BOOK Umbu Tagela Manajemen dan perencanaan pendidikan Bab V

BAB V
RENCANAN ANGGARAN
PENERIMAAN DAN BELANJA SEKOLAH (RAPBS)

Manajemen Keuangan.
Dalam arti luas manajemen keuangan mencakup tiga

kegiatan pokok yaitu: (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan

(3) mengawasi/ mengendalikan keuangan. Setiap organisasi ynag
modern, termasuk sekolah, dapat dipandang
sistem

sebagai sebuah

pergerakan sumber daya keuangan yang saling

berhubungan yang diaktifkan oleh keputusan manajemen, baik

keputusan besar maupun yang kecil (Helfert, 1993). Keuangan


sekolah yang memadai dan sehat akan memperlancar pencapaian
tujuan institusional sekolah itu. Oleh sebab itu semua keputusan
keuangan haruslah didasarkan pertimbangan yang rasional dan
bijaksana.

Pengambilan keputusan di bidang keuangan pada

hakekatnya melakukan serangkaian pilihan ekonomi. Sekali

keputusan finansial diambil dan direalisasikan maka ia tidak

dapat ditarik kembali tanpa resiko/ kerugian. Lain daripada itu,

sebuah keputusan akan mengakibatkan konsekuensi finansial
tidak hanya pada saat itu tetapi jugasampai beberapa waktu yang

akan datang. Kalau diputuskan untuk mengangkat seorang guru
tetap misalnya, maka hal ini akan mengakibatkan pembayaran di
masa datang kurang lebih selama 30 tahun. Atau kalau


diputuskan untuk membeli sebuah over head project or (OHP)
maka konsumsi listrik akan meningkat dan pengeluaran bulanan
akan meningkatkan pula.

41

Perencanaan keuangan menyangkut sisi penerimaan
dan sisi pengeluaran, Dari sisi penerimaan, perencanaan

penerimaan berkaitan dengan keputusan tentang (1) berapa
jumlahnya; (2) darimana sumbernya; (3) berapa alokasiagihan
tiap sumber; (4) kapan diperkirakandiharapkan masuk; dan (5)

bagaimana pedoman pemungutannya. Sedangkan dari sisi
pengeluaran,

perencanaan

pengeluaran


berkaitan

dengan

keputusan tentang (1) berapa jumlah dan alokasi/ agihan per pos
pengeluaran; (2) kapan dicairkan; (3) bagaimana prosedur

pencairannya serta siapa yang bertanggung jawab/ berwenang

mencairkan; dan (4) pos mana yang tidak bisa dihindari dan
harus didahulukan.
Dari

segi

pelaksanaannya

pada

dasarnya


hanya

melakukan penarikan dan mengalokasikannya sesuai dengan

mekanisme, prosedur, dan target waktu yang telah ditetapkan.
Biasanya telah disediakan formulir-formulir yang
sesuai

dengan

pengendalian

fungsinya.

berkaitan

Sedangkan
dengan


harus diisi

pengawasan

pembukuan

dan

dan

pengadministrasian, pengarsipan bukti pendukung, penyusunan
laporan dan pertanggungjawaban baik secara periodik maupun
insidental.

Penyusunan Anggaran.
Anggaran itu berfungsi sebagi alat perencanan dan alat

pengawasan atau pengendalian. Agar anggaran itu fungsional
maka penyusunannya harus rasional dan realistik. Dengan
melihat anggaran seperti itu orang sudah bisa membayangkan


seberapa luas dan berapa jauh kegiatan suatu organisasi selama
periode anggaran.
42

Adapun penyusunan anggaran itu pada dasarnya
mengikuti prosedur yang mencakup tiga tahap (Djamaluddin,
1999), yaitu: (1) persiapan; (2) penentuan; dan (3) pelaksanaan.

Pelaksanaan persiapan dapat dilakukan oleh tim khusus atau oleh

penyelenggara (misalnya Yayasan) yang cakupan kegiatan
meliputi:
a.

b.

Penilaian dari pembahasan ralisasi dan penggunaan
anggaran tahun yang lalu;


Penilaian dan pembahasan permintaan/ usul-usul anggaran
yang baru;

c.

Penilaian dan kajian terhadap kebijakan dan strategi

d.

Penilaian dan perkiraan yang realistik tentang kemampuan

e.

pimpinan

yang

menyangkut

rencana


kerja

dipersiapkan pada tahun anggaran yang akan disusun;

yang

menarik penerimaan; dan

Perkiraan kecenderungan yang aras makro seperti inflasi,
kebijakanpemerintah, situasi ekonomi pada umumnya, dan
sebagainya.

Pada tahap penentuan anggaran dilakukanlah analisis dan

evaluasi atas berbagai macam permintaan/ usul-usul anggaran

dengan mempertimbangkan faktor penunjang. Kekuatan, faktor
penghambat serta peluang yang bisa dimanfaatkan. Termasuk
pula dalam penentuan anggaran ini adalah target, baik target


secara total maupun target per mata anggaran. Apabila tim itu

bukan pihak yang akan mengesahkan rencana anggaran maka

perlu pula disiapkan rasional dari rencana anggaran yang

diajukan. Sedangkan pada tahap pelaksanaan anggaran tugas
pokoknya

adalah

menyiapkan

pengadministrasiannya.

mekanisme

realisasi


serta

43

Dalam sejarah penyusunan anggaran, dapat dibedakan
empat macam sistem penganggaran:

Pertama, sistem tradisional (traditional budget). Dalam sistem ini
yang ditentukan terlebih dahulu adalah ”kemana sumber-sumber
yang tersedia akan dibelanjakan”. Disini

tidak dipersoalkan

hubungan antara kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai. Yang
dipentingkan

adalah

pertanggung


jawaban

pelaksanaan

anggaran. Oleh sebab itu pusat perhatian adalah pada

pengawasan dan pelaksanaan anggaran sesuai dengan tertib
pembukuan.

Sistem penganggaran ini sering pula disebut ”line item

budgeting” (penganggaran butir-per butir).

Kedua, anggaran program (program budget). Pada sistem

ini tekanan bukan lagi pada butir anggaran atau apa yang akan
dibeli melainkan pada program yang akan dibeayai. Butir

anggaran masih diperlukan tetapi tekanannya pada untuk apa.

Dengan begitu butir-butir pengeluaran menampak menjadi suatu
rencana yang logis dan konkret.
Ketiga,

Sistem

Penganggaran

berdasarkan

hasil

(performance budget). Tekanan pada sistem ini bukan pada

rincian program dan alokasi anggaran melainkan pada hasil yang
diharapkan .Pekerjaan akhir dalam penampilan (performance
unit) yang dapat diukur. Hasil pengukuran ini dipergunakan

untuk menghitung masukan dana (dan tenaga) ynag diperlukan

untuk mencapai tujuan program. Kelemahan dari sistem ini ialah

diperlukannnya sistem akuntansi yang njlimet sehingga tidak
cocok dan terlalu mahal bagi suatu organisasi yang kecil.

Ke empat, Sistem Perencanaan, Penyusunan Program, dan

Penganggaran (SP4) atau Planning, Programming, and Budgeting
System (PPBS). Sistem ini diperkenalkan di Amerika Serikat pada

tahun 1960-an. Dengan sistem ini rencana, program dan
44

anggarannya dilihat dan diperlakukan sebagai satu sistem. Tiaptiap program dinilai berdasarkan sumbangannya terhadap tujuan
yang lebih besar. Tekanan pada sistem ini adalah sumbangan
terhadap pencapaian tujuan. Oleh sebab itu prosesnya dimulai

dari penetapan tujuan mulai dari yang umum dan filosofis sampai
kepada yang khusus dan operasional.

Menyusun Rencana Anggaran, Penerimaan dan Belanja
Sekolah (RAPBS)
Dalam akreditasi sekolah terdapat satu butir tentang

RAPBS. Oleh sebab itu yayasan penyelenggara atau Kepala

Sekolah “dipaksa” untuk membuat RAPBS itu. Karena ”terpaksa”
maka pembuatannya hanya asal ada saja dan tidak memenuhi
persyaratan

anggaran

sebagaimana mestinya.

sehingga

tidak

dapat

berfungsi

Ada pula sekolah yang sudah menyadari pentingnya

RAPBS itu sehingga penyusunan RAPBS sudah merupakan

kegiatan rutin Yayasan atau Kepala Sekolah atau Yayasan dan

Kepala Sekolah.Akan tetapi sistemnya masih menganut sistem
tradisional, atau paling banter dengan sistem anggaran program.

Hal ini dapat dipahami karena cakupan operasi sekolah sangat
terbatas dan kemampuan menyusun anggaran belum memadai.
Berikut ini disajikan contoh Rencana dan Realisasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah yang disusun dengan
sistem tradisonal atau line item budgeting.

Sekalipun sistem penganggaran dalam contoh tersebut

menganut sistem tradisional tetapi kalau dikaji secara seksama

akan ada menfaatnya sebagai alat perencanaan, dan alat
pengawasan. Untuk itu penyelenggara jangan hanya terpancang
pada jumlah akhir apakah surplus atau defisit atau berimbang.

Yang penting pula diperhatikan adalah jumlah satuan dan tarip
45

tiap satuan, komposisi, dam sebab-sebab perubahan serta
antisipasi ke depan dan konsekuensinya. Marilah kita kaji

rencana dan realisasi anggaran tahun “Y” sebagai dasar
penyusunan anggaran tahun “Y + 1”.
1. Penerimaan

Secara keseluruhan terlihat bahwa antara rencana dan

realisasi terdapat perbedaan lebih sebesar Rp. 2.105.000,- .

Tetapi bagaimana dan dari mana sumber surplus itu perlu
diwaspadai oleh perencana :
a.

b.

c.

Saldo Awal.

Saldo awal ini memang tidak dicantumkan pada rencana
karena pada waktu anggaran tahun `Y` disusun, tahun
anggaran “Y – 1 “ masih berjalan.

Bantuan Yayasan dianggarkan Rp. 2.000.000,- tetapi tidak

direalisasi.

Dana dari orang tua muris terdapat peningkatan. Akan
tetapi

sebetulnya

peningkatan

itu

disebabkan

oleh

peningkatan tarip. Pada pendaftaran (1.3.a) dianggarkan

160 x Rp. 3.000,- = Rp. 480.000,-. Tetapi pendaftar
berkurang

menjadi

150

orang

saja

dengan

uang

pendaftaran dinaikkan menjadi Rp. 3.500,-/ murid baru.
Begitu pula uang pangkal (1.3.a) dinaikkan dari Rp. 20.000,menjadi Rp. 25.000,- sehingga realisasinya naik. Uang
sumbangan naik dari Rp. 16.000,- menjadi Rp. 18.750,-

karena ada orang tua yang bersedia menyumbang lebih.

Penurunan terjadi poada uang sekolah dan uang OSIS.
d.

46

Sebabnya adalah karena berkurangnya jumlah siswa dari
perkiraan 480 orang menjadi 460 orang.

Subsidi gaji PNS naik karena adanya kenaikan pangakt/
golongan PNS yang bersangkutan. Sedangkan bantuan

beaya operasional dari Pemerintah sifatnya insidental dan
kebetulan pada tahun “Y” SMA ”X” menerima
Rp. 2.000.000,-.

Dari gambaran penerimaan di atas terdapat tiga hal yang

perlu diwaspadai. Pertama, menurunnya jumlah siswa. Hal ini
harus dikaji secara seksama apa penyebabnya dan bagaimana

prospeknya. Kedua, sumber penerimaan datang dari siswa yang
menurut realisasinya adalah sebesar Rp. 109.045.000,- atau ± 83

% dari seluruh realisasi penerimaan. Itu berarti pengurangan
jumlah siswa sedikit saja sudah terasa pengaruhnya terhadap

penerimaan. Ketiga, subsidi gaji PNS. Pos ini hanya transfer saja.
Tetapi masalahnya apakah ada jaminan bahwa PNS yang

dipekerjakan tetap atau bertambah atau berkurang pada waktu

yang akan datang. Kalau berkurang maka tidak hanya
penerimaan dari luar yang berkurang tetapi pengeluaran yang
berasal dari dana sendiri akan bertambah untuk membiayai guru
pengganti.

Pengeluaran
Seperti halnya penerimaan, realisasi pengeluaran lebih
besar Rp. 2.105.000,- dibandingkan dengan rencana. Tetapi yang
perlu kita perhatikan disini adalah pos cadangan/ pengembangan

yang dalam hal ini berfungsi pula untuk menampung selisih
antara penerimaan dan pengeluaran. Pada pos ini terlihat bahwa

realisasi lebih kecil Rp. 4.715.000,- dibandingkan dengan
rencana. Dalam hubungan ini ada beberapa hal yang perlu
diwaspadai:
a.

Adanya pos-pos yang berada di luar kemampuan kita untuk
mengendalikan taripnya, seperti pengobatan, pajak, dan
sebagainya.

47

b.

c.

Ada pos yang tidak dapat dikendalikan taripnya tetapi
dapat dikendalikan pemakainya, seperti air/ listrik/

telepon, alat tulis, porto, dan sebagainya. Oleh sebab itu
kalau pengeluarannya membengkak perlu dilacak apa
penyebabnya.

Ada pos yang dapat dikendalikan tetapi seharusnya tidak

boleh dikurangi, bahkan kalau perlu harus ditingkatkan,
seperti pengeluaran untuk alat pendidikan (II.2.2). Hanya
saja

masih

perlu

mengorbankan tujuan.

dicarikan

alternatif

lain

tanpa

Dari semua mata anggaran pengeluaran tersebut di atas,

porsi terbesar ada pada belanja pegawai (II.2.1). Sementara itu,
setiap pengangkatan pegawai tetap berarti sekolah akan
terbebani terus sampai yang bersangkutan pensiun. Bagi sekolah

swasta maka kemampuan pembeayaan hanya adri orang tua
siswa sementara proyeksi siswa baru cenderung menurun. Kalau

terjadi yang demikian maka barangkali pengeluaran untuk alat

pendidikan dan pemeliharaan gedung harus mendapat perhatian
serius karena adan efeknya terhadap upaya menarik minat calon

siswa baru.
Banyak hal yang biasa ditarik dari rencana dan realisasi

anggaran sekalipun sistem penganggarannya masih tradisonal.
Yang penting data dan informasi tersebut dikaji secara sungguh-

sungguh untuk dijadikan masukan perencanaan pada tahun yang
akan datang.

Sistem Penganggaran Berdasarkan SP4.
Sistem penganggaran dengan SP4 atau PPBS pada

dasarnya adalah penganggaran yang berorientasi pada tujuan.
Tujuan itu dijabarkan sampai pada tujuan operasional, konkret,
48

dan terukur sehingga mudah menetapkan anggarannya. Semua
alternatif unsur mencapai tujuan itu harus dikaji secara seksama

untung-ruginya. Begitu pula mengenai masukan (termasuk dana)
serta masa dapan sekolah yang diinginkan.

Adapun langkah-langkah penyusunan anggaran dengan

SP4 dapat disederhanakan sebagai berikut:

Langkah 1: Kaji kembali tujuan institusional serta wahana yang
ada untuk mencapai tujuan itu.

Langkah 2: Lakukan kajian diagnosis dan evaluatif mengenai
mengenai kebijakan dan alat yang dipakai selama ini

apakah efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
institusional.

Langkah3 : Mengadakan spesifikasi keluaran (out put) yang
koheran dengan tujuan institusional.

Langkah 4 : Mengadakan kategorisasi dan hierarki program
mulai dari kategori program yang lebih umum

sampai kepada rincian menurut program – sub
program-elemen sub program (kegiatan konkret)
atau proyek.

Langkah 5: Mengidentifikasi

dan

mengalokasikan

berupa

personlia, material, dan dana untuk menunjang
ketercapaian tujuan dari setiap satuan program .

Langkah 6 : Menyusun jadwal/ skedul pengalokasian masukan
berdasarkan jadwal pelaksanaan setiap proyek/ sub
proyek.

Langkah 7: Menyusun

anggaran

dalam

bentuk

Rencana

Anggaran dan jumlah yang sudah ditetapkan.

Untuk memahami langkah-langkah tersebut berikut ini

disajikan sebuah contoh fiktif dari sebuah SMA “A”.

49

Langkah 1 : SMA “A” mempunyai tujuan mempersiapkan dan
menghasilkan
lulusan yang bisa melanjutkan ke

Perguruan Tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut
SMA “A” ini meliputi:
1.

2.

3.

Kampus seluas 3 Ha;

Ruang kelas yang bisa menampung 3 x 5 x 40
murid = 600 murid.

Guru tetap sebanyak 15 orang dengan rata-rata
masa kerja 15 tahun;

4.

Laboratorium

Fisika,

Kimia,

Biologi

yang

5.

Perpustakaan yang bisa menampung 20 orang

6.

Lapangan Olah Raga dan parkir seluas 1 Ha.

masing-masing bisa menampung 20 orang
praktikum;

siswa dengan jumlah koleksi 100 judul yang
terdiri atas 500 eksemplar.

Langkah 2: Selama SMA “A” ini terdiri rata- rata tiap tahun bisa

menerima murid baru antara 160-180 orang dan
jumlah murid keseluruhan rata-rata 500 orang.

Jumlah lulusan tiap tahun antara 90% - 100 % dari
jumlah murid kelas Iii. Guru tetap yang ada hanya 12
orang yang berijazah S1 IPS. Akibatnya laboratorium
Fisika, Kimia, dan Biologi jarang dimanfaatkan.

Koleksi buku sebagian besar terdiri atas buku paket
dan umumnya terbitan sekitar sepuluh tahun lalu.

Langkah 3: Dari semua lulusan itu hanya 20 % yang melanjutkan
ke

Perguruan

Tinggi.

Sebagian

yang

tidak

melanjutkan disebabkan oleh alasan ekonomi tetapi

50

sebagian lainnya karena gagal dalam ujian saringan.

Mereka yang lolos ujian saringan hanya 1 % - 2 %
yang diterima di Perguruan Tinggi favorit dan sekitar
separuh yang diterima tidak pada fakultas yang
diminatinya.

Langkah 4: Berdasarkan data/ informasi tersebut disusunlah
1.

2.

3.

program sebagai berikut:

Program

Utama:

Kegiatan

melanjutkan program lama.

rutin

dengan

program

Program Utama: Peningkatan mutu pengajaran dengan
program:

a. Penambahan Guru IPA dan Matematika
b. Penataran Proses Belajar – Mengajar
c. Pengajaran remedial

Program Utama: Pengadaan dan perbaikan mutu sarana
pendidikan dengan program:

a. Penambahan jumlah koleksi perpustakaan dengan
buku-buku mutakhir.

b. Penambahan alat-alat laboratorium dengan bahanbahan praktikum yang memadai.

4.

c. Penambahan dan pengadaan media pengajaran berupa

OHP, peta, gambar dan sebagainya.
Program Utama: Peningkatan kualitas murid sebagai
masukan utama dengan program:
a. Memperluas

jaringan

dan

jangkauan

untuk

mendapatkan calon murid berpotensi dengan jumlah
yang makin meningkat.

b. Memperketat syarat penerimaan murid baru.

Langkah 5, 6, dan 7 diserahkan pada Tim khusus untuk
merancang dan menyusunnya.

51

Untuk membeayai kegiatan–kegiatan yang dijabarkan
dari program tersebut di atas diperoleh gambaran sebagai

berikut:
1.

2.

3.

4.

5.

Sumber penerimaan terdiri atas : orangtua murid (80%),
Pemerintah (15%), Yayasan (3%), dan lain-lain (2%).

Rata-rata tiap tahun pemasukan naik 15 % tetapi inflasi per
tahun rata-rata 10 %.

Pendapatan perkapita masyarakat naik rata-rata 5 % per
tahun.

Suku bunga pinjaman rata-rata 15 % - 20 % per tahun.

Dalam tiga tahun terakhir jumlah penerimaan berturutturut sebesar Rp. 120.000.000,155.000.000,-.

Rp. 138.000.000,-

Rp.

Berdasarkan gambaran tersebut maka diharapkan jumlah

siswa baru pada tahun yang akan datang naik menjadi 200 orang

sehingga dalam tiga tahun yang akan datang jumlah siswa bisa
mencapai 600 orang. Karena itu sekolah berani membeayai

programnya yang sebagian ditutup dengan pinjaman untuk
jangka waktu tiga tahun. Diharapkan jumlah penerimaan tahun

yang akan datang Rp. 210.000.000,- yang terdiri atas Rp.
190.000.000,- dari sumber konvensional dan Rp. 20.000.000,pinjaman. Tetapai karena diperkirakan inflasi tahun anggaran

yang akan datang ± 10 % sementara gaji tidak naik maka untuk

pos tertentu pengeluarannya harus memperhitungkan inflasi itu.
Secara

sederhana

Rencana

Anggaran

Pengeluaran dapat disusun sebagai berikut:

52

Penerimaan

dan

I . Anggaran Penerimaan
No. Rubrik

Keterangan

1 – 00 – 00

Penerimaan

1 – 02 – 00

Orang tua murid

1 – 01 – 00

Subsidi Yayasan

1 – 02 – 01

Pendaftaran

1 – 02 – 04

Uang Sekolah

1 – 02 – 02
1 – 02 – 03
1 – 02 – 05
1 – 02 – 06
1 – 03 – 00

Uang Pangkal

Uang Sumbangan
Uang Ujian
Lain-lain

Subsidi Pemerintah

1 – 03 – 01
1 – 03 – 02

Gaji PNS
Bantuan Operasional

1 – 04 – 00

Sumber lain

1 – 03 – 03

Lain-lain

1 – 04 – 01

Sewa Lapangan

1 – 05 – 00

Kredit

1 – 04 – 02
1 – 04 – 03

Donatur Tetap
Lain – lain
Total Penerimaan

Jumlah

1.000.000,-

1.000.000,4.000.000,-

30.000.000,-

127.000.000,4.000.000,--------------

18.000.000,2.000.000,1.000.000,500.000,-

1.000.000,500.000,-

20.000.000,-

210.000.000,-

53

II. Anggaran Pengeluaran
No. Rubrik

2 – 00 – 00

Pengeluaran

2 – 01 – 01
2 – 01 – 02

Gaji guru
Gaji pegawai

2 – 01 – 00

2 – 01 – 03
2 – 01 – 04
2 – 01 – 05
2 – 01 – 06
2 – 01 – 07
2 – 01 – 08
2 – 01 – 09
2 – 01 – 10
2 – 01 – 11

2 – 01 – 12
2 – 02 – 00
2 – 02 – 01
2 – 02 – 02
2 – 02 – 03
2 – 02 – 04
2 – 03 – 00
2 – 03 – 01
2 – 03 – 02
2 – 03 – 03
54

Keterangan

2 – 03 – 04

Program

Utama:

Rutin

(Melanjutkan program lama)
Honorarium/ lemur
Pengobatan

Premi pensiun
Administrasi Akademik
Administrasi Umum
Alat Pendidikan
Rapat
Transport

Air, listrik, telepon
Pemeliharaan
Inventaris

Gedung/

Mutu Proses Belajar Mengajar
Penambahan dua guru baru
Pengayaan

80.000.000,11.000.000,8.000.000,3.500.000,4.000.000,1.000.000,2.000.000,2.000.000,800.000,-

Program Utama: Peningkatan
Penlok PBM
Modul
Peng.

Jumlah

Remedial/

Studi Banding guru-guru

Program Utama: Pengadaan
Sarana Pendidikan
Pembelian OHP dan koputer
PC
Penambahan alat praktikum

Pet/ gambar/ white board,dll

500.000,-

1.000.000,3.000.000,-

7.200.000,5.000.000,5.000.000,2.000.000,45.000.000,3.000.000,2.000.000,6.000.000,-

2 – 04 – 00

Buku/ majalah/ jurnal/ koran

2 – 04 – 01

Program Utama: Peningkatan
kualitas masukan murid).

3.000.000,-

2 – 04 – 04
2 – 04 – 05

kemampuan/bakat/minat
Lomba karya ilmiah siswa

2.000.000,4.000.000,-

2 – 04 – 02
2 – 04 – 03
2 – 04 – 06

Adpertensi/ selebaran
Tes

Pameran Karya siswa
Buletin sekolah
Pentas seni

Total Pengeluaran

4.000.000,3.000.000,2.000.000,-

210.000.000,-

Anggaran tersebut, terutama anggaran pengeluarannya

masih terlalu kasar. Dalam hubungan ini kita bisa merinci secara

detail lagi atau menampungnya dalam penjelasan. Yang perlu

diperhatikan ialah adanya keterkaitan antara tujuan dan program
untuk mencapai tujuan itu. Harga satuan didasarkan atas harga
pasar yang berlaku ditambah dengan perkiraan inflasi. Hasil yang

dicapai pada tahun pertama mungkin masih jauh dari harapan
karena kualitas masukan murid yang diluluskan dari hasil seleksi
baru nampak pada akhir tahun ke-3.

Apabila pada tahun berikutnya disusun lagi anggaran

serupa maka biaya rutin tentu sudah jauh meningkat sebagai
akibat pertambahan guru baru serta pemeliharaan alat yang
dibeli tahun sebelumnya.

Sementara itu kredit sudah mulai diangsur. Di sebelah lain,

anggaran penerimaan mungkin belum bisa dipacu terlalu tinggi

karena masyarakat belum tentu yakin akan mutu sekolah itu.
Oleh sebab itu kredit baru masih diperlukan sampai dua atau tiga
tahun berikutnya.

55