MATERI I RAKOR KELEMBAGAAN MATERI RAPAT I

FINAL DRAFT 29 Nov
2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR      TAHUN 2015
TENTANG
 PERANGKAT DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :

a.

bahwa   ketentuan  Pasal   232   ayat   (1)   Undang­
Undang   Nomor   23   Tahun   2014   tentang
Pemerintahan   Daerah   sebagaimana   telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang­
Undang   nomor   9   Tahun   2015   tentang
Perubahan kedua atas Undang­Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
mengamanatkan   ketentuan   lebih   lanjut

mengenai   perangkat   daerah   diatur   dengan
Peraturan Pemerintah;

b.

bahwa Undang­Undang nomor 23 Tahun 2014
tentang   Pemerintahan   Daerah   telah   memuat
berbagai   ketentuan   baru   tentang   perangkat
daerah, sehingga Peraturan Pemerintah Nomor
41   Tahun   2007   tentang   Organisasi   Perangkat
Daerah perlu diganti;
bahwa
 
berdasarkan
 
pertimbangan
sebagaimana   dimaksud   dalam   huruf   a   dan
huruf   b,   perlu   menetapkan   Peraturan
Pemerintah tentang Perangkat Daerah;
Pasal 5 ayat (2) Undang­Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang­Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan   Daerah   (Lembaran   Negara
Republik   Indonesia   Tahun   2014   Nomor   244
Tambahan   Lembaran   Negara   Republik
Indonesia   Nomor   5587)  sebagaimana   telah

c.

Mengingat

: 1.
2.

2

diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang­
Undang   nomor   9   Tahun   2015   tentang
Perubahan kedua atas Undang­Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun
2014 Nomor …… Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor …..);
           
MEMUTUSKAN:
Menetapkan  :

PERATURAN   PEMERINTAH   TENTANG   PERANGKAT
DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam   Peraturan   Pemerintah   ini   yang   dimaksud
dengan:
1. Perangkat   Daerah   adalah   unsur   pembantu   kepala
daerah  dan   DPRD   dalam   penyelenggaraan   Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
2. Perangkat   daerah   provinsi   adalah  organisasi
pemerintah   daerah  yang  bertugas  membantu
gubernur 

dan   DPRD
 provinsi
 dalam
penyelenggaraan  urusan  pemerintahan   daerah
provinsi. 
3. Perangkat   daerah   kabupaten/kota   adalah
organisasi   pemerintah   daerah  yang  bertugas
membantu
 bupati/walikota
 dan   DPRD
kabupaten/kota  dalam   penyelenggaraan  urusan
pemerintahan daerah kabupaten/kota. 
4. Kecamatan   atau   yang   disebut   dengan   nama   lain
adalah bagian wilayah dari Daerah kabupaten/ kota
sebagai   perangkat   daerah   kabupaten/kota   yang
dipimpin oleh camat.
5. Pemerintah   Pusat   yang   selanjutnya   disebut
Pemerintah  adalah   Presiden   Republik   Indonesia
yang   memegang   kekuasaan   pemerintahan  Negara
Republik   Indonesia   yang   dibantu   oleh   Wakil

Presiden   dan   menteri­menteri   sebagaimana
dimaksud   dalam   Undang­Undang   Dasar   Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. 
6. Menteri   adalah   menteri   yang   menyelenggarakan
urusan pemerintahan dalam negeri.
7. Pemerintahan daerah yang adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
dewan   perwakilan   rakyat   daerah   menurut   asas
otonomi   dan   tugas   pembantuan   dengan   prinsip
otonomi   seluas­luasnya   dalam   sistem   dan   prinsip
Negara   Kesatuan   Republik   Indonesia   sebagaimana
dimaksud   dalam   Undang­UndangDasar   Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

3

8. Pemerintah       daerah       yang   selanjutnya   disebut
Pemda  adalah    kepala    daerah      sebagai  unsur
pemerintahan daerah yang memimpin  pelaksanaan
urusan   pemerintahan   yang   menjadi   kewenangan

daerah otonom.
9. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat  DPRD adalah  lembaga perwakilan rakyat
daerah   yang   berkedudukan   sebagai   unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
10. Urusan   Pemerintahan   adalah   kekuasaan
pemerintahan   yang   menjadi   kewenangan   Presiden
yang   pelaksanaannya   dilakukan   oleh   kementerian
negara   dan   penyelenggara   Pemerintahan   Daerah
untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan
menyejahterakan masyarakat.
11. Tugas   Pembantuan   adalah   penugasan   dari
Pemerintah   Pusat   kepada   daerah   otonom   untuk
melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang
menjadi   kewenangan   Pemerintah   Pusat   atau   dari
Pemerintah   Daerah   provinsi   kepada   Daerah
kabupaten/kota   untuk   melaksanakan   sebagian
Urusan   Pemerintahan   yang   menjadi   kewenangan
Daerah provinsi.
12. Urusan   Pemerintahan   Wajib   adalah   Urusan

Pemerintahan   yang   wajib   diselenggarakan   oleh
semua Daerah.
13. Urusan   Pemerintahan   Pilihan   adalah   Urusan
Pemerintahan   yang   wajib   diselenggarakan   oleh
Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.
14. Pelayanan   Dasar   adalah   pelayanan   publik   untuk
memenuhi kebutuhan dasar warga negara.
15. Peraturan   Daerah   yang   selanjutnya   disebut   Perda
atau yang disebut dengan  nama lain adalah Perda
Provinsi dan Perda Kabupaten/ Kota.
16. Peraturan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut
Perkada adalah peraturan gubernur dan peraturan
bupati/walikota.
17. Unit   Pelaksana   Teknis   yang   selanjutnya   disingkat
UPT   adalah   unsur   pelaksana   tugas   teknis     pada
dinas atau badan. 
Pasal 2
Pembentukan   perangkat   daerah   didasarkan   pada
prinsip­prinsip sebagai berikut:
a. Efisiensi;

b. Efektifitas;
c. Pembagian habis tugas;
d. Rentang kendali; 
e. Tata kerja yang jelas;
f. Pengembangan organisasi fungsional; dan
g. Fleksibilitas;
h. Adanya   urusan   pemerintahan   yang   menjadi
kewenangan daerah;

4

i. Intensitas   urusan   pemerintahan   dan   potensi
daerah.

5

BAB II
PERANGKAT DAERAH
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 3
(1) Pembentukan   dan   susunan   Perangkat   Daerah
ditetapkan dengan Perda.
(2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
setelah   mendapat   persetujuan   dari   Menteri   bagi
Perangkat   Daerah   provinsi   dan   dari   gubernur
sebagai   wakil   Pemerintah   Pusat   bagi   Perangkat
Daerah kabupaten/kota.
(3) Persetujuan   Menteri   atau   gubernur   sebagai   wakil
Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)   diberikan   berdasarkan   pemetaan   Urusan
Pemerintahan   Wajib   dan   Urusan   Pemerintahan
Pilihan.
(4) Apabila   dalam   waktu   15   (lima   belas)   hari   sejak
diterimanya   rancangan   Perda   sebagaimana
dimaksud   pada   ayat   (2)     Menteri   atau   gubernur
tidak   memberikan   persetujuan   atau   penolakan,
maka   Menteri   atau   gubernur   sebagai   wakil
Pemerintah Pusat dianggap  menyetujui.
(5) Kedudukan,   susunan   organisasi,   perincian   tugas

dan   fungsi,   serta     tata   kerja   Perangkat   Daerah
sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   ditetapkan
dengan Perkada.
Bagian Kedua
Jenis Perangkat Daerah
Pasal 4
(1) Perangkat Daerah Provinsi, terdiri atas :
a. Sekretariat Daerah 
b. Sekretariat DPRD;
c. Inspektorat;
d. Dinas; dan
e. Badan; 
(2) Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, terdiri atas :
a. Sekretariat Daerah;
b. Sekretariat DPRD;
c. Inspektorat;
d. Dinas;
e. Badan; dan
f. Kecamatan; 
(3) Selain   perangkat   daerah   sebagaimana   dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) pada daerah provinsi dan
kabupaten/kota   terdapat   Satuan   polisi   pamong
praja.

6

Bagian Ketiga
Kriteria Tipelogi Perangkat Daerah
Pasal 5
(1)Kriteria tipelogi perangkat daerah digunakan untuk
menentukan  tipe   perangkat   daerah  berdasarkan
variabel faktor umum dan faktor teknis.  
(2)Kriteria   variabel   faktor   umum   sebagaimana
dimaksud   pada   ayat   (1)   ditetapkan   berdasarkan
karakteristik daerah yang terdiri dari variabel:
a. jumlah penduduk;
b. luas wilayah;  
c. jumlah   Anggaran   Pendapatan   dan   Belanja
Daerah (APBD); 
(3)Kriteria   variabel   faktor   teknis   sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi beban tugas utama
pada   masing­masing   urusan   pemerintahan   yang
menjadi   kewenangan   pada   setiap   susunan
pemerintahan   dan   unsur   penunjang
penyelenggaraan urusan pemerintahan.
(4)Bobot   variabel   umum   adalah   20   %   (duapuluh
persen)   dan   bobot   varabel   teknis   adalah   80   %
(delapanpuluh persen).
(5)Perhitungan  variabel   faktor   umum   dan   variabel
faktor   teknis  tercantum   dalam  Lampiran   yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.
BAB III
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
PERANGKAT DAERAH 
Bagian Kesatu
Perangkat Daerah Provinsi
Paragraf 1
Sekretariat Daerah
Pasal 6
(1) Sekretariat   Daerah   sebagaimana   dimaksud   dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf a merupakan unsur staf.
(2) Sekretariat   Daerah   sebagaimana   dimaksud   pada
ayat   (1)   dipimpin   oleh   sekretaris   daerah   dan
bertanggung jawab kepada gubernur.
(3) Sekretariat   daerah   sebagaimana   dimaksud   pada
ayat   (1)   mempunyai   tugas   membantu   gubernur
dalam   penyusunan   kebijakan   dan   pengoordinasian
administratif terhadap pelaksanaan tugas Perangkat
Daerah serta pelayanan administratif. 
(4) Sekretariat daerah dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3)
menyelenggarakan fungsi:
a. pengoordinasian penyusunan kebijakan daerah;

7

b. pengoordinasian pelaksanaan tugas satuan kerja
perangkat daerah;  
c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
daerah;
d. pelayanan administratif dan pembinaan aparatur
daerah; dan
e. pelaksanaan   fungsi   lain   yang   diberikan   oleh
gubernur   yang   berkaitan   dengan   tugas   dan
fungsinya.
Pasal 7
(1) Sekretariat   daerah   sebagaimana   dimaksud  dalam
Pasal 6 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.
(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
ditetapkan dengan klasifikasi : 
a. Sekretariat   Daerah   Tipe  A   dibentuk   untuk
mewadahi   urusan   pemerintahan  yang   menjadi
kewenangan   Daerah   dengan   beban   kerja   yang
besar;
b. Sekretariat   Daerah   Tipe   B   dibentuk   untuk
mewadahi   urusan   pemerintahan  yang   menjadi
kewenangan   Daerah   dengan   beban   kerja   yang
sedang; dan
c. Sekretariat   Daerah   Tipe   C   dibentuk   untuk
mewadahi   urusan   pemerintahan  yang   menjadi
kewenangan   Daerah   dengan   beban   kerja   yang
kecil.
(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)
ditentukan   berdasarkan   kriteria   variabel  jumlah
penduduk,   luas   wilayah,   dan   jumlah   APBD   serta
besaran   tugas  sebagaimana   tercantum   dalam
Lampiran   sebagai   bagian   yang   tidak   terpisahkan
dari Peraturan Pemerintah ini.
Paragraf 2
Sekretariat DPRD
Pasal 8   
(1) Sekretariat   DPRD   sebagaimana   dimaksud   dalam
Pasal   4   ayat   (1)   huruf   b   merupakan   unsur
pelayanan   administrasi   dan   pemberian   dukungan
terhadap tugas dan fungsi DPRD.
(2) Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)   dipimpin   oleh   sekretaris   DPRD   yang  dalam
melaksanakan   tugasnya  secara   teknis   operasional
berada   di   bawah   dan   bertanggung   jawab   kepada
pimpinan   DPRD   dan   secara   administratif
bertanggung   jawab   kepada   gubernur   melalui
sekretaris daerah.
(3) Sekretaris DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)   diangkat   dan   diberhentikan   dengan   keputusan
gubernur atas persetujuan pimpinan DPRD provinsi
setelah berkonsultasi dengan pimpinan fraksi.

8

(4) Sekretaris DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)   mempunyai   tugas
 menyelenggarakan
administrasi   kesekretariatan,   administrasi
keuangan,  mendukung   pelaksanaan   tugas   dan
fungsi DPRD,  menyediakan dan mengkoordinasikan
tenaga   ahli   yang   diperlukan   oleh   DPRD   dalam
melaksanakan  hak   dan  fungsinya   sesuai   dengan
kebutuhan.
(5) Sekretariat   DPRD   dalam   melaksanakan   tugas
sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (4)
menyelenggarakan fungsi:
a. penyelenggaraan   administrasi   kesekretariatan
DPRD;
b. penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD;
c. fasilitasi penyelenggaraan rapat–rapat DPRD; dan
d. penyediaan   dan   pengoordinasian   tenaga   ahli
yang diperlukan oleh DPRD.
Pasal 9
(1) Sekretariat   DPRD   sebagaimana   dimaksud  dalam
Pasal 8 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.
(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
ditetapkan dengan klasifikasi: 
a. Sekretariat   PRD  Tipe  A   dibentuk   untuk
memberikan   dukungan   teknis   dan   administratif
kepada DPRD dengan beban kerja yang besar;
b. Sekretariat   DPRD   Tipe   B   dibentuk   untuk
memberikan   dukungan   teknis   dan   administratif
kepada DPRD  dengan beban kerja yang sedang;
dan
c. Sekretariat   DPRD   Tipe   C   dibentuk   untuk
memberikan   dukungan   teknis   dan   administratif
kepada DPRD dengan beban kerja yang kecil.
(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)
ditentukan   berdasarkan   kriteria   variabel  jumlah
penduduk,   luas   wilayah,   dan   jumlah   APBD   serta
beban   tugas   sekretariat   DPRD  sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Paragraf 3
Inspektorat 
Pasal 10
(1) Inspektorat  sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal 4
ayat   (1)   huruf   c  merupakan   unsur   pengawas
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
(2) Inspektorat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
dipimpin oleh inspektur. 
(3) Inspektur   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)
dalam   melaksanakan   tugasnya   bertanggung   jawab
kepada gubernur melalui sekretaris Daerah.
(4) Inspektorat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
mempunyai   tugas   membantu   gubernur   membina

9

dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan
yang   menjadi   kewenangan   Daerah   dan   Tugas
Pembantuan oleh Perangkat Daerah provinsi.
(5) Inspektorat   dalam   melaksanakan   tugas
sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (4)
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan
dan fasilitasi pengawasan; 
b. pelaksanaan   pengawasan   internal   terhadap
kinerja   dan   keuangan   melalui   audit,   reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lainnya;
c. pelaksanaan  pengawasan  untuk tujuan tertentu
atas penugasan gubernur;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan;
e. pelaksanaan administrasi inspektorat provinsi.
f. pelaksanaan   fungsi     lain   yang   diberikan   oleh
gubernur   yang   terkait   dengan   tugas   pokok   dan
fungsinya. 
Pasal 11
(1) Inspektorat sebagaimana dimaksud  dalam Pasal 10
diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.
(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
ditetapkan dengan klasifikasi : 
a. Inspektorat   Tipe  A   dibentuk   untuk   mewadahi
beban pelaksanaan pengawasan internal  dengan
beban kerja yang besar;
b. Inspektorat   Tipe   B   dibentuk   untuk   mewadahi
beban   pengawasan   internal  dengan   beban   kerja
yang sedang; dan
c. Inspektorat   Tipe   C   dibentuk   untuk   mewadahi
beban   pengawasan   internal  dengan   beban   kerja
yang kecil.
(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)
ditentukan   berdasarkan   kriteria   variabel  jumlah
penduduk, luas wilayah, jumlah APBD, serta beban
tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.
Paragraf 4 
Dinas 
Pasal 12
(1) Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf   d   merupakan   unsur   pelaksana   urusan
pemerintahan daerah.
(2) Dinas   dipimpin   oleh   kepala   dinas   yang
berkedudukan   di   bawah   dan   bertanggung     jawab
kepada gubernur melalui sekretaris daerah.
(3) Dinas  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
mempunyai   tugas
 membantu
 gubernur
melaksanakan   urusan   pemerintahan   yang   menjadi
kewenangan daerah.

10

(4) Dinas   dalam   melaksanakan   tugas   sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan   kebijakan   sesuai   dengan   lingkup
tugasnya;
b. pelaksanaan   kebijakan   sesuai   dengan   lingkup
tugasnya;
c. pelaksanaan   evaluasi   dan   pelaporan   sesuai
dengan lingkup tugasnya;
d. pelaksanaan   administrasi   dinas   sesuai   dengan
lingkup tugasnya;
e. pelaksanaan   fungsi   lain   yang   diberikan   oleh
gubernur   yang   berkaitan   dengan   tugas   dan
fungsinya.
(5) Pada   dinas  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
dapat   dibentuk   UPT   dinas   untuk   melaksanakan
kegiatan   teknis   operasional   dan/atau   kegiatan
teknis penunjang tertentu  yang membutuhkan satu
kesatuan manajemen dalam penyelenggaraannya;
(6) UPT   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5),   untuk
Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang  pendidikan berbentuk satuan pendidikan.
(7) UPT   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5),   untuk
Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang  kesehatan berbentuk rumah sakit.
(8) Selain   UPT   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5),
untuk   Dinas   yang   menyelenggarakan   urusan
pemerintahan   di   bidang     pendidikan   dapat
membentuk cabang  dinas  di Kabupaten/Kota  yang
wilayah   kerjanya   dapat   meliputi   lebih   dari   satu
kabupaten/kota.
Pasal 13
(1) Rumah sakit daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal   12   ayat   (7)   merupakan   unit   organisasi   yang
bersifat   fungsional  sebagai   sebuah   unit   layanan
yang bekerja secara profesional;
(2) Rumah   sakit   daerah   sebagaimana   dimaksud   pada
ayat   (1)   merupakan   unit   organisasi   otonom   yang
secara   teknis   administratif   dibina   oleh   dinas
kesehatan.
(3) Ketentuan   mengenai   susunan   organisasi,   tugas,
fungsi,  hubungan fungsional dan kriteria klasifikasi
UPT  Dinas  yang   berbentuk   rumah   sakit
sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   12   ayat   (7)
diatur 
dengan   peraturan   menteri   yang
menyelenggarakan   urusan   pemerintahan   di   bidang
kesehatan  setelah  mendapat  pertimbangan  Menteri
dan   menteri   yang   menyelenggarakan   urusan
pemerintahan di bidang aparatur negara.
Pasal 14
(1) Pada perangkat daerah yang melaksanakan urusan
pemerintahan   yang   hanya   diotonomikan   kepada
daerah   provinsi,   dibentuk   cabang   dinas   di

11

(2)
(3)
(4)

(5)

kabupaten/kota 
yang   mempunyai   urusan
pemerintahan pada wilayah tersebut.
wilayah kerja cabang dinas sebagaimana dimaksud
pada   ayat   (1)   dapat   meliputi   lebih   dari   satu
kabupaten/kota.
Pembentukan cabang dinas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan daerah.
Dalam   rangka   percepatan   dan   efisiensi   pelayanan
publik   urusan   pemerintahan   sebagaimana
dimaksud   pada   ayat   (1),  cabang   dinas  mendapat
pelimpahan wewenang dari gubernur.
Pelimpahan wewenang dari gubernur sebagaimana
dimaksud   pada   ayat   (4)   dilaksanakan   melalui
peraturan gubernur.

Pasal 15
(1) Pembentukan   UPT   dinas   sebagaimana   dimaksud
dalam   Pasal   12   ayat   (5)   ditetapkan   melalui
peraturan gubernur.
(2) Peraturan   Gubernur   sebagaimana   dimaksud   pada
ayat   (1)   ditetapkan   setelah   dikonsultasikan   secara
tertulis dengan Menteri.
Pasal 16
(1) Dinas   sebagaimana   dimaksud  dalam   Pasal   12
diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.
(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
ditetapkan dengan klasifikasi : 
a. dinas   Tipe  A   dibentuk   untuk   mewadahi   urusan
pemerintahan  yang menjadi kewenangan Daerah
dengan beban kerja yang besar;
b. dinas  Tipe  B   dibentuk   untuk  mewadahi  urusan
pemerintahan  yang menjadi kewenangan Daerah
dengan beban kerja yang sedang; dan
c. dinas  Tipe  C   dibentuk   untuk  mewadahi  urusan
pemerintahan  yang menjadi kewenangan Daerah
dengan beban kerja yang kecil.
(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
ditentukan   berdasarkan   perhitungan   nilai   variabel
jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah APBD dan
besaran masing­masing Urusan Pemerintahan yang
menjadi   kewenangan   Daerah,   untuk   Urusan
Pemerintahan   Wajib   dan   berdasarkan   potensi,
proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan
lahan   untuk   Urusan   Pemerintahan   Pilihan
sebagaimana   tercantum   dalam   Lampiran   yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.
Pasal 17
(1) Urusan   pemerintahan   sebagaimana   dimaksud
dalam   Pasal   12   ayat   (1)   terdiri   dari   urusan
pemerintahan  wajib   dan   urusan  pemerintahan
pilihan.

12

(2) Urusan pemerintahan wajib sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari :
a. urusan  pemerintahan  wajib   yang   berkaitan
dengan pelayanan dasar; dan
b. urusan  pemerintahan  wajib   yang   tidak
berkaitan dengan pelayanan dasar.
(3) Urusan pemerintahan wajib  yang berkaitan dengan
pelayanan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a terdiri atas : 
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman; 
e. ketenteraman,   ketertiban   umum,   dan
perlindungan masyarakat; dan
f. sosial.
(4) Urusan  pemerintahan  wajib  yang   tidak   berkaitan
dengan   pelayanan   dasar   sebagaimana   dimaksud
pada ayat (2) huruf b terdiri atas: 
a. tenaga kerja;
b. pemberdayaan   perempuan   dan   pelindungan
anak; 
c. pangan;
d. pertanahan;
e. lingkungan hidup;
f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;
h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
i. perhubungan; 
j. komunikasi dan informatika;
k. koperasi, usaha kecil, dan menengah;
l. penanaman modal;
m. kepemudaan dan olah raga;
n. statistik;
o. persandian;
p. kebudayaan;
q. perpustakaan; dan
r. kearsipan.
(5) Urusan   pemerintahan   pilihan 
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri atas : 
a. kelautan dan perikanan;
b. pariwisata;
c.
pertanian;
d. kehutanan;
e.
energi dan sumber daya mineral;
f.
perdagangan; 
g. perindustrian; dan
h. transmigrasi.
(6) Masing­masing   urusan   pemerintahan   sebagaimana
dimaksud   pada   ayat   (3),   ayat   (4)   dan   ayat   (5)
diwadahi dalam bentuk dinas. 
(7) Khusus   untuk   urusan   pemerintahan   bidang
ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan
masyarakat  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3)

13

huruf   e,   dinas   menyelenggarakan   urusan
ketentraman,   ketertiban   umum   dan   perlindungan
masyarakat sub urusan bencana dan kebakaran.
Pasal 18
(1) Dalam   hal   berdasarkan  perhitungan   nilai  variabel
sebagaimana  dimaksud   dalam   Pasal   16   ayat   (3)
suatu urusan pemerintahan tidak memenuhi syarat
untuk dibentuk dinas sendiri, urusan pemerintahan
tersebut digabung dengan dinas lain.
(2) Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan   dengan   dinas   yang   memiliki   kedekatan
karakteristik   urusan   pemerintahan   atau   memiliki
keterkaitan   dengan   penyelenggaraan   urusan
pemerintahan tersebut.
(3) kedekatan karakteristik urusan pemerintahan atau
memiliki   keterkaitan   dengan   penyelenggaraan
urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri dari:
a. pendidikan, kebudayaan, serta kepemudaan dan
olahraga;
b. kesehatan, pengendalian penduduk dan keluarga
berencana serta administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil;
c. sosial,  ketentraman,   ketertiban   umum   dan
perlindungan   masyarakat,
 pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak, transmigrasi
serta pemberdayaan masyarakat dan desa; 
d. penanaman   modal,   koperasi,   usaha   kecil   dan
menengah,   perindustrian,   perdagangan,   dan
tenaga kerja. 
e. komunikasi   dan   informatika,   statistik,   dan
persandian;
f. pekerjaan   umum   dan   penataan   ruang,
pertanahan,   serta   energi  dan   sumber   daya
mineral;
g. perumahan   dan   kawasan   permukiman,   dan
perhubungan;
h. pangan, pertanian, serta kelautan dan perikanan,
i. lingkungan hidup dan  kehutanan;
j. perpustakaan, kearsipan, dan pariwisata.  
(4) penggabungan   urusan   pemerintahan   sebagaimana
dimaksud pada ayat  (1) dilakukan paling banyak 3
(tiga) urusan pemerintahan.
(5) Tipelogi   dinas   hasil   penggabungan   urusan
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat  (1)
sesuai   dengan   tipe   dinas   sebelum   penggabungan
dengan   tambahan   bidang   atau  sub   bidang  dari
urusan pemerintahan yang digabungkan. 
(6) Dalam   hal   dinas   tipe   C   mendapatkan   tambahan
bidang   urusan   pemerintahan   sebagaimana
dimaksud   pada   ayat   (5)   maka   dinas   hasil
penggabungan tersebut dapat ditingkatkan menjadi
tipe B.

14

(7) Nomenklatur   dinas   yang   mendapatkan   tambahan
bidang   urusan   pemerintahan   sebagaimana
dimaksud   pada   ayat   (5)   dan   ayat   (6)   merupakan
nomenklatur dinas utama, ditambah dengan urusan
pemerintahan yang digabungkan.

15

Paragraf 5
Badan 
Pasal 19
(1) Badan   sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   4   ayat
(1)   huruf   e   merupakan   unsur   penunjang  urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
(2) Badan   dipimpin   oleh   kepala   badan   yang
berkedudukan   di   bawah   dan   bertanggung   jawab
kepada gubernur melalui sekretaris daerah. 
(3) Badan   sebagaimana   dimaksud   pada         ayat   (1)
mempunyai   tugas
 membantu
 gubernur
melaksanakan   fungsi   penunjang   urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
(4) Badan   dalam   melaksanakan   tugas   sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan   kebijakan   teknis   sesuai   dengan
lingkup tugasnya;
b. pelaksanaan   tugas   dukungan   teknis   sesuai
dengan lingkup tugasnya;
c. pemantuan, evauasi, dan pelaporan pelaksanaan
tugas   dukungan   teknis   sesuai   dengan   lingkup
tugasnya;
d. pembinaan teknis penyelenggaraan  fungsi­fungsi
penunjang   urusan   pemerintahan   daerah  sesuai
dengan lingkup tugasnya; dan
e. pelaksanaan   fungsi   lain   yang   diberikan   oleh
gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.
(5) Unsur   penunjang   urusan   pemerintahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. perencanaan;
b. keuangan;
c. kepegawaian;
d. pendidikan dan pelatihan;
e. penelitian dan pengembangan; dan
f. fungsi lain sesuai dengan peraturan perundang­
undangan.
(6) Badan   yang   melaksanakan   fungsi   lain   sebaimana
dimaksud   pada   ayat   (5)   huruf   f     dibentuk   dengan
kriteria :
a. Diperintahkan   oleh   peraturan   perundang­
undangan; dan
b. Memberikan   pelayanan/menunjang   terhadap
pelaksanaan   tugas   seluruh   perangkat   daerah
yang lain.
(7) Badan yang melaksanakan fungsi lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dibentuk setelah mendapat
persetujuan   dari   Menteri   dan   menteri   yang
menyelenggarakan   urusan   pemerintahan   di   bidang
aparatur negara.
(8) Untuk  melaksanakan   fungsi   penunjang   tertentu,
pada badan dapat dibentuk UPT.
(9) Untuk   menunjang   koordinasi   pelaksanaan   urusan
pemerintahan   dan   pembangunan   dengan

16

pemerintah   pusat,   daerah   provinsi   dapat
membentuk kantor penghubung di ibu kota negara.
Pasal 20
(1) Pembentukan   UPT   badan   sebagaimana   dimaksud
dalam   Pasal   19   ayat   (8)   ditetapkan   melalui
peraturan gubernur.
(2) Peraturan   Gubernur   sebagaimana   dimaksud   pada
ayat   (1)   ditetapkan   setelah   dikonsultasikan   secara
tertulis dengan Menteri.
Pasal 21
Pembentukan  kantor penghubung di ibu kota negara
sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   19   ayat   (9)
ditetapkan melalui peraturan daerah.
Pasal 22
(1) Badan  sebagaimana   dimaksud  dalam   Pasal   20
dibentuk dalam 3 (tiga) Klasifikasi.
(2) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
dibentuk dengan ketentuan: 
a. badan   Tipe     A   dibentuk   untuk   mewadahi
pelaksanaan
 fungsi
 penunjang   Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
dengan beban kerja yang besar;
b. badan   Tipe   B   dibentuk   untuk   mewadahi
pelaksanaan   fungsi
 penunjang   Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
dengan beban kerja yang sedang; dan
c. badan   Tipe     C   dibentuk   untuk   mewadahi
pelaksanaan  penunjang   Urusan   Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban
kerja yang kecil.
(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)
ditentukan   berdasarkan   perhitungan   nilai   variabel
pada   jumlah   penduduk,   luas   wilayah,   Jumlah
APBD, dan cakupan tugas  sebagaimana  tercantum
dalam   Lampiran   yang   merupakan   bagian   tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 23
(1) Dalam   hal   berdasarkan   variabel  sebagaimana
dimaksud   dalam   Pasal   22   ayat   (3)   suatu   fungsi
penunjang   urusan   pemerintahan   tidak   memenuhi
syarat   untuk   dibentuk   badan   sendiri,   penunjang
urusan   pemerintahan   tersebut   digabung   dengan
badan lain.
(2) Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan   dengan   badan   yang   memiliki   kedekatan
fungsi   atau   memiliki   keterkaitan   fungsi   penunjang
urusan pemerintahan tersebut.
(3) kedekatan   fungsi   atau   memiliki   keterkaitan   fungsi
penunjang   urusan   pemerintahan   sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:

17

a. kepegawaian, pendidikan dan pelatihan;
b. perencanaan, penelitian dan pengembagan;
(4) Penggabungan   fungsi   penunjang   urusan
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat  (1)
dilakukan  paling   banyak   2   (dua)  fungsi   penunjang
urusan pemerintahan.
(5) Tipelogi   badan   hasil   penggabungan   fungsi
penunjang   urusan   pemerintahan   sebagaimana
dimaksud pada ayat   (1) ditetapkan sesuai dengan
jumlah   bidang   berdasarkan   perhitungan   nilai
variabel dari fungsi penunjang urusan pemerintahan
yang digabungkan.
(6) Nomenklatur   badan   yang   mendapatkan   tambahan
bidang dari fungsi penunjang urusan pemerintahan
sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5)   tetap
merupakan   nomenklatur   badan   utama,   ditambah
dengan   nama   fungsi   penunjang   urusan
pemerintahan yang digabungkan.
Bagian Kedua
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota
Paragraf 1
Sekretariat Daerah
Pasal 24
(1) Sekretariat   Daerah   sebagaimana   dimaksud   dalam
Pasal 4 ayat (2) huruf a merupakan unsur staf.
(2) Sekretariat   Daerah   sebagaimana   dimaksud   pada
ayat   (1)   dipimpin   oleh   sekretaris   Daerah   dan
bertanggung jawab kepada bupati/walikota
(3) Sekretariat   Daerah   sebagaimana   dimaksud   pada
ayat   (1)   mempunyai   tugas   membantu   bupati/
walikota   dalam   penyusunan   kebijakan   dan
pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan
tugas   Perangkat   Daerah   serta   pelayanan
administratif. 
(4) Sekretariat daerah dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3)
menyelenggarakan fungsi:
a. pengoordinasian penyusunan kebijakan daerah;
b. pengoordinasian pelaksanaan tugas satuan kerja
perangkat daerah;  
c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
daerah;
d. pelayanan administratif dan pembinaan aparatur
daerah; dan
e. pelaksanaan   tugas   lain   yang   diberikan   oleh
bupati/walikota   sesuai   dengan   tugas   dan
fungsinya.
Pasal 25
(1) Sekretariat   daerah   sebagaimana   dimaksud  dalam
Pasal 24 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.

18

(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
ditetapkan dengan klasifikasi: 
a. Sekretariat   Daerah   Tipe  A   dibentuk   untuk
mewadahi   urusan   pemerintahan  yang   menjadi
kewenangan   Daerah   dengan   beban   kerja   yang
besar;
b. Sekretariat   Daerah   Tipe   B   dibentuk   untuk
mewadahi   urusan   pemerintahan  yang   menjadi
kewenangan   Daerah   dengan   beban   kerja   yang
sedang; dan
c. Sekretariat   Daerah   Tipe   C   dibentuk   untuk
mewadahi   urusan   pemerintahan  yang   menjadi
kewenangan   Daerah   dengan   beban   kerja   yang
kecil.
(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)
ditentukan   berdasarkan   kriteria   variabel  jumlah
penduduk,   luas   wilayah,   dan   jumlah   APBD   serta
besaran   tugas  sebagaimana   tercantum   dalam
Lampiran   sebagai   bagian   yang   tidak   terpisahkan
dari Peraturan Pemerintah ini.
Paragraf 2
Sekretariat DPRD
Pasal 26
  
(1) Sekretariat   DPRD   sebagaimana   dimaksud   dalam
Pasal   4   ayat   (2)   huruf   b   merupakan   unsur
pelayanan   administrasi   dan   pemberian   dukungan
terhadap tugas dan fungsi DPRD.
(2) Sekretariat   DPRD   sebagaimana   dimaksud   pada
ayat (1) dipimpin oleh sekretaris DPRD yang dalam
melaksanakan   tugasnya  secara   teknis   operasional
berada   di   bawah   dan   bertanggung   jawab   kepada
pimpinan   DPRD   dan   secara   administratif
bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui
sekretaris daerah.
(3) Sekretaris DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diangkat dan diberhentikan  dengan keputusan
bupati/walikota   atas   persetujuan   pimpinan   DPRD
kabupaten/kota   setelah   berkonsultasi   dengan
pimpinan fraksi.
(4) Sekretaris DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)   mempunyai   tugas
 menyelenggarakan
administrasi   kesekretariatan,   administrasi
keuangan,  mendukung   pelaksanaan   tugas   dan
fungsi DPRD,  menyediakan dan mengkoordinasikan
tenaga   ahli   yang   diperlukan   oleh   DPRD   dalam
melaksanakan  hak   dan  fungsinya   sesuai   dengan
kebutuhan.
(5) Sekretariat   DPRD   dalam   melaksanakan   tugas
sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (4)
menyelenggarakan fungsi:
a. penyelenggaraan   administrasi   kesekretariatan
DPRD;

19

b. penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD;
c. fasilitasi penyelenggaraan rapat–rapat DPRD; dan
d. penyediaan   dan   pengoordinasian   tenaga   ahli
yang diperlukan oleh DPRD.
Pasal 27
(1) Sekretariat   DPRD   sebagaimana   dimaksud  dalam
Pasal 26 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.
(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
ditetapkan dengan klasifikasi: 
d. Sekretariat   PRD  Tipe  A   dibentuk   untuk
memberikan   dukungan   teknis   dan   administratif
kepada DPRD dengan beban kerja yang besar;
e. Sekretariat   DPRD   Tipe   B   dibentuk   untuk
memberikan   dukungan   teknis   dan   administratif
kepada DPRD  dengan beban kerja yang sedang;
dan
f. Sekretariat   DPRD   Tipe   C   dibentuk   untuk
memberikan   dukungan   teknis   dan   administratif
kepada DPRD dengan beban kerja yang kecil.
(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)
ditentukan   berdasarkan   kriteria   variabel  jumlah
penduduk,   luas   wilayah,   dan   jumlah   APBD   serta
beban   tugas   sekretariat   DPRD  sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Paragraf 3
Inspektorat 
Pasal 28
(1) Inspektorat  sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal 4
ayat   (2)   huruf   c  merupakan   unsur   pengawas
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
(2)   Inspektorat   sebagaimana   dimaksud   pada  ayat  (1)
dipimpin oleh inspektur.
(3) Inspektur   sebagaimana   dimaksud   dalam   ayat   (2)
dalam   melaksanakan   tugasnya   bertanggung   jawab
langsung kepada bupati/walikota dan secara teknis
administratif   mendapat   pembinaan   dari   sekretaris
daerah.
(4) Inspektorat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
mempunyai   tugas   membantu  bupati/walikota
membina   dan   mengawasi   pelaksanaan   Urusan
Pemerintahan   yang   menjadi   kewenangan  daerah
Kabupaten/Kota  dan   tugas   pembantuan   yang
dilaksanakan perangkat daerah kabupaten/kota.
(5) Inspektorat   dalam   melaksanakan   tugas
sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3)
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan
dan fasilitasi pengawasan; 
b. pelaksanaan   pengawasan   internal   terhadap
kinerja   dan   keuangan   melalui   audit,   reviu,

20

evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lainnya;
c. pelaksanaan  pengawasan  untuk tujuan tertentu
atas penugasan bupati/walikota;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan;
e. pelaksanaan
 
administrasi
 
inspektorat
kabupaten/kota.
f. pelaksanaan   fungsi     lain   yang   diberikan   oleh
bupati/walikota yang terkait dengan tugas pokok
dan fungsinya. 
Pasal 29
(1) Inspektorat sebagaimana dimaksud  dalam Pasal 28
diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.
(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
ditetapkan dengan klasifikasi : 
d. Inspektorat   Tipe  A   dibentuk   untuk   mewadahi
beban pelaksanaan pengawasan internal  dengan
beban kerja yang besar;
e. Inspektorat   Tipe   B   dibentuk   untuk   mewadahi
beban   pengawasan   internal  dengan   beban   kerja
yang sedang; dan
f. Inspektorat   Tipe   C   dibentuk   untuk   mewadahi
beban   pengawasan   internal  dengan   beban   kerja
yang kecil.
(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)
ditentukan   berdasarkan   kriteria   variabel  jumlah
penduduk, luas wilayah, jumlah APBD, serta beban
tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.
Paragraf 4
Dinas 
Pasal 30
(1) Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
huruf   d   merupakan   unsur   pelaksana   urusan
pemerintahan daerah.
(2) Dinas   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)
dipimpin   oleh   kepala   dinas   yang   berkedudukan   di
bawah   dan   bertanggung   jawab   kepada   bupati/
walikota melalui sekretaris daerah.
(3) Dinas  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
mempunyai   tugas  membantu  bupati/walikota
melaksanakan   Urusan   Pemerintahan   yang   menjadi
kewenangan   Daerah  dan   tugas   pembantuan   yang
diberikan kepada kabupaten/kota.
(4) Dinas   dalam   melaksanakan   tugas   sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan   kebijakan   sesuai   dengan   lingkup
tugasnya;
b. pelaksanaan   kebijakan   sesuai   dengan   lingkup
tugasnya;

21

c. pelaksanaan   evaluasi   dan   pelaporan   sesuai
dengan lingkup tugasnya;
d. pelaksanaan   administrasi   dinas   sesuai   dengan
lingkup tugasnya;
e. pelaksanaan   fungsi     lain   yang   diberikan   oleh
bupati/walikota   yang   terkait   dengan   tugas   dan
fungsinya.
(5) Pada  dinas  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
dapat   dibentuk   UPT   dinas   untuk   melaksanakan
kegiatan   teknis   operasional   dan/atau   kegiatan
teknis penunjang tertentu yang membutuhkan satu
kesatuan manajemen dalam penyelenggaraannya.
(6) UPT   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5),   untuk
Dinas   kabupaten/kota   yang   menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang  pendidikan berbentuk
satuan pendidikan.
(7) UPT   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5),   untuk
Dinas   daerah   kabupaten/kota   yang
menyelenggarakan   urusan   pemerintahan   bidang
kesehatan   berbentuk   rumah   sakit   daerah   dan
Puskesmas.
Pasal 31
(1) Rumah   sakit   daerah   dan   Puskesmas   sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (7) merupakan unit
organisasi   yang   bersifat   fungsional  sebagai   sebuah
unit layanan yang bekerja secara profesional;
(2) Rumah   sakit   daerah   dan   Puskesmas   sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan unit organisasi
otonom yang secara teknis administratif dibina oleh
dinas kesehatan.
(3) Ketentuan   mengenai   susunan   organisasi,   tugas,
fungsi, hubungan fungsional  dan kriteria klasifikasi
UPT  Dinas  yang   berbentuk   rumah   sakit  dan
Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat   (7)  diatur  dengan   peraturan   menteri   yang
menyelenggarakan   urusan   pemerintahan   bidang
kesehatan  setelah  mendapat  pertimbangan  Menteri
dan   menteri   yang   menyelenggarakan   urusan
pemerintahan   bidang   pendayagunaan   aparatur
negara.
Pasal 32
(1) Pembentukan   UPT   dinas   sebagaimana   dimaksud
dalam   Pasal   12   ayat   (5)   ditetapkan   melalui
peraturan bupati/walikota.
(2) Peraturan   bupati/walikota   sebagaimana   dimaksud
pada   ayat   (1)   ditetapkan   setelah   dikonsultasikan
secara   tertulis   dengan   Gubernur   selaku   wakil
pemerintah pusat.
Pasal 33
(1) Dinas   sebagaimana   dimaksud  dalam   Pasal   30
diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.
(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
ditetapkan dengan klasifikasi : 

22

a. dinas   Tipe  A   dibentuk   untuk   mewadahi   urusan
pemerintahan  yang menjadi kewenangan Daerah
dengan beban kerja yang besar;
b. dinas  Tipe  B   dibentuk   untuk  mewadahi  urusan
pemerintahan  yang menjadi kewenangan Daerah
dengan beban kerja yang sedang; dan
c. dinas  Tipe  C   dibentuk   untuk  mewadahi  urusan
pemerintahan  yang menjadi kewenangan Daerah
dengan beban kerja yang kecil.
(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
ditentukan   berdasarkan   kriteria   variabel  jumlah
penduduk, luas wilayah, jumlah APBD dan  besaran
masing­masing Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan   Daerah,   untuk   Urusan   Pemerintahan
Wajib   dan   berdasarkan   potensi,   proyeksi
penyerapan   tenaga   kerja,   dan   pemanfaatan   lahan
untuk   Urusan   Pemerintahan   Pilihan  sebagaimana
tercantum   dalam   Lampiran   sebagai   bagian   yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 34
(1) Urusan   pemerintahan   sebagaimana   dimaksud
dalam   Pasal   30   ayat   (1)   terdiri   dari   urusan
pemerintahan   wajib   dan   urusan   pemerintahan
pilihan.
(2) Urusan pemerintahan wajib sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari :
a. urusan  pemerintahan  wajib   yang   berkaitan
dengan pelayanan dasar; dan
b. urusan  pemerintahan  wajib   yang   tidak
berkaitan dengan pelayanan dasar.
(3) Urusan pemerintahan wajib  yang berkaitan dengan
pelayanan dasar, terdiri atas : 
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman; 
e. ketenteraman,   ketertiban   umum,   dan
perlindungan masyarakat; dan
f. sosial.
(4) Urusan   pemerintahan   wajib  yang   tidak   berkaitan
dengan pelayanan dasar, terdiri atas : 
a. tenaga kerja;
b. pemberdayaan   perempuan   dan   pelindungan
anak; 
c. pangan;
d. pertanahan;
e. lingkungan hidup;
f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;
h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
i. perhubungan; 
j. komunikasi dan informatika;
k. koperasi, usaha kecil, dan menengah;

23

l. penanaman modal;
m. kepemudaan dan olah raga;
n. statistik;
o. persandian;
p. kebudayaan;
q. perpustakaan; dan
r. kearsipan.
(5) Urusan pemerintahan pilihan, terdiri atas : 
a. pariwisata;
b. pertanian;
c.
perdagangan;
d. kelautan dan perikanan;
e.
kehutanan;
f.
energi dan sumber daya mineral. 
g. perindustrian; dan
h. transmigrasi.
(6) Masing­masing  urusan  pemerintahan  sebagaimana
dimaksud   pada   ayat   (3),  ayat   (4)  dan   ayat   (5)
diwadahi dalam bentuk dinas. 
(7) Khusus   untuk   urusan   pemerintahan   bidang
ketenteraman,   ketertiban   umum,   dan   pelindungan
masyarakat  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3)
huruf   e,   dinas   menyelenggarakan   urusan
ketentraman,   ketertiban   umum   dan   perlindungan
masyarakat sub urusan bencana dan kebakaran.
Pasal 35
(1) Dalam   hal   berdasarkan  perhitungan   nilai  variabel
sebagaimana  dimaksud   dalam   Pasal   33   ayat   (3)
suatu urusan pemerintahan tidak memenuhi syarat
untuk dibentuk dinas sendiri, urusan pemerintahan
tersebut digabung dengan perangkat daerah lain.
(2) Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan  dengan   perangkat   daerah   yang   memiliki
kedakatan karakteristik urusan pemerintahan atau
memiliki   keterkaitan   dengan   penyelenggaraan
urusan pemerintahan tersebut.
(3) kedekatan karakteristik urusan pemerintahan atau
memiliki   keterkaitan   dengan   penyelenggaraan
urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri dari:
a. pendidikan, kebudayaan, dan kepemudaan dan
olahraga;
b. kesehatan,   dan   pengendalian   penduduk   dan
keluarga   berencana   dan   administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil;
c. sosial,  ketentraman,   ketertiban   umum   dan
perlindungan   masyarakat,
 pemberdayaan
perempuan   dan   perlindungan   anak,
transmigrasi   dan  pemberdayaan   masyarakat
dan desa; 
d. penanaman   modal,   koperasi,   usaha   kecil   dan
menengah,   perindustrian,   perdagangan   dan
tenaga kerja. 

24

e. komunikasi   dan   informatika,   statistik   dan
persandian;
f. pekerjaan   umum   dan   penataan   ruang,
pertanahan   dan   energi  dan   sumber   daya
mineral;
g. perumahan   dan   kawasan   permukiman,   dan
perhubungan;
h. pangan, pertanian, kelautan dan perikanan, 
i. lingkungan hidup dan  kehutanan;
j. perpustakaan, kearsipan, dan pariwisata.  
(4) penggabungan   urusan   pemerintahan   sebagaimana
dimaksud pada ayat  (1) dilakukan paling banyak 3
(tiga) urusan pemerintahan.
(5) tipelogi   perangkat   daerah   hasil   penggabungan
urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada
ayat     (1)   sesuai   dengan   Tipe   Perangkat   Daerah
sebelum   penggabungan   dengan   tambahan   bidang
atau  sub bidang  dari urusan urusan pemerintahan
yang digabungkan.
(6) Dalam   hal   dinas   tipe   C   mendapatkan   tambahan
bidang   urusan   pemerintahan   sebagaimana
dimaksud   pada   ayat   (5)   maka   dinas   hasil
penggabungan tersebut dapat ditingkatkan menjadi
tipe B.
(7) Nomenklatur   dinas   yang   mendapatkan   tambahan
bidang   urusan   pemerintahan   sebagaimana
dimaksud   pada   ayat   (5)   dan   ayat   (6)   merupakan
nomenklatur dinas utama, ditambah dengan urusan
pemerintahan yang digabungkan.
Paragraf 5
Badan  
Pasal 36
(1) Badan  sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   4   ayat
(2)   huruf   e  merupakan   unsur   penunjang  urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
(2) Badan   dipimpin   oleh   kepala   badan   yang
berkedudukan   di   bawah   dan   bertanggung   jawab
kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah. 
(3) Badan   sebagaimana   dimaksud   pada         ayat   (1)
mempunyai   tugas  membantu  bupati/walikota
melaksanakan   fungsi   penunjang   urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
(4) Badan   dalam   melaksanakan   tugas   sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan   kebijakan   teknis   sesuai   dengan
lingkup tugasnya;
b. pelaksanaan   tugas   dukungan   teknis   sesuai
dengan lingkup tugasnya;
c. pemantuan, evauasi, dan pelaporan pelaksanaan
tugas   dukungan   teknis   sesuai   dengan   lingkup
tugasnya;

25

d. pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi­fungsi
penunjang   urusan   pemerintahan   daerah   sesuai
dengan lingkup tugasnya; dan
e. pelaksanaan   fungsi   lain   yang