BOOK Umbu Tagela Manajemen dan perencanaan pendidikan Bab V
BAB V
RENCANAN ANGGARAN
PENERIMAAN DAN BELANJA SEKOLAH (RAPBS)
Manajemen Keuangan.
Dalam arti luas manajemen keuangan mencakup tiga
kegiatan pokok yaitu: (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan
(3) mengawasi/ mengendalikan keuangan. Setiap organisasi ynag
modern, termasuk sekolah, dapat dipandang
sistem
sebagai sebuah
pergerakan sumber daya keuangan yang saling
berhubungan yang diaktifkan oleh keputusan manajemen, baik
keputusan besar maupun yang kecil (Helfert, 1993). Keuangan
sekolah yang memadai dan sehat akan memperlancar pencapaian
tujuan institusional sekolah itu. Oleh sebab itu semua keputusan
keuangan haruslah didasarkan pertimbangan yang rasional dan
bijaksana.
Pengambilan keputusan di bidang keuangan pada
hakekatnya melakukan serangkaian pilihan ekonomi. Sekali
keputusan finansial diambil dan direalisasikan maka ia tidak
dapat ditarik kembali tanpa resiko/ kerugian. Lain daripada itu,
sebuah keputusan akan mengakibatkan konsekuensi finansial
tidak hanya pada saat itu tetapi jugasampai beberapa waktu yang
akan datang. Kalau diputuskan untuk mengangkat seorang guru
tetap misalnya, maka hal ini akan mengakibatkan pembayaran di
masa datang kurang lebih selama 30 tahun. Atau kalau
diputuskan untuk membeli sebuah over head project or (OHP)
maka konsumsi listrik akan meningkat dan pengeluaran bulanan
akan meningkatkan pula.
41
Perencanaan keuangan menyangkut sisi penerimaan
dan sisi pengeluaran, Dari sisi penerimaan, perencanaan
penerimaan berkaitan dengan keputusan tentang (1) berapa
jumlahnya; (2) darimana sumbernya; (3) berapa alokasiagihan
tiap sumber; (4) kapan diperkirakandiharapkan masuk; dan (5)
bagaimana pedoman pemungutannya. Sedangkan dari sisi
pengeluaran,
perencanaan
pengeluaran
berkaitan
dengan
keputusan tentang (1) berapa jumlah dan alokasi/ agihan per pos
pengeluaran; (2) kapan dicairkan; (3) bagaimana prosedur
pencairannya serta siapa yang bertanggung jawab/ berwenang
mencairkan; dan (4) pos mana yang tidak bisa dihindari dan
harus didahulukan.
Dari
segi
pelaksanaannya
pada
dasarnya
hanya
melakukan penarikan dan mengalokasikannya sesuai dengan
mekanisme, prosedur, dan target waktu yang telah ditetapkan.
Biasanya telah disediakan formulir-formulir yang
sesuai
dengan
pengendalian
fungsinya.
berkaitan
Sedangkan
dengan
harus diisi
pengawasan
pembukuan
dan
dan
pengadministrasian, pengarsipan bukti pendukung, penyusunan
laporan dan pertanggungjawaban baik secara periodik maupun
insidental.
Penyusunan Anggaran.
Anggaran itu berfungsi sebagi alat perencanan dan alat
pengawasan atau pengendalian. Agar anggaran itu fungsional
maka penyusunannya harus rasional dan realistik. Dengan
melihat anggaran seperti itu orang sudah bisa membayangkan
seberapa luas dan berapa jauh kegiatan suatu organisasi selama
periode anggaran.
42
Adapun penyusunan anggaran itu pada dasarnya
mengikuti prosedur yang mencakup tiga tahap (Djamaluddin,
1999), yaitu: (1) persiapan; (2) penentuan; dan (3) pelaksanaan.
Pelaksanaan persiapan dapat dilakukan oleh tim khusus atau oleh
penyelenggara (misalnya Yayasan) yang cakupan kegiatan
meliputi:
a.
b.
Penilaian dari pembahasan ralisasi dan penggunaan
anggaran tahun yang lalu;
Penilaian dan pembahasan permintaan/ usul-usul anggaran
yang baru;
c.
Penilaian dan kajian terhadap kebijakan dan strategi
d.
Penilaian dan perkiraan yang realistik tentang kemampuan
e.
pimpinan
yang
menyangkut
rencana
kerja
dipersiapkan pada tahun anggaran yang akan disusun;
yang
menarik penerimaan; dan
Perkiraan kecenderungan yang aras makro seperti inflasi,
kebijakanpemerintah, situasi ekonomi pada umumnya, dan
sebagainya.
Pada tahap penentuan anggaran dilakukanlah analisis dan
evaluasi atas berbagai macam permintaan/ usul-usul anggaran
dengan mempertimbangkan faktor penunjang. Kekuatan, faktor
penghambat serta peluang yang bisa dimanfaatkan. Termasuk
pula dalam penentuan anggaran ini adalah target, baik target
secara total maupun target per mata anggaran. Apabila tim itu
bukan pihak yang akan mengesahkan rencana anggaran maka
perlu pula disiapkan rasional dari rencana anggaran yang
diajukan. Sedangkan pada tahap pelaksanaan anggaran tugas
pokoknya
adalah
menyiapkan
pengadministrasiannya.
mekanisme
realisasi
serta
43
Dalam sejarah penyusunan anggaran, dapat dibedakan
empat macam sistem penganggaran:
Pertama, sistem tradisional (traditional budget). Dalam sistem ini
yang ditentukan terlebih dahulu adalah ”kemana sumber-sumber
yang tersedia akan dibelanjakan”. Disini
tidak dipersoalkan
hubungan antara kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai. Yang
dipentingkan
adalah
pertanggung
jawaban
pelaksanaan
anggaran. Oleh sebab itu pusat perhatian adalah pada
pengawasan dan pelaksanaan anggaran sesuai dengan tertib
pembukuan.
Sistem penganggaran ini sering pula disebut ”line item
budgeting” (penganggaran butir-per butir).
Kedua, anggaran program (program budget). Pada sistem
ini tekanan bukan lagi pada butir anggaran atau apa yang akan
dibeli melainkan pada program yang akan dibeayai. Butir
anggaran masih diperlukan tetapi tekanannya pada untuk apa.
Dengan begitu butir-butir pengeluaran menampak menjadi suatu
rencana yang logis dan konkret.
Ketiga,
Sistem
Penganggaran
berdasarkan
hasil
(performance budget). Tekanan pada sistem ini bukan pada
rincian program dan alokasi anggaran melainkan pada hasil yang
diharapkan .Pekerjaan akhir dalam penampilan (performance
unit) yang dapat diukur. Hasil pengukuran ini dipergunakan
untuk menghitung masukan dana (dan tenaga) ynag diperlukan
untuk mencapai tujuan program. Kelemahan dari sistem ini ialah
diperlukannnya sistem akuntansi yang njlimet sehingga tidak
cocok dan terlalu mahal bagi suatu organisasi yang kecil.
Ke empat, Sistem Perencanaan, Penyusunan Program, dan
Penganggaran (SP4) atau Planning, Programming, and Budgeting
System (PPBS). Sistem ini diperkenalkan di Amerika Serikat pada
tahun 1960-an. Dengan sistem ini rencana, program dan
44
anggarannya dilihat dan diperlakukan sebagai satu sistem. Tiaptiap program dinilai berdasarkan sumbangannya terhadap tujuan
yang lebih besar. Tekanan pada sistem ini adalah sumbangan
terhadap pencapaian tujuan. Oleh sebab itu prosesnya dimulai
dari penetapan tujuan mulai dari yang umum dan filosofis sampai
kepada yang khusus dan operasional.
Menyusun Rencana Anggaran, Penerimaan dan Belanja
Sekolah (RAPBS)
Dalam akreditasi sekolah terdapat satu butir tentang
RAPBS. Oleh sebab itu yayasan penyelenggara atau Kepala
Sekolah “dipaksa” untuk membuat RAPBS itu. Karena ”terpaksa”
maka pembuatannya hanya asal ada saja dan tidak memenuhi
persyaratan
anggaran
sebagaimana mestinya.
sehingga
tidak
dapat
berfungsi
Ada pula sekolah yang sudah menyadari pentingnya
RAPBS itu sehingga penyusunan RAPBS sudah merupakan
kegiatan rutin Yayasan atau Kepala Sekolah atau Yayasan dan
Kepala Sekolah.Akan tetapi sistemnya masih menganut sistem
tradisional, atau paling banter dengan sistem anggaran program.
Hal ini dapat dipahami karena cakupan operasi sekolah sangat
terbatas dan kemampuan menyusun anggaran belum memadai.
Berikut ini disajikan contoh Rencana dan Realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah yang disusun dengan
sistem tradisonal atau line item budgeting.
Sekalipun sistem penganggaran dalam contoh tersebut
menganut sistem tradisional tetapi kalau dikaji secara seksama
akan ada menfaatnya sebagai alat perencanaan, dan alat
pengawasan. Untuk itu penyelenggara jangan hanya terpancang
pada jumlah akhir apakah surplus atau defisit atau berimbang.
Yang penting pula diperhatikan adalah jumlah satuan dan tarip
45
tiap satuan, komposisi, dam sebab-sebab perubahan serta
antisipasi ke depan dan konsekuensinya. Marilah kita kaji
rencana dan realisasi anggaran tahun “Y” sebagai dasar
penyusunan anggaran tahun “Y + 1”.
1. Penerimaan
Secara keseluruhan terlihat bahwa antara rencana dan
realisasi terdapat perbedaan lebih sebesar Rp. 2.105.000,- .
Tetapi bagaimana dan dari mana sumber surplus itu perlu
diwaspadai oleh perencana :
a.
b.
c.
Saldo Awal.
Saldo awal ini memang tidak dicantumkan pada rencana
karena pada waktu anggaran tahun `Y` disusun, tahun
anggaran “Y – 1 “ masih berjalan.
Bantuan Yayasan dianggarkan Rp. 2.000.000,- tetapi tidak
direalisasi.
Dana dari orang tua muris terdapat peningkatan. Akan
tetapi
sebetulnya
peningkatan
itu
disebabkan
oleh
peningkatan tarip. Pada pendaftaran (1.3.a) dianggarkan
160 x Rp. 3.000,- = Rp. 480.000,-. Tetapi pendaftar
berkurang
menjadi
150
orang
saja
dengan
uang
pendaftaran dinaikkan menjadi Rp. 3.500,-/ murid baru.
Begitu pula uang pangkal (1.3.a) dinaikkan dari Rp. 20.000,menjadi Rp. 25.000,- sehingga realisasinya naik. Uang
sumbangan naik dari Rp. 16.000,- menjadi Rp. 18.750,-
karena ada orang tua yang bersedia menyumbang lebih.
Penurunan terjadi poada uang sekolah dan uang OSIS.
d.
46
Sebabnya adalah karena berkurangnya jumlah siswa dari
perkiraan 480 orang menjadi 460 orang.
Subsidi gaji PNS naik karena adanya kenaikan pangakt/
golongan PNS yang bersangkutan. Sedangkan bantuan
beaya operasional dari Pemerintah sifatnya insidental dan
kebetulan pada tahun “Y” SMA ”X” menerima
Rp. 2.000.000,-.
Dari gambaran penerimaan di atas terdapat tiga hal yang
perlu diwaspadai. Pertama, menurunnya jumlah siswa. Hal ini
harus dikaji secara seksama apa penyebabnya dan bagaimana
prospeknya. Kedua, sumber penerimaan datang dari siswa yang
menurut realisasinya adalah sebesar Rp. 109.045.000,- atau ± 83
% dari seluruh realisasi penerimaan. Itu berarti pengurangan
jumlah siswa sedikit saja sudah terasa pengaruhnya terhadap
penerimaan. Ketiga, subsidi gaji PNS. Pos ini hanya transfer saja.
Tetapi masalahnya apakah ada jaminan bahwa PNS yang
dipekerjakan tetap atau bertambah atau berkurang pada waktu
yang akan datang. Kalau berkurang maka tidak hanya
penerimaan dari luar yang berkurang tetapi pengeluaran yang
berasal dari dana sendiri akan bertambah untuk membiayai guru
pengganti.
Pengeluaran
Seperti halnya penerimaan, realisasi pengeluaran lebih
besar Rp. 2.105.000,- dibandingkan dengan rencana. Tetapi yang
perlu kita perhatikan disini adalah pos cadangan/ pengembangan
yang dalam hal ini berfungsi pula untuk menampung selisih
antara penerimaan dan pengeluaran. Pada pos ini terlihat bahwa
realisasi lebih kecil Rp. 4.715.000,- dibandingkan dengan
rencana. Dalam hubungan ini ada beberapa hal yang perlu
diwaspadai:
a.
Adanya pos-pos yang berada di luar kemampuan kita untuk
mengendalikan taripnya, seperti pengobatan, pajak, dan
sebagainya.
47
b.
c.
Ada pos yang tidak dapat dikendalikan taripnya tetapi
dapat dikendalikan pemakainya, seperti air/ listrik/
telepon, alat tulis, porto, dan sebagainya. Oleh sebab itu
kalau pengeluarannya membengkak perlu dilacak apa
penyebabnya.
Ada pos yang dapat dikendalikan tetapi seharusnya tidak
boleh dikurangi, bahkan kalau perlu harus ditingkatkan,
seperti pengeluaran untuk alat pendidikan (II.2.2). Hanya
saja
masih
perlu
mengorbankan tujuan.
dicarikan
alternatif
lain
tanpa
Dari semua mata anggaran pengeluaran tersebut di atas,
porsi terbesar ada pada belanja pegawai (II.2.1). Sementara itu,
setiap pengangkatan pegawai tetap berarti sekolah akan
terbebani terus sampai yang bersangkutan pensiun. Bagi sekolah
swasta maka kemampuan pembeayaan hanya adri orang tua
siswa sementara proyeksi siswa baru cenderung menurun. Kalau
terjadi yang demikian maka barangkali pengeluaran untuk alat
pendidikan dan pemeliharaan gedung harus mendapat perhatian
serius karena adan efeknya terhadap upaya menarik minat calon
siswa baru.
Banyak hal yang biasa ditarik dari rencana dan realisasi
anggaran sekalipun sistem penganggarannya masih tradisonal.
Yang penting data dan informasi tersebut dikaji secara sungguh-
sungguh untuk dijadikan masukan perencanaan pada tahun yang
akan datang.
Sistem Penganggaran Berdasarkan SP4.
Sistem penganggaran dengan SP4 atau PPBS pada
dasarnya adalah penganggaran yang berorientasi pada tujuan.
Tujuan itu dijabarkan sampai pada tujuan operasional, konkret,
48
dan terukur sehingga mudah menetapkan anggarannya. Semua
alternatif unsur mencapai tujuan itu harus dikaji secara seksama
untung-ruginya. Begitu pula mengenai masukan (termasuk dana)
serta masa dapan sekolah yang diinginkan.
Adapun langkah-langkah penyusunan anggaran dengan
SP4 dapat disederhanakan sebagai berikut:
Langkah 1: Kaji kembali tujuan institusional serta wahana yang
ada untuk mencapai tujuan itu.
Langkah 2: Lakukan kajian diagnosis dan evaluatif mengenai
mengenai kebijakan dan alat yang dipakai selama ini
apakah efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
institusional.
Langkah3 : Mengadakan spesifikasi keluaran (out put) yang
koheran dengan tujuan institusional.
Langkah 4 : Mengadakan kategorisasi dan hierarki program
mulai dari kategori program yang lebih umum
sampai kepada rincian menurut program – sub
program-elemen sub program (kegiatan konkret)
atau proyek.
Langkah 5: Mengidentifikasi
dan
mengalokasikan
berupa
personlia, material, dan dana untuk menunjang
ketercapaian tujuan dari setiap satuan program .
Langkah 6 : Menyusun jadwal/ skedul pengalokasian masukan
berdasarkan jadwal pelaksanaan setiap proyek/ sub
proyek.
Langkah 7: Menyusun
anggaran
dalam
bentuk
Rencana
Anggaran dan jumlah yang sudah ditetapkan.
Untuk memahami langkah-langkah tersebut berikut ini
disajikan sebuah contoh fiktif dari sebuah SMA “A”.
49
Langkah 1 : SMA “A” mempunyai tujuan mempersiapkan dan
menghasilkan
lulusan yang bisa melanjutkan ke
Perguruan Tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut
SMA “A” ini meliputi:
1.
2.
3.
Kampus seluas 3 Ha;
Ruang kelas yang bisa menampung 3 x 5 x 40
murid = 600 murid.
Guru tetap sebanyak 15 orang dengan rata-rata
masa kerja 15 tahun;
4.
Laboratorium
Fisika,
Kimia,
Biologi
yang
5.
Perpustakaan yang bisa menampung 20 orang
6.
Lapangan Olah Raga dan parkir seluas 1 Ha.
masing-masing bisa menampung 20 orang
praktikum;
siswa dengan jumlah koleksi 100 judul yang
terdiri atas 500 eksemplar.
Langkah 2: Selama SMA “A” ini terdiri rata- rata tiap tahun bisa
menerima murid baru antara 160-180 orang dan
jumlah murid keseluruhan rata-rata 500 orang.
Jumlah lulusan tiap tahun antara 90% - 100 % dari
jumlah murid kelas Iii. Guru tetap yang ada hanya 12
orang yang berijazah S1 IPS. Akibatnya laboratorium
Fisika, Kimia, dan Biologi jarang dimanfaatkan.
Koleksi buku sebagian besar terdiri atas buku paket
dan umumnya terbitan sekitar sepuluh tahun lalu.
Langkah 3: Dari semua lulusan itu hanya 20 % yang melanjutkan
ke
Perguruan
Tinggi.
Sebagian
yang
tidak
melanjutkan disebabkan oleh alasan ekonomi tetapi
50
sebagian lainnya karena gagal dalam ujian saringan.
Mereka yang lolos ujian saringan hanya 1 % - 2 %
yang diterima di Perguruan Tinggi favorit dan sekitar
separuh yang diterima tidak pada fakultas yang
diminatinya.
Langkah 4: Berdasarkan data/ informasi tersebut disusunlah
1.
2.
3.
program sebagai berikut:
Program
Utama:
Kegiatan
melanjutkan program lama.
rutin
dengan
program
Program Utama: Peningkatan mutu pengajaran dengan
program:
a. Penambahan Guru IPA dan Matematika
b. Penataran Proses Belajar – Mengajar
c. Pengajaran remedial
Program Utama: Pengadaan dan perbaikan mutu sarana
pendidikan dengan program:
a. Penambahan jumlah koleksi perpustakaan dengan
buku-buku mutakhir.
b. Penambahan alat-alat laboratorium dengan bahanbahan praktikum yang memadai.
4.
c. Penambahan dan pengadaan media pengajaran berupa
OHP, peta, gambar dan sebagainya.
Program Utama: Peningkatan kualitas murid sebagai
masukan utama dengan program:
a. Memperluas
jaringan
dan
jangkauan
untuk
mendapatkan calon murid berpotensi dengan jumlah
yang makin meningkat.
b. Memperketat syarat penerimaan murid baru.
Langkah 5, 6, dan 7 diserahkan pada Tim khusus untuk
merancang dan menyusunnya.
51
Untuk membeayai kegiatan–kegiatan yang dijabarkan
dari program tersebut di atas diperoleh gambaran sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Sumber penerimaan terdiri atas : orangtua murid (80%),
Pemerintah (15%), Yayasan (3%), dan lain-lain (2%).
Rata-rata tiap tahun pemasukan naik 15 % tetapi inflasi per
tahun rata-rata 10 %.
Pendapatan perkapita masyarakat naik rata-rata 5 % per
tahun.
Suku bunga pinjaman rata-rata 15 % - 20 % per tahun.
Dalam tiga tahun terakhir jumlah penerimaan berturutturut sebesar Rp. 120.000.000,155.000.000,-.
Rp. 138.000.000,-
Rp.
Berdasarkan gambaran tersebut maka diharapkan jumlah
siswa baru pada tahun yang akan datang naik menjadi 200 orang
sehingga dalam tiga tahun yang akan datang jumlah siswa bisa
mencapai 600 orang. Karena itu sekolah berani membeayai
programnya yang sebagian ditutup dengan pinjaman untuk
jangka waktu tiga tahun. Diharapkan jumlah penerimaan tahun
yang akan datang Rp. 210.000.000,- yang terdiri atas Rp.
190.000.000,- dari sumber konvensional dan Rp. 20.000.000,pinjaman. Tetapai karena diperkirakan inflasi tahun anggaran
yang akan datang ± 10 % sementara gaji tidak naik maka untuk
pos tertentu pengeluarannya harus memperhitungkan inflasi itu.
Secara
sederhana
Rencana
Anggaran
Pengeluaran dapat disusun sebagai berikut:
52
Penerimaan
dan
I . Anggaran Penerimaan
No. Rubrik
Keterangan
1 – 00 – 00
Penerimaan
1 – 02 – 00
Orang tua murid
1 – 01 – 00
Subsidi Yayasan
1 – 02 – 01
Pendaftaran
1 – 02 – 04
Uang Sekolah
1 – 02 – 02
1 – 02 – 03
1 – 02 – 05
1 – 02 – 06
1 – 03 – 00
Uang Pangkal
Uang Sumbangan
Uang Ujian
Lain-lain
Subsidi Pemerintah
1 – 03 – 01
1 – 03 – 02
Gaji PNS
Bantuan Operasional
1 – 04 – 00
Sumber lain
1 – 03 – 03
Lain-lain
1 – 04 – 01
Sewa Lapangan
1 – 05 – 00
Kredit
1 – 04 – 02
1 – 04 – 03
Donatur Tetap
Lain – lain
Total Penerimaan
Jumlah
1.000.000,-
1.000.000,4.000.000,-
30.000.000,-
127.000.000,4.000.000,--------------
18.000.000,2.000.000,1.000.000,500.000,-
1.000.000,500.000,-
20.000.000,-
210.000.000,-
53
II. Anggaran Pengeluaran
No. Rubrik
2 – 00 – 00
Pengeluaran
2 – 01 – 01
2 – 01 – 02
Gaji guru
Gaji pegawai
2 – 01 – 00
2 – 01 – 03
2 – 01 – 04
2 – 01 – 05
2 – 01 – 06
2 – 01 – 07
2 – 01 – 08
2 – 01 – 09
2 – 01 – 10
2 – 01 – 11
2 – 01 – 12
2 – 02 – 00
2 – 02 – 01
2 – 02 – 02
2 – 02 – 03
2 – 02 – 04
2 – 03 – 00
2 – 03 – 01
2 – 03 – 02
2 – 03 – 03
54
Keterangan
2 – 03 – 04
Program
Utama:
Rutin
(Melanjutkan program lama)
Honorarium/ lemur
Pengobatan
Premi pensiun
Administrasi Akademik
Administrasi Umum
Alat Pendidikan
Rapat
Transport
Air, listrik, telepon
Pemeliharaan
Inventaris
Gedung/
Mutu Proses Belajar Mengajar
Penambahan dua guru baru
Pengayaan
80.000.000,11.000.000,8.000.000,3.500.000,4.000.000,1.000.000,2.000.000,2.000.000,800.000,-
Program Utama: Peningkatan
Penlok PBM
Modul
Peng.
Jumlah
Remedial/
Studi Banding guru-guru
Program Utama: Pengadaan
Sarana Pendidikan
Pembelian OHP dan koputer
PC
Penambahan alat praktikum
Pet/ gambar/ white board,dll
500.000,-
1.000.000,3.000.000,-
7.200.000,5.000.000,5.000.000,2.000.000,45.000.000,3.000.000,2.000.000,6.000.000,-
2 – 04 – 00
Buku/ majalah/ jurnal/ koran
2 – 04 – 01
Program Utama: Peningkatan
kualitas masukan murid).
3.000.000,-
2 – 04 – 04
2 – 04 – 05
kemampuan/bakat/minat
Lomba karya ilmiah siswa
2.000.000,4.000.000,-
2 – 04 – 02
2 – 04 – 03
2 – 04 – 06
Adpertensi/ selebaran
Tes
Pameran Karya siswa
Buletin sekolah
Pentas seni
Total Pengeluaran
4.000.000,3.000.000,2.000.000,-
210.000.000,-
Anggaran tersebut, terutama anggaran pengeluarannya
masih terlalu kasar. Dalam hubungan ini kita bisa merinci secara
detail lagi atau menampungnya dalam penjelasan. Yang perlu
diperhatikan ialah adanya keterkaitan antara tujuan dan program
untuk mencapai tujuan itu. Harga satuan didasarkan atas harga
pasar yang berlaku ditambah dengan perkiraan inflasi. Hasil yang
dicapai pada tahun pertama mungkin masih jauh dari harapan
karena kualitas masukan murid yang diluluskan dari hasil seleksi
baru nampak pada akhir tahun ke-3.
Apabila pada tahun berikutnya disusun lagi anggaran
serupa maka biaya rutin tentu sudah jauh meningkat sebagai
akibat pertambahan guru baru serta pemeliharaan alat yang
dibeli tahun sebelumnya.
Sementara itu kredit sudah mulai diangsur. Di sebelah lain,
anggaran penerimaan mungkin belum bisa dipacu terlalu tinggi
karena masyarakat belum tentu yakin akan mutu sekolah itu.
Oleh sebab itu kredit baru masih diperlukan sampai dua atau tiga
tahun berikutnya.
55
RENCANAN ANGGARAN
PENERIMAAN DAN BELANJA SEKOLAH (RAPBS)
Manajemen Keuangan.
Dalam arti luas manajemen keuangan mencakup tiga
kegiatan pokok yaitu: (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan
(3) mengawasi/ mengendalikan keuangan. Setiap organisasi ynag
modern, termasuk sekolah, dapat dipandang
sistem
sebagai sebuah
pergerakan sumber daya keuangan yang saling
berhubungan yang diaktifkan oleh keputusan manajemen, baik
keputusan besar maupun yang kecil (Helfert, 1993). Keuangan
sekolah yang memadai dan sehat akan memperlancar pencapaian
tujuan institusional sekolah itu. Oleh sebab itu semua keputusan
keuangan haruslah didasarkan pertimbangan yang rasional dan
bijaksana.
Pengambilan keputusan di bidang keuangan pada
hakekatnya melakukan serangkaian pilihan ekonomi. Sekali
keputusan finansial diambil dan direalisasikan maka ia tidak
dapat ditarik kembali tanpa resiko/ kerugian. Lain daripada itu,
sebuah keputusan akan mengakibatkan konsekuensi finansial
tidak hanya pada saat itu tetapi jugasampai beberapa waktu yang
akan datang. Kalau diputuskan untuk mengangkat seorang guru
tetap misalnya, maka hal ini akan mengakibatkan pembayaran di
masa datang kurang lebih selama 30 tahun. Atau kalau
diputuskan untuk membeli sebuah over head project or (OHP)
maka konsumsi listrik akan meningkat dan pengeluaran bulanan
akan meningkatkan pula.
41
Perencanaan keuangan menyangkut sisi penerimaan
dan sisi pengeluaran, Dari sisi penerimaan, perencanaan
penerimaan berkaitan dengan keputusan tentang (1) berapa
jumlahnya; (2) darimana sumbernya; (3) berapa alokasiagihan
tiap sumber; (4) kapan diperkirakandiharapkan masuk; dan (5)
bagaimana pedoman pemungutannya. Sedangkan dari sisi
pengeluaran,
perencanaan
pengeluaran
berkaitan
dengan
keputusan tentang (1) berapa jumlah dan alokasi/ agihan per pos
pengeluaran; (2) kapan dicairkan; (3) bagaimana prosedur
pencairannya serta siapa yang bertanggung jawab/ berwenang
mencairkan; dan (4) pos mana yang tidak bisa dihindari dan
harus didahulukan.
Dari
segi
pelaksanaannya
pada
dasarnya
hanya
melakukan penarikan dan mengalokasikannya sesuai dengan
mekanisme, prosedur, dan target waktu yang telah ditetapkan.
Biasanya telah disediakan formulir-formulir yang
sesuai
dengan
pengendalian
fungsinya.
berkaitan
Sedangkan
dengan
harus diisi
pengawasan
pembukuan
dan
dan
pengadministrasian, pengarsipan bukti pendukung, penyusunan
laporan dan pertanggungjawaban baik secara periodik maupun
insidental.
Penyusunan Anggaran.
Anggaran itu berfungsi sebagi alat perencanan dan alat
pengawasan atau pengendalian. Agar anggaran itu fungsional
maka penyusunannya harus rasional dan realistik. Dengan
melihat anggaran seperti itu orang sudah bisa membayangkan
seberapa luas dan berapa jauh kegiatan suatu organisasi selama
periode anggaran.
42
Adapun penyusunan anggaran itu pada dasarnya
mengikuti prosedur yang mencakup tiga tahap (Djamaluddin,
1999), yaitu: (1) persiapan; (2) penentuan; dan (3) pelaksanaan.
Pelaksanaan persiapan dapat dilakukan oleh tim khusus atau oleh
penyelenggara (misalnya Yayasan) yang cakupan kegiatan
meliputi:
a.
b.
Penilaian dari pembahasan ralisasi dan penggunaan
anggaran tahun yang lalu;
Penilaian dan pembahasan permintaan/ usul-usul anggaran
yang baru;
c.
Penilaian dan kajian terhadap kebijakan dan strategi
d.
Penilaian dan perkiraan yang realistik tentang kemampuan
e.
pimpinan
yang
menyangkut
rencana
kerja
dipersiapkan pada tahun anggaran yang akan disusun;
yang
menarik penerimaan; dan
Perkiraan kecenderungan yang aras makro seperti inflasi,
kebijakanpemerintah, situasi ekonomi pada umumnya, dan
sebagainya.
Pada tahap penentuan anggaran dilakukanlah analisis dan
evaluasi atas berbagai macam permintaan/ usul-usul anggaran
dengan mempertimbangkan faktor penunjang. Kekuatan, faktor
penghambat serta peluang yang bisa dimanfaatkan. Termasuk
pula dalam penentuan anggaran ini adalah target, baik target
secara total maupun target per mata anggaran. Apabila tim itu
bukan pihak yang akan mengesahkan rencana anggaran maka
perlu pula disiapkan rasional dari rencana anggaran yang
diajukan. Sedangkan pada tahap pelaksanaan anggaran tugas
pokoknya
adalah
menyiapkan
pengadministrasiannya.
mekanisme
realisasi
serta
43
Dalam sejarah penyusunan anggaran, dapat dibedakan
empat macam sistem penganggaran:
Pertama, sistem tradisional (traditional budget). Dalam sistem ini
yang ditentukan terlebih dahulu adalah ”kemana sumber-sumber
yang tersedia akan dibelanjakan”. Disini
tidak dipersoalkan
hubungan antara kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai. Yang
dipentingkan
adalah
pertanggung
jawaban
pelaksanaan
anggaran. Oleh sebab itu pusat perhatian adalah pada
pengawasan dan pelaksanaan anggaran sesuai dengan tertib
pembukuan.
Sistem penganggaran ini sering pula disebut ”line item
budgeting” (penganggaran butir-per butir).
Kedua, anggaran program (program budget). Pada sistem
ini tekanan bukan lagi pada butir anggaran atau apa yang akan
dibeli melainkan pada program yang akan dibeayai. Butir
anggaran masih diperlukan tetapi tekanannya pada untuk apa.
Dengan begitu butir-butir pengeluaran menampak menjadi suatu
rencana yang logis dan konkret.
Ketiga,
Sistem
Penganggaran
berdasarkan
hasil
(performance budget). Tekanan pada sistem ini bukan pada
rincian program dan alokasi anggaran melainkan pada hasil yang
diharapkan .Pekerjaan akhir dalam penampilan (performance
unit) yang dapat diukur. Hasil pengukuran ini dipergunakan
untuk menghitung masukan dana (dan tenaga) ynag diperlukan
untuk mencapai tujuan program. Kelemahan dari sistem ini ialah
diperlukannnya sistem akuntansi yang njlimet sehingga tidak
cocok dan terlalu mahal bagi suatu organisasi yang kecil.
Ke empat, Sistem Perencanaan, Penyusunan Program, dan
Penganggaran (SP4) atau Planning, Programming, and Budgeting
System (PPBS). Sistem ini diperkenalkan di Amerika Serikat pada
tahun 1960-an. Dengan sistem ini rencana, program dan
44
anggarannya dilihat dan diperlakukan sebagai satu sistem. Tiaptiap program dinilai berdasarkan sumbangannya terhadap tujuan
yang lebih besar. Tekanan pada sistem ini adalah sumbangan
terhadap pencapaian tujuan. Oleh sebab itu prosesnya dimulai
dari penetapan tujuan mulai dari yang umum dan filosofis sampai
kepada yang khusus dan operasional.
Menyusun Rencana Anggaran, Penerimaan dan Belanja
Sekolah (RAPBS)
Dalam akreditasi sekolah terdapat satu butir tentang
RAPBS. Oleh sebab itu yayasan penyelenggara atau Kepala
Sekolah “dipaksa” untuk membuat RAPBS itu. Karena ”terpaksa”
maka pembuatannya hanya asal ada saja dan tidak memenuhi
persyaratan
anggaran
sebagaimana mestinya.
sehingga
tidak
dapat
berfungsi
Ada pula sekolah yang sudah menyadari pentingnya
RAPBS itu sehingga penyusunan RAPBS sudah merupakan
kegiatan rutin Yayasan atau Kepala Sekolah atau Yayasan dan
Kepala Sekolah.Akan tetapi sistemnya masih menganut sistem
tradisional, atau paling banter dengan sistem anggaran program.
Hal ini dapat dipahami karena cakupan operasi sekolah sangat
terbatas dan kemampuan menyusun anggaran belum memadai.
Berikut ini disajikan contoh Rencana dan Realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah yang disusun dengan
sistem tradisonal atau line item budgeting.
Sekalipun sistem penganggaran dalam contoh tersebut
menganut sistem tradisional tetapi kalau dikaji secara seksama
akan ada menfaatnya sebagai alat perencanaan, dan alat
pengawasan. Untuk itu penyelenggara jangan hanya terpancang
pada jumlah akhir apakah surplus atau defisit atau berimbang.
Yang penting pula diperhatikan adalah jumlah satuan dan tarip
45
tiap satuan, komposisi, dam sebab-sebab perubahan serta
antisipasi ke depan dan konsekuensinya. Marilah kita kaji
rencana dan realisasi anggaran tahun “Y” sebagai dasar
penyusunan anggaran tahun “Y + 1”.
1. Penerimaan
Secara keseluruhan terlihat bahwa antara rencana dan
realisasi terdapat perbedaan lebih sebesar Rp. 2.105.000,- .
Tetapi bagaimana dan dari mana sumber surplus itu perlu
diwaspadai oleh perencana :
a.
b.
c.
Saldo Awal.
Saldo awal ini memang tidak dicantumkan pada rencana
karena pada waktu anggaran tahun `Y` disusun, tahun
anggaran “Y – 1 “ masih berjalan.
Bantuan Yayasan dianggarkan Rp. 2.000.000,- tetapi tidak
direalisasi.
Dana dari orang tua muris terdapat peningkatan. Akan
tetapi
sebetulnya
peningkatan
itu
disebabkan
oleh
peningkatan tarip. Pada pendaftaran (1.3.a) dianggarkan
160 x Rp. 3.000,- = Rp. 480.000,-. Tetapi pendaftar
berkurang
menjadi
150
orang
saja
dengan
uang
pendaftaran dinaikkan menjadi Rp. 3.500,-/ murid baru.
Begitu pula uang pangkal (1.3.a) dinaikkan dari Rp. 20.000,menjadi Rp. 25.000,- sehingga realisasinya naik. Uang
sumbangan naik dari Rp. 16.000,- menjadi Rp. 18.750,-
karena ada orang tua yang bersedia menyumbang lebih.
Penurunan terjadi poada uang sekolah dan uang OSIS.
d.
46
Sebabnya adalah karena berkurangnya jumlah siswa dari
perkiraan 480 orang menjadi 460 orang.
Subsidi gaji PNS naik karena adanya kenaikan pangakt/
golongan PNS yang bersangkutan. Sedangkan bantuan
beaya operasional dari Pemerintah sifatnya insidental dan
kebetulan pada tahun “Y” SMA ”X” menerima
Rp. 2.000.000,-.
Dari gambaran penerimaan di atas terdapat tiga hal yang
perlu diwaspadai. Pertama, menurunnya jumlah siswa. Hal ini
harus dikaji secara seksama apa penyebabnya dan bagaimana
prospeknya. Kedua, sumber penerimaan datang dari siswa yang
menurut realisasinya adalah sebesar Rp. 109.045.000,- atau ± 83
% dari seluruh realisasi penerimaan. Itu berarti pengurangan
jumlah siswa sedikit saja sudah terasa pengaruhnya terhadap
penerimaan. Ketiga, subsidi gaji PNS. Pos ini hanya transfer saja.
Tetapi masalahnya apakah ada jaminan bahwa PNS yang
dipekerjakan tetap atau bertambah atau berkurang pada waktu
yang akan datang. Kalau berkurang maka tidak hanya
penerimaan dari luar yang berkurang tetapi pengeluaran yang
berasal dari dana sendiri akan bertambah untuk membiayai guru
pengganti.
Pengeluaran
Seperti halnya penerimaan, realisasi pengeluaran lebih
besar Rp. 2.105.000,- dibandingkan dengan rencana. Tetapi yang
perlu kita perhatikan disini adalah pos cadangan/ pengembangan
yang dalam hal ini berfungsi pula untuk menampung selisih
antara penerimaan dan pengeluaran. Pada pos ini terlihat bahwa
realisasi lebih kecil Rp. 4.715.000,- dibandingkan dengan
rencana. Dalam hubungan ini ada beberapa hal yang perlu
diwaspadai:
a.
Adanya pos-pos yang berada di luar kemampuan kita untuk
mengendalikan taripnya, seperti pengobatan, pajak, dan
sebagainya.
47
b.
c.
Ada pos yang tidak dapat dikendalikan taripnya tetapi
dapat dikendalikan pemakainya, seperti air/ listrik/
telepon, alat tulis, porto, dan sebagainya. Oleh sebab itu
kalau pengeluarannya membengkak perlu dilacak apa
penyebabnya.
Ada pos yang dapat dikendalikan tetapi seharusnya tidak
boleh dikurangi, bahkan kalau perlu harus ditingkatkan,
seperti pengeluaran untuk alat pendidikan (II.2.2). Hanya
saja
masih
perlu
mengorbankan tujuan.
dicarikan
alternatif
lain
tanpa
Dari semua mata anggaran pengeluaran tersebut di atas,
porsi terbesar ada pada belanja pegawai (II.2.1). Sementara itu,
setiap pengangkatan pegawai tetap berarti sekolah akan
terbebani terus sampai yang bersangkutan pensiun. Bagi sekolah
swasta maka kemampuan pembeayaan hanya adri orang tua
siswa sementara proyeksi siswa baru cenderung menurun. Kalau
terjadi yang demikian maka barangkali pengeluaran untuk alat
pendidikan dan pemeliharaan gedung harus mendapat perhatian
serius karena adan efeknya terhadap upaya menarik minat calon
siswa baru.
Banyak hal yang biasa ditarik dari rencana dan realisasi
anggaran sekalipun sistem penganggarannya masih tradisonal.
Yang penting data dan informasi tersebut dikaji secara sungguh-
sungguh untuk dijadikan masukan perencanaan pada tahun yang
akan datang.
Sistem Penganggaran Berdasarkan SP4.
Sistem penganggaran dengan SP4 atau PPBS pada
dasarnya adalah penganggaran yang berorientasi pada tujuan.
Tujuan itu dijabarkan sampai pada tujuan operasional, konkret,
48
dan terukur sehingga mudah menetapkan anggarannya. Semua
alternatif unsur mencapai tujuan itu harus dikaji secara seksama
untung-ruginya. Begitu pula mengenai masukan (termasuk dana)
serta masa dapan sekolah yang diinginkan.
Adapun langkah-langkah penyusunan anggaran dengan
SP4 dapat disederhanakan sebagai berikut:
Langkah 1: Kaji kembali tujuan institusional serta wahana yang
ada untuk mencapai tujuan itu.
Langkah 2: Lakukan kajian diagnosis dan evaluatif mengenai
mengenai kebijakan dan alat yang dipakai selama ini
apakah efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
institusional.
Langkah3 : Mengadakan spesifikasi keluaran (out put) yang
koheran dengan tujuan institusional.
Langkah 4 : Mengadakan kategorisasi dan hierarki program
mulai dari kategori program yang lebih umum
sampai kepada rincian menurut program – sub
program-elemen sub program (kegiatan konkret)
atau proyek.
Langkah 5: Mengidentifikasi
dan
mengalokasikan
berupa
personlia, material, dan dana untuk menunjang
ketercapaian tujuan dari setiap satuan program .
Langkah 6 : Menyusun jadwal/ skedul pengalokasian masukan
berdasarkan jadwal pelaksanaan setiap proyek/ sub
proyek.
Langkah 7: Menyusun
anggaran
dalam
bentuk
Rencana
Anggaran dan jumlah yang sudah ditetapkan.
Untuk memahami langkah-langkah tersebut berikut ini
disajikan sebuah contoh fiktif dari sebuah SMA “A”.
49
Langkah 1 : SMA “A” mempunyai tujuan mempersiapkan dan
menghasilkan
lulusan yang bisa melanjutkan ke
Perguruan Tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut
SMA “A” ini meliputi:
1.
2.
3.
Kampus seluas 3 Ha;
Ruang kelas yang bisa menampung 3 x 5 x 40
murid = 600 murid.
Guru tetap sebanyak 15 orang dengan rata-rata
masa kerja 15 tahun;
4.
Laboratorium
Fisika,
Kimia,
Biologi
yang
5.
Perpustakaan yang bisa menampung 20 orang
6.
Lapangan Olah Raga dan parkir seluas 1 Ha.
masing-masing bisa menampung 20 orang
praktikum;
siswa dengan jumlah koleksi 100 judul yang
terdiri atas 500 eksemplar.
Langkah 2: Selama SMA “A” ini terdiri rata- rata tiap tahun bisa
menerima murid baru antara 160-180 orang dan
jumlah murid keseluruhan rata-rata 500 orang.
Jumlah lulusan tiap tahun antara 90% - 100 % dari
jumlah murid kelas Iii. Guru tetap yang ada hanya 12
orang yang berijazah S1 IPS. Akibatnya laboratorium
Fisika, Kimia, dan Biologi jarang dimanfaatkan.
Koleksi buku sebagian besar terdiri atas buku paket
dan umumnya terbitan sekitar sepuluh tahun lalu.
Langkah 3: Dari semua lulusan itu hanya 20 % yang melanjutkan
ke
Perguruan
Tinggi.
Sebagian
yang
tidak
melanjutkan disebabkan oleh alasan ekonomi tetapi
50
sebagian lainnya karena gagal dalam ujian saringan.
Mereka yang lolos ujian saringan hanya 1 % - 2 %
yang diterima di Perguruan Tinggi favorit dan sekitar
separuh yang diterima tidak pada fakultas yang
diminatinya.
Langkah 4: Berdasarkan data/ informasi tersebut disusunlah
1.
2.
3.
program sebagai berikut:
Program
Utama:
Kegiatan
melanjutkan program lama.
rutin
dengan
program
Program Utama: Peningkatan mutu pengajaran dengan
program:
a. Penambahan Guru IPA dan Matematika
b. Penataran Proses Belajar – Mengajar
c. Pengajaran remedial
Program Utama: Pengadaan dan perbaikan mutu sarana
pendidikan dengan program:
a. Penambahan jumlah koleksi perpustakaan dengan
buku-buku mutakhir.
b. Penambahan alat-alat laboratorium dengan bahanbahan praktikum yang memadai.
4.
c. Penambahan dan pengadaan media pengajaran berupa
OHP, peta, gambar dan sebagainya.
Program Utama: Peningkatan kualitas murid sebagai
masukan utama dengan program:
a. Memperluas
jaringan
dan
jangkauan
untuk
mendapatkan calon murid berpotensi dengan jumlah
yang makin meningkat.
b. Memperketat syarat penerimaan murid baru.
Langkah 5, 6, dan 7 diserahkan pada Tim khusus untuk
merancang dan menyusunnya.
51
Untuk membeayai kegiatan–kegiatan yang dijabarkan
dari program tersebut di atas diperoleh gambaran sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Sumber penerimaan terdiri atas : orangtua murid (80%),
Pemerintah (15%), Yayasan (3%), dan lain-lain (2%).
Rata-rata tiap tahun pemasukan naik 15 % tetapi inflasi per
tahun rata-rata 10 %.
Pendapatan perkapita masyarakat naik rata-rata 5 % per
tahun.
Suku bunga pinjaman rata-rata 15 % - 20 % per tahun.
Dalam tiga tahun terakhir jumlah penerimaan berturutturut sebesar Rp. 120.000.000,155.000.000,-.
Rp. 138.000.000,-
Rp.
Berdasarkan gambaran tersebut maka diharapkan jumlah
siswa baru pada tahun yang akan datang naik menjadi 200 orang
sehingga dalam tiga tahun yang akan datang jumlah siswa bisa
mencapai 600 orang. Karena itu sekolah berani membeayai
programnya yang sebagian ditutup dengan pinjaman untuk
jangka waktu tiga tahun. Diharapkan jumlah penerimaan tahun
yang akan datang Rp. 210.000.000,- yang terdiri atas Rp.
190.000.000,- dari sumber konvensional dan Rp. 20.000.000,pinjaman. Tetapai karena diperkirakan inflasi tahun anggaran
yang akan datang ± 10 % sementara gaji tidak naik maka untuk
pos tertentu pengeluarannya harus memperhitungkan inflasi itu.
Secara
sederhana
Rencana
Anggaran
Pengeluaran dapat disusun sebagai berikut:
52
Penerimaan
dan
I . Anggaran Penerimaan
No. Rubrik
Keterangan
1 – 00 – 00
Penerimaan
1 – 02 – 00
Orang tua murid
1 – 01 – 00
Subsidi Yayasan
1 – 02 – 01
Pendaftaran
1 – 02 – 04
Uang Sekolah
1 – 02 – 02
1 – 02 – 03
1 – 02 – 05
1 – 02 – 06
1 – 03 – 00
Uang Pangkal
Uang Sumbangan
Uang Ujian
Lain-lain
Subsidi Pemerintah
1 – 03 – 01
1 – 03 – 02
Gaji PNS
Bantuan Operasional
1 – 04 – 00
Sumber lain
1 – 03 – 03
Lain-lain
1 – 04 – 01
Sewa Lapangan
1 – 05 – 00
Kredit
1 – 04 – 02
1 – 04 – 03
Donatur Tetap
Lain – lain
Total Penerimaan
Jumlah
1.000.000,-
1.000.000,4.000.000,-
30.000.000,-
127.000.000,4.000.000,--------------
18.000.000,2.000.000,1.000.000,500.000,-
1.000.000,500.000,-
20.000.000,-
210.000.000,-
53
II. Anggaran Pengeluaran
No. Rubrik
2 – 00 – 00
Pengeluaran
2 – 01 – 01
2 – 01 – 02
Gaji guru
Gaji pegawai
2 – 01 – 00
2 – 01 – 03
2 – 01 – 04
2 – 01 – 05
2 – 01 – 06
2 – 01 – 07
2 – 01 – 08
2 – 01 – 09
2 – 01 – 10
2 – 01 – 11
2 – 01 – 12
2 – 02 – 00
2 – 02 – 01
2 – 02 – 02
2 – 02 – 03
2 – 02 – 04
2 – 03 – 00
2 – 03 – 01
2 – 03 – 02
2 – 03 – 03
54
Keterangan
2 – 03 – 04
Program
Utama:
Rutin
(Melanjutkan program lama)
Honorarium/ lemur
Pengobatan
Premi pensiun
Administrasi Akademik
Administrasi Umum
Alat Pendidikan
Rapat
Transport
Air, listrik, telepon
Pemeliharaan
Inventaris
Gedung/
Mutu Proses Belajar Mengajar
Penambahan dua guru baru
Pengayaan
80.000.000,11.000.000,8.000.000,3.500.000,4.000.000,1.000.000,2.000.000,2.000.000,800.000,-
Program Utama: Peningkatan
Penlok PBM
Modul
Peng.
Jumlah
Remedial/
Studi Banding guru-guru
Program Utama: Pengadaan
Sarana Pendidikan
Pembelian OHP dan koputer
PC
Penambahan alat praktikum
Pet/ gambar/ white board,dll
500.000,-
1.000.000,3.000.000,-
7.200.000,5.000.000,5.000.000,2.000.000,45.000.000,3.000.000,2.000.000,6.000.000,-
2 – 04 – 00
Buku/ majalah/ jurnal/ koran
2 – 04 – 01
Program Utama: Peningkatan
kualitas masukan murid).
3.000.000,-
2 – 04 – 04
2 – 04 – 05
kemampuan/bakat/minat
Lomba karya ilmiah siswa
2.000.000,4.000.000,-
2 – 04 – 02
2 – 04 – 03
2 – 04 – 06
Adpertensi/ selebaran
Tes
Pameran Karya siswa
Buletin sekolah
Pentas seni
Total Pengeluaran
4.000.000,3.000.000,2.000.000,-
210.000.000,-
Anggaran tersebut, terutama anggaran pengeluarannya
masih terlalu kasar. Dalam hubungan ini kita bisa merinci secara
detail lagi atau menampungnya dalam penjelasan. Yang perlu
diperhatikan ialah adanya keterkaitan antara tujuan dan program
untuk mencapai tujuan itu. Harga satuan didasarkan atas harga
pasar yang berlaku ditambah dengan perkiraan inflasi. Hasil yang
dicapai pada tahun pertama mungkin masih jauh dari harapan
karena kualitas masukan murid yang diluluskan dari hasil seleksi
baru nampak pada akhir tahun ke-3.
Apabila pada tahun berikutnya disusun lagi anggaran
serupa maka biaya rutin tentu sudah jauh meningkat sebagai
akibat pertambahan guru baru serta pemeliharaan alat yang
dibeli tahun sebelumnya.
Sementara itu kredit sudah mulai diangsur. Di sebelah lain,
anggaran penerimaan mungkin belum bisa dipacu terlalu tinggi
karena masyarakat belum tentu yakin akan mutu sekolah itu.
Oleh sebab itu kredit baru masih diperlukan sampai dua atau tiga
tahun berikutnya.
55