PROFIL PEMECAHAN MASALAH KREATIF SISWA SMP NEGERI 3 KERTOSONO PADA MATERI BANGUN DATAR TAK BERATURAN MENGGUNAKAN TANGRAMPEMECAHAN MASALAH KREATIF SISWA SMP NEGERI 3 KERTOSONO PADA MATERI BANGUN DATAR TAK BERATURAN MENGGUNAKAN TANGRAM.

(1)

PADA MATERI BANGUN DATAR TAK

BERATURAN MENGGUNAKAN TANGRAM

SKRIPSI

Oleh:

IZZATUN NAIMAH NIM. D0412010

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


(2)

PROFIL PEMECAHAN MASALAH KREATIF

SISWA SMP NEGERI 3 KERTOSONO

PADA MATERI BANGUN DATAR TAK

BERATURAN MENGGUNAKAN TANGRAM

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh: Izzatun Naimah NIM. D04212010

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

v

PROFIL PEMECAHAN MASALAH KREATIF SISWA SMP NEGERI 3 KERTOSONO PADA MATERI BANGUN DATAR TAK

BERATURAN MENGGUNAKAN TANGRAM Oleh:

IZZATUN NAIMAH ABSTRAK

Pemecahan masalah kreatif merupakan suatu upaya memecahkan masalah menggunakan cara-cara yang kreatif melalui enam tahap oleh Osborn-Parners. Tangram merupakan sebuah permainan puzzle yang terbentuk dari sebuah persegi. Tujuan penelitian adalah: (1) mendeskripsikan profil proses pemecahan masalah kreatif siswa SMPN 3 Kertosono yang memiliki kemampuan geometri tinggi pada materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram, (2) mendeskripsikan profil proses pemecahan masalah kreatif siswa SMPN 3 Kertosono yang memiliki kemampuan geometri sedang pada materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram, dan (3) mendeskripsikan profil proses pemecahan masalah kreatif siswa SMPN 3 Kertosono yang memiliki kemampuan geometri rendah pada materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Untuk pengambilan subjek diberikan tes kemampuan geometri kepada 36 siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kertosono. Berdasarkan hasil tes kemampuan geometri serta saran guru diambillah 2 subjek dari masing-masing kategori. Data dikumpulkan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah kreatif, dan wawancara yang diberikan kepada keenam subjek tersebut. Sebelum diberikan tes pemecahan masalah kreatif telah diberikan permainan tangram sebagai pengantar karena tidak semua siswa biasa bermain atau menggunakan tangram.

Data hasil penelitian merupakan data deskriptif mengenai profil pemecahan masalah kreatif siswa pada materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram berdasarkan tahapan pemecahan masalah kreatif Osborn-Parners. Hasil analisis data dan pembahasan diperoleh, siswa yang memiliki kemampuan geometri tinggi berhasil melalui proses pada setiap tahapan dan mampu menjawab dengan benar, siswa yang memiliki kemampuan geometri sedang telah melalui proses pada setiap tahapan, namun jawabannya kurang tepat dikarenakan adanya kekurangan pada tahap menemukan gagasan, dan penerimaan, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan geometri rendah telah melalui proses pada setiap tahapan namun jawabannya kurang tepat dikarenakan adanya kekurangan pada tahap menemukan fakta, gagasan, dan penerimaan.

Kata Kunci: Tangram, Pemecahan Masalah Kreatif, Bangun Datar Tak


(8)

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Penyataan Keaslian Tulisan ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Masalah ... 4

F. Definisi Operasional ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Pemecahan Masalah ... 7

B. Kreativitas ... 11

C. Pemecahan Masalah Kreatif ... 12

D. Proses Pemecahan Masalah Kreatif ... 16

E. Tangram ... 18


(9)

xii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Waktu dan Tempat Peneletian ... 25

C. Subjek Penelitian ... 26

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 29

E. Keabsahan Data ... 31

F. Teknik Ananlisis Data ... 34

G. Prosedur Penelitian ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 39

B. Analisis Data ... 41

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan ... 157

B. Diskusi Penelitian ... 165

BAB VI PENUTUP A. Simpulan ... 167

B. Saran ... 167


(10)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tangram ... 20

Gambar 2.2 Macam-Macam Bangun Datar yang Terbentuk Dari Tangram ... 21

Gambar 2.3 Nama Macam-Macam Tangram ... 21

Gambar 3.1 Alur Pemilihan Subjek Penelitian ... 27

Gambar 4.1 Jawaban Tertulis Subjek T1 Halaman 1 ... 44

Gambar 4.2 Jawaban Tertulis Subjek T1 Halaman 2 ... 45

Gambar 4.3 Jawaban Tertulis Subjek T1 Halaman 3 ... 46

Gambar 4.4 Jawaban Tertulis Subjek T1 Halaman 4 ... 47

Gambar 4.5 Jawaban Tertulis Subjek T1 Halaman 5 ... 48

Gambar 4.6 Jawaban Tertulis Subjek T1 Halaman 6 ... 49

Gambar 4.7 Jawaban Tertulis Subjek T1 Halaman 7 ... 50

Gambar 4.8 Jawaban Tertulis Subjek T1 Halaman 8 ... 51

Gambar 4.9 Jawaban Tertulis Subjek T2 Halaman 1 ... 63

Gambar 4.10 Jawaban Tertulis Subjek T2 Halaman 2 ... 64

Gambar 4.11 Jawaban Tertulis Subjek T2 Halaman 3 ... 65

Gambar 4.12 Jawaban Tertulis Subjek T2 Halaman 4 ... 66

Gambar 4.13 Jawaban Tertulis Subjek T2 Halaman 5 ... 67


(11)

xiv

Gambar 4.15 Jawaban Tertulis Subjek S1 Halaman 1 ... 82

Gambar 4.16 Jawaban Tertulis Subjek S1 Halaman 2 ... 83

Gambar 4.17 Jawaban Tertulis Subjek S1 Halaman 3 ... 84

Gambar 4.18 Jawaban Tertulis Subjek S1 Halaman 4 ... 85

Gambar 4.19 Jawaban Tertulis Subjek S1 Halaman 5 ... 86

Gambar 4.20 Jawaban Tertulis Subjek S1 Halaman 6 ... 87

Gambar 4.21 Jawaban Tertulis Subjek S1 Halaman 7 ... 88

Gambar 4.22 Jawaban Tertulis Subjek S1 Halaman 8 ... 89

Gambar 4.23 Jawaban Tertulis Subjek S2 Halaman 1 ... 99

Gambar 4.24 Jawaban Tertulis Subjek S2 Halaman 2 ... 100

Gambar 4.25 Jawaban Tertulis Subjek S2 Halaman 3 ... 101

Gambar 4.26 Jawaban Tertulis Subjek S2 Halaman 4 ... 102

Gambar 4.27 Jawaban Tertulis Subjek S2 Halaman 5 ... 103

Gambar 4.28 Jawaban Tertulis Subjek S2 Halaman 6 ... 104

Gambar 4.29 Jawaban Tertulis Subjek S2 Halaman 7 ... 105

Gambar 4.30 Jawaban Tertulis Subjek S2 Halaman 8 ... 106

Gambar 4.31 Jawaban Tertulis Subjek R1 Halaman 1 ... 119

Gambar 4.32 Jawaban Tertulis Subjek R1 Halaman 2 ... 120

Gambar 4.33 Jawaban Tertulis Subjek R1 Halaman 3 ... 121


(12)

xv

Gambar 4.35 Jawaban Tertulis Subjek R1 Halaman 5 ... 123

Gambar 4.36 Jawaban Tertulis Subjek R1 Halaman 6 ... 124

Gambar 4.37 Jawaban Tertulis Subjek R1 Halaman 7 ... 125

Gambar 4.38 Jawaban Tertulis Subjek R1 Halaman 8 ... 126

Gambar 4.39 Jawaban Tertulis Subjek R2 Halaman 1 ... 136

Gambar 4.40 Jawaban Tertulis Subjek R2 Halaman 2 ... 137

Gambar 4.41 Jawaban Tertulis Subjek R2 Halaman 3 ... 138

Gambar 4.42 Jawaban Tertulis Subjek R2 Halaman 4 ... 139

Gambar 4.43 Jawaban Tertulis Subjek R2 Halaman 5 ... 140

Gambar 4.44 Jawaban Tertulis Subjek R2 Halaman 6 ... 141

Gambar 4.45 Jawaban Tertulis Subjek R2 Halaman 7 ... 142

Gambar 4.46 Jawaban Tertulis Subjek R2 Halaman 8 ... 143


(13)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Proses Pemecahan Masalah Kreatif ... 17

Tabel 3.1 Kriteria Batas Kelompok Batas Penelitian ... 28

Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 30

Tabel 4.1 Daftar Nama Validator ... 39

Tabel 4.2 Daftar Subjek Penelitian ... 40

Tabel 4.3 Daftar Skor Kemampuan Geometri Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Kertosono ... 41

Tabel 4.4 Batas Skor Kemampuan Geometri Setelah Diketahui Standar Deviasinya ... 43

Tabel 4.5 Daftar Nama Subjek Penelitian berserta Skor yang Diperoleh ... 43

Tabel 4.6 Perbedaan Data Hasi Pekerjaan dan Wawancara Subjek T1-T2 ... 80

Tabel 4.7 Perbedaan Data Hasi Pekerjaan dan Wawancara Subjek S1-S2 ... 116

Tabel 4.8 Perbedaan Data Hasi Pekerjaan dan Wawancara Subjek R1-R2 ... 154


(14)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Tes Kemampuan Geometri Lampiran 2 Lembar Tes Kemampuan Geometri

Lampiran 3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Geometri Lampiran 4 Rubrik Penskoran

Lampiran 5 Lembar Validasi I Tes Kemampuan Geometri Lampiran 6 Lembar Validasi II Tes Kemampuan Geometri Lampiran 7 Skenario Permainan Tangram

Lampiran 8 Tes Pemecahan Masalah Kreatif Bangun Datar Tak Beraturan

Lampiran 9 Lembar Validasi I TPMK Bangun Datar Tak Beraturan Lampiran 10 Lembar Validasi II TPMK Bangun Datar Tak Beraturan Lampiran 11 Pedoman Wawancara

Lampiran 12 Lembar Validasi I Pedoman Wawancara Lampiran 13 Lembar Validasi II Pedoman Wawancara Lampiran 14 Transkip Wawancara

Lampiran 15 Surat Izin Penelitian

Lampiran 16 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 17 Lembar Konsultasi


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak permainan edukatif yang dapat mengembangkan kreativitas siswa, salah satunya adalah tangram. Ferra dalam jurnalnya menyatakan bahwa tangram berasal dari bahasa China tang dan gram. Permainan puzzle China tersebut terdiri dari beberapa keping bangun datar, seperti persegi, persegipanjang, jajargenjang, trapesium, segitiga, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran.1 Tangram secara harfiah berarti tujuh papan keterampilan,istilah ini pertama kali dikenalkan oleh Thomas Hill dalam bukunya Geometrical Puzzle for the Youth pada tahun 1848.2 Dalam kamus pintar matematika juga dituliskan bahwa tangram adalah suatu bentuk yang terbuat dari tujuh keping bangun datar yang dipotong-potong dari sebuah persegi.3

Permainan tangram ini bertujuan untuk melatih kreativitas dengan cara menyusun potongan-potongan bangun datar tanpa tumpang tindih menjadi suatu bentuk, baik bentuk yang hanya ada dalam imajinasi, bentuk binatang, orang atau barang tertentu.4 Tangram yang dulunya hanya permainan kini telah banyak digunakan di sekolah-sekolah sebagai media untuk membantu proses pembelajaran, terutama pada materi bangun datar.

Tangram sangat erat kaitannya dengan bangun datar sehingga peneliti tertarik untuk mengambil materi bangun datar tak beraturan. Bangun datar tak beraturan bisa terbentuk dari gabungan beberapa macam bangun datar. Contoh bangun datar tersebut seperti persegi, persegipanjang, jajargenjang, segitiga, belah

1 Ferra- Febriana. Dkk. “Terapi Bermain Tangram Puzzles Pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) Di Ruang Kantin Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas”. Kementerian Pendidikan Nasional Uni versitas Jenderal Sudirman Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan,(Juni, 2013), 30.

2 Ibid, halaman 31. 3

Luccius.F .Simambit, Kamus Pintar Matematika.(Bandung: Widyatama.2012), 98. 4 Ferra- Febriana. Dkk. “Terapi Bermain Tangram Puzzles Pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) Di Ruang Kantin Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas”. Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Jenderal Sudirman Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan,(Juni, 2013),11.


(16)

ketupat, layang-layang, trapesium dan lingkaran. Bangun datar tak beraturan menjadi menarik untuk dipilih sebagai materi penelitian kali ini, karena tidak semua siswa dapat menghitung luas dan keliling bangun datar dengan mudah. Sedangkan soal bangun datar tak beraturan selalu muncul pada setiap Ujian Nasional tingkat SMP.

Ketika siswa menggunakan tangram, maka akan mengalami sebuah proses. Proses pemecahan masalah dalam pembelajaran adalah suatu tindakan atau kegiatan yang dilakukan siswa untuk menyelesaikan masalah melalui tahapan-tahapan pemecahan masalah tertentu. Bidang pelajaran yang sering berhubungan dengan pemecahan masalah adalah matematika.

Siswono dalam sebuah buku menyatakan bahwa pemecahan masalah matematika adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi kendala ketika suatu jawaban soal matematika atau langkah-langkah menjawab soal matematika belum tampak jelas.5 Menurut Polya langkah-langkah pemecahan masalah meliputi: memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, menyelesaikan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali.6

Banyak ahli yang mengembangkan langkah-langkah pemecahan masalah, seperti halnya langkah-langkah pemecahan masalah kreatif Osborn-Parnes. Menurut Van Gundy pemecahan masalah ini pertama kali diciptakan oleh Alex F Osborn tahun 1953, kemudian disempurnakan oleh Sidney J Parnes 1976.7 Menurut Munandar dalam sebuah tesis menyatakan bahwa pemecahan masalah kreatif Osborn-Parnes meliputi enam langkah, yaitu menemukan tujuan, menemukan fakta, menemukan masalah, menemukan gagasan, menemukan solusi, dan penerimaan.8 Proses pemecahan masalah tersebut akan dipakai pada penelitian kali ini dengan materi bangun datar tak beraturan.

5 Tatag Yuli E Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan

Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya:Unesa University Press,2008), 55.

6 Ibid, halaman 56.

7 Yuli Mulyanah, Tesis Pasca Sarjana : Profil Berfikir Pemecahan Masalah Kreatif

Ditinjau Dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: UNESA, 2013), 11.

8 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. (Jakarta: Rineka Cipta.2009), 97.


(17)

Profil adalah gambaran utuh tentang sesuatu yang ditangkap dan dideskripsikan menggunakan kata-kata atau tulisan. Profil pemecahan masalah kreatif siswa perlu diketahui guru dalam upaya mengidentifikasi jenis dan bentuk kesulitan siswa sehingga guru dapat membuat perencanaan pembelajaran dengan baik. Perencanaan pembelajaran yang baik adalah yang mampu membangun potensi siswa mengembangkan kreativitas siswa, dan meningkatkan prestasi belajar.9

Oleh karena itu, pada penelitian kali ini peneliti mengambil judul “Profil Pemecahan Masalah Kreatif Siswa SMP Negeri 3 Kertosono Pada Materi Bangun Datar Tak Beraturan

Menggunakan Tangram”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana profil pemecahan masalah kreatif siswa SMP Negeri 3 Kertosono yang memiliki kemampuan geometri tinggi pada materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram?

2. Bagaimana profil pemecahan masalah kreatif siswa SMP Negeri 3 Kertosono yang memiliki kemampuan geometri sedang pada materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram?

3. Bagaimana profil pemecahan masalah kreatif siswa SMP Negeri 3 Kertosono yang memiliki kemampuan geometri rendah pada materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian kali ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah sehingga memiliki tujuan sebagai berikut :

9 Sofyan Wilis, Berbagai Masalah Yang Dihadapi Siswa dan Solusinya ,(Bandung:: Alfabeta,2015), 45


(18)

1. Untuk mendeskripsikan profil pemecahan masalah kreatif siswa SMP Negeri 3 Kertosono yang memiliki kemampuan geometri tinggi pada materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram.

2. Untuk mendeskripsikan profil pemecahan masalah kreatif siswa SMP Negeri 3 Kertosono yang memiliki kemampuan geometri sedang pada materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram.

3. Untuk mendeskripsikan profil pemecahan masalah kreatif siswa SMP Negeri 3 Kertosono yang memiliki kemampuan geometri rendah pada materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memiliki beberapa manfaat, diantaranya :

1. Siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah untuk melatih keterampilan siswa memakai tangram yang dapat menambah kreativitas dalam berfikir, dan memotivasi siswa dalam mempelajari bangun datar.

2. Guru

Manfaat penelitian ini bagi guru adalah untuk membantu guru dalam membuat perencanaan pembelajaran yang lebih efektif dan mampu membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas siswa, khususnya pada materi bangun datar tak beraturan.

3. Sekolah

Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah adanya bahan literatur baru yang dapat membantu memperbaiki sistem pembelajaran di sekolah.

E. Batasan Penelitian

Untuk menghindari meluasnya pembahasan maka dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian, sebagai berikut :


(19)

1. Penelitian ini hanya membahas mengenai profil pemecahan masalah kreatif siswa setelah diberikan permainan tangram, dan tes pemecahan masalah kreatif bangun datar tak beraturan menggunakan tangram, kemudian diwawancarai sesuai hasil pekerjaan subjek sesuai dengan thapa pemecahan masalah kreatif Osborn-Parners.

2. Penelitian ini hanya akan diuji cobakan secara terbatas kepada 6 subjek, yakni siswa kelas IX di SMP Negeri 3 Kertosono yang dipilih dari hasil tes kemampuan geometri serta saran dari guru.

F. Definisi Operasional

Untuk memperjelas setiap variabel dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan definisi operasional sebagai berikut :

1. Profil adalah gambaran utuh tentang sesuatu yang ditangkap dan dideskripsikan berupa kata-kata dan tulisan.

2. Pemecahan masalah matematika adalah suatu proses pengaplikasian segala pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang dimiliki seseorang dalam situasi yang baru dan tidak biasa atau tidak rutin dalam menyelesaikan sebuah masalah matematika.10

3. Kreativitas adalah kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa atau tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau gagasan-gagasan baru yang menunjukkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir.11

4. Pemecahan masalah kreatif adalah serangkaian peristiwa atau tindakan siswa dalam memecahkan masalah secara kreatif melalui tahapan pemecahan masalah kreatif Osborn-Parnes meliputi enam langkah, yaitu menemukan tujuan,

10

Siswono Tatag Yuli E, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif,

(Surabaeya:Unesa University Press,2008), 68. 11

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. (Jakarta: Rineka Cipta.2009) , 77.


(20)

menemukan fakta, menemukan masalah, menemukan gagasan, menemukan solusi, dan penerimaan.12

5. Tangram adalah suatu bentuk yang terbuat dari tujuh bangun datar yang dipotong-potong dari sebuah persegi.13 6. Bangun datar tak beraturan yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah bangun yang terbentuk dari gabungan dua atau lebih bangun-bangun persegi, persegipanjang, segitiga, trapesium, belah ketupat, layang-layang dan jajargenjang.

12Mulyanah Yuli, Tesis Pasca Sarjana : Profil Berfikir Pemecahan Masalah Kreatif

Ditinjau Dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: UNESA, 2013), 11.

13


(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pemecahan Masalah

Masalah merupakan hal yang bersifat pribadi atau individual. Masalah dapat diartikan sebagai situasi atau pertanyaan dimana seseorang tersebut tidak mempunyai aturan atau prosedur untuk menentukan jawabannya.1 Untuk menyelesaikan masalah dibutuhkan langkah-langkah pemecahan masalah.

Santrock mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan upaya untuk menemukan cara yang tepat dalam mencapai tujuan ketika tujuan yang dimaksud belum tercapai atau belum tersedia.2 Krulik dan Rudnick mendefinisikan bahwa pemecahan masalah adalah suatu cara yang dilakukan seseorang dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman untuk memenuhi tuntutan dari situasi yang tidak rutin.3

Bidang ilmu pengetahuan yang paling dekat dengan pemecahan masalah adalah matematika. Pengertian pemecahan masalah matematika menurut Siswono adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi kendala ketika suatu jawaban soal matematika atau langkah-langkah menjawab soal matematika belum tampak jelas.4

Posamentier dan Stepelmen, mengemukakan dalam sebuah buku bahwa pemecahan masalah merupakan komponen utama dari esensi matematika. Hal tersebut ditunjukkan dengan beberapa simpulan, diantaranya : Pembelajaran untuk menyelesaikan masalah adalah alasan yang paling prinsip untuk mempelajari matematika, pemecahan masalah merupakan penerapan dari

1

Tatag Yuli ESiswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya:Unesa University Press,2008),72.

2 Ibid ,halaman 82.

3 Aisia. U. Sofyana,& Mega T Budiarto, Profil Keterampilan Geometri Siswa SMP Dalam Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Level Perkembangan Berfikir Van Hiele. Jurnal Jurusan Matematika.Fakultas MIPA Unesa. Surabaya.

4 Tatag Yuli E Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan

Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya:Unesa University Press,2008),77.


(22)

pengetahuan yang sebelumnya untuk situasi atau persoalan yang tidak biasa atau persoalan yang baru, penyelesaian soal cerita dalam suatu wacana merupakan salah satu bentuk pemecahan masalah, di samping itu siswa juga harus diberi pengalaman dalam penyelesaian soal non cerita, strategi pemecahan masalah mencakup teknik pengajuan pertanyaan, analisis situasi, translasi hasil, ilustrasi hasil, menggambar diagram dan penggunaan trial and error dimana siswa harus mencari penyelesaian alternatif untuk suatu soal, mereka harus terbiasa dengan lebih dari satu penyelesaian.5

Berdasarkan uraian mengenai pemecahan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa, pemecahan masalah adalah suatu proses mengaplikasikan segala pengetahuan seseorang, keterampilan seseorang dan pemahaman yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi yang baru dan tidak biasa dalam menyelesaikan sebuah masalah.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah, seperti :

1. Pengalaman awal, pengalaman awal dapat mempengaruhi seseorang dalam menyelesaikan masalah. Seseorang yang memiliki pengalaman lebih banyak dari orang lain akan lebih mudah dalam memecahkan masalah.

2. Latar belakang matematika, latar belakang matematika akan mempermudah seseorang dalam berpikir lebih sistematis dalam menyelesaikan masalah.

3. Keinginan atau motivasi, keinginan atau motivasi seseorang dalam memecahkan masalah akan membuat orang tersebut lebih mudah untuk menyelesaikan masalah.

4. Struktur masalah, struktur masalah yang sederhana dan rumit juga mempengaruhi bagaimana seseorang dapat memecahkan masalah.

Polya dalam sebuah jurnal menuliskan bahwa langkah pemecahan masalah terdiri dari memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, menyelesaikan rencana penyelesaian, dan

5


(23)

memeriksa kembali.6 Penjelasan dari masing-masing langkah adalah sebagai berikut:

1. Langkah memahami masalah :

Untuk memahami masalah, seseorang harus mengetahui apa yang ditanyakan, data yang diberikan atau diketahui, bagaimana kondisi soal, apakah informasi yang diberikan cukup atau berlebihan, dapat dengan membuat gambar atau notasi yang sesuai.

2. Langkah merumuskan suatu rencana penyelesaian :

Untuk merumuskan suatu rencana penyelesaian, seseorang harus memperhatikan apa yang ditanyakan, memikirkan soal atau pertanyaan yang sama atau serupa, jika memang serupa bisakah cara penyelesaiannya digunakan dalam soal sekarang atau tidak, jika tidak apakah perlu dirubah menjadi soal yang serupa, atau mencari unsur lain agar memanfaatkan soal semula.

3. Langkah melaksanakan rencana penyelesaian masalah : Dalam melaksanakan rencana penyelesaian masalah, seseorang harus menuliskan atau menunjukkan apa yang telah direncanakan, dan merealisasikannya dalam bentuk jawaban baik berupa pernyataan maupun tulisan.

4. Melihat kembali :

Dalam melihat kembali, seseorang dapat memeriksa kebenaran hasil yang diperoleh, menghitung kembali apakah jawaban sudah tepat atau belum, diperiksa sanggahannya, dicari hasil menggunakan cara lain, atau dapatkah diselesaikan dengan cara yang lebih mudah atau sekilas, atau bisakah cara tersebut digunakan dalam soal lain.

Langkah lain juga dikembangkan oleh Krulik & Rudnick yang terdiri dari membaca dan berpikir (read and think), mengeksplorasi dan merencanakan (explore and plan), menyeleksi suatu strategi (select a strategi), mencari suatu jawaban (find an answer), dan merefleksi dan memperluas (reflect and extend).7

6 Aisia. U. Sofyana, & Mega T Budiarto, Profil Keterampilan Geometri Siswa SMP Dalam Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Level Perkembangan Berfikir Van Hiele. Jurnal Jurusan Matematika.Fakultas MIPA Unesa. Surabaya, 2.

7 Stephen Krulik,& Jesse A Rudnik,. The New Sourcebook for Teaching Reasoning


(24)

1. Langkah membaca dan berfikir meliputi kegiatan mengidentifikasi fakta-fakta, menganalisis pertanyaan-pertanyaan, menvisualisasikan situasi, dan menyatakan kembali sebuah tindakan.

2. Langkah mengeksplorasi dan merencanakan, meliputi kegiatan mengorganisasikan informasi, apakah informasinya cukup atau berlebihan, menggambarkan suatu diagram atau model, dan membuat suatu tabel, diagram, grafik, atau suatu gambar.

3. Langkah memilih strategi, yaitu memilih strategi-strategi yang sesuai untuk memecahkan masalah, seperti melihat polanya, bekerja mundur, menebak dan menguji, simulasi atau ujicoba, reduksi atau ekspansi, mengorganisasi daftar, atau dedukasi logis.

4. Langkah mencari jawaban, yaitu dengan mengestimasi, menggunakan keterampilan-keterampilan hitung, aljabar, geometri atau kalau perlu dengan kalkulator.

5. Langkah merefleksi dan memperluas, yaitu kegiatan memeriksa jawaban, mencari alternatif penyelesaian, bagaimana jika tidak begitu, mendiskusikan solusinya, dan menciptakan variasi menarik dari masalah aslinya.

Beberapa alasan pentingnya pemecahan masalah, diantaranya pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan kognitif secara umum, pemecahan masalah dapat mendorong kreativitas, pemecahan masalah dapat memotivasi siswa untuk belajar matematika.8 Berdasarkan kategori tersebut pemecahan masalah adalah salah satu cara untuk mendorong kreativitas sebagai produk berpikir kreatif siswa. Berpikir kreatif dalam memecahkan masalah akan melibatkan dua bagian otak manusia, yakni otak kiri dan otak kanan. Otak kiri akan berhubungan dengan kemampuan berfikir logis dan kemampuan verbal seperti membaca, berbicara, analisis deduktif dan aritmatika. Sedangkan otak kanan yang bertindak dalam berpikir visual dan non verbal seperti tugas-tugas spasial, pengingatan terhadap tugas-tugas yang dihadapi dan musik.

8 Tatag Yuli E Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan

Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya:Unesa University Press,2008), 39.


(25)

B. Kreativitas

Muniarti menjelaskan bahwa kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda, bergantung pada bagaimana orang mendefinisikannya.9 Kreativitas merupakan ranah psikologi yang kompleks dan multidimensional sehingga mengundang berbagai tafsiran yang beragam, definisi-definisi kreativitas menekankan ke berbagai hal, bergantung pada dasar teori yang menjadi acuan pembuatan definisi kreativitas tersebut.10

Ada beberapa definisi mengenai kreativitas menurut beberapa ahli. Kreativitas menurut Lumsdaine merupakan aktivitas dinamis otak ysng melibatkan mental bawah sadar dan sadar untuk memproses dan membuat sesuatu.11 Munandar menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa, tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau gagasan-gagasan baru yang menunjukkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir.12 Pada bidang psikologi, dinyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan hal baru dan tepat. Sederhananya, hal itu adalah proses mental yang melibatkan ide-ide baru, konsep atau asosiasi baru antara ide-ide atau konsep yang telah ada.13

Guilford membedakan ciri-ciri utama dari kreativitas menjadi dua, yakni: aptitude dan non aptitude. Ciri-ciri aptitude (kognitif) dari kreativitas meliputi kelancaran, kelenturan atau fleksibilitas dan orisinalitas. Sedangkan ciri-ciri non-aptitude (afektif) dari kreativitas meliputi kepercayaan diri, keuletan, apresiasi estetik,

9 Endyah Muniarti, Pendidikan dan Bimbingan Anak Kreatif,(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.2012), 66.

10 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta.2009), 50.

11 Edward Lumsdaine, 2007. Creative Problem Solving in Capstone Design. http://www.innovationtoday.biz/pubs/2007_ASEE_CPS_Design.pdf. diakses tanggal 25 April 2016.

12 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta.2009), 8.

13

Nanang Diana, Tesis : “ Kreativitas Siswa Smp Dalam Pemecahan Masalah


(26)

dan kemandirian.14 Mulyasa menjelaskan bahwa salah satu ciri pemikir kreatif yaitu mempunyai lebih dari satu jawaban untuk kebanyakan pertanyaan dan mempunyai lebih dari satu penyelesaian untuk masalah-masalah yang diajukan dan cenderung terbuka terhadap ide-ide baru.15

Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari proses, menurut Torrence kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan mengenai kekurangan atau masalah ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasilnya. Definisi mengenai produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas, ialah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas memerlukan dorongan internal maupun dorongan eksternal dari lingkungannya.16

C. Pemecahan Masalah Kreatif

Alex Osborn bersama Batten Barton dan Durstine pendiri dari perusahaan Creative Education Foundation (CEF) telah menemukan Creative Problem Solving (CPS), dalam buku mereka yang berjudul Wake Up Your Mind mendeskripsikan versi pertama dari proses CPS yang terdiri dari 7 langkah.17 Osborn kemudian memodifikasi prosesnya dari 7 langkah menjadi 3 langkah yakni menemukan fakta, menemukan ide, dan menemukan solusi.18

Pada tahun 1965 Osborn dan Parners bekerjasama untuk mempromosikan kreativitas dengan mengaplikasikan CPS kedalam dunia pendidikan Amerika. Setelah Osborn meninggal pada tahun

14 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta.2009),11.

15 Ibid, halaman 44. 16 Ibid, halaman 27.

17 Gifted Child Quaeterly, Creative Problem Solving: The Hystory, Development, and Implicatoins for Gifted Education and Talent Development”,Evolution of CPS in Gifted Education.vol 49 no 4 (Fall, 2005), 2.

18


(27)

1966, Parners melanjutkan karya mereka mengenai proses CPS tersebut. Dia memodifikasi karya Osborn tersebut menjadi 6 tahap pada tahun 1967, dan hal tersebut dikenal sampai sekarang sebagai Creative Problem Solving oleh Osborn-Parners.19

1. Tahapan Osborn-Parnes

Dalam bukunya, Munandar menuliskan bahwa proses pemecahan masalah kreatif (PMK) atau biasa disebut dengan Creative Problem Solving (CPS) Osborn-Parners ini meliputi enam langkah yaitu menemukan tujuan, menemukan fakta, menemukan masalah, menemukan gagasan, memenukan solusi, dan penerimaan.20 Penjelasan dari masing-masing langkah adalah sebagai berikut:

a. Menemukan Tujuan

Tahap pertama didahului dengan ungkapan pikiran dan perasaan mengenai masalah yang dirasakan mengganggu tetapi masih samar-samar, sehingga siswa mulai menemukan tujuan dari masalah tersebut. Dalam mengungkapkan masalah yang masih samar ini dapat diupayakan dengan menjawab pertanyaan, apa masalah yang sebenarnya atau apa sebenarnya yang ingin dicari disini.

b. Menemukan Fakta

Tahap menemukan fakta ialah tahap mendaftar semua fakta yang diketahui mengenai masalah yang ingin dipecahkan dan menemukan data baru yang diperlukan. Tahap ini didahului dengan keadaan kacau dan masalahnya masih samar-samar.

c. Menemukan Masalah

Pemikir diharapkan dapat mengembangkan masalahnya dengan menemukan sub masalah, masalah dapat dirumuskan kembali atau disempitkan. Pada tahap ini diupayakan

merumuskan masalah dengan menanyakan “Dengan cara-cara

apa saya ...”, pertanyaan seperti ini mengundang banyak gagasan.

19 Ibid, halaman 4.

20Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta.2009), 206.


(28)

d. Menemukan Gagasan

Pada tahap menemukan gagasan diupayakan mengembangkan gagasan pemecah masalah sebanyak mungkin. Pada tahap ini dapat digunakan teknik sumbang saran, dan daftar periksa untuk membantu menemukan ide-ide dengan memberi kebebasan pada imajinasi dan menangguhkan kritik, yang terpenting dalam tahap ini adalah menemukan banyak gagasan.

e. Menemukan Solusi

Gagasan yang ditemukan sebelumnya diseleksi berdasarkan kriteria evaluasi yang bersangkutan dengan masalahnya. Gagasan yang dianggap penting adalah gagasan yang paling dekat kemungkinannya dengan kriteria.

f. Penerimaan

Pada tahap terakhir menemukan penerimaan atau tahap pelaksanaan, disusun rencana tindakan supaya orang lain dapat menerima gagasan tersebut dan melaksanakannya.

Dalam melalui langkah-langkah proses pemecahan masalah kreatif, pemikir harus berselang-seling antara berpikir divergen dan berpikir konvergen. Dia harus berpikir divergen agar memperoleh gagasan yang banyak, kemudian dia harus berpikir konvergen untuk menyeleksi gagasan mana yang terbaik yang dapat dilaksanakan.

2. Tahapan Shalcross

Shalcross membedakan proses kreatif dalam dua tingkatan, yakni kreativitas primer dan kreativitas skunder.21 Kreativitas primer adalah proses pemecahan masalah secara alamiah oleh pikiran kita, karena pemikir tidak menyadari bahwa terjadi suatu proses. Sedangkan pada kreativitas skunder ada peningkatan kesadaran dalam pemecahan yang berlangsung melalui beberapa tahapan.22

21 Ibid, halaman 209. 22


(29)

Teknik pemecahan masalah kreatif yang dikemukakan oleh Shalcross meliputi lima tahapan, yakni orientasi, persiapan, penggagasan, penilaian dan pelaksanan.23

Penjelasan dari masing-masing tahapan pemecahan masalah kreatif menurut Shalcross adalah sebagai berikut : a. Orientasi

Pada tahap orientasi, seseorang mulai merumuskan masalah dan menentukan tujuan, dimana masalah atau topik dijabarkan dengan menulis suatu paragraf yang menggambarkan bagaimana pikiran dan perasaan seseorang mengenai topik atau masalah tersebut, kemudian dalam satu atau dua kalimat dirumuskan tujuan yang ingin dicapai atau masalah yang hendak dicapai.

b. Persiapan

Pada tahap persiapan, seseorang mengumpulkan semua fakta yang sudah diketahui dan fakta yang belum diketahui. Tahap ini biasa disebut dengan tahap pengumpulan data. Pertama daftar semua informasi faktual yang sudah dimiliki, kedua daftarlah semua informasi faktual yang masih perlu diperoleh. Untuk setiap butir daftar ini, sebutkan kemungkinan sumber-sumber yang dapat memberi informasi tersebut, jangan membatasi diri pada sumber-sumber yang biasa digunakan, namun bisa dari sumber baru yang tidak lazim atau konvensional.

c. Penggagasan

Pada tahap penggagasan anda menerapkan berpikir divergen untuk menghasilkan gagasan-gagasan sementara untuk pemecahan masalah. Dalam tahap ini yang diinginkan adalah banyak gagasan yang menjadi kemungkinan solusi dari pemecahan masalah.

d. Penilaian

Pada tahap ini siswa menerapkan berpikir konvergen, yaitu menyeleksi gagasan-gagasan yang paling baik untuk dilaksanakan. Kunci untuk penilaian yang berhasil adalah menemukan kriteria untuk mempertimbangkan kelayakan dari setiap gagasan. Setiap kriteria dipilih berdasarkan

23


(30)

pertimbangan apa dampaknya terhadap situasi atau orang apabila gagasan itu dilaksanakan.

e. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap terakhir dalam proses pemecahan masalah.

Semua tahapan-tahapan pemecahan masalah di atas tidak harus statis, bisa saja tahap ketiga muncul ketika sedang menjalakan tahap ke lima. Maka semakin lengkap setiap tahap, semakin besar kemungkinan mencapai pemecahan masalah yang valid.

D. Proses Pemecahan Masalah Kreatif

Proses kreatif merupakan upaya seseorang dalam menciptakan sesuatu. Menurut Wallas yang dikemukakan dalam bukunya The Art of Thougth, proses kreatif meliputi empat tahap yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Sedangkan untuk proses pemecahan masalah kreatif peneliti mengacu pada teori dari Osborn-Parners yang meliputi enam tahap yakni menemukan tujuan, menemukan fakta, menemukan masalah, menemukan gagasan, menemukan solusi dan penerimaan.

Peneliti akan melihat profil pemecahan masalah kreatif melalui tahapan pemecahan masalah kreatif Osborn-Parners. dikarenakan tahapan pemecahan masalah kreatif tersebut memiliki beberapa kelebihan. Menurut Treffigger kelebihan dari proses pemecahan masalah kreatif oleh Osborn-Parners diantaranya : Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami konsep matematika dengan cara menyelesaikan suatu permasalahan, membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, serta mengembangkan kemampuan siswa untuk mendefinisikan masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, membangun hipotesis dan percobaan dimana membuat siswa dapat menerapkan pengetahuan yang sudah dimilikinya ke dalam situasi yang baru.24

24Wahyu.T Pratiwi -Lia Yuliati-Agus Suyudi, “Pengaruh PenerapanCreative Problem

Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI IPA MAN 3 Malang”, FMIPA, Universitas Negeri Malang, (Agustus, 2016), 3.


(31)

Tabel 2.1

Proses Pemecahan Masalah Kreatif

Proses Kreatif Proses pemecahan masalah

kreatif

Tahapan Osborn-Parners Persiapan :

Seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang dan sebagainya. Kemudian mencari dan menghimpun

data/informasi.

Menemukan Tujuan :

Tahap pertama didahului dengan ungkapan pikiran dan perasaan mengenai masalah yang dirasakan mengganggu tetapi masih samar-samar, sehingga siswa mulai menemukan tujuan dari masalah tersebut.

Menemukan Fakta:

Tahap menemukan fakta ialah tahap mendaftar semua fakta yang diketahui mengenai masalah yang ingin dipecahkan dan menemukan data baru yang diperlukan.

Inkubasi :

Tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut dalam arti tidak memikirkannya namun menyimpannya dalam alam bawah sadar.

Menemukan Masalah :

Pemikir diharapkan dapat mengembangkan masalahnya dengan menemukan sub masalah, masalah dapat dirumuskan kembali atau disempitkan

Iluminasi:

Tahap timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru.

Menemukan Gagasan:

Pada tahap menemukan gagasan diupayakan mengembangkan gagasan pemecah masalah sebanyak mungkin.

Menemukan Solusi:

Gagasan yang ditemukan sebelumnya diseleksi berdasarkan kriteria evaluasi


(32)

E. Tangram

Ferra dalam jurnalnya menyatakan bahwa tangram berasal dari bahasa China tang dan gram. Tangram secara harfiah berarti tujuh papan keterampilan, istilah ini pertama kali dikenalkan oleh Thomas Hill dalam bukunya Geometrical Puzzle for the Youth pada tahun 1848.25 Tangram adalah puzzle yang terdiri dari kepingan bangun datar.26 Bangun datar dapat berupa persegi, persegipanjang, jajargenjang, trapesium, segitiga, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran. Dalam kamus pintar matematika juga dituliskan bahwa tangram adalah suatu bentuk yang terbuat dari tujuh keping bangun datar yang dipotong-potong dari sebuah persegi.27 Tangram mulai dikenal di Eropa dan Amerika pada awal abad ke 19, yang disebabkan oleh perdagangan China yang meningkat.

Ferra juga menuliskan sebuah cerita mengenai tangram yang berkembang di negeri China, dalam cerita tersebut terdapat seorang tukang keramik yang ketika itu sedang diperintahkan oleh seorang kaisar untuk membuat motif lantai istana, tukang tersebut pusing bagaimana menentukan motif yang cocok untuk lantai istana, dan pada akhirnya dia membuat berbagai macam bentuk motif yang berasal dari sebuah persegi, motif-motif yang terbentuk dari

25 Ibid, halaman 31. 26

Ferra Febriana. dkk. “Terapi Bermain Tangram Puzzles Pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) Di Ruang Kantin Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas”, Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Jenderal Sudirman Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan ,(2013), 30.

27

Luccius F Simambit, Kamus Pintar Matematika .(Bandung: Widyatama.2012), 289.

yang bersangkutan dengan masalahnya.

Verifikasi:

Tahap dimana ide atau kreasi baru itu harus diuji sesuai dengan realitas.

Penerimaan:

Pada tahap terakhir menemukan penerimaan atau tahap pelaksanaan, disusun rencana tindakan supaya orang lain dapat menerima gagasan tersebut dan melaksanakannya.


(33)

persegi itulah yang merupakan asal mula munculnya ide permainan tangram.28 Sedangkan Kristina menuliskan sebuah cerita lain yang juga berkembang di negeri China bahwa tangram merupakan teka-teki yang sering dimainkan oleh orang-orang Tanka di pelabuhan kapal dagang China sekitar 4000 tahun yang lalu sehingga nama tangram disebut juga dengan istilah tanka game.29

Kemampuan tertentu tidaklah dibutuhkan untuk bisa bermain tangram, cukup dengan kesabaran, waktu dan imajinasi tiap orang akan mampu memecahkan cara membentuk sesuatu atau menciptakan bentuk baru. Cara bermain tangram adalah untuk menyusun ketujuh potongan-potongan puzzles tanpa tumpang tindih menjadi suatu bentuk, baik bentuk yang hanya ada dalam imajinasi, bentuk binatang, orang atau barang tertentu.30 Tangram yang dulunya hanya permainan kini telah banyak digunakan di sekolah-sekolah sebagai media untuk membantu proses pembelajaran.

Dalam jurnal menyatakan bahwa mereka yang menggunakan otak kiri, cenderung berfokus pada pemikiran logis, analisa dan ketepatan, sedangkan otak kanan cenderung berfokus pada keindahan, perasaan dan kreativitas.31 Mereka yang berfikir secara visual-spasial atau otak kanan akan mendapati bahwa permainan tangram dapat melatih kemampuan berpikir mereka secara logis, sedangkan bagi mereka yang berpikir analitis atau otak kiri akan mendapati bahwa permainan tangram mengasah kemampuan mereka bekerja dengan bentuk, warna dan imajinasi.

Tangram memberikan kesempatan pada pemain untuk menggunakan permainan ini sebagai alat peraga guna membentuk pengertian akan ide-ide geometri, dan juga mengembangkan kemampuan spasial. Hal ini memberikan gambaran nyata bagi

28 Ferra Febriana. dkk. “Terapi Bermain Tangram Puzzles Pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) Di Ruang Kantin Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas”, Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Jenderal Sudirman Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan ,(2013), 32.

29

Kristina, Dewi. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Bangun Datar Melalui Media Tangram Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 25 Surabaya.( may, 2014),13.

30

Febriana, Ferra. dkk. “Terapi Bermain Tangram Puzzles Pada Anak Usia Sekolah (6-12 tahun) di ruang kanthil rumah sakit umum daerah Banyumas”. Kementerian pendidikan nasional universitas jenderal sudirman fakultas kedokteran dan ilmu-ilmu kesehatan,(2013), 20.

31


(34)

mereka yang orientasi belajarnya adalah melalui penglihatan atau gaya belajar visual sehingga dapat menciptakan berbagai bentuk yang sangat banyak.

Keunggulan dari media tangram adalah melatih kemampuan dan kecepatan berpikir serta melatih mengembangkan kretivitas anak dalam bidang geometri. Menurut penelitian sebelumnya, Purwanto menyatakan bahwa penggunaan media tangram pada materi, pokok unsur dan sifat bangun datar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.32 Tangram memiliki manfaat untuk mengembangkan rasa suka terhadap geometri, mampu membedakan bentuk, mengembangkan perasaan intuitif terhadap bentuk-bentuk dan relasi-relasi geometri, mengembangkan kemampuan rotasi spasial, mengembangkan kemampuan pemakaian kata-kata yang tepat untuk memanipulasi bentuk, mempelajari arti kongruen, mereka dapat menggerakkan kepingan-kepingan tangram untuk menyadari relasi bentuk tiap keping, dan juga mempelajari tentang pembalikan, pemindahan, dan perputaran refleksi, rotasi, dan pemindahan posisi, tangram juga dapat memacu pengalaman estetika dan mental sekaligus.33

Gambar 2.1 Tangram

Keistimewaan dari tangram ini adalah tujuh bangun tersebut dapat di bentuk menjadi bangun-bangun geometri lain yang sifatnya imajinatif. Beberapa diantaranya tampak dalam gambar berikut ini :

32 Purwanto, MeningkatkanHasil Belajar Materi Mengidentifikasi Sifat-Sifat

Bangun Datar Menggunakan Media Tangram DI Sekolah Dasar (JPGSD FIP UNESA.Volume 01.No.02.Hal-4.2003). 22.

33


(35)

Gambar 2.2

Macam-Macam Bangun Datar yang Terbentuk dari Tangram

Selain tangram yang berbentuk persegi, ada berbagai macam bentuk dan nama tangram, diantaranya sebagai berikut :

Pancagram T. Tujuh T. Inggris I T. Inggris II T. Jepang Keping

Ajaib

T. Telur T. Lingkaran T. Patah Hati T. Segilima

Gambar 2.3

Nama Macam-Macam Tangram F. Bangun Datar Tak Beraturan

Bangun datar adalah bangun geometri yang terdiri dari persegi, persegi panjang, belah ketupat, jajargenjang, layang-layang, trapesium dan segitiga. Bangun-bangun geometri seperti


(36)

bangun datar merupakan sebuah konsep abstrak yang artinya bangun-bangun tersebut bukan merupakan sebuah benda konkret yang dapat dilihat maupun dipegang, namun bangun datar memiliki sifat.34 Bangun datar dapat didefinisikan menurut sifatnya yaitu bangun dua dimensi yang hanya memiliki luas dan keliling.35 Bangun datar dalam geometri meliputi;

1. Persegipanjang, yaitu bidang datar yang mempunyai empat sisi dengan sifat-sifat, dua pasang sisi berhadapan sama panjang dan sejajar.36

2. Persegi, yaitu sebuah bidang datar yang mempunyai empat sisi sama panjang, masing-masing sudut besarnya 900.37 3. Segitiga, yaitu bidang datar yang mempunyai 3 sisi atau 3

sudut, jumlah sudutnya 1800.38

4. Jajargenjang, yaitu segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar.39

5. Trapesium, yaitu segiempat yang yang mempunyai tepat sepasang sisi yang sejajar.40

6. Layang-layang, yaitu segiempat yang salah satu diagonalnya memotong tegak lurus sumbu diagonal lainnya.41

7. Belah ketupat, yaitu jajargenjang dengan keempat sisinya sama panjang, kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus dan saling membagi dua sama panjang.42

Bangun datar tak beraturan adalah bangun-bangun yang terbentuk dari gabungan dua atau lebih bangun datar geometri.

34 Zetra.H Putra, Analisis Kemampuan Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau Dalam Pengukuran Keliling Dan Luas Bangun Datar, (Jurnal Primary Prodi PGSD FKIP Universitas Riau.Vol2No.2.ISSN:2303-1514. 2013), 10.

35 Ibid,halaman 13.

36 Luccius F Simambit, Kamus Pintar Matematika,.(Bandung: Widyatama.2012), 224.

37 Ibid, halaman 223 . 38 Ibid, halaman 260 . 39 Ibid, halaman 143. 40 Ibid, halaman 302. 41 Ibid, halaman 322. 42


(37)

Bangun datar tak beraturan juga memilki keliling dan luas seperti bangun datar geometri pada umumnya. Hanya saja bangun datar tak beraturan tidak memilki definisi yang pasti seperti bangun datar.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Secara umum penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu.1 Penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana analisis data bersifat induktif atau kualitatif, hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.2

Pada penelitian ini peneliti akan meneliti mengenai profil proses pemecahan masalah kreatif siswa SMP Negeri 3 Kertosono materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram. Data yang diperoleh berupa deskripsi mendalam mengenai bagaimana proses pemecahan masalah kreatif siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kertosono dalam menyelesaikan masalah mengenai bangun datar tak beraturan menggunakan tangram dan juga hasil wawancara. Tahapan yang dipakai dalam proses pemecahan masalah kreatif adalah tahapan milik Osborn-Parners yang terdiri dari menemukan tujuan, menemukan fakta, menemukan masalah, menemukan gagasan, menemukan solusi, dan penerimaan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 27 juni – 28 juni 2016. 2. Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil lokasi di SMP Negeri 3 Kertosono Kabupaten Nganjuk.

1 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), 59.

2 Sugiyono .Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta. 2008), 36.


(39)

C. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian kualitatif kali ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kertosono. Pengambilan subjek pada penelitian ini menggunakan tes kemampuan geometri. Tes ini berupa soal essay tipe analisis. Berdasarkan nilai tes kemampuan geometri, diperoleh kelompok siswa dengan kemampuan geometri tinggi, kemampuan geometri sedang, dan kemampuan geometri rendah, dari masing-masing kelompok dipilih dua siswa agar dapat memperkuat hasil analisis sehingga terdapat enam siswa sebagai subjek penelitian. Keenam siswa tersebut harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik sehingga dapat memperlancar proses analisis, hal tersebut sesuai dengan saran dari guru yang bersesuaian, dikarenakan guru tersebut telah mengenal setiap siswa dengan baik dan dirasa lebih efektif demi kelancaran penelitian.

Adapun alur pemilihan subjek penelitian adalah sebagai berikut :


(40)

Gambar 3.1

Alur Pemilihan Subjek Penelitian Keterangan:

: Kegiatan : Hasil Kegiatan

: Urutan Kegiatan

Meminta pertimbangan guru tentang kemampuan komunikasi calon subjek penelitian

Pengambilan 2 subjek berkemampuan geometri tinggi, 2 subjek berkemampuan geometri sedang, dan 2 subjek berkemampuan rendah untuk diberikan tugas pemecahan

masalah dan diwawancarai Subjek Penelitian : Pertanyaan

: Siklus jika diperlukan

Ya Memeriksa hasil tes kemampuan geometri

Skor hasil tes kemampuan geometri

rendah<sedang<tinggi Pemilihan kelas secara random untuk diberikan tes

kemampuan geometri

Pemberian tes kemampuan geometri

Apakah ada siswa yang memiliki kemampuan geometri

rendah, sedang, dan tinggi?


(41)

Cara menentukan tingkat kemampuan geometri siswa, peneliti menggunakan rumus standar deviasi. Adapun langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut :

1. Menjumlah nilai tes kemampuan geometri seluruh siswa. 2. Mencari rata-rata dan standar deviasi.

Rata-rata nilai siswa dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Mean : Keterangan:

= nilai rata-rata siswa = skor siswa

= jumlah skor siswa = banyaknya siswa

Sedangkan, untuk mencari standar deviasi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Standar Deviasi: √ Keterangan:

SD = standar deviasi = skor siswa

= kuadrat setiap skor

= jumlah skor siswa

= jumlah kuadrat setiap skor

= kuadrat jumlah semua skor = banyaknya siswa

Menurut Arikunto siswa dikatakan memiliki kemampuan geometri tinggi, kemampuan geometri sedang, kemampuan geometri rendah jika termasuk kedalam kriteria batas kelompok subjek penelitian sebagai berikut :3

Tabel 3.1

Kriteria Batas Kelompok Subjek Penelitian

Kelompok Batas

3Suharsimi, Arikunto. Dasar-DasarEvaluasiPendidikan, (Yogyakarta:BumiAksara, 2003), 263.


(42)

Tinggi ̅ Sedang ̅ ̅

Rendah ̅

Keterangan:

= nilai tes kemampuan geometri siswa

̅ = nilai rata-rata tes kemampuan geometri siswa SD = standar deviasi

Dari tabel tersebut akan terlihat tingkat kemampuan geometri masing-masing siswa. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Subjek dikatakan berkemampuan geometri tinggi jika skor yang diperoleh siswa lebih banyak atau sama dengan skor rata-rata ditambah hasil perhitungan standar deviasi.

2. Subjek dikatakan berkemampuan geometri sedang jika skor yang diperoleh siswa kurang dari skor rata-rata ditambah hasil perhitungan standar deviasi dan lebih dari skor rata-rata dikurangi hasil perhitungan standart deviasi.

3. Subjek dikatakan berkemampuan geometri rendah jika skor yang diperoleh siswa kurang dari skor rata-rata dikurangi hasil perhitungan standar deviasi.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes Kemampuan Geometri

Tes kemampuan geometri merupakan bentuk teknik pengumpulan data berupa tes tulis. Bentuk umum dari tes kemampuan geometri ini adalah petunjuk pengerjaan, identitas siswa seperti nama, kelas, dan sekolah, serta isi atau soal geometri. Data dari tes tulis geometri berupa skor hasil pekerjaan seluruh siswa satu kelas IX SMP Negeri 3 Kertosono. Dari data tersebut serta saran dari guru yang bersesuaian diambil 6 siswa, yang terdiri dari 2 siswa berkemampuan geometri


(43)

rendah, 2 siswa berkemampuan geometri sedang, dan 2 siswa berkemampuan geometri rendah.

b. Tes Pemecahan Masalah Kreatif

Tes pemecahan masalah diberikan kepada ke enam subjek secara individu. Hasil pekerjaan mereka akan dianalisis untuk mengetahui profil proses pemecahan masalah kreatif siswa SMP Negeri 3 Kertosono menggunakan tangram. Data yang diperoleh berupa data kualitatif.

c. Wawancara Berbasis Tugas

Wawancara dilakukan untuk menggali data mengenai profil proses pemecahan masalah kreatif siswa SMP Negeri 3 Kertosono materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram. Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara berbasis tugas, yaitu wawancara yang diberikan kepada siswa setelah memainkan permainan tangram dan mengerjakan tes pemecahan masalah kreatif yang diberikan. Berikut adalah jadwal pelaksanaan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 3 Kertosono:

Tabel 3.2

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Hari/Tanggal Waktu Kegiatan

1. Senin, 27 Juni 2016

08.00 WIB – selesai

Tes Kemampuan Geometri dan

Permainan Tangram

2. Selasa, 28 Juni 2016

07.30 WIB

– Selesai

Tes Pemecahan Masalah Bangun Datar Tak Beraturan Menggunakan Tangram


(44)

2. Instrumen Penelitian

a. Lembar Tes Kemampuan Geometri

Lembar tes kemampuan geometri ini adalah lembar soal yang berisi enam soal uraian materi geometri yang telah dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan peneliti sebelumnya. Alokasi waktu yang diberikan adalah 60 menit. Lembar tes kemampuan geometri ini dapat dilihat di lampiran 2. Adapun kriteria pedoman pemberian skornya diadaptasi dari Quasar General Rubric pada lampiran 3 dan rubrik penskoran terdapat pada lampiran 4. Lembar tes kemampuan geometri ini telah divalidasi sebelumnya oleh dua validator yang ahli dibidangnya yaitu Imam Rofiki, M.Pd (Dosen Pendidikan Matematika UINSA Surabaya) dan Febriana Kristanti, M.Pd (Dosen Pendidikan Matematika UINSA Surabaya). Lembar tes kemampuan geometri ini telah melewati proses perbaikan dengan beberapa revisi dan masukan dari dua validator di atas, sehingga lembar kemampuan geometri ini telah dapat dinyatakan layak untuk digunakan. Lembar validasi untuk tes kemampuan geometri terdapat pada lampiran 5 dan 6.

b. Lembar Tes Pemecahan Masalah Kreatif

Lembar tes pemecahan masalah kreatif berupa soal pemecahan masalah kreatif yang berisi mengenai materi bangun datar tak beraturan. Siswa ditugaskan untuk mencari keliling dan luas bangun datar tak beraturan. Namun dalam mencari luas dan keliling bangun datar siswa diharapkan menggunakan tangram yang telah disediakan dan telah diindentifikasi ukurannya oleh siswa sendiri sebelumnya. Tugas ini hanya terdiri dari satu soal dan alokasi waktu pengerjaannya adalah 100 menit. Dalam tugas ini diharapkan siswa dapat menggunakan ide dan kreativitasnya dalam menyelesaiakan masalah dan juga dalam menggunakan tangram sebagai alat pembantu mencari luas dan keliling bangun datar tak beraturan. Siswa mengerjakan soal ini secara individu. Lembar tes pemecahan masalah dapat dilihat di lampiran 8.


(45)

Lembar tes pemecahan masalah kreatif ini telah divalidasi sebelumnya oleh dua validator yang ahli dibidangnya yaitu Imam Rofiki, M.Pd (Dosen Pendidikan Matematika UINSA Surabaya) dan Febriana Kristanti, M.Pd (Dosen Pendidikan Matematika UINSA Surabaya). Lembar tes pemecahan masalah ini telah melewati proses perbaikan dengan beberapa revisi dan saran dari dua validator di atas. Sehingga lembar tes pemecahan masalah ini telah dapat dinyatakan layak untuk digunakan. Lembar validasi untuk tes pemecahan masalah terdapat pada lampiran 9 dan 10.

c. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berupa pertanyaan-pertanyan yang berfungsi untuk menggali informasi tentang profil proses pemecahan masalah kreatif siswa berdasarkan tahapan pemecahan masalah Osborn-Parners, yang terdiri dari menemukan tujuan, menemukan fakta, menemukan masalah, menemukan gagasan, menemukan solusi, dan penerimaan. Lembar pedoman wawancara terdapat pada lampiran 11.

Pedoman wawancara tersebut telah divalidasi sebelumnya oleh dua validator yang ahli dibidangnya yaitu Imam Rofiki, M.Pd (Dosen Pendidikan Matematika UINSA Surabaya) dan Febriana Kristanti, M.Pd (Dosen Pendidikan Matematika UINSA Surabaya). Pedoman waancara tersebut telah melewati proses perbaikan dengan beberapa revisi dan masukan dari dua validator di atas. Sehingga Pedoman wawancara tersebut telah dapat dinyatakan layak untuk digunakan. Lembar validasi untuk pedoman wawancara terdapat pada lampiran 12 dan 13.

Validasi untuk semua instrumen tersebut mencakup beberapa hal berikut:

1)

Segi materi

a) Butir-butir pernyataan atau pertanyaan sudah sesuai dengan kriteria profil proses pemecaham masalah kreatif siswa materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram.


(46)

b) Butir-butir pernyataan atau pertanyaan sudah menggambarkan arah tujuan yang ingin dicapai.

2)

Segi kontruksi

a) Butir-butir pernyataan atau pertanyaan dirumuskan dengan singkat dan jelas.

b) Butir-butir pernyataan atau pertanyaan tidak menimbulkan penafsiran ganda.

c) Butir-butir pernyataan atau pertanyaan pada tiap bagian jelas dan terurut secara sistematis.

3)

Segi bahasa

a) Butir-butir pernyataan atau pertanyaan dirumuskan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

b) Butir-butir pernyataan atau pertanyaan menggunakan bahasa yang komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan subjek.

c) Butir-butir pernyataan atau pertanyaan pada tiap bagian jelas dan terurut secara sistematis.

E. Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (realibilitas), dan confirmability (objektivitas).4

1. Untuk menguji validitas internal data dalam penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan triangulasi sumber, yaitu menganalisis hasil pekerjaan minimal dua subjek yang memiliki kemampuan yang sama. Oleh karena itu peneliti mengambil enam subjek yang pengambilan subjeknya menggunakan tes kemampuan geometri, sehingga menghasilkan dua subjek berkemampuan geometri tinggi, dua subjek berkemampuan geometri sedang, dan dua subjek berkemampuan geometri rendah.

2. Untuk menguji validitas eksternal adalah apabila profil proses pemecahan masalah kreatif materi bangun datar tak beraturan dapat digunakan sebagai acuan membuat rencana

4 Sugiyono .Metode Penelitian Kuantitati fKualitatif dan


(47)

pembelajaran matematika atau bermanfaat bagi orang lain selain peneliti sendiri.

3. Untuk menguji realibilitas adalah dengan melakukan audit terhadap seluruh aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Realibilitas bisa berupa dokumentasi atau surat keterangan telah melakukan penelitian.

4. Menguji objektivitas berarti menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses penelitian yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar objektivitas.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Geometri

Analisis data hasil tes kemampuan geometri dilakukan dengan memperhatikan jumlah skor yang diperoleh setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus standart deviasi. Berdasarkan hasil perhitungan skor ini, maka dapat ditentukan tingkat kemampuan geometri siswa sesuai dengan batasan skor yang telah dijelaskan di awal.

2. Analisis Data Tugas Pemecahan Masalah

Analisis data tugas pemecahan masalah dalam penelitian ini bukan berupa hasil skor yang diperoleh dari pengerjaan siswa karena data yang dianalisis adalah data kualitatif. Akan tetapi, hasil analisisnya berupa gambaran atau deskripsi hasil tes pemecahan masalah berdasarkan proses pemecahan masalah kreatif oleh Osborn-Parners. Analisis tugas ini akan diperkuat dengan hasil wawancara semi-terstruktur.

3. Analisis Data Hasil Wawancara

Analisis data hasil tugas pemecahan masalah dan wawancara ini menggunakan analisis data model Miles & Huberman. Miles & Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data , yaitu reduksi data, display data, dan conclusion drawing/verification.5

5


(48)

a. Reduksi data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.6 Reduksi data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang mengacu pada proses pemilihan, pemusatan perhatian, dan penyederhanaan data mentah di lapangan tentang proses pemecahan masalah kreatif siswa dalam memecahkan masalah bangun datar tak beraturan menggunakan tangram. Dengan kata lain, dalam tahap reduksi ini dilakukan pengurangan data yang tidak perlu. Reduksi data dilakukan setelah membaca, mempelajari dan menelaah hasil wawancara. Hasil wawancara dituangkan secara tertulis dengan cara sebagai berikut: 1) Memutar hasil rekaman beberapa kali agar dapat

menuliskan dengan tepat jawaban yang diucapkan subjek.

2) Mentranskip hasil wawancara dengan subjek penelitian yang diberi kode yang berbeda tiap subjeknya. Adapun pengkodean dalam tes hasil wawancara penelitian ini adalah sebagai berikut: Pabc dan Sabc

P : Pewawancara S : Subjek Penelitian

abc : Kode digit setelah P dan S. Digit pertama menyatakan subjek a.b.c ke-a, a 1,2,3, ... digit kedua menyatakan wawancara ke-b, b = 1,2,3 ... dan digit ketiga menyatakan pertanyaan atau jawaban ke-c, c = 1,2 ,3 ...

3) Memeriksa kembali hasil transkip tersebut dengan cara mendengarkan kembali ucapan-ucapan subjek dan peneliti saat wawancara berlangsung, untuk mengurangi kesalahan penulis pada transkip.

b. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun secara naratif sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi data berdasarkan subjek, sehingga dapat

6


(49)

memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan. Informasi yang dimaksud adalah proses pemecahan masalah siswa selama memecahkan masalah bangun datar tak beraturan menggunakan tangram dan data hasil wawancara. Penyajian data dari penelitian ini adalah profil proses pemecahan masalah kreatif siswa materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram untuk masing-masing tingkat kemampuan geometri.

c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Penarikan kesimpulan adalah memberikan makna dan penjelasan terhadap hasil penyajian data. Penarikan kesimpulan pada penelitian ini ditujukan untuk mengungkap profil pemecahan masalah kreatif siswa materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram. Adapun cara penarikan kesimpulan dilakukan dengan melihat persamaan yang terjadi saat subjek sejenis melakukan proses pemecahan masalah kreatif sesuai dengan tahapan Osborn-Parners.

G. Prosedur Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, dari awal hingga akhir adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan seperti mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, dan melakukan studi literatur.

b. Membuat proposal penelitian.

c. Membuat instrumen penelitian, yang terdiri lembar tes kemampuan geometri, skenario permainan tangram, tes pemecahan masalah kreatif, dan pedoman wawancara. 2. Tahap kegiatan inti

a. Pemberian tes kemampuan geometri kepada siswa calon subjek penelitian.

b. Pengelompokan siswa berdasarkan hasil tes kemampuan geometri.


(50)

c. Mengambil 2 siswa dari masing-masing tingkat kemampuan geometri untuk memainkan pernainan tangram dan menyelesaikan tugas pemecahan masalah bangun datar tak beraturan.

d. Pemberian pengantar berupa permainan tangram. e. Pemberian tes pemecahan masalah kreatifbangun datar

tak beraturan.

f. Wawancara kepada subjek setelah mengerjakan tes pemecahan masalah kreatif bangun datar tak beraturan menggunakan tangram.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang hasil tes kemampuan geometri, analisis tugas pemecahan masalah kreatif bangun datar tak beraturan menggunakan tangram, mentranskrip dan menganalisis hasil wawancara. Dengan cara mengelompokkan tiap-tiap data berdasarkan tahapan proses pemecahan masalah kreatif Osborn-Parners.

4. Tahap Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan akan dilakukan berdasarkan pada hasil analisis data yang telah didapat.


(51)

BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Data

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai deskripsi data profil proses pemecahan masalah kreatif materi bangun datar tak beraturan menggunakan tangram. Sebelum dideskripsikan mengenai profil pemecahaan masalah kreatif materi bangun datar tak beraturan, akan dijelaskan mengenai teknik dan instrumen pengambilan data. Data pada penelitian ini diambil menggunakan tes kemampan geometri, tes pemecahan masalah kreatif dan wawancara. Sedangkan untuk instrumennya berupa lembar tes kemampan geometri, lembar tes pemecahan masalah bangun datar tak beraturan, dan lembar pedoman wawancara yang telah divalidasi sebelumnya oleh dua validator.

Adapun nama untuk kedua validator tersebut adalah : Tabel 4.1

Daftar Nama Validator

No Nama Validator Jabatan

1. Febriana Kristanti, M.Pd Dosen Pendidikan Matematika UIN

Sunan Ampel Surabaya 2. Imam Rofiki, M.Pd Dosen Pendidikan

Matematika UIN Sunan Ampel

Surabaya

Perlu diketahui pula sebelum tes pemecahan masalah ini diberikan, siswa telah diberikan permainan tangram. Permainan tangram ini diberikan sebagai pengantar karena siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kertosono karena belum pernah mengenal apa itu tangram. Sehingga pada saat validasi ada beberapa hal yang akan dikoreksi oleh kedua validator yaitu lembar tes kemampuan


(52)

geometri, panduan permainan tangram, lembar tes pemecahan masalah kreatif, dan lembar panduan wawancara.

Berdasarkan hasil validasi pada validator pertama banyak hal yang harus direvisi, dari tangram yang digunakan pada permainan, panduan permainan, dan isi dari tes pemecahan masalah kreatif termasuk dalam hal tata bahasanya. Sedangkan dari validator kedua mendapat lebih sedikit revisi, namun lebih banyak pada lembar tes kemampuan geometri, dan lembar wawancara. Dari beberapa kali revisi dan mendapatkan saran serta masukan dari kedua validator maka instrumen pada penelitian kali ini layak untuk digunakan.

Subjek pada penelitian kali ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kertosono yang memiliki kemampuan geometri tinggi, sedang, dan rendah. Oleh karena itu diperlukan tes kemampuan geometri, tes ini diberikan kepada 36 siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kertosono. Berdasarkan tes tersebut terdapat 9 siswa berkemampuan geometri tinggi, 16 siswa berkemampuan geometri sedang, dan 11 siswa berkemampuan geometri rendah, dari masing-masing kategori diambil dua subjek berkemampuan geometri tinggi, dua subjek berkemampuan geometri sedang, dan dua subjek berkemampuan geometri rendah.

Adapun daftar nama subjek pada penelitian profil proses pemecahan masalah kreatif bangun datar tak beraturan menggunakan tangram, sebagai berikut :

Tabel 4.2 Daftar Subjek Penelitian

No Inisial

Subjek

Kode Subjek

Skor TKG

1. GEH T1 41

2. YRW T2 31

3. RNA S1 21

4. ACK S2 20

5. TLM R1 14


(53)

Keterangan :

TKG : Tes Kemampuan Geometri.

T1 : Siswa berkemampuan geometri tinggi pertama. T2 : Siswa berkemampuan geometri tinggi kedua. S1 : Siswa berkemampuan geometri sedang pertama. S2 : Siswa berkemampuan geometri sedang kedua. R1 : Siswa berkemampuan geometri tinggi pertama. R2 : Siswa berkemampuan geometri sedang kedua.

Setelah keenam subjek dipilih, selanjutnya akan diberikan permainan tangram, keenam subjek ini dibagi menjadi dua kelompok, dimana masing-masing kelompok beranggotakan satu subjek berkemampuan geometri tinggi, satu subjek berkemampuan geometri sedang, dan satu subjek berkemampuan geometri rendah. Setelah diberikan permainan yang berfungsi sebagai pengantar dan pengenalan mengenai tangram, subjek diberikan soal tes pemecahan masalah kreatif kemudian diwawancarai untuk menggali data.

B. Analisis Data

1. Analisis data tes kemampuan geometri

Berikut ini adalah daftar skor kemampuan geometri siswa kelas IX SMP Negeri 3 Kertosono:

Tabel 4.3

Daftar Skor Kemampuan Geometri Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Kertosono

No Nama 1 2 3 4 5 6 Skor Kategori

1. Garil Edo F. H 5 10 2 9 10 5 41 Tinggi 2. Henny. R 7 10 3 9 4 5 38 Tinggi 3. Candika A . D 4 7 0 10 9 3 33 Tinggi 4. Fisah I.K 6 8 4 5 6 2 31 Tinggi 5 Hesty K. I 4 8 5 6 2 6 31 Tinggi 6 Depsi Ulviyah 5 10 0 8 4 4 31 Tinggi 7 Yulia R.W 8 8 2 7 2 4 31 Tinggi 8 Mita Destiana 6 6 5 7 4 2 30 Tinggi 9 Khoirul Anam 5 7 6 2 6 4 30 Tinggi


(1)

kepingan tangram pada saat mengerjakan soal bangun datar tak beraturan. Sesuai dengan teori pemecahan masalah Osborn-Parners tahap menemukan masalah ialah ketika pemikir dapat mengembangkan masalahnya dengan menemukan sub masalah, masalah dapat dirumuskan kembali atau disempitkan.

Subjek berkemampuan geometri rendah R1 dan R2 melaksanakan proses menemukan gagasan yakni menyatakan beberapa gagasan atau cara yang pernah dicoba dan diterapkan saat menyelesaikan tes pemecahan masalah. Gagasan tersebut seperti mengingat kembali rumus luas dan keliling bangun datar, dan membolak-balik kepingan tangram saat akan menempelkannya pada gambar bangun datar tak beraturan. Sesuai dengan teori pemecahan masalah Osborn-Parners tahap menemukan gagasan adalah tahapan untuk mengembangkan gagasan sebanyak mungkin.

Subjek berkemampuan geometri rendah R1 dan R2 melaksanakan proses menemukan solusi yakni menerapkan setiap gagasan untuk menyelesaikan masalah. Sesuai dengan teori pemecahan masalah Osborn-Parners tahap menemukan solusi merupakan tahap menyeleksi gagasan berdasarkan kriteria evaluasi yang bersangkutan dengan masalahnya. Gagasan yang dianggap penting adalah gagasan yang paling dekat kemungkinannya dengan kriteria pemecah masalahnya.

Subjek berkemampuan geometri rendah R1 dan R2 melaksanakan proses penerimaan atau pelaksanaan rencana penyelesaian, subjek R1 dan R2 telah dapat melaksanakan semua rencananya, dan mengoptimalkan kemampuannya namun membiarkan apabila jawaban tersebut salah tanpa mengevaluasinya. Sesuai dengan teori pemecahan masalah Osborn-Parners pada tahap terakhir menemukan penerimaan atau tahap pelaksanaan, disusun rencana tindakan supaya orang lain dapat menerima gagasan tersebut dan melaksanakannya.

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa SMP Negeri 3 Kertosono yang memiliki kemampuan geometri rendah telah mampu melakukan semua proses pemecahan masalah kreatif dalam memecahkan masalah bangun datar tak beraturan menggunakan tangram


(2)

165

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pada semua tahapan Osborn-Parners namun memperoleh

jawaban yang kurang tepat dikarenakan adanya kekurangan pada tahap menemukan fakta, menemukan gagasan dan penerimaan.

B. Diskusi Penelitian

Dari hasil penelitian, maka diperoleh diskusi penelitian sebagai berikut:

1. Setiap siswa berkemampuan geometri tinggi, sedang, dan rendah mampu melalui setiap tahapan pemecahan masalah kreatif Osborn-Parners namun memiliki hasil penyelesaian yang berbeda-beda sesuai dengan jenis kemampuannya, hal ini sesuai dengan teori bahwa latar belakang matematika atau kemampuan awal dalam bidang matematika dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. 2. Setiap subjek mengalami kendala dalam memahami soal dan

perlu membaca berulang kali untuk mulai menemukan tujuan, hal tersebut sesuai dengan teori bahwa pengalaman awal menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah siswa.

3. Setiap siswa menghasilkan gambar atau susunan tangram yang berbeda-beda pada bangun datar tak beraturan, hal tersebut sesuai dengan teori bahwa tangram dapat mengasah kreativitas siswa.

4. Siswa yang memilki kemampuan geometri sedang malah memiliki cara atau gagasan yang tidak terduga dibanding dengan siswa yang memilki kemampuan geometri tinggi, namun memiliki motivasi yang rendah dalam menyelesaian masalah. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa motivasi dan keinginan juga menjadi faktor seseorang lebih mudah atau sulit dalam menyelesaikan masalah.

5. Siswa berkemampuan geometri tinggi memilki tingkat ketelitian dan perhitungan yang lebih matang dari pada siswa berkemampuan geometri sedang dan rendah. Hal tersebut sesuai dengan teoi bahwa latar belakang matematika merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah


(3)

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Profil proses pemecahan masaah kreatif bangun datar tak beraturan siswa SMP Negeri 3 Kertosono yang memiliki kemampuan geometri tinggi. Siswa telah mampu melakukan semua proses pemecahan masalah kreatif dalam memecahkan masalah bangun datar tak beraturan menggunakan tangram pada semua tahapan pemecahan masalah kreatif Osborn-Parners secara jelas dan memperoleh jawaban yang tepat. 2. Profil proses pemecahan masalah kreatif bangun datar tak

beraturan siswa SMP Negeri 3 Kertosono yang memiliki kemampuan geometri sedang. Siswa telah mampu melakukan semua proses pemecahan masalah kreatif dalam memecahkan masalah bangun datar tak beraturan menggunakan tangram pada semua tahapan pemecahan masalah kreatif Osborn-Parners namun memperoleh jawaban yang kurang tepat dikarenakan adanya kekurangan pada tahap menemukan gagasan dan penerimaan.

3. Profil proses pemecahan masalah kreatif bangun datar tak beraturan siswa SMP Negeri 3 Kertosono yang memiliki kemampuan geometri rendah. Siswa telah mampu melakukan semua proses pemecahan masalah kreatif dalam memecahkan masalah bangun datar tak beraturan menggunakan tangram pada semua tahapan pemecahan masalah kreatif Osborn-Parners namun memperoleh jawaban yang kurang tepat dikarenakan adanya kekurangan pada tahap menemukan fakta, menemukan gagasan dan penerimaan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :


(4)

168

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Kajian penelitian ini masih terbatas pada pemecahan masalah kreatif oleh Osborn-Parners. Bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian yang serupa, hendaknya mengkaji lebih dalam mengenai pemecahan masalah kreatif dari sudut pandang teori lain selain Osborn-Parners.

2. Penelitian ini hanya membahas mengenai tangram sebagai permainan untuk melihat profil siswa. Untuk peneliti lain yang berminat melakukan penelitian yang serupa, bisa membahas mengenai tangram namun dari sudut pandang yang berbeda.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Diana, Nanang. “Kreativitas Siswa Smp Dalam Pemecahan

Masalah Matematika Terbuka Ditinjau Dari Gaya Belajar”.

Surabaya : Pasca UNESA, 2013.

Febriana, Ferra. dkk. “Terapi Bermain Tangram Puzzles Pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) Di Ruang Kanthil Rumah

Sakit Umum Daerah Banyumas”. Kementerian Pendidikan

Nasional Universitas Jenderal Sudirman Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, 2013.

Gifted Child Quaeterly, Creative Problem Solving: The Hystory,

Development, and Implicatoins for Gifted Education and

Talent Development”. Evolution of CPS in Gifted Education.vol 49 no 4, Fall, 2005.

Handayaningrat, Soewarno. Pengantar Studi Ilmu Administrasi

dan Manajeman”.Jakarta: gramedia pustaka. 1981.

Haylock, Derek. Recognising Mathematical Creativity in Schoolchildern.1997.

http://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973.pdf

Kristina, Dewi. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika

Bangun Datar Melalui Media Tangram Pada Siswa Kelas

VII SMP Negeri 25 Surabaya.E-Jurnal Dinas Kota Surabaya.

Vol.4.ISSN:2337-3253.2014.

Krulik, Stephen & Rudnik, Jesse A.,The New Sourcebook for

Teaching Reasoning and Problem Solving in Elementary School. Needhem Heigths: Allyn & Bacon, 1995.

Lumsdaine, Edward.2007. Creative Problem Solving in Capstone

Design.

http://www.innovationtoday.biz/pubs/2007_ASEE_CPS_Des ign.pdf. diakses tanggal 25 April 2016.

Lumsdaine,Edward.2007. Entrepreneur, Creativity And

Innovation. Universita of Pretoria.

http://www.ee.up.ac.za/main/_media/en/undergrad/subjects/s nv111/lecture_2_and_3_part1.pdf. diakses tanggal 25 April 2016

Mulyanah, Yuli, Tesis Pasca Sarjana : “Profil Berfikir Pemecahan Masalah Kreatif Ditinjau Dari Kemampuan Matematika. Surabaya: Pasca UNESA, 2013.


(6)

170

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Mulyasa,E.. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:

Rosda.2006.

Muniarti, Endyah. Pendidikan dan Bimbingan Anak Kreatif.

Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.2012.

Purwanto, .Meningkatkan Hasil Belajar Materi Mengidentifikasi

Sifat-Sifat Bangun Datar Menggunakan Media Tangram DI

Sekolah Dasar .JPGSD FIP UNESA

.Volume01.No.02.Hal-4.2003 di akses tanggal 27 April 2016.

Putra,Zetra.H..Analisis Kemampuan Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau Dalam Pengukuran

Keliling Dan Luas Bangun Datar.Jurnal Primary Prodi

PGSD FKIP Universitas Riau.Vol2No.2.ISSN:2303-1514.

2013.

Semiawan, Conny. Kreativitas Keberbakatan.Mengapa,Apa Dan

Bagaimana. Jakarta: PT.Indeks. 2010.

Simambait, Luccius.F, Kamus Pintar Matematika, Bandung:

Wacana Aditya. 2012.

Siswono, Tatag Yuli E, Model Pembelajaran Matematika Berbasis

Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif, Surabaya:Unesa University

Press. 2008.

Sofyana, Aisia. U. & Budiarto. Mega T, Profil Keterampilan Geometri Siswa SMP Dalam Memecahkan Masalah

Geometri Berdasarkan Level Perkembangan Berfikir Van

Hiele. Jurnal Jurusan Matematika.Fakultas MIPA Unesa.

Surabaya.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan

R&D.Bandung:Alfabeta.2008.

Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan .

Yogyakarta: Bumi Aksara, 2003.

Wilis. Sofyan, Berbagai Masalah Yang Dihadapi Siswa dan

Solusinya,Bandung: Alfabeta,2015.

Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada