri seraya menambahkan diperlukan
cara dan strategi sosialisasi UN yang tidak
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
13
Berita BSNP
membuat orang cemas.
Suyanto berpandangan bahwa kecemasan yang moderat dalam menghadapi UN diperlukan. “Secara teoritis dan empiris, ada
hubungan yang erat antara tingkat kecemasan
yang moderat dan prestasi belajar. Jadi hal
yang wajar jika murid-murid akan ujian ada
rasa cemas. Jika mereka tidak mengalami
kecemasan, justru tidak wajar”, kata Dirjen
Pendidikan Dasar tersebut sambil memberikan
alasan orang yang antri beli tiket pada musim
puncak saja mengalami kecemasan, apalagi
menghadapi UN.
Proses pencetakan bahan UN saat ini sudah selesai dilakukan. Bahkan untuk wilayah
tertentu sudah mulai didistribusikan. “Untuk
wilayah kepulauan seperti di Papua, Maluku,
dan Riau, distribusi soal dilakukan lebih awal.
Tujuannya adalah untuk memastikan supaya
pada hari pelaksaan UN tidak ada soal yang
terlambat”, kata mantan Rektor Universitas
Andalas tersebut.
Untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan soal UN, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan bekerjasama dengan pihak kepolisian. Keterlibatan polisi itu adalah dalam
pengamanan soal UN, bukan dalam pengawasan pelaksanaan UN di satuan pendidikan.
“Informasi tentang wewenang dan keterlibatan
Polisi dalam UN ini perlu dipahami oleh
masyarakat luas “, tegas Musliar Kasim yang
pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Rektor
Perguruan Tinggi Negeri se-Indonesia.
Lebih lanjut Musliar Kasim megatakan, Polri
sudah menyatakan komitmennya untuk tidak
masuk ke sekolah. Pihak Polri telah mengadakan
konferensi pers tentang ini pada tanggal 28
Maret 2012.
Sementara Khairil Anwar Notodiputro
Kepala Balitbang menyoroti pentingnya exit
strategy jika terjadi hal-hal yang diluar dugaan
panitia penyelenggara. “Exit strategy ini perlu
kita pikirkan untuk mengantisipasi terjadinya
hal-hal yang tidak kita inginkan, seperti jika
naskah soal kurang atau ada yang rusak”,
ungkap Khairil.
Pusat Informasi dan Humas (PIH) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuka Posko UN mulai tanggal 13 sampai 27
April 2012, dari jam 06.00 sampai 16.00. Selain
membuka Posko UN, PIH juga menyediakan
call center dengan nomor 177 untuk menerima
pengaduan masyarakat tentang UN. Untuk
sementara waktu call center tersebut bisa
dihubungi melalui Telkomsel dan telepon
rumah. l
GURU-GURU SD/MI DAN SDLB SIAP
HASILKAN SOAL UN BERMUTU
Guru-guru SD/
MI dan SDLB
memperhatikan
materi pelatihan
penulisan
soal UN yang
disampaikan
nara sumber dari
Puspendik di
Mataram NTB
U
ntuk menghasilkan soal ujian nasional
yang bermutu diperlukan penulis soal
yang terampil, kompeten, dan ahli pada bidang
mata pelajaran tertentu. Untuk mencapai tujuan
tersebut, Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) bekerjasama dengan Pusat Penilaian
1
Pendidikan (Puspendik) Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menyelenggarakan pelatihan
penulisan soal ujian nasional SD/MI/SDLB dari
tanggal 16-22 Maret 2012 untuk tahap pertama
dan dari tanggal 30 Maret sampai dengan 5
April 2012 untuk tahap kedua.
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
Berita BSNP
Djemari Mardapi, Ketua Penyelenggara UN
dalam penjelasannya saat rapat pleno BSNP
di Jakarta (13/3/2012) mengatakan tujuan
pelatihan ini adalah untuk menghasilkan
soal UN yang bermutu. “Guru yang bermutu
akan menghasilkan soal UN yang bermutu.
Untuk memastikan para penulis soal memiliki
keterampilan, maka dilakukan pelatihan penulisan soal”, papar Djemari Mardapi.
Pada tahap pertama, pelatihan diselenggarakan di 17 provinsi, yaitu Maluku, Maluku
Utara, Papua Barat, Papua, NTB, NTT, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara, Sumatera Utara,
Sulawesi Utara, Gorontalo, Kalimantan Tengah,
Jambi, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
dan Bengkulu. Sedangkan provinsi lainnya
masuk pada tahap kedua. Di masing-masing
provinsi ada seorang dari anggota BSNP dan
dua orang dari Puspendik. Peran anggota BSNP
adalah melakukan pemantauan, sedangkan
peran dari Puspendik adalah memberikan
pelatihan penulisan soal UN.
Pelaksanaan penulisan soal UN SD/MI
di Jawa Barat, sebagaimana dilaporkan oleh
M. Aman Wirakartakusumah Ketua BSNP, berjalan dengan baik, guru-guru bersemangat
menyiapkan soal yang bermutu dengan tim
penelaah dari Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI). Namun, tambah M. Aman, ada keluhan
dari guru-guru yang menyiapkan soal UN
SDLB. Jumlah penulis soal untuk SDLB sedikit
tetapi soal yang dibuat banyak, sehingga satu
orang harus membuat soal untuk dua mata
pelajaran.
Di Sumatera Utara, Djemari Mardapi menemukan beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian pada kegiatan tahap kedua yang
berlangsung dari tanggal 30 Maret sampai 5
April 2012. “Ada ada gambar soal biologi yang
kurang jelas, kunci jawaban matematika ada
yang salah, kemampuan guru menulis soal
bervariasi”,papar Djemari seraya menambahkan
sebagian besar peserta guru perempuan.
Edy Tri Baskoro yang bertugas ke Ternate
melaporkan guru yang diundang memiliki
pengalaman menulis soal. Kisi-kisi matematika
perlu ditinjau kembali karena banyak menghitung dan hitungannya campuran. Gambar
yang dipakai bagus dan jelas, diambil dari buku
sekolah elektronik.
Peserta pelatihan ini adalah guru-guru
SD/MI/SDLB. Di setiap kabupaten/kota dipilih satu guru untuk masing-masing mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu
Pengetahuan Alam dengan komposisi dua
orang guru SD dan satu orang guru MI. Sedangkan untuk SDLB, ada 18 orang guru sesuai
dengan jenis ketunaan siswa.
Zul Arsiah yang bertugas di Nusa Tenggara
Barat mengatakan, pada hari pertama pela-
tihan, peserta dikenalkan tentang teknik penyusunan kisi-kisi, teknik penulisan soal pilihan
ganda, teknik telaah dan revisi soal, teknik
perakitan soal, dan latihan penyusunan soal
pilhan ganda.
Soal yang sudah disusun, tambah Zul
Arsiah, akan ditelaah dan dirakit oleh dosen
dari perguruan tinggi dan guru senior yang
berpengalaman dalam penulisan soal. Untuk
setiap soal, ada dua dosen dan dua guru senior
yang menelaah dan merakit soal yang disusun
oleh guru-guru. Selain itu, ada sepuluh orang
tim pengetikan naskah soal.
Untuk menjaga integritas peserta pelatihan, pada awal kegiatan mereka diminta
untuk menandatangani surat pernyataan
integritas. “Dengan surat pernyataan ini kita
ingin memastikan bahwa soal yang disusun
tetap terjaga obyektifitas dan kerahasiaannya”,
ungkap Sekretaris Dinas Pendidikan NTB yang
mewakili Kepala Dinas dalam acara pembukaan
pelatihan. Tas dan handphone juga tidak diperbolehkan untuk dibawa ke ruang tempat
pelatihan penulisan soal.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh para
peserta pelatihan penulisan soal adalah buku
yang dijadikan acuan dalam penulisan soal,
yaitu buku yang sudah dinyatakan lolos oleh
BSNP sebagai buku teks pelajaran.
Soal Pilihan Ganda
Bentuk soal yang disusun adalah bentuk
soal pilihan ganda. Mengapa harus pilihan ganda? Menurut Zul Arsiah, untuk ujian nasional
yang sifatnya massal, maka pilihan ganda
menjadi pilihan yang tepat. Aspek kognitif
yang diukur juga banyak, mulai dari ingatan,
pemahaman, sampai aplikasi. Juga karena
sifatnya yang obyektif dan mencakup materi
pelajaran yang luas. Kelebihan lainnya adalah
penskoran mudah dilakukan dibandingkan
dengan soal uraian.
Namun, tambah Zul Arsiah, soal pilihan
ganda juga memiliki keterbatasan, yaitu
memerlukan waktu yang lebih lama untuk
menyiapkan soal. Bagian yang paling sulit
adalah menentukan pilihan jawaban dengan
pengecoh yang homogen dan berfungsi. Soal
pilihan ganda juga memungkinkan anak untuk
menebak jawaban (guessing).
Zul Arsiah mengingatkan peserta pelatihan
untuk memperhatikan tiga hal dalam penulisan
soal pilihan ganda. Pertama adalah materi yang
akan diukur atau ditanyakan. Terkait dengan
materi, soal harus sesuai dengan indikator yang
ada dalam kisi-kisi soal UN.Soal yang tidak sesuai
dengan indikator tidak bisa dipakai. Misalnya
jika indikator menanyakan pengelompokan
binatang, tetapi soal menanyakan ciri-ciri binatang tertentu. Selanjutnya, pilihan jawaban
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
15
Berita BSNP
M. Aman
Wirakartakusumah
Ketua BSNP
(dua dari kanan)
memperhatikan
pembacaan berita
acara serah terima
naskah soal UN
SD/MI dari BSNP
ke Kepala Dinas
Pendidikan dan
Kebudayaan
Provinsi Jawa Barat.
harus homogen dan logis. Selain itu, setiap soal
harus mempunyai satu jawaban yang benar.
Kedua adalah segi konstruksi, yaitu bentuk atau bangunan soal itu sendiri. Pokok soal
harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus
merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
Pokok soal tidak boleh memberi petunjuk ke
arah jawaban yang benar. Pokok soal juga
tidak boleh mengandung pernyataan yang
bersifat negatif ganda, misalnya pernyataan
yang mengandung kata “tidak kecuali”. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Pilihan jawaban tidak boleh mengandung pernyataan “semua pilihan jawaban di atas salah” atau “semua pilihan jawaban di atas benar”.
Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya
nilai angka tersebut. Gambar grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi. Butir materi
soal jangan bergantung pada jawaban soal
sebelumnya.
Ketiga adalah segi bahasa. Bahasa yang
digunakan tidak tidak boleh bersifat multi tafsir. Setiap soal harus menggunakan bahasa
yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Jangan menggunakan bahasa yang berlaku
setempat. Pilihan jawaban jangan mengulang
kata atau frase yang bukan merupakan satu
kesatuan pengertian.
Selama mengikuti pelatihan penulisan
soal, menurut pengamatan penulis, peserta sangat antusias, aktif, partisipatif, dan responsif.
“Soal itu terlalu ngambang dan tidak jelas”, ungkap seorang peserta ketika dipaparkan contoh
soal yang pernyataannya tidak jelas. Setelah
mengikuti penjelasan dari nara sumber, mereka
juga bisa memberi penilaian terhadap soal-soal
yang dijadikan contoh. “Soal itu jelek” ungkap
peserta mengomentari contoh soal yang
dipaparkan nara sumber.
Hasil yang diharapkan dari pelatihan penulisan soal ini adalah tiga buah paket soal yang
terdiri atas satu paket soal UN Utama, satu paket soal UN Ulangan, dan satu paket soal UN
Cadangan. l
HARMONISASI DAN SINKRONISASI
KEGIATAN BSN
Penanggungjawab
Moehammad Aman Wirakartakusumah
Pemimpin Redaksi
Edy Tri Baskoro
Redaksi Eksekutif
Richardus Eko Indrajit
Djemari Mardapi
Teuku Ramli Zakaria
Weinata Sairin
P
embaca yang budiman. Mulai tanggal 16 sampai dengan
19 April 2012 ini, BSNP kembali menyelenggarakan Ujian
Nasional atau UN SMA/MA, SMALB dan SMK. Sedangkan
UN SMP/MTs dan SMPLB diselenggarakan mulai tanggal
23 sampai dengan 26 April 2012. Berbagai persiapan telah
dilakukan untuk menjadikan penyelenggaraan UN tahun
ini sukses, kredibel, dan akuntabel. Informasi selengkapnya
tentang persiapan UN ini kami muat dalam Berita BSNP. Pada
edisi kedua ini kami juga menyajikan dua artikel utama yaitu
Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI (bagian keempat)
dan Resensi Buku Himpunan Peraturan di Bidang Pendidikan.
Edisi kali ini juga memuat gambar/lensa kegiatan BSNP.
Selamat membaca.
Redaksi Pelaksana
Bambang Suryadi
Penyunting/Editor
Mungin Eddy Wibowo
Zaki Baridwan
Djaali
Furqon
Johannes Gunawan
Jamaris Jamna
Kaharuddin Arafah
Daftar Isi
3-8
9-11
12-17
Desain Grais & Fotografer
Djuandi
Ibar Warsita
Sekretaris Redaksi
Ning Karningsih
Alamat:
BADAN STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN
Gedung D Lantai 2,
Mandikdasmen
Jl. RS. Fatmawati, Cipete
Jakarta Selatan
Telp. (021) 7668590
Fax. (021) 7668591
Email: [email protected]
Website: http://www.bsnp-indonesia.org
2
18-20
Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI
(Bagian IV)
Himpunan Peraturan di Bidang Pendidikan
Berita BSNP:
- Pelaksanaan UN yang Jujur dan Berprestasi
- Diperlukan Koordinasi yang Baik dalam
Penyelenggaraan UN
- Guru-Guru SD/MI dan SDLB Siap Hasilkan
Soal UN Bermutu
- Harmonisasi dan Sinkronisasi Kegiatan BSNP
- Sisdiknas Dijadikan Berchmark Pendidikan
Bangladesh
- USAid dan Dikti Berkolabrorasi Tingkatkan
Mutu Pendidikan Tinggi
- Asah Pena Sampaikan Aspirasi ke BSNP
tentang UNPK
Lensa BSNP
Keterangan Gambar Cover
Musliar Kasim Wakil Menteri Bidang Pendidikan didampingi oleh Khairil
Anwar Notodiputro Kepala Balitbang Kemdikbud menyematkan PIN
Ujian Nasional Prestasi YES, Jujus HARUS kepada perwakilan dari Kepala
Dinas Pendidikan, Rektor Perguruan Tinggi, dan Penyelenggara UN
Tingkat Provinsi (atas). Peserta rapat koordinasi persiapan pelaksanaan
UN tahun 2012 mendengarkan pengarahan Wakil Menteri Bidang
Pendidikan (bawah).
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
PARADIGMA PENDIDIKAN
NASIONAL ABAD XXI (Bagian IV)
BAB III: Peluang dan Tantangan Pendidikan
Abad XXI
e.
3.1. Karakteristik Abad XXI
A
bad XXI baru berjalan satu dekade, namun
dalam dunia pendidikan sudah dirasakan
adanya pergeseran, dan bahkan perubahan
yang bersifat mendasar pada tataran filsafat,
arah serta tujuannya. Tidaklah berlebihan bila
dikatakan kemajuan ilmu tersebut dipicu oleh
lahirnya sains dan teknologi komputer. Dengan
piranti mana kemajuan sains dan teknologi
terutama dalam bidang cognitive science, bio
molecular, information technology dan nano
science kemudian menjadi kelompok ilmu
pengetahuan yang mencirikan abad XXI. Salah satu
ciri yang paling menonjol pada abad XXI adalah
semakin bertautnya dunia ilmu pengetahuan,
sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin
cepat. Dalam konteks pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi di dunia pendidikan,
telah terbukti semakin menyempitnya dan
meleburnya faktor “ruang dan waktu” yang
selama ini menjadi aspek penentu kecepatan dan
keberhasilan penguasaan ilmu pengetahuan oleh
umat manusia.
Bila disarikan, karakteristik abad
XXI adalah:
a. Perhatian yang semakin besar terhadap masalah lingkungan hidup,
berikut implikasinya, terutama terhadap: pemanasan global, energi,
pangan, kesehatan, lingkungan binaan, dan mitigasi.
b. Dunia kehidupan akan semakin dihubungkan oleh teknologi informasi,
berikut implikasinya, terutama terhadap: ketahanan dan sistim pertahanan, pendidikan, industri, dan
komunikasi.
c. Ilmu pengetahuan akan semakin con
verging, berikut implikasinya, terutama terhadap: penelitian, filsafat
ilmu, paradigma pendidikan, dan
kurikulum.
d. Kebangkitan pusat ekonomi di be-
f.
g.
h.
lahan Asia Timur dan Tenggara, berikut implikasinya terhadap: politik
dan strategi ekonomi, industri, dan
pertahanan,
Perubahan dari ekonomi berbasis
sumber daya alam serta manusia ke
arah ekonomi berbasis pengetahuan,
berikut dengan implikasinya terhadap: kualitas sumber daya insani,
pendidikan, dan lapangan kerja,
Perhatian yang semakin besar pada
industri kreatif dan industri budaya,
berikut implikasinya, terutama terhadap: kekayaan dan keanekaan ragam budaya, pendidikan kreatif, en
trepreneurship, technopreneurship,
dan rumah produksi.
Budaya akan saling imbas mengimbas
dengan teknosains berikut implikasinya, terutama terhadap: karakter,
kepribadian, etiket, etika, hukum,
kriminologi, dan media.
Perubahan paradigma universitas,
dari “Menara Gading” ke “Mesin
Penggerak Ekonomi”. Investasi yang
ditanamkan dari sektor publik ke
perguruan tinggi untuk riset ilmu
dasar dan terapan serta inovasi teknologi/desain yang memberikan
dampak pada pengembangan industri
dan pembangungan ekonomi dalam
arti luas akan cenderung meningkat.
3.2. Kompleksitas Abad XXI
Masalah yang dihadapi manusia
pada abad XXI semakin kompleks,
saling kait mengkait, cepat berubah
dan penuh paradoks. Umumnya kaum
futuris mengaitkan pertumbuhan penduduk dunia yang bergerak secara
cepat sebagai pemicu. Bila pada tahun
2010 penduduk dunia sebesar 6.9
milyar, maka dalam waktu 2050 oleh
United Nations Population Division
diperkirakan akan mencapai 9.2 milyard
orang, ini berarti dalam masa empat
puluh tahun akan terjadi pertambahan
sebesar 2.5 milyar penduduk. Dampak
dari pertumbuhan ini pada seluruh
kehidupan manusia luar biasa; mulai dari
masalah kelangsungan hidup, pangan,
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
3
kesehatan, kesejahteraan, keamanan,
dan pendidikan. Penduduk Indonesia
yang sebesar 23,2 juta merupakan
3.38% penghuni planet ini mengalami
pertumbuhan sekitar 1.1% per tahun.
Masalah tersebut menjadi kompleks
bila dihubungkan dengan kondisi nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena menyangkut sistem dan nilai yang berlaku antara
bangsa, sukubangsa, dan individu. Tuntutan tersebut berimplikasi pada daya
dukung alam yang lama kelamaan
tak akan mencukupi, padahal sumber
daya alam mineral tidak bertambah,
sedangkan sumberdaya hayati dan nabati
dapat diberdayakan namun tetap akan
‘mengganggu’ keseimbangan ekosistem.
Oleh karena itu, masalah lingkungan
hidup dalam peradaban abad XXI
dijadikan isu untuk mengubah paradigma
lama yang terlalu menekankan pada ilmu
pengetahuan demi ilmu pengetahuan,
seni demi seni, kearah paradigma baru
yang lebih mengedepankan makna
dan nilai pengembangan yang bersifat
berkelanjutan.
Sama halnya dengan dunia ilmu
pengetahuan, kehidupan ekonomi abad
XXI mengalami konvergensi dari ekonomi “kelangkaan” ke arah ekonomi yang
dikendalikan oleh informasi, di mana 93%
seluruh pengetahuan di dunia ini sudah
didigitalkan. Lebih dari 80% kekayaan
negara negara industri maju pada awal
abad XXI dibangkitkan oleh informasi dan
usaha jasa yang juga merupakan industri
di mana bahan mentahnya bukan berupa
tanah, mesin, tenaga kerja, dan bahan
baku alam melainkan pengetahuan
(Westland, 2002). Perekonomian global
abad XXI dikendalikan oleh jaringan
teknologi informasi, di mana semua
transaksi dilakukan secara online,
investasi dan pasar modal dilakukan
tanpa melihat gejolak kehidupan nyata,
kecuali dengan cara melihat angka-angka
di monitor. Angka-angka itu berubah dari
menit ke menit, seiring dengan gejolak
yang terjadi dalam ekonomi perdagangan,
politik, sosial, bahkan oleh ‘ulah’ tokoh
dunia. Dalam kondisi pasar global semacam ini, maka apa yang terjadi di satu
negara, pengaruhnya akan terasa di
negara lain.
3.3 Tantangan Abad XXI
Ilmu pengetahuan dan teknologi
saling terkait mengembangkan ekolo-
gi kependidikan dan kesadaran berkomunikasi, bernegara dan berbangsa.
Walaupun perbatasan alami negara tradisional masih berlaku tetapi tanpa
sepenuhnya disadari muncul sekat
baru berujud tepian-tepian teknologik
dan sains. Tidak dapat dipungkiri bahwa penyekatan itu menumbuhkan citarasa kebangunan dan kebanggaan
berkat identitas yang melekat sebagai
hamba berpengetahuan. Kehormatan
itu tentu saja tidak datang sendiri, melainkan digapai dengan usaha berat
dan konsisten melalui penguasaan ilmu
pengetahuan, serta dengan inovasi teknologi dan penciptaan keagungan budaya pendidikan. Entitas bangsa lain
lalu melihat kelompok tersebut sebagai mercu suar kehidupan abad ke
XX yang memancarkan kemashalatan,
sinar kemanusiaan yang menjadi pedoman arah. Tanpa penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang pada
saat bersamaan membangkitkan mazhab-mazhab ekonomi, sinar itu menjadi
redup. Muka pengagumnya berpaling
ke arah lain yang lebih menjanjikan
peradaban zamannya.
Hampir semua bangsa mendekatkan
diri dengan penguasa pasar global, yang
ditandai dengan atribut penguasaan
teknologi dan inovasinya. Mereka yang
tidak dapat meraihnya harus rela tergeser ke pinggiran dan tertinggal di
belakang.
Bersamaan dengan pembaharuan
hidup berkebangsaan dengan ekonomi
dan sosial sadar-pengetahuan kita membangun manusia berdaya cipta, mandiri
dan kritis tanpa meninggalkan wawasan
tanggungjawab membela sesama untuk
diajak maju menikmati peluang abad
XXI. Dalam hubungan ini kita ditantang
untuk menciptakan dan membangun
tata-pendidikan yang dapat ikut menghasilkan sumber daya pemikir yang
mampu ikut mengembangkan tatanan
sosial dan ekonomi yang sadar-pengetahuan seperti laiknya warga abad XXI.
Mereka harus terlatih mempergunakan
kekuatan argumen dan daya pikir,
alih-alih kekuatan fisik konvensional.
Tentu saja dalam memandang ke
depan dan merancang langkah kita
tidak boleh sama sekali berpaling dari
kenyataan yang mengikat kita dengan
realita kehidupan. Indonesia masih
menyimpan banyak kantong-kantong
kemiskinan, wilayah kesehatan umum
yang tidak memadai dan kesehatan
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
kependudukan yang rendah serta mutu
umum pendidikan yang belum dapat
dibanggakan. Ini merupakan masalah
yang memerlukan perhatian dan upaya
yang serius dan taat asas.
Sederet falsafah dan kebijakan
tradisional yang berkembang dalam
kehidupan kita dan terangkum sebagai
budaya bangsa, telah ikut menerapkan
dan merawat lingkungan hidup alami.
Namun masuknya budaya asing, yang
kurang empati terhadap kehidupan
lingkungan lokal telah mencabut akar
kebajikan itu dari lingkungan tanpa daya
kita untuk mencegahnya. Karenanya
nurani jernih dan akal sehat haruslah
menjadi ciri dalam pendidikan dalam
abad yang tak lagi mengenal batas
geografi seperti abad XXI ini.
3.4. Modern, Post-modern, dan
Modernisasi
Abad XXI merupakan penerusan
dari abad ke XX yang merupakan era
di mana istilah modern untuk pertama
kali dilontarkan, yang kemudian mendasari apa yang berkembang lanjut pada abad sekarang. Istilah “modern”
menunjuk aspek kekinian, sedangkan
istilah “modernisme” adalah aliran pemikiran yang mengacu kepada sikap
kritis-ilmiah yang liberal. Spirit modern
adalah semangat yang meyakini bahwa
kebenaran ilmiah adalah satu-satunya
asas yang bersifat universal yang dapat
mengantarkan manusia mencapai aktualisasinya yang maksimal.
Dalam kaitannya dengan modernitas,
ilmu-ilmu alamiah dijadikan sebagai
ujung tombak dalam menguak rahasia
alam. Kelompok ilmu tersebut kemudian
diaplikasikan ke dalam berbagai rancang-bangun dalam berbagai sektor,
terutama dalam sektor industri dan
pertahanan. Pengaruhnya terhadap kehidupan modern dalam paruh kedua
abad XX nampak dari timbulnya keinginan untuk mendayagunakan pengetahuan bagi kemajuan material. Modernitas memang membawa dunia Barat
mengalami kemajuan fisik yang luar
biasa. Dalam segala bidang semangat
modernisasi diterapkan. Individualisme
dan kebebasan diusung sebagai asas
berkompetisi dalam kegiatan ekonomi
dan politik.
Permasalahan sosial-budaya mencuat ke permukaan, tidak hanya di bidang ekonomi, tapi juga di bidang aga-
ma, seni, dan filsafat. Hubungan antara agama dengan ilmu pengetahuan
yang dahulunya bersifat konfirmatif
mendapat ujian berat akibat semakin
berpengaruhnya teori Darwin. Kemudian muncul tantangan-tantangan terhadap teori itu. Di bidang seni dan humaniora: jika dulunya seni diusung
untuk meningkatkan derajat moralitas,
maka seni modern lantas semata-mata
menjadi ungkapan pribadi. Laksana
karya ilmiah, seni adalah ideosinkrasi
si seniman. Kebalikannya, desain yang
lahir oleh perpaduan seni dan enjiniring
semakin memperoleh peran untuk memberdayakan kejayaan industri. Begitu
pula dengan filsafat yang sejak Abad
Pencerahan dianggap sebagai pemandu
untuk menggali asal usul “ada” (ontologi),
rahasia kehidupan dan alam realitas,
bahkan kemudian dijadikan mata kuliah
wajib bagi setiap calon sarjana. Namun
demikian, setelah mereka memisahkan
fisika dari metafisika, filsafat tidak dijadikan mata kuliah wajib, karena mereka meyakini bahwa upaya mencari
kebenaran yang empiris, yang obyektif,
dan universal itu mempunyai ranah perkembangan tersendiri.
Wacana postmodern yang melatar
belakangi filsafat ilmu abad XXI, muncul untuk pertama kalinya di bidang
seni, sebagai reaksi terhadap aliran
modernisme yang dianggap semakin
deterministik dalam mengagung-agungkan rasionalitas dan pola pikir yang
sistematik dan terlalu mengandalkan
kekuatan teori universal dalam berkarya.
Postmodernisme tidak memiliki makna
yang pasti, karena derivasinya diangkat
dari keyakinan adanya relativitas dalam
segala hal. Aliran ini masih mempercayai proyek modernitas sebagai pelita
peradaban dan budaya masa mendatang,
tetapi mereka menyangsikan apa yang
diyakini oleh kaum modernis. Menurut paham ini, pengetahuan dan etika berkedudukan relatif terhadap paradigma yang berlaku, sehingga tidak
ada aturan yang baku dalam melihat
kebenaran obyektif dan narasi budaya
global. Pengaruh aliran postmodern memang lebih nampak di bidang ilmu-ilmu
budaya seperti sastra, lingustik, sosiologi
budaya, arsitektur, senirupa dan musik,
tetapi sebenarnya juga berimbas pada
ilmu-ilmu alami dan sosial, khususnya
dalam menyikapi gejala kompleksitas
dan chaos yang ditemui dalam fenomena
alam dan kehidupan sosial di alam
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
5
globalisasi.
Sampai saat ini spirit modernisme
dan post-modernisme masih berlangsung baik secara terpisah maupun bertindihan. Sebagaimana lazimnya dalam perubahan paradigma, kritik yang
pro dan kontra dalam tataran ontologis masih terjadi. Terlepas dari pro
dan kontra dari kedua paham di atas,
kenyataan menunjukkan bahwa kedua
pendekatan tersebut masih berjalan
berdampingan dalam menggali pengetahuan (knowledge inquiry). Bahkan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni terjadi hibrida seperti
terlihat dalam diagram di bawah ini.
senggang dan hiburan, penyajian lewat
DVD, iPod, iPad, VR, Hologram, dan
Game kita diajak berkelana di dunia
maya. Berbeda dengan istilah budaya
dalam pengertian antropologi yang
dikondisikan oleh kesadaran ruang dan
waktu nyata, budaya maya bergantung
pada situasi masing-masing pribadi.
Di antara teknologi di atas yang paling
memberikan dampak pada budaya
adalah berbagai perangkat komunikasi
elektronik.
Fenomena ini membawa perubahan
besar dalam kegiatan ilmiah. Pertama,
terjadinya konvergensi aktivitas antara
saintis yang bergulat dalam ranah teoritis
Gambar 2. Hibrid
Pengetahuan/
Ilmu/Teknologi
3.5. Teknologi dan Budaya Abad XXI
Dewasa ini kita mengalami gelombang paradigma baru. Tatkala para
peneliti menukik lebih jauh ke masalah
alam pikiran (‘mind’), genetika, dan
fractal, perspektif keilmuan bergeser
ke arah dimensi yang tidak kasat mata.
Melalui tahapan yang berjenjang, proses
penelitian yang rumit ini kemudian
memunculkan pengetahuan baru. Seperti gayung bersambut ilmu-ilmu tersebut saling bergantung satu sama
lain sehingga memunculkan teknologi
internet, robotika, bioteknologi, dan
teknologi lain yang diperlukan bagi
berbagai kebutuhan hidup antara lain:
kesehatan, pertanian, pertahanan, bisnis, komunikasi, transportasi, sport,
pendidikan, rumah tangga, hiburan dll.
Dalam dunia komunikasi, selain
kita dapat melakukan interaksi real
time, kita seolah-olah berada dalam
ruang nyata, meskipun sebenarnya
ruang itu maya. Dalam mengisi waktu
6
dengan teknolog yang bekerja di ranah
praksis. Kedua, tumbuhnya lembaga
atau institusi riset yang mengkhususkan
diri dalam melakukan R&D. Ketiga, tumbuhnya sinergi antara lembaga keilmuan termasuk perguruan tinggi dengan industri untuk memproduksi
produk canggih berbasis komputer.
Karena kemampuannya yang canggih,
efisien, efektif, serta tidak menuntut
infra struktur yang kolosal serta nilai
inovasinya yang berbobot pengetahuan,
maka himpunan ilmu itu oleh bangsabangsa industri maju dipergunakan
sebagai strategi dalam pengambilan
berbagai keputusan politik, ekonomi
dan apalagi pertahanan yang berskala
internasional. Dari sanalah kemudian
lahir globalisasi seperti yang kita kenal
dewasa ini.
Teknologi Informasi yang berbasis
digital meliputi komputer, komunikasi
satelit, robotika, videotext, televisi kabel,
e-mail, permainan elektronik (electronic
games), dan mesin perkantoran berbasis
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
elektronik. Kehadiran teknologi informasi ini memang berkat penelitian
dan kiprah sains dasar, tetapi karena
dalam beberapa segi kemampuan operasionalnya sanggup mengungguli kemampuan otak manusia,1 maka hampir
semua instrumen untuk penelitian, kerja profesional dalam berbagai bidang
keilmuan telah memanfaatkan teknologi
digital.
b.
3.6. Paradigma Keilmuan Baru
Sebagaimana dikemukakan di depan
tentang kemampuan konektivitas, berkat
teknologi ini ilmu pengetahuan semakin
mengerucut, menyatu dan bahkan
menghasilkan hibrida. Perkembangan
tersebut dirintis oleh para fisikawan
yang mulai berspekulasi mencari teori umum yang dapat menerangkan
hubungan tentang adanya empat gaya
(gravitasi, elektromagnit, gaya kuat, dan
gaya lemah) ke dalam teori string atau
teori yang dapat menerangkan segala
masalah (Theory of Everything). Dalam
konteks ini, beberapa teknologi masa
depan yang sedang dan akan mengubah
paradigma kehidupan manusia adalah:
a. Nanosains dan Teknologi nano.
Pada saat yang bersamaan dengan
perintisan teori DNA, fisikawan Feineman mengutarakan gagasan tentang inti dari proses manipulasi
materi atom dan molekul dengan
menggunakan kehandalan materi itu
sendiri. Dengan bantuan teknologi
pemberdayaan yang sesuai dengan
ukuran nano tersebut, diharapkan
Gambar 3.
Konvergensi
Teknologi
1 Misalnya ketika computer Deep Blue mengalahkan Garry Kasparov dalam suatu seri pertandingan catur (1996-1997).
c.
d.
e.
bahwa masalah gravitasi lantas tidak menjadi kendala, selagi tegangan permukaan dan gaya tarik bekerjanya akan menjadi semakin
signifikan.
Neurosains kognitif. Istilah neurosains kognitif berasal dari “kognisi”
yaitu proses mengetahui, dan “neurosains” yaitu ilmu yang mempelajari
sistem saraf. Ilmu ini berupaya untuk melokalisasi bagian-bagian otak
sesuai dengan fungsinya dalam kognisi. Oleh karena itu fokusnya adalah otak dan sistem saraf yang berkaitan dengan fungsi otak. Ilmu
ini pada dasarnya berupaya untuk
mengungkap struktur dan fungsi
dari otak manusia.
Teknologi pencitraan. Studi tentang
optik mengantarkan pada penelitian
yang lebih jauh mengenai pencitraan.
Di antara teknologi pencitraan yang
paling memberikan sumbangan besar pada kehidupan abad XXI adalah
serat optik, hologram, dan Realitas
Virtual.
Hologram/Holografi. Hologram adalah produk dari teknologi holografi.
Hologram terbentuk dari perpaduan
dua sinar cahaya yang koheren dan
dalam bentuk mikroskopik. Hologram bertindak sebagai gudang informasi optik. Informasi-informasi
optik itu kemudian akan membentuk
suatu gambar, pemandangan, atau
adegan.
Teknologi Informasi. Dunia kehidupan dan pendidikan khususnya
pada abad XXI ini telah dicirikan
oleh hadirnya teknologi informasi,
yang dampaknya telah mengubah
berbagai sendi kehidupan yang bersifat mendasar. Dalam kaitannya dengan dunia akademis, sains dan teknologi tersebut di atas telah membuka wawasan baru tentang realitas
alam, manusia (kemampuan dan
keterbatasannya) serta makna kehidupan sosial budayanya, sehingga
mendobrak dominasi filsafat ilmu reduksionistik pada tataran
ontologis, epistimologis maupun
metodologis.
3.7. Tekno-Sains
Berkat teknologi baru yang dihasilkan
oleh gugus (cluster) sains di atas,
lahirlah internet, komunikasi elektronik
nirkabel (mobile communication), mul-
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
7
Gambar 4. Tekno-Sains
timedia dan berbagai teknologi derivasinya ke dalam dunia kehidupan
nyata: sosial politik, ekonomi, budaya
dan keamanan, sehingga dunia ilmu
pengetahuan larut dalam kehidupan
nyata yang dikondisikan oleh dimensi
sejarah. Berbeda dengan abad ke XX
ketika sains, teknologi dan seni masih terfragmentasi, mulai abad XXI
berbagai ilmu mulai mengarah pada
konvergensi. Dalam rangka konvergensi
itu, muncullah tekno-sains yaitu ilmu
yang dikembangkan dengan dukungan
teknologi informasi.
Teknosains adalah istilah yang diperkenalkan oleh filsuf Belgia Gilbert
Hottois (1979) yang mencermati adanya paradigma keilmuan baru, di mana teknologi dan sains tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, karena
dalam kenyataannya teknologi dewasa ini memperkembangkan dan dapat menghasilkan sains. Konsep ini
kemudian dipergunakan oleh ‘Scien
ce and Technology Studies’ untuk menengarai munculnya masyarakat modern, di mana dalam interaksi dan
pemberdayaan sosialnya yang mencakup
juga aspek politik, ekonomi, dan budaya,
pengaruh simbiosis teknologi dan sains
dalam arti positif maupun negatif tidak
dapat dilepaskan. Pemberdayaan itu
seolah-olah menubuh (embedded) dalam
diri pribadi dan spirit masyarakat.
3.8. Budaya Internet dan Cyber Society
Sejak dimulainya wacana untuk
menghubungkan pengguna komputer
satu dengan lainnya yang hanya digunakan di lingkungan perguruan tinggi
ternama, perkembangan internet sekarang ini mengalami kemajuan yang
luar biasa. Kemajuan itu pertama
8
ditunjang oleh penemuan sains material, sains pencitraan, dan kedua
oleh bahasa program yang canggih
sehingga memungkinkan pengguna
internet melakukan berbagai kegiatan
di dunia maya secara interaktif antara:
dirinya sendiri dengan komputer atau
dengan sesama pengguna lain; secara
perorangan atau kelompok; telah
mengenal atau belum; di tetangga atau
di benua lain; dan dalam durasi waktu
yang tak terbatas. Ini berarti pengalaman
yang didapatkan hampir sama dengan
kehidupan nyata sehari-hari. Ketika
internet juga digunakan dalam dunia
bisnis, kemampuannya berkembang
luar biasa. Pengertian bisnis tidak terbatas pada hal-hal yang berkaitan
dengan perdagangan dalam pengertian
yang sempit, tetapi semua kegiatan,
instrumen, institusi, produksi, distribusi
dan konsumsi yang dilaksanakan oleh
korporasi, konglomerat, organisasi,
termasuk
juga
perguruan
tinggi.
Jumlah pengguna internet yang besar
dan
semakin
berkembang,
telah
mewujudkan budaya internet. Internet
mempunyai pengaruh yang besar atas
perkembangan ilmu pengetahuan dan
cara pandang dunia.
Konvergensi antara internet dengan
komunikasi selular (mobile phone) yang
disertai oleh semakin tinggi dan canggihnya kapasitas operasionalnya, kemudian didukung oleh berbagai inovasi perangkat keras yang semakin menubuh
dengan diri kita, maka suka atau tidak,
internet mulai menggantikan moda komunikasi kehidupan sosial (termasuk
juga ekonomi, politik, budaya), dan bahkan dapat mengubah sistem dan nilai
budaya serta dimensi spiritual, berikut
dengan implikasi baik buruknya. l
(Bersambung)
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
Resensi Buku
Himpunan Peraturan di
Bidang Pendidikan
Bambang Suryadi 1
S
alah satu upaya peningkatan mutu pendidikan nasional
yang dilakukan pemerintah adalah dengan membuat
peraturan perundang-undangan dalam bidang pendidikan.
Peraturan perundangan-udangan ini ditetapkan dalam bentuk
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Sejak tahun 2003 sampai tahun
2012 banyak produk hukum yang ditetapkan menjadi Undangundang, Peraturan Pemerintah, maupun Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan.
1
Staf Pofesional
BSNP dan dosen
Fakultas Psikologi
UIN Jakarta
Meskipun produk hukum tersebut
telah ditetapkan menjadi perundangudangan,
namun
masih
banyak
masyarakat yang belum mengetahui dan
memahaminya. Akibatnya, perundangundangan tersebut kurang memberikan
dampak
yang
signifikan
dalam
peningkatan mutu pendidikan nasional.
Sangat
disayangkan
memang,
sebab untuk menghasilkan sebuah
produk hukum, pemerintah telah
membelanjakan biaya dan energi yang
sangat besar melalui diskusi publik yang
sangat alot. Yang perlu digarisbawahi
bawah dana tersebut sebenarnya uang
rakyat juga. Tidak berlebihan jika
dikatakan telah terjadi kesenjangan
antara
pengeluaran
dana
untuk
menghasilan sebuah produk hukum dan
pengetahuan serta pemahaman rakyat
tentang peraturan tersebut.
Diantara faktor yang menyebabkan
masyarakat umum kurang mengetahui
produk hukum adalah minimnya
sosialisasi yang dilakukan pemerintah.
Sosialisasi yang ada hanya terbatas
pada segmen masyarakat tertentu saja.
Faktor kedua adalah terbatasnya akses
masyarakat kepada produk-produk
hukum. Tidak semua produk hukum
bisa ditemukan di pasaran karena
pencetakannya terbatas. Sementara
masih banyak warga masyarakat yang
tidak bisa mengakses produk hukum
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
9
Resensi Buku
yang dimuat dalam website kementerian
atau lembaga pemerintahan karena
mereka kurang mengenal teknologi
informasi. Sehingga dapat dipastikan
produk
hukum
tersebut
hanya
menjadi dokumen dan dipahami oleh
sebagian kecil warga masyarakat. Ironis
memang. Sebuah negara yang selalu
mengemukakan aspek hukum, tetapi
sebagian besar rakyatnya masih belum
melek hukum.
Kondisi di atas telah mendorong
Weinata Sairin anggota Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) untuk
menghimpun peraturan di bidang
pendidikan. Suatu usaha mulia dan
terpuji yang perlu diacungi jempol dan
diberi apresiasi yang setinggi-tingginya.
Melalui usaha tersebutlah produk hukum
dapat diketahui serta dipahami dengan
mudah. Sebab keberadaan produk hukum
yang selama ini tersebar atau terpencarpencar, bisa dihimpun menjadi satu
dalam bentuk buku. Sehingga siapapun
yang menginginkan peraturan tersebut
bisa mendapatkannya dengan mudah di
pasaran.
Mengenai pentingnya upaya peningkatan mutu pendidikan melalui produk
hukum, penyunting menyebutkan sebagai berikut:
“Sehubungan dengan upaya
untuk memajukan pendidikan,
maka pemahaman tentang ketentuan perundang-undangan di bidang pendidikan amatlah perlu
dan
mendesak.
Pemahaman,
penguasaan ketentuan perundangundangan dan upaya untuk
mengimplementasikannya adalah
bagian integral dari upaya untuk
memajukan pendidikan”. (hal x).
Weinata dalam melakukan kompilasi
produk hukum tersebut, sesuai dengan
kapasitasnya sebagai anggota BSNP,
sengaja memilih produk hukum tentang
sistem pendidikan. Mengapa? Pendidikan
ini merupakan politik tingkat tinggi
(high politic) dalam rangka membentuk
jati diri, karakter, dan perilaku bangsa.
Dengan pengertian lain, tidak ada langkah strategis selain pendidikan untuk
melakukan perubahan perilaku dan pola
pikir rakyat Indonesia.
Dalam konteks perundang-undangan, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
10
belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Buku setelah 31 halaman tersebut
oleh penyuntingnya diberi judul “Himpunan Peraturan di Bidang Pendidikan”.
Kandungan isinya terdiri atas 15 (lima
belas) peraturan dengan rincian 2 (dua)
Undang-undang, 9 (sembilan) peraturan
pemerintah, 1 (satu) Peraturan Mendiknas RI, dan 3 (tiga) Keputusan
Mendiknas. Kandungan isi tersebut
dilengkapi dengan sambutan Sekretaris
Jenderal Departemen Pendidikan Nasional (sekarang menjadi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan) dan Ketua
Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP), selain tentunya, ada seberkas
ucap dari penyunting yang juga sebagai
seorang teolog tersebut.
Dua undang-undang yang mutlak
dipahami oleh pelaku dan pemerhati
pendidikan serta masyarakat luas adalah
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Turunan dari
kedua undang-udang tersebut, juga ditemukan dalam buku ini. Diantaranya
adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, PP Nomor 55 Tahun
2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan. Berikutnya
adalah PP tentang Wajib Belajar, PP Tentang Pendanaan Pendidikan, PP Tentang
Guru, PP tentang Dosen, PP Tentang
Pendidikan Kedinasan, dan PP tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Sedangkan Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional yang dihimpun
dalam buku ini adalah yang terkait dengan buku, pengangkatan Anggota BSNP
dan Penunjukan Kepala Sekretariat
BSNP.
Kehadiran buku tersebut sangat
bermanfaat bagi masyarakat. Karena
buku yang diterbitkan oleh Media Prima Aksara pada awal tahun 2012 tersebut, dapat membantu masyarakat
luas, khususnya mereka yang concern
atau peduli di bidang pendidikan,
untuk memahami dengan baik berbagai
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
Resensi Buku
ketentuan perundang-undangan di bidang pendidikan sehingga mampu
memantapkan peran dan kontribusi
mereka dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Penyunting menuliskan
harapan ini pada paragrap kelima dari
pengantarnya.
Buku ini sangat mudah dibaca dan
dipahami karena disusun berdasarkan
kronologis dan hirarki hukum, mulai
dari undang-undang, peraturan pemerintah, sampai ke keputusan Menteri
Pendidikan Nasional. Oleh karena itu
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
karya ini merupakan karya kreatif dari
penyunting yang lahir pada tanggal
23 Agustus 198 di Jakarta. Perhatian
penyunting terhadap mutu pendidikan
nasional melalui karyanya ini semestinya
diapresiasi dengan membaca, memahami,
dan mengimplementasikan perundangundangan di bidang pendidikan dengan
sebaik-baiknya. Hanya dengan cara inilah produk hukum dapat membumi di
tanah air Indonesia.
Buku yang dihimpun anggota BSNP
dua periode (2005-2009 dan 2009-200)
tersebut sebenarnya merupakan penyempurnaan dari buku sebelumnya dengan
judul yang sama (Himpunan Peraturan
di Bidang Pendidikan) yang diterbitkan
tahun 2010 oleh Penerbit Jala Permata
Aksara. Bedanya adalah pada buku
pertama ada UUD Negara RI 195 dan
UU Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan
Hukum Pendidikan. Sedangkan pada
buku terbitan tahun 2012 ini kedua UU
tersebut tidak ada. Karena UU BHP telah
dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.
Buku yang serupa juga telah diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan
Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) tahun 2010.
Jika dibandingkan dengan buku yang
disunting Weinata, ada beberapa perbedaan. Perbedaan yang menyolok
adalah judul buku itu sendiri. Weinata
Sairin cukup memberikan judul dengan
“Himpunan Peraturan di Bidang Pendidikan”. Dapat dipahami kata peraturan
disini mencakup undang-undang dan
peraturan pemerintah. Sebaliknya judul
buku terbitan Kemdiknas adalah “Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
Bidang Pendidikan”.
Perbedaan kedua dapat dilihat dari segi isi buku tersebut. Pada buku
terbitan Kemdiknas, memuat dua Un-
dang-undang yang tidak ada di buku
Weinata Sairin. Pertama, Undang-undang Nomor 3 tahun 2007 tentang
Perpustakaan. Kedua, Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara serta
Lagu Kebangsaan. Kemudian, ada satu
peraturan pemerintah yang ada di buku
terbitan Kemdiknas, tetapi tidak ada di
buku Weinata Sairin. Yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2009
Tentang Tunjangan Profesi Guru dan
Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan
Dosen, serta Tunjangan Kehormatan
Professor.
Sebaliknya ada empat Keputusan
Mendiknas yang ada di buku Weinata
Sairin, tetapi tidak ada di buku terbitan
Kemdiknas. Pertama, Peraturan Mendiknas RI Nomor 2 Tahun 2008 tentang Buku. Kedua, Keputusan Mendiknas Nomor 00/P/2005 tentang
Pengangkatan Anggota Badan Standar
Nasional Pendidikan dan Penunjukan
Kepala Sekretariat Badan Standar
Nasional Pendidikan. Ketiga, Keputusan
Mendiknas Nomor 01/P/2005 tentang
Pengangkatan Anggota Sekretariat Badan
Standar Nasional Pendidikan. Keempat,
Keputusan Mendiknas Nomor 067/
P/2009 tentang Pengangkatan Anggota
Badan Standar Nasional Pendidikan dan
Penunjukan Kepala Sekretariat Badan
Standar Nasional Pendidikan.
Dengan adanya perbedaan tersebut,
kedua buku itu pada prinsipnya saling
melengkapi. Sehingga kedua buku
tersebut perlu dimiliki oleh setiap insan
yang ingin mengetahui dan memahami
lebih mendalam tentang peraturan di
bidang pendidikan. l
Judul :
Himpunan Peraturan di Bidang
Pendidikan
Penyunting :
Weinata Sairin, M.Th
Penerbit :
Media Prima Aksara Jakarta
Tahun Terbit :
2012
Jumlah halaman :
431 halaman
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
11
Berita BSNP*
PELAKSANAAN UN YANG
JUJUR DAN BERPRESTASI
Rektor dan Kepala Dinas Pendidikan Berikan Komitmen Penuh
P
emerintah telah menetapkan kebijakan
untuk tetap menyelenggarakan ujian nasional atau UN pada tahun 2012. Kebijakan ini
ditetapkan dalam bentuk Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 59 Tahun 2011
tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari
Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional. Untuk itu, semua lini harus bekerjasama, bahu
membahu, dan menyatukan langkah untuk
mensukseskan penyelenggaraan UN tahun
2012 dengan kejujuran dan prestasi.
Demikian pesan Musliar Kasim Wakil Menteri Bidang Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ketika membuka rapat koordinasi dan penandatanganan kerja
sama penyelenggaraan UN tahun 2012 di
Jakarta (8-9 Maret 2012). Hadir dalam acara ini
seluruh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Ketua Penyelenggara UN Tingkat Provinsi, dan
Rektor Perguruan Tinggi Negeri Koordinator
Pengawasan UN. Selain itu juga hadir anggota
BSNP, Kepala Balitbang Kemdikbud, dan para
pejabat di lingkungan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Menurut Musliar Kasim, untuk melihat apakah penyelenggaraan UN sudah baik atau belum
sangat sederhana, yaitu dengan melihat masih
ada keluhan dari masyarakat atau tidak. “Untuk
melihat kinerja kita baik atau buruk, sederhana
saja, apakah masyarakat sudah puas atau belum.
Jika masih ada keluhan terhadap layanan yang
kita diberikan, tandanya kita belum berbuat
sesuai keinginan masyarakat”, ungkap mantan
Rektor Universitas Andalas tersebut.
Selama ini, tambah Musliar Kasim, persepsi
12
yang beredar di masyarakat penyelenggaraan
UN itu hanya menghambur-hamburkan uang
negara, sementara hasilnya masih belum diterima sebagai hasil yang kredibel. “Selama ini
perguruan tinggi belum percaya bahwa UN
diselenggarakan dengan jujur dan kredibel.
Jika jujur, maka tidak ada alasan bagi perguruan
tinggi untuk tidak mau menerima hasil UN
sebagai tiket masuk perguruan tinggi”, papar
Musliar Kasim.
Untuk itu diperlukan langkah-langkah
konkrit supaya hasil UN diterima semua pihak, khususnya pihak perguruan tinggi supaya bisa menjadikan hasil UN sebagai salah
satu pertimbangan masuk ke perguruan
tinggi. Keterlibatan perguruan tinggi dalam
penyelenggaraan UN sangat strategis dalam
meningkatkan kredibilitas hasil UN.
Djemari Mardapi Ketua Penyelenggara UN
Tingkat Pusat mengatakan BSNP memberikan
wewenang khusus kepada perguruan tinggi.
Diantaranya adalah mengawasi dari proses
pencetakan naskah soal di percetakan sampai
ke pendistribusian naskah soal ke daerahdaerah. Perguruan tinggi juga memiliki wewenang untuk menentukan pengawas di satuan
pendidikan, pengawas ruang ujian, dan pemindaian lembar jawaban ujian nasional untuk
SMA/MA dan SMK.
“Pemberian wewenang ini karena perguruan tinggi adalah lembaga yang akan menggunakan hasil ujian nasional”, ungkap Djemari
Mardapi.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Khairil Anwar Notodiputro dalam
sambutannya mengatakan rapat koordinasi
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
Dari kiri ke kanan,
deret depan,
Musliar Kasim Wakil
Menteri Bidang
Pendidikan, Khairil
Anwar Notodiputro
Kepala Balitbang
Kemdikbud, Djemari
Mardapi Ketua
Penyelenggara
UN Tingkat Pusat,
Hendarman
Sekretaris Balitbang,
dan Hari Setiadi
Kepala Puspendik
dalam acara
rapat koordinasi
pelaksanaan UN
tahun 2012 di
Jakarta.
* Bambang
Suryadi
Berita BSNP
dan penandatanganan surat kerjasama pelaksanaan UN tahun 2012 bertujuan untuk memantapkan penyelenggaraan UN. “Rapat koordinasi hari ini untuk menyamakan persepsi
dalam rangka meningkatkan akseptabilitas,
kredibilitas, dan obyektifitas penyelenggaraan
UN. UN yang kredibel sangat penting, tidak
saja untuk mengukur pencapain anak didik,
tetapi juga untuk mendapatkan potret yang
utuh tentang pendidikan kita. UN yang kredibel juga menjadi pintu masuk yang baik
untuk menjadikan hasil UN sebagai bahan pertimbangan masuk ke perguruan tinggi”, ungkap
Kepala Balitbang.
Sebelum diselenggarakan rapat koordinasi, tambah Khairil Anwar, ada serentetan
acara yang terkait dengan persiapan penyelenggaraan UN. Diantaranya adalah penandatanganan pakta integritas, validasi data
Rapat Koordinasi
Penyelenggaraan
UN tahun 2012
dipimpin langsung
oleh Musliar Kasim
Wakil Menteri
Bidang Pendidikan
(nomor lima dari
kiri) di kantor
BSNP. Hadir dalam
rapat koordinasi
ini anggota BSNP,
Sekretaris Jenderal,
Kepala Balitbang,
Irjen, Kepala
Puspendik, dan
perwakilan dari
direktorat terkait
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan serta
Kementerian
Agama.
peserta UN, lokakarya penyelenggaraan UN
dengan tema peningkatan tingkat akseptabilitas, kredibilitas, dan obyektifitas UN, peluncuran UN oleh Menteri, sosialisasi oleh
BSNP dan Balitbang tentang rencana penyelenggaraan UN, POS, dan kisi-kisi UN pada bulan
Desember 2011, rapat koordinasi persiapan
dengan bendahara UN dinas pendidikan dan
perguruan tinggi pada bulan Februari 2012.
Rapat koordinasi kali ini juga ditandai
dengan pembacaan ikrar penyelenggaraan UN
yang jujur dan berprestasi oleh tiga perwakilan
peserta, yaitu Rektor Universitas Mulawarman,
Kepala Dinas Pendidikan Papua, dan Ketua
Penyelenggara UN Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada waktu yang bersamaan, Wakil Menteri
Bidang Pendidikan juga menyematkan PIN
“Prestasi Ya, Jujur Harus” secara simbolis kepada
seluruh peserta rapat koordinasi.l
KOORDINASI YANG BAIK KUNCI
KEBERHASILAN PENYELENGGARAAN UN
P
elaksanaan Ujian Nasional atau UN tahun
2012 diharapkan lebih kredibel. Untuk itu
diperlukan koordinasi yang terus menerus, sejak persiapan, pelaksanaan, sampai hasil UN
diumumkan. Koordinasi lintas Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian
Agama, Kementerian Dalam Negeri dan Kepolisian Republik Indonesia mutlak diwujudkan. Demikian juga koordinasi antara Penyelenggara UN Tingkat Pusat, Perguruan Tinggi
Negeri Koordinator Pengawasan UN,dan Penyelenggara UN Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota
dan Satuan Pendidikan.
Demikian kesepakatan rapat koordinasi
Penyelenggara UN Tingkat Pusat di BSNP, Selasa
(3/4/2012). Hadir dalam rapat tersebut Musliar
Kasim Wakil Menteri Bidang Pendidikan, Ainun
Na’im Sekretaris Jenderal, Suyanto Dirjen Pen-
didikan Dasar, Haryono Umar Irjen, Syawal Gultom Kepala Badan Sumber Daya Manusia dan
Penjaminan Mutu Pendidikan, Khairil Anwar Notodiputro Kepala Balitbang, anggota BSNP, dan
para pejabat eselon dua dan tiga di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Menurut Musliar Kasim, UN merupakan kegiatan rutin dalam proses pendidikan. Karena
itu tidak perlu dianggap sacral sehingga
orang tidak terlalu cemas. “UN merupakan
kegiatan rutin dalam proses pendidikan,
kita tidak perlu berlebihan menyikapinya,
apalagi menjadikannya sebagai sesuatu yang
sacral yang berakibat munculnya kecemasan
yang berlebihan. Publikasi tentang UN juga
semestinya tidak perlu berlebihan”, ungkap
Wakil Menteri seraya menambahkan diperlukan
cara dan strategi sosialisasi UN yang tidak
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
13
Berita BSNP
membuat orang cemas.
Suyanto berpandangan bahwa kecemasan yang moderat dalam menghadapi UN diperlukan. “Secara teoritis dan empiris, ada
hubungan yang erat antara tingkat kecemasan
yang moderat dan prestasi belajar. Jadi hal
yang wajar jika murid-murid akan ujian ada
rasa cemas. Jika mereka tidak mengalami
kecemasan, justru tidak wajar”, kata Dirjen
Pendidikan Dasar tersebut sambil memberikan
alasan orang yang antri beli tiket pada musim
puncak saja mengalami kecemasan, apalagi
menghadapi UN.
Proses pencetakan bahan UN saat ini sudah selesai dilakukan. Bahkan untuk wilayah
tertentu sudah mulai didistribusikan. “Untuk
wilayah kepulauan seperti di Papua, Maluku,
dan Riau, distribusi soal dilakukan lebih awal.
Tujuannya adalah untuk memastikan supaya
pada hari pelaksaan UN tidak ada soal yang
terlambat”, kata mantan Rektor Universitas
Andalas tersebut.
Untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan soal UN, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan bekerjasama dengan pihak kepolisian. Keterlibatan polisi itu adalah dalam
pengamanan soal UN, bukan dalam pengawasan pelaksanaan UN di satuan pendidikan.
“Informasi tentang wewenang dan keterlibatan
Polisi dalam UN ini perlu dipahami oleh
masyarakat luas “, tegas Musliar Kasim yang
pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Rektor
Perguruan Tinggi Negeri se-Indonesia.
Lebih lanjut Musliar Kasim megatakan, Polri
sudah menyatakan komitmennya untuk tidak
masuk ke sekolah. Pihak Polri telah mengadakan
konferensi pers tentang ini pada tanggal 28
Maret 2012.
Sementara Khairil Anwar Notodiputro
Kepala Balitbang menyoroti pentingnya exit
strategy jika terjadi hal-hal yang diluar dugaan
panitia penyelenggara. “Exit strategy ini perlu
kita pikirkan untuk mengantisipasi terjadinya
hal-hal yang tidak kita inginkan, seperti jika
naskah soal kurang atau ada yang rusak”,
ungkap Khairil.
Pusat Informasi dan Humas (PIH) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuka Posko UN mulai tanggal 13 sampai 27
April 2012, dari jam 06.00 sampai 16.00. Selain
membuka Posko UN, PIH juga menyediakan
call center dengan nomor 177 untuk menerima
pengaduan masyarakat tentang UN. Untuk
sementara waktu call center tersebut bisa
dihubungi melalui Telkomsel dan telepon
rumah. l
GURU-GURU SD/MI DAN SDLB SIAP
HASILKAN SOAL UN BERMUTU
Guru-guru SD/
MI dan SDLB
memperhatikan
materi pelatihan
penulisan
soal UN yang
disampaikan
nara sumber dari
Puspendik di
Mataram NTB
U
ntuk menghasilkan soal ujian nasional
yang bermutu diperlukan penulis soal
yang terampil, kompeten, dan ahli pada bidang
mata pelajaran tertentu. Untuk mencapai tujuan
tersebut, Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) bekerjasama dengan Pusat Penilaian
1
Pendidikan (Puspendik) Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menyelenggarakan pelatihan
penulisan soal ujian nasional SD/MI/SDLB dari
tanggal 16-22 Maret 2012 untuk tahap pertama
dan dari tanggal 30 Maret sampai dengan 5
April 2012 untuk tahap kedua.
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
Berita BSNP
Djemari Mardapi, Ketua Penyelenggara UN
dalam penjelasannya saat rapat pleno BSNP
di Jakarta (13/3/2012) mengatakan tujuan
pelatihan ini adalah untuk menghasilkan
soal UN yang bermutu. “Guru yang bermutu
akan menghasilkan soal UN yang bermutu.
Untuk memastikan para penulis soal memiliki
keterampilan, maka dilakukan pelatihan penulisan soal”, papar Djemari Mardapi.
Pada tahap pertama, pelatihan diselenggarakan di 17 provinsi, yaitu Maluku, Maluku
Utara, Papua Barat, Papua, NTB, NTT, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara, Sumatera Utara,
Sulawesi Utara, Gorontalo, Kalimantan Tengah,
Jambi, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
dan Bengkulu. Sedangkan provinsi lainnya
masuk pada tahap kedua. Di masing-masing
provinsi ada seorang dari anggota BSNP dan
dua orang dari Puspendik. Peran anggota BSNP
adalah melakukan pemantauan, sedangkan
peran dari Puspendik adalah memberikan
pelatihan penulisan soal UN.
Pelaksanaan penulisan soal UN SD/MI
di Jawa Barat, sebagaimana dilaporkan oleh
M. Aman Wirakartakusumah Ketua BSNP, berjalan dengan baik, guru-guru bersemangat
menyiapkan soal yang bermutu dengan tim
penelaah dari Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI). Namun, tambah M. Aman, ada keluhan
dari guru-guru yang menyiapkan soal UN
SDLB. Jumlah penulis soal untuk SDLB sedikit
tetapi soal yang dibuat banyak, sehingga satu
orang harus membuat soal untuk dua mata
pelajaran.
Di Sumatera Utara, Djemari Mardapi menemukan beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian pada kegiatan tahap kedua yang
berlangsung dari tanggal 30 Maret sampai 5
April 2012. “Ada ada gambar soal biologi yang
kurang jelas, kunci jawaban matematika ada
yang salah, kemampuan guru menulis soal
bervariasi”,papar Djemari seraya menambahkan
sebagian besar peserta guru perempuan.
Edy Tri Baskoro yang bertugas ke Ternate
melaporkan guru yang diundang memiliki
pengalaman menulis soal. Kisi-kisi matematika
perlu ditinjau kembali karena banyak menghitung dan hitungannya campuran. Gambar
yang dipakai bagus dan jelas, diambil dari buku
sekolah elektronik.
Peserta pelatihan ini adalah guru-guru
SD/MI/SDLB. Di setiap kabupaten/kota dipilih satu guru untuk masing-masing mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu
Pengetahuan Alam dengan komposisi dua
orang guru SD dan satu orang guru MI. Sedangkan untuk SDLB, ada 18 orang guru sesuai
dengan jenis ketunaan siswa.
Zul Arsiah yang bertugas di Nusa Tenggara
Barat mengatakan, pada hari pertama pela-
tihan, peserta dikenalkan tentang teknik penyusunan kisi-kisi, teknik penulisan soal pilihan
ganda, teknik telaah dan revisi soal, teknik
perakitan soal, dan latihan penyusunan soal
pilhan ganda.
Soal yang sudah disusun, tambah Zul
Arsiah, akan ditelaah dan dirakit oleh dosen
dari perguruan tinggi dan guru senior yang
berpengalaman dalam penulisan soal. Untuk
setiap soal, ada dua dosen dan dua guru senior
yang menelaah dan merakit soal yang disusun
oleh guru-guru. Selain itu, ada sepuluh orang
tim pengetikan naskah soal.
Untuk menjaga integritas peserta pelatihan, pada awal kegiatan mereka diminta
untuk menandatangani surat pernyataan
integritas. “Dengan surat pernyataan ini kita
ingin memastikan bahwa soal yang disusun
tetap terjaga obyektifitas dan kerahasiaannya”,
ungkap Sekretaris Dinas Pendidikan NTB yang
mewakili Kepala Dinas dalam acara pembukaan
pelatihan. Tas dan handphone juga tidak diperbolehkan untuk dibawa ke ruang tempat
pelatihan penulisan soal.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh para
peserta pelatihan penulisan soal adalah buku
yang dijadikan acuan dalam penulisan soal,
yaitu buku yang sudah dinyatakan lolos oleh
BSNP sebagai buku teks pelajaran.
Soal Pilihan Ganda
Bentuk soal yang disusun adalah bentuk
soal pilihan ganda. Mengapa harus pilihan ganda? Menurut Zul Arsiah, untuk ujian nasional
yang sifatnya massal, maka pilihan ganda
menjadi pilihan yang tepat. Aspek kognitif
yang diukur juga banyak, mulai dari ingatan,
pemahaman, sampai aplikasi. Juga karena
sifatnya yang obyektif dan mencakup materi
pelajaran yang luas. Kelebihan lainnya adalah
penskoran mudah dilakukan dibandingkan
dengan soal uraian.
Namun, tambah Zul Arsiah, soal pilihan
ganda juga memiliki keterbatasan, yaitu
memerlukan waktu yang lebih lama untuk
menyiapkan soal. Bagian yang paling sulit
adalah menentukan pilihan jawaban dengan
pengecoh yang homogen dan berfungsi. Soal
pilihan ganda juga memungkinkan anak untuk
menebak jawaban (guessing).
Zul Arsiah mengingatkan peserta pelatihan
untuk memperhatikan tiga hal dalam penulisan
soal pilihan ganda. Pertama adalah materi yang
akan diukur atau ditanyakan. Terkait dengan
materi, soal harus sesuai dengan indikator yang
ada dalam kisi-kisi soal UN.Soal yang tidak sesuai
dengan indikator tidak bisa dipakai. Misalnya
jika indikator menanyakan pengelompokan
binatang, tetapi soal menanyakan ciri-ciri binatang tertentu. Selanjutnya, pilihan jawaban
Vol. VII/No. 2/Juni 2012
15
Berita BSNP
M. Aman
Wirakartakusumah
Ketua BSNP
(dua dari kanan)
memperhatikan
pembacaan berita
acara serah terima
naskah soal UN
SD/MI dari BSNP
ke Kepala Dinas
Pendidikan dan
Kebudayaan
Provinsi Jawa Barat.
harus homogen dan logis. Selain itu, setiap soal
harus mempunyai satu jawaban yang benar.
Kedua adalah segi konstruksi, yaitu bentuk atau bangunan soal itu sendiri. Pokok soal
harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus
merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
Pokok soal tidak boleh memberi petunjuk ke
arah jawaban yang benar. Pokok soal juga
tidak boleh mengandung pernyataan yang
bersifat negatif ganda, misalnya pernyataan
yang mengandung kata “tidak kecuali”. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Pilihan jawaban tidak boleh mengandung pernyataan “semua pilihan jawaban di atas salah” atau “semua pilihan jawaban di atas benar”.
Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya
nilai angka tersebut. Gambar grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi. Butir materi
soal jangan bergantung pada jawaban soal
sebelumnya.
Ketiga adalah segi bahasa. Bahasa yang
digunakan tidak tidak boleh bersifat multi tafsir. Setiap soal harus menggunakan bahasa
yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Jangan menggunakan bahasa yang berlaku
setempat. Pilihan jawaban jangan mengulang
kata atau frase yang bukan merupakan satu
kesatuan pengertian.
Selama mengikuti pelatihan penulisan
soal, menurut pengamatan penulis, peserta sangat antusias, aktif, partisipatif, dan responsif.
“Soal itu terlalu ngambang dan tidak jelas”, ungkap seorang peserta ketika dipaparkan contoh
soal yang pernyataannya tidak jelas. Setelah
mengikuti penjelasan dari nara sumber, mereka
juga bisa memberi penilaian terhadap soal-soal
yang dijadikan contoh. “Soal itu jelek” ungkap
peserta mengomentari contoh soal yang
dipaparkan nara sumber.
Hasil yang diharapkan dari pelatihan penulisan soal ini adalah tiga buah paket soal yang
terdiri atas satu paket soal UN Utama, satu paket soal UN Ulangan, dan satu paket soal UN
Cadangan. l
HARMONISASI DAN SINKRONISASI
KEGIATAN BSN