ProdukHukum BankIndonesia NPI trw0308b
LAPO
NERA
INDO
Realisa
ORA
ACA
ONES
si Triwu
N
PEM
SIA
ulan III 2
MBAY
008
YARA
AN
Edisi P Novem
Publikasi mber 2008
(2)
Alamat Redaksi : Biro Neraca Pembayaran
Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 16 Jl. M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10350
Telepon : (021) 3817088 Faksimili : (021) 3800134 E-mail : BNP@bi.go.id Website : www.bi.go.id
(3)
LAPORAN
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
Realisasi Triwulan III 2008
Edisi Publikasi November 2008
(4)
(5)
RINGKASAN ……… 1
PERKEMBANGAN NPI TRIWULAN III 2008 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ……… 3
TRANSAKSI BERJALAN ……… 7
1. Neraca Perdagangan Nonmigas ……… 7
1.1. Ekspor Nonmigas ……… 7
1.2. Impor Nonmigas ……… 13
2. Neraca Perdagangan Migas ……… 16
2.1. Minyak ……… 16
2.2. Gas ……… 18
3. Neraca Jasa ……… 19
4. Neraca Pendapatan ……… 21
5. Transfer Berjalan ……… 22
TRANSAKSI MODAL dan FINANSIAL ……… 25
1. Transaksi Modal ……… 25
2. Transaksi Finansial ……… 25
2.1. Sektor Publik ……… 26
2.2. Sektor Swasta ……… 30
CADANGAN DEVISA ……… 35
INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL ……… 37
BOKS : Fenomena Defisit Transaksi Berjalan ……… 41
LAMPIRAN ……… 43
(6)
DAFTAR TABEL
Hal Hal
Tabel.1 Perkembangan NPI & Beberapa Indikator Ekonomi Pada Triwulan III 2008
5 Tabel.14 Nilai Impor Baja dari Beberapa Negara Asal Utama
15
Tabel.2 Nilai Ekspor CPO ke Beberapa Negara Tujuan Utama
8 Tabel.15 Nilai Impor Kapas dari Beberapa Negara Asal Utama
15
Tabel.3 Nilai Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan Utama
9 Tabel.16 Nilai Impor Alat-alat Telekomunikasi dari Beberapa Negara Asal Utama
15
Tabel.4 Nilai Ekspor Elektronik ke Beberapa Negara Tujuan Utama
9 Tabel.17 Nilai Impor Hydrocarbon dari Beberapa Negara Asal Utama
16
Tabel.5 Nilai Ekspor Produk Kimia ke Beberapa Negara Tujuan Utama
10 Tabel.18 Nilai Impor Bahan Baku Baja dari Beberapa Negara Asal Utama
16
Tabel.6 Nilai Ekspor Batubara ke Beberapa Negara Tujuan Utama
10 Tabel.19 Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak 16
Tabel.7 Nilai Ekspor Karet ke Beberapa Negara Tujuan Utama
11 Tabel.20 Demand dan Supply Minyak Dunia 17
Tabel.8 Nilai Ekspor Mesin & Mekanik ke Beberapa Negara Tujuan Utama
12 Tabel.21 Ekspor LNG, LPG dan Natural Gas 18
Tabel.9 Nilai Ekspor Timah ke Beberapa Negara Tujuan Utama
12 Tabel.22 Cadangan Gas Indonesia 19
Tabel.10 Nilai Ekspor Udang ke Beberapa Negara Tujuan Utama
12 Tabel.23 Implied Yield/Interest Rate 22
Tabel.11 Share Impor yang Dipengaruhi Komponen Permintaan Akhir
14 Tabel.24 Perkembangan Hibah Non Investasi 23
Tabel.12 Nilai Impor Barang Konsumsi dari Beberapa Negara Asal Utama
14 Tabel.25 Perkembangan HIbah Investasi 25
Tabel.13 Nilai Impor Pupuk dari Beberapa Negara Asal Utama
15 Tabel.26 Indikator Sustainabilitas Eksternal 37
DAFTAR GRAFIK
Hal Hal
Grafik.1 Transaksi Berjalan 7 Grafik.10 Volume Ekspor Karet ke Beberapa Negara
Tujuan Utama
11
Grafik.2 Neraca Perdagangan Nonmigas 7 Grafik.11 Harga Udang Dunia 12
Grafik.3 Nilai Ekspor Nonmigas 8 Grafik.12 Volume Ekspor Udang ke Beberapa Negara
Tujuan Utama
13
Grafik.4 Harga CPO Dunia 8 Grafik.13 Pangsa Impor Nonmigas Menurut Negara Asal 13
Grafik.5 Volume Ekspor CPO ke Beberapa Negara Tujuan Utama
9 Grafik.14 Perkembangan Nilai Impor Nonmigas 13
Grafik.6 Volume Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan Utama
9 Grafik.15 Perkembangan Harga Minyak 18
Grafik.7 Harga Batubara Dunia 10 Grafik.16 Produksi Minyak dan Konsumsi BBM 18
Grafik.8 Volume Ekspor batubara ke beberapa Negara Tujuan Utama
10 Grafik.17 Perkembangan Neraca Jasa 19
(7)
Grafik.19 Perkembangan Neraca Pendapatan 21 Grafik.30 Perkembangan Posisi Pinjaman per Negara Kreditor Utama
29
Grafik.20 Perkembangan Worker’s Remittances 23 Grafik.31 Perkembangan Posisi Pinjaman Menurut Jenis Valuta Utama
29
Grafik.21 Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Jenis Investasi
25 Grafik.32 Perkembangan Posisi Utang Luar Negeri Pemerintah
30
Grafik.22 Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Sektor
26 Grafik.33 Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Swasta
30
Grafik.23 Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik 26 Grafik.34 Perkembangan Direct Investment di Indonesia 30
Grafik.24 BI Rate dan Fed Rate 27 Grafik.35 Arus Masuk FDI Migas 30
Grafik.25 Perkembangan Kepemilikan SUN dan SBI oleh Asing
27 Grafik.36 Penyertaan Modal 31
Grafik.26 Perkembangan Penarikan dan Pembayaran Pinjaman Pemerintah
27 Grafik.37 Perkembangan Transaksi Saham oleh Asing di BEI dan IHSG
32
Grafik.27 Perkembangan Penarikan Pinjaman Program 28 Grafik.38 Perkembangan Surat Berharga Hutang Swasta 32 Grafik.28 Perkembangan Penarikan Pinjaman Proyek 28 Grafik.39 Perkembangan Penarikan Pinjaman Swasta 33 Grafik.29 Perkembangan Posisi ULN Berdasarkan Jenis
Pinjaman
(8)
(9)
Kinerja transaksi berjalan pada triwulan III 2008 mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perbaikan ini tercermin pada mengecilnya defisit transaksi berjalan, yaitu dari sekitar USD1,2 miliar pada triwulan II 2008 menjadi sekitar USD0,6 miliar pada triwulan III 2008. Defisit pada transaksi berjalan tersebut dapat diimbangi oleh surplus pada transaksi modal dan keuangan yang mencapai USD0,5 miliar sehingga secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) hanya mengalami defisit kurang dari USD0,1 miliar atau tepatnya USD89 juta. Sejalan dengan defisit NPI, jumlah cadangan devisa pada akhir triwulan III 2008 turun menjadi USD57,1 miliar. Meskipun demikian, jumlah cadangan devisa tersebut masih berada pada posisi yang relatif aman, yaitu setara dengan kebutuhan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 4,4 bulan.
Di antara komponen-komponen utama transaksi berjalan, perbaikan yang paling signifikan terjadi pada neraca perdagangan minyak dan gas serta neraca pendapatan. Neraca perdagangan gas mencatat kenaikan surplus, karena didukung oleh kenaikan volume ekspor gas yang signifikan. Sementara itu, defisit neraca perdagangan
minyak mengecil karena, sesuai dengan status Indonesia sebagai net oil importer, dampak penurunan harga minyak
terhadap penurunan nilai ekspor minyak lebih kecil daripada dampaknya terhadap penurunan nilai impor minyak. Selain itu, penurunan harga minyak juga menjadi salah satu faktor yang memperkecil defisit neraca pendapatan melalui dampaknya terhadap penurunan keuntungan yang dibayarkan kepada kontraktor migas asing.
Di tengah krisis keuangan global, transaksi modal dan keuangan pada triwulan III 2008 masih mampu mencatat surplus sekitar USD0,5 miliar, meskipun tidak sebesar surplus pada triwulan sebelumnya. Memburuknya kondisi pasar keuangan global telah mendorong arus keluar modal portofolio dalam bentuk pelepasan SBI, SUN, dan saham oleh investor asing. Namun, perkembangan tersebut tidak sampai membuat transaksi modal dan keuangan menjadi defisit karena dalam periode yang sama terjadi kenaikan penarikan utang luar negeri swasta dan penurunan pembayaran pokok utang luar negeri pemerintah dalam jumlah yang signifikan. Kenaikan penarikan utang luar negeri swasta itu diperkirakan tidak terlepas dari masih kuatnya kinerja perekonomian domestik pada triwulan III 2008.
(10)
(11)
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2008 mencatat defisit sekitar USD89 juta. Defisit tersebut dipengaruhi oleh transaksi berjalan yang mencatat defisit sekitar USD0,6 miliar, lebih besar daripada surplus transaksi modal dan keuangan yang mencapai sekitar USD0,5 miliar. Meskipun transaksi berjalan pada triwulan laporan mencatat defisit, namun dibandingkan triwulan II 2008, defisit tersebut mengalami penurunan. Perbaikan kinerja dimaksud terutama bersumber dari meningkatnya surplus neraca perdagangan migas dan menurunnya defisit transaksi pendapatan. Kenaikan surplus neraca perdagangan migas tersebut dapat mengimbangi penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas. Berbeda dengan kinerja pada transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial mencatat penurunan surplus bila dibandingkan triwulan sebelumnya (USD2,6 miliar). Penurunan surplus tersebut terutama disebabkan oleh arus keluar modal portofolio asing dalam bentuk penjualan SBI, SUN, dan saham terkait dengan kondisi pasar keuangan global yang memburuk. Sejalan dengan
perkembangan di atas, jumlah cadangan devisa pada akhir periode turun menjadi USD57,1 miliar1)
atau setara kebutuhan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 4,4 bulan.
Perkembangan neraca pembayaran Indonesia selama triwulan III 2008 tidak lepas dari beberapa faktor fundamental baik dalam dan luar negeri. Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi perkembangan tersebut antara lain:
Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mitra dagang utama, seperti Amerika, Jepang, Uni Eropa, Singapura,
bahkan Cina pada Tw. III-2008 mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya sejalan dengan dampak krisis global yang terjadi. Di tengah pelemahan ekonomi di negara-negara maju, tekanan inflasi masih mengancam ekonomi negara tersebut meskipun sudah mulai menunjukkan kecenderungan yang mereda. Dengan perkembangan tersebut, beberapa bank sentral sudah mulai menurunkan suku bunganya guna menahan laju perlambatan ekonomi akibat krisis.
Harga-harga beberapa komoditas ekspor nonmigas, seperti CPO, batubara, dan tembaga, di pasar dunia mulai
mengalami penurunan sejak bulan September yang didorong oleh melemahnya permintaan dunia khususnya dari negara-negara maju terkait krisis keuangan global. Pergerakan harga CPO dan batubara cenderung mengikuti pergerakan harga minyak dunia yang terus menurun.
Setelah harga minyak meningkat tajam dan bertahan selama satu semester, pada Tw. III-2008, rata-rata harga
minyak OPEC sedikit turun menjadi USD113,4/bl dari USD117,6/bl pada triwulan sebelumnya. Penurunan harga mulai terjadi pada akhir bulan Juli dan terus menurun secara tajam di bulan September hingga berada di bawah USD100/bl. Turunnya harga minyak tersebut disebabkan oleh kekhawatiran terhadap penurunan permintaan minyak akibat krisis global yang terjadi saat ini yang berdampak pada melemahnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Selain itu, pengaruh nilai tukar USD terhadap
PERKEMBANGAN NPI TRIWULAN III 2008 DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
(12)
dalam menginvestasikan dananya. Berbeda dengan harga minyak yang cenderung mengalami penurunan, harga gas (LNG) justru mengalami kenaikan yaitu dari USD13,7/MBTU di triwulan II menjadi USD14,3/MBTU pada periode laporan. Perbedaan arah pergerakan harga minyak dan gas tersebut ditengarai sebagai akibat dari kontrak pengiriman gas yang sudah disepakati pada periode sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan selama Tw. III-2008 atau tumbuh 6,1%, lebih rendah
dari 6,4% pada triwulan II. Meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi pada level tersebut masih cukup tinggi di saat ekonomi dunia mengalami pelemahan lebih dalam. Pertumbuhan ekonomi triwulan III didukung oleh pertumbuhan konsumsi 6,7% (pangsa 64,1%) terutama sektor pemerintah tumbuh 16,9%, investasi 10,1% (pangsa 24,4%), dan masih tingginya kinerja ekspor neto 25,9% (pangsa 9,6%).
Laju inflasi Indonesia pada periode laporan tercatat sebesar 12,1%, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya (11,0%). Kendati harga minyak dunia sudah mengalami penurunan, dampaknya belum terlalu signifikan terhadap inflasi Indonesia. Selain itu, masih relatif tingginya harga barang impor (imported inflation)
turut mempengaruhi laju inflasi selama periode laporan. Di sisi nilai tukar, Rupiah bergerak pada kisaran yang stabil di level Rp9.219 per USD dari sebelumnya Rp 9.264. Walaupun demikian, demi menjaga tekanan inflasi ke depan, Bank Indonesia menaikkan suku bunga BI Rate sebanyak 3 kali (sebesar 75bps) dari akhir Tw.II-2008 sebesar 8,5% menjadi 9,25%. Pada gilirannya, perkembangan suku bunga tersebut mempengaruhi selisih suku bunga domestik tetap tinggi dibandingkan suku bunga internasional yang sudah mulai menurun.
Produksi minyak Indonesia selama Tw. III-2008 mencapai 0,982 juta barel per hari (bph), relatif sama
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,981 juta bph. Sementara itu, konsumsi BBM di Tw.III-2008 mencapai 100,8 juta barel, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 99,0 juta barel. Kebutuhan BBM yang meningkat ditengarai terkait dengan kebutuhan lebaran yang jatuh pada awal bulan Oktober. Pada periode laporan, volume ekspor gas (LNG) mengalami kenaikan dari 252,6MBTU di triwulan II menjadi 259,3MBTU pada triwulan III. Demikian juga volume ekspor natural gas meningkat dari 77,6MBTU menjadi 83,6MBTU pada triwulan laporan.
(13)
Tabel 1
Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia dan Beberapa Indikator Ekonomi Pada Triwulan III 2008
2008 2008 2008
Tw.I Tw.II Tw.III
- Amerika Serikat 2.0 1.0 2.8 -0.5
- Jepang 1.9 1.4 0.7 -0.5
- Uni Eropa 2.1 2.1 1.4 0.6
- Singapura 7.0 6.9 2.3 -0.6
- Cina 11.9 10.6 10.4 9.9
- Minyak Mentah OPEC (USD/barel) 69 93 118 113
- Batu bara (USD/metric ton) 66 114 139 163
- Tembaga (USD/metric ton) 7,118 7,796 8,443 7,680
- CPO (USD/ton) 780 1,156 1,198 928
- Karet (cent USD/kg) 248 293 312 329
- Amerika Serikat (Fed Fund Rate) 5.0 2.9 2.0 2.0
- Jepang (Uncollateral Call Rate) 0.5 0.5 0.5 0.5
- Uni Eropa (MRO) 3.9 4.0 4.0 4.3
- Singapura (Interbank rate, 3 bulan) 2.7 1.5 1.3 1.4
- Cina 6.8 7.5 7.5 7.4
- Amerika Serikat 4.1 4.0 4.9 4.9
- Jepang 0.7 1.2 2.0 2.1
- Uni Eropa 3.1 3.6 4.0 3.6
- Singapura 4.4 6.7 7.5 6.7
- Cina 4.8 8.3 7.1 4.6
PDB (y.o.y, %) 6.3 6.3 6.4 6.1 Inflasi IHK (y.o.y, %) 6.6 7.1 11.0 12.1 Nilai tukar 1) (Rp/USD) 9,136 9,260 9,264 9,219
Harga rata-rata ekspor minyak mentah (US$/bbl) 70.1 93.4 119.3 113.4
Produksi Minyak (juta barel per hari) 0.952 0.977 0.981 0.982 Konsumsi BBM (juta barel) 382.8 95.4 99.0 100.8
Ekspor gas (LNG) (mbtu) 1,079.8 283.6 252.6 259.3
Harga rata-rata ekspor gas (LNG) (US$/mbtu) 9.0 11.6 13.7 14.3
BI Rate 1) (%) 8.60 8.00 8.25 9.00
(juta USD)
- Transaksi Berjalan 10,347 2,601 -1,241 -564
- Transaksi Modal & Finansial 3,466 -1,623 2,599 509
- Total 13,814 978 1,359 -55
- Net Errors & Omissions -1,099 54 -35 -34
- Overall Balance 12,715 1,032 1,324 -89
- Cadangan Devisa 56,920 58,987 59,453 57,108
KOMPONEN 2007
INDIKATOR EKONOMI DUNIA
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Harga Komoditi Dunia
Suku Bunga Internasional (%)
Inflasi (%)
INDIKATOR EKONOMI DOMESTIK
(14)
(15)
Transaksi berjalan pada Tw. III-2008 relatif membaik dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Perbaikan tersebut disumbangkan oleh perbaikan neraca perdagangan migas yang dapat menutupi pelemahan neraca perdagangan nonmigas dan mengecilnya defisit neraca pendapatan. Meningkatnya ekspor LNG dan menurunnya impor minyak telah menyebabkan neraca perdagangan migas membaik. Sementara tingginya permintaan impor nonmigas yang melebihi pertumbuhan ekspor nonmigas telah menyebabkan surplus neraca perdagangan nonmigas menurun. Di sisi lain, penurunan defisit neraca pendapatan terkait dengan menurunnya bagian keuntungan kontraktor migas seiring dengan menurunnya harga minyak. Sementara itu, meskipun tidak signifikan, neraca jasa mengalami penurunan defisit, sedangkan neraca transfer berjalan mengalami kenaikan surplus.
1. Neraca Perdagangan Nonmigas
Neraca perdagangan nonmigas pada Tw. III-2008 mencatat surplus sebesar USD3,8 miliar, lebih rendah
kuatnya permintaan domestik yang telah mendorong akselerasi pertumbuhan impor nonmigas sehingga tumbuh dua kali lebih cepat (44,6% y.o.y) dibanding pertumbuhan ekspor nonmigas (22,4% y.o.y).
1.1 Ekspor Nonmigas
Di tengah krisis global yang tengah melanda hampir seluruh negara, pertumbuhan tahunan ekspor nonmigas masih belum terpengaruh dan masih cukup tinggi (22,4%) dibandingkan triwulan sebelumnya (18,9%). Pertumbuhan ini ditopang oleh harga produk
ekspor (unit price) yang masih meningkat sebesar
22,8%, sedangkan secara volume menurun sebesar 0,3%. Kenaikan pertumbuhan harga tersebut terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas pertanian sebesar 26,5% (pangsa 15%) dan produk manufaktur sebesar 40,7% (pangsa 61,4%).
Beberapa komoditas ekspor utama yang harganya
mengalami kenaikan tajam antara lain Crude Palm Oil
(CPO), TPT, produk elektronik, produk kimia (sektor manufaktur); batubara (sektor
-5,000 -3,000 -1,000 1,000 3,000 5,000 7,000 9,000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007* 2008
juta USD Transaksi BerjalanGrafik 1
Services Income Trade Balance Current Trans. Current Account
1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000
3,000 8,000 13,000 18,000 23,000 28,000 33,000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007* 2008
juta USD juta USD Grafik 2
Neraca Perdagangan Nonmigas
Ekspor Impor
Neraca Perdagangan Nonmigas
(16)
mulai terlihat pada September 2008 tetapi belum berdampak signifikan terhadap kinerja ekspor pada triwulan III 2008.
Crude Palm Oil (CPO)
Ekspor CPO pada Tw. III-2008 sebesar USD2,2 miliar atau tumbuh 36,8% (y.o.y), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (87%). Tingginya harga CPO di triwulan ini yang mencapai USD928/Mton mampu menutupi penurunan volume ekspor yang mencapai 10,6%.
Penurunan volume ekspor CPO terkait dengan besarnya pajak ekspor (PE) yang ditetapkan oleh pemerintah. Pada bulan Juli 2008, PE CPO ditetapkan sebesar 20% sehingga eksportir mengurangi kegiatan ekspor meskipun harga CPO pada waktu itu tinggi. Namun ketika PE CPO kembali turun menjadi 10% di
bulan Agustus dan 7,5% di bulan September, eksportir kembali memperbanyak volume ekspor meskipun harga CPO sudah turun.
Tabel 2
Nilai Ekspor CPO ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Selain tingginya angka pajak ekspor yang ditetapkan pemerintah, penurunan ekspor CPO juga disebabkan oleh turunnya ekspor CPO ke Uni Eropa akibat pembeli di Eropa menerapkan sertifikasi
Rountable Sustainable For Palm Oil (RSPO) sejak bulan
Januari 2008. Sebagai dampaknya, para importir dari Eropa hanya akan membeli CPO yang mempunyai sertifikat RSPO. Sebagai informasi, RSPO adalah sertifikat yang membuktikan bahwa pengusaha sawit mengelola kebun secara ramah lingkungan. Hal ini membuat eksportir Indonesia sulit untuk menembus pasar Eropa karena syarat penjualan semakin ketat sementara pengusaha sawit di Indonesia sebagian besar belum menerapkan metode produksi yang sesuai dengan standar dalam RSPO.
1000 3000 5000 7000 9000 11000 13000 15000 17000 19000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007* 2008
Grafik 3 Nilai Ekspor Non Migas
Pertanian Pertambangan Industri Juta USD 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
USD/MTon Grafik 4
Harga CPO Dunia
Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
India 481 29.3 897 39.9
Uni Eropa 217 13.2 261 11.6
Afrika 137 8.4 230 10.2
Cina 226 13.8 143 6.4
Lainnya 578 35.3 717 31.9
Total 1,639 100 2,248 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
0 200 400 600 800 1,000 1,200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
ribu Ton
Grafik 5
Volume Ekspor CPO ke Beberapa Negara Tujuan Utama
(17)
Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
Ekspor TPT pada Tw.III-2008 sebesar USD2,9 miliar atau tumbuh 7,1% (y.o.y), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (6,8%). Ekspor TPT terbesar masih ditujukan ke negara Amerika Serikat yang mencapai USD1,1 miliar (pangsa 37,5%).
Tabel 3
Nilai Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Meskipun sedang mengalami resesi, ekspor TPT ke Amerika Serikat pada triwulan laporan masih mengalami pertumbuhan, baik secara nilai maupun volume. Meskipun ke depan diperkirakan akan tumbuh stagnan, ekspor TPT masih memiliki peluang yang cukup baik mengingat komoditas TPT merupakan salah satu kebutuhan primer sehingga masih tetap dibutuhkan. Selain itu, komoditas TPT Indonesia memiliki keunggulan kualitas dibandingkan dengan komoditas dari Cina. Pesaing utama komoditas TPT Indonesia lainnya adalah India yang juga merupakan salah satu produsen TPT.
Elektronik
Ekspor elektronik pada Tw. III-2008 sebesar USD2,5 miliar atau tumbuh 14,9% (y.o.y), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (13,6%). Ekspor elektronik terbesar ditujukan ke Singapura yang mencapai USD748 juta (pangsa 30,3%), diikuti oleh Jepang sebesar USD341 juta (13,8%). Produk-produk yang banyak diekspor antara lain alat elektronik untuk bisnis
dan industri, media penyimpan elektronik selain hard
disk, printer dan monitor. Tumbuhnya ekspor
elektronik Indonesia didukung oleh tingginya harga barang-barang elektronik di pasar internasional, sedangkan dari sisi volume, ekspor produk elektronik mengalami penurunan sebesar 3,1%. Tidak adanya pengembangan teknologi baru yang memberikan nilai tambah yang lebih tinggi terhadap industri elektronik Indonesia ditengarai mengakibatkan menurunnya volume ekspor produk elektronik Indonesia.
Tabel 4
Nilai Ekspor Elektronik ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Terkait dengan krisis global yang terjadi saat ini, Gabungan Elektronika Indonesia (Gabel) memperkirakan bahwa dampak krisis finansial di Amerika Serikat belum terlihat pengaruhnya terhadap ekspor elektronika pada triwulan III 2008, karena nilai ekspor produk elektronik Indonesia ke AS tidak terlalu besar. Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama ekspor elektronik ketiga setelah Singapura dan Jepang. Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Amerika Serikat 996 37.4 1,071 37.5
Uni Eropa 469 17.6 505 17.7
Jepang 130 4.9 142 5.0
Lainnya 1,067 40.1 1,140 39.9
Total 2,662 100 2,858 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
0 20 40 60 80 100 120
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
ribu Ton Volume Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan UtamaGrafik 6
Amerika Uni Eropa Jepang
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Singapura 664 30.9 748 30.2
Jepang 313 14.6 341 13.8
Amerika Serikat 210 9.8 288 11.6
Uni Eropa 218 10.1 248 10.0
Lainnya 744 34.6 850 34.3
Total 2,149 100 2,475 100
(18)
Produk Kimia
Ekspor produk kimia pada Tw. III-2008 sebesar USD2,0 miliar atau tumbuh 15,1%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (12,6%). Pertumbuhan ini didukung oleh relatif tingginya harga produk kimia di pasar internasional, sementara dari sisi volume mengalami penurunan ekspor yang cukup besar mencapai 45,1% karena menurunnya permintaan. Penurunan permintaan impor produk kimia terbesar berasal dari Jepang dan Malaysia yang turun masing-masing sebesar 32,1% dan 11,2%. Meskipun permintaan dari Malaysia turun, namun pangsa ekspor ke negara tersebut masih menjadi yang terbesar (9,9%) dengan nilai ekspor mencapai USD193 juta, diikuti oleh Uni Eropa (9%) dengan nilai sebesar USD175 juta.
Tabel 5
Nilai Ekspor Kimia ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Batubara
Ekspor batubara pada Tw.III-2008 sebesar USD2,9 miliar atau tumbuh 66,8% (y.o.y) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (55,6%). Pertumbuhan ini ditopang oleh harga batubara di pasar internasional yang mencapai USD162,8/Mton lebih tinggi dari periode sebelumnya (USD138,7/Mton).
Tingginya harga batubara di pasar internasional didorong oleh besarnya permintaan dari Cina untuk memenuhi kebutuhan industri baja dan pembangkit listrik yang cukup besar di negara tersebut. Meskipun sekitar 13% cadangan batubara dunia berada di Cina, namun besarnya kebutuhan batubara dari sektor industri dan pembangkit menyebabkan Cina harus melakukan impor.
Tabel 6
Nilai Ekspor Batubara ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Sementara dari sisi volume, ekspor batubara Indonesia mengalami penurunan tipis, sebesar 1,2%, akibat turunnya permintaan batubara dari Jepang dan Korea Selatan. Di samping turunnya permintaan batubara dari negara tujuan utama ekspor, adanya penghentian sementara ekspor batubara terhadap 6 produsen batubara pada bulan Juli 2008 turut mengurangi volume ekspor batubara. Penghentian sementara kegiatan ekspor tersebut yang dilakukan oleh pemerintah terkait dengan harga ekspor yang dianggap terlalu murah.
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
USD/MTon
Grafik 7 Harga Batubara Dunia
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Jepang 377 21.6 616 21.1
Taiwan 246 14.1 462 15.8
Korea Selatan 250 14.3 339 11.6
India 148 8.5 311 10.6
China 125 7.2 256 8.8
Lainnya 602 34.4 938 32.1
Total 1,748 100 2,922 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
ribu Ton
Grafik 8
Volume Ekspor Batubara ke Beberapa Negara Tujuan Utama
(19)
Produsen batubara yang mengalami penghentian ekspor antara lain Perusahaan Daerah Baramarta dengan kapasitas ekspor per tahun sebesar 4 juta ton, Tanjung Alam Jaya (1,6 juta ton), Antang Gunung Meratus (1,5 juta ton), Sumber Kurnia Buana (1,5 juta ton), PT. Kadya Caraka Mulia (0,5 juta ton) dan PT. Bangun Buana Persada (0,4 juta ton).
Karet
Ekspor karet pada Tw. III-2008 sebesar USD1,9 miliar atau tumbuh 42%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (29,2%). Pertumbuhan yang cukup tinggi ini lebih disebabkan oleh tingginya harga karet dunia, sedangkan dari sisi volume ekspor pertumbuhannya hanya sebesar 1,4%.
Tabel 7
Nilai Ekspor Karet Ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Harga karet di pasar internasional mencapai USD329,1cent/kg, naik dari periode sebelumnya sebesar USD311,7cent/kg. Dalam perkembangannya, harga karet mencapai puncaknya di triwulan laporan pada
bulan Juli 2008 dengan harga harian komposit/daily
composite price (DCP) mencapai USD325,74 cent/kg.
Tingginya harga karet dipicu oleh terbatasnya pasokan karet dari negara produsen dan tingginya permintaan karet dari Cina. Sementara itu, pasokan karet dari Indonesia juga menurun pada bulan Juli 2008 akibat musim gugur daun yang terjadi di daerah selatan katulistiwa yang pada gilirannya menyebabkan pohon sulit untuk menghasilkan getah karet.
Di sisi permintaan, kebutuhan karet dari Cina tumbuh sebesar 10,7% melebihi pertumbuhan permintaan dari AS (6,4%). Dengan demikian, Cina berpotensi menjadi negara tujuan utama ekspor karet Indonesia menggantikan AS yang memiliki pangsa ekspor terbesar (23,6%). Lebih lanjut, nilai ekspor karet ke Cina pada triwulan ini sebesar USD335 juta sedikit di bawah nilai ekspor ke AS yang mencapai USD442 juta.
Di samping beberapa komoditas yang didorong oleh kenaikan harga, terdapat beberapa komoditas
yang secara volume meningkat tajam, antara lain mesin
& mekanik (sektor manufaktur); timah (sektor pertambangan) dan udang (sektor pertanian). Ketiga komoditas tersebut tidak terpengaruh oleh krisis finansial global yang terjadi, sehingga masih dapat mendukung nilai ekspor nonmigas pada Tw. III-2008. Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Amerika Serikat 280 21.2 442 23.5
Cina 199 15.1 335 17.8
Jepang 223 16.9 329 17.5
Uni Eropa 124 9.4 147 7.8
Singapura 152 11.5 109 5.8
Lainnya 341 25.9 515 27.4
Total 1,319 100 1,877 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
0 50 100 150 200 250 300 350
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
c/kg Grafik 9
Harga Karet Dunia
-20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2006 2007 2008 ribu Ton
Grafik 10
Volume Ekspor Karet ke Beberapa Negara Tujuan Utama
(20)
Mesin & mekanik
Ekspor mesin & mekanik pada Tw. III-2008 sebesar USD2,5 miliar atau tumbuh 49,7%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (26,8%). Pertumbuhan ekspor tersebut didukung oleh tingginya permintaan dari negara Singapura dan Malaysia yang permintaannya masing-masing tumbuh sebesar 66% dan 50,5%. Mesin-mesin yang banyak diekspor ke negara-negara tersebut mencakup kendaraan bermotor, mesin khusus untuk industri tertentu, dan peralatan transportasi lainnya. Permintaan mesin & mekanik dari Singapura yang merupakan negara dengan pangsa ekspor terbesar (23,8%) sejalan dengan semakin berkembangnya industri di negara tersebut. Nilai ekspor ke negara itu mencapai USD597 juta, dikuti kemudian oleh Jepang dan Malaysia masing-masing sebesar USD286 juta dan USD258 juta.
Tabel 8
NIlai Ekspor Mesin & Mekanik ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Timah
Ekspor timah pada Tw. III-2008 sebesar USD791 juta atau tumbuh sebesar 67,2%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya (158,8%). Perlambatan ekspor timah terkait dengan penurunan harga komoditas timah yang pada triwulan ini turun menjadi USD2.051cent/kg dari periode sebelumnya sebesar USD2.265cent/kg.
Tabel 9
Nilai Ekspor Timah ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Sementara dari sisi volume, pertumbuhan permintaan yang tinggi mencapai 108,9% terutama berasal dari Taiwan (tumbuh 350%), sedangkan pangsa ekspor terbesar ditujukan ke Singapura (86,8%) dengan nilai ekspor mencapai USD684 juta.
Udang
Ekspor udang pada Tw. III-2008 sebesar USD224 juta atau tumbuh 6%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya (11,3%). Melambatnya ekspor udang disebabkan oleh harga udang yang turun menjadi USD1.048 cent/kg dari USD1.109 cent/kg pada triwulan sebelumnya, sementara volume ekspor mengalami peningkatan sekitar 3,8%.
Tabel 10
NIlai Ekspor Udang ke Beberapa Negara Tujuan Utama Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Singapura 307 18.3 597 23.7
Jepang 203 12.1 286 11.4
Malaysia 123 7.3 258 10.3
Thailand 140 8.4 219 8.7
Uni Eropa 177 10.6 193 7.7
Lainnya 725 43.3 961 38.2
Total 1,675 100 2,514 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Singapura 407 86.2 684 86.5
Malaysia 18 3.8 51 6.4
Taiwan 2 0.4 13 1.6
Jepang 12 2.5 11 1.4
Lainnya 33 7.0 32 4.0
Total 472 100 791 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Amerika Serikat 83 39.3 96 42.9
Jepang 75 35.5 78 34.8
Uni Eropa 37 17.5 32 14.3
Cina 1 0.5 4 1.8
Hongkong 4 1.9 2 0.9
Lainnya 11 5.2 12 5.4
Total 211 100 224 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
850 900 950 1,000 1,050 1,100 1,150
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
c/kg Grafik 11
(21)
Di sisi permintaan, volume ekspor ke negara tujuan utama ekspor, AS dan Jepang, masih tumbuh positif, masing–masing sebesar 19,9% dan 4,6%. Selain didorong oleh naiknya permintaan, ekspor udang ke Jepang juga dipicu oleh adanya pembebasan bea masuk bagi 51 produk perikanan Indonesia yang dimulai pada awal Juli 2008. Beberapa produk perikanan yang mendapat pembebasan bea masuk, antara lain udang, lobster, kaki kodok, mutiara dan ikan hias. Di samping pembebasan bea masuk produk perikanan oleh Jepang, hambatan ekspor produk perikanan yang dilakukan oleh Uni Eropa juga telah dicabut sejak Juli 2008. Uni Eropa sendiri merupakan negara tujuan utama ekspor udang setelah AS dan Jepang dengan pangsa sebesar 14,3%.
1.2 Impor Nonmigas
Pertumbuhan impor nonmigas pada Tw.III-2008 yang masih tinggi (44,6%) terkait dengan pertumbuhan ekonomi domestik yang masih cukup tinggi dan meningkatnya permintaan impor bahan baku untuk kebutuhan ekspor. Kenaikan impor tertinggi terutama
berasal dari Cina (73,6%) sehingga menempatkan Cina sebagai negara asal impor utama di Indonesia (pangsa 16,5%), menggeser Jepang dengan pangsa 13%. Meskipun demikian, impor dari Jepang masih tumbuh cukup signifikan (46,3%).
Pertumbuhan impor yang tinggi terutama terjadi pada barang modal (66,8%), diikuti oleh bahan baku (40,4%) dan barang konsumsi (34,8%). Tingginya impor barang modal dan bahan baku sejalan dengan besarnya kebutuhan industri untuk memenuhi konsumsi domestik ataupun ekspor.
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
ribu Ton
Grafik 12
Volume Ekspor Udang ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Amerika Serikat Jepang
0 5 10 15 20 25
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
Grafik 13
Pangsa Impor Nonmigas Menurut Negara Asal
Sg Jpn RRC USA Tha Kor
(%)
0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000
0 4,000 8,000 12,000 16,000 20,000 24,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
Juta USD
juta USD Grafik 14
Nilai Impor Nonmigas
(22)
Tabel 11
Pangsa Impor dalam Memenuhi Permintaan Akhir Berdasarkan Jenis Industri
Berdasarkan analisis input-output tahun 2005, sebagian besar dari impor tersebut digunakan oleh berbagai industri untuk memproduksi barang-barang untuk keperluan konsumsi rumah tangga (44%) dan
pembentukan modal tetap bruto (31%).2
Di sisi lain, impor barang konsumsi terbesar adalah
barang-barang konsumsi semi-durable serta kendaraan
bermotor. Barang-barang konsumsi tersebut terutama berasal dari Cina dan Thailand. Hal ini sesuai dengan kondisi di pasar domestik dimana banyak barang-barang konsumsi impor dari Cina dengan harga yang relatif murah meskipun kualitas dan pelayanan pasca pembelian masih kurang memadai.
Tabel 12
Nilai Impor Barang Konsumsi dari Beberapa Negara Asal Utama
2Catatan Riset Direktorat Riset dan Kebijakan Moneter, dalam rangka
Rakor NPI Tw.III-2008.
Sementara itu, impor kendaraan bermotor roda empat banyak berasal dari Thailand sejalan dengan mulai dijadikannya negara ini sebagai basis produksi kendaraan oleh para produsen mobil, seperti Honda dan Toyota.
Komoditas impor yang terkait dengan tingginya permintaan domestik, baik untuk konsumsi maupun sebagai bahan baku produksi, adalah pupuk (HS31) dan baja (HS72). Impor pupuk pada Tw. III-2008 mencapai USD715 juta atau tumbuh 263,8% terutama berasal dari negara Kanada, Afrika dan Rusia. Tingginya angka impor tersebut merupakan dampak dari pembebasan impor pupuk yang diberikan pemerintah kepada para pengusaha untuk mengimpor sesuai dengan kebutuhan. Hal ini didorong oleh masih tingginya ketergantungan pasar domestik terhadap pupuk impor dan masih adanya kendala dalam distribusi yang menimbulkan kelangkaan pupuk di berbagai daerah. Menurut Asosiasi Niaga Pupuk Indonesia (ANPI), setiap tahun 80% kebutuhan pupuk di Indonesia, kecuali
No. Sektor
Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga (%)
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (%)
Pembentukan Modal Tetap
Bruto (%)
Perubahan Inventori (%)
Ekspor Barang dan Jasa (%)
1 Industri Pengilangan minyak bumi 12.21 14.73 5.67 2.73 7.52
2 Industri kimia 10.62 12.88 5.95 19.60 19.07
3 Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 9.70 5.04 32.12 29.08 13.49
4 Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 9.05 5.39 11.19 4.99 5.13
5 Industri pengolahan dan pengawetan makanan 2.97 0.13 0.01 0.80 0.06
6 Industri tekstil, pakaian dan kulit 2.79 0.21 0.16 1.16 0.60
7 Industri gula 2.65 0.15 0.02 0.54 0.15
8 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 2.49 4.14 0.51 4.05 2.62
9 Industri makanan lainnya 1.99 0.37 0.03 0.13 0.17
10 Industri barang karet dan plastik 1.85 0.87 0.98 1.45 0.85
11 Industri minyak dan lemak 1.58 0.01 0.00 0.32 0.04
12 Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 1.42 1.37 1.08 1.39 0.95
13 Industri pupuk dan pestisida 1.36 0.39 0.03 0.24 0.39
14 Industri dasar besi dan baja 1.34 2.13 12.42 7.31 2.75
15 Industri barang dari logam 1.17 1.22 7.95 3.37 1.02
44.2 5.5 30.7 2.1 17.5
Share terhadap Total Kebutuhan Impor
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Cina 456 21.6 892 32.8
Thailand 346 16.4 463 17.0
Singapura 148 7.0 166 6.1
Korea Selatan 106 5.0 166 6.1
Lainnya 1,052 49.9 1,033 38.0
Total 2,108 100 2,720 100
(23)
urea, diimpor dari negara lain baik berupa bahan baku maupun produk jadi. Jenis pupuk yang diimpor antara lain Kalium Chlorida (KCL), Ammonia Sulfat (ZA) dan SP3.
Tabel 13
Nilai Impor Pupuk dari Beberapa Negara Asal Utama
Impor baja pada Tw. III-2008 sebesar USD2,3 miliar atau tumbuh 91,4%. Tingginya impor baja disebabkan oleh kenaikan konsumsi di sektor otomotif, elektronik, konstruksi dan galangan kapal yang membutuhkan baja sekitar 7,5 juta ton per tahun, sementara industri domestik hanya mampu berproduksi sebesar 4-4,5 juta ton. Baja yang diimpor terutama berasal dari Jepang (pangsa 18%), Cina (14,5%) dan Australia (7,5%).
Tabel 14
Nilai Impor Baja dari Beberapa Negara Asal Utama
Salah satu Komoditas impor yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan untuk ekspor adalah impor kapas (HS52) yang merupakan bahan baku bagi industri tekstil domestik. Impor kapas pada Tw. III-2008 sebesar USD455 juta atau tumbuh 5,2%, jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya (40,7%). Melambatnya impor kapas ini sejalan dengan penurunan volume ekspor TPT akibat terjadinya krisis finansial global. Impor kapas terutama berasal dari AS (pangsa 28,5%) dan Cina (14,3%), sementara pasokan kapas dalam negeri hanya
Terbatasnya pasokan antara lain akibat dari produktivitas kapas yang rendah (500 kg/ha).
Tabel 15
Nilai Impor Kapas dari Beberapa Negara Asal Utama
Impor alat-alat telekomunikasi (SITC 764) pada triwulan III 2008 tumbuh sebesar 97,0% mencapai USD2,2miliar. Peningkatan impor peralatan telekomunikasi ini sejalan dengan kenaikan kebutuhan investasi dalam rangka pengembangan jaringan telekomunikasi, diantaranya adalah program pembangunan 1000 tower (BTS). Selain itu, pesatnya perkembangan industri telekomunikasi turut menyumbang tingginya permintaan alat-alat tersebut. Peralatan telekomunikasi yang diimpor antara lain berupa peralatan transmisi, peralatan lainnya untuk
Digital Line System, peralatan penerima, sambungan
telepon & peralatan terkait, kabel komunikasi dan peralatan telekomunikasi lainnya. Sebagian besar peralatan ini diimpor dari Cina, Singapura dan Hongkong.
Tabel 16
Nilai Impor Alat-alat Telekomunikasi dari Beberapa Negara Asal Utama
Impor Hydrocabon (SITC 511) pada triwulan III
sebesar USD829 juta atau tumbuh 75,8%. Tingginya impor bahan kimia ini terkait dengan ketergantungan industri kimia terhadap pasokan bahan baku dari luar negeri. Industri yang menggunakan hydrocarbon Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Kanada 26 13.3 191 26.7
Afrika 7 3.6 125 17.5
Rusia 31 15.8 108 15.1
Lainnya 132 67.3 291 40.7
Total 196 100.0 715 100.0
Tw. III-2007 Tw. III-2008
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Jepang 205 17.2 411 18.0
Cina 209 17.5 331 14.5
Australia 50 4.2 171 7.5
Lainnya 729 61.1 1,370 60.0
Total 1,193 100.0 2,283 100.0
Lainnya -73 -146.0 -1,290 -754.4
Total 2,108 100 2,865 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Amerika Serikat 121 28.0 129 28.4
Cina 66 15.3 65 14.3
Afrika 51 11.8 54 11.9
Lainnya 194 44.9 207 45.5
Total 432 100.0 455 100.0
Tw. III-2007 Tw. III-2008
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
China 218 19.4 741 33.6
Singapura 263 23.5 265 12.0
Hongkong 103 9.2 207 9.4
Lainnya 537 47.9 993 45.0
Total 1,120 100.0 2,206 100.0
(24)
sebagai bahan baku antara lain industri pupuk, industri cat dan industri kimia lainnya. Bahan baku kimia ini banyak diimpor dari India, Malaysia dan Thailand.
Tabel 17
Nilai Impor Hydrocabon dari Beberapa Negara Asal Utama
Impor flat rolled product not clad (SITC 673) yang merupakan bahan baku bagi industri baja pada Tw. III-2008 sebesar USD659 juta atau tumbuh 189,6%. Pertumbuhan impor bahan baku baja ini untuk memenuhi tingginya permintaan baja yang berasal dari sektor transportasi (kendaraan bermotor), telekomunikasi (proyek pembangunan 1000 tower), dan properti. Selain itu, program konversi minyak tanah ke gas elpiji yang membutuhkan tabung baja juga memicu peningkatan permintaan komoditas tersebut di dalam negeri.
Sementara itu, Gabungan Industri Pengerjaan Mesin dan Logam (Gamma) menyatakan bahwa lonjakan impor baja terkait dengan realisasi
kesepakatan kerja sama ekonomi (economic partnership
agreement/EPA) antara Indonesia dan Jepang yang
mulai diberlakukan pada 1 Juli 2008. Dalam kesepakatan tersebut, produk baja Jepang yang masuk ke Indonesia tidak dikenakan bea masuk (BM). Selain Jepang, impor baja berasal dari Cina dan Korea Selatan.
Tabel 18
Nilai Impor Bahan Baku Baja dari Beberapa Negara Asal Utama
2. Neraca Perdagangan Migas
Selama periode laporan, neraca minyak dan gas mencatat surplus sebesar USD2,0 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus yang terjadi pada periode Tw.II-2008 (USD1,3 miliar). Peningkatan surplus tersebut bersumber dari menurunnya defisit neraca perdagangan minyak dan meningkatnya surplus neraca gas. Di sisi neraca perdagangan minyak, turunnya harga minyak menjadi faktor utama yang menyebabkan defisit neraca perdagangan minyak lebih rendah daripada periode sebelumnya. Sementara di sisi gas, peningkatan volume ekspor gas mampu mendorong peningkatan surplus neraca perdagangan gas.
2.1 Minyak
Neraca perdagangan minyak pada Tw.III-2008
mengalami defisit sebesar USD2,8 miliar, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya (defisit USD3,1 miliar). Menurunnya harga minyak, setelah sempat mencapai level tertinggi pada bulan Juli, menjadi faktor penyebab lebih rendahnya defisit neraca perdagangan minyak tersebut, karena dampak penurunan harga terhadap penurunan nilai impor minyak lebih besar daripada dampaknya terhadap penurunan ekspor minyak.
Tabel 19
Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak
Sumber: PT. Pertamina & BP. Migas, data diolah
Dari sisi ekspor, selama triwulan laporan tercatat ekspor minyak sebesar USD4,4 miliar atau menurun sebesar 11,5% dibandingkan triwulan sebelumnya Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
China 50 10.6 139 16.8
Singapura 14 3.0 75 9.0
Hongkong 38 8.1 61 7.4
Lainnya 370 78.4 554 66.8
Total 472 100.0 829 100.0
Tw. III-2007 Tw. III-2008
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Jepang 98 33.1 215 32.6
Cina 54 18.2 130 19.7
Korea Selatan 37 12.5 96 14.6
Lainnya 107 36.1 218 33.1
Total 296 100.0 659 100.0
Tw. III-2007 Tw. III-2008
Rincian
Volume Nilai Harga Volume Nilai Harga (mbbl) (jt USD) (USD/bbl) (mbbl) (jt USD) (USD/bbl)
Ekspor (fob) 41.9 4,999 37.8 4,422
Minyak Mentah 32.1 3,821 119.3 28.0 3,160 113.4 Produk Kilang 9.8 1,178 108.8 9.8 1,262 4.0
Impor (c&f) 64.9 8,798 60.8 7,745
Minyak Mentah 25.8 3,134 113.8 22.9 2,763 107.5 Produk Kilang 39.1 5,664 129.9 37.9 4,982 120.3
Neraca Perdagangan Minyak -3,799 -3,323
TW.II TW.III
(25)
(USD5,0 miliar). Penurunan tersebut bersumber dari menurunnya nilai ekspor minyak mentah, sementara nilai ekspor produk (non BBM) masih meningkat. Volume ekspor selama periode laporan yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penurunan nilai ekspor minyak mentah. Di samping itu, penurunan harga minyak di pasar internasional juga berdampak pada lebih turunnya nilai ekspor minyak.
Ekspor minyak mentah Indonesia terutama ditujukan ke negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Cina dan Australia. Dari sekitar 42 jenis minyak mentah domestik yang di ekspor, volume terbesar adalah jenis minyak SLC, Duri, Senipah dan Belanak. Sementara itu, ekspor produk kilang (non BBM), terutama dalam
bentuk LSWR, NAPTHA, PTA, Green coke, Slack Wax,
ditujukan terutama ke negara Jepang, Singapura dan Korea Selatan.
Dari sisi impor, nilai impor minyak pada Tw.III-2008 mencapai USD7,2 miliar, juga lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai USD8,1 miliar. Penurunan nilai impor tersebut antara lain dipengaruhi oleh turunnya harga minyak dunia setelah sempat mencapai level tertinggi pada bulan Juli (USD139,9/barrel). Secara rata-rata, harga minyak selama periode laporan sebesar USD113/barrel atau lebih rendah dibandingkan harga pada triwulan sebelumnya yang tercatat USD119/barrel.
Volume impor minyak mentah selama Tw.III-2008 mengalami penurunan sebesar 11,4% menjadi 22,9 juta barel dibandingkan periode sebelumnya sebesar 25,8 juta barel. Penurunan impor dimaksud terkait
dengan meningkatnya intake minyak mentah produksi
domestik ke kilang sehingga berdampak pada penurunan ekspor minyak mentah yang terjadi pada periode yang sama.
Lebih lanjut, impor minyak mentah Indonesia
ALC (Arab Light Crude). Jenis minyak tersebut
digunakan untuk kebutuhan kilang Cilacap yang memproduksi sekitar 30% dari total produksi BBM dalam negeri.
Sementara itu, impor produk BBM juga mengalami penurunan dari sebelumnya sebesar 39,1 juta barel menjadi sebesar 37,9 juta barel (turun 3,2%). Lebih rendahnya impor produk BBM di tengah kebutuhan konsumsi BBM yang meningkat, ditengarai terkait dengan meningkatkan optimalisasi kinerja kilang. Impor BBM yang digunakan untuk mendukung kebutuhan konsumsi dalam negeri tersebut, terutama berasal dari Singapura, seperti gasoline, avtur, fuel oil dan kerosene. Turunnya harga ekspor minyak mentah Indonesia selama triwulan laporan sejalan dengan perkembangan rata-rata harga minyak mentah basket OPEC dan WTI yang masing-masing sebesar USD113,5 dan USD112,0 per barel. Pergerakan harga minyak yang berbeda arah dibandingkan triwulan sebelumnya tersebut, antara lain dipengaruhi oleh krisis global yang diperkirakan menyebabkan melemahnya permintaan dunia. Selain itu, OPEC sebagai organisasi negara pengekspor minyak belum merencanakan untuk menurunkan kapasitas produksinya.
Tabel 20
Demand dan Supply Minyak Dunia
QI QII Q III
North America 25.5 24.8 24.5 24.0
China 7.6 8.0 8.2 8.1
Western Europe 15.3 15.2 14.9 15.3
Others 37.5 38.8 37.8 37.9
85.9 86.7 85.4 85.3
Oil Supply
Non OPEC 53.6 54.2 54.4 53.5
OPEC 31.0 32.1 32.1 32.4
84.6 86.3 86.5 85.9
Total Supply
-1.3 -0.4 1.1 0.6
BALANCE Total Demand Oil Demand
2008 2007
(26)
Sementara itu, produksi minyak mentah Indonesia selama Tw III-2008 relatif sama dengan rata-rata produksi pada Tw.II-2008. Pada periode laporan, rata-rata produksi minyak mencapai 0,982 juta barel per hari (bph), sementara rata-rata produksi periode sebelumnya sebesar 0,981 juta bph. Produksi minyak tersebut didukung oleh adanya produksi dari beberapa lapangan yang dikelola oleh KPS seperti JOB Pertamina-Petrochina (Jatim), PT. Chevron (Riau), Conoco Philips (Grisik, Sumsel), PT. Medco (Sumsel), PT. Vico (Kaltim), PT. Petrochina (Jambi), PT. Conoco (South Natuna), BP West Java (Block A) dan PT. Chevron (Kaltim). Produksi yang dapat dipertahankan pada level yang relatif sama tersebut mencerminkan adanya kenaikan produksi, baik dari sumur baru maupun optimalisasi sumur lama yang
dapat mengimbangi natural declining sumur-sumur tua.
Konsumsi BBM selama laporan sedikit mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan konsumsi periode sebelumnya. Peningkatan volume konsumsi
BBM di triwulan III sebesar 101 juta barel (triwulan sebelumnya sebesar 99 juta barel) tidak dikuti oleh peningkatan volume impor produk (BBM). Hal ini ditengarai oleh adanya penambahan produksi BBM hasil kilang seperti yang tercermin dari penurunan volume ekspor minyak mentah pada periode yang sama.
2.2. Gas
Neraca perdagangan gas selama Tw. III-2008
mencatat kenaikan surplus menjadi USD4,8 miliar dari periode Tw II-2008 yang mencapai USD4,4 miliar. Lebih besarnya surplus selama kurun Juli – September 2008 dimaksud, lebih didorong oleh bertambahnya volume ekspor gas (terutama LNG). Selain didorong oleh volume ekspor, peningkatan ekspor gas juga dipengaruhi oleh naiknya harga gas.
Tabel 21
Ekspor LNG, LPG dan Natural Gas
Sumber: BP. Migas, data diolah
Peningkatan volume ekspor gas pada Tw.III-2008 disumbang oleh naiknya ekspor LNG dan gas alam yang masing-masing meningkat sebesar 7 MBTU dan 6 MBTU menjadi 259 MBTU dan 84 MBTU. Lebih tingginya volume ekspor dimaksud, antara lain
30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140
04 05 06 0708* J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2007 2008 USD/bbl Perkembangan Harga MinyakGrafik 15
SLC Harga Ekspor WTI OPEC
Sumber: OPEC, Ditjen Migas, Bank Indonesia
20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 0.800 0.900 1.000 1.100 1.200
Jan Jun Dec Jun Dec Jun J F MAM J J A S
2005 2006 2007 2008
juta barel/bln Juta bph
Grafik 16
Produksi Minyak dan Konsumsi BBM
Oil Production Konsumsi (RHS)
Tw. II Tw. III
LNG
Volume (mmbtu) 253 259
Nilai ( juta USD) 3,462 3,699
Harga (USD/mmbtu) 13.7 14.3
LPG
Volume (000 metric ton) 35
-Nilai ( juta USD) 28
-Harga (USD/MTon) 802
-Natural Gas
Volume (mmbtu) 78 84
Nilai ( juta USD) 978 1,164
Harga (USD/mmbtu) 12.6 13.9
Neraca Perdagangan Gas
Ekspor (juta USD) 4,468 4,863
Impor (juta USD) 34 82
Net (juta USD) 4,434 4,781
(27)
dipengaruhi oleh besarnya produksi gas selama kurun waktu laporan guna menutupi kekurangan pengiriman periode sebelumnya. Berdasarkan nilai kontrak yang telah disetujui, ekspor LNG dan gas alam terutama ditujukan untuk negara Jepang, Korea Selatan dan Taiwan.
Kenaikan volume ekspor gas turut mempengaruhi nilai ekspor sehingga menambah surplus neraca perdagangan gas. Nilai ekspor gas mengalami peningkatan dari periode sebelumnya sebesar USD396 juta menjadi USD4,9 miliar yang ditopang oleh naiknya nilai ekspor LNG sebesar 6,9% (setara USD237 juta) dan gas alam sebesar 19,1% (setara USD 186 juta). Sementara itu, pada periode laporan tidak terdapat ekspor LPG terkait dengan kebijakan pemerintah untuk menghentikan ekspor LPG guna pemenuhan kebutuhan domestik dalam rangka konversi energi dari minyak tanah ke LPG.
Hingga saat ini terdapat cadangan gas bumi di Indonesia sekitar 170,1 TSCF (triliun standar cubic feet) dengan komposisi 112,5 TCSF merupakan cadangan terbukti dan 57,7 TCSF adalah cadangan potensial. Bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, cadangan gas bumi di tahun 2008 mengalami peningkatan.
Tabel 22
Cadangan Gas Indonesia
(billion cubic feet)
Sumber: Ditjen Migas
Neraca Jasa
Defisit neraca jasa pada Tw. III-2008 mencapai USD3,6 miliar, relatif masih sama dengan angka pada periode triwulan sebelumnya. Penyumbang terbesar
kenaikan penerimaan devisa yang lebih besar daripada triwulan sebelumnya.
Jasa transportasi pada triwulan III mencatat defisit yang relatif sama dengan triwulan sebelumnya, yaitu sekitar USD3,0 miliar. Angka defisit tersebut terutama berasal dari jasa angkutan barang (freight), khususnya nonmigas, yang sedikit naik dari USD2,1 miliar menjadi USD2,2 miliar seiring dengan meningkatnya volume impor barang. Sementara itu, defisit jasa angkutan barang migas menurun dari USD0,7 miliar menjadi USD0,6 miliar, sejalan dengan penurunan volume impor minyak. Tingginya defisit jasa transportasi tersebut terkait dengan dominasi armada asing dalam pengangkutan barang impor. Pemberdayaan industri pelayaran nasional dalam mendukung perdagangan internasional melalui kewajiban semua pengiriman komoditas nasional dengan menggunakan armada domestik masih sulit untuk diterapkan.
Di sektor pariwisata, selama Tw. III-2008 mencatat surplus sebesar USD0,4 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya (USD0,3 miliar). Surplus tersebut disebabkan oleh meningkatnya jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia (inbound) dari 1,6 juta orang menjadi 1,7 juta orang, atau tumbuh sekitar 11,4% (q.t.q). Peningkatan kunjungan wisman tersebut mendorong penerimaan devisa jasa travel dari USD1,5 miliar menjadi USD1,6 miliar.
Tahun Cadangan
Terbukti 91 91 97 94 106 113 Potensial 87 98 89 93 59 58
Total 178 188 186 187 165 170
2006 2007 2008 2003 2004 2005
-4000 -3500 -3000 -2500 -2000 -1500 -1000 -500 0 500 1000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 2006 2007 2008
Grafik 17 Perkembangan Neraca Jasa
Transportasi Travel Jasa Lainnya Jasa, net Juta USD
(28)
Malaysia (11%), Jepang (10%), Australia (8%), Cina (5%) dan Korea Selatan (4%. Jepang dan Australia termasuk negara utama asal wisman yang tumbuh cukup tinggi, masing-masing sekitar 29% dan 25% (q.t.q). Sementara wisman dari Arab Saudi, meskipun pangsanya masih relatif rendah, tumbuh signifikan hingga mencapai 80% (q.t.q).
Tujuan utama wisman berkunjung ke Indonesia adalah Bali dengan pangsa 41%, diikuti Jakarta (28%) dan Batam (18%). Dengan adanya beberapa kegiatan
terkait Visit Indonesian Year 2008, pariwisata Bali
sepanjang triwulan ketiga tumbuh sekitar 15% (q.t.q). Negara asal wisman terbanyak yang berkunjung ke Bali adalah Jepang (pangsa 19%), Australia (17%), Taiwan (6%), dan Cina (5%). Jepang dan Australia kembali menjadi dua negara utama asal wisman ke Bali yang pertumbuhannya meningkat cukup signifikan, yaitu masing-masing 39% dan 30% (q.t.q). Dampak
pencabutan travel warning dari AS pada triwulan II
2008 masih memberikan persepsi positif pada kunjungan wisman dari negara lain, khususnya Eropa. Wisman Eropa yang berkunjung ke Bali terutama berasal dari Inggris, Perancis, Belanda dan Rusia dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 34% (q.t.q). Dampak positif lain seperti windfall profit kenaikan harga minyak pada negara-negara Timur Tengah juga terlihat dari kenaikan kunjungan wisman asal Arab Saudi dan Bahrain ke Bali yang meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode triwulan II 2008.
Secara kumulatif (Januari-September), jumlah wisman telah mencapai 4,6 juta orang atau meningkat 12,2% (y.o.y) dibanding jumlah wisman pada periode yang sama tahun 2007 sebanyak 4,1 juta orang. Berarti setelah tiga triwulan berlalu, baru 2/3 dari target kunjungan wisman 2008 sebanyak 7 juta orang yang berhasil dicapai. Kendala utama yang menghadang program tahun kunjungan wisata 2008 menurut Pemerintah antara lain transportasi, promosi dan
masalah travel warning ke Indonesia yang masih
diterapkan oleh beberapa negara. Maskapai penerbangan dalam negeri belum sepenuhnya mampu menjangkau kebutuhan angkutan ke daerah-daerah tujuan wisata. Sementara promosi masih dilakukan secara terbatas meskipun sudah ada peningkatan anggaran pariwisata. Partisipasi pemerintah daerah dinilai masih belum optimal dalam berpromosi dan mengelola obyek wisata daerah. Untuk mengejar peningkatan wisman sampai akhir tahun, pemerintah
telah menerapkan injury time strategy seperti fokus
pada promosi di pasar Singapura, Malaysia, Tiongkok dan Australia. Sementara untuk menyiasati dampak krisis keuangan global, Pemerintah sedang menggenjot kunjungan wisman dari wilayah perbatasan di Riau, Entikong, Papua, berupa 411 paket wisata bersama Garuda Indonesia di empat destinasi tersebut.
Berbeda dengan kunjungan wisman yang masih tumbuh cukup tinggi, selama triwulan III, jumlah WNI pergi ke luar negeri mencapai 1,4 juta orang, atau hanya tumbuh sekitar 2,0% dari triwulan sebelumnya. Sementara pengeluaran devisa terkait dengan perjalanan WNI ke luar negeri tersebut mencapai USD1,2 miliar relatif masih sama dengan triwulan sebelumnya. Negara tetangga di ASEAN masih menjadi tujuan utama kunjungan wisatawan nusantara (wisnus), yaitu Singapura (pangsa 44%), Malaysia (25%) dan Thailand (4%). Sedangkan Australia (6%) dan Amerika (4%) adalah negara tujuan utama kunjungan wisnus di luar ASEAN.
-600 -400 -200 0 200 400 600 800 -600 -500 -400 -300 -200 -100 0 100 200 300 400 500 600 700
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2006 2007 2008
juta USD
Grafik 18 Perkembangan Jasa Travel
Jumlah Inbound (ribu orang) Jumlah Outbound (ribu orang) Travel Balance (ribu orang) Devisa Inflows (juta USD) RHS Travel Balance (juta USD) RHS Devisa Outflows (juta USD) RHS ribu orang
(29)
Jasa bisnis lainnya pada Tw. III-2008 mencatat defisit USD0,4 miliar relatif sama dengan triwulan sebelumnya. Jasa bisnis lainnya terdiri dari jasa perdagangan
(merchanting), jasa sewa (operational leasing) dan
berbagai jasa keahlian (profesional) seperti jasa konsultan hukum, jasa akuntansi, jasa arsitektur, rekayasa dan teknik, jasa riset dan pengembangan, dan lainnya. Negara berkembang, termasuk Indonesia, pada umumnya lebih banyak menggunakan jasa tersebut dari bukan penduduk (non resident) sehingga nilainya selalu defisit. Demikian juga dengan jasa-jasa lain (konstruksi, asuransi, keuangan, komputer & informasi, royalti & lisensi, serta personal, budaya & rekreasi) semuanya mencatat defisit. Sebagian besar jasa-jasa tersebut mencatat defisit yang relatif menurun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi domestik yang mengalami perlambatan sehingga mengurangi impor jasa selama triwulan III.
Di antara jasa lainnya, hanya jasa komunikasi dan jasa pemerintah yang mencatat surplus. Sampai saat ini transaksi incoming jasa komunikasi yang mencakup jasa telekomunikasi dan pos & kurir masih lebih besar daripada transaksi outgoing. Selama periode laporan, jasa komunikasi mencatat surplus neto sebesar USD76 juta, menurun dari pada triwulan sebelumnya (USD115 juta). Demikian juga, penerimaan devisa dari pembelanjaan kedutaan/perwakilan negara asing berupa belanja pegawai, barang, pemeliharaan, dan belanja perjalanan, masih lebih besar dibandingkan pembiayaan kedutaan/perwakilan Indonesia di luar negeri. Selama periode laporan jasa pemerintah mencapai neto surplus USD61 juta, relatif sama dengan angka pada triwulan sebelumnya (USD65 juta).
4. Neraca Pendapatan
Defisit neraca pendapatan (income) pada Tw. III-2008 mencatat USD4,2 miliar, lebih rendah dari defisit USD4,5 miliar pada triwulan sebelumnya. Defisit neraca pendapatan mencerminkan bahwa kewajiban penduduk kepada bukan penduduk lebih besar daripada tagihan/aset penduduk kepada bukan penduduk. Penurunan defisit tersebut berasal dari berkurangnya pendapatan investasi langsung (Direct Investment) terutama profit transfer perusahaan migas yang menurun dari USD2,1 miliar menjadi USD1,9 miliar. Turunnya harga minyak telah mengurangi bagian dari keuntungan penjualan migas yang menjadi hak kontraktor asing.
Selain itu penurunan defisit neraca pendapatan juga disumbangkan oleh menurunnya repatriasi hasil keuntungan perusahaan PMA nonmigas ke luar negeri mencapai USD0,9 miliar, sedikit lebih rendah dari periode sebelumnya (USD10,0 miliar). Krisis keuangan global ditengarai turut memberi dampak pada penurunan kinerja perusahaan yang pada gilirannya mengurangi tingkat keuntungan yang menjadi bagian pemegang saham asing.
-5,000 -4,000 -3,000 -2,000 -1,000 0 1,000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 2006 2007 2008
Grafik 19
Perkembangan Neraca Pendapatan
Investment Income Direct Investment Income Portfolio Investment Income Other Investment Income
(1)
51
Table 2.4
Non Oil and Gas Imports Value by Broad Economic Categories (BEC)
(millions of USD)
Import Total 16,452 100 11.6 17,912 100 19.2 18,838 100 20.6 18,705 100 7.6 23,225 100 41.2 25,819 100 44.1 27,249 100 44.7
I. Consumption Goods 1,666 10.1 36.1 1,773 9.9 42.4 2,018 10.7 67.2 1,784 9.5 42.1 2,065 8.9 23.9 2,359 9.1 33.1 2,720 10.0 34.8 112 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Household 168 1.0 15.0 221 1.2 46.5 220 1.2 37.5 188 1.0 49.0 226 1.0 34.2 229 0.9 3.7 247 0.9 12.4 122 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Household 472 2.9 47.1 570 3.2 91.3 550 2.9 57.7 479 2.6 41.6 474 2.0 0.4 533 2.1 -6.4 558 2.0 1.4
510 - Passenger Motor Cars 75 0.5 -41.5 71 0.4 -44.6 79 0.4 -19.9 112 0.6 37.4 119 0.5 59.0 145 0.6 105.5 131 0.5 64.3
522 - Transport Equipment, non-industrial 64 0.4 -19.0 41 0.2 -1.6 77 0.4 93.2 59 0.3 0.0 142 0.6 121.9 105 0.4 154.6 89 0.3 16.1
610 - Durable Consumption Goods 308 1.9 150.4 218 1.2 72.4 292 1.5 118.7 230 1.2 20.6 264 1.1 -14.3 363 1.4 66.4 295 1.1 1.3
620 - Semi-durable Consumption Goods 290 1.8 113.1 330 1.8 46.8 445 2.4 138.9 431 2.3 108.2 450 1.9 55.2 608 2.4 84.5 1,024 3.8 130.1
630 - Non-durable Consumption Goods 264 1.6 -8.3 287 1.6 11.1 295 1.6 26.9 258 1.4 9.8 356 1.5 34.8 363 1.4 26.7 366 1.3 24.1
700 - Goods Not Elsewhere Specified 25 0.2 616.8 35 0.2 104.4 61 0.3 697.1 27 0.1 51.3 34 0.1 34.0 11 0.0 -68.0 10 0.0 -82.8
II. Raw Materials & Auxiliary Goods 11,768 71.5 10.1 12,855 71.8 19.8 13,320 70.7 18.3 12,559 67.1 1.2 16,652 71.7 41.5 18,557 71.9 44.4 18,697 68.6 40.4 111 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Industry 461 2.8 56.2 535 3.0 53.5 547 2.9 38.6 467 2.5 47.7 798 3.4 73.0 955 3.7 78.6 763 2.8 39.5 121 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Industry 234 1.4 19.9 243 1.4 -3.9 290 1.5 17.9 224 1.2 0.7 258 1.1 10.7 277 1.1 14.0 286 1.0 -1.4 210 - Raw Materials (Primary), for Industry 795 4.8 37.3 787 4.4 17.6 786 4.2 0.8 788 4.2 11.0 1,054 4.5 32.6 1,344 5.2 70.8 1,358 5.0 72.8 220 - Raw Materials (Processed), for Industry 6,552 39.8 10.4 7,368 41.1 21.7 7,510 39.9 13.5 7,164 38.3 3.3 9,681 41.7 47.8 10,773 41.7 46.2 11,037 40.5 47.0
310 - Fuels & Lubricants (Primary) 2 0.0 -49.6 1 0.0 -41.5 4 0.0 0.1 2 0.0 -91.1 5 0.0 145.2 6 0.0 317.0 9 0.0 114.0
322 - Fuels & Lubricants (Processed) 46 0.3 -4.6 45 0.3 25.7 50 0.3 21.7 30 0.2 5.9 47 0.2 1.2 56 0.2 22.8 71 0.3 42.8
420 - Parts & Accessories for Capital Goods 2,667 16.2 -1.2 2,758 15.4 11.4 3,074 16.3 31.5 2,835 15.2 -9.0 3,271 14.1 22.7 3,538 13.7 28.3 3,617 13.3 17.7 530 - Parts & Accessories for Transport Equipment 1,012 6.1 8.1 1,117 6.2 25.8 1,059 5.6 26.8 1,048 5.6 -1.5 1,538 6.6 52.0 1,609 6.2 44.0 1,555 5.7 46.8
III. Capital Goods 2,864 17.4 6.0 3,134 17.5 10.4 3,370 17.9 11.4 4,131 22.1 15.4 4,357 18.8 52.1 4,742 18.4 51.3 5,622 20.6 66.8 410 - Capital Goods (except Transport Equipment) 2,416 14.7 18.9 2,492 13.9 22.9 2,683 14.2 13.0 3,081 16.5 7.9 3,375 14.5 39.7 3,827 14.8 53.5 4,167 15.3 55.3
510 - Passenger Motor Cars 75 0.5 -41.5 71 0.4 -44.6 79 0.4 -19.9 112 0.6 37.4 119 0.5 59.0 145 0.6 105.5 131 0.5 64.3
521 - Transport Equipment for Industry 374 2.3 -31.2 571 3.2 -16.4 607 3.2 10.2 937 5.0 45.9 863 3.7 131.1 770 3.0 35.0 1,324 4.9 118.0
IV. Others 154 0.9 24.2 151 0.8 -29.8 130 0.7 1.6 231 1.2 60.4 151 0.7 -1.9 161 0.6 6.6 210 0.8 61.5 2008
Commodities Q1
Value Share (%) Growth (%) 2007
Q4
Q1 Q2
Share (%)
Growth (%) Value
Share (%)
Value Share (%) Growth(%) Value Growth(%) Value Share (%) Growth(%)
Q3 Q2 Q3
(2)
52
Table 2.5
Non Oil and Gas Imports Volume by Broad Economic Categories (BEC)
(thousands of Tons)
Import Total 14,715 100 7.0 15,460 100 11.5 15,143 100 4.2 14,072 100 2.9 19,148 100 30.1 17,563 100 13.6 16,692 100 10.2
I. Consumption Goods 1,261 8.6 38.0 1,523 9.8 83.1 1,328 8.8 53.1 1,141 8.1 29.3 1,115 5.8 -11.6 1,064 6.1 -30.1 1,082 6.5 -18.6
112 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Household 260 1.8 0.9 347 2.2 34.8 315 2.1 13.8 252 1.8 33.5 375 2.0 44.2 328 1.9 -5.6 375 2.2 19.2 122 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Household 786 5.3 61.2 926 6.0 162.2 746 4.9 102.2 676 4.8 43.7 495 2.6 -37.1 454 2.6 -51.0 423 2.5 -43.3 510 - Passenger Motor Cars 10 0.1 -30.3 10 0.1 -29.4 9 0.1 -9.3 12 0.1 29.9 12 0.1 16.8 14 0.1 37.8 14 0.1 43.1 522 - Transport Equipment, non-industrial 11 0.1 -11.0 11 0.1 -11.1 19 0.1 53.3 13 0.1 5.5 21 0.1 101.7 21 0.1 93.7 19 0.1 -0.5 610 - Durable Consumption Goods 52 0.4 27.0 56 0.4 31.0 78 0.5 74.5 47 0.3 16.2 50 0.3 -2.8 74 0.4 31.6 64 0.4 -18.0 620 - Semi-durable Consumption Goods 82 0.6 57.3 101 0.7 14.6 93 0.6 3.2 79 0.6 4.5 89 0.5 8.7 101 0.6 -0.4 119 0.7 28.0 630 - Non-durable Consumption Goods 59 0.4 21.5 70 0.5 11.5 67 0.4 4.8 61 0.4 -28.2 71 0.4 20.1 72 0.4 4.0 68 0.4 0.7 700 - Goods Not Elsewhere Specified 1 0.0 369.3 1 0.0 104.4 1 0.0 158.9 0 0.0 1.1 1 0.0 36.1 1 0.0 -63.9 0 0.0 -60.3
II. Raw Materials & Auxiliary Goods 12,949 88.0 4.6 13,519 87.4 7.4 13,324 88.0 1.4 12,405 88.2 1.8 17,368 90.7 34.1 15,844 90.2 17.2 14,912 89.3 11.9 111 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Industry 1,543 10.5 13.9 1,697 11.0 4.6 1,706 11.3 1.6 1,314 9.3 -3.9 3,220 16.8 108.6 1,738 9.9 2.4 1,351 8.1 -20.8 121 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Industry 497 3.4 17.9 409 2.6 -25.2 417 2.8 -17.0 276 2.0 -40.6 343 1.8 -31.0 314 1.8 -23.2 377 2.3 -9.8 210 - Raw Materials (Primary), for Industry 3,221 21.9 0.9 3,439 22.2 4.6 3,127 20.6 -13.7 3,087 21.9 -2.0 3,788 19.8 17.6 3,682 21.0 7.1 3,595 21.5 15.0 220 - Raw Materials (Processed), for Industry 7,204 49.0 2.7 7,460 48.3 11.1 7,476 49.4 8.6 7,172 51.0 7.1 9,387 49.0 30.3 9,424 53.7 26.3 8,930 53.5 19.4 310 - Fuels & Lubricants (Primary) 19 0.1 -28.3 11 0.1 -25.2 28 0.2 -7.2 14 0.1 -75.1 38 0.2 95.3 24 0.1 113.0 39 0.2 38.7 322 - Fuels & Lubricants (Processed) 34 0.2 -23.0 47 0.3 23.7 61 0.4 54.4 25 0.2 -2.8 39 0.2 15.3 44 0.3 -5.9 46 0.3 -24.3 420 - Parts & Accessories for Capital Goods 266 1.8 36.3 292 1.9 31.5 343 2.3 47.3 288 2.0 32.2 331 1.7 24.6 393 2.2 34.6 318 1.9 -7.3 530 - Parts & Accessories for Transport Equipment 165 1.1 21.5 164 1.1 18.5 167 1.1 15.9 228 1.6 10.9 223 1.2 34.9 225 1.3 37.8 257 1.5 54.2
III. Capital Goods 504 3.4 12.0 418 2.7 -5.9 491 3.2 -7.2 526 3.7 -13.3 665 3.5 32.0 654 3.7 56.3 698 4.2 42.4
410 - Capital Goods (except Transport Equipment) 354 2.4 3.5 366 2.4 12.1 405 2.7 26.3 437 3.1 31.2 469 2.4 32.5 467 2.7 27.7 487 2.9 20.1 510 - Passenger Motor Cars 10 0.1 -30.3 10 0.1 -29.4 9 0.1 -9.3 12 0.1 29.9 12 0.1 16.8 14 0.1 37.8 14 0.1 43.1 521 - Transport Equipment for Industry 139 0.9 49.8 43 0.3 -59.2 76 0.5 -61.5 77 0.5 -71.0 184 1.0 31.9 173 1.0 306.9 198 1.2 160.8
IV. Others 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2
Growth (%) Share
(%) Growth
(%)
Q3
2008 Q1
Value Share (%) 2007
Growth (%) Q4 Commodities Q1 Q2 Growth
(%) Vol Share
(%)
Vol Vol Growth
(%) Value Share
(%) Share
(%)
Q2 Q3
Value Share (%)
Growth (%) Value
Share (%)
Growth (%)
(3)
53
Table 2.6
Non Oil and Gas Imports Value by Country of Origin
(millions of USD)
TOTAL 16,452 100 11.6 17,912 100 19.2 18,838 100 20.6 18,705 100 13.7 23,225 100 29.7 25,819 100 37.1 27,249 100 45.7 AFRICA 151 0.9 -14.0 164 0.9 6.9 200 1.1 48.7 146 0.8 -3.5 166 0.7 1.2 281 1.1 40.7 360 1.3 146.2 AMERICA 1,726 10.5 15.7 1,929 10.8 10.9 2,144 11.4 14.1 2,347 12.5 36.0 2,757 11.9 43.0 3,284 12.7 53.2 3,372 12.4 43.7
U S A 1,188 7.2 14.0 1,354 7.6 14.4 1,348 7.2 0.0 1,579 8.4 33.0 1,721 7.4 27.1 2,127 8.2 57.7 2,243 8.2 42.0
Western Hemesphere 289 1.8 6.8 310 1.7 -8.8 486 2.6 60.7 444 2.4 53.9 584 2.5 88.2 545 2.1 12.1 577 2.1 29.9
Canada 230 1.4 50.0 247 1.4 27.3 289 1.5 47.7 306 1.6 33.2 424 1.8 72.0 571 2.2 97.5 507 1.9 65.6
Others 20 0.1 -23.6 18 0.1 -15.8 20 0.1 -38.6 17 0.1 -12.2 28 0.1 59.3 42 0.2 110.0 45 0.2 161.7
ASIA 11,183 68.0 9.0 12,230 68.3 21.5 12,635 67.1 21.3 12,455 66.6 11.4 16,092 69.3 31.6 17,435 67.5 38.0 18,463 67.8 48.2 ASEAN 4,543 27.6 -2.2 4,743 26.5 15.6 4,864 25.8 20.8 4,991 26.7 9.9 5,699 24.5 20.2 6,007 23.3 23.5 6,451 23.7 29.3
- Brunei Darussalam 0 0.0 -80.6 2 0.0 176.7 0 0.0 -98.1 1 0.0 853.7 3 0.0 4.3 6 0.0 15,901.8 0 0.0 -83.7
- Malaysia 701 4.3 33.8 694 3.9 37.2 762 4.0 31.3 745 4.0 6.2 952 4.1 37.2 1,024 4.0 34.2 1,125 4.1 51.0
- Philipina 123 0.7 21.4 127 0.7 25.0 143 0.8 24.5 139 0.7 13.0 182 0.8 43.1 214 0.8 49.6 169 0.6 21.2
- Singapore 2,498 15.2 -18.4 2,609 14.6 4.2 2,646 14.0 12.9 2,757 14.7 10.4 2,893 12.5 10.9 3,011 11.7 13.8 3,215 11.8 16.6
- Thailand 1,041 6.3 16.1 1,109 6.2 17.4 1,158 6.1 23.8 1,175 6.3 12.8 1,525 6.6 37.5 1,591 6.2 37.4 1,749 6.4 48.9
- Vietnam 163 1.0 196.1 188 1.0 373.4 150 0.8 223.3 156 0.8 -4.9 118 0.5 -37.1 134 0.5 -10.5 174 0.6 12.1
- Myanmar 12 0.1 110.7 11 0.1 77.4 4 0.0 -0.3 5 0.0 -56.6 7 0.0 -33.9 12 0.0 186.8 9 0.0 63.1
- Cambodia 1 0.0 806.0 0 0.0 -2.0 1 0.0 22.7 0 0.0 -62.8 0 0.0 34.4 1 0.0 28.5 1 0.0 68.8
ASIA EXCL.ASEAN 6,641 40.4 18.8 7,487 41.8 26.1 7,771 41.2 22.1 7,464 39.9 12.4 10,393 44.7 38.8 11,428 44.3 47.1 12,012 44.1 60.9
- Hongkong 447 2.7 34.1 493 2.8 30.8 453 2.4 24.5 524 2.8 17.2 643 2.8 30.4 637 2.5 40.5 609 2.2 16.1
- India 428 2.6 28.6 491 2.7 25.0 364 1.9 6.5 462 2.5 8.0 655 2.8 33.4 712 2.8 95.6 712 2.6 54.2
- Iraq 0 0.0 -95.9 0 0.0 86.1 0 0.0 60,143 0 0.0 1,734 0 0.0 -38 0 0.0 -38 0 0.0 -99
- Japan 2,268 13.8 -3.4 2,275 12.7 5.0 2,412 12.8 10.8 2,420 12.9 6.7 3,538 15.2 55.5 3,578 13.9 48.3 3,532 13.0 45.9
- South Korea 824 5.0 17.9 1,038 5.8 24.3 1,077 5.7 33.7 823 4.4 -0.1 1,121 4.8 8.0 1,354 5.2 25.6 1,320 4.8 60.3
- Pakistan 17 0.1 17.2 23 0.1 6.4 13 0.1 -4.6 12 0.1 -27.0 13 0.1 -46.1 24 0.1 81.3 13 0.0 2.3
- China 1,981 12.0 55.1 2,360 13.2 53.4 2,593 13.8 31.2 2,412 12.9 21.8 3,263 14.1 38.3 3,800 14.7 46.5 4,504 16.5 86.7
- Saudi Arabia 76 0.5 49.3 64 0.4 18.2 113 0.6 54.9 99 0.5 29.5 139 0.6 117.5 160 0.6 41.2 172 0.6 74.0
- Taiwan 456 2.8 4.5 574 3.2 28.8 595 3.2 27.0 547 2.9 20.0 670 2.9 16.8 754 2.9 26.8 706 2.6 29.1
- Others 144 0.9 20.3 170 0.9 26.3 149 0.8 -10.6 165 0.9 14.5 351 1.5 106.4 409 1.6 174.0 445 1.6 170.0
AUSTRALIA & OCEANIA 832 5.1 18.9 944 5.3 10.5 939 5.0 6.2 876 4.7 5.3 1,117 4.8 18.3 1,277 4.9 36.0 1,419 5.2 62.0 EUROPE 2,560 15.6 20.8 2,645 14.8 19.7 2,921 15.5 26.6 2,880 15.4 12.5 3,093 13.3 16.9 3,542 13.7 21.2 3,635 13.3 26.2 EUROPEAN COMMUNITY 2,192 13.3 26.4 2,206 12.3 16.3 2,495 13.2 31.4 2,453 13.1 11.9 2,376 10.2 7.7 2,651 10.3 6.3 2,818 10.3 14.8
- Belgium 74 0.5 -30.3 102 0.6 9.1 112 0.6 37.8 95 0.5 28.3 115 0.5 12.7 156 0.6 39.7 200 0.7 110.0
- France 221 1.3 -9.2 437 2.4 40.0 456 2.4 60.2 519 2.8 134.7 364 1.6 -16.7 246 1.0 -46.0 303 1.1 -41.6
- Germany 693 4.2 53.1 608 3.4 19.5 687 3.6 44.1 641 3.4 -7.6 753 3.2 23.8 814 3.2 18.5 925 3.4 44.4
- Italy 148 0.9 24.3 181 1.0 5.6 203 1.1 12.4 224 1.2 51.1 238 1.0 31.6 296 1.1 45.8 265 1.0 18.6
- Netherlands 123 0.7 -44.3 166 0.9 30.2 141 0.7 14.7 189 1.0 53.3 156 0.7 -6.2 160 0.6 13.2 174 0.6 -7.5
- United Kingdom 206 1.3 36.5 181 1.0 -13.3 179 0.9 4.4 220 1.2 6.8 217 0.9 19.7 232 0.9 29.7 280 1.0 27.2
- Others 726 4.4 64.9 531 3.0 11.6 717 3.8 23.3 566 3.0 -22.1 534 2.3 0.5 747 2.9 4.2 669 2.5 18.3
Russia 106 0.6 -19.0 150 0.8 38.6 110 0.6 -12.5 77 0.4 -27.0 243 1.0 62.1 383 1.5 248.8 283 1.0 265.8
Others 262 1.6 3.3 289 1.6 41.6 317 1.7 12.1 349 1.9 33.5 473 2.0 63.5 507 2.0 60.3 534 2.0 52.9
Value Share (%) Growth (%) 2008 Q1 Growth (%) Share (%) Growth (%) Value Share (%) Q1 2007 Q4 Value Share (%) Q2 Q3 Value Growth (%) Value Share (%) Growth (%)
COUNTRY Q2 Q3
Value Share (%) Growth (%) Value Share (%) Growth (%)
(4)
54
Table 3.1
Travel Inflows
%
%
Period
Main Gates
Other Gates
(y.o.y)
(y.t.d)
(number of people)
(number of people)
(1)
(2)
(3)
(4)
(4)
(5)
(6)
2004
4,541,165
779,941
5,321,106
4,798
18.8
18.8
Q1
1,034,236
177,990
1,212,226
1,093
15.2
15.2
Q2
1,099,096
188,656
1,287,752
1,161
44.3
28.6
Q3
1,278,022
219,368
1,497,390
1,350
16.3
23.7
Q4
1,129,811
193,928
1,323,739
1,194
6.3
18.9
2005
4,074,354
927,747
5,002,101
4,522
-5.8
-5.8
Q1
1,003,616
215,625
1,219,241
1,102
0.8
0.8
Q2
1,045,871
228,421
1,274,292
1,152
-0.8
0.0
Q3
1,183,757
239,116
1,422,873
1,286
-4.7
-1.8
Q4
841,110
244,585
1,085,695
981
-17.8
-5.8
2006
3,977,482
893,869
4,871,351
4,448
-1.6
-1.6
Q1
871,817
204,589
1,076,406
983
-10.8
-10.8
Q2
1,023,099
227,472
1,250,571
1,142
-0.9
-5.7
Q3
1,038,857
233,972
1,272,829
1,162
-9.6
-7.2
Q4
1,043,709
227,836
1,271,545
1,161
18.3
-1.6
2007
4,541,458
964,301
5,505,759
5,346
20.2
20.2
Q1
1,001,697
213,289
1,214,986
1,180
20.0
20.0
Q2
1,142,077
242,394
1,384,471
1,344
17.7
18.8
Q3
1,215,723
258,803
1,474,526
1,432
23.2
20.3
Q4
1,181,961
249,815
1,431,776
1,390
19.7
20.2
2008*
Q1
1,190,102
215,317
1,405,419
1,365
15.7
15.7
Q2
1,264,023
233,096
1,497,119
1,454
8.1
11.7
Q3
1,396,827
271,061
1,667,888
1,620
13.1
12.2
(number of people)
(In millions of USD)
BOP
BOP
(5)
55
Table 3.2
Travel Outflows
Hajj BOP
Hajj BOP
%
%
Period
Main Gates
Other Gates
Pilgrimage
(2+3-4)
Pilgrimage
Value
(y.o.y)
(y.t.d)
(number of people)
(number of people)
(number of people)
(number of people)
(In millions of USD)
(In millions of USD)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
2004
3,941,381
101,061
204,945
3,837,497
452
3,507
13.8
13.8
Q1
942,948
24,178
204,945
762,181
452
1,059
-6.0
-175.1
Q2
847,679
21,735
0
869,414
0
692
52.8
10.8
Q3
1,022,310
26,213
0
1,048,523
0
835
40.1
18.8
Q4
1,128,444
28,934
0
1,157,378
0
922
1.6
13.8
2005
4,106,225
105,288
267,501
3,944,012
511
3,584
2.2
2.2
Q1
948,509
24,321
205,382
767,448
394
992
-6.3
-6.3
Q2
991,334
25,419
0
1,016,753
0
792
14.5
1.9
Q3
1,024,447
26,268
0
1,050,715
0
819
-1.9
0.7
Q4
1,141,935
29,280
62,119
1,109,096
117
981
6.5
2.2
2006
4,322,464
705,405
144,945
4,882,924
466
4,030
12.4
12.4
Q1
941,626
198,417
144,945
995,098
272
1,026
3.4
3.4
Q2
1,081,620
192,710
0
1,274,330
0
954
20.4
11.0
Q3
1,082,682
162,702
0
1,245,384
0
932
13.8
11.9
Q4
1,216,536
151,576
0
1,368,112
194
1,118
14.0
12.4
2007
4,593,183
563,859
104,660
16,628,620
515
4,903
21.7
21.7
Q1
1,055,961
169,520
104,660
1,225,481
195
1,188
15.8
15.8
Q2
1,103,889
142,136
0
1,246,025
0
1,106
15.9
15.9
Q3
1,146,177
127,774
0
1,273,951
0
1,130
21.2
17.6
Q4
1,287,156
124,429
0
12,883,163
320
1,479
32.3
23.7
2008 *)
Q1
1,077,171
172,347
41,864
1,207,655
80
1,151
-3.1
-3.1
Q2
1,167,747
185,299
0
1,353,046
0.0
1,200
8.5
2.5
(6)
56
Table 4
Stock of Debt Securities Owned by Non Residents
(millions of USD)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
A. Private Sector
*1 Bonds
101
180
194
170
192
270
225
351
361
200
185
2 Medium Term Notes
367
295
321
288
285
289
293
267
300
367
361
3 Floating Rate Notes
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-4 Commercial Papers
27
26
16
16
16
16
16
14
15
19
15
5 Promissory Notes
1,182
1,403
1,397
1,472
1,474
1,445
1,538
1,490
1,524
1,488
1,618
Total
1,676
1,903
1,929
1,945
1,966
2,020
2,071
2,123
2,200
2,075
2,180
B. Public Sector
1 Govt. Bond (Rp. Denomination)/SUN
5,061
5,201
5,953
6,088
6,978
9,033
8,711
8,298
8,760
10,200
11,037
2 Govt. Bond (USD Denomination)
4,945
4,945
4,945
4,945
6,370
6,370
6,370
6,370
8,322
10,450
10,450
3 SBI
2,147
758
894
2,003
2,127
4,201
4,436
4,436
3,330
3,643
2,157
Total 12,153
10,905
11,791
13,037
15,475
19,604
19,517
19,517
20,412
24,293
23,644
*Source : Custodian Bank